BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Karakter Tanggung Jawab
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan yang baik harus dilandasi dengan karakter yang dapat
membentuk pribadi yang baik. Thomas Lickona dalam Listyarti (2012:
8) pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah karakter.
Sekolah merupakan tempat terbaik untuk menanamkan karakter.
Pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini. Saptono (2011:
23) berpendapat pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good
character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang
secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Menurut Ratna
Megawangi dalam Kesuma (2012: 5) berpendapat bahwa pendidikan
karakter adalah sebuah usaha untuk siswa agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga siswa dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada lingkungannya.
Berdasarkan pendapat di atas maka guru diharapkan pada proses
pembelajaran di sekolah mampu membentuk karakter siswa untuk
individu siswa dengan pendidikan karakter di sekolah, agar siswa dapat
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, baik keluarga, sekolah,
masyarakat, dan negara untuk menjadi individu yang baik.
b. Pengertian Sikap Tanggung Jawab
Sikap tanggung jawab sangat penting dalam kehidupan sehari-hari..
Mustari (2014: 19) berpendapat bahwa tanggung jawab adalah sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya siswa lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan.
Listyarti (2012: 8) mengatakan bahwa tanggung jawab adalah sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya siswa lakukan, terhadap dirinya maupun orang lain dan
lingkungan sekitarnya.
Tanggung jawab seseorang akan terlihat ketika melaksanakan
tugas. Daryanto (2013: 71) mengatakan bahwa tanggung jawab adalah
sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya siswa lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Berdasarkan pendapat di atas maka tanggung jawab adalah suatu
sikap dan perilaku yang dimiliki seseorang untuk melaksanakan sebuah
kewajibannnya yang harus siswa lakukan untuk dirinya, masyarakat dan
dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa mampu menerapkan di
lingkungan sekolah dan masyarakat.
c. Indikator Sikap Tanggung jawab
Adapun indikator tanggung jawab dalam keberhasilan sekolah
dan kelas. Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan
oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi sekolah sebagai lembaga pelaksana
pendidikan karakter. Indikator ini juga berkaitan dengan kegiatan
sekolah yang diprogramkan, maupun kegiatan sehari-hari atau kegiatan
rutin yang dilaksanakan sekolah. Daryanto (2013: 142) indikator
tanggung jawab diantaranya adalah:
1. Indikator tanggung jawab dalam keberhasilan sekolah antara lain:
a. Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk
lisan maupun tertulis
b. Melakukan tugas tanpa disuruh
c. Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup
terdekat
d. Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas
2. Indikator tanggung jawab dalam keberhasilan kelas antara lain:
a. Pelaksanaan tugas piket secara teratur
b. Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah
Berdasarkan indikator di atas, peneliti gunakan sebagai
indikator tanggung jawab dalam keberhasilan kelas yang akan
dijadikan bahan penelitian, seperti melakukan piket sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan, melakukan diskusi dengan kelompok,
dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi sangat penting bagi seseorang. Hamdani (2011: 137)
berpendapat bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
Arifin (2011: 12) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
“prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Menurut Winkel dalam Hamdani
(2011: 138) prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang telah dicapai
oleh seseorang.
Berdasarkan pendapat di atas bahwa prestasi belajar adalah suatu
bukti atau hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik
secara individual maupun kelompok. Bukti prestasi belajar meningkat
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar juga memiliki beberapa fungsi yang dapat dijadikan
sebagai acuan untuk seseorang melakukan suatu kegiatan belajar untuk
mencapai suatu prestasi yang diinginkan. Menurut Arifin (2011: 12),
prestasi belajar juga mempunyai fungsi utama yaitu sebagai berikut:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dijadikan pendorong bagi peserta
didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti
bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator
tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus
utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi dapat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Hamdani (2011:139-145) faktor-faktor yang
mempengaruhi pretasi belajar dapat digolongkan dua bagian, yaitu:
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut:
a) Kecerdasan (intelegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi-rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
b) Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
d) Minat
Seseorang memiliki minat yang disukainya. Menurut Hamdani (2011:139-145) minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Sehingga dapat dikatakan minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu.
e) Bakat
f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakain besar kesuksesan belajarnya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri atas tiga macam, yaitu: a) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
b) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan membentuk kepribadian anak karena dalam pergaulan sehari-hari, seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan nama mata pelajaran di
tingkat sekolah dasar dan menengah. Menurut Trianto (2010: 171)
ilmu pengetahuan sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang
ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,
hukum, dan budaya. Ilmu pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
Pengertian IPS di tingkat sekolahan mempunyai perbedaan
makna, hal ini disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa
tiap jenjang sekolahan. Menurut Sapriya (2011: 20) IPS merupakan
nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari
sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan
berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang
sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih
dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta
karakteristik kemampuan berfikir peserta didik yang bersifat holistik.
Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di tingkat
pendidikan dasar. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD merupakan
integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, humaniora, budaya, sains,
antropologi, psikologi bahkan berbagai isu dan masalah sosial
kehidupan.
b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut
Mulyasa (2004:195), yang tercantum di dalam Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan, maka pembelajaran IPS dilakukan agar peserta
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada jenjang sekolah
dasar ada tujuan yang harus dicapai oleh siswa, menurut Mulyasa
(2004:195) antara lain:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkan
dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program
pendidikan tersebut. Menurut Gross (Trianto, 2010: 173) menyebutkan
bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa
menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas, tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
untuk mempersiapkan dan memberi bekal kemampuan dasar untuk berfikir
lebih bijaksana dan memiliki nilai-nilai sosial yang baik agar nantinya
dapat bersosialisasi dengan masyarakat lingkungannya.
4. Materi Pembelajaran
Pada penelitian peneliti mengambil materi berdasarkan kurikulum KTSP
Tabel 2.1 SK dan KD Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat dalam
mempersiapkan dan
mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan
tokoh perjuangan dalam
memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia.
Materi Siklus I
Pertemuan I : Peristiwa Menjelang Proklamasi Kemerdekaan
Pertemuan II : Pembentukan Alat Kemerdekaan NKRI
Materi Siklus II
Pertemuan III : Tokoh-tokoh Kemerdekaan Indonesia
Pertemuan IV : Menghargai Jasa-jasa Pahlawan
5. Teknik Quiz Team
a. Pengertian Teknik Quiz Team
Pembelajaran yang baik, yaitu harus menggunakan suatu teknik
pembelajaran yang bervariasi. Mel Silberman (2010: 163) Quiz Team
merupakan teknik yang meningkatkan kemampuan tanggung jawab
siswa terhadap apa yang telah dipelajari melalui cara yang
menyenangkan dan tidak menakutkan. Quiz Team dikenal juga dengan
Siswa harus aktif dalam pembelajaran. Hamruni (2010: 176)
Quiz Team adalah strategi yang dapat meningkatkan kerja sama tim
dan juga sikap bertanggung jawab peserta didik untuk apa yang
mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak
menakutkan, yakni dalam bentuk kuis (tebak-tebakan).
Berdasarkan pendapat di atas Quiz Team adalah suatu teknik
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat meningkatkan
tanggung jawab terhadap apa yang telah dipelajari melalui cara yang
menyenangkan dan tidak menakutkan. Selain itu, Quiz Team juga
dapat menghidupkan suasana belajar dan meningkatkan kerja sama
secara kelompok yaitu dalam mempelajari materi, berdiskusi,
presentasi, kompetisi kuis dalam membuat pertanyaan maupun
menjawab pertanyaan dari kelompok lain.
b. Langkah-langkah teknik Quiz Team
Pembelajaran dalam kelas harus menarik. Hamruni (2010: 176)
menyatakan bahwa langkah-langkah teknik Quiz Team adalah sebagai
berikut:
1) Pilihlah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2) Bagilah peserta didik menjadi 3 tim.
3) Jelaskan bentuk sesinya 10 menit atau kurang.
4) Minta tim A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini
tidak memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim
5) Tim A menguji anggota tim B. Jika Tim B tidak bisa menjawab,
Tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selajutnya kepada anggota Tim
C, dan ulangi prosesnya.
7) Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran
Anda, dan tunjuklah Tim B sebagai pemimpin kuis.
8) Setelah Tim B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan
bagian ketiga dan tentukan tim C sebagai pemimpin kuis.
Pembelajaran yang menarik, akan membuat siswa lebih aktif. Mel
Silberman (2007: 163) langkah-langkah teknik Quiz Team adalah sebagai
berikut:
1) Pilihlah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2) Bagilah peserta didik menjadi 3 tim.
3) Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi. Batasi presentasi
sampai 10 menit atau kurang.
4) Minta tim A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini
tidak memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim
B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5) Tim A menguji anggota tim B. Jika tidak bisa menjawab, tim C
diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota tim
7) Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran, dan
tunjukklah Tim B sebagai pemimpin kuis.
8) Setelah tim B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan
bagian ketiga dan tentukan tim C sebagai pemimpin kuis.
Berdasarkan pendapat di atas mengacu pada pendapat Mel
Silberman maka langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan Quiz Team yang akan dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1) Guru memilih topik pembelajaran yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2) Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, A, B, dan C.
3) Setiap kelompok diberi materi yang berbeda-beda dan diberi waktu untuk mendiskusikan bersama kelompok.
4) Guru meminta kelompok A untuk mempresentasikan hasil diskusi maksimal selama 10 menit.
5) Setelah selesai presentasi, guru meminta kelompok A untuk menjadi pemimpin kuis yaitu menyusun kuis dengan jawaban singkat sesuai dengan materi yang telah dipresentasikan. Kelompok B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau kembali catatannya.
6) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok B tidak bisa menjawab maka pertanyaan tersebut dilempar kepada kelompok C.
7) Kelompok A melanjutkan pertanyaan selanjutnya kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab maka lemparkan pertanyaan ke kelompok B.
8) Setelah kelompok A selesai dengan pertanyaannya maka dilanjutkan pada materi kedua, dimana kelompok B menjadi pemimpin kuis. Proses kuisnya sama dengan kelompok A.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran IPS dengan teknik Quiz Team
1) Guru memilih topik pembelajaran dengan materi IPS yang dapat
dipresentasikan dalam tiga bagian.
2) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok A, B, dan C.
3) Setiap kelompok mendapatkan materi yang berbeda-beda dan
diberi waktu untuk mendiskusikan lembar diskusi bersama
kelompok.
4) Siswa berdiskusi dan bekerjasama dalam kelompok, dan guru
berperan sebagai fasilitator. Guru meminta kelompok A untuk
mempresentasikan hasil diskusi maksimal selama 10 menit.
5) Siswa dari kelompok A mempresentasikan hasil diskusi di depan
kelas. Guru meminta kelompok A untuk menjadi pemimpin kuis
yaitu menyusun kuis dengan jawaban singkat sesuai dengan materi
yang telah dipresentasikan. Kelompok B dan C memanfaatkan
waktu untuk meninjau kembali catatannya.
6) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok B. Jika
kelompok B tidak bisa menjawab maka pertanyaan tersebut
dilempar kepada kelompok C.
7) Kelompok A melanjutkan pertanyaan selanjutnya kepada
kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab maka
8) Setelah kelompok A selesai dengan pertanyaannya maka
dilanjutkan pada materi kedua, dimana kelompok B menjadi
pemimpin kuis. Proses kuisnya sama dengan kelompok A.
9) Setelah materi kedua selesai maka dilanjutkan materi ketiga dan
kelompok C menjadi pemimpin kuis.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Indaryati (2013) dalam penelitiannya
Peningkatan Prestasi Belajar Pembelajaran IPS Materi Perusahaan Dan Badan
Usaha Melalui Metode Team Quiz Di Kelas. Penelitian tersebut menunjukkan
pra siklus ada 17 siswa atau 47%, pada siklus I ada 25 siswa atau 69% dan
pada siklus II tingkat ketuntasannya ada 32 siswa atau 89%, keaktifan belajar
siswa juga mengalami kenaikan persiklusnya dimana pada pra siklus ada 14
siswa atau 39% siklus I ada 19 siswa atau 52%, dan pada siklus II ada 34
siswa atau 94%. Demikian juga dengan kineja guru dalam mengajar juga
meningkat persiklus yaitu pra siklus pada kategori sedang, siklus I kategori
cukup dan siklus II kategori baik.
Berbeda dengan penelitian ini akan dilakukan pada kelas V MIM
Pasirmuncang dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan teknik Quiz Team yaitu untuk meningkatkan sikap tanggung
C. Kerangka Berfikir
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan sikap tanggung
jawab dan prestasi belajar materi peristiwa sekitar proklamasi melalui teknik
Quiz Team di kelas V MIM Pasirmuncang” ini dilaksanakan untuk
melakukan serangkaian terangkum dalam siklus I dan II dapat dilihat dari
hasil nilai ulangan harian materi peristiwa sekitar proklamasi tahun 2014/205
yang nilainya belum mencapai KKM sebanyak 7 siswa.
Guru dalam pembelajaran masih menggunakan yang bersifat Teacher
Centered (berpusat pada guru) dengan metode ceramah saja. Sehingga
diperlukan seperti variasi penggunaan metode dalam proses belajar mengajar
untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar. Salah satu
metode pembelajaran yang dapat memberikan siswa agar bertanggung jawab
yaitu teknik Quiz Team dengan harapan dapat merubah kondisi awal dan
dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus meningkatkan
sikap tanggung jawab dan prestasi belajar dalam proses belajar mengajar
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan perumusan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan penelitian. Pembelajaran aktif teknik Quiz Team dalam
pembelajaran IPS pada materi peristiwa sekitar proklamasi dapat
meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa serta
meningkatkan rata-rata nilai kelas V MIM Pasirmuncang.