• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Pasar Modal

2.1.1 Definisi

Pasar modal (capital market), menurut Bursa Efek Indonesia (2010), merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.

Sedangkan, Menurut Sjahputra (2012, p56), pasar modal adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki dana (supplier of fund) dengan pihak yang membutuhkan dana (user of fund) untuk tujuan investasi jangka menengah dan panjang.

Definisi pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 Pasal 1 butir 13 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek yang melibatkan berbagai lembaga dan profesi yang berkaitan dengan tujuan investasi jangka menengah dan jangka panjang.

(2)

2.1.2 Pelaku Pasar Modal

Sesuai buku Pengantar Hukum Pasar Modal yang ditulis oleh Iman Sjahputra (2012, p69), para pelaku yang terkait di pasar modal antara lain adalah:

1. Pemerintah, yang diwakili oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan.

2. Emiten, sebagai penerbit efek.

3. Lembaga/Profesi Penunjang Emisi, antara lain: a. Notaris

b. Akuntan

c. Konsultan Hukum d. Biro Administrasi Efek e. Penilai

f. Wali Amanat

g. LKP (Lembaga Kliring dan Penjaminan), yaitu PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)

h. LPP (Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian), yaitu PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)

i. Kustodian/Bank Kustodian

4. Perusahaan Efek, yang bertindak selaku perantara pedagang efek, penjamin emisi, dan manajer investasi.

5. Masyarakat Pemodal (Investor), baik perseorangan maupun kelembagaan.

Struktur Pasar Modal Indonesia dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut (Sjahputra, 2012, p409)

(3)
(4)

2.2 Bank Kustodian

2.2.1 Definisi

Seperti dapat dilihat dari bagan di atas, bank kustodian merupakan lembaga yang menjadi salah satu pelaku pasar modal. Menurut Pratomo (2010), Bank Kustodian merupakan jasa penitipan dan administrasi investasi. Sedangkan, Menurut Sjahputra (2012, p413), Bank Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan kolektif atas efek dan jasa admministrasi, yang dapat berupa penerimaan dividen, bunga, dan hak-hak lain, penyelesaian transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

Sesuai Undang Undang Pasar Modal, Bank Kustodian merupakan pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi lain, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

Jadi bank kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan portofolio efek dan pelayanan administrasi lainnya, serta mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

Menurut Sjahputra (2012, p301), tugas dan tanggung jawab Bank Kustodian antara lain:

- Menyimpan efek milik pemegang rekening.

- Membukukan dan mencatat secara tersendiri efek yang dititipkan.

- Mengeluarkan efek atau dana yang tercatat pada rekening efek atas perintah tertulis dari pemegang rekening.

(5)

- Memberikan ganti rugi kepada pemegang rekening atas setiap kerugian akibat kesalahannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 45/1995, ketentuan untuk menjadi Kustodian adalah:

- Merupakan perusahaan efek, atau

- Bank umum yang telah memperoleh persetujuan dari OJK, atau - Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian.

2.2.2 Proses Bisnis Bank Kustodian

Secara garis besar, mekanisme kerja bank kustodian dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

1. Deal antara Nasabah dengan Broker/Counterpart.

(6)

• Penerimaan harta kekayaan tanpa pembayaran (Receive Free Of Payment/RFOP)

• Penerimaan harta kekayaan dengan pembayaran (Receive Versus Payment/RVP)

Pengiriman harta kekayaan tanpa pembayaran (Delivery Free Of Payment/DFOP)

• Pengiriman harta kekayaan dengan pembayaran (Delivery Versus Payment/DVP)

Untuk Saham, Settlement instruction tersebut harus sudah diterima kustodian satu hari sesudah tanggal transaksi (T + 1).

3. Konfirmasi atas instruksi nasabah

4. Pelaksanaan settlement sesuai instruksi nasabah Proses penyelesaian akhir transaksi :

• Pengurusan pemindahan hak atas surat berharga • Penyimpanan surat berharga (safekeeping) (sumber: modul pelatihan BRI Custody Service)

(7)

2.3 E-Commerce

2.3.1 Konsep e-Commerce

E-Commerce adalah bagian bisnis yang memfasilitasi transaksi dan penjualan produk dan jasa secara online yang seringkali menyangkut perdagangan barang secara fisik ataupun digital, dan berbagai hal lain seperti pemasaran secara online (online marketing), pemesanan secara online (online odering), pembayaran secara online (e-payment), dan distribusi produk. (Jelassi, 2008, p4).

Sedangkan Turban (2012, p38) menulis bahwa e-commerce adalah proses membeli, menjual, mengirim, atau menukan produk, jasa, dan/atau informasi melalui jaringan komputer, yang sebagian besar adalah internet dan intranet.

E-commerce memiliki banyak dampak positif bagi perusahaan. E-commerce memungkinkan revenue stream dan market exposure yang lebih menjanjikan, karena sifatnya yang real time dan tidak mempedulikan batas jarak, ruang, dan waktu. E-commerce juga menurunkan biaya produksi dan mempersingkat waktu produksi, dengan demikian efisiensi perusahaan akan semakin meningkat. (Harisno, et al, 2009).

2.3.2 Pembagian e-Commerce

Turban (2012, p42) membagi E-Commerce berdasarkan jenis transaksi nya, yaitu:

a. Business to Business (B2B)

Partisipan pada B2B adalah perusahaan dengan perusahaan lainnya. b. Business to Consumer (B2C)

(8)

Merupakan transaksi retail produk dan jasa dari bisnis ke customer individu. E-tailing (electronic retailing) merupakan salah satu jenis B2C E-Commerce. c. Business to Business to Consumer (B2B2C)

Pada B2B2C sebuah perusahaan menyediakan produk atau jasa pada perusahaan klien yang memiliki customer sendiri untuk didistribusikan produk atau jasa tersebut (umumnya karyawannya).

d. Consumer to Business (C2B)

Merupakan kategori dimana individu yang menggunakan internet menjual produk atau jasa untuk perusahaan, atau individu yang mencari vendor untuk menawarkan produk atau jasa nya.

e. Intrabusiness EC

Merupakan kategori yang mencakup semua aktivitas E-Commerce dalam suatu perusahaan yang menyangkut pertukaran barang, jasa, ataupun informasi antar unit, individu, ataupun bagian.

f. Business to Employees (B2E)

Merupakan kategori bagian dari Intrabusiness EC dimana perusahaan membagikan jasa, informasi, atau produk pada tiap karyawan.

g. Consumer to Consumer

Pada kategori ini, sesama customer saling bertransaksi. h. Collaborative Commerce

Terjadi saat individu atau perusahaan melakukan komunikasi, kolaborasi, ataupun kerjasama dengan memanfaatkan jaringan komputer.

i. E-Government

Terdiri dari Government to Business (G2B), Government to Citizen (G2C), dan Government to Government (G2G).

(9)

2.4 Analisis dan Perancangan Sistem

Berikut ini adalah framework dan metode yang digunakan untuk melakukan analisa sistem dan proses bisnis, serta melakukan perancangan sistem.

2.4.1 CSF

CSF adalah salah satu jenis framework yang mengungkapkan beberapa faktor, yang apabila dapat dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik oleh perusahaan, dapat menjamin performa yang baik untuk perusahaan dalam berkompetisi di pasar. (Shah, 2007, p512). CSF merupakan “things that must go right”, yang artinya adalah apabila perusahaan tidak mengelola aspek di CSF, maka tujuan perusahaan tidak dapat tercapai (Suroto et al, 2004, p1). Apabila attribut yang dibutuhkan oleh aspek tersebut dapat dipenuhi oleh perusahaan, maka perusahaan dapat mengurangi probabiliti terjadinya kegagalan dan dapat meningkatkan performa perusahaan (Chawla et al, 2010, p2).

Pendekatan CSF, yang ditemukan sejak tahun 1979 dan masih digunakan hingga saat ini, menunjukkan metode top-down untuk perencanaan strategi perusahaan yang didapat dari informasi dan kebutuhan top level management. (Shah, 2007, p512)

2.4.2 Framework 7C

Framework 7C merupakan 7 elemen dalam merancang tampilan (user interface) website. Framework ini diperkenalkan oleh Rayport dan Jaworsk. 7 elemen dalam 7C adalah Context, Content, Community, Customization, Communication, Connection, dan Commerce dimana masing-masing dari 7 elemen tersebut harus disesuaikan agar user interface website dapat memenuhi model bisnis. (Rudy et al, 2011).

(10)

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan definisi elemen pada 7C dan parameternya. Elemen Definisi (Rudy et al, 2011) Parameter (Begalli et al, 2009) Context Merupakan sisi artistik dari website

dan sisi fungsional dari website

Website update Graphic quality Counter presence Content Dapat berupa produk (apabila

menjual produ), informasi (apabila menjual informasi), dan layanan (apabila menyediakan layanan pada user)

Product presentation Range of products

Presence of accessory products

Community Interaksi antar pengguna website yang dapat berupa interaksi one-to-one ataupun many-to-many

Website typology Transaction typology

Customization Kemampuan website untuk menyesuaikan diri sesuai

kebutuhan dan keinginan tiap user

Ranking

Number of languages Navigability

Site map presence

Presence of internal search engine

Communication Komunikasi antara website dengan penggunanya, yang dapat berupa komunikasi site-to-user atau

user-• Direct sale availability Delivery time

(11)

to-site (satu arah), atau juga dapat berupa komunikasi dua-arah Connection Mengacu pada tingkatan dimana

website dapat terhubung dengan website lain

Delivery traceability Payment procedures Delivery procedures Security of transaction Frequently asked questions

(FAQ) Commerce Mengacu pada tingkatan dimana

website mampu melakuskan transaksi jual beli produk atau jasa

Forum presence Visit book presence Link availability

Free call telephone number availability

2.4.3 Object Oriented Analysis and Design

Dalam pengembangan sistem informasi, ada dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan tradisional (Traditional Approach) dan pendekatan berbasis objek (Object Orieted Approach). (Satzinger, 2009, p204).

Pendekatan tradisional memandangg sistem sebagai kumpulan proses, sedangkan pendekatan berbasis objek memandang sistem sebagai kumpulan objek yang saling berinteraksi. (Satzinger, 2009, p205).

Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan diagram-diagram yang digunakan pada proses analisis dan perancangan sistem sesuai pendekatan berbasis objek (Satzinger, 2009, p391)

(12)

Domain Model Class Diagram Use Case Diagrams Activity Diagrams & Use Case Descriptions System Sequence Diagrams State Machine Diagrams Component Diagram Deployment Diagram Design Class Diagram Interaction Diagram Design State Machine Diagram Package Diagram Requirement Models

(Analysis) Design Models

Sebelum melakukan proses analisis dan perancangan sistem menggunakan OOAD, dilakukan identifikasi proses bisnis melalui narasi proses bisnis dan event table. Event table merupakan katalog yang berisikan use case yang menjabarkan event yang terjadi pada proses bisnis dalam bentuk tabel (Satzinger et al, 2009, p168).

Event table berisikan kolom trigger (sinyal yang memberitahukan sistem bahwa sebuah event sedang terjadi), source (actor atau user yang melakukan input data), response (output dari sistem atas event yang terjadi), dan destination (actor yang menerima output) (Satzinger et al, 2009, p169).

(13)

Setelah identifikasi use case dan proses bisnis dilakukan, proses analisis dapat dimulai. Beberapa diagram yang dibutuhkan untuk proses analisis dapat dilihat pada gambar di atas. Diagram tersebut antara lain adalah domain model class diagram, use case diagram, activity diagram & use case description, system sequence diagram, dan state machine diagram.

Domain model class diagram menggambarkan bagaimana object dalam sebuah sistem dikelompokkan menjadi kelas-kelas. Setiap kelas tersebut saling terhubung sehingga menampilkan hal-hal yang dibutuhkan dalam domain pekerjaan user. (Satzinger et al, 2009, p187).

Use case diagram merupakan diagram yang menunjukkan peran tiap actor (dalam bentuk use case) dan bagaimana actor tersebut menggunakan sistem (Satzinger et al, 2009, p242).

Use case description adalah deskripsi mendetail tentang proses yang terjadi pada satu use case (Satzinger et al, 2009, p171). Sedangkan, cara lain untuk mendeskripsikan proses yang terjadi pada satu use case adalah dengan menggambarkannya pada activity diagram (Satzinger et al, 2009, p249). Keuntungan menggunakan activity diagram dibandingkan dengan use case description adalah keunggulan visual nya yang memudahkan untuk mengerti arus aktivitas pada satu use case (Satzinger et al, 2009, p250).

System sequence diagram adalah diagram yang digunakan untuk menjelaskan arus masuk dan keluarnya informasi dari dan ke sistem. Sehingga, system sequence diagram mengidentifikasi input dan output sistem, serta menunjukkan interaksi antara actor dan sistem (Satzinger et al, 2009, p252).

(14)

State machine diagram mendokumentasikan state (status) dan transisi antar states (status). State (status) merupakan kondisi yang terjadi pada sebuah objek saat telah digunakan, sedang digunakan, atau menunggu untuk digunakan. (Satzinger et al, 2009, p260).

Setelah memenuhi tahap analisis, maka dapat dilanjutkan ke tahap perancangan (design). Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa diagram-diagram yang digunakan pada tahap perancangan antara lain adalah component diagram, deployment diagram, design class diagram, interaction diagram, design state machine diagram, dan package diagram.

Component diagram merupakan sebuah tipe dari implementation diagram (diagram yang digunakan untuk proses implementasi) yang menunjukkan system architecture secara garis besar dan komponen di dalamnya (Satzinger et al, 2009, p394). Sedangkan, deployment diagram, merupakan tipe lain dari implementation diagram yang menunjukkan komponen fisik yang tersebar di berbagai lokasi (Satzinger et al, 2009, p401).

Design class diagram adalah class diagram yang telah dilengkapi tipe data pada attribute kelas, dan method-method yang digunakan oleh setiap kelas pada sistem (Satzinger et al, 2009, p405). Umumnya, seiring dengan proses yang dilalui, jumlah kelas pada design class diagram dapat berbeda pada domain class diagram (Satzinger et al, 2009, p409).

Interaction diagram dapat digambarkan melalui dua diagram: sequence diagram ataupun communication diagram (Satzinger et al, 2009, p433). Pada proses perancangan sistem, sequence diagram yang digunakan lebih kompleks dibandingkan system sequence diagram yang digunakan pada tahap analisis. Objek ‘system’ pada

(15)

system sequence diagram digantikan oleh internal objects pada sistem (Satzinger et al, 2009, p437). Sedangkan, communication diagram memiliki fungsi dan simbol-simbol yang sama dengan sequence diagram. Hanya saja, communication diagram lebih mudah dibuat dibandingkan sequence diagram, karena tidak memerlukan activation line (Satzinger et al, 2009, p455).

Package diagram adalah diagram yang mengelompokkan kelas ke dalam grup-grup yang sesuai. Grup-grup tersebut adalah View Layer, Domain Layer, dan Data Access Layer (Satzinger et al, 2009, p459).

2.4.4 Search Engine Optimization

Search Engine Optimization, atau SEO, bertujuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung web melalui search engine (mesin pencari) secara organik dengan meningkatkan ranking web pada search engine.( Sirovich et al, 2004, p16)

Beberapa faktor yang mempengaruhi ranking web di search engine adalah visible on-page factors, invisible on-on-page factors, time-based factors, dan external factors (Sirovich et al, 2004, p17).

Berikut ini merupakan on-page factors dan keterangannya (Sirovich et al, 2004, p18-20)

On-Page Factors Keterangan

Page Title Untuk melakukan SEO pada bagian title, tiap page harus memiki title yang berbeda sesuai dengan kontennya.

Page Headings Untuk melakukan perubahan ukuran teks, disarankan menggunakan header dengan menambahkan tag <hx>. Page Copy Penggunaan keyword yang berulang pada page yang sama

(16)

dapat membuat search engine mengira web tersebut merupakan spam.

Outbond Links Link ke web eksternal yang baik akan meningkatkan rank, akan tetapi link ke web yang ‘buruk’ akan menurunkan rank web.

Keywords in URL Pada url (alamat) web, dicantumkan keyword halaman web.

Internal link

structure

Memberikan internal link pada web yang menunjukkan langkah menuju satu halaman.

Overall site

topicality

Membuat satu halaman memiliki keterkaitan dengan halaman lain.

Berikut ini merupakan invisible on-page factors dan keterangannya (Sirovich et al, 2004, p20-21)

Invisible On-Page Factors Keterangan

Meta description Memasukkan meta description tag pada bagian head halaman web. Meta description tag dapat diinput dengan mengetik <meta name=”xx” value=”xx”/>

Meta keywords Memilih keyword yang tepat pada tiap halaman di tag <meta value=”xx”/>

Alt and title attributes Memberikan keyword tambahan pada gambar dan link yang ada di web.

Page structure considerations Mengurangi penggunaan tag blok seperti <div> atau <p> untuk teks di paragraf yang sama pada

(17)

halaman web.

Berikut ini adalah time-based factor dan keterangannya (Sirovich et al, 2004, p21-22)

Time-Based Factors Keterangan

Site and Page Age Halaman web dan situs yang sudah beroperasi sejak lama akan memiliki rank yang lebih baik.

Link Age Link menuju website yang sudah ada sejak lama

akan membantu meningkatkan ranking web. Domain Registration Length Domain web yang teregistrasi untuk aktif lebih

dari satu tahun akan memiliki ranking yang lebih baik.

Berikut ini adalah external factors dan keterangannya (Sirovich et al, 2004, p22-26)

External Factors Keterangan

Quantity, Quality, and relevance of inbound link

Dengan meningkatkan jumlah link yang menghubungkan halaman di dalam website dan dengan jumlah pengunjung yang menggunakan link tersebut, maka akan meningkatkan ranking web.

Link churn Merupakan link yang terkadang muncul dan

menghilang pada website. Link churn dianggap sebagai spam dan dapat mengurangi ranking

(18)

web.

Link acquisition rate Jumlah pengunjung yang tinggi secara signifikan dan mencurigakan pada web yang baru saja aktif dapat mengurangi ranking web.

Link anchor rate and surrounding copy

Link yang mengarah ke halaman dimana anchor text (teks awal) halaman tersebut memiliki keyword yang sama dengan link tersebut akan memberikan ranking yang baik.

Reciprocal link Kerjasama antar pemilik website dimana mereka

saling meletakkan link yang berhubungan sehingga dapat saling meningkatkan jumlah pengunjung dapat mengurangi ranking web. Number of link on a page Link eksternal ke web lain dengan jumlah sedikit

akan memiliki ranking yang lebih tinggi dibandingkan dengan web yang memiliki banyak link eksternal.

TLD of domain name for a link Domain seperti .edu atau .gov akan lebih memiliki rank yang tinggi

Link location Link yang terletak di dekat konten web akan dianggap penting oleh search engine, sedangkan yang terletak jauh dari konten, seperti pada header atau footer akan dianggap lebih tidak penting.

Web standard compliance Untuk mengetahui tingkat kepatuhan terhadap standar web dapat di cek melalui

(19)

validator.w3.org

Detrimental ‘Red-Flag’ factors Meletakkan konten spam pada halaman web akan mengurangi ranking web.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk untuk meningkatkan kemampuan guru merencanakan pembelajaran matematika pada penjumlahan tanpa

pangannya, perlindungan sosial untuk rumah tangga miskin dan dapat menjadi. sejahtera sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan dan

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 541-550.. The Search for Parasites in

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10-26 Februari 2016 tepatnya musim paceklik penangkapan yang berlokasikan di PPN Sibolga. Tujuan penelitian untuk

Alternatf 3 dihapuskan karena alternatif 5 juga memperbaiki mobil itu tetapi dengan biaya yang harus dikeluarkan dari tabungan lebih rendah $500, serta baik alternatif 3

a) sediakan bak desinfeksi di pintu masuk unit pembenihan berisikan larutan kalium permanganat dengan konsentrasi 5 mg/l– 10 mg/l atau larutan kalsium hipoklorit 50 mg/l - 100

Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) proporsi rumah tangga rawan pangan di provinsi-provinsi luar Jawa khususnya wilayah Kawasan Timur Indonesia dan daerah