• Tidak ada hasil yang ditemukan

I'm Not Cinderella Im Not Cinderella.indd 1 10/24/ :31:52 AM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I'm Not Cinderella Im Not Cinderella.indd 1 10/24/ :31:52 AM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

I'm Not

(3)

Ulianne

Penerbit PT Elex Media Komputindo

I'm Not

(4)

I’m Not Cinderella

Copyright © 2017 Ulianne

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Diterbitkan pertama kali tahun 2017 oleh PT Elex Media

Komputindo,

Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

I’m Not Cinderella

Editor: M.L Anindya Larasati

717031970 ISBN: 978-602-04-5021-6

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

Prolog

Never look back. If Cinderella went to pick up her

shoe, she would not become a princess.

-unknown-Suara hentakan kaki menuruni tangga kayu membahana di dalam rumah sederhana itu. Rumah dengan model

country itu terlihat masih kokoh walaupun umurnya hampir setengah abad.

Elaine mengenakan pakaian santainya. Tank top dan

hot pants adalah pakaian favoritnya. Jangan ditanya alasannya, karena gadis itu akan menjawab bahwa pakaian inilah yang membuatnya mudah melakukan tendangan putaran tiga ratus enam puluh derajat.

“Elaine, tolong kamu antarkan tea set ini ke rumah Azka,” seru Wendah dari dapur ketika melihat putri bungsunya baru saja melintas. Walaupun Wendah bukan ibu kandung Elaine, tapi wanita paruh baya itu sangat baik hati dan menyayangi Elaine layaknya anaknya sendiri. Ibu kandung Elaine telah meninggal ketika Elaine berusia sembilan tahun. Alasan itu yang membuat Bintoro memutuskan untuk menikah lagi agar putrinya memiliki sosok seorang ibu. Beruntung, istri barunya

(6)

I’m Not Cinderella

dapat menerima keberadaan Elaine. Wendah sendiri telah memiliki seorang putri yang lebih tua dua tahun dari Elaine.

Elaine berdecak kesal. Maminya baru saja sukses mem -buat dirinya gagal memasukkan sebutir kacang yang ia lempar tinggi-tinggi lebih dulu sebelum masuk ke dalam rongga mulutnya.

Tanpa banyak bicara, Elaine melangkah turun dari kamarnya dan meraih tea set yang telah disiapkan Wendah di atas kitchen table. Kemudian ia langsung berjalan keluar menuju pintu utama rumahnya. Tak ada pagar pembatas antara rumahnya dengan rumah tetangganya. Dengan langkah lebar Elaine berjalan menuju rumah Azka. Azka adalah sahabatnya sejak kecil yang berstatus sebagai pacar kakaknya saat ini.

Jari telunjuk Elaine menekan bel rumah Azka. Gadis itu memandang ke arah jalan raya kompleks sebentar. Ke-tika suara kunci pintu diputar, Elaine memutar kepalanya kem bali menghadap pintu.

“Elaine,” sapa Maureen, ibu Azka. “Kamu mau cari Azka?”

Elaine tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Aku disuruh Mami mengantarkan ini,” sahutnya, menyodorkan sekotak tea set bergambar bunga sakura pada Maureen.

“Wah! Tolong sampaikan terima kasih ke mamimu, ya.” Maureen menerima kotak itu yang dibalas anggukan kepala. Maureen mengajaknya masuk. “Azka ada di atas. Sudah lama juga, kan, kalian tidak bertemu?”

(7)

Ulianne

Elaine mengangguk kembali. “Baru juga tiga hari, Tante. Belum setahun.”

Maureen tertawa kecil mendengar perkataan Elaine. Wanita paruh baya itu meletakkan tea set-nya. “Kamu bisa langsung ke atas. Sepertinya Azka belum bangun, tuh. Habisnya dia pulang jam dua tadi pagi.”

“Oke, deh. Aku ke atas dulu ya, Tan.”

Elaine mendaki tangga yang dilapisi papan kayu ber-warna cokelat. Rumah bergaya minimalis ini sangat disukai Elaine. Sangat berbeda jauh dengan rumah miliknya yang bergaya country, terkesan lebih kuno. Pernah sekali ia meminta ayahnya untuk merenovasi rumah nya, namun per mintaannya ditolak mentah-men tah oleh Bintoro. Pria tua itu tidak merasa ada yang salah dengan rumahnya, jadi untuk apa direnovasi? Dalam hati Elaine menggerutu karena selera ayahnya yang kuno.

Elaine berdiri tegak di hadapan sebuah pintu kayu jati. Ia membuka sedikit daun pintu itu, lalu melongokkan kepalanya sedikit ke balik pintu. Di dalam, seorang laki-laki sedang tertidur dengan posisi tertelungkup di atas tempat tidurnya. Perlahan tapi pasti, Elaine menghampiri laki-laki tersebut. Ia mendekati Azka, mengambil napas dalam-dalam sebelum berteriak sekuat tenaga di telinga laki-laki itu.

Refleks Azka langsung membuka matanya. Sepasang mata beriris cokelat itu langsung melirik pelaku yang tengah membungkukkan tubuhnya. Elaine tersenyum lebar.

(8)

I’m Not Cinderella

“Siang, Azka!”

“Puas kamu, El? Membangunkan aku dengan cara seperti itu?” ujarnya jengkel sambil mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk di atas tempat tidur. Wajah Azka tampak kusut, tapi anehnya tetap saja terlihat tam-pan di mata Elaine. Hidung mancungnya yang run cing, di tambah beberapa bulu halus yang mulai tum buh di rahang nya, membuat Azka terlihat lebih keren.

“Belum, sih,” sahut Elaine. “Awalnya aku pengin nyiram kamu pakai air seember. Tapi karena aku masih sayang sama tempat tidurmu, jadi aku batalin, deh, niat baik aku.”

“Dasar cewek nggak waras!” omel Azka. “Asal kamu tahu, aku baru sampai rumah jam dua, terus baru tidur jam tiga. Dan sekarang kamu bangunin aku? Tega kamu, El!”

Elaine terkikik. “Makanya, jangan berlagak jadi Batman kalau nggak kuat!”

Azka mencibir lalu kembali meraih sebuah bantal dan menutupi wajahnya. “El, aku mau tidur lagi. Kamu pulang sana! Lagian, nanti malam aku mau kencan sama Selina.”

Kalimat terakhir Azka sukses membuat Elaine me-ngatupkan bibirnya rapat-rapat. Tanpa pamit, perlahan ia berjalan keluar dari kamar itu. Azka yang tidak mendengar jawaban dari Elaine, mengangkat bantal yang menutupi wajahnya. Ia tidak menemukan sosok Elaine di tempatnya, sebab gadis itu sudah pergi tanpa pamit padanya. Timbul

(9)
(10)

I’m Not Cinderella

tapi gagal sebagai seorang ayah. Hubungannya dengan putri satu-satunya semakin renggang. Elaine tidak mau lagi berbicara pada ayahnya, ia terus menghindar. Hanya Ibu Jessie dan Azka yang menjadi orang terdekat bagi Elaine.

Semakin hari, Elaine dan Azka semakin dekat layaknya magnet yang berlawanan kutub. Mereka menempel satu sama lain. Saat Elaine berumur empat belas tahun, ia mulai menyadari jika dirinya membutuhkan Azka di sisinya. Sampai hari itu datang.

Hari itu, di hari ulang tahunnya yang kelima belas, seperti biasa Azka datang ke rumah Elaine untuk mem-berikan birthday cake berukuran kecil dengan sebuah lilin merah yang selalu Elaine tiup setelah memanjatkan doa yang sama setiap tahun. Doa yang berisi permintaan agar Azka untuk tetap berada di sisinya selama-lamanya. Saat itulah pintu kamarnya terbuka. Di ambang pintu, ayahnya berdiri tegak disusul dua orang perempuan di belakangnya.

Sebuah senyum tersungging di bibirnya. Pria paruh baya itu menghampiri Elaine dan langsung memeluknya tanpa balasan pelukan dari Elaine. Bukan karena ia tidak mau, tapi karena matanya terpaku pada dua sosok asing di ambang pintu kamarnya. Kedua perempuan tersebut tersenyum kepada Elaine ketika mereka mendapati diri-nya sedang menatap mereka tajam.

“Mari Ayah kenalkan, ini Wendah. Ia yang akan men jadi ibu barumu mulai sekarang. Gadis cantik di

(11)

Ulianne

sebelahnya adalah anak perempuan Wendah yang mulai sekarang akan menjadi kakakmu.”

Bibir Elaine terkatup rapat mendengar penuturan ayah nya. Tanpa mengatakannya pun, Elaine mengerti jika ayahnya telah menikah lagi dengan wanita itu. Elaine menolehkan kepalanya pada Azka, hendak me minta du-kungan karena ia akan memberontak, tapi pe man dangan di hadapannya harus membuatnya kecewa. Azka, sahabat terbaiknya, sedang menatap gadis yang kata ayahnya tadi akan menjadi kakaknya.

Harus Elaine akui, gadis itu memang cantik, bahkan kata cantik saja tidak cukup. Gadis itu lebih sesuai di-gambarkan dengan kata ‘sempurna’. Rambut ikal asli di ujung rambutnya menambah kecantikan alami yang ia miliki. Bibir tipis, alis yang terlukis indah, hidung yang sedikit mancung, dan pipinya yang tinggi membuatnya terlihat sempurna. Elaine bahkan merasa ia sangat tidak pantas menjadi adiknya.

Mami Wendah adalah ibu tiri Elaine sangat baik. Ia jauh dari kata ibu tiri yang jahat seperti dalam dongeng Cinderella. Selina sendiri seorang kakak yang perhatian dengan adiknya. Berbanding terbalik dengan saudara tiri Cinderella.

Suatu hari saat mereka sedang bersama, Azka tanpa sengaja menyenggol sisi payudara milik gadis itu. Elaine terdiam kaku, wajahnya memerah. Detak jantungnya sudah seperti drum yang ditabuh dengan sangat cepat.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan penyimpangan mayor yang banyak ditemukan adalah tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (100%), tidak dilakukan disinfeksi kendaraan

!al !al ini ini menuntut menuntut peran peran "umah "umah #akit #akit yang yang harus harus makin makin aktif aktif sebagai sebagai ujung ujung tombak

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang

E., 2015, Optimasi Formula Sediaan Lipstik Ekstrak Etanolik Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batalis L.) Kombinasi Basis Beeswax dan Paraffin Wax Menggunakan Metode SLD

Adapun yang menjadi fokus permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana pemasaran produk yang dilakukan oleh anggota MLM tersebut, strategi perekrutan anggota yang

Pengamatan dilakukan terhadap jumlah tunas utama yang tumbuh dari buku eksplan, jumlah tunas keseluruhan yang meliputi tunas utama dan... tunas aksilarlcabang, jumlah

· Makbul segala hajat dan cita-cita. · Jika ditiup kpd perempuan nescaya kasih ia kepada kita. · Diajuhkan dari segala penyakit. · Dibaca 70 kali tiap-tiap hari aman dari

c) Petugas rekam medis harus menjaga agar berkas tersebut tersimpan dan tertata dengan dengan baik dan terlindung dari kemungkinan pencurian berkas