ﻢﻴﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﷲا ﻢﺴﺑ
INSTITUT PENGAJIAN TINGGI
AL-ZUHRI
DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM
AL-ZUHRI
HADITS 1
MINGGU PERTAMA
PENGENALAN HADITS
DHO’IF DAN
• Pembagian hadits yang ditinjau dari aspek kualitas, dapat diklasifikasikan
menjadi 2 katogari iaitu.
1. Hadits Maqbul - hadits yang dapat diterima sebagai hujjah datau dalil serta
dapat dijadikan sebagai landasan hukum.
2. Hadits Mardud (tertolak) - hadits yang ditolak, yang tidak di terima yang
tidak dapat dijadikan sebagai hujjah ataupun dalil oleh para ulama sebagai sumber rujukan hukum atas beberapa sebab.
1. Hadits Maqbul - Para ulama membagi hadits maqbul menjadi dua, hadits
Shahih dan hadits Hasan. Kedua hadits ini mempunyai definisi dan kriteria
sebagai berikut:
A. Hadits Shahih - Hadits yang memiliki kriteria hadits maqbul. Adapun
kriteria ataupun syarat hadits maqbul, adalah:
a. Bersambungnya sanad (ittisol sanad), tiap perawi hendaknya
mendengarkan hadits secara langsung dari perawi yang berada di
atasnya, demikian seterusnya hingga sampai pada puncak sanad.
b. Perawinya memiliki sifat adil (‘adalah) iaitu satu potensi yang dapat
menjaga seseorang untuk dapat kontinyu dalam bertakwa dan mampu
menjaga kewibawaan dan muru’ahnya (perilaku).
c. Memiliki hafalan yang sempurna (dhobt), seorang perawi mampu meriwayatkan kembali hadits-hadits yang pernah ia hafal secara spontan
tanpa ada perubahan dari apa yang pernah didengar. Dhobt dibagi dua,
dhobt as-shodr dan dhobt al-kitab. Apabila seorang perawi dalam
meriwayatkan hadits bertumpu pada hafalannya maka dinamakan dhobt
as-shodr, namun jika berpegang pada tulisan yang pernah ia tulis dalam
lembaran-lembaran yang berusaha dijaga hingga tidak terjadi perubahan
pada tulisan tersebut maka dinamakan dengan dhobt al-kitab.
d. Tidak janggal (syadz), hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
tsiqah (terpercaya) tidak berlawanan substansinya dengan riwayat hadits
yang lebih tsiqah.
e. Tidak terdapat cacat (‘illat), iaitu satu penyakit yang tersembunyi dalam teks maupun sanad hadits yang dapat merusak kesempurnaan hadits.
B. Hadits Hasan - Pengertiannya tidak jauh beda dengan hadits shahih. Dalam
banyak sisinya terdapat kesamaan, hanya berbeda pada syarat yang
ketiga (dhobt). Kualitas hafalan perawi hadits hasan, tidak sesempurna
hafalan perawi hadits shahih atau sedikit berada di bawahnya. hadits hasan
dapat dijadikan sebagai landasan hukum kerana masih termasuk hadits
maqbul. hadits Hasan dibagi menjadi dua, iaitu:
a. Hadits Hasan Li dzatihi : ia adalah hadits yang menjadi shahih atau hasan
kerana syarat dan kriterianya terpenuhi secara tersendiri (internal) bukan
kerana faktor lain.
b. Hadits Hasan li ghoirihi adalah hadits Dhaif yang tidak parah kedho’ifannya
dan diriwayatkan di jalan lain dengan kualitas sanad yang sederajat atau
lebih tinggi.
HADITS MAQBUL DAN hadits MARDUD
(
دودﺮﻣ
)
2. Hadits Mardud (tertolak) - Hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits maqbul
(hasan ataupun shahih). Sekalipun dhaif(lemah) namun kualitas kedhaifan
sebuah hadits terkadang bervariasi, ada yang ringan, sedang, dan ada
pula yang tergolong parah. Dikeranakan kualitas hadits dhaif
bertingkat-tingkat, maka para ulama berbeda pendapat dalam permasalahan, samada boleh tidaknya melakukan sebuah amalan ibadah dengan berdalil
menggunakan hadits Dhaif.
• HADITS DHAIF
• Makna Dhaif dari sudut bahasa bererti lemah, lawan kepada kuat.
• Makna dari sudut Istilahan, hadits Dhaif adalah sesebuah hadits yang tidak
memenuhi syarat untuk diterima atau tidak mencapai taraf hadits Sahih dan
Hasan, ia merupakan hadits yang gugur satu atau lebih syarat-syarat maqbul.
• Dengan kata lain, suatu hadits yang terputus sanadnya atau diantara
CIRI-CIRI HADITS DHAIF
• Pada dasarnya hadits Dhaif termasuk kategori hadits Mardud yang ditolak
oleh para ulama sebagai sumber rujukan hukum atas beberapa sebab.
Terdapat beberapa ciri-ciri untuk mengenal hadits Dhaif diantaranya:
1. Kelemahan kepada Perawi
a. Dusta dan ia lebih dikenali dengan hadits Maudhu'.
b. Tertuduh dusta dan dikenali dengan hadits Matruk.
c. Fasik, banyak salah dan lemah dalam menghafaz.
d. Banyak prasangka atau sangka buruk.
e. Menyalahi riwayat orang yang lebih thiqah atau dipercayai.
f. Tidak diketahui identitinya dan dikenali dengan hadits Mubham. g. Penganut Bid'ah dan dikira hadits Mardud.
CIRI-CIRI HADITS DHAIF
2. Sanadnya Tidak Bersambung
a. Jika sanad pertamanya digugurkan, ia disebut hadits Mu'allaq.
b. Jika sanad terakhirnya, iaitu kalangan Sahabat digugurkan ia disebut
hadits Mursal.
c. Jika 2 sanad atau lebih digugurkan secara berturut-turut, ia disebut hadits
Mu'dhal.
d. Jika sanadnya tidak berturut-turut, ia disebut hadits Munqati'.
3. Matan atau kandungan haditsnya bermasaalah
a. Hadits yang dianggap dhaif berdasarkan matannya, digelar hadits
Mauquf dan hadits Maqtu‘
Secara keseluruhannya : Hadits Dhaif tidaklah dianggap sebagai rusak atau
palsu keseluruhannya, Cuma dari sudut statusnya, sangat diragui sama ada ia sebuah hadits yang dapat diterima atau tidak.
CONTOH HADITS DHAIF
• Hadits Dhaif boleh dibagi kepada 2 katogari :
1. Dhaif yang sangat lemah
2. Dhaif yang tidak terlalu lemah
• Dalam dua tingkatan ini, terdapat dua macam keadaan yang menyebabkan
sesuatu hadits itu lemah, iaitu: 1. Putus sanadnya
2. Tercacat seorang rawi atau beberapa rawinya.
• YANG PUTUS SANADNYA
• Hadits yang teranggap lemah karena putus (gugur, tidak tersebut) sanadnya
Klasifikasi Hadits Dhoif
Berdasarkan Gugurnya
JENIS HADITS YANG GUGUR RAWI PADA SANAD
• hadits yang teranggap lemah karena putus (gugur, tidak tersebut) sanadnya itu
ada 9 macam, dan masing-masing mempunyai nama tersendiri, seperti:
1. Al-Mu'allaq (yang digantungkan) (قﻠﻌﻣﻟا)
2. Al-Mu'dlal (tempat yang memberatkan)(لﺿﻌﻣﻟا)
3. Al-Munqathi (yang terputus) (ﻊطﻘﻧﻣﻟا)
4. Al-Mudallas (yang disembunyikan cacatnya) (سﻟدﻣﻟا)
5. Al-Mursal (لﺳرﻣﻟا)
6. Al-Mursalul-Jali (ﻰﻠﺟﻟا لﺳرﻣﻟا)
7. Al-Mursalul-khafi (ﻰﻔﺧﻟا لﺳرﻣﻟا)
8. Al-Mu-annan (نّﻧ َؤُﻣﻟا)
1. AL-MU'ALLAQ (
ﻖﻠﻌﻤﻟا
)
• Al-Mu'allaq artinya: yang digantungkan atau yang tergantung.
• hadits yang dari permulaan sanadnya gugur seorang rawi atau lebih, dengan
berturut-turut.
Contoh : Berkata Abu 'Isa: Dan sesungguhnya telah diriwayatkan dari 'Aisyah,
dari Nabi saw. beliau bersabda: "Barangsiapa shalat sesudah Maghrib, duapuluh raka'at, Allah akan mendirikan baginya sebuah rumah di surga”
• Penjelasan Sanad hadits ini :
Abu 'Isa (At-Tirmidzi) =>
?
=>?
=>?
=> Aisyah ra => Rasulullah saw• Tirmidzi(279H) tidak bertemu dan tidak sezaman dengan Aisyah ra(57H)
Antara kedua-duanya itu ada beberapa orang rawi lagi. Karena tidak disebut
rawi-rawinya ini, maka dinamakan dia gugur, seolah-olah hadits itu tergantung.
• Setiap hadits Mu'allaq, dihukumkan lemah, oleh sebab yang demikian, pada
dasarnya, hadits tersebut tidak boleh dipakai.
• Di dalam kitab Bukhari terdapat 1341 hadits Mu'allaq. Dalam Shahih Muslim
juga terdapat sedikit. hadits-hadits Mu'allaq yang ada dalam kedua-dua kitab
ini, terbagi kepada tiga macam:
A. Ada yang Mu'allaq dengan shighat jazm, iaitu dengan lafazh yang
menetapkan, seperti:
• ( َلﺎَﻗ ) artinya: ia telah berkata.
• ( َرَﻣَأ ) artinya: ia telah memerintah. • ( َلَﻌَﻓ ) artinya: ia telah mengerjakan. • ( َرَﻛَذ ) artinya: ia telah menyebut
B. Ada yang Mu'allaq, tetapi di lain tempat ia Maushul, yakni bersanad terus,
tidak putus.
C. Ada yang Mu'allaq dengan shighat Tamridh yang tidak menunjukkan kepada ketentuan, seperti :
• ( ى َورُﯾ ) artinya: diriwayatkan. • ( ﻰَﻛ ْﺣُﯾ ) artinya: diceritakan. • ( ُرَﻛذُﯾ ) artinya: disebut.
• ( ٍنﻼُﻓ نﻋ َرِﻛُذ ) artinya: telah disebut dari si fulan. • ( َﻲِﻛُﺣ ) artinya: telah diceritakan.
• Maka yang bersambung sanadnya di lain bab atau tempat, dan yang
memakai shighat jazm, adalah sah riwayatnya.
• Adapun yang bershighat Tamridh seperti diatas ini, hukumnya lemah yang
tidak sangat, karena ia tersebut dalam dua kitab yang sudah diakui keshahannya oleh rata-rata ulama Islam.
2. AL-MU'-DLAL (
ﻞﻀﻌﻤﻟا
)
• Mu'dlal artinya: tempat memberatkan atau tempat melemahkan.
• Menurut makna istilah ialah hadits yang di tengah sanadnya gugur dua rawi
atau lebih dengan berturut-turut".
• Contoh : (Berkata Asy-Syafi’i) : Telah mengkhabarkan kepada kami, Sa'id bin
Salim, dari Ibnu Juraij, bahwa adalah Nabi saw. apabila melihat Baitullah, beliau mengangkat kedua tangannya
Syafi'i = > Sa'id bin Salim = > Ibnu Juraij =>
? ?
=> Rasulullah saw• Ibnu Juraij tersebut, tidak sezaman dengan Nabi, bahkan masanya itu di
bawah Tabi’in; dia disebut Tabi’ut-Tabi’in, iaitu pengikut Tabi’in. Jadi diantara
dia dengan Rasulullah saw ada dua orang perantara, iaitu Tabi’in dan
Sahabat. Dikarenakan kedua-dua orang ini tidak disebut di dalam sanad itu,
maka riwayat di atas dikatakan Mu’dlal.
• hadits Mu'dlal itu hukumnya lemah, yakni tidak boleh dipakai untuk menetapkan
3. AL-MUN‘QATHI’ (
ﻊﻄﻘﻨﻤﻟا
)
• Munqathi' artinya: yang terputus.
• Makna Munqathi' dari sudut istilahan bermaksud, satu hadits yang di
tengah-tengah sanadnya, gugur seorang rawi atau beberapa rawi, tetapi tidak
berturut-turut.” Contoh gugur seorang rawi :
Berkata Ahmad bin Syu'aib: Telah mengkhabarkan kepada kami. Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami. Abu 'Awanah, telah menceritakan kepada kami, Hisyam bin 'Urwah, dari Fatimah binti Mundzir, dari Ummi Salamah, ummil-Mu'minin, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: "Tidak menjadikan haram dari penyusuan, melainkan apa-apa yang sampai di pencernaan dari susu, dan adalah (teranggap hal ini) sebelum (anak) berhenti
(dari minum susu)". (al-Muhalla 10:20)
• Penjelasan Sanad hadits ini:
• Ahmad bin Syu'aib = > Qutaibah bin Sa'id = > Abu 'Awanah = > Hisyam bin
• Ahmad bin Syu'aib = > Qutaibah bin Sa'id = > Abu 'Awanah = > Hisyam bin
'Urwah = > Fatimah binti Mundzir =>
?
= > Ummu Salamah = > Rasul saw….• Fathimah tidak mendengar hadits tersebut dari Ummu Salamah.
• Waktu Ummu Salamah meninggal, Fathimah ketika itu masih kecil dan tidak
bertemu dengannya. Jelas diantara Fathimah dan Ummu Salamah, ada
seorang rawi yang gugur. Maka itu, hadits ini dinamakan Munqathi'.
• hadits Munqathi' dihukumkan lemah dan ia tidak layak dipakai atau dijadikan
hujjah sebagai sumber hukum.
• Di antara ulama ada yang menamakan setiap hadits atau riwayat yang tidak
bersambung sanadnya dengan hadits Munqathi.
• Maka menurut pendapat ini, dalam sebutan "Munqathi" ini termasuk
hadits-hadits: Mu'allaq, Mu'dlal yang telah lalu dan juga Mu'an'an, Muannan, Mudallas
dan Mursal yang akan datang berikut ini.
4. AL-MUDALLAS (
ﺲﻟﺪﻤﻟا
)
• Mudallas menurut bahasa artinya yang ditutup atau yang disamarkan.
• hadits Mudallas ini ada dua macam:
A. Mudallas Isnad B. Mudallas Syuyukh
A. Mudallas Isnad
• Mudallas Isnad adalah satu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari
seorang yang ia bertemu atau sezaman dengannya, tetapi ia tidak mendengar hadits yang diriwayatkannya itu daripadanya, sedang ia meragu-ragukan, seolah-olah ia mendengar hadits itu daripadanya.
• Contoh : Diriwayatkan oleh an-Nu'man bin Rasyid, dari Zuhri, dari 'Urwah, dari
'Aisyah, bahwa Rasulullah saw. tidak pernah sekali-kali memukul seorang perempuan, dan tidak juga seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad
• Penjelasan sanad riwayat hadits ini:
• An-Nu'man = > az-Zuhri <=>
?
<=> ‘Urwah = > Aisyah = > Rasul saw….• Melihat susunan sanad, dapat dikatakan, bahwa az-Zuhri mendengar riwayat
itu dari 'Urwah dan memang lazimnya az-Zuhri meriwayatkan daripadanya.
• Namun anggapan ini keliru, karena Imam Abu Hatim berkata: “Az-Zuhri tidak
pernah mendengar hadits ini dari 'Urwah . Dan ini berarti, antara az-Zuhri dan 'Urwah ada seorang yang tidak disebut oleh az-Zuhri.
• Karena az-Zuhri dan 'Urwah , keduanya hidup semasa dan saling bertemu,
namun az-Zuhri tidak mendengarkan riwayat ini dari 'Urwah, tetapi ia
mendengar dari rawi lain, maka tersamarlah sanadnya, sehingga orang
menyangka az-Zuhri mendengar dari 'Urwah. Boleh jadi az-Zuhri yang menyamarkannya.
• Riwayat ini dinamakan Mudallas, akan tetapi karena samarnya terjadi pada
menyandarkan hadits (Isnad), maka dinamakan Mudallas Isnad.
• Orang yang menyamarkan, iaitu seperti az-Zuhri, disebut Mudallis. • Perbuatan menyamarkan itu dalam Ilmu hadits dinamakan : Tadlis.
• Hadits atau riwayat Mudallas dianggap sebagai lemah yang tidak boleh
digunakan sebagai hujjah begitu juga Mudallas Syuyukh seperti dibawa ini.
B. Mudallas Syuyukh
• Syuyukh adalah jamak dari perkataan syeikh. Syeikh disini dimaksudkan
dengan guru atau rawi. Mudallas Syuyukh ialah tadlis tentang rawi-rawi.
Dalam ilmu hadits dimaksudkan seperti ini:
Sebuah hadits yang didalam sanadnya, si perawi menyebutkan nama syeikh
yang ia dengarkan hadits daripadanya dengan “sifat” yang tidak terkenal.
“Sifat” di sini dimaksudkan dengan; nama, gelaran, pekerjaan, qabilah atau negeri yang disifatkan kepada seorang syeikh, dengan tujuan supaya hal keadaan yang sebenarnya tidak diketahui orang.
5. AL-MURSAL (
ﻞﺳﺮﻤﻟا
)
• Al-Mursal artinya yang dilepaskan atau yang dilangsungkan.
• Al-Mursal menurut ilmu hadits adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
seorang Tabi'in langsung dari Nabi saw dengan tidak menyebut nama orang
yang menceritakan kepadanya. Jelasnya, dalam sanad itu, Tabi'in tidak
menyebutkan nama orang yang mengkhabarkan hadits itu kepadanya, tetapi langsung menyebutkan Nabi saw saja.
• Contohnya - Dari Malik dari 'Abdillah bin Abi Bakr bin Hazm, bahwa dalam surat
yang Rasulullah saw tulis kepada 'Amr bin Hazm(tersebut) : "Bahwa tidak
menyentuh al-Quran melainkan orang yang bersih".
• Penjelasan susunan Sanad rawi-rawi hadits ini:
Malik = > 'Abdullah bin Abi Bakr =>
?
= > Rasulullah saw….• Abdullah bin Abi Bakr ini seorang Tabi'in, yang tidak bertemu dengan Nabi
saw dan pastinya ada nama sahabat yang tidak disebut maka yang begini
• Sungguhpun ada ulama berpendapat bahwa hadits Mursal ini boleh dijadikan
dalil Agama, tetapi kebanyakan ahli ilmu hadits berpendirian bahawa hadits
Mursal tidak boleh dipakai.
• Tidak dapat dipastikan siapa yang digugurkan itu, apakah sahabat atau
Tabi'in. Oleh karena itu, maka selayaknyalah hadits Mursal dianggap lemah
• Tabi'in yang melangsungkan suatu hadits atau riwayat, disebut Mursil. • Perbuatan melangsungkan itu, dalam istilah dikatakan Irsal.
6. Al-Mursalul-Jali (ﻰﻠﺟﻟا لﺳرﻣﻟا)
• Mursal di sini bermaksud, yang terputus. Jali artinya yang terang, yang nyata.
• Mursal Jali bermaksud yang putus dengan nyata-nyata.
• Mursal Jali dalam ilmu hadits bermaksud, suatu hadits yang diriwayatkan
seorang rawi dari seorang syeikh, tetapi syeikh ini tidak sezaman dengannya.
• Contoh : Abu Dawud berkata: Telah menceritakan kepada kami, Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Husyaim, dari Dawud bin 'Amr, dari Abdullah bin Abi Zakariya, dari Abid-Darda’, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw.: "Sesungguhnya kamu akan dipanggil pada hari Qiamat dengan nama-nama kamu dan dengan nama-nama bapak kamu. Oleh karena itu, perbaguslah nama-nama kamu".
• Penjelasan susunan sanad rawi-rawi hadits ini:
Abu Dawud = > Musaddad = > Husyaim = > Dawud bin 'Amr = > Abdullah bin Abi Zakariya =>
?
<= > Abud-Darda’= > Rasulullah saw….• Sanad ini dikatakan putus, karena Abdullah (117H) dan Abud-Darda’(32H)
tidak sezaman. Kata Abu Zur'ah: “Abdullah ini tidak bertemu dengan seorang pun dari sahabat” dan pastinya diantara Abdullah dan Abud-Darda’, ada
seorang rawi yang tidak disebut. Oleh sebab terputus sanadnya dengan jelas
maka ia dinamakan dengan Mursal Jali dan hadits ini dianggap Dhaif.
• Al-Mursal di sini bermaksud yang terputus. Khafi artinya yang tersembunyi,
yang tidak terang, yang gelap.
• Mursal Khafi bermaksud putus yang tersembunyi atau putus yang tidak terang.
• Dalam ilmu isnad, ia dimaksudkan kepada sesebuah hadits :
a. Yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang syeikh yang sezaman
dengannya dan bertemu. Tetapi ia tidak menerima hadits itu daripadanya.
b. Yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang syeikh yang sezaman
dengannya, tetapi ia belum pernah bertemu dengannya.
c. Yang diriwayatkan oleh seorang rawi dari seorang syeikh yang sezaman dan
bertemu dengannya, tetapi ia tidak pernah menerima satu pun hadits
daripadanya.
d. Hadits atau riwayat Mursal Khafi dianggap lemah dan tidak boleh digunakan.
8. AL-MU-ANNAN (
ﻦّﻧَﺆُﻤﻟا
)
• Mu-annan artinya yang berhuruf "
ﱠنَأ
" atau "ﱠنِإ
".• "
ﱠنَأ
" dan "ﱠنِإ
" artinya Sesungguhnya, bahwa atau bahwasanya.• Mu-annan dalam ilmu hadits bermaksud sebuah hadits yang dalam sanadnya
ada menggunakan huruf "
ﱠنَأ
" atau "ﱠنِإ
".• Contohnya:
•
ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ
ُﺪْﺒَﻋ
ِﻪﱠﻠﻟا
،
ِﲏَﺛﱠﺪَﺣ
ُﺚْﻴﱠﻠﻟا
،
ِﲏَﺛﱠﺪَﺣ
ٌﻞْﻴَﻘُﻋ
،
َﻋ ِﻦ
ِﻦْﺑا
ٍبﺎَﻬِﺷ
،
ِﱐَﺮَـﺒْﺧَأ
ُةَوْﺮُﻋ
ُﻦْﺑ
َـﺑﱡﺰﻟا
ِْﲑ
،
ﱠنَأ
َﺔَﺸِﺋﺎَﻋ
,
َﻲِﺿَر
ُﻪﱠﻠﻟا
ﺎَﻬْـﻨَﻋ
,
َجْوَز
ﱢِﱯﱠﻨﻟا
ﻰﱠﻠَﺻ
ُﻪﱠﻠﻟا
ِﻪْﻴَﻠَﻋ
َﻢﱠﻠَﺳَو
,
ْﺖَﻟﺎَﻗ
: "
َْﱂ
ْﻞِﻘْﻋَأ
ﱠيَﻮَـﺑَأ
ﻻِإ
ﺎَُﳘَو
ِﺪَﻳ
ِنﺎَﻨﻳ
َﻦﻳﱢﺪﻟا
..
• Telah menceritakan kepada kami, Abdullah telah menceritakan kepada saya,
al-Laits, telah menceritakan kepada saya 'Uqail, dari Ibnu Syihab, telah
mengkhabarkan kepadaku, 'Urwah bin Zubair, bahwa 'Aisyah ra, isteri Nabi saw,
pernah berkata: "Aku tidak tahu (hal) kedua ibu-bapakku, melainkan kedua-duanya beragama dengan agama Islam…".
1. Dalam sanad, jika seorang rawi mudallis menggunakan lafazh "
ﱠنَأ
" atau "ﱠنِإ
", itu tidak menunjukkan bahwa ia bertemu atau menerima dari rawi yang ia sebutkan, lafazh itu boleh membawa beberapa makna, umpamanya, "A"berkata bahwa "B" pernah mengkhabarkan hal keadaannya bermaksud:
a. "A" mendengar sendiri dari "B" dengan tidak berperantaraan,
b. "A" tidak mendengar sendiri dari "B", tetapi dari orang lain yang tidak mau disebutnya karena beberapa sebab.
c. Karena kesamaran ini, maka hadits Mu-annan teranggap masuk hadits Dha'if.
2. Kelemahan Mu-annan ini boleh terhapus, jika terdapat syarat seperti ini:
(a) Rawi-rawinya orang jujur, (b) Bukan mudallis, (c) Ada keterangan yang
menunjukkan bahwa seorang rawi dengan seorang rawi bertemu, (d) Kalau
rawi-rawinya mudallis yang terpercaya, hendaklah ada jalan lain yang
mengatakan bahwa betul-betul ia menerima atau mendengar dari syeikhnya.
1. Dalam contoh sanad riwayat di atas, ‘Urwah mengkhabarkan kepada Ibnu
Syihab (Zuhri), bahwa Aisyah berkata….
• Ini dinamakan Mu-annan, karena adanya perkataan “bahwa” yang mana
boleh jadi 'Urwah mendengar sendiri dan boleh jadi dengan memakai perantaraan orang lain.
• Tetapi menurut tarikh mereka, adalah 'Urwah sezaman dengan 'Aisyah dan
bertemu dengannya, bahkan 'Aisyah ini emak saudara bagi 'Urwah.
• Besar kemungkinan "Urwah mendengar dari 'Aisyah."
• Oleh karena ini dan karena dalam sanadnya tidak ada rawi yang lemah, maka
terpakailah riwayat Bukhari yang tersebut diatas tadi.
• Mu‘an‘an bermaksud sanad hadits yang berisikan berhuruf “
ْﻦَﻋ
”.• “
ْﻦَﻋ
” artinya dari atau daripada. Menurut istilah ia bermaksud Satu hadits yangjalannya di-isnadkan dengan kata-kata “
ْﻦَﻋ
”.• Sanad hadits Mu'an'an ini, ada yang shahih dan yang lemah.
• Contoh Mu'an‘an yang shahih.
ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ
ﻮُﺑَأ
ٍﻢْﻴَﻌُـﻧ
،
ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ
ُءﺎﱠﻳِﺮَﻛَز
،
ْﻦَﻋ
ٍﺮِﻣﺎَﻋ
،
َلﺎَﻗ
:
ُﺖْﻌِﻤَﺳ
َنﺎَﻤْﻌﱡـﻨﻟا
َﻦْﺑ
ٍﺮﻴ ِﺸَﺑ
،
ُﻘَـﻳ
ُلﻮ
:
ُﺖْﻌِﻤَﺳ
َلﻮُﺳَر
ِﻪﱠﻠﻟا
ﻰﱠﻠَﺻ
ُﻪﱠﻠﻟا
ِﻪْﻴَﻠَﻋ
َﻢﱠﻠَﺳَو
،
ُلﻮُﻘَـﻳ
: "
ُل َﻼَﺤْﻟا
ٌﻦﱢﻴَـﺑ
ُماَﺮَﺤْﻟاَو
ٌﻦﱢﻴَـﺑ
،
َﻤُﻬَـﻨْـﻴَـﺑَو
ﺎ
ٌتﺎَﻬﱠـﺒَﺸُﻣ
َﻻ
ﺎَﻬُﻤَﻠْﻌَـﻳ
ٌﺮﻴِﺜَﻛ
ِﻣ
َﻦ
ِسﺎﱠﻨﻟا
..
• Telah menceritakan kepada kami, Abu Nu'aim, telah menceritakan kepada kami,
Zakariya, dari 'Amir, ia berkata: Aku telah mendengar Nu'man bin Basyir berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw., bersabda: "Barang yang halal itu sudah terang, dan yang harampun sudah nyata, tetapi antara kedua-duanya ada
beberapa barang yang samar-samar yang tidak diketahui kebanyakan orang..".
• Dalam sanad hadits tersebut, Zakariya berkata "dari Amir". Dikarenakan
Zakariya tergolong mudallis, maka sanadnya itu disebut Mu’an'an. Selayaknya
riwayat Zakariya ini tidak dapat diterima dikarenakan, riwayat seorang
mudallis dianggap lemah.
• Akan tetapi mengenai Zakariya ini, Imam Ibnu Hajar berkata: Aku dapati dia
dalam kitab Bukhari, Muslim dan lainnya, riwayatnya dari Asy-Sya'bi ('Amir), semua "mu'an'an", kemudian aku dapati dalam kitab "Fawa-id Ibni
Abil-Haitsam", dari jalan Yazid bin Harun, dari Zakariya (ia berkata): Telah
menceritakan kepada kami, Asy-Sya'bi ('Amir)…Dengan ini, amanlah ia
daripada tadlis".
• Ringkasnya, kalau Zakariya berkata dari 'Amir, berarti ia mendengar daripada
'Amir dengan tidak memakai perantara.
• Dari semua keterangan yang tersebut, terpakailah Mu'an'an Zakariya yang
diriwayatkan Bukhari itu.
Klasifikasi Hadits Dhoif
Berdasarkan Kecacatan
1. Hadits Maudhu’(عوُﺿوَﻣ): secara bahasa berarti menyimpan, mengada-ngada atau membuat-buat. Menurut makna istilah adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu disandarkan kepada rasul saw, baik hal itu disengajakan maupun tidak. Ia juga disebut sebagai hadits palsu.
2. Hadits Matruk(ك ْوُرْﺗَﻣ): menurut bahasa artinya dibuang, yang ditinggalkan.
Menurut makna istilah adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.
3. Hadits Munkar(رَﻛْﻧُﻣ): menurut bahasa adalah isim maf’ul dari kata al-inkaar,
lawan dari kata al-iqraar(sepakat). Menurut makna istilah adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak
kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasikannya atau lemah
ketsiqahannya. Jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah
yang berlawanan, misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits
Ma’ruf & yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.
4. Hadits Mu’allal(ﻞﱠﻠﻌﻣ): Secara bahasa mu’allal
ٌﻞﱠﻠﻌﻣ
ﻮﻬﻓ
ﻼﻴﻠﻌﺗ
ُﻞﱢﻠﻌﻳ
ﻞﱠﻠﻋ
berasal dari akar kata ‘illah (ٌﺔّﻠﻋ
) yang diartikan penyakit. Seolah-olah hadits ini terdapatpenyakit yang membuat tidak sehat dan tidak kuat. Menurut makna istilah adalah, hadits yang didalamnya terdapat cacat yang tersembunyi, yang kondusif, berakibat cacatnya hadits itu, namun dari sisi lahiriyahnya cacat
tersebut tidak tampak karena sudah memenuhi syarat-syarat hadits maqbul.
Hadits ini yang pada lahirnya tampak shahih namun setelah diadakan suatu
penelitian & penyelidikan ternyata ada cacatnya.
5. Hadits Mudraj(ج َر ْدُﻣ): Secara bahasa berarti yang termasuk, tercampur, atau
yang dicampurkan. Ia adalah sebuah hadits yang asal sanadnya berubah atau matannya tercampur dengan sesuatu yang bukan bagiannya tanpa ada
pemisah. Menurut istilah Ilmu Hadits, mudraj adalah seorang rawi menyisipkan
pernyataannya sendiri kedalam satu matan hadits yang diriwayatkannya
tanpa memisahkan antara matan hadits dan ucapan rawi tersebut sehingga
oleh rawi dibawahnya dikira bagian dari matan hadits Nabi.
6. Hadits Maqlub(ب ْوُﻠْﻘَﻣ): Secara bahasa berarti membalikkan sesuatu dari bentuk
yang semestinya. Menurut makna istilah adalah hadits yang terjadi mukhalafah
iaitu “mengganti salah satu kata dari kata-kata yang terdapat pada sanad
atau matan sebuah hadits, dengan cara mendahulukan kata yang seharusnya
diakhirkan, mengakhirkan kata yang seharusnya didahulukan, atau dengan cara yang semisalnya.
7. Hadits Mudhtharrib(ب ِرَطْﺿُﻣ): Berasal dari kata dasar “dharaba”(memukul)
boleh juga diartikan sebagai “ombak” atau “goncang”. Kegoncangan suatu hadits karena terjadi kontra antara satu hadits dengan hadits yang lain, berkualitas sama dan tidak dapat dipecahkan secara ilmiah. Menurut makna istilah adalah suatu hadits yang matannya atau sanadnya diperselisihkan serta tidak dapat dikompromikan atau diputuskan mana yang kuat”. Dan seluruh riwayat tersebut sama kuatnya dari semua sisi, yang tidak memungkinkan untuk mentarjih (memilih yang paling kuat) salah satunya dari yang lain.
8. Hadits Muharraf(فﱠر َﺣُﻣ): berasal dari kata ta’rif yang berarti berubah.
Menurut makna istilah adalah hadits yang mukhalafahnya (menyalahi hadits
riwayat orang lain) terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata,
dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.
9. Hadits Mushahhaf(فﱠﺣَﺻُﻣ): merupakan dari kata
ﻒﻴﺤﺼﺗ
-
ﻒّﺤﺼﻳ
-
ﻒّﺤﺻ
berarti salah membaca, mengeja, atau mengucapkan. Menurut makna istilah
adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang
bentuk tulisannya tidak berubah.
10. Hadits Mubham(مَﮭْﺑُﻣ): mempunyai arti tersembunyi. Menurut makna istilah
adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat rawi yang tidak
dijelaskan namanya. Hukum periwayatannya: tidak diterima sehinggalah perawi yang meriwayatkan daripadanya menyatakan namanya atau namanya diketahui, melalui jalan yang lain yang menyebutkan dengan jelas namanya.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Kecacatan Perawinya
11. Hadits Syadz(ذﺎَﺷ): Dari segi bahasa diartikan ganjil tidak sama dengan yang
majority atau tersendiri dari jama’ah ramai. Menurut makna istilah adalah
hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang maqbul (tsiqah) menyalahi
riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabitan atau
banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan.
12. Hadits Mukhtalith(طِﻠَﺗﺧُﻣ): artinya: yang rusak akalnya atau fikirannya atau
hafalannya. Menurut makna istilah adalah hadits yang rawinya buruk
hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya. apabila ada hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang hafalannya telah buruk karena berusia lanjut atau karena adanya sebab yang lain, maka hadits yang diriwayatkannya tersebut harus ditolak. tetapi hadits-hadits yang diriwayatkannya sebelum keadaan yang membuatnya jadi pelupa, tetap dapat diterima.
Klasifikasi Hadits Dhoif Berdasarkan Gugurnya Rawi
1. Hadits Mauquf(ف ْوُﻗ ْوَﻣ): berasal dari kata waqf yang berarti berhenti.
Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada shahabat. Menurut makna istilah adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja,
baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan & baik sanadnya
bersambung atau terputus.
2. Hadits Maqthu’(ع ْوُطْﻘَﻣ): artinya yang diputuskan atau yang terputus. Menurut
makna istilah adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang
tabi’in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.
**Perbedaan antara Hadits Maqthu’ dan Munqathi’ adalah bahwasannya
al-Maqthu’ adalah bagian dari sifat matan, sedangkan al-Munqathi’ bagian dari
sifat sanad. Hadits yang Maqthu’ itu merupakan perkataan tabi’in atau orang
yang di bawahnya, dan bisa jadi sanadnya bersambung sampai kepadanya.
Sedangkan Munqathi’ sanadnya tidak bersambung dan tidak ada kaitannya