• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas di satuan pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman"

Copied!
221
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KELAS DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: Fransiscus Xaverius Herdyan Sudarwanto NIM: 151134230. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020. i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Karya ilmiah ini peneliti persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menuntun setiap langkah dan tiada henti memberikan berkat yang melimpah. 2. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Karim Kohar dan Ibu Maria Martina Lenny yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang, semangat, doa, dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini. 3. Sahabat-sahabat saya yang bersama berjuang, sebagai penghibur, pengingat, dan penyemangat. 4. Universitas Sanata Dharma, almamater yang saya banggakan.. iv.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. Apabila TUHAN, Allahmu, memberkati engkau, seperti yang diijinkan-Nya kepadamu, maka engkau akan memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi engkau sendiri tidak akan meminta pinjaman; engkau akan menguasai banyak bangsa, tetapi mereka tidak akan menguasai engkau. (Ulangan 15:6). v.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. PENERAPAN PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KELAS DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN KALASAN KABUPATEN SLEMAN Fransiscus Xaverius Herdyan Sudarwanto Universitas Sanata Dharma 2020 Latar belakang penelitian ini adalah adanya gerakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di seluruh satuan pendidikan. Program ini digerakkan oleh pemerintah sebagai solusi penyimpangan karakter di sekolah melalui Nawacita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana penerapan penerapan program PPK berbasis kelas di sekolah dasar se-Kecamatan Kalasan tahun 2018. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru wali kelas sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman yang berjumlah 180 orang. Selanjutnya diambil sampel sebanyak 123 orang dengan menggunakan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner dan studi dokumenter. Hasil penelitian menunjukkan adanya dua temuan. Pertama, penerapan program PPK berbasis kelas kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman sudah diterapkan dengan baik dengan persentase sebesar 94,8%. Hal ini terbukti dari hasil survei yang telah dilakukan pada tiga aspek yaitu sebesar 86,17% diterapkan pada aspek sosialisasi, sebesar 98,37% diterapkan pada aspek pra observasi, sebesar 96,28% diterapkan pada aspek observasi. Kedua, bentuk penerapan program PPK berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan yang dilakukan antara lain memberikan sosialisasi tentang PPK melalui kepala sekolah, mengintegrasikan nilai karakter dalam silabus dan RPP, melaksanakan pembiasaan karakter sebelum pembelajaran, mengelola kelas dengan mengintegrasikan PPK dalam model atau metode pembelajaran, mengaitkan isi pembelajaran dengan karakter, memfasilitasi peserta didik untuk menumbuhkembangkan karakter, mencatat perkembangan peserta didik, dan memberikan umpan balik kepada peserta didik tentang karakter yang dirancang dalam RPP. Kata kunci: Penerapan, PPK Berbasis Kelas, Kecamatan Kalasan.. viii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. THE IMPLEMENTATION OF CLASS-BASED REINFORCEMENT OF CHARACTER EDUCATION (PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER-PPK) PROGRAM IN PUBLIC ELEMENTARY SCHOOLS ALL OVER KALASAN SUB-DISTRICT, SLEMAN REGENCY Fransiscus Xaverius Herdyan Sudarwanto Sanata Dharma University 2020 The background of this study was the existence of a program called Reinforcement of Character Education (Penguatan Pendidikan Karakter-PPK) from the Ministry of Education and Culture, held throughout education units in Indonesia. This program was implemented as a solution towards character deviations occurred in schools. The objective of this study was figuring out to what extent and how this class-based PPK program was applied in elementary schools all over Kalasan Sub-district in 2018. This study implemented a quantitative descriptive strategy and survey method. 180 homeroom teachers became the population of this research, coming from public elementary schools all over Kalasan Sub-district, Sleman Regency. Next, the researcher collected the data by taking 123 samples through a simple random sampling method. Data was gathered by administering a questionnaire and doing a documentary study. The researcher found two findings in this study. The first finding was that class-based PPK program in public elementary schools all over Kalasan Subdistrict, Sleman Regency was implemented well with the percentage of 94,8%. It was proven from the survey result that had been conducted on the three aspects, consisting of 86,17% of socialization, 98,37% of pre-observation, and 96,28% of the observation aspect. Next, there were seven points in the second finding about the implementation of class-based PPK in public elementary schools all over Kalasan Sub-district, Sleman Regency conducted by the teachers, namely socializing PPK in Teachers Working Group (Kelompok Kerja Guru-KKG) or the headmaster, integrating character values in the syllabus and lesson plans, implementing character habituation before learning, coordinating the class by integrating PPK in learning models or methods, linking the content of the learning activity to characters, facilitating students to develop characters, writing notes about students’ development, and giving feedback to students about the character values designed in the lesson plans. Keywords: Implementation, Class-based PPK, Kalasan Sub-district. ix.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Batasan Masalah........................................................................................ 6 C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6 D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7 F. Definisi Operasional .................................................................................. 8 BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 9 A. Kajian Pustaka .......................................................................................... 9 1. Pendidikan Karakter ............................................................................. 9 2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ................................ 12 3. Basis Program Penguatan Pendidikan Karakter Sekolah ................... 21 4. Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas 24 B. Penelitian Relevan ...................................................................................34 C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 38 D. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 42 A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 42. xii.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Setting Penelitian ................................................................................... 43 1. Subjek Penelitian ............................................................................. 43 2. Objek Penelitian............................................................................... 43 3. Tempat Penelitian ............................................................................ 43 4. Waktu Penelitian.............................................................................. 43 C. Populasi dan Sampel .............................................................................. 43 1. Populasi ........................................................................................... 43 2. Sampel ............................................................................................. 45 D. Variabel Penelitian................................................................................. 50 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 51 1. Kuesioner ......................................................................................... 51 2. Studi Dokumenter ............................................................................ 51 F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 52 1. Kuesioner ......................................................................................... 52 G. Teknik Pengujian Instrumen .................................................................. 58 1. Validitas Permukaan ........................................................................ 58 2. Validitas Isi ...................................................................................... 60 H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 64 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN ................................ 67 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 67 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ....................................................... 67 2. Deskripsi Responden Penelitian ......................................................... 68 3. Deskripsi Penerapan PPK Sekolah Dasar se-Kecamatan Kalasan ..... 69 B. Pembahasan ........................................................................................... 85 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 97 A. Kesimpulan ............................................................................................ 97 B. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 98 C. Saran ...................................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100 LAMPIRAN .......................................................................................................104 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 211. xiii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.3 Data Sampel Penelitian ......................................................................... 48 Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Tertutup ................................................................. 53 Tabel 3.5 Instrumen Kuesioner Tertutup .............................................................. 54 Tabel 3.6 Skala Guttman ....................................................................................... 55 Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Terbuka ................................................ 56 Tabel 3.8 Instrumen Kuesioner Terbuka ............................................................... 56 Tabel 3.10 Hasil Validitas Permukaan .................................................................. 59 Tabel 3.11 Konversi Nilai Skala Empat ................................................................ 61 Tabel 3.11 Konversi Skala Empat ......................................................................... 63 Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Validitas Isi ........................................................... 63 Tabel 4.2 Frekuensi Sebaran Data Kuesioner ....................................................... 70 Tabel 4.3 Perolehan Persentase Setiap Butir Kuesioner Tertutup ........................ 87. xiv.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara ........................... 15 Gambar 2.2 Literature Map .................................................................................. 38 Gambar 3.1 Persentase Pembagian Sampel .......................................................... 47 Gambar 4.1 Persentase Keseluruhan Butir Kuesioner Tertutup ........................... 71 Gambar 4.2 Persentase Jawaban Butir 1 ............................................................... 72 Gambar 4.3 Persentase Jawaban Butir 2 ............................................................... 73 Gambar 4.4 Persentase Jawaban Butir 3 ............................................................... 74 Gambar 4.5 Persentase Jawaban Butir 4 ............................................................... 75 Gambar 4.6 Persentase Jawaban Butir 5 ............................................................... 76 Gambar 4.7 Persentase Jawaban Butir 6 ............................................................... 77 Gambar 4.8 Persentase Jawaban Butir 7 ............................................................... 78 Gambar 4.9 Persentase Jawaban Butir 8 ............................................................... 79 Gambar 4.10 Persentase Jawaban Butir 9 ............................................................. 80 Gambar 4.11 Persentase Jawaban Butir 10 ........................................................... 81 Gambar 4.12 Persentase Jawaban Butir 11 ........................................................... 82. xv.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.a Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma .................. 105 Lampiran 1.b Surat Permohonan Izin Validasi ................................................... 106 Lampiran 1.c Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kesbangpol .................... 107 Lampiran 1.d Surat Keterangan Mengumpulkan Hasil Kepada Kesbangpol ..... 108 Lampiran 2.a Instrumen Penelitian ..................................................................... 109 Lampiran 2.b Rekapan Hasil Validasi Permukaan ............................................. 112 Lampiran 2.c Rekapan Hasil Validasi Isi ............................................................ 113 Lampiran 2.d Hasil Validasi Ahli ....................................................................... 114 Lampiran 3.a Daftar Identitas Sekolah................................................................ 144 Lampiran 4.a Hasil Rekapitulasi Kuesioner Tertutup Penelitian Survei ............ 145 Lampiran 4.b Perhitungan Persentase Hasil Kuesioner Tertutup ....................... 149 Lampiran 4.c Rekapitulasi Hasil Kuesioner Terbuka Penelitian Survei ............. 151. xvi.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Karakter secara harafiah berasal dari bahasa Latin kharakter yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Kemendikbud, 2010: 682). Selanjutnya karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang (Majid & Andayani, 2010: 11). Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika (Samani & Hariyanto, 2012: 42). Selanjutnya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Kemendikbud, 2010: 4). Senada dengan yang dirumuskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan. 1.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter menjadi salah satu wadah yang tepat untuk mengatasi krisis karakter yang terjadi dalam pendidikan Indonesia. Sebenarnya, karakter yang dibentuk telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi pondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa. Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pendidik, baik di rumah maupun di sekolah. Pendidikan karakter harus dimulai dari pendidik itu sendiri. Adanya kasus penyimpangan karakter oleh siswa menjadi bukti belum terlaksananya pendidikan karakter dengan baik. Contohnya, siswa salah satu sekolah dasar di Sedayu tertangkap basah sedang merokok di sekolah menggunakan rokok elektrik, atau 20 siswa yang tertangkap basah sedang merokok yang selanjutnya diberikan arahan untuk tidak boleh merokok di manapun dan dalam bentuk apapun (Tribratanewsbantul.com, 21/1/2017). Ada pula di Yogyakarta, seorang siswa sekolah dasar menantang dan mengatai gurunya dengan kata yang tidak wajar (Liputan6.com, 21/10/2019). Selanjutnya, kasus klitih di Pojok Beteng Wetan Yogyakarta yang salah satu pelakunya masih merupakan siswa sekolah dasar (Harianmerapi.com,. 2.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26/6/2018).. Hal. tersebut. mengindikasikan. sekolah. yang semestinya. memberikan kontribusi bagi pengembangan budi pekerti siswa, justru memperburuk moral siswa. Kesadaran akan pendidikan karakter di sekolah bukan hanya tanggung jawab dari pendidik melainkan juga tanggung jawab masyarakat dan pemerintah. Hal itu terbukti dengan adanya program pemerintah mengenai program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) (Perpres Nomor 87 Tahun 2017). Perpres tersebut diperjelas dalam sambutan Menteri Pendidikan, Muhadjir Effendy pada buku “Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan” mengenai penguatan pendidikan karakter. Selain itu, penguatan karakter bangsa menjadi salah satu butir Nawacita yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Sebagai pengejawantahan Gerakan Nasional Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita, Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai dimensi terdalam atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan sampai sekarang. Dengan demikian, Gerakan PPK merupakan jalan perwujudan Nawacita dan Gerakan Nasional Revolusi. 3.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Mental di samping menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung terciptanya revolusi karakter bangsa. Selanjutnya pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Machali & Muhajir, 2011: 7). Program PPK bertujuan memperkuat pendidikan karakter siswa yang selama ini sudah dilakukan di banyak sekolah. Gerakan PPK berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem pendidikan nasional. Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur dan medium untuk memperkuat pendidikan karakter bangsa, yaitu struktur program, struktur kurikulum, dan struktur kegiatan. Gerakan PPK mempunyai tiga basis, antara lain PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat. Kerja sama dan komitmen dari kepala sekolah, guru, dan orangtua umumnya menjadi faktor kunci keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di masing-masing sekolah. Program PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam dalam pelaksanaan pendidikan karakter. PPK berbasis budaya sekolah artinya sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praktik PPK di sekolah. Selanjutnya, PPK berbasis masyarakat artinya melakukan kolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di lingkungan sekolah. Penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai PPK berbasis kelas. PPK berbasis kelas berarti penguatannya diutamakan pada lingkup kelas. Artinya akan ada hubungan langsung antara penerapan PPK dengan unsur yang berpengaruh pada PPK di suatu kelas yaitu. 4.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. guru dan kepala sekolah. PPK berbasis kelas sendiri terdiri dari lima sub basis. Sub basis adalah suatu komponen yang ada di suatu hal, dalam hal ini adalah PPK berbasis kelas. Lima sub basis PPK berbasis kelas antara lain pengintegrasian PPK dalam kurikulum, PPK melalui manajemen kelas, PPK melalui pilihan dan penggunaan metode pembelajaran, PPK melalui mata pelajaran khusus, dan PPK melalui literasi. Adanya keprihatinan peneliti mengenai kurang optimalnya pelaksanaan program PPK berbasis kelas di sekolah khususnya sekolah dasar yang mendorong untuk melakukan penelitian ini. Kurang optimalnya pelaksanaan program PPK terlihat dari pengalaman peneliti saat melaksanakan magang selama tiga bulan di sekolah dasar. Melalui kegiatan tersebut, peneliti menemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak mengerjakan PR, melawan kepada guru, melakukan kekerasan kepada teman teman, bahkan berkata yang tidak sewajarnya. Keperihatinan peneliti diperkuat juga dengan beberapa kasus yang telah dijelaskan yang terjadi di Sedayu, Yogyakarta, dan Pojok Beteng Wetan yang telah disinggung di atas. Dipilihnya penerapan program PPK berbasis kelas dalam penelitian ini karena lingkungan kelas merupakan lingkungan terdekat siswa di sekolah. Kelas juga merupakan lingkup yang paling mudah untuk menguatkan karakter siswa melalui berbagai aktivitas kelas seperti pembelajaran dan interaksi dengan guru maupun teman. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Penerapan Pogram Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman”. Penelitian ini dilakukan di seluruh sekolah dasar. 5.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. negeri se-Kecamatan Kalasan yang berjumlah 25 sekolah. Peneliti memilih Kecamatan Kalasan karena di kecamatan ini belum ada penelitian mengenai program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Melalui penelitian ini diharapkan dapat diketahui kondisi penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di Kecamatan Kalasan.. B. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada penerapan program penguatan pendidikan karakter berbasis kelas. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah guru kelas sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan. Penelitian dibatasi pada survei penerapan program PPK berbasis kelas.. C. Rumusan Masalah Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan? 2. Bagaimana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan?. 6.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. D. Tujuan Penelitian Latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah yang dikemukakan melandasi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Mengetahui sejauh mana penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan. 2. Mendeskripsikan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan.. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna, yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Melalui penelitian ini dapat diketahui bagaimana penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi bagi guru, kepala sekolah, dan pemangku kepentingan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Menjadi bahan masukan dan dapat membantu sekolah dalam meningkatkan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah. b. Bagi Guru Menjadi sarana bagi guru dalam menyusun rencana kegiatan pembelajaran dalam program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis. 7.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. kelas, sehingga terbentuk program-program yang dapat menunjang terlaksananya program Penguatan Pendidikan Karakter. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan,. wawasan dan pengalaman mengenai. penelitian yang dilakukan dan peneliti lebih mengetahui penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar.. F. Definisi Operasional 1. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. 2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah suatu gerakan pendidikan yang merupakan salah satu tanggung jawab dari satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik dalam berbagai keterlibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat melalui harmonisasi rasa, hati, pikiran, dan raga. 3. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas adalah adanya pengintegrasian nilai-nilai PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Hal tersebut dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK.. 8.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A.. Kajian Pustaka 1. Pendidikan Karakter a. Pengertian Pendidikan Pendidikan memiliki beberapa pengertian yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang, paradigma, metodologi, dan disiplin keilmuan yang digunakan. Pendidikan diartikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri individu dan masyarakat menjadi beradab (Koesoema, 2018: 80). Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anakanak. Adapun maksudnya adalah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Hasbullah, 2009: 4). Selanjutnya Adler (dalam Arifin, 2010: 13) mengartikan pendidikan sebagai proses di mana kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan. Jadi, dari beberapa pendapat para ahli di atas pendidikan dapat diartikan sebagai perkembangan jasmani rohani individu dan. 9.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. masyarakat melalui proses internalisasi agar mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu upaya atau proses pada manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya dengan penuh penentuan diri dan tanggung jawab. Pendidikan dapat membantu individu atau masyarakat untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya agar mencapai kesuksesan dalam kehidupan yang dijalani oleh individu atau masyarakat tersebut.. b. Pengertian Karakter Karakter memuat nilai-nilai yang dipercaya sebagai motivator bagi individu. Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave atau mengukir. Karakter dapat menjadi sebuah pola khusus dalam pembentukan perilaku individu di dalam masyarakat. Secara harafiah karakter berasal dari bahasa Latin kharakter yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Kemendikbud, 2010: 682). Selanjutnya karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang (Majid & Andayani, 2010: 11). Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma. 10.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika (Samani & Hariyanto, 2011: 42). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter didefinisikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Karakter (character) dalam terminologi psikologi adalah watak, sifat dasar yang khas; satu sifat atau kualitas yang tetap terus-menerus dan kekal yang dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi (Mujib, 2008: 61). Dari beberapa pengertian karakter di atas dapat ditarik benang merah bahwa karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai proses diri dalam merespon situasi moral seperti watak, tabiat, akhlak dan kepribadian seseorang. Karakter digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.. c. Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Kemendikbud, 2010: 4). Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan. 11.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi dalam Machali & Muhajir, 2011: 7). Menurut Elkind dan Sweet (dalam Gunawan, 2012: 23) pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia, peduli atas nilai-nilai susila. Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Jadi dari beberapa pendapat para ahli mengenai pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan proses pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai. Pendidikan karakter yang telah diterapkan diharapkan dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya.. 2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) a. Latar Belakang PPK Pendidikan di Indonesia sesungguhnya mengabaikan beberapa dimensi penting dalam pendidikan, yaitu olah raga (kinestik), olah rasa (seni), olah karsa (estetika), dan olah hati (spiritual) manusia (Effendy, 2016). Pada kenyataannya pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada masyarakat melalui nilai dan manfaat pendidikan itu. 12.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. sendiri. Rendahnya kualitas lulusan merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan di Indonesia belum secara optimal dikembangkan. Sendi-sendi pendidikan nasional nasional Indonesia perlu ditata kembali sedemikian rupa agar sanggup memberi kontribusi yang berarti bagi kemajuan Indonesia. Penataan kembali pendidikan Indonesia diharapkan dapat memberikan tanggapan dan jawaban atas berbagai tantangan, tuntutan dan kebutuhan baru sebagai konsekuensi berbagai keadaan saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa penataan kembali atau transformasi pendidikan nasional Indonesia merupakan tugas sejarah yang harus dikerjakan sungguh-sungguh (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 5). Penataan kembali pendidikan nasional Indonesia dapat dimulai dari menempatkan karakter sebagai ruh atau dimensi terdalam pada pendidikan. Pendidikan berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi. Melalui karakter yang kuat dan tangguh serta kompetensi yang tinggi yang dihasilkan oleh pendidikan, tantangan dan tuntutan baru dalam pendidikan dapat diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting atau utama dalam sistem pendidikan Indonesia. Dikatakan demikian karena pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi intelektual dan karakter peserta didik. Hal ini dilandasi oleh berbagai pemikiran tentang pendidikan dan berbagai peraturan perundang-undangan tentang pendidikan.. 13.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Beberapa puluh tahun yang lalu Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Indonesia, telah menjelaskan secara ekspilit bahwa “pendidikan adalah daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tumbuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita”. Oleh karena itu, pembentukan karakter peserta didik dianggap sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah.. b. Pengertian PPK Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah. gerakan. pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antar satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat (Perpres No. 87 Tahun 2017). Pengembangan nilai-nilai karakter meliputi olah hati (etika) berkaitan dengan individu yang memiliki kerohanian mendalam, olah rasa (estetis) berkaitan dengan individu yang memiliki integritas moral dan memiliki rasa kesenian, olah pikir (literasi) berkaitan dengan individu. yang. memiliki. keunggulan. akademis. sebagai. hasil. pembelajaran sepanjang hayat, dan olah raga (kinestetik) berkaitan dengan individu yang sehat dan mampu berpartispiasi sebagai warga. 14.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. negara. Berikut adalah gambaran filosofi pendidikan karakter dari Ki Hajar Dewantara (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 14).. Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara Gambar 2.1 menunjukkan filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara yang saling berkaitan. Filosofi tersebut yaitu olah hati, olah pikir, olah karsa, dan olah raga. Keempatnya digambarkan beririsan dan sama besar karena dianggap seimbang antar dimensinya. Olah hati berarti beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotis. Olah pikir berarti cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi pada IPTEK, dan reflektif. Olah karsa berarti ramah, saling menghargai, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, dapat berkembang di berbagai tempat (kosmopolit), mengutamakan kepentingan umum, dinamis, kerja keras, bangga berbahasa dan menggunakan produk Indonesia, dan beretos kerja. Olah raga berarti bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh,. berdaya. tahan,. bersahabat,. kompetitif, ceria, dan gigih.. 15. kooperatif,. determinatif,.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. c. Nilai-nilai Umum dalam Pendidikan Karkater Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam pendidikan hendaknya mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma. Perubahan paradigma yang dimaksud yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah. Gerakan PPK sendiri menempatkan nilai dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK. Kelima nilai tersebut dinyatakan dalam Permendikbud No. 20 Tahun 2018 pasal 2 ayat 2. Perwujudan kelima nilai utama yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum.. Religiusitas. Integritas. Nilai Utama. Gotong Royong. Nasionalis. Mandiri. Gambar 2.2 Kristalisasi Nilai Karakter Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter berasal dari empat sumber yaitu, agama, Pancasila, budaya, dan tujuan. 16.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pendidikan Nasional. Kelima nilai utama pendidikan karakter menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 7) adalah sebagai berikut. 1) Religiusitas Nilai karakter religiusitas mencerminkan keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religiusitas ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama individu, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religiusitas ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya. Sub nilai religiusitas antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti kekerasan dan ejekan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih. 2) Nasionalisme Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,. 17.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok. Sub nilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berpartisipasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku, dan agama. 3) Kemandirian Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Sub nilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. 4) Gotong Royong Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai. semangat. kerja. sama. dan. bahu. membahu,. menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.. 18.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5) Integritas Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Sub nilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas). Sejalan dengan terbitnya Permendikbud No. 20 Tahun 2018, penyebutan nama tiga dari lima nilai utama karakter mengalami perubahan yang awalnya religius menjadi religiusitas, nasionalis menjadi nasionalisme, dan mandiri menjadi kemandirian.. d. Tujuan PPK Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki beberapa tujuan sebagai berikut (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 16). 1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan 2) Membangun dan membekali Gerakan Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21. 19.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerisasi), dan olah raga (kinestetik) 4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter 5) Membangun jejaring keterlibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah 6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).. e. Manfaat PPK Tim PPK Kemendikbud (2017: 16) menyebutkan beberapa manfaat pendiidikan karakter sebagai berikut. 1) Memperkuat karakter siswa dalam mempersiapkan daya saing pada abad 21, yaitu berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi 2) Pembelajaran dilakukan terintegrasi di sekolah dan di luar sekolah dengan pengawasan guru 3) Revitalisasi peran kepala sekolah sebagai manager dan guru sebagai inspirator PPK 4) Revitalisasi Komite Sekolah sebagai badan gotong royong sekolah dan partisipasi masyarakat. 20.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5) Penguatan peran keluarga melalui kebijakan pembelajaran 5 (lima) hari 6) Kolaborasi antar kelembagaan, Pemda, lembaga masyarakat, penggiat pendidikan dan sumber-sumber belajar lainnya. Jadi, dapat ditarik benang merah bahwa PPK merupakan perwujudan dari upaya pernumbuhan olah hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa. PPK mempunyai lima nilai utama yaitu religiusitas, nasionalise, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Tujuan dan manfaat PPK selaras dengan kelima nilai utama PPK seperti di atas.. 3. Basis Pengembangan Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan dimiliki oleh sekolah. Berikut ini adalah basis pelaksanaan program PPK berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat komunitas (Albertus dalam Tim PPK Kemendikbud, 2017:15). a. Basis Kelas Pendidikan karakter seorang siswa tidak lepas dari peran guru kelas di sekolah. Melalui pengajaran dan juga sikap kesehariannya, guru dapat mengajarkan yang baik dan tidak baik kepada siswa (Suparno, 2015: 66). Pendekatan pendidikan karakter berbasis kelas berfokus pada keseluruhan dinamika interaksi guru dan murid di dalam kelas pada struktur kurikulum. Tujuan PPK berasal dari kelas karena kelas merupakan lingkungan belajar yang ramah dan setiap proses kegiatan. 21.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. belajar mengajar berada di dalam kelas. Pendekatan PPK berbasis kelas yaitu integrasi kurikulum, relasi pedagogis, metode pembelajaran, manajemen kelas, dan muatan lokal (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 27). Program PPK berbasis kelas dapat diintegrasikan dalam kurikulum. Mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran setiap mata pelajaran bertujuan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK. b. Basis Budaya Sekolah Sekolah mempunyai ligkungan dengan suasana yang khas dan mempunyai pengaruh pada pendidikan dan pengembangan karakter siswa. Suasana sekolah yang tidak sesuai dengan nilai karakter yang berhubungan pada peserta didik, jelas tidak akan membantu perkembangan karakter peserta didik (Suparno, 2015: 70). Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang akan mendukung PPK mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan perilaku pendidikan sekolah. Langkah-langkah pelaksanaan PPK berbasis budaya sekolah dapat dilaksanakan dengan menentukan nilai utama PPK, menyusun jadwal harian maupun mingguan, merancang kurikulum yang digunakan pada setiap tingkat satuan pendidikan, evaluasi peraturan sekolah, pengembangan kegiatan kokurikuler dan. 22.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ekstrakurikuler baik yang wajib ataupun pilihan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 35). Budaya sekolah merupakan kunci dari pendidikan karakter secara utuh dan menyeluruh. Budaya atau kultur sekolah menjadi ekosistem yang menggambarkan sejauh mana dinamika relasi antar individu di dalam sebuah lembaga pendidikan merupakan sebuah ekosistem pendidikan yang sehat (Koesoema, 2018: 21). c. Basis Masyarakat Pendidikan dan pembentukan karakter anak remaja juga dipengaruhi oleh keadaan, situasi, dan karakter masyarakat atau lingkungan sekitar anak (Suparno, 2015: 71). Tingkat keberhasilan masyarakat dalam melibatkan diri di bidang pendidikan dalam sistem sosialnya dapat diamati melalui tinggi rendahnya sikap taat hukum anggota masyarakat (Sriwilujeng, 2017: 84). Satuan pendidikan tidak dapat menutup diri dari kemungkinan berkolaborasi dengan lembaga, komunitas, dan masyarakat lain di luar lingkungan sekolah. Pelibatan publik oleh sekolah dibutuhkan karena sekolah tidak dapat melaksanakan visi dan misinya sendiri. Pelibatan publik oleh sekolah, berbagai macam bentuk kolaborasi dan kerja sama antara komunitas dan satuan pendidikan di luar sekolah sangat diperlukan. dalam. penguatan. pendidikan. karakter. (Tim. PPK. Kemendikbud, 2017: 41). Ada berbagai bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan PPK dengan berbagai komunitas di luar sekolah.. 23.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Beberapa contoh bentuk kolaborasi dengan komunitas yang dapat membantu penguatan pendidikan karakter di sekolah yang berfokus pada penguatan kekayaan pengetahuan peserta didik dalam rangka pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis museum, cagar budaya, dan sanggar seni, mentoring dengan seniman dan budayawan lokal, kelas inspirasi, program siaran radio on air, kolaborasi dengan media televisi, koran, dan majalah, dan gerakan literasi (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 43-44). Jadi, dapat ditarik benang merah bahwa PPK di sekolah dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah dimiliki oleh sekolah. Basis pelaksanaan PPK di sekolah ada tiga, yaitu PPK berbasis kelas, PPK berbasis budaya sekolah, dan PPK berbasis masyarakat.. 4. Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas merupakan kegiatan penguatan karakter dalam lingkup kelas. Adapun enam hal yang berhubungan dengan PPK berbasis kelas yaitu pengintegrasian PPK dalam kurikulum, PPK melalui manajeman kelas, PPK melalui pilihan dan pengunaan metode, PPK melalui mata pelajaran khusus, PPK melalui literasi, dan PPK melalui layanan bimbingan konseling. Penjabaran untuk masing-masing kategori menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 27) adalah sebagai berikut.. 24.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam Kurikulum Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan. mempraktikkan. nilai-nilai. utama. PPK.. Pendidik. dapat. memanfaatkan secara optimal materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual dengan penguatan nilai-nilai utama PPK. Langkah-langkah menerapkan PPK melalui pembelajaran yang terintegrasi dalam kurikulum dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut. 1) Melakukan analisis Kompetensi Dasar melalui identifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran 2) Mendesain RPP yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan pengelolaan (manajemen) kelas yang relevan 3) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4) Melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan.. 25.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Melalui Manajemen Kelas Manajemen. kelas. (pengelolaan. kelas). adalah. momen. pendidikan yang menempatkan para guru sebagai individu yang berwenang dan memiliki otonomi dalam proses pembelajaran untuk mengarahkan, membangun kultur pembelajaran, mengevaluasi dan mengajak seluruh komunitas kelas membuat komitmen bersama agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan berhasil. Pendidik memiliki kewenangan dalam mempersiapkan pengajaran (sebelum masuk. kelas),. mengajar,. dan. setelah. pengajaran,. dengan. mempersiapkan skenario pembelajaran yang berfokus pada nilai-nilai utama karakter. Manajemen kelas yang baik akan membantu peserta didik belajar dengan lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam proses pengelolaan dan pengaturan kelas terdapat momen penguatan nilai-nilai pendidikan karakter. Contohnya, sebelum memulai pelajaran guru bisa mempersiapkan peserta didik untuk secara psikologis dan emosional memasuki materi pembelajaran. Untuk menanamkan nilai kedisiplinan dan komitmen bersama, guru bersama peserta didik membuat komitmen kelas yang akan disepakati pada saat peserta didik belajar. Aturan ini dikomunikasikan, didialogkan, dan disepakati bersama dengan peserta didik. Tujuan pengaturan kelas adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang maksimal dalam belajar. Pengelolaan kelas tidak bisa hanya sebagai pengaturan tatanan lingkungan fisik di kelas melainkan perlu lebih berfokus pada. 26.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bagaimana mempersiapkan peserta didik agar memiliki kesiapan fisik, mental, psikologis, dan akademis untuk menjalani proses pembelajaran secara lebih produktif. Pengelolaan kelas yang baik dapat membentuk penguatan karakter. Berikut adalah contoh pengelolaan kelas yang berusaha memberikan penguatan karakter. 1) Peserta didik menjadi pendengar yang baik atau menyimak saat guru memberikan penjelasan di dalam kelas (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi). 2) Peserta didik mengangkat tangan/mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan/tanggapan. Setelah diizinkan oleh guru ia baru boleh berbicara (dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri). 3) Pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas (dapat menguatkan nilai disiplin, bertanggung jawab, dan komitmen diri). 4) Guru mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya. Siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru (dapat menguatkan nilai gotong royong, kepedulian sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab).. 27.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. c. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Melalui Pilihan dan Penggunaan Metode Pembelajaran Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terintegrasi dalam kurikulum. dilakukan. melalui. pembelajaran. di. kelas. dengan. menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai memilih agar metode pembelajaran yang digunakan secara tidak langsung menanamkan pembentukan karakter peserta didik. Metode pembelajaran yang dipilih harus dapat membantu guru dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik. Melalui metode tersebut diharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skills), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning). Beberapa pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang dapat dipilih guru secara kontekstual adalah sebagai berikut. 1) Pendekatan saintifik (scientific learning) sebagai pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada proses keilmuan dengan langkah kegiatan mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik simpulan. 2) Model inquiry/ discovery learning, yaitu penelitian/ penemuan. Dalam Webster's Collegiate Dictionary, inquiry didefinisikan sebagai “bertanya tentang” atau “mencari informasi dengan cara. 28.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bertanya”, sedangkan dalam kamus American Heritage, discovery disebut sebagai “tindakan menemukan”, atau “sesuatu yang ditemukan lewat suatu tindakan”. Jadi, model inquiry adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif (Fathurrohman, 2015: 104). 3) Model pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), yaitu metode pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pemecahan masalah nyata, praktis, kontekstual, berbentuk masalah yang strukturnya tidak jelas atau belum jelas solusinya (illstructured) atau open ended yang ada dalam kehidupan peserta didik sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur ilmiah. dalam. pembelajaran,. yang. kegiatannya. biasanya. dilaksanakan secara berkelompok. 4) Model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), yaitu pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media dalam proses. pembelajaran. untuk. mencapai. kompetensi. sikap,. pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. 5) Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu suatu model pembelajaran di mana peserta didik belajar dalam kelompok-. 29.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. kelompok kecil (umumnya terdiri dari 4-5 orang peserta didik dengan keanggotaan yang heterogen (tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku/ ras berbeda). Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. 6) Model pembelajaran berbasis teks (text-based instruction/ genrebased instruction), yaitu pembelajaran yang berorientasi pada kemampuan peserta didik untuk. menyusun. teks. Metode. pembelajaran ini mendasarkan diri pada pemodelan teks dan analisis terhadap fitur-fiturnya secara eksplisit serta fokus pada hubungan antara teks dan konteks penggunaannya. Perancangan unit-unit pembelajarannya. mengarahkan. peserta. didik. agar. mampu. memahami dan memproduksi teks baik lisan maupun tulisan dalam berbagai konteks. Untuk itu, siswa perlu memahami fungsi sosial, struktur, dan fitur kebahasaan teks. d. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Melalui Mata Pelajaran Khusus Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) secara umum dilakukan dengan cara mengintegrasikan PPK dalam mata pelajaran yang sudah ada (terintegrasi dalam. kurikulum). Namun, sekolah bisa pula. mengajarkan nilai-nilai PPK melalui mata pelajaran khusus yang berfokus pada tema nilai-nilai tertentu. Sekolah mendesain mata pelajaran khusus dengan alokasi waktu khusus yang disediakan sebagai bagian dalam pembentukan karakter peserta didik. Beberapa. 30.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. contoh mata pelajaran khusus yang disediakan oleh sekolah seperti membatik dan menari, atau dalam pembelajaran PPKn maupun IPS. Tema-tema yang mengandung nilai utama PPK diajarkan dalam bentuk pembelajaran di kelas dengan metode pembelajaran yang selaras sehingga dapat semakin memperkaya praksis PPK di sekolah. Tematema yang diambil disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Satuan pendidikan mendesain sendiri tema dan prioritas nilai pendidikan karakter apa yang akan mereka tekankan dan menyediakan guru khusus atau memberdayakan guru yang ada untuk mengajarkan materi tentang nilai-nilai tertentu untuk memperkuat pendidikan karakter. e. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Melalui Gerakan Literasi Gerakan literasi merupakan kegiatan mengasah kemampuan mengakses, memahami, mengolah, dan memanfaatkan informasi secara kritis dan cerdas berlandaskan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara untuk menumbuhkembangkan karakter seseorang menjadi tangguh, kuat, dan baik. Berbagai kegiatan tersebut dilaksanakan secara terencana dan terprogram sedemikian rupa, baik dalam kegiatan-kegiatan berbasis kelas maupun kegiatan-kegiatan berbasis budaya sekolah, dan komunitas masyarakat. Dalam konteks kegiatan PPK berbasis kelas, kegiatan-kegiatan literasi dapat diintegrasikan ke dalam kegiatan pembelajaran dan mata pelajaran yang ada dalam struktur kurikulum.. 31.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. f. Penguatan. Pendidikan. Karakter. (PPK). melalui. Layanan. Bimbingan Konseling Bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu (Bernad & Fullmer dalam Prayitno, 2013: 95). Bimbingan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan. pendukung. berdasarkan. norma-norma. yang. berlaku. (Hikmawati, 2011: 1). Peranan guru BK tidak hanya fokus untuk membantu peserta didik yang bermasalah, tetapi juga membantu semua peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Bimbingan konseling di sekolah dilaksanakan secara kolaboratif dengan peranan guru mata pelajaran, tenaga kependidikan, maupun pemangku kepentingan lainnya. Lima nilai utama PPK sangat berjalan dengan filosofi bimbingan dan konseling yang memandirikan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 33). Penguatan pendidikan karakter dengan bimbingan konseling dapat diselenggarakan melalui layanan sebagai berikut. 1) Layanan dasar Layanan dasar adalah pedampingan yang diperlukan bagi peserta didik melalui kegiatan pengamatan terstruktur secara berkelompok. 32.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. yang bertujuan untuk mengembangkan perilaku jangka panjang dalam pengembangan perilaku belajar, karir, pribadi, dan sosial. 2) Layanan responsif Layanan responsif adalah kegiatan yang diperuntukkan bagi peserta didik tertentu, baik individual maupun kelompok, yang memerlukan bantuan segera agar peserta didik tidak terhambat dalam pencapaian tugas perkembangannya. 3) Layanan individual dan peminatan Layanan individual dan peminatan dimaksudkan untuk membanu setiap peserta didik dalam pengembangan minat dan bakatnya. Nilai-nilai dalam PPK dikolaborasikan dalam proses pemahaman diri dan penguatan pilihan serta pembelajaran dalam pengembangan minat dan bakat. 4) Dukungan sistem Dukungan. sistem. terkait. dengan. aspek. manajemen. dan. kepemimpinan sekolah dalam mendukung layanan bimbingan konseling untuk memperkuat PPK. Salah satu cara yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi mengenai pengintegrasian PPK, yaitu nelalui sosialisasi dengan Kelompok Kerja Guru (KKG). Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan wadah dalam pembinaan profesional guru yang dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi, bertukar pikiran, berbagi pengalaman, melaksanakan berbagai demonstrasi, atraksi, dan simulasi pembelajaran (Ratna, 2010: 3). Keberadaan KKG merupakan bagian integral dari perwujudan sistem pembinaan kompetensi. 33.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. guru, yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan peningkatan mutu pendidikan, kemampuan profesional guru (Susilo, 2017: 10). Menurut Diektorat jendral Pendidikan Dasar dan Menengah (dalam Pertiwi, 2014: 10), tujuan dari KKG adalah (1) sebagai wadah pembinaan, pengarahan, penjelasan, diskusi penalaran kepada tenaga pendidikan, (2) meningkatkan semangat kerja guru-guru di kelompok gugus untuk meningkatkan mutu, (3) sebagai wadah informasi, inovasi, dan mengajak tenaga kependidikan untuk berbekal diri dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai target yang diharapkan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter berbasis kelas adalah proses penumbuhan karakter yang terjadi dalam proses pembelajaran melalui kegiatan intrakurikuler. Pengintegrasian PPK berbasis kelas secara optimal membutuhkan sosialisasi mengenai PPK, salah satunya melalui KKG. Jadi, dari pemaparan di atas dapat ditarik benang merah bahwa penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dapat dilakukan dengan enam kegiatan yang sangat dapat mendukung pembentukan karakter di dalam kelas.. B.. Penelitian Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini dijelaskan sebagai berikut. Judiani (2010) melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran. 34.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. secara umum tentang implementasi pendidikan karakter bangsa di sekolah dasar sehinga dapat digunakan sebagai referensi bagi guru dan kepala sekolah ketika mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah masing-masing. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Survei dilakukan ke 125 sekolah yang tersebar di 16 kabupaten dari 16 propinsi. Hasil penelitiannya adalah (1) pendidikan di Indonesia masih berfokus pada aspek kognitif atau akademik saja, pendidikan karakter masih kurang mendapat perhatian, dan (2) implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Minsih, Ratnasari, dan Honest (2014) melakukan penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Karakter Melalui Nilai-nilai Keteladanan Guru, Siswa dan Orangtua dalam Upaya Penguatan Karakter Siswa Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan model penguatan pendidikan karakter dengan pendekatan informal di lingkungan pendidikan dasar Muhammadiyah di Surakarta. Metode utama yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif-reflektif-kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan aktif dan wawancara mendalam dengan guru, orangtua, dan siswa sekolah dasar. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan snowball technic of analiysis model Milles Huberman. Pemetaan yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah (1) pemahaman guru sekolah dasar tentang pendidikan karakter, (2) pemahaman siswa sekolah dasar tentang pendidikan karakter, (3) pemahaman orangtua tentang pendidikan karakter yang sesuai untuk diajarkan di sekolah dasar, dan (5) pendidikan karakter telah terlaksana di sekolah dasar.. 35. Hasil penelitian.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah Surakarta terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran melalui nilai keteladanan guru. Ningsih (2014) melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, faktor penghambat, dan pendukung yang dialami guru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitiannya adalah guru mata pelajaran bahasa Indonesia di MAN Godean Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, angket, observasi kelas, dan analisis dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini adalah pendidikan karakter sudah diimplementasikan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di MAN Godean Yogyakarta mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Maunah (2015) melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembentukan Kepribadian Holistik Siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami implementasi karakter dalam pembentukan kepribadian holistik siswa. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa di MTs N Jabung dan SMPN 1 Talun Blitar. Data diperoleh dari hasil indepth interview dengan key informant yaitu kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, wali kelas, guru, dan siswa. Data dianalisis menggunakan langkah-langkah data reduction data. 36.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. display, dan conclusion. Hasil penelitian adalah (1) pengelolaan pendidilan karakter dapat dibagi menjadi dua strategi, yaitu internal dan eksternal sekolah, (2) strategi internal sekolah dapat ditempuh melalui empat pilar, yaitu kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk school culture, kegiatan habituation, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstra kurikuler, dan (3) strategi eksternal dapat ditempuh melalui kerja sama dengan orangtua dan masyarakat. Dari penelitian terdahulu yang sudah dibahas mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Persamaan keempat penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu fokus penelitian. Fokus penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu mengenai penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di sekolah dasar, sedangkan pada penelitian terdahulu mengenai pendidikan karakter diberbagai jenjang pendidikan.. 37.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penelitian yang relevan yang dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada literature map di bawah ini.. Maunah (2015) Memahami implementasi karakter dalam pembentukan kepribadian holistik siswa. Ningsih (2014) Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini: Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas di Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Negeri seKecamatan Kalasan Kabupaten Sleman. Minsih, Ratnasari, & Honest (2014) Penguatan pendidikan karakter dengan pendekatan informasi di lingkungan Pendidikan Dasar. Judiani (2010) Implementasi pendidikan karakter di Sekolah Dasar melalui penguatan pelaksanan kurikulum. Gambar 2.2 Literature Map. C. Kerangka Berpikir Pendidikan karakter bangsa akhir-akhir ini menjadi sorotan di dunia pendidikan. Karakter sendiri merupakan landasan atau fondasi yang paling penting untuk ditanamkan kepada diri siswa sejak dini. Maju mundurnya suatu negara bergantung pada karakter anak bangsanya sebagai penerusnya. Seharusnya perlu adanya penggerak untuk anak muda menjaga dan menanamkan karakter bangsa yang sesungguhnya. Pendidikan karakter. 38.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. memerlukan adanya dorongan dari beberapa elemen seperti orangtua, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan dan teman bermainnya. Pendidikan merupakan salah satu elemen yang sangat diperlukan dalam penunjang pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk membantu siswa menjadi manusia yang berkarakter dalam kehidupannya. Karakter merupakan suatu gambaran sikap yang melekat pada diri seseorang yang diharapkan. Karakter yang terbentuk pada diri seseorang akan menjadi cerminan karakter yang dimiliki oleh suatu bangsa. Beberapa nilai yang diharapkan dapat dicapai dengan baik oleh setiap peserta didik dalam pembentukan karakter suatu bangsa antara lain religiusitas, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Pencapaian pendidikan karakter di Indonesia dapat dilakukan dengan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) seperti yang dicanangkan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Tujuan dari pencanangan pendidikan karakter adalah membangun Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi perubahan di masa yang akan datang dengan keterampilan abad 21. Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan harmonisasi antara olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dalam memperkuat pendidikan karakter. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dapat dilakukan dengan tiga basis yaitu berbasis kelas, berbasis budaya sekolah, dan berbasis masyarakat. Basis yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas. Peneliti memilih basis kelas karena kelas merupakan basis yang paling dekat dengan siswa. Sebagian waktu sekolah. 39.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. dihabiskan siswa untuk berinteraksi dalam kelas, maka pembentukan karakter di kelas dianggap perlu. Adanya kesinambungan antara pendidikan karakter di sekolah khususnya kelas akan berimbas baik bagi pendidikan karakter siswa. Penerapan pendidikan karakter yang baik di sekolah dasar akan mempermudah dalam perwujudan karakter yang baik dan mempermudah dalam pembentukan karakternya. Penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di sekolah dasar menjadi utama karena menjadi awal penanaman karakter. Penerapan pendidikan karakter perlu dipahami khususnya pada kelima nilai yang disasar dalam penguatan pendidikan karakter sejak dini. Pada penelitian ini peneliti melihat apa saja kegiatan yang diterapkan dalam Penguatan Pendidikan Karakter yang sudah dilakukan di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara survei. Pengumpulan data dilakukan peneliti menggunakan kuesioner yang bersifat terbuka dan tertutup. Dipilihnya kuesioner karena supaya data lebih mudah diolah, pengisian dilakukan dalam waktu singkat, dan mendapatkan responden lebih banyak. Melalui penelitian ini, peneliti dapat melihat penerapan Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar saat ini. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan oleh sekolah sebagai masukan untuk membuat rancangan penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter di setiap pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai tambahan pengetahuan mengenai pendidikan karakter berbasis kelas yang sedang dilaksanakan. Oleh. 40.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. karena itu, sekolah dapat lebih memaksimalkan penerapan pendidikan karakter siswa di kelas.. D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan teori-teori dalam kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman sudah diterapkan? 2. Bagaimana kesesuaian penerapan program Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman?. 41.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme yaitu ilmu alam sebagai sumber pengetahuan yang benar, yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2015: 14). Survei digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel kecil. Survei digunakan untuk. memperoleh. gambaran. umum. tentang. karakteristik. populasi. (Sukmadinata, 2008: 82). Berdasarkan pengertian penelitian kuantitatif di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kuantitatif deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu kejadian yang terjadi. Metode survei adalah suatu kegiatan pengumpulan informasi dengan cara yang terorganisir dan mengikuti metode ilmiah tentang karakteristik dari semua atau populasi dengan menggunakan konsep, metode dan prosedur yang sudah baku serta mengkompilasi informasi tersebut ke dalam suatu bentuk ringkasan yang berguna (Arsa, dkk., 2015: 63). Selain itu pengertian metode survei adalah kegiatan pengamatan/ penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu (Margono, 2010: 29). Berdasarkan 42.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. penegertian metode survei dari ahli dapat disimpulkan bahwa metode survei adalah suatu kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan dengan pengamatan.. B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah seluruh guru sekolah dasar negeri kelas I sampai dengan VI yang berada di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. 2. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah penerapan Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas di sekolah dasar negeri di Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. 3. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di 25 sekolah dasar negeri se-Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. 4. Waktu Penelitian Pengambilan data dilaksanakan selama 5 bulan yang dimulai dari bulan Juni 2018 sampai dengan Oktober 2018.. C.. Populasi dan Sampel 1.. Populasi Populasi adalah wilayah yang terdiri atas objek/ subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh. 43.

Gambar

Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara Gambar 2.1 menunjukkan filosofi pendidikan karakter Ki Hajar  Dewantara yang saling berkaitan
Gambar 2.2 Kristalisasi Nilai Karakter
Gambar 2.2 Literature Map
Tabel 3.1 Persebaran Populasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk

Pusdiklat Bulutangkis di Semarang tidak hanya sebagai wadah pembinaan dan pelatihan, tetapi juga menjadi salah satu tempat seleksi atlet-atlet berbakat dari sekitar

23 Tahun 2011 Kantor Pajak Patama merujuk pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang perubahan peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011

Jenis data pada penelitian ini berupa; (a) proses penamaan atau pembuatan brand lembaga zakat, (b) cara yang dilakukan oleh lembaga zakat dalam sosialisasi

Ini yang mendoromg peneliti tertarik melakukan penelitian dieL-Zawa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

Pelaksanaan Program Sekolah Gratis di Kota Palembang , dilaksanakan oleh SMA/SMK/MA baik negeri maupun swasta, tetapi seluruh SMA Negeri di kota Palembang wajib mendapatkan