• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perumusan Kebijakan Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani Tebu Menggunakan Metode Conjoint Analysis (Studi Kasus Di Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Perumusan Kebijakan Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani Tebu Menggunakan Metode Conjoint Analysis (Studi Kasus Di Desa Banyuputih, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)III. KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Pemikiran Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan komoditas unggulan perkebuanan yang keberadaannya saat ini memiliki tingkat perhatian yang tinggi. Tebu selain menjadi bahan baku utama produk gula yang juga termasuk kedalam bahan pokok paling dibutuhkan. Menurut Koo dan Taylor, 2011 (dalam Yunitasari, 2015) tingkat konsumsi gula nasional Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar 14,5 kg per kapita per tahun. Sedangkan tingkat produksi gula Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2019 posisi gula nasional diprediksi dalam keadaan surplus. Kondisi demikian akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk mencapai target melalui program swasembada gula nasional. Kementrian pertanian menargetkan swasembada gula konsumsi pada tahun 2019 dan untuk swasembada gula industri pada tahun 2024. Tercapainya program swasembada gula tentunya juga akan mampu mengurangi tingkat impor gula yang selama ini masih berlangsung. Selaras dengan hal tersebut, program swasembada berdampak pada peningkatan produksi dan kualitas tebu yang harus dicapai oleh petani. Pengaruh positif juga akan dirasakan oleh petani tebu baik dari aspek pendapatan maupun kesejahteraan petani. Petani merupakan faktor pokok keberhasilan suatu produksi, hal ini dikarenakan petani berperan sebagai sumber daya manusia yang berkenaan langsung dengan usahatani. Berhasil tidaknya usahatani yang dijalankan bergantung kepada bagaimana petani tersebut mengolah dan memanajemen usahataninya, baik dari awal pemenuhan alsintan, saprodi hingga pada proses akhir penjualan hasil. Mengingat petani memiliki peranan yang penting, maka dibutuhkan kebijakan yang berdampak positif serta menguntungkan bagi petani tebu. Hingga saat ini masih ditemui beberapa petani tebu di beberapa daerah yang mempermasalahkan dampak implementasi kebijakan terdahulu, dimana kebijakan tersebut dirasa merugikan serta mempersulit usahatani yang dijalankan. Salah satu contoh seperti petani yang merasa dirugikan akibsat sistem kontrak dengan pihak PG yang kurang baik. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan petani. Tingkat kesejahteraan petani dapat diukur dengan melihat Nilai Tukar Petani (NTP) yang ada. Pada tahun 2011 NTP.

(2) 29. tercatat sebesar 95,66 %, tahun 2012 sebesar 96,62 %, dan tahun 2013 sebesar 94,02 %. NTP kurang dari 100% mengartikan bahwa komoditas tanaman tebu kurang menguntungkan, sehingga sulit mengharapkan petani untuk meningkatkan menanam tebu, Rohman et, al., 2015 (dalam Yunitasari, 2015). Alternatif yang dapat dilakukan adalah mencari stimuli untuk peningkatan produktivitas tebu yang juga memberikan keuntungan bagi petani, hal ini dilakukan dengan penerapan kebijakan yang tepat. Kebutuhan dan permintaan gula yang semakin meningkat memaksa produsen untuk terus meningkatkan jumlah produksi tebu tiap periodenya. Daerah di Indonesia dengan jumlah produksi tebu terbesar salah satunya adalah Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur tercatat memiliki 31 Pabrik Gula dengan rata-rata petani tebu yang ada sebanyak 500.000 pekerja. Salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang termasuk dalam produsen terbesar adalah Kabupaten Situbondo. Situbondo memiliki jumlah PG sebanyak lima pabrik, dengan mayoritas penduduk didaerah timur Situbondo merupakan petani tebu. Melihat banyaknya jumlah petani, kendala, serta pentingnya peran petani tebu saat ini menjadi bahasan khusus dalam penetapan kebijakan yang tepat. Kebijakan pertanian yang tepat dimaksudkan dengan arti kebijakan tersebut tidak merugikan baik bagi petani, pemerintah, maupun bagi stakeholder. Kebijakan yang dirancang juga diharapkan mampu memenuhi fungsi tepat guna dan tepat sasaran. Atas dasar uraian diatas maka pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisa kebijakan apa yang paling dianggap penting oleh petani tebu. Kebijakan yang dimaksud meliputi beberapa aspek yang mengacu pada RENSTRA 2010-2014, diantaranya: a) Aspek teknis produksi, b) Aspek ekonomi produksi, c) Aspek kelembagaan pertanian, d) Aspek kemitraan, e) Aspek kelestarian lingkungan, dan f) Aspek pasar. Seluruh aspek tersebut akan dilakukan seleksi atribut untuk lebih mengerucutkan kebijakan, sehingga pokok bahasan yang akan diulas lebih fokus pada beberapa aspek saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan yang paling diinginkan petani dengan melihat preferensi petani terhadap jenis kebijakan yang diberikan. Berdasarkan teori preferensi menurut Case Fair (2006) bahwa preferensi seseorang terhdap satu objek bahasan dapat berbentuk rasa suka serta penentuan pilihan terhadap objek yang disukai.

(3) 30. tersebut. Sedangkan penentuan pilihan berkaitan erat dengan pengambilan keputusan seseorang. Menurut Simamora (2003) bahwa preferensi seseorang terhadap sesuatu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah atribut, kepuasan, kepercayaan, kepentingan, dan pengalaman. Analisis konjoin yang digunakan akan memfungsikan aspek kebijakan sebagai atribut, dan sub-kebijakan pada tiap aspek akan difungsikan sebagai level. Responden yang dalam hal ini adalah petani tebu di Desa Banyuputih, Kabupaten Situbondo diminta untuk memberikan peringkat pada tiap atribut dan level kebijakan. Hasil rating dari petani nantinya akan dianalisis menggunakan analysis conjoint untuk mengetahui bagaimana preferensi petani terhadap kebijakan. Kerangka dari uraian pemikiran diatas dapat dilihat pada gambar 2. Hasil akhir atau output dari analisis preferensi kebijakan ini adalah kombinasi kebijakan dengan score tertinggi. Score tersebut merupakan akumulasi nilai preferensi dari total keseluruhan responden terhadap stimuli yang terbentuk, yang kemudian disebut dengan nilai utilitas tertinggi. Kombinasi yang terbentuk diharapkan mampu menjadi pertimbangan bagi pengambil keputusan atau kebijakan dalam perancangan kebijakan pertanian kedepannya. Diharapkan kebijakan tersebut dapat menjadi pedoman dalam program pembangunan pertanian daerah..

(4) Peningkatan produktivitas tebu. Peluang dan kecukupan tebu. Peran petani. Swasembada Gula. Kebijakan pertanian. Aspek Teknis Produksi. Aspek Ekonomi Produksi. 1. Kebijakan bantuan pupuk. 1. Bantuan kredit usahatani. 2. Kebijakan bantuan benih/bibit. 2. Kebijakan harga pupuk. 3. Kebijakan pembangunan irigasi. 3. Kebijakan harga benih/bibit. 4. Kebijakan bantuan alsintan. 4. Kebijakan. 5. Pembuatan pupuk organik. pertanian. 6. Bantuan pupuk organik 7. Pembuatan agen hayati 8. Bantuan agen hayati. harga. hasil. 5. Pengembangan penanganan pasca panen 6. Regulasi alih funsi lahan. 9. Perbaikan tek. UT - Demo plot. ggggggggggggggggggggggg. 10.Perbaikan tek. UT - Penyuluhan. ggggggg. Aspek Pasar. Aspek Kelembagaan 1. Penguatan kelembagaan petani 2. Pengembangan pertanian kawasan produksi 3. Pengembangan koperasi tani 4. Pengembangan toko pertanian desa 5. Pengembangan lumbung tani 6. Pengembangan gudang tani gggggggggggggggggggggg gggggg. 1. Kebijakan tunda jual 2. Kebijakan pembelian hasil pertanian pemerintah 3. Kebijakan. penyebaran. Aspek Kemitraan 1. Pengembangan. kontrak. farming 2. Temu. usaha. dengan. pembeli hasil produksi. informasi harga pertanian. bbvkjsdbvkdskjjjjjjjjjjj. fffffffffffffffffffffffffffffffff. jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjggg. fffffffffffffffffffggggggggg. gggggggggggggggggg. gggggggggggggggggggggg. gggjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj. gggggg. jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj. Aspek Kelestarian 1. Kebijakan konservasi lahan 2. Kebijakan konservasi air 3. Penyelamatan keanekaragaman ffffffffffffffffffffffffff fffffffffffffffffffffff. jjjjjjjjjjjj. Keterangan : : Alur Berfikir : Alat Analisis. Preferensi Petani Tebu Conjoint Analysis. 4 Aspek Terpenting. Implementasi dan Kombinasi kebijakan Pertanian. Gambar 2. Kerangka Pemikiran. 31.

(5) 32. 1.2 Hipotesis Pada penelitian ini disusun hipotesis sebagai dugaan sementara penelitian, yang diperoleh dari hasil studi pendahuluan di lapang serta studi literatur mengenasi jenis kebutuhan kebijakan gula nasional (DGI, 2009). Hipotesis tersebut, diantaranya : Hipotesis 1. : Diduga bahwa implementasi kebijakan yang telah terlaksana pada lokasi penelitian adalah pengadaan saprodi berupa irigasi, kebijakan bersubsidi harga pupuk, kebijakan penetapan harga minimum penjualan, dan kontrak farming.. Hipotesis 2. : Diduga bahwa kombinasi kebijakan yang dianggap paling penting adalah kontrak farming dan penetapan harga minimum penjualan. 3.3 Definisi Operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini merupakan definisi dari level atribut maupun seluruh hal yang terkait dengan tujuan penelitian dan analisis data, diantaranya : 1. Produktivitas tebu merupakan jumlah hasil panen tebu yang dihasilkan per satu hektar luasan lahan. 2. Preferensi merupakan respon petani tebu terhadap pilihan kebijakan yang dianggap paling penting dan ditunjukkan dalam skala likert. Penggunaan skala likert digunakan atas pertimbangan bahwa skala tersebut merupakan skala pengukuran sikap dan preferensi yang paling tepat. Skor 1 : Sangat tidak diinginkan Skor 2 : Tidak diinginkan Skor 3 : Ragu-ragu Skor 4 : Diinginkan Skor 5 : Sangat diinginkan 3. Teknis produksi merupakan opsi kebijakan yang ditawarkan kepada petani terkait dengan kegiatan on-farm seperti : kebijakan bantuan pupuk, Kebijakan bantuan benih / bibit, Kebijakan pembangunan irigasi, kebijakan bantuan alsintan, pembuatan pupuk organik, bantuan pupuk organik, pembuatan agen.

(6) 33. hayati, bantuan agen hayati, perbaikan tek. UT Demo plot, perbaikan tek. UT Penyuluhan. 4. Ekonomi produksi merupakan opsi kebijakan yang ditawarkan kepada petani terkait bantuan permodalan dalam usahatani tebu seperti : bantuan kredit usahatani, kebijakan harga pupuk, kebijakan harga benih/bibit, kebijakan harga hasil pertanian, pengembangan penanganan pasca panen, regulasi alih fungsi lahan. 5. Kelembagaan petani merupakan opsi kebijakan yang ditawarkan kepada petani terkait badan penunjang dan wadah kelompom petani tebu seperti : penguatan kelembagaan pengembangan. petani, koperasi. pengembangan tani,. pertanian. pengembangan. kawasan toko. produksi,. pertanian. desa,. pengembangan lumbung tani, pengembangan gudang tani. 6. Pasar merupakan opsi kebijakan yang ditawarkan kepada petani pasca kegiatan on-farm dalam hal pemasaran tebu seperti : kebijakan tunda jual, kebijakan pembelian hasil pertanian pemerintah, kebijakan penyebaran informasi harga pertanian, pengadaan pasar komoditas, pasar pertanian on-line. 7. Kemitraan merupakan opsi kebijakan yang ditawarkan kepada petani terkait kerjasama antar petani petani tebu dengan pihak luar seperti : pengembangan kontrak farming dan temu usaha dengan pembeli hasil produksi. 8. Kelestarian lingkungan merupakan opsi kebijakan yang ditawarkan kepada petani terkait pelestarian sumberdaya alam seperti : kebijakan konservasi lahan, kebijakan konservasi air, dan penyelamatan keanekaragaman..

(7)

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 1. Kemudian sikap yang memiliki hubungan langsung secara negatif terhadap perilaku berwirausaha sebesar -0,280 atau -28%. Nilai yang dihasilkan cukup menjadi

Untuk membuat majalah sekolah yang baik dan lebih diminati siswa hendaknya pihak SMP Negeri 47 Surabaya dapat terus mengembangkan hasil dari penelitian yang telah

Pada rancangan Layar Product ini terdapat sebelas button yang dapat ditekan, yang terdiri dari sembilan button menu utama serta tiga button pilihan, yaitu:. ƒ Home :

Aktivitas manusia yang berpengaruh pada pencemaran overland flow adalah limbah dari kegiatan berkebun, pekarangan, hewan peliharaan, dan limbah

Modul ini berfungsi untuk memasukkan data login pengguna kedalam sistem, tugas dari seorang login pengguna adalah melakuan input data sesuai dengan hak aksesnya

Hasil menunjukan bahwa perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan miselium jamur merang (Volvariella volvaceae), dan media alternatif

Subbag Kemahasiswaan membuat surat berdasarkan permohonan dengan persetujuan Subbag Kemahasiswaan, KTU untuk ditandatangani oleh Dekan dan atau Pembantu Dekan

Sebagai pengurus komisi dalam gereJa yang adalah sebuah organisasi. religius, para pengurus diharapkan memiliki komitmen afektif, dimana