PRINSIP MENGENAL NASABAH
PT. (PERSERO) ASURANSI KREDIT INDONESIA
Jl. Angkasa Blok B 9 Kav.8
Kota Baru Bandar Kemayoran
Jakarta-10610
PEDOMAN DAN SOP
PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
DAFTAR ISI Halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 4 1.2 1.3
Maksud dan Tujuan Pengertian Umum
6 6
BAB II PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN PENERAPAN
PRINSIP MENGENAL NASABAH (MANAJEMEN)
2.1 Latar Belakang 9
2.2 Penugasan Penanggung Jawab P4MN 9
2.3
2.4
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab dan Penanggung Jawab P4MN di Kantor Pusat
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab dan Penanggung Jawab P4MN di Kantor Cabang dan Kantor Unit Pelayanan
10
12
BAB III PROSEDUR PENERIMAAN, IDENTIFIKASI DAN
VERIFIKASI NASABAH DAN/ATAU BUSINESS OWNER 3.1
3.2 3.3
Ketentuan Umum
Penerimaan Nasabah dan/atau Business Owner Identifikasi dan Verifikasi Nasabah dan/atau Business Owner 14 16 17 3.4 3.5 Prosedur Pelaksanaan Formulir Pelaksanaan 20 24
BAB IV PROSEDUR PEMANTAUAN REKENING DAN
PELAKSANAAN TRANSAKSI NASABAH 4.1
4.2
4.3
Ketentuan Umum
Pemantauan Rekening dan Pelaksanaan Transaksi Nasabah Prosedur Pelaksanaan 30 30 34 4.4 Formulir Pelaksanaan 37
BAB V PROSEDUR MANAJEMEN RISIKO TERKAIT PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 Ketentuan Umum
Pengawasan oleh Direksi dan Dewan Komisaris Pendelegasian Kewenangan
Pemisahan Tugas
Sistem Pengawasan Internal dan Audit Internal
39 39 40 41 41
5.6 Informasi dan Sumber Daya Manusia 42
BAB VI PENUTUP 43
LAMPIRAN − Formulir Checklist Penerapan CDD
− Formulir Aplikasi Penutupan Asuransi
Perusahaan
− Formulir Aplikasi Penutupan Asuransi
Perorangan
− Laporan TKM/TKT/Transfer Dana ke Luar
Negeri
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Prinsip mengenal nasabah yang sering juga disebut
Know Your Customer
(KYC) adalah kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap profil calon
partner
atau nasabah terkait. Hal ini diperlukan perusahaan gunamemastikan latar belakang dari calon
partner
mereka memadai (tidakmengandung risiko yang material). Di samping itu, Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) dapat dijadikan alat untuk mengidentifikasi risiko apa saja yang mungkin muncul dari calon
partner
perusahaan. Dalam hal ini ruang lingkup dari calon nasabah adalah setiap orang atau entitas yang berhubungan dengan transaksi keuangan suatu perusahaan dan dapat menimbulkan risiko reputasi atau risiko lainnya yang signifikan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan untuk meyakini petugas bahwa profil nasabah dimaksud tidak masuk kategori risiko tinggi.Pada tanggal 9 Februari 2010, Menteri Keuangan telah menetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 30/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB). Tujuan Peraturan Menteri Keuangan tersebut sebagai upaya untuk menciptakan industri keuangan non bank yang sehat yang mengacu pada praktik-praktik terbaik yang berlaku secara internasional (
international best practices
) dan terlindungi dari kemungkinan disalahgunakan untuk kejahatan keuangan, termasuk pencucian uang dan pendanaan kegiatan terorisme, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku kejahatan.Peraturan Menteri Keuangan tersebut mewajibkan setiap LKNB untuk menyusun Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (P4MN). Yang dimaksud dengan LKNB adalah Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun, dan Lembaga Pembiayaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan asuransi kerugian, perusahaan asuransi jiwa, dan perusahaan pialang asuransi.
Pada tanggal 10 Januari 2011, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam dan LK) telah menetapkan Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor : PER-01/BL/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Perusahaan Perasuransian. Melalui peraturan Ketua Bapepam dan LK tersebut, Perusahaan Perasuransian diwajibkan untuk menyusun Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (P4MN) sesuai dengan petunjuk penyusunan yang tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Ketua Bapepam dan LK tersebut.
Sebagai sebuah perusahaan asuransi kerugian, maka tujuan PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia (Perusahaan) untuk memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana tersebut di atas. Penyusunan P4MN Perusahaan disesuaikan dengan keadaan, struktur organisasi dan jenis usaha Perusahaan. Pada tataran
global P4MN digunakan untuk memitigasi
money laundering
.Dalam hal asuransi/penjaminan tetap harus dihindari terlibat/terkait baik langsung/tidak dengan entitas (perusahaan) yang dinilai akan berpotensi
meyakini bahwa semua transaksi memiliki
underlying
sesuai SOP produk baik terkait identitas ataupun obyek yang akan dijamin.1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan P4MN dimaksudkan sebagai petunjuk bagi Perusahaan dalam melaksanakan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun penyusunan P4MN bertujuan agar Perusahaan mempunyai pedoman yang baku untuk dapat mengenali profil nasabahnya sehingga pada gilirannya Perusahaan dapat mengidentifikasi adanya transaksi yang tidak wajar
yang dapat menjadi Transaksi Keuangan Mencurigakan (
Suspicious
Transactions
) dan Transaksi Keuangan yang Dilakukan Secara Tunai (Cash
Transactions
).Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, selanjutnya Perusahaan
menyampaikan Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan atau LTKM (
Suspicious Transactions Report
atau STR) dan/atau Laporan TransaksiKeuangan Tunai atau LTKT (
Cash Transactions Report
atau CTR) kepada PusatPelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
1.3. Pengertian Umum
1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa produk Perusahaan
(Lembaga Keuangan Bank dan/atau Non Bank, Pelaksana
Proyek/Principal, Debitur Lembaga Keuangan Bank dan/atau Non Bank, Produsen dan Distributor) dan Agen/Broker Asuransi.
2. Transaksi Keuangan Mencurigakan yang disingkat TKM adalah:
a. Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi Nasabah yang bersangkutan;
b. Transaksi keuangan yang patut diduga dilakukan dengan tujuan untuk
menghindari pelaporan yang wajib dilakukan oleh Perusahaan;
c. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana; atau
d. Transaksi keuangan yang diminta oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) untuk dilaporkankarena melibatkan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana.
3. Transaksi Keuangan Tunai yang disingkat TKT adalah transaksi penarikan,
penyetoran, atau penitipan yang dilakukan dengan uang tunai atau instrumen pembayaran lain yang dilakukan melalui Perusahaan.
4. Transaksi Yang Tidak Wajar adalah transaksi termasuk namun tidak
terbatas pada transaksi keuangan yang tidak biasa dalam jumlah besar, transaksi yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hubungan ekonomi yang jelas, transaksi yang diduga akan digunakan untuk melakukan perbuatan melanggar hukum, dan/atau transaksi yang tidak sesuai dengan pola aktivitas Rekening.
5.
Beneficial Owner
yang selanjutnya disingkat BO adalah setiap orang atau badan hukum yang memiliki dana, yang mengendalikan transaksi Nasabah, yang memberikan kuasa atas terjadinya suatu transaksidan/atau yang melakukan pengendalian melalui badan hukum atau perjanjian.
6. Pengendali Akhir adalah setiap pihak baik perorangan maupun badan
hukum yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan suatu badan hukum.
7.
Customer Due Diligence
yang selanjutnya disingkat CDD adalah proses identifikasi calon Nasabah dan/atau verifikasi atas dokumen pendukung calon Nasabah yang bertujuan untuk:a. meneliti kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan
atas transaksi yang akan dilakukan calon Nasabah;
b. memastikan kebenaran dokumen calon Nasabah apabila terdapat
kecurigaan atas dokumen yang diterima; serta
c. melakukanpenelaahan mengenai BO.
8. Rekening adalah rincian catatan yang lengkap mengenai Nasabah yang
meliputi identitas, transaksi dan/atau perikatan antara Perusahaan dan Nasabah.
9. Pencucian uang (
money laundering
) adalah perbuatan menempatkan,mentransfer, membayarkan, menghibahkan, menyumbangkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
BAB II
PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (MANAJEMEN)
2.1. Ketentuan Umum
1. Penanggung Jawab PelaksanaanPenerapan Prinsip Mengenal Nasabah
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Ketua Bapepam dan LK Nomor PER-01/BL/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Perusahaan Perasuransian terkait Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN. Perusahaan dapat membentuk Unit Kerja Penerapan PMN (UKP-PMN) atau penugasan anggota Direksi atau pejabat setingkat di bawah Direksi sebagai Penanggung Jawab P4MN.
2. Dengan memperhatikan struktur organisasi Perusahaan, risiko produk
yang dimiliki Perusahaan serta volume bisnis Perusahaan, Perusahaan telah memutuskan untuk menugaskan Pejabat setingkat dibawah Direksi sebagai Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN.
2.2. Penugasan Penanggung Jawab P4MN
1.Perusahaan telah memutuskan untuk menugaskan Pejabat setingkat dibawah Direksi yaitu Kepala Divisi Pemasaran & Pengembangan Bisnis sebagai Ketua dan Kepala Divisi yang membidangi Manajemen Risiko sebagai Wakil Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Pusat dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
2. Perusahaan juga telah memutuskan untuk menugaskan Kepala Kantor Cabang dan Kepala Kantor Unit Pelayanan sebagai Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di wilayah kerja masing-masing.
3. Kepala Kantor Cabang sebagai Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan
PMN di Kantor Cabang bersangkutan dapat menunjuk seorang Pejabat di Kantor Cabang bersangkutan sebagai Wakil Ketua.
4. Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Unit
Pelayanan bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Cabang yang membawahi Kantor Unit Pelayanan tersebut.
5. Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Cabang
bertanggung jawab langsung kepada Ketua Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Pusat.
2.3. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Penanggung Jawab P4MN di Kantor Pusat
1. Tugas Penanggung Jawab P4MN di Kantor Pusat adalah sebagai berikut:
a. Menyusun dan melakukan pengkinian P4MN.
b. Mengevaluasi formulir aplikasi penutupan asuransi secara rutin untuk
memastikan bahwa data yang diperlukan untuk keperluan PMN telah terakomodasi dalam formulir tersebut.
c. Memantau rekening dan pelaksanaan transaksi Nasabah di
d. Melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis transaksi Nasabah untuk memastikan ada tidaknya Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atauTransaksi Keuangan Tunai.
e. Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi.
f. Memantau pengkinian data dan profil Nasabah.
g. Menerima dan melakukan analisis atas LTKM, LTKT, dan/atau
laporan transfer dana dari dan ke luar negeri yang disampaikan oleh unit-unit kerja terkait.
h. Menyusun LTKM, LTKT, dan/atau laporan transfer dana dari dan ke
luar negeri yang akan dilaporkan kepada PPATK.
6. Wewenang Penanggung Jawab P4MN di Kantor Pusat adalah sebagai
berikut:
a. Memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang ada di
seluruh unit organisasi.
b. Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan PMN
oleh unit-unit kerja terkait.
c. Melaporkan TKM yang terafiliasi atau memiliki kepentingan atas
suatu TKM dengan Direksi atau Dewan Komisaris.
7. Tanggung Jawab Penanggung Jawab P4MN di Kantor Pusat adalah
sebagai berikut:
a. Memastikan seluruh kegiatan dalam rangka penerapan PMN di
Perusahaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Menyusun LTKM, LTKT, dan/atau laporan transfer dana dari dan ke
c. Memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan pelatihan tentang PMN bagi para pejabat, pegawai, dan agen asuransi.
d. Menjaga kerahasiaan data Nasabah.
2.4. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Penanggung Jawab P4MN di Kantor Cabang dan Kantor Unit Pelayanan
1. Tugas Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Cabang
atau Kantor Unit Pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan pengkinian data dan profil Nasabah di Kantor
Cabang atau Kantor Unit Pelayanan sesuai wilayah kerja masing-masing.
b. Menerima dan melakukan analisis atas LTKM dan/atau LTKT.
c. Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Unit
Pelayanan meneruskan LTKM dan/atau LTKT kepada Kantor Cabang yang membawahinya dan Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Cabang meneruskan LTKM dan/atau LTKT kepada Kantor Pusat.
2. Wewenang Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor
Cabang atau Kantor Unit Pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang ada di
Kantor Cabangatau Kantor Unit Pelayanan sesuai wilayah kerja masing-masing.
b. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan sistem dan prosedur
Cabang atau Kantor Unit Pelayanan sesuai wilayah kerja masing-masing.
3. Tanggung Jawab Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di
Kantor Cabang atau Kantor Unit Pelayanan adalah sebagai berikut:
a. Memastikan PMN diterapkan di Kantor Cabang atau Kantor Unit
Pelayanan sesuai wilayah kerja masing-masing.
b. Menyusun LKTM dan/atau LTKT yang akan disampaikan kepada
Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN di Kantor Pusat atau di Kantor Cabang.
c. Menjaga kerahasiaan data Nasabah.
8. Kedudukan Penanggung Jawab Pelaksanaan Penerapan PMN dalam
Struktur Organisasi Perusahaan di Kantor Pusat, Kantor Cabang dan Kantor Unit Pelayanan adalah sesuai Lampiran 1 Surat Keputusan Direksi PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia Nomor : 71/KEP/DIR/VI/2011 Tanggal 20 Juni 2011.
BAB III
PROSEDUR PENERIMAAN, IDENTIFIKASI DAN VERIFIKASI NASABAH DAN/ATAU BUSINESS OWNER
3.1. Ketentuan Umum
Bab ini membahas tentang prosedur penerimaan Nasabah yang bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan identitas, maksud dan tujuan penutupan asuransi, serta profil keuangan Nasabah; serta untuk menilai kewajaran transaksi, kebenaran/keabsahan dokumen pendukung dan untuk memastikan bahwa calon Nasabah mewakili Business Owner (BO) atau bertindak untuk diri sendiri.
Berikut ini beberapa modus yang sering digunakan untuk kegiatan
money
laundering
:No. Modus Pencucian Uang Pengertian
a. Smurfing Upaya untuk menghindari pelaporan dengan
memecah-mecah transaksi yang dilakukan oleh banyak pelaku
b. Structuring Upaya untuk menghindari pelaporan dengan
memecah-mecah transaksi sehingga jumlah transaksi menjadi lebih kecil
c. U Turn Upaya untuk mengaburkan asal usul hasil
kejahatan dengan memutarbalikkan transaksi untuk kemudian dikembalikan ke rekening asalnya
d. Cuckoo Smurfing Upaya mengaburkan asal usul sumber dana
dengan mengirimkan dana-dana dari hasil kejahatannya melalui rekening pihak ketiga
No. Modus Pencucian Uang Pengertian
yang menunggu kiriman dana dari luar negeri dan tidak menyadari bahwa dana yang diterimanya tersebut merupakan ”proceed of crime”
e. Pembelian aset/barang-barang
mewah
Menyembunyikan status kepemilikan dari aset/barang mewah termasuk pengalihan aset tanpa terdeteksi oleh sistem keuangan
f. Pertukaran barang (barter) Menghindari penggunaan dana tunai atau
instrumen keuangan sehingga tidak dapat terdeteksi oleh sistem keuangan
g. Underground
Banking/Alternative Remittance Services
Kegiatan pengiriman uang melalui
mekanisme jalur informal yang dilakukan atas dasar kepercayaan
h. Penggunaan pihak ketiga Transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan identitas pihak ketiga dengan tujuan menghindari terdeteksinya identitas dari pihak yang sebenarnya merupakan pemilik dana hasil tindak pidana
i. Mingling Mencampurkan dana hasil tindak pidana
dengan dana dari hasil kegiatan usaha yang legal dengan tujuan untuk mengaburkan sumber asal dananya
j. Penggunaan identitas palsu Transaksi yang dilakukan dengan
menggunakan identitas palsu sebagai upaya untuk mempersulit terlacaknya identitas dan pendeteksian keberadaan pelaku pencucian uang
Namun hanya beberapa yang potensial terjadi di asuransi/penjaminan antara lain seperti penggunaan identitas palsu, penggunaan pihak ketiga dan transaksi
3.2. Penerimaan Nasabah dan/atau
Business Owner
1.Persetujuan penerimaan Nasabah hanya dapat dilakukan setelah pejabat atau pegawai yang telah ditetapkan sesuai Surat Keputusan Direksi dapat menerima atau menolak calon Nasabah (Surat Keputusan Direksi terlampir),dapat menyakini kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen calon Nasabah serta mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat memungkinkan calon Nasabah melakukan kegiatan pencucian uang dan tindak kejahatan keuangan lainnya.
2. Persetujuan penerimaan Nasabah hanya dapat dilakukan apabila:
a. Calon Nasabah telah melengkapi seluruh informasi dan data
sebagaimana ditentukan dalam formulir aplikasi (terlampir) dengan dilengkapi dokumen pendukung sebagaimana mestinya.
b. Atas informasi yang diberikan calon Nasabah telah dilakukan
konfirmasi mengenai kebenaran kewenangan pihak yang mewakili atau bertindak untuk dan atas nama pihak lain, jika calon Nasabah diwakili pihak lain.
c. Telah dipastikan bahwa calon Nasabah bertindak untuk diri sendiri dalam melakukan transaksi/menutup asuransi atau mewakili BO.
d. Permohonan calon Nasabah yang tidak memenuhi kelengkapan data
dan dokumen pendukung yang ditentukan dan/atau diragukan kebenarannya harus ditolak.
e. Penolakan terhadap permohonan calon Nasabah hanya dapat
kewenangan untuk itu berdasarkan Surat Keputusan Direksi sebagaimana dimaksud dalam butir a.
f. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir b tidak berlaku bagi
calon Nasabah lembaga pemerintah dan lembaga keuangan multilateral.
3.3. Identifikasi dan Verifikasi Nasabah dan/atau Business Owner
1. Penetapan kriteria untuk penerapan CDD disesuaikan dengan jenis produk
asuransi yang dipasarkan, besar premi yang dibayar, nilai dan objek yang dipertanggungkan, pola transaksi yang dilakukan nasabah, profil nasabah, profil bisnis nasabah dan negara asal nasabah.
2. CDD lebih sederhana berlaku apabila tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau pendanaan terorisme tergolong rendah atau memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Asuransi yang diminta tidak menjanjikan pengembalian dana
sebelum atau setelah berakhirnya masa pertanggungan; dan
b. Jumlah pembayaran premi setahunnya tidak melebihi Rp.
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
3. CDD standar berlaku untuk kondisi tingkat risiko terjadinya pencucian
uang atau tindak kejahatan keuangan lainnya tergolong menengah atau memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Nasabah keberatan untuk memberikan informasi yang lengkap
b. Penutupan asuransi yang memiliki nilai pertanggungan tidak sesuai dengannilai sebenarnya; atau
c. Penutupan asuransi yang mempertanggungkan barang/
asset
Nasabah perorangan yang termasuk kategori barang mewah.
4. CDD lebih ketatatau
Enhanced Due Diligence
(EDD) adalah prosesverifikasi yang lebih ketat terhadap calon Nasabah dan BO yang dianggap dan/atau diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi terhadap praktik pencucian uang dan/atau risiko tinggi terkait dengan tindak kejahatan keuangan lainnya.
5. EDD dilakukan apabila tingkat risiko terjadinya pencucian uang atau tindak
kejahatan keuangan lainnya dianggap/diklasifikasikan tinggi. Tingkat risiko yang tinggi dapat dilihat dari:
a. latar belakang atau profil calonNasabah dan BO yang termasuk
kategori orang yang populer secara politis (
politically exposed
persons
) atau Nasabah yang berisiko tinggi (high risk customers
); ataub. bidang usaha yang termasuk kategori usaha yang berisiko tinggi
(
high risk business
);Hubungan BISNIS YANG DIHINDARI apabila PELUNASAN (sumber:
Pedoman FEP Bab V) :
1. Tergantung pada
guarantor
sebagai sumber pertama pembayaran2. Tergantung pada
ASKRINDO
sebagai sumber pertama pembayaran kembali.3. Tidak bisa/akan memberikan informasi memadai.
4. Baru berdiri dimana kontribusi ekuitas, jaminan,
key person
tidak memadai.5. Pembayarannya mengandalkan pada hasil dari perubahan usaha
yang direncanakan.
6. Ada pinjaman subtitusi modal (melakukan pinjaman lain atau
melikuidasi usaha.
7. Untuk mendanai spekulasi pasar baik usaha komoditas ataupun efek
ataupun pasar lainnya seperti valas dan lain-lain.
8. Untuk mendanai usaha yang bersifat spekulatif.
9. ASKRINDO tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk
mengawasi, memantau dan menagih recovery kredit
10. Dijamin dengan mayoritas agunan dengan pasar terbatas.
11. Mendanai pengambilalihan paksa atau
tender offer.
12. Keahlian khusus yang tidak dimiliki Askrindo (Ref 20 penutupan
terbesar).
13. Penjaminan kredit bermasalah (kol 2 - ).
14. membiayai transaksi usaha yang melanggar hukum
15. Usaha/industri mempekerjakan anak di bawah umur,
16. Memproduksi senjata api, usaha perjudian/kasino/terkait barang
berbahaya/radio aktif, dan prostitusi,
17. Produk/perdagangan illegal tergolong
negative list
.18. Penutupan kepada perusahaan berskala besar yang tidak
c. Area domisili ataupun proyek Nasabah,atau dilakukannya transaksidi area yang berisiko tinggi (
high risk area
)6. Perusahaan akan membuat rincian orang, bidang usaha, dan area yang
termasuk dalam tingkat risiko tinggi. Rincian tersebut akan di-
update
secara reguler pada sistem informasi Perusahaan.
3.4. Prosedur Pelaksanaan
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
Nasabah Nasabah baik langsung maupun tidak langsung melalui pihak
ketiga mengisi Formulir Aplikasi Penutupan Asuransi (Form Aplikasi) dan melengkapi dokumen yang dipersyaratkan dalam Form Aplikasi.
Petugas Administrasi Formulir Aplikasi yang telah diisi dan dilengkapi dokumen pendukungnya diterima oleh Petugas Administrasi untuk di registrasi pada surat masuk.
Petugas Administrasi meneliti kelengkapan Form Aplikasi beserta dokumen pendukungnya.
Bila dokumen tidak lengkap dan nasabah bukan Lembaga Pemerintah atau Lembaga Multilateral, maka dimintakan kelengkapan datanya ke Nasabah dapat melalui surat, telepon atau fax.
Bila dokumen tidak lengkap dan nasabah merupakan Lembaga Pemerintah atau Lembaga Multilateral, maka dapat dilakukan proses selanjutnya.
Petugas Administrasi memastikan calon nasabah bertindak untuk diri sendiri atau mewakili pihak lain. Jika mewakili pihak lain perlu dilakukan konfirmasi kepada pihak lain yang dimaksud.
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
Petugas Administrasi membuat usulan kepada Pejabat atau Pegawai yang berwenang.
Pejabat atau Pegawai yang Berwenang
Menyetujui atau menolak usulan yang disampaikan.
Petugas Administrasi Jika usulan ditolak, maka keputusan penolakan akan
diinformasikan kepada nasabah dapat melalui surat, telepon atau fax.
Pejabat atau Pegawai yang Berwenang
Jika usulan disetujui, maka dapat dilakukan proses selanjutnya
Pejabat atau Pegawai yang Berwenang
Mengisi formulir checklist Penerapan CDD (Form Checklist).
Menentukan kriteria Penerapan CDD, apakah termasuk CDD Lebih Sederhana, CDD Sederhana atau CDD Lebih Ketat.
Jika termasuk kriteria Penerapan CDD Lebih Sederhana maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
“meminta informasi calon Nasabah dan mencocokkan dokumen pendukung tersebut dengan dokumen yang diberikan untuk memastikan keabsahannya”
Jika termasuk kriteria Penerapan CDD Standar maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. meminta informasi calon Nasabah dan mencocokkan
dokumen pendukung tersebut dengan dokumen yang diberikan untuk memastikan keabsahannya
2. meneliti hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan;
3. memastikan kebenaran dokumen calon Nasabah, dalam
hal terdapat kecurigaan atas dokumen yang diterima, antara lain dengan cara:
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
a. melakukan wawancara dengan Nasabah;
b. meminta dokumen lain yang dikeluarkan oleh pihak
yang berwewenang; atau
c. melakukan pemeriksaan silang dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah; dan
d. melakukan penelaahan mengenai BO.
Jika termasuk kriteria Penerapan CDD Lebih Ketat maka kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. meminta informasi calon Nasabah dan mencocokkan
dokumen pendukung tersebut dengan dokumen yang diberikan untuk memastikan keabsahannya
2. meneliti hal-hal yang tidak wajar atau mencurigakan;
3. memastikan kebenaran dokumen calon Nasabah, dalam
hal terdapat kecurigaan atas dokumen yang diterima, antara lain dengan cara:
a. melakukan wawancara dengan Nasabah;
b. meminta dokumen lain yang dikeluarkan oleh pihak
yang berwewenang; atau
c. melakukan pemeriksaan silang dari berbagai informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah; dan
d. melakukan penelaahan mengenai BO
4. melakukan verifikasi terhadap informasi calon Nasabah atau BO, yang dilakukan berdasarkan pada kebenaran informasi, kebenaran sumber informasi, dan jenis informasi yang terkait, tidak hanya didasarkan pada informasi yang diberikan oleh calon Nasabah tersebut;
5. melakukan verifikasi hubungan bisnis yang dilakukan oleh
calon Nasabah atau BO dengan pihak ketiga atau pihak lain atau hubungan hukum yang dimiliki dengan Pemegang Polis/beneficiary/ahli waris; dan
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
6. melakukan CDD secara berkala berupa analisis terhadap informasi mengenai calon Nasabah, sumber dana, tujuan transaksi, dan hubungan
Pejabat Atau Pegawai Yang Berwenang
Menguji kelengkapan informasi antara data profil Nasabah, form aplikasi dan dokumen pendukungnya serta polis asuransi.
Mengidentifikasi adanya indikasi TKM, TKT dan transfer dana dari dan ke luar negeri.
Membuat LTKM, LTKT dan laporan transfer dana dari dan ke luar negeri berdasarkan hasil identifikasi diatas.
Petugas Administrasi Melakukan revisi entry data berdasarkan hasil uji kelengkapan informasi yang dilakukan oleh Pejabat atau Pegawai yang berwenang.
Melakukan pengarsipan terhadap Polis Asuransi, form aplikasi dan dokumen pendukungnya.
Melakukan pengkinian perubahan data profil nasabah minimal setiap perpanjangan polis dan/atau adanya informasi perubahan dari Nasabah mengenai profilnya.
3.5. FORMULIR PELAKSANAAN
Maksud formulir pelaksanaan prosedur pada bab ini dapat dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Form
Check List
CDD terdiri dari:CDD Lebih Sederhana
a. Asuransi yang diminta tidak menjanjikan pengembalian dana sebelum
atau setelah berakhirnya masa pertanggungan; dan
b. Jumlah pembayaran premi setahunnya tidak melebihi Rp.
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
CDD Standar
a. Nasabah keberatan untuk memberikan informasi yang lengkap
mengenai obyek asuransi; atau
b. Penutupan asuransi yang memiliki nilai pertanggungan tidak sesuai
dengan nilai sebenarnya; atau
c. Penutupan asuransi yang mempertanggungkan barang/
asset
Nasabahperorangan yang termasuk kategori barang mewah.
CDD Lebih Ketat (EDD)
a. latar belakang atau profil calonNasabah dan BO yang termasuk
persons
) atau Nasabah yang berisiko tinggi (high risk customers
); ataub. bidang usaha yang termasuk kategori usaha yang berisiko tinggi (
high
risk business
); atauc. Areadomisiliataupun area proyek Nasabah,atau dilakukannya
transaksidi area yang berisiko tinggo (
high risk area
); atau2. Calon Nasabah Perusahaan
Informasi latar belakang dan identitas meliputi hal sebagai berikut:
a. Latar belakang dan identitas calon Nasabah:
1) keterangan mengenai nama, alamat, dan nomor telepon
perusahaan;
2) akta pendirian atau anggaran dasar bagi perusahaan yang
bentuknya diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku berikut perubahan anggaran dasar yang terakhir;
3) izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang berwenang;
4) surat keterangan domisili; dan
5) nama, spesimen tanda tangan, dan kuasa kepada pihak-pihak
yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama perusahaan dalam melakukan hubungan usaha dengan Perusahaan Perasuransian.
b. Maksud dan tujuan calon Nasabah melakukan penutupan
c. Profil keuangan calon Nasabah.
1) laporan keuangan terkini; dan
2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
d. Informasi lain untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah,
termasuk penutupan asuransidan/atau perikatan yang telah dimiliki sebelumnya dengan Perusahaan. Pertanyaan mengenai apakah seseorang bertindak untuk diri sendiri atau mewakili BO atau orang lain adalah sebagaimana tercantum dalam aplikasi penutupan asuransi (SPPA).
Informasi lain tersebut ditujukan untuk dapat lebih menganalisa apakah penghasilan yang bersangkutan wajar untuk membayar premi dan perikatan lain yang dimiliki dan/atau wajar memiliki barang mewah yang diasuransikan.
Contoh:
1) Polis asuransi yang telah dimiliki termasuk di perusahaan asuransi lainnya.
2) Jenis investasi/usaha/pekerjaan lain yang dimiliki.
e. Identitas penerima kuasa yang bertindak untuk dan atas nama calon
Informasi penerima kuasa meliputi hal sebagai berikut:
1) nama;
2) alamat atau tempat tinggal sesuai KTP/SIM/Paspor dan nomor
telepon;
3) alamat tempat tinggal terkini dan nomor telepon (jika ada);
4) tempat dan tanggal lahir;
5) kewarganegaraan;
6) serta spesimen tanda tangan.
3. Calon Nasabah Perorangan
Informasi dan data yang tercantum dalam formulir aplikasi penutupan asuransi (SPPA)memuat informasi sebagai berikut:
a. Latar belakang dan identitas calon Nasabah
1) nama;
2) alamat atau tempat tinggal sesuai KTP/SIM/Paspor dan nomor
telepon;
3) alamat tempat tinggal terkini dan nomor telepon (jika ada);
4) tempat dan tanggal lahir;
5) kewarganegaraan; dan
6) spesimen tanda tangan.
b. Maksud dan tujuan calon Nasabah melakukan penutupan
c. Profil keuangan calon Nasabah.
1) keterangan mengenai pekerjaan termasuk jabatannya, contoh:
i. Pekerjaan
Jenis pekerjaan antara lain adalah pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI-POLRI, karyawan swasta, atau wirausaha.
ii. Jabatan
Jenis jabatan disesuaikan dengan struktur organisasi dimana Nasabah melakukan pekerjaannya.
2) keterangan mengenai sumber dana dan rata-rata penghasilan per
bulan atau per tahun; serta
3) nama dan nomor rekening bank calon Nasabah, jika ada.
d. Informasi lain untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah, termasuk
penutupan asuransidan/atau perikatan yang telah dimiliki sebelumnya dengan Perusahaan. Pertanyaan mengenai apakah seseorang bertindak untuk diri sendiri atau mewakili BO atau orang lain adalah sebagaimana tercantum dalam aplikasi penutupan asuransi (SPPA).
Informasi lain tersebut ditujukan untuk dapat lebih menganalisa apakah penghasilan yang bersangkutan wajar untuk membayar premi dan perikatan lain yang dimiliki dan/atau wajar memiliki barang mewah yang diasuransikan.
Contoh:
1) Polis asuransi yang telah dimiliki termasuk di perusahaan asuransi
lainnya.
2) Jenis investasi/usaha/pekerjaan lain yang dimiliki.
e. Identitas penerima kuasa yang bertindak untuk dan atas nama calon
Nasabah.
Informasi penerima kuasa meliputi hal sebagai berikut:
1) nama;
2) alamat atau tempat tinggal sesuai KTP/SIM/Paspor dan nomor
telepon;
3) alamat tempat tinggal terkini dan nomor telepon (jika ada);
4) tempat dan tanggal lahir;
5) kewarganegaraan; serta
6) spesimen tanda tangan.
BAB IV
PROSEDUR PEMANTAUAN REKENING DAN PELAKSANAAN TRANSAKSI NASABAH
4.1. Ketentuan Umum
Bab ini membahas prosedur pemantauan rekening dan pelaksanaan transaksi Nasabah yang bertujuan untuk dapat memantau adanya transaksi yang tidak wajar yang dapat menjadi TKM dan TKT serta adanya transfer dana dari dan ke luar negeri. Berdasarkan hasil pemantauan tersebut, Perusahaan akan menyampaikan LTKM dan LTKT serta laporan transfer dana dari dan ke luar negeri kepada PPATK.
4.2. Pemantauan Rekening dan Pelaksanaan Transaksi Nasabah
1. Kriteria untuk pengujian latar belakang dan tujuan TKM, TKT, transaksi yang Tidak wajar meliputi antara lain:
a. Menyimpang dari profilnya;
Contoh: orang yang mengasuransikan
asset
yang jauh di ataskemampuan ekonominya;
b. Menyimpang dari karakteristiknya;
Contoh: Permintaan Surety Bond konstruksi bangunan oleh
perusahaan
software
komputer.c. Menyimpang dari pola kebiasaan transaksi Nasabah;
d. Menghindari pelaporan;
Contoh: tidak mau mengisi form PMN.
e. Diduga berasal dari tindak pidana;
Contoh: Nasabah sudah diumumkan di koran bahwa yang bersangkutan terlibat kasus pidana ekonomi;
f. Nasabah diketahui sedang mengalami masalah keuangan dalam
bisnisnya;
g. Nasabah mengasuransikan barang-barang mewah di atas kemampuan
finansial wajar;
h. Asuransi yang nilai pertanggungannya tidak dapat dikonfirmasikan,
antara lain:
1) Nasabah tidak memperbolehkan untuk dilakukan observasi
on-site
atas benda atau nilai pertanggungan;
2) Calon Nasabah tidak mau menunjukkan nilai pertanggungan atau
benda yang akan diasuransikan;
3) Inspeksi fisik dari benda atau nilai yang diasuransi tidak sesuai dengan jumlah yang diasuransikan (lebih tinggi atau rendah).
i. Pihak ketiga dapat mencairkan produk asuransi;
j. Pengakhiran dini dari produk;
k. Pembayaran klaim diberikan ke seseorang yang secara sepintas sama
sekali tidak ada hubungannya dengan transaksi;
l. Pembayaran dari beberapa sumber dana untuk satu polis asuransi;
m. Mempunyai beberapa polis untuk produk asuransi yang sama;
n. Pembelian produk asuransi tidak konsisten dengan keperluan calon
o. Permintaan calon Nasabah atas produk-produk yang membolehkan
pembatalan awal dan
refund
premium;p. Calon Nasabah bersedia menempuh jarak yang jauh untuk
menyelesaikan transaksi;
q. Calon Nasabah berusaha menghindari berbagai peraturan dalam sistem
keuangan;
r. Terdapat ketidakcocokan dalam alamat dan indentitas yang diberikan.
2. Kriteria untuk pengujian latar belakang dan tujuan transfer dana dari dan
ke luar negeri mengikuti peraturan Kepala PPATK.
3. Pejabat atau pegawai yang bertanggungjawab melakukan identifikasi
transaksi calon Nasabah atau BO ditetapkan dalam Surat Keputusan Direksi (terlampir).
4. Verifikasi calon Nasabah atau BO yang dianggap dan/atau diklasifikasikan
mempunyai tingkat risiko tinggi terhadap praktik pencucian uang dan/atau terkait dengan pendanaan kegiatan terorisme dan/atau calon Nasabah yang berasal dari negara-negara yang tidak menerapkan rekomendasi
Financial Action Task Force
(FATF) hanya dapat dilakukan olehpejabat atau pegawai yang telah ditetapkan sesuai Surat Keputusan Direksi dapat menetapkan calon Nasabah atau BO dianggap dan/atau diklasifikasikan mempunyai tingkat risiko tinggi dan/atau Transaksi Yang Tidak Wajar (Surat Keputusan Direksi terlampir).5. Perikatan dengan calon Nasabah yang dianggap dan/atau diklasifikasikan mempunyai tingkat risiko tinggi harus melalui persetujuan Direksi.
6. Perusahaan akan menolak transaksi dengan calon Nasabah, apabila
transaksi tersebut meragukan atau Perusahaan tidak dapat meyakini dokumen atau bukti atas identitas dan/atau informasi lain mengenai BO.
7. Dalamhal terdapat perubahan dokumen-dokumen pendukung akan segera
dilakukan pengkinian data untuk kepentingan internal Perusahaan dan regulator atau pelaporan TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri kepada PPATK.
8. Hasil pemantauan akan dianalisis dan ditatausahakan dan akan dilakukan
evaluasi secara periodik.
9. Penyimpanan dokumen yang berkaitan dengan identitas Nasabah, BO,
termasuk perantara dan/atau pihak lain adalah sampai dengan jangka waktu 5 (lima) tahun sejak perikatan dengan Nasabah diakhiri.
10. Pemantauan terhadap hubungan usaha atau transaksi dengan Nasabah
dan/atau LKNB yang berasal dari negara-negara yang tidak menerapkan
rekomendasi
Financial Action Task Force
(FATF) dilakukan secaraberkesinambungan.
11. Pejabat atau pegawai yang bertanggung jawab melakukan identifikasi
transaksi calon Nasabah atau BO bertugas melakukan pemantauan pelaksanaan transaksi dan menyediakan laporan pemantauan rekening dan pelaksanaan transaksi.
4.3. Prosedur Pelaksanaan PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN Penanggung Jawab Sistem Informasi Perusahaan
a. Data profil Nasabah
Data tersebut digunakan untuk mengindentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan karakteristik transaksi
Nasabah guna memberikan indikator red flag kemungkinan
terjadinya TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri.
b. Data penting lainnya
Data mengenai Orang yang Populer Secara Politis (Politically Exposed Persons), Nasabah yang Berisiko Tinggi (high risk customers), Usaha yang Berisiko Tinggi (High Risk Business), Area yang Berisiko Tinggi (High Risk Area).
c. Indikator red flag
Indikator red flag berfungsi sebagai panduan untuk menilai Nasabah atau pola transaksi Nasabah yang memenuhi kriteriaCDD standar dan CDD lebih ketat serta TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri.Pengembangan Sistem Informasi data profil Nasabah akan dilakukan secaraberkesinambungan.
Pejabat Atau Pegawai Yang Berwenang
Menyampaikan laporan nasabah terindikasi TKM, TKT, TTW atau melakukan transfer dana ke dan dari luar negeri kepada Divisi Manajemen Risiko untuk dilakukan pengkajian terhadap risikonya.
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
Pejabat/Staf Manajemen Risiko
Melakukan analisa risiko transaksi atas sumber penyebab terjadinya TKM, TKT,TTW atau melakukan transfer dana ke dan dari luar negeri.
- Jika disebabkan karena faktor internal (SOP, Kebijakan) maka
dilakukan penyimpanan data untuk ditindaklanjuti kemudian.
Dalam hal sumber penyebab risiko disebabkan karena faktor eksternal maka dilanjutkan dengan menganalisa apakah tingkat risiko tersebut masih dalam batas toleransi perusahaan atau sudah melebihi batas toleransi risiko.
- Jika tingkat risiko yang dihadapi masih dalam batas toleransi
perusahaan maka dilakukan penyimpanan data untuk
ditindaklanjuti kemudian
Dalam hal batas toleransi risiko sudah melebihi batas toleransi risiko yang disepakati/ ditetapkan perusahaan maka dilanjutkan dengan menganalisa apakah dampak risiko tersebut bagi perusahaan.
- Jika dampak risiko yang dihadapi masih dalam batas toleransi
perusahaan maka dilakukan penyimpanan data untuk
ditindaklanjuti kemudian
Dalam hal dampak risiko sudah dinilai tinggi atau berdampak meluas/ sistemik atau menyebabkan fraud maka dilanjutkan dengan menganalisa apakah risiko tersebut telah dapat dimitigasi oleh perusahaan.
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
- Jika mitigasi risiko telah ada dan telah dilaksanakan maka
dilakukan penyimpanan data untuk ditindaklanjuti kemudian
Dalam hal mitigasi risiko tidak ada/ tidak dapat dilakukan, maka
ditindaklanjuti dengan menyusun Rekomendasi Risiko dan
disampaikan kepada Pejabat Penanggung Jawab PMN.
Penanggung Jawab Penerapan PMN di Kantor Pusat
Menyusun suatu usulan kepada Direksi tentang perlu tidaknya menyampaikan Laporan kepada PPATK dengan melampirkan Laporan Nasabah Terindikasi TKM, TKT, TTW dan transfer dana ke luar negeri, bukti yang memadai serta rekomendasi dari Divisi Manajemen Risiko.
Direktur Utama Menyetujui/ menolak usulan penanggung Jawab PMN dan
menyampaikan kepada Sekretaris Perusahaan untuk dilengkapi sesuai tata persuratan yang ada.
Penanggung Jawab Penerapan PMN
Melakukan monitoring atas Laporan Nasabah terindikasi TKM, TKT, TTW, transfer dana dari dan ke luar negeri terkait dengan kepentingan pejabat/ Direksi/ Dewan Komisaris. Dalam hal terjadi hal demikian, maka pejabat/ Direksi/ Dewan Komisaris ybs harus dikecualikan dlm pengambilan keputusan terkait Laporan tsb.
Memberikan keyakinan bahwa unit kerja secara rutin dilakukan pemeriksaan terkait dengan pelaksanaan penerapan PMN, minimal sekali setiap tahun.
Melakukan monitoring atas program pelatihan dan sosialisasi PMN yang telah disusun untuk seluruh unit kerja.
PELAKSANA AKTIVITAS/KEGIATAN
Melakukan monitoring apakah sistem yang ada telah cukup untuk dapat mengidentifikasikan risiko dan transaksi terindikasi TKM, TKT, TTW, transfer dana dari dan ke luar negeri.
Memberikan keyakinan bahwa data terkait transaksi terindikasi TKM, TKT, TTW, transfer dana dari dan ke luar negeri telah disimpan dan diadminitrasikan dengan baik dan aman.
Melakukan monitoring atas tindak lanjut yang direkomendasikan oleh Direksi/ Dewan Komisaris/ PPATK telah dijalankan dengan baik.
4.4. Formulir Pelaksanaan
Formulir Pelaksanaan pada bab ini disajikan dalam lampiran dengan contoh pengisian sebagai berikut:
Contoh: PELAPORAN TRANSAKSI KEUANGAN MENCURIGAKAN (TKM)
1. Nama Achmad
2. Alamat Jl. Banda
3. No. Indentitas KTP/SIM xx.xxx.xxxx.xxxx
4. No. Telepon 021. xxxxxxxxxx
5. Nama Perusahaan PT. Tanu Jaya
6. Jabatan Direktur
7. Alamat Perusahaan Jl. Dursasana
8. Jenis Transaksi Surety Bond
10 Jangka Waktu Pelaksanaan 10 Tahun
11. Cara Pembayaran Tunai
12. Kronologis Transaksi Keuangan Bpk. Achmad setelah 3 bulan
mencairkan polis dengan alas an kebutuhan mendesak, maka dana yang diterima hanya 8,3 M dalam bentuk cek, yang kemudian disetorkan ke Bank yang bersangkutan. Berdasarkan informasi sdr. Achmad pernak melakukan hal yang sama pada 5 perusahaan lainnya.
13. Indikasi Transkasi Mencurigakan - Pembatalan polis dilakukan dalam
waktu singkat, dengan denda yang cukup besar.
- Nilai Premi Polis melebihi
penghasilan dalam 1 tahun sebagai pengusaha percetakan.
- Sesuai informasi sdr.Achmad pernah
melakukan hal yang sama pada 5 perusahaan Jasa asuransi lainnya.
14 Unsur Unsur Transaksi
Mencurigakan
- Transaksi yang menyimpang dari
karakteristik nasabah
BAB V
PROSEDUR MANAJEMEN RISIKO TERKAIT PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
5.1. Ketentuan Umum
1. Bab ini membahas prosedur manajemen risiko yang dimiliki perusahaan
terkait dengan PMN yang bertujuan agar penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) pada perusahaan telah mengakomodasi kebijakan manajemen risiko perusahaan.
2. Kebijakan manajemen risiko terkait PMN mengatur pengawasan oleh
direksi dan dewan komisaris Perusahaan (
management oversight
).Kebijakan manajemen risiko tersebut harus memenuhi aspek pengawasan yang memadai, pemisahan tugas, pendelegasian kewenangan, pelatihan & sosialisasi dan sistem informasi.
5.2. Pengawasan oleh Direksi dan Dewan Komisaris
1. Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas pelaksanaan penerapan
PMN pada Perusahaan serta memberikan usulan dan masukan atas pelaksanaan PMN.
2. Direksi wajib menyusun prosedur pemantauan pelaksanaan PMN.
3. Pedoman P4MN dan perubahannya ditetapkan dengan surat keputusan
5.3. Pendelegasian Kewenangan
1. Direksi dapat mendelegasikan kewenangan untuk pelaksanaan PMN,
penanggung jawab penerapan PMN, dengan memperhatikan hal sebagai berikut :
a. Penunjukan penanggung jawab penerapan PMN pada Perusahaan
ditetapkan dengan surat keputusan direksi.
b. Dalam penunjukan penanggung jawab penerapan PMN, direksi harus
mempertimbangkan kompetensi dan integritas personil yang ditugaskan sebagai anggota atau Penanggung Jawab PMN.
c. Direksi wajib menetapkan tugas, wewenang dan tanggung jawab
penanggung jawab penerapan PMN.
2. Dalam proses pendelegasian harus dipenuhi syarat yaitu:
a. Apabila hal penanggung jawab PMN menemukan bahwa direksi
terafiliasi atau memiliki kepentingan atas suatu TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri, maka Penanggung Jawab penerapan PMN dapat melaporkan langsung TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri tersebut kepada PPATK dengan sepengetahuan Dewan Komisaris.
b. Apabila hal Penanggung Jawab PMN menemukan bahwa salah satu
anggota Dewan Komisaris terafiliasi atau memiliki kepentingan atas suatu TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri, maka Penanggung Jawab penerapan PMN dapat
melaporkan langsung TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri tersebut kepada PPATK dengan sepengetahuan direksi dan atau anggota dewan komisaris yang lain.
c. Apabila penanggung jawab penerapan PMN memiliki kepentingan atas
suatu TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri, maka direksi dapat menyusun sendiri laporan PMN kepada PPATK.
5.4. Pemisahan Tugas
Dalam kebijakan mengenai pemisahaan tugas paling kurang harus diatur mengenai pemisahan tugas penanggung jawab PMN dalam struktur organisasi perusahaan (pemisahan tugas penerima informasi/data/dokumen, tugas identifikasi dan verifikasi, tugas pemantauan rekening dan pelaksanaan transaksi, tugas pelaporan ke direksi/PPATK/regulator) sehingga terdapat mekanisme kontrol bagi perusahaan untuk mencegah perusahaan digunakan sebagai sarana pencucian uang oleh Tertanggung/Pemegang Polis.
5.5. Sistem Pengawasan Internal dan Audit Internal
Dalamsistem pengawasan internal dan audit internal, diatur bahwa:
a. Dalam melakukan audit, internal auditor Perusahaan melakukan audit dan
evaluasi kepatuhan unit-unit kerja Perusahaan terhadap P4MN.
b. Audit internal harus meliputi pengecekan pelaksanaan kewajiban pelaporan
kepada PPATK termasuk di dalamnya pengecekan apakah terdapat TKM,TKT, Transaksi yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar
negeri yang belum dilaporkan kepada PPATK serta melakukan analisa yang memadai agar dapat memberikan keyakinan yang bahwa tidak terjadi TKM,TKT, Transaksi yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri
5.6. Informasi dan Sumber Daya Manusia
Pelatihan yang memadai tentang PMN yang memadai untuk pejabat, pegawai dan tenaga pemasar, meliputi :
a. Program pelatihan PMN dilaksanakan sesuai dengan usulan penanggung
jawab penerapan PMN dan dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuan pejabat, pegawai, dan agen Perusahaan dalam penerapan PMN serta untuk karyawan baru.
b. Penyusunan program pelatihan PMN setiap tahun.Selanjutnya laporan
pelaksanaan program pelatihan PMN disampaikankepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan c.q. Kepala Biro Perasuransian paling lambat tanggal 15 Pebruari tahun berikutnya.
Dalam penerimaan pegawai baru, Perusahaan menjalankan prosedur
penyaringan (
screening
) dalam rangka penerimaan pegawai baru, namun tidakterbatas pada meminta surat kelakuan baik dari POLRI.
Sistem informasi yang dapat memberikan informasi kepada pelaksana PMN dalam hal terjadi transaksi yang tergolong TKM,TKT, Transaksi Yang Tidak Wajar, atau transfer dana dari dan ke luar negeri.
BAB VI PENUTUP
Perusahaan akan melakukan pemutakhiran P4MN secara berkala dengan memperhatikan perkembangan internal Perusahaan dan Industri Asuransi secara umum. Pemutakhiran dimaksudkan agar pedoman tetap dapat diimplentasikan dan senantiasa mengikuti perkembangan yang ada.
Segera setelah dilakukan perubahan dalam P4MN ini, Perusahaan akan melaporkan perubahan tersebut kepada Ketua Bapepam dan LK c.q. Kepala Biro Perasuransian.
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMPIRAN
CDD LEBIH SEDERHANA
1. Asuransi yang diminta tidak menjanjikan pengembalian dana sebelum atau setelah berakhirnya masa pertanggungan
2. Jumlah pembayaran premi setahunnya tidak melebihi Rp25.000.000,00 (Dua puluh lima Juta rupiah).
CDD STANDAR
1. Nasabah keberatan untuk memberikan informasi yang lengkap mengenai obyek asuransi
2. Penutupan asuransi yang memiliki nilai pertanggungan tidak sesuai dengan nilai sebenarnya
3. Penutupan asuransi yang mempertanggungkan barang/asset Nasabah perorangan yang termasuk kategori barang mewah
CDD LEBIH KETAT
1. Latar belakang atau profil calon Nasabah dan BO yang termasuk kategori orang yang populer secara politis (politically exposed persons) atau Nasabah yang berisiko tinggi (high risk customers)
2. Bidang usaha yang termasuk kategori usaha yang berisiko tinggi (high risk business)
YA TIDAK KRITERIA CDD
2. Bidang usaha yang termasuk kategori usaha yang berisiko tinggi (high risk business)
3. Negara atau teritorial asal Nasabah domisili Nasabah, atau dilakukannya transaksi yang termasuk area yang berisiko tinggi (high risk area)
____________,_____________________ Petugas
2. Alamat Perusahaan : __________________________________________________________________________ 3. Nomor Telepon : __________________________________________________________________________ Nomor Fax : __________________________________________________________________________ Alamat Email : __________________________________________________________________________ 4. Nomor Akte Pendirian / Anggaran Dasar : __________________________________________________________________________ 5. Ijin Usaha : __________________________________________________________________________ 6. Surat Keterangan Domisili : __________________________________________________________________________ 7. Nomor NPWP : __________________________________________________________________________
II. MAKSUD DAN TUJUAN DILAKUKAN PENUTUPAN ASURANSI
___________________________________________________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________________________________________________
IV. Apakah Perusahaan mempunyai Asuransi yang sama pada Perusahaan lain ? Ya Tidak Jika "Ya", berikan penjelasan :
___________________________________________________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________________________________________________ V.
Apakah Perusahaan bertindak untuk diri sendiri atau mewakili pihak lain ? Ya Tidak Jika "Ya", mohon dilengkapi informasi berikut.
DATA PEMBERI KUASA
1. Nama : __________________________________________________________________________ Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Tempat & Tanggal Lahir : _____________________,_____________________________________________________ 3. Alamat (Sesuai dengan KTP/SIM/Paspor) : __________________________________________________________________________ Nomor Telepon/HP : __________________________________________________________________________ Alamat Email : __________________________________________________________________________ 4. Alamat Terkini : __________________________________________________________________________ 4. Alamat Terkini : __________________________________________________________________________ 5. Kewarganegaraan : WNI WNA
6. Jenis Kartu Identitas : KTP SIM Paspor
7. No. Identitas : __________________________________________________________________________ VI.
DOKUMEN YANG DILAMPIRKAN
1. Copy Akte Pendirian atau Anggaran Dasar Perusahaan berikut perubahannya. 2. Copy NPWP.
3. Copy Laporan Keuangan 2 Tahun terakhir.
4. Spesimen tanda tangan pihak yang ditunjuk mempunyai wewenang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan. 5. Surat Kuasa jika calon Nasabah mewakili pihak lain.
6. Copy Kartu Identitas pemberi kuasa jika calon Nasabah mewakili pihak lain. 7. Dokumen pendukung permohonan asuransi.
VII. PERNYATAAN
____________,_____________________ Calon Nasabah
Tanda Tangan dan Cap Perusahaan
( ) Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa keterangan tersebut di atas dibuat dengan sejujurnya dan sesuai dengan keadaan sebenarnya menurut sepengetahuan saya atau yang seharusnya saya ketahui, serta menjamin bahwa seluruh dokumen yang dilampirkan adalah benar dan/atau sesuai aslinya. Maka dengan ini saya mengikatkan diri pada semua persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam ketentuan produk yang diberikan oleh PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia.
2. Tempat & Tanggal Lahir : _____________________,_____________________________________________________ 3. Alamat (Sesuai dengan KTP/SIM/Paspor) : __________________________________________________________________________
Nomor Telepon/HP : __________________________________________________________________________
Alamat Email : __________________________________________________________________________
4. Alamat Terkini : __________________________________________________________________________
5. Kewarganegaraan : WNI WNA 6. Jenis Kartu Identitas : KTP SIM Paspor
7. No. Identitas : __________________________________________________________________________
II. MAKSUD DAN TUJUAN DILAKUKAN PENUTUPAN ASURANSI
___________________________________________________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________________________________________________ III. PROFIL KEUANGAN
1. Pekerjaan : __________________________________________________________________________ 2. Nama Kantor : __________________________________________________________________________ Jabatan : __________________________________________________________________________ 3. Alamat Kantor : __________________________________________________________________________ Nomor Telepon : __________________________________________________________________________ Nomor Fax : __________________________________________________________________________
4. Lama Bekerja : _____ Tahun _____ Bulan
5. Penghasilan Kotor Per Tahun : Rp. _______________________________________________________________________ 6. Nomor Rekening Nasabah : __________________________________________________________________________ 7. Sumber Dana Pembayaran Premi : __________________________________________________________________________ IV. Apakah Anda mempunyai Asuransi yang sama pada Perusahaan lain ? Ya Tidak
Jika "Ya", berikan penjelasan :
___________________________________________________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________________________________________________ V. Apakah Anda bertindak untuk diri sendiri atau mewakili pihak lain ? Ya Tidak
Jika "Ya", mohon dilengkapi informasi berikut. DATA PEMBERI KUASA
1. Nama : __________________________________________________________________________
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
2. Tempat & Tanggal Lahir : _____________________,_____________________________________________________ 3. Alamat (Sesuai dengan KTP/SIM/Paspor) : __________________________________________________________________________
Nomor Telepon/HP : __________________________________________________________________________
Alamat Email : __________________________________________________________________________
4. Alamat Terkini : __________________________________________________________________________
5. Kewarganegaraan : WNI WNA 6. Jenis Kartu Identitas : KTP SIM Paspor
7. No. Identitas : __________________________________________________________________________
VI. DOKUMEN YANG DILAMPIRKAN 1. Copy Kartu Identitas calon Nasabah.
2. Copy Kartu Identitas pemberi kuasa jika calon Nasabah mewakili pihak lain. 3. Surat Kuasa jika calon Nasabah mewakili pihak lain.
4. Dokumen pendukung permohonan asuransi. VII. PERNYATAAN
____________,_____________________ Calon Nasabah
( ) Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa keterangan tersebut di atas dibuat dengan sejujurnya dan sesuai dengan keadaan sebenarnya menurut sepengetahuan saya atau yang seharusnya saya ketahui, serta menjamin bahwa seluruh dokumen yang dilampirkan adalah benar dan/atau sesuai aslinya. Maka dengan ini saya mengikatkan diri pada semua persyaratan dan ketentuan yang tercantum dalam ketentuan produk yang diberikan oleh PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia.
1. Nama 2. Alamat
3. No. Identitas KTP/SIM/Paspor
4. No. Telp / Fax / HP
5. Nama Perusahaan
6. Jabatan
7. Alamat Perusahaan
8. Jenis Polis
9. Jumlah Transaksi
10. Jangka Waktu polis 10. Jangka Waktu polis 11. Cara Pembayaran 12. Kronologis TKM / TKT/ Transfer Dana Ke LN )* 13. Kriteria TKM / TKT ____________,_____________________ Catatan : Petugas
)* = coret yang tidak perlu