• Tidak ada hasil yang ditemukan

YOHANNA MARIA ROTINSULU 1), DADDY RUHIYAT 2) DAN MAMAN SUTISNA 2) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "YOHANNA MARIA ROTINSULU 1), DADDY RUHIYAT 2) DAN MAMAN SUTISNA 2) ABSTRACT"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUPUKAN TERHADAP LAJU

PERTUMBUHAN TANAMAN ROTAN TAMAN

(CALAMUS CAESIUS BL.) PADA LAHAN TERBUKA

DAN TERNAUNG DI KOTAWARINGIN TIMUR

KALIMANTAN TENGAH

Effect of Fertilization on the Growth Rate of Rattan Taman

(Calamus caesius Bl.) in the Opened and Shaded Areas in

East Kotawaringin, Central Kalimantan

Y

OHANNA

M

ARIA

R

OTINSULU1)

,

D

ADDY

R

UHIYAT2) DAN

M

AMAN

S

UTISNA

2)

ABSTRACT

In order to increase initial growth of rattan plantation, some fertilizers consisting of Urea, TSP, KCl, NK, PK and NPK were applied in the field. Each 336 of rattan seedlings, 7 to 9 months in age, were planted on two different sites, the Opened Area (OA) and the Mangium Shaded Area (MSA). Dosage of fertilizer used for each plant was 50 gr/seedling. The following parameters were measured: (a) chemical characteristics of soil before and after fertilizers application, (b) chemical characteristics of plant tissues before and after fertilization, (c) plant height increment and (d) plant biomass increment.

Some major results of this research were as follows: as a growth media for rattan plantation, the MSA’s soil was better than the OA’s one. After fertilizer application, nutrient absorption by plants under MSA were more intensive compared to that of OA. Rattan leaves were more responsive to fertilizer compared to stems and roots. At the OB, KCl fertilizers with 52 % K2O promoted the best height growth of rattan. The influence of other K fertilizer contained K2O less than 50 % (NK, PK, NPK) were less than Urea.

_______

1) Fakultas Kehutanan Universitas Palangka Raya

2) Laboratorium Ilmu Tanah Fak. Kehutanan Unmul, Samarinda 3) Laboratorium Silvikultur Fak. Kehutanan Unmul, Samarinda

(2)

At the MSA, the best fertilizer in promoting height growth were single fertilizer of P (TSP) or of N (Urea). Although there was fertilizer which tended to be more effective in promoting height growth of rattan, but statistically there was no different effect among those fertilizers used. Both N and P tended to regulate the amount of plant biomass. At the OA, the best fertilizer was Urea, whereas at the MSA was TSP. At the OA, there was no significance different among all fertilizers in increasing plant biomass, while at the MSA, TSP influenced significantly than other fertilizers.

Based on this research, it is suggested that Urea is recommended for fertilizer of rattan at the OA and TSP at the MSA, since both fertilizers can increase height growth and biomass.

Similar research is needed with enlarged dosages and extended time more than 1 year to obtained more detail data. It is needed to isolate control separately from fertilized plants to avoid excessing fertilizer. For assessing the respond of plant against fertilizer, it is better to use leaves as material to be analysed. Kata kunci: pupuk, blok naungan mangium (BNM), blok terbuka (BT), pertumbuhan.

I. PENDAHULUAN

Rotan merupakan salah satu komoditi hayati, penghasil devisa negara yang cukup besar yaitu meliputi 80 - 90 % dari jumlah nilai ekspor hasil hutan bukan kayu keseluruhan. Indonesia sebagai negara penghasil rotan terbesar memberikan kontribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan dunia, yaitu sekitar 80 %. Dalam upaya mempertahankan predikat sebagai pengekspor rotan terbesar dunia, rotan perlu dibudidayakan secara besar-besaran dengan menerapkan teknik budidaya yang tepat.

Januminro (1998) menyebutkan, bahwa sampai dengan tahun 1984 luas areal pembudidayaan dan kebun rotan di Indonesia telah mencapai 48.980 ha dengan lokasi paling dominan di Propinsi Kalimantan Tengah, yaitu seluas 46.654 ha. Di samping itu kapasitas produksi rotan Kalimantan Tengah yang berasal dari Sampit menurut laporan Biro Pusat Statistik sebesar 49.384 ton/tahun.

Calamus caesius Bl. merupakan salah satu jenis tanaman dari suku Palmae, mempunyai nama daerah (Kalimantan Tengah dan Selatan) yaitu Rotan Taman, sedangkan secara umum dan dalam perdagangan dikenal dengan nama Rotan Sega (Dransfield dan Manokaran, 1993).

Pemupukan tanaman rotan diharapkan dapat memacu laju pertumbuhan dan tingkat pendewasaannya. Dengan demikian waktu dan biaya pemeliharaan dapat diperkecil. Jika setiap fase pertumbuhan rotan dapat dipercepat, berarti

(3)

daur pengusahaan rotan dapat diperpendek. Menurut Januminro (1998) hasil panen dari tanaman rotan yang telah dibudidayakan dengan yang tidak dibudidayakan sangat berbeda, baik dari segi kualitas maupun finansialnya.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi lengkap mengenai media tumbuh dan jenis pupuk yang sesuai untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman muda rotan. Sebagai objek penelitian digunakan Rotan Taman (C. caesius).

II. METODE PENELITIAN

A.

L

OKASI DAN

W

AKTU

Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu Blok Terbuka (tanpa naungan, BT) di Kebun Percobaan Dinas Kehutanan Kotawaringin Timur dan Blok Naungan Mangium, BNM) yang merupakan kawasan hutan non produktif yang ditanami Acacia mangium dalam wilayah areal HPH PT Kayu Mas Group.

Penelitian dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan, yaitu bulan Mei 1999 sampai dengan April 2000.

B.

B

AHAN DAN

A

LAT

Bahan penelitian terdiri dari anakan Rotan Taman berumur 7 – 9 bulan sebanyak 1000 bibit dan pupuk anorganik berupa: Urea, TSP, KCl, NK (Urea dan KCL), PK (TSP dan KCL), NPK, masing-masing berjumlah: Urea 7,2 kg, TSP 7,2 kg, KCL 9,6 kg, NPK 4,8 kg. Bahan penelitian lainnya yaitu herbisida Roundup.

Alat-alat penelitian yang digunakan terdiri dari: alat kerja (cangkul, timbangan, mistar ukur, parang, sprayer, bor tanah, illuminometer), kamera, alat laboratorium dan alat tulis menulis.

C.

P

ROSEDUR

P

ENELITIAN

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: penetapan blok penelitian, yaitu Blok Terbuka dan Blok Naungan Mangium, persiapan dan pelaksanaan penelitian, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan.

(4)

D.

P

ENGAMBILAN DAN

P

ENGOLAHAN

D

ATA

Data yang diambil berupa sifat kimia tanah, berat kering tanaman, konsentrasi hara jaringan tanaman (komponen akar, batang, daun) yang dianalisis di laboratorium, sedangkan data pertambahan tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai pada titik tumbuh, intensitas cahaya diukur pada setiap unit tanaman di BNM saja.

Data yang diolah berupa pertambahan tinggi tanaman yang merupakan selisih tinggi akhir dan awal, pertambahan berat kering tanaman. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Blok Lengkap Acak (Sudjana, 1985).

Analisis sidik ragam ditujukan untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap sifat tanah, pertambahan tinggi tanaman, pertambahan berat kering tanaman dan konsentrasi hara jaringan tanaman dengan menggunakan uji F yaitu membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel pada selang kepercayaan 5 %. Bila terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan maka dilakukan pengujian pembanding antar perlakuan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

K

ONDISI

A

WAL

S

IFAT

K

IMIA

T

ANAH

Hasil analisis contoh tanah dikemukakan pada Tabel 1. Dari segi reaksi tanah, baik tanah dari Blok Naungan Mangium (BNM) maupun tanah dari Blok Terbuka (BT) memiliki reaksi asam. Nilai KTK potensial tanah BNM lebih besar daripada tanah BT, berdasarkan kriteria penilaian data hasil analisis tanah P3MT/PPT (1983) nilai KTK efektif kedua blok penelitian tergolong ke dalam kelas rendah.

Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah (0 – 30 cm) sebelum pemupukan pada dua blok penelitian

Parameter Blok terbuka Blok naungan

mangium

PH H2O 4,59 4,34

KCl 3,78 3,68

KT (me/100 gr) K+ 0,06 0,24

(5)

Tabel 1 (Lanjutan)

Parameter Blok terbuka Blok naungan

mangium Ca2+ 0,22 0,44 Mg2+ 2,69 0,95 Al3+ 3,61 7;59 H+ 14,75 33,50 JKB (me/100 gr) 2,99 1,65 KTK (me/100 gr) Potensial 21,34 42,74 Efektif 6,59 9,24 KB (%) Potensial 13,97 3,35 Efektif 45,38 18,54 BO (%) C 1,40 4,38 OH 2,42 7,55 Ketersediaan (ppm) P 15,53 77,45 K 35,23 175,33 Jumlah (mg/gr) N 1,39 2,49

Keterangan: KT = Kation dapat tukar. KTK = Kapasitas Tukar Kation. KB = Kejenuhan Basa. JKB = Jumlah Kation Basa. BO = Bahan Organik. Dalam kriteria P3MT/PPT (1983) kandungan C, P dan N tanah BNM dinilai berturut- turut: tinggi, sangat tinggi, sedang. Sementara untuk tanah BT kandungan unsur-unsur tersebut dinilai masing-masing: rendah, rendah, rendah. Lebih tingginya C, P dan N tanah BNM dimungkinkan karena adanya pasokan bahan organik (berupa serasah tegakan) lebih banyak daripada blok terbuka yang hanya ditumbuhi vegetasi berupa alang-alang. Selain itu, sebagai jenis legum, mangium di BNM dapat menambat nitrogen bebas dari udara melalui bintil akarnya. Secara keseluruhan potensi kesuburan tanah BNM dapat dinyatakan lebih baik daripada tanah BT. Karena adanya perbedaan-perbedaan dalam hal potensi kesuburannya itu, maka pembahasan mengenai pengaruh perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan tanaman rotan yang ditanam di masing-masing blok penelitian akan dilakukan secara terpisah.

B.

P

ERUBAHAN

S

IFAT

K

IMIA

T

ANAH

S

ESUDAH

P

EMUPUKAN

Blok Terbuka (BT)

Pada Tabel 2 dikemukakan hasil analisis tanah setelah pemupukan pada BT. Namun demikian perlu disadari bahwa pengambilan contoh tanah untuk keperluan analisis laboratorium tersebut dilakukan enam bulan setelah pemupukan. Dengan demikian sebagian unsur hara yang ditambahkan lewat

(6)

pemupukan tidak lagi seluruhnya ada dalam tanah karena sebagian telah diserap oleh rotan yang diteliti pertumbuhannya dan sebagian lainnya dimungkinkan hilang karena proses pencucian (leaching).

Tabel 2. Hasil analisis kimia tanah (0 – 30 cm) pada enam bulan sesudah pemupukan pada Blok Terbuka

Parameter Perlakuan Urea TSP KCl NK PK NPK TP KT K+ 0,10 0,09 0,11 0,10 0,12 0,11 0,10 (me/100gr) Na+ 0,16 0,17 0,17 0,18 0,18 0,16 0,17 Ca2+ 1,12 1,31 0,87 1,56 1,24 1,34 1,17 Mg2+ 2,82 2,70 2,37 2,87 2,60 2,55 2,30 Al3+ 2,56 1,79 2,89 1,73 1,93 2,27 2,29 H+ 17,75 15,75 18,50 18,75 22,25 19,50 21,00 JKB 4,20 4,27 3,52 4,72 4,14 4,15 3,74 (me/100gr) KTK Potensial 24,51 21,82 24,91 25,20 28,31 25,92 27,03 (me/100gr) Efektif 6,75 6,07 6,41 6,45 6,06 6,42 6,03 KB Potensial 17,15 19,59 14,13 18,73 14,61 16,01 13,84 (%) Efektif 62,17 70,45 54,94 73,15 68,21 64,52 62,04 Jumlah N 2,58 2,95 2,90 2,63 2,26 2,24 2,30 (mg/gr) P 2,12 1,39 1,29 1,40 1,75 1,33 1,14 K 0,61 0,67 0,63 0,88 0,94 0,79 0,57

Keterangan: KT = Kation dapat tukar. KTK = Kapasitas Tukar Kation. JKB = Jumlah Kation Basa. KB = Kejenuhan Basa.

Seperti dikemukakan pada Tabel 2, dibandingkan dengan kondisi awal tanah sebelum pemupukan (Tabel 1), perlakuan pemupukan pada tanah BT walaupun telah berselang enam bulan lamanya ternyata masih menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan pada sifat kimia tanah. Perubahan tersebut pada intinya adalah: (a) semua pupuk meningkatkan jumlah kation basa, (b) semua pupuk menurunkan konsentrasi kation Al tapi meningkatkan konsentrasi kation H, (c) semua pupuk meningkatkan KTK potensial tapi tidak mengubah KTK efektif; (d) semua pupuk meningkatkan KB potensial maupun KB efektif, (e) semua pupuk meningkatkan konsentrasi jumlah Nitrogen.

Blok Naungan Mangium (BNM)

Hasil analisis kimia terhadap tanah BNM enam bulan setelah perlakuan pemupukan dikemukakan pada Tabel 3. Berbeda dengan tanah BT, respon tanah BNM terhadap pemupukan ternyata meninggalkan pengaruh berupa penurunan jumlah kation-kation basa. Seperti ditunjukkan juga oleh tanah BT,

(7)

penggunaan pupuk anorganik pada tanah BNM tidak menyebabkan perubahan nilai KTK efektif.

Tabel 3. Hasil analisis kimia tanah (0 – 30 cm) pada enam bulan sesudah pemupukan pada Blok Naungan Mangium

Parameter Perlakuan Urea TSP KCl NK PK NPK TP KT K+ 0,23 0,25 0,15 0,10 0,22 0,24 0,15 (me/100gr) Na+ 0,13 0,14 0,13 0,14 0,14 0,14 0,14 Ca2+ 0,27 0,43 0,55 0,29 0,37 0,29 0,25 Mg2+ 0,18 0,29 0,23 0,19 0,31 0,35 0,12 Al3+ 7,34 7,19 6,35 8,00 9,10 8,65 8,00 H+ 53,00 45,50 46,75 50,50 54,25 49,00 40,00 JKB 0,80 1,11 1,05 0,73 1,05 1,03 0,62 (me/100gr) KTK Potensial 61,14 53,80 54,15 59,23 64,40 58,69 48,62 (me/100gr) Efektif 8,14 8,30 7,40 8,73 10,15 9,69 8,62 KB Potensial 1,31 2,05 1,94 1,23 1,63 1,75 1,27 (%) Efektif 9,85 13,36 14,20 8,25 10,35 10,59 7,15 Jumlah N 4,61 3,55 3,47 3,43 3,78 4,03 2,69 (mg/gr) P 2,64 1,39 1,93 2,06 1,56 1,36 0,99 K 0,71 1,04 1,85 1,16 1,02 1,30 1,20

Keterangan: KT = Kation dapat tukar. KTK = Kapasitas Tukar Kation. JKB = Jumlah Kation Basa. KB = Kejenuhan Basa.

Sehubungan dengan unsur-unsur basa pada tanah BNM yang menjadi sangat rendah jumlahnya pada enam bulan setelah pemupukan dapat disimpulkan bahwa dosis pupuk yang diberikan terlalu rendah.

C.

P

ERUBAHAN

S

IFAT

K

IMIA

J

ARINGAN

T

ANAMAN

S

ETELAH

P

EMUPUKAN

Blok Terbuka (BT)

Data hasil analisis jaringan tanaman sebelum dan sesudah pemupukan dikemukakan pada Tabel 4. Respon jaringan tanaman lainnya terhadap pemupukan, yaitu jaringan batang dan akar tidak sepeka jaringan daun. Tidak ada satu macam pupukpun (termasuk pupuk NPK) yang dapat meningkatkan konsentrasi N, P dan K secara sekaligus pada kedua jaringan tanaman ini. Pada jaringan batang, pupuk yang meningkatkan konsentrasi N dan P hanya pupuk Urea dan PK; pupuk yang meningkatkan konsentrasi P dan K hanya KCl.

(8)

Terhadap jaringan akar, pupuk yang mendapatkan respon adalah Urea yang meningkatan konsentrasi N serta pupuk KCl dan PK yang meningkatkan konsentrasi P.

Tabel 4. Hasil analisis kimia jaringan tanaman rotan sebelum dan sesudah pemupukan pada dua blok penelitian

BT BNM

Jaringan tanaman Konsentrasi (mg/gr) Konsentrasi (mg/gr)

N P K N P K Sebelum pemupukan Akar 8,47 3,02 17,91 8,47 3,02 17,91 Batang 9,10 1,34 48,49 9,10 1,34 48,49 Daun 16,70 1,60 17,09 16,70 1,60 17,09 Sesudah pemupukan Akar Urea 10,56 2,18 6,13 10,20 2,81 5,49 TSP 7,82 2,05 3,13 5,56 3,97 6,96 KCl 3,32 3,97 10,87 6,90 2,43 9,71 NK 6,39 2,81 7,26 6,95 4,48 9,68 PK 5,54 3,33 8,19 9,41 2,18 9,91 NPK 6,95 2,43 6,15 7,58 4,61 8,52 TP 7,49 2,49 5,61 8,28 2,18 6,09 Batang Urea 14,59 5,63 21,16 11,95 3,45 15,31 TSP 7,22 6,21 20,09 6,50 8,64 33,77 KCl 7,62 8,51 41,13 6,54 6,21 43,27 NK 8,34 7,10 23,66 9,93 2,18 24,06 PK 15,02 8,96 22,61 9,05 4,67 20,42 NPK 8,81 1,80 28,33 7,22 3,42 21,53 TP 6,41 5,31 13,72 7,89 3,71 21,27 Daun Urea 25,10 4,22 10,03 32,77 5,37 9,11 TSP 23,56 4,73 9,26 16,29 6,01 9,92 KCl 17,46 5,76 17,93 5,49 5,12 15,48 NK 15,31 4,73 10,01 21,17 1,92 8,55 PK 21,04 5,76 12,90 22,08 3,84 2,86 NPK 19,32 6,65 9,81 17,86 4,61 10,15 TP 24,77 4,86 6,23 18,56 4,91 9,31

Keterangan: Angka yang dicetak miring menunjukkan adanya peningkatan sesudah pemupukan

Blok Naungan Mangium (BNM)

Seperti ditunjukkan pada Tabel 4, terhadap tanaman BNM pupuk NPK tidak menaikkan kosentrasi unsur-unsur N, P dan K, baik pada jaringan daun, batang maupun akar. Kenaikan konsentrasi N dan P pada jaringan daun terjadi setelah penambahan semua pupuk kecuali pupuk TSP dan KCl. Sementara di

(9)

satu sisi semua pupuk meningkatkan kandungan P pada jaringan daun, di sisi lain tidak ada satu macam pupukpun yang meningkatkan kandungan K pada jaringan tersebut. Kandungan K pada jaringan daun setelah pemupukan bahkan menurun bila dibandingkan dengan sebelum dipupuk. Jaringan daun tanaman petak TP juga menunjukkan penurunan konsentrasi K.

Dibandingkan dengan unsur N dan P memang Kalium bersifat mudah larut dan tercuci. Hal ini merupakan petunjuk bahwa dosis pupuk yang mengandung K yang digunakan dalam penelitian untuk BNM terlalu rendah. Pernyataan ini dikuatkan pula oleh turunnya konsentrasi K yang juga terjadi pada jaringan batang dan akar tanaman yang diteliti.

D.

P

ERTAMBAHAN

T

INGGI

T

ANAMAN

Blok Terbuka (BT)

Hasil pengukuran pertambahan tinggi rata-rata tanaman di tiap petak perlakuan pemupukan dalam (BT) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Pertambahan tinggi rata-rata tanaman (cm) setelah enam bulan di Blok Terbuka

Jenis Petak ulangan Jumlah Rata-

pupuk I II III tanaman rata

N PT n PT n PT Urea (N) 13 18,92 10 8,20 9 12,33 32 13,15 TSP (P) 10 9,50 11 16,36 7 12,00 28 12,62 KCL (K) 13 12,31 13 12,08 10 22,00 36 15,76 NK 12 13,92 16 15,32 8 9,64 36 12,96 PK 9 13,88 10 13,92 12 16,76 31 12,72 NPK 12 10,68 12 11,68 11 5,96 35 9,90 Tanpa pupuk 13 12,92 15 10,60 12 8,70 40 10,26 Jumlah 82 92,13 87 88,16 69 87,41 238 Rata-rata 11,8 13,16 12,4 12,59 9,9 12,48 12,75 Keterangan: n = jumlah tanaman. PT = pertambahan tinggi

Pada Tabel 5 tampak bahwa pertambahan tinggi rata-rata terbesar tanaman rotan dihasilkan oleh pupuk KCl kemudian secara berurutan diikuti oleh pupuk-pupuk: Urea, NK, PK, TSP dan NPK. Pengaruh terbaik pupuk KCl dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman ini selaras dengan hasil analisis jaringan tanaman (Tabel 2), khususnya untuk komponen daun yang menunjukkan bahwa pupuk KCl adalah satu-satunya pupuk yang mampu

(10)

meningkatkan konsentrasi N, P dan K secara serempak. Sementara itu, pertumbuhan tinggi terendah terjadi pada plot tanpa pupuk (TP).

Walaupun berdasarkan uraian yang telah dikemukakan ada kecenderungan-kecenderungan bahwa pemberian pupuk memberikan pengaruh, baik terhadap sifat kimia tanah, sifat kimia jaringan tanaman maupun terhadap pertambahan tinggi tanaman, namun diperlukan pengujian apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak. Oleh karena itu, telah dilakukan analisis sidik ragam pengaruh jenis pupuk dan pengaruh petak ulangan terhadap pertambahan tinggi tanaman yang hasilnya dikemukakan pada Tabel 6. Pada tabel tersebut tampak bahwa pada tingkat kepercayaan 95 %, baik perlakuan pemupukan maupun petak ulangan ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena jangka waktu penelitian yang telalu pendek, sementara tanaman rotan tergolong jenis yang memiliki laju pertumbuhan yang rendah. Seperti dikemukakan Shirai (1997) riap tinggi tanaman rotan pada tapak yang baik adalah 8,0 – 43 cm/bulan. Dikaitkan dengan pertambahan tinggi tanaman dalam penelitian ini yang rata-ratanya  3,0 cm/bulan, kisaran nilai yang dikemukakan Shirai (1997) itu menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat.

Tabel 6. Analisis sidik ragam pertambahan tinggi rata-rata tanaman Blok Terbuka Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat

tengah F-hitung F-table 5 % Blok (petak ulangan) 2 2,10 0,95 0,06ts 3,88 Jenis pupuk 6 83,27 13,88 0,84ts 3,00 Sisa 12 197,68 16,47 Jumlah 20 283,05

Keterangan: ts = tidak berpengaruh signifikan

Blok Naungan Mangium (BNM)

Hasil pengukuran pertambahan tinggi rata-rata tanaman di tiap petak perlakuan dalam BNM dikemukakan pada Tabel 7. Berbeda dengan tanaman rotan pada BT, pada BNM pupuk yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman bukanlah pupuk yang mengandung K, melainkan pupuk tunggal yang mengandung P dan N. Macam pupuk yang menghasilkan pertambahan tinggi paling besar adalah: TSP, diikuti berturut-turut oleh: Urea, PK, NK, KCl dan NPK. Tanaman yang tidak dipupuk (TP) menunjukkan pertambahan tinggi paling kecil.

(11)

Tabel 7. Pertambahan tinggi (cm) rata-rata tanaman setelah enam bulan di Blok Naungan Mangium

Jenis Petak ulangan Jumlah Rata-

pupuk I II III tanaman rata

N PT n PT n PT Urea (N) 12 14,08 11 12,70 16 13,76 39 13,51 TSP (P) 16 16,44 16 14,70 16 13,32 48 14,82 KCL (K) 15 16,32 14 12,52 15 8,30 44 12,38 NK 16 13,08 15 16,00 13 8,84 44 12,64 PK 15 14,30 16 14,44 15 11,40 46 13,38 NPK 15 14,76 16 13,32 16 8,34 47 12,14 Tanpa pupuk 16 12,56 13 8,24 14 11,72 43 10,84 Jumlah 105 101,54 101 91,92 105 75,68 311 Rata-rata 15 14,50 14,4 13,13 15 10,81 12,81 Keterangan: n = jumlah tanaman. PT = pertambahan tinggi.

Berdasarkan data pada Tabel 7 di atas terlihat adanya keragaman pertambahan tinggi rata-rata tanaman. Namun secara statistik perlu dilakukan pengujian dengan uji sidik ragam tentang pengaruh jenis pupuk dan petak ulangan terhadap pertambahan tinggi rata-rata tanaman, seperti dikemukakan pada Tabel 8. Pada tingkat kepercayaan 95 %, perlakuan pemupukan tidak berpengaruh signifikan, sedangkan petak ulangan berpengaruh signifikan terhadap pertambahan tinggi rata-rata tanaman.

Tabel 8. Analisis sidik ragam pertambahan tinggi rata-rata tanaman setelah enam bulan di Blok Naungan Mangium

Sumber

keragaman DB

Jumlah kuadrat

Kuadrat

tengah F-hitung F-table 5 % Blok (petak ulangan) 2 48,81 24,41 5,36* 3,88 Jenis pupuk 6 27,94 4,66 1,02ts 3,00 Sisa 12 54,56 4,55 Jumlah 20 131,31

(12)

E.

P

ERTAMBAHAN

B

ERAT

K

ERING

T

ANAMAN

Blok Terbuka (BT)

Data hasil pengukuran pertambahan berat kering tanaman rotan dalam petak-petak perlakuan pemupukan pada BT disajikan pada Gambar 1. Pertambahan berat kering yang dimaksudkan di sini adalah selisih antara nilai sesudah dan sebelum perlakuan pemupukan.

13.82 12.52 12.29 9.35 7.02 6.85 4.52 Urea PK KCl NK TSP NPK TP Jenis pupuk P ert a m b a h a n b era t k eri n g (g r)

Gambar 1. Pertambahan berat kering tanaman setelah pemupukan di Blok Terbuka

Pada Gambar 1 dapat diketahui bahwa pertambahan terbesar berat kering tanaman di BT terjadi setelah pemupukan dengan pupuk Urea, diikuti oleh pemupukan dengan PK dan KCL yang menghasilkan pertambahan berat kering relatif sama. Urutan berikutnya adalah yang dihasilkan oleh pupuk NK dan TSP serta NPK. Tanaman yang tidak dipupuk (TP) mempunyai pertambahan berat kering paling kecil .

Pertambahan berat kering tanaman menyangkut dua komponen, yaitu komponen batang dan komponen daun. Komponen batang karena lebih banyak mengandung unsur Karbon daripada komponen daun tentunya mempunyai porsi berat kering lebih besar.

Adanya kecenderungan berpengaruhnya pemberian pupuk dan petak ulangan terhadap pertambahan berat kering tanaman, dilakukan pengujian secara statistik dengan uji analisis sidik ragam yang hasilnya dikemukakan pada Tabel 9.

(13)

Tabel 9. Analisis sidik ragam pertambahan berat kering tanaman di Blok Terbuka Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat

tengah F-hitung F-table 5 %

Blok (petak ulangan) 2 8,54 4,27 0,16ts 3,88

Jenis pupuk 6 361,35 60,23 2,87ts 3,00

Sisa 12 253,93 21,61

Jumlah 20 623,82

Keterangan: ts = tidak berpengaruh signifikan.

Pada Tabel 9 ditunjukkan, bahwa dengan tingkat kepercayaan 95 % pemberian pupuk dan petak ulangan tidak berpengaruh bena terhadap pertambahan berat kering tanaman. Hal ini diindikasikan dengan nilai F-hitung perlakuan jenis pupuk dan petak ulangan yang lebih kecil dari nilai F-tabel .

Blok Naungan Mangium (BNM)

Pada Gambar 2 dikemukakan urutan besarnya nilai pertambahan berat kering rata-rata menurut jenis pupuk.

23.42 11.82 11.75 11.62 11.59 10.05 8.15 TSP PK KCl NK Urea NPK TP Jenis pupuk P ert a m b a h a n b era t k eri n g (g r)

Gambar 2. Pertambahan berat kering tanaman setelah pemupukan di Blok Naungan Mangium

Seperti ditunjukkan pada Gambar 2, pertambahan berat kering tanaman pada BNM paling besar terjadi setelah pemupukan TSP, diikuti oleh pemupukan PK. Penggunaan pupuk-pupuk: KCl, NK dan Urea menghasilkan pertambahan berat kering hampir sama, pupuk NPK dan TP menghasilkan pertambahan terendah. Sama dengan tanaman pada BT, pertambahan berat

(14)

kering tanaman BNM juga cenderung dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya kosentrasi N atau P atau kombinasi kedua unsur tersebut pada jaringan batangnya. Kecenderungan bahwa pemupukan memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat kering tanaman dapat diketahui dengan pengujian dengan analisis sidik ragam seperti dikemukakan dalam tabel berikut ini.

Tabel 10. Analisis sidik ragam pertambahan berat kering tanaman di Blok Naungan Mangium Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat

tengah F-hitung F-table 5 % Blok (petak ulangan) 2 237,307 118,65 5,50* 3,88

Jenis pupuk 6 439,93 73,32 3,39* 3,00

Sisa 12 258,89 21,57

Jumlah 20 936,13

Keterangan: * = berpengaruh signifikan

Hasil analisis sidik ragam pertambahan berat kering tanaman dengan pemberian berbagai jenis pupuk dan petak ulangan pada tingkat kepercayaan 95 % menunjukkan adanya pengaruh signifikan. Untuk mengetahui perbedaan di antara jenis pupuk dalam menghasikan pertambahan berat kering tanaman, dilakukan pengujian lanjutan menggunakan uji LSD seperti yang dikemukakan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil uji beda pengaruh jenis pupuk terhadap pertambahan berat kering tanaman di Blok Naungan Mangium

Jenis Rata-rata BNT 0,05 = 7,9103 pupuk Urea TSP KCl NK PK NPK Urea 11,59 - TSP 23,42 11,83* - KCl 11,75 0,16 11,67* - NK 11,62 0,03 11,80* 0,13 - PK 11,82 0,23 11,60* 0,07 0,20 - NPK 10,05 1,54 13,37* 1,70 1,57 1,77 - TP 8,15 3,44 15,27* 3,60 3,47 3,67 1,90

Keterangan: * = berpengaruh signifikan

Tabel 11 menunjukkan, bahwa pada taraf uji 5 % pengaruh pupuk TSP dalam meningkatkan berat kering tanaman berbeda signifikan dengan Urea, KCl, NK, PK, NPK dan TP. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pupuk TSP merupakan pupuk yang terbaik dalam meningkatkan pertambahan berat kering tanaman di BNM.

(15)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan yang disampaikan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.

Sebagai media pertumbuhan tanaman rotan, tanah Blok Naungan

Mangium (BNM) mempunyai potensi kesuburan yang lebih baik daripada tanah Blok Terbuka (BT) bervegetasi alang-alang.

2.

Penyerapan unsur hara oleh tanaman rotan sesudah pemupukan di BNM lebih intensif daripada di BT.

3.

Jaringan daun tanaman rotan lebih responsif terhadap pemupukan dibandingkan jaringan batang dan akar.

4.

Di BT, pupuk yang cenderung menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman rotan terbaik adalah KCl dengan kadar K2O 52 %. Pupuk lainnya yang mengandung K2O < 50 % (NK, PK, NPK) dikalahkan pengaruhnya oleh pupuk Urea.

5.

Di BNM, pupuk yang cenderung menghasilkan pertumbuhan tinggi tanaman rotan terbaik adalah pupuk tunggal yang mengandung P (TSP) atau N (Urea).

6.

Walaupun di BT maupun BNM ada jenis pupuk yang cenderung menghasilkan pertumbuhan tinggi lebih baik dari pada jenis pupuk lainnya, namun secara statistik tidak ada perbedaan signifikan di antara semua pupuk yang diberikan.

7.

Unsur N dan P cenderung mengendalikan berat kering tanaman. Di BT, pupuk yang menghasilkan pertambahan berat kering terbaik adalah Urea, sedangkan di BNM adalah TSP.

8.

Di BT penggunaan berbagai macam pupuk secara statistik tidak menunjukkan perbedaan signifikan terhadap pertambahan berat kering tanaman, sedangkan di BNM, pupuk TSP menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap pupuk lainnya.

Saran

1. Di BT dianjurkan menggunakan pupuk Urea, sedangkan di BNM pupuk TSP, karena kedua pupuk tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan berat kering tanaman rotan.

2. Penelitian serupa menggunakan kedua jenis pupuk tersebut perlu dilakukan dengan dosis yang diperbesar dan diteliti untuk jangka waktu lebih panjang, misalnya lebih dari 1 tahun.

(16)

3. Penempatan petak kontrol (Tanpa Pupuk) harus diatur agar terhindar dari kemungkinan pencemaran dari petak-petak yang dipupuk.

4. Untuk memantau respon jaringan tanaman terhadap pemupukan sebaiknya menggunakan jaringan daun.

DAFTAR PUSTAKA

Dransfield, J. dan Manokaran (Editor).1993. Rotan (Sumberdaya Nabati Asia Tengggara) Gajah Mada University Press, Yogyakarta bekerjasama dengan Prosea Indonesia. Bogor.

Januminro. 1998. Rotan Indonesia. Potensi, Budidaya, Pemungutan, Pengolahan, Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya.

Shirai, Y. 1997. Peran Pengusahaan Rotan dalam Pelestarian Sumberdaya Hutan Tropis. Tesis Magister Pertanian, Program Studi Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.

Gambar

Tabel 1. Hasil analisis kimia tanah (0 – 30 cm) sebelum pemupukan pada  dua blok penelitian
Tabel  2.  Hasil  analisis  kimia  tanah  (0  –  30  cm)  pada  enam  bulan  sesudah  pemupukan pada Blok Terbuka
Tabel  3.  Hasil  analisis  kimia  tanah  (0  –  30  cm)  pada  enam  bulan  sesudah  pemupukan pada Blok Naungan Mangium
Tabel 4.  Hasil  analisis kimia jaringan tanaman rotan sebelum dan sesudah  pemupukan pada dua blok penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mendeskripsikan rancang bangun pengembangan media audio, (2) untuk mengetahui kualitas hasil pengembangan media audio menurut review

Sarana yang dipilih dengan melakukan permainan ular tangga yang berisi informasi penyakit demam berdarah di samping juga responden pada kelompok kontrol yang mungkin

Terselenggaranya Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah khususnya Walikota dan Wakil Walikota untuk Kota Semarang berdasarkan ketentuan

Selanjutnya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan

Oleh karena unit analisisnya adalah keluarga, maka kriteria keluarga dalam konteks penelitian ini adalah pertama, keluarga dengan jumlah anak minimal 2 orang yang berusia

- Kasus 1: Hasil Kajian Bapepam-LK Tahun 2006 Tentang Penerapan Prinsip-Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan Bapepam dan tahun 2010 tentang Pedoman Good Corporate Governance

Mga kapatid, tayo’y nilikha ng Diyos bilang kanyang kawangis, ginawa niya tayo upang mabuhay sa pamamagitan ng pag-ibig at para sa pag-ibig.. Ang pangunahing

Oleh karena itu dibutuhkan suatu informasi yang diharapkan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku dapat dilakukan dengan tepat dan penetuan biaya pada persediaan