• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawil dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak organik. Tempurung kelapa sawit dapat pembuatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawil dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak organik. Tempurung kelapa sawit dapat pembuatan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER PUPUK

ORGANIK DAN PAKAN TERNAK

M . HIDAYANTO

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M Noor, PO BOX 1237, Sempaja- Samarinda 75119

ABSTRAK

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai peranan sangat penting dalam upaya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani . Selain mrnghasilkan bahan baku untuk bahan industri pengolahan, sumber pangan dan gizi utama dalam menu penduduk serta mampu menciptakan lapangan kerja, kelapa sawit juga menghasikan limbah . Limbah pabrik kelapa . sawit terdapat dalam jumlah yang melimpah dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, oleh karena itu sangat diperlukan upaya memanfaatkan limbah untuk mengatasi pencemaran lingkungan, sekaligus memberikan nilai tambah kepada pabrik pengolahan kelapa sawit . Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan : (a) sebagai pupuk organik berupa kompos dari tandan kosong kelapa sawit, untuk tanaman semusim dan tahunan, dan (b) sebagai pakan altematif ternak, yang cukup besar prospeknya untuk dikembangkan, misanya yang bersumber dari bungkil sawit. Khusus penggunaan limbah kelapa sawit sebagai bahan pakan temak, dapat dicampur sebagai bahan tambahan pakan lainnya, atau bisa juga diberikan secara langsung pada temak .

Kats kunci : Limbah kelapa sawit, kompos, pakan ternak

PENDAHULUAN

Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada masa pemerintahan Orde Baru diarahkan dalam rangka untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa negara . Pada waktu itu pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan dan sampai tahun 1980, luas lahan perkebunan mencapai 294 .560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721 .172 ton . Sejak itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat .

Pemilihan komoditas sawit untuk menjadi komoditas andalan baru dari subsektor perkebunan disamping komoditas lain yang telah lama diusahakan seperti karet, lada, kelapa, kakao dan kopi adalah berdasarkan pertimbangan besarnya manfaat yang diharapkan dapat diperoleh daerah dari komoditas ini . Peluang pasar permintaan akan CPO di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun . Data BPS (2001) menyebutkan bahwa ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2000 sebesar 4,68 juta ton dengan nilai USD 1,32 miliar . Potensi ekspor minyak sawit ini terus meningkat dengan pertumbuhan 7,9 persen per

tahun, sehingga pada tahun 2003 naik menjadi lebih dari 6,02 juta ton .

Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri yang berkembang pesat pada dua dekade terakhir dan diproyeksikan masih akan tetap menjadi salah satu primadona dalam sub sektor perkebunan pada masa mendatang . Meskipun pertumbuhan kelapa sawit Indonesia cukup pesat, namun daya saing komoditas (competitive advantages) kelapa sawit (CPO) di pasar internasional masih lemah. Salah satu strategi kunci yang diyakini mampu meningkatkan daya saing adalah dengan perbaikan teknologi, baik pada tingkat onfarm maupun offfarm, termasuk juga yang berkaitan dengan pengelolaan Iimbah .

Dari setiap produk limbah cangkang sawit, 12 persennya bisa menjadi pakan ternak (sapi), dan sisanya setelah diproses bisa dijadikan kompos untuk pemupukan tanaman sawit. Sedangkan untuk pembuatan kompos sebagai sumber pupuk, dengan cara memanfaatkan limbah bungkil sawit ditambah kotoran sapi .

Untuk meningkatkan nilai tambah limbah pabrik kelapa sawit, limbah kelapa sawit yang berupa tandan kosong dapat juga dimanfaatkan untuk mulsa tanamat3 kelapa sawit, sebagai bahan baku pembuatan pulp dan pelarut

(2)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawil dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

organik. Tempurung kelapa sawit dapat pembuatan arang aktif, serta bungkil sawit dimanfaatkan sebagai bahan bakar dan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pakan . Tabel 1 . Proyeksi luas areal perkebunan kelapa sawit, 2006-2025

Sumber :DITIEN PERKEBUNANdanPPKS, (2006)

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang potensi limbah kelapa sawit dan peluang pemanfaatannya sebagai sumber bahan organik dan pakan ternak, yang dihimpun dari berbagai sumber. Informasi yang disajikan mencakup potensi limbah kelapa sawit, aplikasinya sebagai bahan organik (kompos) dan sumber pakan alternatif

pada ternak ruminansia .

LIMBAH INDUSTRI KELAPA SAWIT Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) menghasilkan biomassa produk samping yang jumlahnya sangat besar . Tahun 2004 volume produk samping sawit sebesar 12 .365 juta ton tandan kosong kelapa sawit (TKKS), 10.215 juta ton cangkang dan serat, dan 32 .257 -37 .633 juta ton limbah cair (Palm Oil Mill E„r luent/POME) . Jumlah ini akan terus meningkat dengan meningkatnya produksi TBS Indonesia . Produksi TBS Indonesia di tahun 2004 mencapai 53 .762 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 64 .000 juta ton . Disamping itu usaha budidaya kelapa sawit, selain hasil pokok CPO dan Inti Sawit, masih terdapat sejumlah hasil samping dan limbah seperti : pelepah, daun, bungkil, lumpur dan lain-lain .

Limbah dari industri kelapa sawit meliputi padatan, cair dan gas . Pasir atau tanah dari perkebunan, tandan buah, ampas, kulit kering batok/cangkang serta lumpur dari kolam pengolah limbah cair merupakan bentuk

limbah padatan . Sedangkan limbah cair berasal dari pengembunan uap air .

LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER PUPUK ORGANIK Volume limbah padat di perkebunan kelapa sawit cukup besar, berasal dari daun, pelepah, dan tandan, sehingga membutuhkan curahan tenaga kerja yang cukup banyak dan memerlukan biaya transportasi untuk penanganannya. Untuk membantu menutup biaya yang diperlukan dalam penanganan

limbah padat di kebun kelapa sawit, telah dirancang teknologi pengolahan limbah padat menjadi kompos yang merupakan bahan bemilai ekonomi yang lebih kecil biaya transportasinya .

Kompos dari tandan kosong kelapa sawit Teknologi produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan limbah cair di PKS . Penerapan teknologi ini memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero waste yang berarti tidak ada lagi limbah padat dan cair yang dibuang. Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin pencacah . TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara terbuka atau di bawah atap . Tumpukan dibalik 3 - 5 kali seminggu dengan mesin pembalik BAKHUS dan disiram dengan

Tahun Luas Areal ( .000 Ha)

PR PBN PBS Nasional 2006 2 .017 702 3 .254 5 .973 2007 2 .337 727 3 .449 6 .513 2008 2 .657 752 3 .644 7 .053 2009 2 .997 777 3 .839 7 .593 2010 3 .292 802 3 .929 8 .023 2015 3 .792 927 4 .289 9 .008 2020 3 .792 927 4 .289 9.008 2025 3 .792 927 4 .289 9.008 %Tahun 3,4 1,5 1,5 2,2

(3)

Seminar Oprimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawil dan Indusiri Olahannya sebagai Pakan Ternak

limbah cair PKS . Pada akhir pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos

diayak dan dikemas .

Total biaya investasi produksi kompos dari TKS berkisar Rp . 4 miliar untuk PKS dengan

kapasita 30 ton TBS/jam . Dengan asumsi produksi kompos per hari 60 ton, maka biaya produksi kompos adalah Rp . 150/kg. Dengan harga jual kompos bulk Rp . 400/kg, keuntungan langsung yang diperoleh sebesar Rp . 366/kg atau sekitar Rp . 2,28 miliar/tahun sebelum pajak .

Pemerintah Kabupaten Paser Kalimantan Timur saat ini telah merencanakan pembuatan pupuk organik dari jakos dan Palm oil mill efluent (POME) atau limbah cair menjadi pupuk organik . Aplikasi tehnologi ini baru pertama kali yang akan diterapkan di Indonesia

(KALTIM POST, 29 Juni 2007) . Manfaat pembuatan pupuk organik ini bagi daerah, antara lain meningkatkan pendapatan daerah, dan petani akan memperoleh tambahan hasil . Juga membuka lapangan kerja baru dan ikut memelihara lingkungan . Di Riau telah juga dibuat kompos dari limbah kelapa sawit . Kompos dari bahan sawit ini telah diproduksi menjadi komplet-vit (pelet) .

Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk

Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk . Aplikasi limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan sekaligus berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit . Kualifikasi limbah cair yang digunakan mempunyai kandungan BOD 3 .500-5 .000 mg/I yang berasal dari kolam anaerobik primer .

Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder (flatbed) . Ukuran flatbed adalah 2,5 m x 1,5 m x 0,25 m . Dosis pengaliran limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/Ha/bulan atau 126 m3/Ha/bulan .

Kandungan hara pada I m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit . Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan

menghasil-kan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi sekitar

100-120 Ha .

Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal . Namun investasi ini diikuti dengan pening-katan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat . Aplikasi limbah cair 12,6 mm ECH/Ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/Ha . Di samping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan

limbah .

Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta . Penggunaan limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS 16-60% . Limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kpalitas air tanah di sekitar areal aplikasinya .

LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI SUMBER PAKAN ALTERNATIF

Pakan sebagai komponen utama peternakan Keberhasilan pengembangan peternakan sangat ditentukan oleh penyediaan pakan ternak (DJAENUDIN, etal ., 1996) . Ketersediaan pakan akan menentukan keberlanjutan usaha peternakan pada suatu wilayah . Di Indonesia sumber pakan ternak ruminansia cukup banyak variasinya, antara lain dari pelepah sawit, dan bungkil sawit . Sumber pakan dari padang penggembalaan sering menghadapi masalah karena adanya persaingan dalam penggunaan lahan . Di masa depan industri pakan ternak sebaiknya lebih diarahkan untuk pemanfaatan limbah, seperti limbah dari kelapa sawit . Bahan pakan limbah perkebunan kelapa sawit dapat berasal dari bungkil inti sawit, solid, dan

pelepah serta daun .

Dalam sistem produksi peternakan, disam-ping kualitas bibit, pakan merupakan komponen utama yang menentukan tingkat produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan, baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis . Dalam berbagai literatur disebutkan, dua faktor penting yang menentukan produktivitas peternakan, yaitu genetik dan lingkungan, dengan tingkat

(4)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

perbandingan 30/70 persen . Dengan kata lain, faktor lingkungan lebih dominan . Dari 70 persen faktor lingkungan itu, lebih dua pertiganya adalah faktor pakan, yang merupakan salah satu kendala dalam pengembangan peternakan di negeri kita .

Dari segi teknis, kualitas pakan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan ternak dalam mencapai tingkat produktivitas yang diharap-kan, tanpa adanya gangguan kesehatan hewan untuk keragaan yang optimal . Sedangkan dari segi ekonomis, biaya pakan merupakan komponen biaya tertinggi (60-70%) dari seluruh biaya produksi .

Limbah sawit mendukung program swasembada daging

Keberadaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit (PKS) mempunyai potensi yang besar untuk mendukung pengembangan peternakan, yaitu dengan tersedianya limbah perkebunan dan pabrik kelapa sawit yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan .

Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang berpotensi sebagai pakan, seperti bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan buah kosong, dan solid (ARITONANG, 1986; PASARIBU, et a!., 1998 ; UTOMO, et al., 1999) .

Bungkil inti sawit mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dibanding Iimbah lainnya dengan kandungan protein kasar 15% dan energi kasar 4.230 Kkal/kg (KETAREN, 1986)

sehingga dapat berperan sebagai pakan penguat (konsentrat) .

Populasi ternak khususnya sapi potong sebagai penghasil daging saat ini sedang dalam kondisi yang mengkhawatirkan . Dalam lima tahun terakhir telah terjadi penurunan sebesar 4,10% dari 11 .137 .000 ekor pada tahun 2001 menjadi 10.680.000 ekor pada tahun 2005 . Salah satu penyebabnya adalah produktivitas ternak rendah yang diakibatkan oleh keterbatasan pakan untuk ternak (tidak men-cukupi), balk kuantitas maupun kualitasnya

(SINAR TANI, edisi 6-12 Juni 2007) . Padahal di sisi lain terdapat potensi yang sangat besar sebagai sumber pakan ternak, terutama yang berupa limbah tanaman perkebunan .

Untuk mendukung program swasembada daging 2010, sumber pakan yang dapat digunakan hingga ketersediaan dan kualitasnya terjamin (ILHAM, 2006) melalui : (1) bermitra

denganfeedlotter,(2) mengembangkan industri

complete feed berbasis bahan baku lokal, (3) integrasi antara tanaman dan ternak dan (4) kerjasama dengan pihak pekebun dalam memanfaatkan pelepah dan limbah sawit .

Lumpur sawit sebagai pakan ternak

Sampai saat ini, Indonesia masih mengimpor bahan pakan dalam negeri . Jumlah impor ini terus meningkat sesuai dengan peningkatan kebutuhan akan produk peternakan. Di lain pihak, Indonesia memiliki bahan pakan lokal yang belum lazim dimanfaatkan . Salah satu diantaranya adalah lumpur sawit yang merupakan limbah pengolahan minyak sawit . Pada tahun 2001, produksi lumpur sawit (kering) diperkirakan sebanyak 632 .570 ton dan jumlah ini akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan

produksi minyak sawit (SINURAT,2003) .

Tabel 2 . Komposisi kimia lumpur sawit kering yang dikutip dari berbagai sumber

Sumber:SINURAT (2003)

Lumpur sawit merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pemerasan buah sawit untuk menghasilkan minyak sawit kasar atau

Uraian Kisaran

Bahan kering, % 90

Kecemaan BK pada ayam, % 24,5

Lemak kasar, % 10,4

Serat kasar, % 11,5-32,9

ADF, % 44,29

NDF, % 62,77

Energi kasar (GE), Kkal/kg 3315-4470

EM (TME), Kkalkg 1125-1593 Protein kasar, % 9,6-14,52 Protein sejati, % 8,9-10,44 Asam amino, Threonin 0,33-0,78 Alanine 0,41-0,56 Sistin 0,12-0,13 Valine 0,36-0,48 Metionin 0,14-0,16 Isoleusin 0,35 Leusin 0,52-0,60 Fenilalanin 0,21 Lisin 0,21-0,31 Arginin 0,19-0,21 Abu, % 9-25 Kalsium (Ca), % 0,50-0,97 Fosfor (P), % 0,17-0,75

(5)

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

crude palm oil (CPO) . Jumlah produksi lumpur sawit sangat tergantung dari jumlah buah sawit yang diolah. Menurut DEVENDRA (1978),

lumpur sawit (setara kering) akan dihasilkan sebanyak 2% dari tandan buah segar atau sekitar 10% dari minyak sawit kasar yang dihasilkan . Komposisi kimia lumpur sawit seperti yang tertera pada Tabel 2 .

Tabel 3 . Kandungan nutrisi solid sawit

Sumber:UTOMO (2001) ; WIDJAJA (2005)

POTENSI PRODUK LIMBAH KELAPA SAWIT

Manfaat perkebunan kelapa sawit yang sudah banyak dirasakan oleh peternak ruminansia, terutama adalah potensi hijauan yang tumbuh sebagai gulma di areal tanaman sawit . Yang tidak kalah pentingnya adalah adanya . limbah dan hasil ikutan industri pengolahan tandan buah sawit yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia yaitu : solid decanter, bungkil inti sawit atau PKC (Palm Kernel Cake), sabut sawit atau PPF (Palm Press Fiber) dan lumpur sawit atau POS (Palm Oil Sludge) kering (DAVENDRA, 1977 ; SUTARDI, 1997 ; SIANIPARel al., 1998) .

Limbah solid sawit sebagai pakan ternak Bahan pakan limbah perkebunan kelapa sawit dapat berasal dari bungkil Inti Sawit, solid, dan pelepah serta daun . Dari hasil kajian memberikan bukti nyata bahwa bahan pakan limbah kelapa sawit (solid sawit) yang tersedia secara melimpah bisa dijadikan sebagai sumber pakan ternak terutama untuk ternak ruminansia

(UTomo

dan WIDJAJA, 2004) . Kandungan nutrisi solid sawit dapat dilihat pada Tabel 3 .

Disamping limbah industri kelapa sawit tersebut, limbah kebun sawit yang cukup potensial bagi produksi ternak adalah pelepah dan daun tanaman sawit yang oleh perusahaan dibuang setiap pemanenan tandan buah sawit . Menurut PAIN (1995) yang disitasi oleh

SUDARYANTO,et al, . (1999)kebun sawit dapat

menghasilkan limbah pelepah sebesar 10,5

ton/Ha .

Limbah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan tambahan sumber energi dan protein . Harga limbah kelapa sawit umumnya masih relatif sangat murah . Namun dalam pemanfaatannya perlu dicermati kandungan nutrisi dan bentuk fisiknya yang dapat mempengaruhi peman-faatan dan nilai ekonominya, seperti : pelepah/ daun sawit banyak mengandung serat kasar dan lignin

No Kandungan nutrisi Jumlah No Jenis asam amino Jumlah (%)

1 . Bahan kering (%) 81,65 -93,14 15 . Aspartat 0,89

2 . Protein kasar(%) 12,63 -17,41 16 . Glutamat 1,00

3 . Lemak kasar (%) 7,12-15,15 17 . Serina 0,50

4 . Serat kasar (%) 9,98-25,79 18 . Glisina 0,01

5 . Energi bruto (kkal/kg) 3217,00 - 3454,00 19 . Histidina 0,10

6 . Ca (%) 0,03-0,78 20 . Arginina 0,20

7 . P (%) 0,00-0,58 21 . Treonina 0,08

8 . Karoten (lU) 109,75 22 . Alanina 0,61

9 . NDF (%) 58,58 23 . Prolina 0,06 10. ADF (%) 53,33 24 . Tirosina 0,42 11 . Hemiselulosa (%) 5,25 25 . Valina 0,43 12 . Selulosa (%) 26,35 26 . Metionina 0,92 13 . Lignin (%) 22,31 27 . Sisteina 0,33 14 . Silika (%) 4,47 28 . Isoleusina 0,51 29 . Leusina 0,31 30 . Fenilalanina 0,37 31 . Lisina 0,40

(6)

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak

(kayu) yang tidak bisa dicerna oleh mikroba dalam rumen ternak. Dalam pemanfaatannya dibutuhkan perlakuan pendahuluan seperti pemisahan kulit dan daging pelepah . Pemisahan daun dengan lidi membutuhkan biaya prosesing . Perubahan bentuk fisik serat menjadi lebih kecil atau menjadi tepung memudahkan dalam proses pencampuran dengan bahan lain dalam formula pakan tambahan(SIANIPAR,et al., 2003) .

Hasil penelitian SIANIPAR, et a!. (2003) menunjukkan bahwa produksi limbah perke-bunan kelapa sawit secara fisik cukup potensial sebagai sumber pakan ternak (pelepah 486 ton/Ha, daun sawit 17,1 ton/Ha, solid 840 ton/Ha, bungkil inti sawit 567 ton/Ha) . Dikaitkan dengan populasi ternak kambing di Indonesia sekarang ini (13 .065 .700 ekor) dapat ditingkatkan kapasitas tampung pakan sebesar 33,1 kali lipat dari populasi yang ada sekarang. Namun perlu dicermati bahwa jenis limbah pelepah dan daun sawit secara teknis dalam pemanfaatannya tidak efisien karena kan-dungan proteinnya relatif rendah serta harus terlebih dahulu mengalami perlakuan (merubah bentuk fisik) . Bahan ini tidak dapat diberikan secara tunggal karena kurang disukai ternak . Limbah akan termanfaatkan bila digunakan sebagai komponen pakan komplet agar dapat dikonsumsi oleh ternak dan secara ekonomi juga produksi limbah sawit tidak efisien karena kandungan nutrisinya terutama protein relatif rendah .

Setiap hektar kebun sawit terdapat 120-130 pohon dengan manajemen panen 5,'7 (5 hari/ minggu) maka terdapat sejumlah 26 pohon yang dapat dipangkas dengan jumlah sebanyak 2-3 pelepah per pohon dan rataan produksi pelepah per pohon sebesar 14,8 kg bagian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak (daging pelepah). Dalam satu hektar kebun sawit dapat dihasilkan sebanyak 486 ton pelepah kering, 17,1 ton daun sawit kering. Sedangkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) dihasilkan limbah sebanyak 840-1260 kg solid decanter, sludge 0,042 ton dan 567 kg PKC (bungkil inti sawit) . Rendemen masing-masing yaitu 4-6% untuk solid decanter, sludge 0,2% dan PKC 45% dari TBS (tndan buah sawit segar) yang diolah . Bila koefisien teknis ini jika dikaitkan dengan luas kebun sawit di Indonesia tahun 2000, maka produksi limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit, yang paling tinggi

terdapat di Pulau Sumatera khususnya Provinsi Riau dan Sumatera Utara .

Pada usaha ternak sambilan (low input) maka potensi pemanfaatan pelepah tidak feasible (tidak layak) . Namun jika pemanfaatan pelepah dilakukan pada usaha agribisnis (skala komersial/skala besar) maka besar kemung-kinannya . Meskipun tingkat keuntungan dari penggunaan pelepah dan daun sawit relatif rendah . Jika diakumulasikan ke dalam skala usaha yang relatif besar, maka keuntungan usaha akan semakin tinggi, dan menjadi layak digunakan sebagai pakan terlebih jika dibandingkan dengan mengandalkan rumput sebagai pakan pokok yang kapasitas tampung ternak per hektar kebun sawit hanya sebesar 2-3 ekor kambing . Dengan penggunaan pelepah dapat menampung 127 ekor kambing per hektar kebun sawit.

t

Tabel 4 . Komposisi limbah yang dihasilkan pada pengolahan minyak sawit (CPO)

KESIMPULAN

1 . Kelapa sawit selain menghasilkan bahan baku untuk bahan industri pengolahan, sumber pangan dan gizi utama dalam menu penduduk serta mampu menciptakan lapangan kerja, kelapa sawit juga menghasikan Iimbah .

2 . Limbah pabrik kelapa sawit terdapat dalam jumlah yang melimpah dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, oleh karena itu sangat diperlukan upaya memanfaatkan limbah untuk mengatasi pencemaran lingkungan, sekaligus memberikan nilai Deskripsi Kisaran produksi

(%) (tahun/hari) Tandan buah segar 100 600-700

Crude palm oil 23 138- 161

Limbah cair 8,50 51 -59,50

Limbah padat

Tandan bush kosong 16 96 - 112

Serat perasan bush 26 156- 182

Bungkil inti sawit 4 24-28

Cangkang 6 36 - 42

Solid 3 18 - 21

Limbah lain 13,50 81-94,40

(7)

tambah kepada pabrik pengolahan kelapa sawit .

3 . Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan : (a) sebagai pupuk organik berupa kompos dari tandan kosong kelapa sawit, untuk tanaman semusim dan tahunan, dan (b) sebagai pakan alternatif ternak yang cukup besar prospeknya untuk dikembangkan .

DAFTAR PUSTAKA

ARITONANG, D . 1986 . Perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak di Indonesia . Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Pertanian V(4): 93-99 .

UTOMO, B .N .dan E . WIDJAJA. 2004 . Limbah padat pengolahan minyak sawit sebagai sumber nutrisi ternak ruminansia . Jurnal Litbang Pertanian 23 (1),Jakarta .

DARNOKO dan E.S . SUTARTA . 2006 . Sinar Tani . Jakarta.

DJAENUDIN, D ., H .SUBAGiO,dan S .KARAMA . 1996 . Kesesuaian lahan untuk pengembangan peternaka di beberapa Provinsi di Indonesia . Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner . Cisarua7-8November 1995 .Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. HIm . 165-174 .

SIANIPARJ ., L .P . BATUBARAdan A .TARIGAN . 2003 . Analisis potensi ekonomi limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai pakan kambing potong. Makaah Lokakarya Nasional

Kambing Potong .

SIANIPARJ ., L . P .BATUBARAdan A .TARIGAN . 2006. Lokakarya Nasional Kambing Potong . KALTIM POST. 2007 . 29Juni2007 .

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak

KETAREN, P.P. 1986 . Bungkil inti sawit dan ampas minyak sawit sebagai pakan ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8 (4-6): 10-11 .

HANAFI,N . D . 2004 . Perlakuan silase dan amoniasi daun kelapa sawit sebagai bahan baku pakan domba. Fakultas Pertanian Program Studi Produksi Temak . Universitas Sumatera Utara . ILHAM, N . 2006 . Analisis sosial ekonomi dan strategi pencapaian swasembada daging 2010 . Makalah Pertemuan Koordinasi Teknis Direktorat Budidaya Temak Ruminansia, Ditjen Peternakan .27April2006 .Bogor . PASARIBU, T ., A .P. SINURAT, J . ROSIDA, T .

PURWADARIA, dan T. HARYATI . 1998 . Pengkayaan gizi bahan pakan inkonvensional melalui fermentasi untuk ternak unggas . 2. Peningkatan nilai gizi lumpur sawit melalui fermentasi . Edisi Khusus Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Peternakan Tahun Anggaran 1996/1997 . Buku III : Penelitian Ternak Unggas . Balai Penelitian Temak. Bogor . SIANIPAR, J ., L .P . BATUBARA, K . SIMANIHURUK, S .

ELIESER dan A . MISNIWATY . 1998 . Penggdnaan solid sawit untuk pakan domba . Jurnal Penelitian Peternakan Sungai Putih . Sub Balitnak Sungai Putih . Vol .5No.1 . SINURAT, A.P . 2003 . Pemanfaatan lumpur sawit

untuk bahan pakan unggas . Wartazoa Vol . 13 No .2 .

SUTARDI, T . 1997 . Peluang dan tantangan pengembangan ilmu-ilmu nutrisi ternak . Orasi llmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Temak . Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor . UTOMO, B .N ., E . WIDJAJA, S . MOKHTAR, S.E.

PRABowo, dan H . WINARNO . 1999 . Laporan Akhir Pengkajian pengembangan ternak potong pada sistem usaha tani kelapa sawit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Palangkaraya . Palangkaraya .

UTOMO, N .U . 2001 . Potential of oil palm solid wastes as local feed resource for cattle in Central Kalimantan, Indonesia . MSc . Thesis, Wageningen University, The Netherlands.

Referensi

Dokumen terkait

Namun karena sampai dengan tahun 2014 Indonesia tidak memiliki peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang diskresi termasuk tidak memiliki wadah

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode SAS terhadap kemampuan membaca

Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang-penambang Kobalt di Schneeberg ( lebih dari 50% meninggal akibat kanker paru ) berkaitan dengan adanya bahan

Negara pemasok terbesar produk tersebut ke Nigeria pada tahun 2013 adalah Indonesia dengan nilai impor sebesar US$40,636,000 atau menguasai sebanyak 96% pangsa pasar Nigeria

Triyantono. Studi Deskriptif Tentang Program Pemerintah Nawa Cita Melalui Kegiatan Pembangunan Tingkat Padukuhan Di Desa Karangasem Kecamatan Paliyan

Telah dilakukan preparasi RS dari pati kacang hijau varietas Walet dengan perlakuan kombinasi

Madrasah diniyah yang selama ini menjadi lembaga formal pesantren sangat membantu dalam memberikan pemahaman keagamaan dan pembentukan ahklak yang karimah dengan kurikulum yang

Untuk interval 3 jam yang ke 27 sample 3 O.AT yang ditunjukkan pada gambar 4.32, perubahan yang terjadi yaitu semen sedikit berwarna lebih gelap, butiran semen dan