• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan - BANAR SEJATI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan - BANAR SEJATI BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan yang terkait dalam penelitian yang dilakukan peneliti mencakup persamaan tentang aspek yaitu kritik sosial. Selain itu juga persamaan tentang pengarang dari objek yang diambil. Banyak mahasiswa menganalisis tentang novel, puisi, lirik lagu dan juga kumpulan cerpen. Tetapi yang dilakukan peneliti mengambil objek dari naskah monolog yang termasuk genre sastra. Berikut merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain:

Pertama penelitian dengan Judul Kritik Sosial Keagamaan dalam Kumpulan

Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri Hasil Penelitian dari Lailatunnisa

(2013). Lailatunnisa adalah mahasiswi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Dalam penelitian dengan judul Kritik Sosial Keagamaan dalam

Kumpulan Cerpen Lukisan Kaligrafi karya A Mustofa Bisri, peneliti menggunakan

(2)

7

Kedua penelitian dengan Judul Peran Punakawan dalam Novel Perang Karya

Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Robertus Pujo Leksono (2005). Robertus Pujo

Leksono merupakan mahasiswa program studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran Bandung. Pada penelitian yang berjudul Peran Punakawan

dalam Novel Perang Karya Putu Wijaya, peneliti menggunakan pendekatan semiotika

Roland Barthes. Penelitian mengalisis tentang perubahan penandaan terhadap Punakawan sebagai tanda. Peran Punakawan sebagai hasil dari penandaan tingkat kedua membentuk tanda baru bagi Punakawan. Dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Robertus Pujo Leksono berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan, meski memiliki persaamaan pada pengarang yaitu Putu Wijaya, tetapi berbeda pada jenis karya sastranya dan juga aspek yang dibahas.

Ketiga penelitian dengan Judul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam

Bertambah Malam Karya Putu Wijaya Hasil Penelitian dari Awan Kurniawan (2007).

Awan Kurniawan adalah salah satu mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Penelitiannya berjudul Aspek Sosial dalam Novel Bila Malam Bertambah Malam karya Putu

Wijaya. Dalam penelitiannya, peneliti mengkaji tentang sistem kepribadian setiap

(3)

8

Dari tiga penelitian relevan yang telah disebutkan di atas, terdapat perbedaan secara umum. Perbedaan tersebut meliputi objek yang digunakan. Serta aspek pembahasan yang dilakukan. Tetapi ada yang memiliki persamaan tentang pendekatan yang dipakai yaitu sosiologi sastra. Dengan penjelasan di atas maka penelitian yang dilakukan peneliti jelas berbeda dari penelitian yang sudah pernah dilakukan.

B. Hakikat Karya Sastra

Kata sastra berasal dari akar kata sas (Sangsakerta) yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran tra yang berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik (Ratna, 2008: 1). Menurut Kurniawan (2012: 104), pengertian sastra secara garis besar yaitu karya seni yang medianya bahasa. Sebagai karya seni, sastra merupakan bentuk ekspresi seorang manusia, yang didalamnya menggambarkan fiksionalitas kehidupan. Sedangkan menurut Suyitno (2009: 18) sastra atau karya sastra adalah karangan imajinatif yang mengungkapkan lika-liku hidup manusia dan batinnya secara intens merasuk sukma, sublime menggunakan selektivitas bahasa yang estetis, ekspresif, dengan memperhatikan nilai-nilai hidup.

(4)

9

waktu, fungsi utama karya sastra adalah sebagai alat komunikasi kepada masyarakat pembacanya.

Menurut Ratna (2008: 602), sastra dibedakan atas dua bidang, yaitu sastra sebagai kreativitas dan sastra sebagai ilmu. Sastra sebagai kreativitas terdiri atas tiga

genreutama yaitu: Puisi, prosa (cerpen, novel, roman) dan drama. Sastra sebagai ilmu

terdiri atas teori sastra, kritik sastra dan sejarah sastra. Sastra yang merupakan bentuk ekspresi dan komunikasi yang digambarkan dalam fiksionalitas, akan tetapi sastra dituntut mengandung nilai-nilai kehidupan yang adiluhung. Berkaitan dengan sastra mengandung nilai adiluhung.

Menurut Wibowo (2013: 104), memberi batasan. Bahwa sastra adiluhung adalah dunia yang bersifat dinamis, relatif, dan bukan eksklusif. Nilai sastranya pasti terkait dengan kepribadian manusia. Karena ketinggian tingkat apresiasinya, sastra adiluhung sangat bermutu. Lantaran mampu menghaluskan rohaniah; mempertajam visi, misi dan ruang imajinasi, membuat manusia santun jiwanya, bertambah pengetahuannya, berkepribadian mulia, dan luas jiwanya.

(5)

10

Dengan demikian, komunikasi yang dibangun oleh sastrawan melalui karya sastra pada hakikatnya adalah suatu misi dalam kerangka positif. Karya sastra yang diciptakan sastrawan pastinya memiliki tujuan-tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca, sebab sastrawan telah dibekali pengetahuan yang diperolehnya dari kehidupan nyata. Karenanya karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan senantiasa dituntut mengandung pesan serta nilai-nilai kebaikan. Pesan yang terdapat dalam karya sastra pun dapat meliputi bidang kehidupan. Sehingga terdapat seruan apabila terdapat sesuatu yang melenceng atau adanya ketidak seimbangan dari kehidupan, maka sastralah yang meluruskan. Sastra senantiasa dituntut berada pada hal-hal yang penuh ketauladanan. Pandangan tersebut sangat dekat dengan salah satu fungsi sastra yaitu berfungsi sebagai kritik kepada masyarakat.

Fungsi sastra yang semacam itu, juga diungkapkan oleh Nurgiyantoro (2007: 331) yang mengatakan bahwa sastra yang mengandung pesan kritik juga disebut sebagai sastra kritik, yang biasanya lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang kurang beres dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik yang termuat dalam karya sastra biasanya kritik terhadap masyarakat, yakni berangkat dari pengungkapan pengarang karena melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat yang diikutinya.

(6)

11

C. Pengertian Naskah Lakon

Menurut Eko dkk (2008: 60), naskah lakon ditulis oleh seorang penulis naskah lakon berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain. Penulis kemudian menyusun rangkaian kejadian, semakin lama semakin rumit. Sehingga pada puncaknya masuk kedalam penyelesaian cerita. Dalam menyusun kejadian-kejadian atau peristiwa seorang penulis haruslah bersabar untuk melangkah dari satu kejadian ke kejadian yang lain dalam suatu perkembangan yang logis. Untuk tercipta naskah lakon pengarang tidak lepas dari masyarakat.

Dalam lakon akan dijumpai dua hal yang sangat penting, yaitu pertama, konflik. Kedua, tokoh atau peran yang terlibat dalam peristiwa. Peristiwa atau kejadian dibuat oleh penulis naskah sebagai kerangka besar yang mendasari terjadinya suatu lakon. Peristiwa lakon tersebut menuntun seseorang untuk mengikuti laku kejadian mulai dari pemaparan, konflik hingga penyelesaian. Konflik dalam lakon merupakan inti cerita. Gagasan utama atau pesan lakon termasuk dalam konflik yang merupakan pertentangan antara satu pihak dalam pihak lainnya mengenai suatu hal. Jalinan cerita menuju konflik dan cara penyelesaian inilah yang menjadikan lakon menarik. Monolog berbeda sedikit dengan drama, yaitu tentang cara mementaskannya jika drama dimainkan dengan lebih dari satu orang maka monolog dimainkan oleh satu orang.

D. Kritik Sosial dalam Karya Sastra

(7)

12

berarti menghakimi. Kata krinein merupakan pangkal dari kata benda kriterion yang berarti dasar penghakiman. Kemudian timbul kata kritikos yang diartikan sebagai hakim karya sastra. Kata sosial dalam hal ini berhubungan dengan interaksi dengan masyarakat.

Interaksi yang dilakukan warga masyarakat mengacu pada permasalahan yang melibatkan banyak orang dan sering disebut dengan kepentingan umum. Manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat semestinya mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan individu. Pendapat lain dikemukakan oleh Soekanto (2003: 64), bahwa kata sosial berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Maka dari itu, kritik sosial berarti memberikan tanggapan atau penilaian. Penilaian itu mengacu terhadap segala sesuatu yang terjadi dan berhubungan dengan masyarakat.

Kritik sosial merupakan suatu alat atau mediasi antargolongan dalam masyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2008: 243), bahwa karya seni, khususnya sastra merupakan alat atau media untuk menyatukan individu, kelompok, suku, dan bahkan antarbangsa. Karya sastra dapat juga dijadikan sebagai sarana aspirasi masyarakat. Dapat pula dikatakan sebagai perjuangan non fisik. Selanjutnya juga ditambahkan bahwa sastra bisa disampaikan melalui sarana gaya bahasa, peribahasa, kiasan semboyan dan berbagai manifestasi metaforis dalam kehidupan sehari-hari.

(8)

13

sedang yang lain tidak. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan. Bahwa kritik sosial dalam karya sastra merupakan kritik yang dilakukan terhadap suatu karya sastra. dengan cara memberikan suatu tanggapan yang menitik beratkan pada aspek sosial masyarakat pada karya sastra tersebut. Sebuah karya sastra juga dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali suatu dunia sosial. Sesuatu yang dianggap menyimpang atau menyeleweng akan menjadi bahan yang menarik bagi seorang sastrawan yang ingin menegakkan keadilan. Suatu sastra yang mengandung unsur kritik atau protes adanya penyimpangan atau penyelewengan dari suatu hal disebut sastra kritik.

Menurut Tarigan, (2008: 210) menyatakan bahwa kritik sosial, yaitu suatu penilaian atau pertimbangan terhadap segala sesuatu mengenai masyarakat. Segala sesuatu tersebut berupa norma, etika, moral, budaya, politik, dan segi-segi kehidupan kemasyarakatan yang lain. Dari pernyataan tersebut, kritik sosial dapat diartikan sebagai kontrol, penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi. Sehingga mampu memperbaiki keadaan dan menjaga stabilitas sosial. Selain itu, kritik sosial juga dapat sebagai upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat berbagai pemahaman dan penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan memberi pertimbangan.

(9)

14

ekonomi,dan masalah pelanggaran Hak Asasi Manusia. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kririk sosial dalam sastra dapat berupa kritik mengenai berbagai masalah sosial dalam kehidupan. Yaitu masalah sosial di bidang pemerintah, ekonomi, kekuasaan, maupun Hak Asasi Manusia.

Menurut Nurgiyantoro (2007: 331), sastra mengandung pesan kritik biasanya akan lahir di tengah masyarakat jika terjadi hal-hal yang menyimpang dalam kehidupan sosial dan masyarakat. Kritik sosial dapat diartikan sebagai penilaian atau pertimbangan terhadap sesuatu mengenai masyarakat yang menyimpang dari tatanan yang seharusnya terjadi. Seperti permasalahan pemerintahan, ekonomi, kekuasaan, dan pelanggaran Hak Asasi Manusia melalui karya sastra. Kritik sosial sebagai upaya untuk menentukan nilai hakiki masyarakat lewat pemahaman dan penafsiran realitas sosial, yaitu dengan memberi pujian, menyatakan kesalahan, dan mempertimbangkannya.

Hardiman (2009: 10) mengungkapkan bahwa kritik sosial tidak bisa dilepaskan dari mazhab Frankfurt. Mazhab ini menyebutnya sebagai teori kritis. Kritik sosial ini diarahkan pada berbagai persoalan di beberapa bidang kehidupan masyarakat, seperti seni, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, kekuasaan, kebudayaan dan Hak Asasi Manusia. Pada umumnya, bidang-bidang kehidupan tersebut telah menjadi rancu karena diselubungi oleh ideologi yang menguntungkan pihak tertentu. Ideologi tersebut menjadi landasan dalam masyarakat.

(10)

15

hasil karya. Sehingga bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat. Supaya dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama terhadap persoalan yang muncul karena kepentingan sosial yang berbeda pada setiap bentuk masyarakat, baik secara indivudu maupun kelompok.

E. Jenis-Jenis Kritik Sosial

Menurut Susanto (2012: 185), mengembangkan bentuk-bentuk kritik sosial yang bersifat radikal terhadap berbagai bidang seperti kekuasaan, politik, ekonomi, dan budaya para kelas penguasa. Bentuk kritik sosial tersebut merupakan suatu tanggapan atau penilaian baik buruknya fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Dalam kehidupan bersama terdapat ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan. Yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan dan masyarakat), dengan ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut sebagai kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya. Sehingga pembagian kritik sosial meliputi (a) Kritik terhadap pemerintah, (b) Kritik mengenai kekuasaan, (c) Kritik mengenai HAM, jenis-jenis kritik sosial tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Kritik terhadap Pemerintah

(11)

16

masyarakat. Sehingga masyarakat tersebut bisa menjalankan kehidupan secara wajar. Pemerintah merupakan suatu gejala yang berlangsung dalam kehidupan bermasyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan setiap kelompok termasuk dalam keluarga.

Rosyada dkk (2000: 47) mengemukakan pemerintah adalah alat kelengkapan negara. Yang bertugas memimpin organisasi negara untuk mencapai tujuan negara. Kritik dari masyarakat berfungsi sebagai kontrol terhadap pemerintah untuk dapat melaksanakan tugasnnya dengan baik. Ketika pemerintah mampu menjalankan tugasnya dengan baik maka kehidupan negara akan berjalan kondusif dan tertib. Oleh karena itu permerintah harus memperbaiki sistem-sistem yang belum sepenuhnya berpihak kepada masyarakat.

2. Kritik mengenai Kekuasaan

(12)

17

Ketika kekuasaan hanya mementingkan kepentingan pribadi tanpa memperdulikan kepentingan rakyat. Maka rakyat kecil semakin dikesampingkan. Kekuasaan juga bukan hanya dimiliki oleh para pejabat pemerintahan. Namun kekuasaan juga dimiliki oleh seorang yang mempunyai taraf ekonomi tinggi. Banyak kasus hukum yang tidak tuntas dan tidak diketahui penyelesaiannya. Hal tersebut dikarenakan kesadaran hukum di Indonesia masih sangat rendah, serta masih pandang bulu antara pejabat dan rakyat kecil.

3. Kritik mengenai Ekonomi

Ekonomi merupakan sebuah bidang ilmu tentang sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi masalah ekonomi. Masalah ekonomi yang dijalani manusia adalah kebutuhan manusia yang tidak akan pernah habis. Untuk mencapai kemakmuran dan kebutuhannya. Manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhan dengan pertimbangan yang baik berdasarkan skala prioritas.

(13)

18

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Tetapi masih lemah dalam memanfaatkannya sehingga kemiskinan masih menjadi dominan di kalangan masyarakat Indonesia. Terjadinya kesenjangan masalah ekonomi kelas atas dan kelas bawah juga terjadi. Sehingga banyak permasalahan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Permasalahan ekonomi tersebut membuat Indonesia lambat dalam perkembangannya.

4. Kritik mengenai HAM

HAM (hak asasi manusia) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental. HAM sebagai anugerah Allah SWT yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap diri individu, masyarakat atau negara. Dengan jalan HAM inilah sesungguhnya manusia dapat mendapatkan hak-haknya sebagai manusia. Atau pun sebagai anggota masyarakat dan negara. Karena itu, bangsa dan negara harus melindungi hak masing-masing warga negara guna menciptakan keadilan yang hakiki (Rosyada dkk.,(2000: 200).

Sastra berbicara tentang kemanusiaan, sudah sejak awal menjadi ideologi yang wajib dibangun oleh sastrawan. Sebab selain menghibur sastra juga harus memberikan manfaat bagi pembacanya. Ketika sastra dikaitkan dengan persoalan hak asasi manusia (HAM), maka fungsi kedualah harusnya berlaku. Sastrawan melalui karya sastranya harus mampu menyuguhkan budi pekerti yang luhur bagi pembacanya. Oleh karena itu, tatkala masyarakat didera konflik dan kebobrokan maka sastrawan tidak akan membiarkannya. Menurut Wibowo (2013: 109) sastra harus bisa berperan human

(14)

19

Karya sastra membangun dunia melalui kata-kata karena kata-kata memiliki energi, melalui energi itulah terbentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai dunia yang baru. Melalui hubungan yang paradigmatik, sistem tanda dan simbol, kata-kata menunjuk sesuatu yang lain di luar dirinya. Sehingga peristiwa baru hadir terus menerus. Itu sebabnya, karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan akan mengikuti kondisi maupun keadaan yang tengah bergejolak. Terlebih jika keadaan dianggap tidak wajar dan penuh ketimpangan, tentu karya yang dihasilkannya pun akan lebih mengerucut pada kritik ( Ratna, 2008: 15).

Referensi

Dokumen terkait

Tiwari et al, (2011) menyatakan bahwa tujuan ekologi produk ramah lingkungan adalah untuk mengurangi konsumsi sumber daya dan polusi serta meningkatkan konservasi

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Tujuan dan Manfaat dari penelitian ini adalah menerapkan sistem penilaian ujian essay secara otomatis berbasis web secara online menggunakan metode GLSA, menghasilkan

Jadi kata santri adalah orang yang sedang belajar pada seseorang (guru). Maka istilah santri sama dengan istilah murid. Kajian teoretis di atas mengandung permasalahan

Mahasiswa juga melakukan konsultasi dengan guru pembimbing guna persiapan perangkat pembelajaran yang meliputi: program tahunan, program semester, silabus, Rencana

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Asas Umum Pemerintahan yang baik sesuai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme

(1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) disampaikan kepada atasan masing-masing secara berjenjang dan sesuai dengan format dan jadwal yang telah