• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GENETIK DAN STUDI PEWARISAN SIFAT KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS GENETIK DAN STUDI PEWARISAN SIFAT KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GENETIK DAN STUDI PEWARISAN SIFAT

KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.)

TERHADAP ANTRAKNOSA

YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

MUHAMAD SYUKUR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Analisis Genetik dan Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum” adalah karya saya sendiri dengan arahan Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Agustus 2007

Muhamad Syukur

(3)

ABSTRACT

MUHAMAD SYUKUR. Genetics Analysis and Inheritance Studies of Resistance to Anthracnose caused by Colletotrichum acutatum in Pepper (Capsicum annuum L.). Under direction of SRIANI SUJIPRIHATI, JAJAH KOSWARA and WIDODO.

Pepper anthracnose is one of the most destructive diseases in Indonesia. Anthracnose in pepper caused by Colletotrichum acutatum have been reported to be predominant disease in pepper fields of Indonesia. Inheritance of resistance to anthracnose caused by C. acutatum in Capsicum annuum was studied.

Study on genetics analysis and inheritance of resistance to anthracnose were conducted in four steps: (1) resistance identification to anthracnose and caracterization of pepper germ plasm, (2) inheritance study of resistance to anthracnose in peppers, (3) diallel analysis to estimate genetics parameter of resistance to anthracnose in peppers, (4) genetic x environment interaction for resistance to anthracnose in peppers.

The experiment on step (1) used the collection of pepper genotypes from the Department of Agronomy and Horticulture, IPB. Monoconidial isolate of

C. acutatum were obtained by Dr. Widodo, Plant Protection Department, IPB.

Inoculation methods were performed according to the procedure by AVRDC and resistance score were performed according to the modified procedure by Yoon method. This inoculation method was used in the experiment step (2), (3) and (4). Morfological character were observed according to the procedure by IPGR. The experiment on step (2) used the two populations set derived from a cross between a resistant line ‘C-15’ and susceptible lines ‘C-2’ and ‘C-19’, that is population of (P1), (P2), F1, F1R, BCP1, BCP2 and F2, respectively. The experiment on step (3)

used the five parent lines for full diallel crosses. The experiment on step (4) used the seven pure lines in Tajur and Situ Gede, and 16 hybrids in Tajur, Leuwikopo and Ciherang.

The experiments showed that C-15 genotype was more resistant to anthracnose than another 14 genotypes. C-8 and C-49 genotypes were recorded as susceptible to anthracnose. In contrast, all other genotypes were recorded as highly susceptible to anthracnose.

There were no maternal effect based on t-test of F1 and F1R. Anthracnose

resistance were controlled by polygenic genes. The degree of dominance were partially recessive. Gene effects for resistance to anthracnose were additive and dominance. Additive effects were larger than dominance effects. Broad-sense heritability values were medium until high and narrow-sense heritability values were medium.

C-15 genotype contained a high proportion of recessive alleles. In contrast, C-2 genotype contain a high proportion of dominant alleles. Dominant genes were outnumbered than recessive genes in the parent populations. The selection for resistance to C. acutatum on pepper breeding programmes shoud be conducted on later generations and multipe crosses method with transgressive recombination are recomended. There were genetic x environment interactions in controlling of resistance to anthracnose caused by C. acutatum.

(4)

RINGKASAN

MUHAMAD SYUKUR. Analisis Genetik dan Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai

(Capsicum annuum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh

Colletotrichum acutatum. Dibimbing oleh SRIANI SUJIPRIHATI, JAJAH

KOSWARA DAN WIDODO.

Salah satu faktor dominan yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai Indonesia adalah serangan penyakit antraknosa. Antraknosa pada cabai disebabkan oleh genus Colletotrichum. Spesies yang paling banyak menyerang cabai di Indonesia saat ini adalah C. acutatum. Studi tentang pewarisan ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa perlu dilakukan guna menentukan strategi program pemuliaan yang efektif dan efisien untuk memperoleh genotipe cabai berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit antraknosa.

Penelitian dilakukan dalam empat bagian, yaitu (1) identifikasi ketahanan cabai terhadap antraknosa dan karakterisasi plasma nutfah cabai, (2) studi pewarisan ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa, (3) analisis silang dialel untuk menentukan parameter genetik ketahanan cabai terhadap antraknosa, (4) interaksi genetik x lingkungan untuk ketahanan cabai terhadap antraknosa.

Penelitian bagian (1) menggunakan genotipe cabai koleksi Departemen Agronomi dan Hortikultura. Isolat yang digunakan adalah biakan murni

C. acutatum koleksi Departemen Proteksi Tanaman IPB. Inokulasi menggunakan

metode AVRDC dan skor ketahanan menggunakan metode Yoon yang dimodifikasi. Metode inokulasi ini seterusnya digunakan pada penelitian bagian (2), (3), dan (4). Sementara itu pengamatan terhadap karakter morfologi mengikuti

descriptor for capsicum dari IPGR. Penelitian bagian (2) menggunakan dua set

populasi, masing-masing terdiri atas populasi tetua tahan (P1), tetua rentan (P2), F1, F1R, BCP1, BCP2 dan F2. Sebagai tetua tahan adalah C-15, sedangkan tetua

rentan adalah C-2, dan C-19. Penelitian bagian (3) menggunakan lima tetua yang kemudian dilakukan persilangan dialel penuh. Penelitian bagian (4) menggunakan tujuh galur murni dan 16 hibrida. Penelitian yang menggunakan genotipe galur murni dilakukan pada dua lokasi yaitu Tajur dan Situgede, sedangkan yang menggunakan genotipe hibrida dilakukan pada tiga lokasi yaitu Tajur, Leuwikopo dan Ciherang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe C-15 secara konsisten lebih tahan terhadap antraknosa dibandingkan dengan 14 genotipe lainnya. Genotipe C-8 dan C-49 dikatagorikan sebagai rentan, sedangkan genotipe lainnya dikatagorikan sangat rentan terhadap antraknosa.

Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh

C. acutatum dikendalikan oleh banyak gen dan tidak ada efek maternal. Gen

pengendali ketahanan adalah resesif. Derajat dominansi dikategorikan sebagai resesif tak sempurna. Aksi gen pengendali ketahanan terhadap antraknosa adalah aditif dan dominan. Aksi gen aditif lebih besar dibandingkan aksi gen dominan. Nilai heritabilitas arti luas tergolong sedang hingga tinggi sedangkan heritabilitas arti sempit tergolong sedang.

Genotipe C-15 paling banyak membawa gen resesif, sedangkan genotipe C-2 paling banyak membawa gen dominan. Gen-gen dominan lebih banyak dalam populasi tetua dibandingkan gen-gen resesif. Seleksi untuk perakitan cabai unggul

(5)

tahan C. acutatum sebaiknya dilakukan pada generasi lanjut menggunakan metode persilangan ganda dengan rekombinasi transgresif. Ada interaksi genetik x lingkungan dalam mengendalikan ketahanan terhadap antraknosa yang disebabkan oleh C. acutatum, sehingga seleksi ketahanan terhadap antraknosa perlu memperhatikan lingkungan spesifik.

(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(7)

ANALISIS GENETIK DAN STUDI PEWARISAN SIFAT

KETAHANAN CABAI (

Capsicum annuum

L.)

TERHADAP ANTRAKNOSA

YANG DISEBABKAN OLEH

Colletotrichum acutatum

MUHAMAD SYUKUR

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2007

(8)

Penguji pada ujian tertutup : Dr. Ir. Yudiwanti, MS

Penguji pada ujian terbuka : 1. Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. 2. Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr.

(9)

Judul Disertasi : Analisis Genetik dan Studi Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum

acutatum

Nama Mahasiswa : Muhamad Syukur Nomor Pokok : A361030011

Disetujui Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. Prof. Dr. Ir. Jajah Koswara Ketua Anggota

Dr. Ir. Widodo, MS. Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS.

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Srikembang, Sumatera Selatan pada 2 Januari 1972, merupakan putra kedua dari lima bersaudara dari ayah Zarmawi dan ibu Nunsiha. Penulis menikah dengan Rahmi Yunianti dan dikaruniai satu orang anak Muhammad Caesar Rahmansyah.

Pada Juni 1990, penulis diterima di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI dan selesai pada tahun 1997. Jenjang strata dua (S2) diikuti pada Program Studi Agronomi bidang Pemuliaan Tanaman Program Pascasarjana IPB sejak tahun 1998 dan selesai pada tahun 2002. Selanjutnya, sejak tahun 2003 mengikuti pendidikan jenjang strata tiga (S3) pada Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB.

Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai staf pengajar pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penulis bergabung pada Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman.

Karya ilmiah yang berjudul Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum sedang dalam proses penerbitan pada Buletin Agronomi edisi Agustus 2007. Artikel lain yang berjudul Analisis Daya Gabung dan Aksi Gen Ketahanan Cabai terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum disajikan pada Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif, 1-2 Agustus 2007 dalam rangka Purna Bakti Prof Jajah Koswara. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.

(11)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi, dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi yang berjudul

“Analisis Genetik dan Studi Pewarisan Sifat Ketahanan Cabai (Capsicum

annuum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum”.

Penelitian dan penulisan disertasi ini berlangsung di bawah bimbingan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr. Jajah Koswara dan Dr. Ir. Widodo, MS. selaku Anggota Komisi Pembimbing. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas waktu dan kesempatan yang telah diluangkan dalam mengarahkan dan membimbing penulis.

Penelitian dan penyelesaian disertasi ini didanai oleh Hibah Fundamental tahun 2006-2007 dan sebagian oleh Program Penelitian Kerjasama Faperta-AVRDC 2006. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dirjen DIKTI selaku pemberi dana bagi Hibah Fundamental, Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. selaku Ketua Peneliti serta Rahmi Yunianti, SP, MSi dan Efi Toding Tondok, SP, MSc masing-masing sebagai anggota Hibah Fundamental. Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Tim Program Penelitian Kerjasama Faperta-AVRDC 2006 yang diketuai oleh Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat serta Dr. Ir. Widodo, MS. (anggota bidang mikologi) dan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. (anggota bidang pemuliaan tanaman).

Penghargaan yang setinggi-tingginya serta rasa terima kasih yang tulus, penulis sampaikan kepada :

1. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah memberikan izin belajar. 2. Dirjen DIKTI yang telah memberikan beasiswa BPPS

3. Rektor Institut Pertanian Bogor serta Dekan dan Ketua Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB yang telah menerima penulis untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor.

(12)

4. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor selaku penguji luar komisi saat ujian prelim dan Dr. Ir. Yudiwanti, MS selaku penguji luar komisi saat ujian tertutup serta Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc (Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura) dan Dr. Ir. Ani Andayani, M.Agr (Kasubdit Benih Sayuran, Ditjen Hortikultura), selaku penguji luar komisi saat ujian terbuka yang telah memberikan saran-saran dan koreksi konstruktif untuk menyempurnakan tulisan ini.

5. Staf dan Pegawai Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB atas kerjasama dan bantuannya.

6. Kepala Bagian dan Staf Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman atas kebersamaan, bantuan dan do’anya.

7. Asisten Lapang: Siti Marwiyah, SP. dan Undang SP, atas bantuan dalam penelitian.

8. Para mahasiswa bimbingan S1 Departemen Agronomi dan Hortikultura:

1) Swisci Margaret (A34402034 ), 2) Neni Hariati (A34402042), 3) Endah Nur Rohmi (A34402022), 4) Habib Ilmi Dirgantara (A34403036), 5) Trias Sita Resmi (A34403035), 6) Dian Iqro (A34403068), 7) Ismayatul Maula (A34303051), 8) Madhumita ( A34303020), 9) M. Zikri Ali (A34403052), 10) Tedi Kurniawan (A34403052), 11) Tri Budianto (A34403057). Mahasiswa bimbingan S1 dari Universitas Nasional (UNAS): 1) Regi

Dwijaya (023112500150032), 2) Layla Indah WS. (023112500150021), 3) Richi Safitri (023112500150038). Mahasiswa S1 Departemen Agronomi

dan Hortikultura: 1) Ahmad Meka Rusyadi (A34401012), 2) Andry Gultom (A34401040).

9. Ayahanda Zarmawi dan Ibunda Nunsiha yang telah membesarkan, mendidik, serta selalu menyertai penulis hingga saat ini dengan kasih sayang dan do’anya.

10. Ayah Mertua Djamalan dan Ibu Mertua Farida yang selalu memberikan dorongan dan kasih sayangnya.

11. Isteri tercinta Rahmi Yunianti dan anak tersayang M. Caesar Rahmansyah atas bantuan, dorongan, pengertian, pengorbanan dan kasih sayangnya.

(13)

12. Kakak Rodiah sekeluarga; adik-adik: Nurdianah sekeluarga, Saidin dan Subhi atas iringan do’a dan motivasinya.

Semoga karya ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pertanian. Amin.

Bogor, Agustus 2007

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN... xxiii

I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis... 3

Diagram Alir Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai ... 6

Penyakit Antraknosa pada Cabai ... 11

Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Antraknosa ... 16

Studi Pewarisan Sifat Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa ... 18

Analisis Silang Dialel ... 21

Interaksi Genetik x Lingkungan... 25

III. IDENTIFIKASI KETAHANAN TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum DAN KARAKTERISASI PLASMA NUTFAH CABAI (Caspcisum annuum L.)... 29

ABSTRAK ... 29

PENDAHULUAN ... 29

Latar Belakang ... 29

Tujuan Penelitian ... 31

BAHAN DAN METODE ... 31

Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

Metode Penelitian ... 31

Penggaluran dan Pemilihan Bahan Kegenetikaan ... 31

Screening Genotipe Cabai untuk Ketahanan terhadap Antraknosa ... 32

Karakterisasi Plasma Nutfah Cabai... 34

HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

(15)

xiii

Identifikasi Ketahanan terhadap Antraknosa ... 36

Karakterisasi Beberapa Genotipe Cabai... 39

SIMPULAN ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

IV. PEWARISAN KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum ... 51

ABSTRAK ... 51

PENDAHULUAN ... 51

Latar Belakang ... 51

Tujuan Penelitian ... 53

BAHAN DAN METODE ... 53

Waktu dan Tempat Penelitian ... 53

Metode Penelitian ... 53

Bahan ... 53

Metode ... 53

Analisis Data ... 54

HASIL DAN PEMBAHASAN... 61

Populasi C-15 x C-2... 61

Sebaran Frekuensi Populasi ... 61

Efek Maternal... 63

Derajat Dominansi ... 64

Jumlah Faktor Efektif... 65

Pendugaan Komponen Genetik... 66

Heritabilitas ... 66

Kemajuan Genetik (∆G)... 67

Populasi C-19 x C-15... 68

Sebaran Frekuensi Populasi ... 68

Efek Maternal... 69

Derajat Dominansi ... 69

Jumlah Faktor Efektif... 70

Pendugaan Komponen Genetik... 71

Heritabilitas ... 71

SIMPULAN ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 72

V. ANALISIS SILANG DIALEL UNTUK PENDUGAAN PARAMETER GENETIK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum ... 75

ABSTRAK ... 75

PENDAHULUAN ... 75

Latar Belakang ... 75

(16)

xiv

BAHAN DAN METODE ... 77

Waktu dan Tempat Penelitian ... 77

Metode Penelitian ... 77

Pembentukan Populasi Dialel ... 77

Pengujian Ketahanan Populasi Dialel Penuh ... 78

Analisis Data ... 78

HASIL DAN PEMBAHASAN... 84

Pendugaan Parameter Genetik ... 84

Interaksi Gen ... 85

Pengaruh Aditif (D) dan Dominansi (H1) ... 85

Distribusi Gen di dalam Tetua ... 86

Tingkat Dominansi... 86

Simpangan Rata-rata F1 dari Tetua Rata-rata... 86

Proporsi Gen Dominan terhadap Gen Resesif ... 87

Arah dan Urutan Dominansi ... 87

Jumlah Gen Pengendali Karakter... 90

Heritabilitas ... 90

Batas Tertinggi Fenotipe Hasil Seleksi... 91

Daya Gabung... 91

Daya Gabung Umum (DGU) ... 91

Daya Gabung Khusus (DGK) ... 92

SIMPULAN ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94

VI. INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN UNTUK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum ... 96

ABSTRAK ... 96

PENDAHULUAN ... 96

Latar Belakang ... 96

Tujuan Penelitian ... 97

BAHAN DAN METODE ... 97

Waktu dan Tempat Penelitian ... 97

Metode Penelitian ... 98

HASIL DAN PEMBAHASAN... 100

Populasi Galur Murni... 100

Populasi Hibrida... 102

Ragam Genetik dan Heritabilitas ... 108

SIMPULAN ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

VII. PEMBAHASAN UMUM... 112

VIII. SIMPULAN DAN SARAN ... 120

Simpulan ... 120

(17)

xv

IX. DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN... 128

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Klasifikasi Cabai yang Telah Dibudidayakan dan Tipe Liarnya

serta Daerah Penyebaran ... 7

2. Keserasian Persilangan antar Spesies Capsicum dan Fertilitas

Hibrid ... 8

3. Hasil Analisis Berdasarkan Marka RAPD Menggunakan dua

Primer pada 13 Isolat Colletotrichum ... 12

4. Skor dan Kriteria Ketahanan Cabai terhadap Penyakit Antraknosa

Berdasarkan Kejadian Penyakit ... 31 5. Empat Belas Genotipe Cabai Terpilih ... 35

6. Ketahanan Beberapa Genotipe Cabai terhadap Penyakit Antraknosa

yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum Isolat BGR 027,

MJK 01, PSG 07 dan PYK 04 ... 36

7. Ketahanan Beberapa Genotipe Cabai terhadap Penyakit Antraknosa

yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum Isolat PYK 04

Menggunakan Metode Inokulasi Tusuk dan Celup ... 38

8. Kuadrat Tengah Beberapa Sifat Kuantitatif pada Beberapa

Genotipe Cabai ... 39

9. Nilai Tengah Beberapa Sifat Kuantitatif pada Beberapa Genotipe

Cabai ... 40

10.Kadar Capcaisin dan Aktivitas Peroksidase Beberapa Genotipe

Cabai ... 43

11.Korelasi antara Kadar Capsaicin dan Aktivitas Peroksidase dengan

Ketahanan Cabai terhadap Antraknosa ... 44

12.Nilai Akar Ciri Komponen Utama Berdasarkan Analisis

Komponen Utama ... 44

13.Nisbah Fenotipik Pewarisan Karakter Resistensi Tanaman yang

Dikendalikan oleh Gen Mayor dalam Populasi Bersegregasi F2... 57

(19)

xvii

15.Jumlah Tanaman Cabai pada Setiap Populasi Berdasarkan Skor

Ketahanan terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 ... 61

16.Jumlah Tanaman Cabai pada Setiap Populasi Berdasarkan Skor Ketahanan terhadap Antraknosa Isolat BGR 027 ... 62

17.Nilai Rata-rata dan Galat Baku Skor Ketahanan Penyakit F1 dan F1R Isolat PYK 04 dan BGR 027, Hasil Uji Beda Nilai Tengah dan Kehomogenan Ragam pada Cabai Populasi Persilangan C-15 x C-2.. 63

18.Pendugaan Parameter Genetik Ketahanan Cabai Populasi Persilangan C-15 x C-2 terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh C. acutatum Isolat PYK 04 dan Isolat BGR 027 Berdasarkan Skor Ketahanan ... 67

19.Jumlah Tanaman Cabai pada Setiap Populasi Persilangan C-19 x C-15 Berdasarkan Skor Ketahanan terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 ... 68

20.Nilai Rata-rata dan Galat Baku Skor Ketahanan Penyakit F1 dan F1R, Hasil Uji Beda Nilai Tengah dan Kehomogenan Ragam pada Cabai Populasi Persilangan C-19 x C-15 ... 69

21.Pendugaan Parameter Genetik Ketahanan Cabai Populasi Persilangan C-19 x C-15 terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh C. acutatum Isolat PYK 04 Berdasarkan Skor Ketahanan ... 71

22.Persilangan Full Dialel dan Selfing Menggunakan LimaTetua ... 78

23.Komponen Analisis Ragam Analisis Silang Dialel ... 79

24.Setengah Dialel Ketahanan Cabai terhadap C. acutatum ... 79

25.Komponen Analisis Ragam untuk Daya Gabung Menggunakan Metode I Griffing ... 83

26.Kuadrat Tengah Genotipe Ketahanan Cabai Terhadap Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 ... 84

27.Pendugaan Parameter Genetik Ketahanan Cabai Terhadap Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 pada Cabai Menggunakan Analisis Silang Dialel Metode Hayman ... 85

28.Nilai Rata-rata F1 dan Rata-rata Tetua Ketahanan Cabai Terhadap Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 ... 87

(20)

xviii

29.Sebaran Vr + Wr ... 88

30.Analisis Ragam Daya Gabung Umum (DGU) dan Daya Gabung

Khusus (DGK) Sifat Ketahanan Cabai Terhadap Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 ... 92

31.Nilai Daya Gabung Umum (DGU) dan Daya Gabung Khusus

(DGK) Sifat Ketahanan Terhadap Cabai Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 ... 93 32.Kode Genotipe Populasi Cabai Hibrida ... 98

33.Analisis Ragam Gabungan di Beberapa Lokasi Pengujian

Menggunakan Model Random ... 99

34.Analisis Ragam Ketahanan Tujuh Cabai Galur terhadap Penyakit

Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 Murni di Dua Lokasi ... 101

35.Ketahanan Tujuh Cabai Galur Murni terhadap Penyakit Antraknosa

Isolat BGR 027 di Dua Lokasi ... 102

36.Analisis Ragam Ketahanan 16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit

Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07 di Tiga Lokasi ... 102

37.Ketahanan 16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa Isolat

PYK 04 di Tiga Lokasi ... 103

38.Ketahanan 16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa Isolat

PSG 07 di Tiga Lokasi ... 104

39.Analisis Ragam AMMI2 16 Genotipe Cabai Hibrida Karakter

Ketahanan terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 pada Tiga Lokasi ... 105

40.Analisis Ragam AMMI2 16 Genotipe Cabai Hibrida Karakter

Ketahanan terhadap Antraknosa Isolat PSG 07 pada Tiga Lokasi ... 107

41.Koefisien Keragaman Genetik (KKG), Ragam Genetik (σ2G) dan

Standar Deviasi Ragam Genetik (σσ2G) Ketahanan 16 Cabai

Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07... 108

(21)

xix

42.Ragam Galat (σ2e), Ragam Interaksi Genetik x Lingkungan (σ2GxE),

Ragam Genetik (σ2G), Ragam Fenotipe (σ2P), Heritabilitas (h2) dan

Standar Deviasi Heritabilitas (σh2) Ketahanan 16 Cabai Hibrida

terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PYK 04, BGR 027, MJK 01 dan PSG 07... 108

(22)

xx

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Diagram Alir Penelitian ... 4

2. Pita Penanda Berdasarkan Analisis RAPD pada 13 Isolat

Colletotrichum ... 12 3. Gejala Serangan Antraknosa ... 14

4. Siklus Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum

sp. ... 15 5. Konidia Beberapa Spesies Colletotrichum ... 16

6. Isolat PYK 04, MJK 01, PSG 07 dan BGR 027 yang Siap

Digunakan ... 33 7. Konidia Isolat PYK 04... 33

8. Selfing Perbanyakan Tetua dengan Sungkup Individu ... 35

9. Penampilan Buah Cabai Lima Hari Setelah Inokulasi C. acutatum ... 37

10.Pengelompokan Beberapa Genotipe Cabai Berdasarkan KU I dan

KU II ... 45

11.Pengelompokan Beberapa Genotipe Cabai Berdasarkan KU I dan

KU III... 46

12.Pengelompokan Beberapa Genotipe Cabai Berdasarkan KU II dan

KU III... 46

13.Dendogram Hasil Analisis Gerombol Beberapa Genotipe Cabai ... 47

14.Skema Persilangan antara Genotipe Rentan (P1) dan Genotipe

Tahan (P2) Penyakit Antraknosa dalam Pembuatan Mapping

Population... 54

15.Buah Cabai P1, P2, F1, F1R dan F2 Lima Hari Setelah Inokulasi

C. acutatum Isolat PYK 04 pada Cabai Populasi Persilangan C-15

(23)

xxi

16.Skema Posisi Relatif Nilai Tengah F1 terhadap Kedua Tetuanya

Berdasarkan Skor Ketahanan Cabai Populasi Persilangan 15 x C-2 terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 ... 64

17.Skema Posisi Relatif Nilai Tengah F1 terhadap Kedua Tetuanya

Berdasarkan Skor Ketahanan Cabai Populasi Persilangan 15 x C-2 terhadap Antraknosa Isolat BGR 0C-27 pada... 64

18.Sebaran Frekuensi pada Populasi F2 Berdasarkan Skor Ketahanan

Cabai Populasi Persilangan C-15 x C-2 terhadap Antraknosa Isolat PYK 04... 65

19.Sebaran Frekuensi pada Populasi F2 Berdasarkan Skor Ketahanan

Cabai Populasi Persilangan C-15 x C-2 terhadap Antraknosa Isolat BGR 027 ... 65

20.Skema Posisi Relatif Nilai Tengah F1 terhadap Kedua Tetuanya

Berdasarkan Skor Ketahanan Cabai Populasi Persilangan 19 x C-15 terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 ... 70

21.Sebaran Frekuensi pada Populasi F2 Berdasarkan Skor Ketahanan

Cabai Populasi Persilangan C-19 x C-15 terhadap Antraknosa Isolat PYK 04... 70

22.Hubungan Peragam (Wr) dan Ragam (Vr) Sifat Ketahanan Cabai

terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh C. acutatum Isolat

PYK 04 ... 88

23.Hubungan Peragam (Wr) dan Ragam (Vr) Sifat Ketahanan Cabai

terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh C. acutatum Isolat

BGR 027 ... 89

24.Hubungan Peragam (Wr) dan Ragam (Vr) Sifat Ketahanan Cabai

terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh C. acutatum Isolat

MJK 01 pada Cabai... 89

25.Hubungan Peragam (Wr) dan Ragam (Vr) Sifat Ketahanan Cabai

terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh C. acutatum Isolat

PSG 07 ... 90

26.Biplot Pengaruh Interaksi Model AMMI2 untuk Ketahanan Cabai

terhadap Antraknosa Isolat PYK 04... 106

27.Biplot Pengaruh Interaksi Model AMMI2 untuk Ketahanan Cabai

(24)

xxii

28.Perilaku Kromosom Meiosis pada Persilangan Interspesifik

(25)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Descriptors for Capsicum... 129

2. Prosedur Analisis Kadar Capsaicin ... 135

3. Prosedur Analisis Peroksidase ... 137

4. Daftar Genotipe Cabai Koleksi ... 138

5. Beberapa Sifat Kualitatif pada Fase Vegetatif Beberapa Genotipe Cabai ... 141

6. Beberapa Sifat Kualitatif pada Bagian Bunga Beberapa Genotipe Cabai ... 142

7. Beberapa Sifat Kualitatif pada Bagian Buah Beberapa Genotipe Cabai ... 143

8. Kurva Sebaran Normal Hasil Uji Normalitas pada Populasi F2 Persilangan C-15 x C-2 yang Diinokulasi dengan C. acutatum Isolat PYK 04... 144

9. Kurva Sebaran Normal Hasil Uji Normalitas pada Populasi F2 Persilangan C-15 x C-2 yang Diinokulasi dengan C. acutatum Isolat BGR 027... 144

10.Kurva Sebaran Normal Hasil Uji Normalitas pada Populasi F2 Persilangan C-19 x C-15 yang Diinokulasi dengan C. acutatum Isolat PYK 04... 145

11.Tabel Ketahanan Tujuh Cabai Galur Murni terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PYK 04 di Dua Lokasi... 145

12.Tabel Ketahanan Tujuh Cabai Galur Murni terhadap Penyakit Antraknosa Isolat MJK 01 di Dua Lokasi ... 146

13.Tabel Ketahanan Tujuh Cabai Galur Murni terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PSG 07 di Dua Lokasi ... 146

(26)

xxiv

14.Tabel Ketahanan16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa

Isolat BGR 027 di Tiga Lokasi ... 147

15.Tabel Ketahanan16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa

Isolat MJK 01 di Tiga Lokasi... 148

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan Secara Partial ada pengaruh yang signifikan antara beban kerja terhadap keakuratan code pada nilai p = 0,001, secara partial tidak ada

Selain itu, Jumaris (1994:15) menyatakan bahwa berbagai ajaran moral dapat disampaikan melalui sastra. Walaupun dalam sebuah upacara misalnya, sastra dimanfaatkan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disim- pulkan bahwa perangkat pembelajaran ekosistem dan pencemaran lingkungan berbasis inkuiri yang di- kembangkan valid dan layak

Tiap perusahaan tentu saja memiliki strategi yang berbeda untuk mencapai tujuan dari perusahaan tersebut. Untuk meningkatkan penjualan misalnya, perusahaan dapat menawarkan harga

Contoh indikator soal: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya, siswa dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan

melakukan melakukan latihan latihan jasmani jasmani secara secara teratur teratur f. tidak tidak merokok

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat, taufiq dan Hidayah-Nya, Terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, Para sahabat dan pengikutnya sampai

5) Bahan kombinasi untuk memperpanjang kerja hormon dan antibiotika.. “Pemanfaatan limbah kulit coklat menjadi pektin dengan ekstraksi