• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA

PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

Pengukuran Kemajuan yang Obyektif Terhadap

Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan

Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap Tahun

Gustav F. Papanek

Senior Adviser of Center for Public Policy Transformation

RINGKASAN

Laporan Kemajuan kedua ini berfokus pada permasalahan krusial terkait pesatnya peningka-tan ekspor barang-barang sektor manufaktur. Namun demikian, data menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di pasar dunia justru menurun, sementara beberapa negara pesaing Indonesia telah meningkatkan pangsa pasar mereka, terutama Vietnam, yang pangsa pasarn-ya meningkat hampir 20 kali lipat. Para pesaing secara bertahap memasok beberapa barang yang sebelumnya disediakan Tiongkok, sementara Indonesia bahkan tidak dapat memper-tahankan pangsa pasarnya. Para pesaing telah menunjukkan bahwa kebijakan dan program yang tepat dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang mereka inginkan.

Bahkan dalam empat tahun terakhir, setelah berakhirnya ledakan komoditas, ekspor barang manufaktur Indonesia telah menjadi stagnan. Seiring terus berkurangnya pendapatan dari

ini menjadi tantangan yang sangat besar untuk pertumbuhan Indonesia.

Selain itu, lambatnya pertumbuhan manufaktur berarti lambatnya peningkatan permintaan akan tenaga kerja. Dengan pasokan tenaga kerja yang meningkat pesat, upah buruh tani terus menurun.

Upah sebagian kecil buruh yang memperoleh manfaat dari peraturan upah minimum telah meningkat lebih dari 13% per tahun. Meningkatnya ongkos buruh pada akhirnya berkontribu-si terhadap lambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur dan merugikan buruh tidak tetap, yang upahnya naik dengan lambat, stagnan, atau menurun, tergantung dari bidang peker-jaan mereka masing-masing.

Peringkat Indonesia dalam hal korupsi kembali membaik. Namun demikian, Indonesia tetap berada di peringkat 107, sehingga tidak cukup kuat untuk mengatasi unsur-unsur berbiaya tinggi lainnya.

Fot

(2)

Fot

o : Mohamad Burhanudin

RINGKASAN

Laporan Kemajuan kedua ini berfokus pada permasalahan krusial terkait pesatnya peningka-tan ekspor barang-barang sektor manufaktur. Namun demikian, data menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di pasar dunia justru menurun, sementara beberapa negara pesaing Indonesia telah meningkatkan pangsa pasar mereka, terutama Vietnam, yang pangsa pasarn-ya meningkat hampir 20 kali lipat. Para pesaing secara bertahap memasok beberapa barang yang sebelumnya disediakan Tiongkok, sementara Indonesia bahkan tidak dapat memper-tahankan pangsa pasarnya. Para pesaing telah menunjukkan bahwa kebijakan dan program yang tepat dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang mereka inginkan.

Bahkan dalam empat tahun terakhir, setelah berakhirnya ledakan komoditas, ekspor barang manufaktur Indonesia telah menjadi stagnan. Seiring terus berkurangnya pendapatan dari

ekspor komoditas, stagnasi ekspor manufaktur yang terjadi berarti total ekspor menurun. Hal ini menjadi tantangan yang sangat besar untuk pertumbuhan Indonesia.

Selain itu, lambatnya pertumbuhan manufaktur berarti lambatnya peningkatan permintaan akan tenaga kerja. Dengan pasokan tenaga kerja yang meningkat pesat, upah buruh tani terus menurun.

Upah sebagian kecil buruh yang memperoleh manfaat dari peraturan upah minimum telah meningkat lebih dari 13% per tahun. Meningkatnya ongkos buruh pada akhirnya berkontribu-si terhadap lambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur dan merugikan buruh tidak tetap, yang upahnya naik dengan lambat, stagnan, atau menurun, tergantung dari bidang peker-jaan mereka masing-masing.

Peringkat Indonesia dalam hal korupsi kembali membaik. Namun demikian, Indonesia tetap berada di peringkat 107, sehingga tidak cukup kuat untuk mengatasi unsur-unsur berbiaya tinggi lainnya.

(3)

1 Papanek G., Pardede R. & Nazara S. (2014). “Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru”

BAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

Pengukuran Kemajuan yang Obyektif terhadap Sasaran Pertumbuhan

Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap Tahun

Sasaran Presiden meliputi pertumbuhan 7% di tahun 2017 dan peningkatan penghasilan bagi masyarakat miskin. Untuk mencapai sasaran Presiden tersebut, kami mengusulkan

pertumbuhan 10% pada tahun terakhir pemerintahannya serta 21 juta pekerjaan baru yang layak, sebagian besar di sektor manufaktur, sebagai satu-satunya cara untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin secara permanen. Ini merupakan laporan kedua untuk memberikan evaluasi professional yang obyektif terhadap perekonomian Indonesia dan kemajuannya dalam mencapai sasaran-sasaran yang disebutkan diatas.

Laporan Kemajuan ini fokus pada pertumbuhan krusial dari ekspor manufaktur

Hanya peningkatan ekspor manufaktur padat karya yang pesat yang dapat menyediakan jutaan lapangan kerja yang dibutuhkan Indonesia, dan meningkatkan penghasilan yang akan mengangkat seluruh rakyat Indonesia menjadi kelas menengah. Kami membahas di tulisan yang lain bahwa diperlukan pertumbuhan 22% per tahun dalam ekspor manufaktur untuk dapat menciptakan 3 hingga 4 juta lapangan kerja yang diperlukan setiap tahunnya. Dua juta lapangan kerja dibutuhkan untuk mempekerjakan masyarakat berusia muda yang bergabung ke dalam angkatan kerja setiap tahunnya. Kemudian, 1-2 juta lapangan kerja yang produktif dan layak dibutuhkan bagi buruh atau pekerja yang berada dalam lingkungan kerja yang tidak tetap dan tidak pasti, yang kini hanya berpenghasilan kecil dan berkontribusi sedikit untuk pendapatan nasional. Mereka ini sering disebut dengan buruh ‘surplus’.

I. Indonesia telah tertinggal dari para pesaingnya dalam hal ekspor barang manufaktur

Akan tetapi, bukannya meningkat 22% per tahun, ekspor manufaktur Indonesia hanya meningkat 6% per tahun dari tahun 1996 hingga 2013, dimana sektor padat karyanya hanya bertumbuh di angka 4%.

Dalam persaingan investasi industri, Indonesia terus tertinggal dari para pesaingnya. Tanpa adanya langkah-langkah yang berani untuk mengejar dan melampaui negara-negara pesaingnya, Indonesia akan luput meraih peluang sekali seumur hidup untuk mencapai pertumbuhan 10% dan menciptakan 4 juta lapangan kerja yang layak per tahun.

Indonesia belum dapat merebut pangsa pasar dunia yang ditinggalkan Tiongkok. Justru pangsa pasar dunia Indonesia menyusut. Apabila Indonesia tidak dapat dengan cepat mengambil langkah-langkah berani untuk bersaing lebih efektif, negara ini akan kehilangan peluangnya untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi dan menciptakan lapangan kerja yang layak dan produktif yang harus diciptakan per tahun bagi tenaga kerjanya.

(4)

1300 1150 1000 850 700 550 400 250 100 2002 2004 2008 2012 2013 2014 (Projected)

Indeks Ekspor Manuf

ak

tur

Vietnam Bangladesh India Thailand Kenya Peru Indonesia

Bagan 1.

Total Indeks Ekspor Barang Manufaktur, 2000 - 2014 (2002 = 100)

Negara-negara pesaing telah menunjukkan bahwa pertumbuhan pesat dalam ekspor manufaktur bukanlah hal yang tidak mungkin

Para pesaing Indonesia, terutama Vietnam, telah menunjukkan bahwa hal tersebut dapat dilakukan. Dari tahun 2010 hingga [sekitar] 2014, ekspor sektor manufaktur Vietnam telah tumbuh hampir 17 kali lebih besar dari Indonesia, jika kita menghitung perbedaan jumlah penduduk. Bagan 1 menunjukkan bahwa pesaing lain, seperti India dan Bangladesh, juga mencapai tingkat pertumbuhan ekspor manufaktur hingga 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Dalam 4 tahun terakhir, ekspor manufaktur dari Indonesia menjadi stagnan, begitu pula dengan komponen padat karyanya.

Dapat dipahami bahwa ekspor manufaktur perlahan-lahan meningkat selama ledakan komoditas, ketika devisa berlimpah, Rupiah mahal, dan pemberi kerja mampu memberikan upah yang lebih tinggi. Tapi dengan berakhirnya ledakan komoditas di tahun 2011, Rupiah menjadi lebih terjangkau dan ekspor manufaktur menjadi lebih menguntungkan. Namun, berbeda dari harapan yang ada, tidak ada pertumbuhan pesat di sektor ekspor manufaktur dalam 3 tahun terakhir. Nilai ekspornya sedikit meningkat, sebesar kurang dari 3% per tahun, tapi ini terjadi karena meningkatnya harga, sementara jumlah yang diekspor tetap tidak berubah. Akibatnya, tidak ada permintaan akan tenaga kerja dari produsen ekspor manufaktur.

(5)

Tabel 1.

LAPORAN KEMAJUAN – EKSPOR

NILAI EKSPOR DALAM MILIAR DOLLAR AS, DI HARGA TERKINI, 1996 HINGGA OKTOBER 2014

1996 12 7 1 4 2 1 7 31 18 10 50 Minyak/Gas Bumi Komoditas Pertanian

di antaranya : Minyak kelapa sawit & minyak lainnya Mineral

di antaranya : Tembaga diantaranya: Batu Bara

Hasil Hutan

Sub-total: Ekspor berbasis komoditas

Ekspor manufaktur

di antaranya : manufaktur padat karya

TOTAL 2004 16 11 4 8 3 3 6 44 28 11 72 2011 41 43 20 45 8 27 9 151 52 19 203 2012 37 39 20 40 5 26 9 137 52 18 189 2013 35 36 18 39 4 25 9 133 53 19 185 Jan-Okt 2013 29 29 14 32 3 20 8 108 44 15 152 Jan-Okt 2014 26 33 17 26 3 18 8 103 46 16 150

VOLUME EKSPOR, DALAM MILIAR DOLLAR AS, DI HARGA KONSTAN, 1996 HINGGA OKTOBER 2014

1996 22 7 1 7 3 1 6 44 21 9 64 Minyak/Gas Bumi Komoditas Pertanian

di antaranya : minyak kelapa sawit & minyak lainnya Mineral

di antaranya : tembaga di antaranya : batu bara

Hasil Hutan

Sub-total: Ekspor berbasis komoditas Ekspor manufaktur

di antaranya : manufaktur padat karya

TOTAL 2004 16 13 5 10 3 4 6 49 55 12 105 2011 16 20 9 28 3 13 7 80 47 14 127 2012 13 21 10 32 2 14 7 81 47 14 128 2013 13 23 11 38 3 16 8 91 47 15 138 Jan-Okt 2013 11 18 9 30 2 13 6 73 39 13 112 Jan-Okt 2014 10 20 10 16 1 13 7 61 39 13 100

Source: BPS (Badan Pusat Statistik)

CATATAN: Ekpor untuk Bahan Kimia dan Pupuk biasanya digolongkan sebagai barang manufaktur. Namun, sebenarnya kedua hal tersebut hanya memroses bahan mentah. Karena itu, di dalam tabel ini, mereka digolongkan ke dalam ekspor komoditas.

(6)

Fot

o : Mohamad Burhanudin

II. Nilai komoditas terus menurun

Dan telah berkurang sebesar 12% dari tahun 2011 hingga 2013, dan terus menurun pada tahun 2014. Nilai barang manufaktur meningkat sebesar 5% selama 3 tahun, jadi total ekspor menurun dalam harga terkini.

Setelah berakhirnya ledakan komoditas, jumlah ekspor dari banyak komoditas terus meningkat karena mengalirnya investasi yang telah dilakukan selama ledakan komoditas tersebut. Namun, pada tahun 2014, ekspor minyak/gas turun dengan tajam karena

berkurangnya produksi dan meningkatnya permintaan domestik; ekspor tembaga menurun karena adanya perselisihan antara pemerintah dan produsen; dan ekspor batu bara

melambat karena harga dunia yang jauh lebih rendah.

Penghasilan dari ekspor komoditas masih akan menurun pada tahun 2015, sebagai akibat dari :

[i] Menurunnya harga komoditas rata-rata. Harga-harga telah menurun selama 2014. Ekspor batu bara berkurang sebesar 20% dan kelapa sawit sebesar 25% pada bulan Desember dibandingkan dengan kuartal pertama di tahun 2014.

[ii] Berkurangnya kuantitas beberapa komoditas, karena harga yang lebih rendah membuat beberapa perusahaan merugi;

[iii] Melambatnya investasi pada beberapa mineral keras dikarenakan adanya persyaratan tertentu, seperti investasi pabrik peleburan akan mengurangi keuntungan.

Karena itu, peningkatan ekspor manufaktur akan menjadi dua kali lebih berharga, karena tanpanya, penghasilan dari ekspor yang stagnan atau menurun akan menimbulkan hambatan berat terhadap ekonomi Indonesia.

III. Upah riil buruh tani terus berkurang seiring berkurangnya permintaan dan bertambahnya persediaan.

Sebagai akibat dari melambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur sejak tahun 1996, jumlah lapangan kerja di bidang industri yang diciptakan juga melambat. Dengan adanya 2 juta pekerja yang bergabung dengan angkatan kerja dan mencari pekerjaan setiap tahunnya, dan hanya 1,1 juta peningkatan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja, hukum

(7)

menurun. Pada kuartal terakhir di tahun 2014, rata-rata upah buruh tani adalah 13% di bawah upah tahun 2008.

Selama 6 tahun belakangan, rata-rata pendapatan per kapita di Indonesia secara riil meningkat sebesar 26%, sementara rata-rata upah riil dari kelompok terbesar di dalam kelompok 20% termiskin, yaitu buruh tani, berkurang secara signifikan. Kami tidak memiliki informasi yang dapat dipercaya dan konsisten tentang penghasilan pekerja tidak tetap lainnya seperti pengemudi becak atau mereka yang membantu di bidang konstruksi, tapi masuk akal jika mengatakan bahwa penghasilan merea juga berkurang seiring waktu, karena mereka berada di pasar tenaga kerja yang sama dengan buruh tani. Upah kelompok besar pekerja tidak tetap lainnya, yaitu asisten rumah tangga, telah menjadi stagnan dari

pertengahan 2008 hingga pertengahan 2014.

Kami juga mempunyai data mengenai pekerja industri yang dipekerjakan oleh perusahaan kecil, dimana sebagian besar dari mereka tidak dilindungi oleh peraturan upah minimum. Mereka dibayar sekitar setengah dari upah pekerja di perusahaan sedang dan besar. Upah mereka hampir sama dengan buruh tani. Namun, sementara upah riil buruh tani telah menurun sejak 2008, upah pekerja di perusahaan kecil telah meningkat. Akan tetapi,

peningkatan itu hanyalah sebesar 19% dari tahun 2008 hingga 2013, sementara peningkatan upah rata-rata pekerja di perusahaan sedang dan besar selama 5 tahun tersebut adalah 32%. Karena itu, pekerja di perusahaan industri kecil memiliki sebagian karakteristik yang sama dengan buruh tani dan sebagian pekerja industri lain.

Bagan 2.

Indeks Upah Rill Kuartal untuk Buruh Tani, Pekerja Konstruksi, Pekerja Manufaktur, dan Asisten Rumah Tangga 2008-2014 140 135 130 125 120 115 110 105 100 95 90 85 2008

III 2009I 2009III 2010I 2010III 2011I 2011III 2012I 2012III 2013I 2013III 2014I 2014III 2014IV Farmworker Construction Worker Household Servant Manufacturing Workers

(8)

2 Angka 39% untuk kuartal ketiga tahun 2014 ini adalah data terbaru yang kami miliki. Angka 13% untuk upah pertanian

adalah untuk kuartal keempat di tahun 2014.

Fot

o : Mohamad Burhanudin

Penghasilan pekerja yang menerima upah minimum telah meningkat secara substansial

Ada satu kelompok pekerja yang sangat meningkat daya belinya: mereka yang menerima upah minimum. Dari tahun 2008 hingga 2014, upah minimum telah meningkat 215%. Hasiln-ya, rata-rata upah di perusahaan industri sedang dan besar dimana sejumlah besar pekerjan-ya menerima upah minimum telah meningkat 39% dari tahun 2008 hingga 2014.

Pekerja yang menerima upah minimum jelas bernasib lebih baik dibandingkan sebagian besar tenaga kerja lainnya. Upah mereka meningkat sekitar 13,6% per tahun dari tahun 2008 hingga 2014; Rata-rata penghasilan pekerja industri di perusahaan sedang/besar telah

meningkat 5,6% per tahun; di perusahaan industri kecil peningkatannya adalah sebesar 3,5% per tahun; sedangkan penghasilan riil rata-rata masyarakat Indonesia meningkat 4% per tahun; sementara upah riil untuk buruh tani dan pekerja tidak tetap lainnya berkurang 2,1% per tahun. Pada intinya, penghasilan dari kelompok kecil tenaga kerja yang menerima upah minimum telah meningkat jauh lebih besar dari pada kelompok pekerja yang lain.

Ongkos buruh yang tinggi dan meningkat cepat merupakan faktor penting yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan ekspor manufaktur Indonesia. Pertumbuhan lambat tersebut berim-bas pada sedikitnya lapangan kerja, sehingga menyebabkan menurunnya upah buruh tani dan pekerja tidak tetap. Meningkatnya upah pekerja industri yang menerima upah minimum dan menurunnya upah buruh tani berkontribusi terhadap distribusi penghasilan yang semakin tidak merata.

Faktor kunci buruknya kinerja Indonesia adalah tingginya ongkos buruh Indonesia, sebagai akibat dari besarnya peningkatan upah minimum. Peningkatan tersebut hanya menguntung-kan sebagian kecil dari total tenaga kerja dan merugimenguntung-kan bagi mayoritas pekerja yang tidak menerima upah minimum tapi terkena dampak dari tingginya upah buruh, karena hal terse-but berarti Indonesia hanya menciptakan sedikit lapangan kerja yang bagi mereka dengan pendidikan rendah, yaitu masyarakat miskin.

(9)

Tabel 2.

Mengukur Kemajuan menuju Sasaran Pertumbuhan 10% dan 4 Juta Pekerjaan Layak per Tahun

2011 94 7.5 17.4% 14 INDIKATOR PRIMER

Indeks upah riil buruh tani (2008 = 100)

Penghasilan riil per orang dari 40%

masyarakat termiskin (dalam juta rupiah)*

Penghasilan riil/org dari 40% masyarakat termiskin sbg % dari penghasilan 20% masyarakat terkaya*

Jumlah ekspor manufaktur padat karya pada harga konstan (dalam miliar dollar AS)

2012 92 7.8 17.5% 14 2013 89 8.1 17.5% 15 2013 89 6 17.2% 13 Sebagian di tahun 2014 89 6.3 17.7% 13 2015 Sasaran2015 94 24 2011 19 65 152 19 74 9.1 0.6 46 76 100 121 INDIKATOR SEKUNDER

Ekspor padat karya pada harga terkini (dalam miliar dollar AS)

Ekspor manufaktur pada harga terkini (dalam miliar dollar AS)

Rata-rata upah industri bulanan (dollar AS)* Investasi swasta langsung luar negeri (dalam miliar dollar AS)

Upah minimum di Jawa Tengah (dollar AS)* Ketimpangan antara upah manufaktur di Jawa Tengah & pesaing terendahnya (Bangladesh) dalam % & $*

Ketimpangan antara upah minimum rata-rata di Indonesia dan upah minimum rata-rata di Vietnam dalam % & $

Pekerjaan di Bidang Manufaktur – formal (dalam juta)*

Pekerjaan Tambahan untuk Pekerja Berpendidikan Rendah di

Bidang Manufaktur (dalam juta) Peringkat daya saing*

Peringkat infrastruktur* Peringkat korupsi*

Peringkat kemudahan melakukan usaha *

2012 18 64 163 19 78 10.6 0.1 50 78 118 129 2013 19 65 163 19 82 116% $44 10.6 -0.6 38 61 114 128 2013 15 54 182 14 82 116% $44 10.6 -0.7 38 61 114 128 Sebagian di tahun 2014 16 57 172 17 84 24% $16 10.8 0.1 34 56 107 120 2015 99 46% $31 13% $16 Sasaran 2015 30 76 30 12.2 0.4

CATATAN: *Mengindikasikan bahwa data TIDAK tersedia setiap bulan. Angka berwarna hitam menunjukkan tidak ada perubahan atau perubahannya kecil. Angka berwarna merah yang ditulis miring menunjukkan perubahan negatif. Angka berwarna biru yang ditulis tebal menujukkan peningkatan yang signifikan. Jumlah yang diekspor dihargai pada harga konstan. Hanya inilah cara menggabungkan jumlah. Upah minimum di Jawa Tengah adalah upah minimum rata-rata Provinsi, bukan upah di Semarang.

(10)

Fot

o : Mohamad Burhanudin

IV. Indonesia terus memperbaiki diri dalam hal korupsi, tapi belum cukup untuk mengatasi tingginya ongkos buruh.

Sejak Laporan Kemajuan terakhir, peringkat negara berdasarkan persepsi korupsi yang baru telah dikeluarkan. Sekali lagi, Indonesia memperbaiki peringkatnya, dari peringkat 114 menjadi 107. Ini merupakan pencapaian yang baik, karena negara lain juga berusaha

memerangi korupsi dan berupaya memperbaiki peringkat mereka. Akan tetapi, peningkatan ini relatif kecil, dan Indonesia tetaplah salah satu negara yang dianggap paling korup. Biaya korupsi tetaplah signifikan, dan merupakan tambahan terhadap biaya lain yang sudah tinggi. Jalan Indonesia masih panjang agar biaya korupsi dapat dikurangi sampai pada titik dimana hal tersebut meningkatkan posisi kompetitif Indonesia, dan bukan melemahkannya, seperti yang terjadi saat ini.

Tidak ada laporan lain yang telah dikeluarkan setelah laporan kemajuan yang terakhir yang menentukan peringkat Indonesia terkait beberapa karakteristik yang penting untuk posisi kompetitifnya. Perubahan yang paling penting sejak laporan terakhir kami telah disebutkan: peningkatan besar-besaran dalam hal upah minimum di Indonesia, sementara upah minimu di negara-negara pesaing tetap tidak berubah. Akibatnya, upah minimum rata-rata di

Indonesia pada tahun 2015 berada di atas semua pesaing utamanya. Ketimpangan antara upah di Jawa Tengah, sebuah Provinsi besar dengan ongkos buruh yang paling rendah, dan Bangladesh, negara dengan ongkos buruh paling rendah, telah meningkat dari angka yang tidak terlalu timpang, yaitu $16 pada tahun 2014, menjadi angka yang sulit untuk dikejar, yaitu $31 pada tahun 2015. Dan upah minimum rata-rata di Indonesia berada jauh di atas Vietnam.

Terlalu dini untuk melihat perubahan dalam kebijakan yang dikeluarkan pemerintah baru di data di Tabel 2. Perubahan ini akan lebih terlihat jelas dalam laporan-laporan yang akan datang. Reformasi yang paling dipublikasikan secara luas, yaitu diperkenalkannya sistem pelayanan perizinan satu pintu di 15 provinsi besar di Indonesia oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mempunyai nilai simbolis yang besar, tetapi jika berdiri sendiri, tidak akan terlalu berdampak dalam menarik investasi asing. Namun, disertai dengan sikap yang lebih ramah terhadap investasi luar negeri, terdapat bukti adanya peningkatan investasi swasta langsung luar negeri di Tabel 2, yang dapat dikonfirmasi dalam laporan-laporan yang akan datang.

(11)

Fot

o : Mohamad Burhanudin

Kelemahan besar yang dapat dengan mudah diperbaiki

Perincian dasar penempatan peringkat tersebut memberikan petunjuk berguna tentang bagaimana Indonesia dapat memperbaiki peringkatnya, dan yang paling penting, bagaimana negara ini dapat menarik lebih banyak investasi ke dalam produksi ekspor manufaktur. Dalam peringkat ‘kemudahan melakukan usaha’, yang dinilai sebagai aspek

terlemah Indonesia adalah “menegakkan kontrak”. Indonesia hanya menempati peringkat 172 dari 189 negara. Peringkat yang rendah ini terutama disebabkan oleh korupsi di sistem peradilan. Dengan mewajibkan semua putusan pengadilan diletakkan di internet, beserta

justifikasinya, korupsi dapat dengan mudah diidentifikasi dan menjadi kurang menguntungkan dan lebih beresiko. Dengan begitu Indonesia akan dengan cepat menjadi tempat yang lebih menarik bagi investor.

Aspek kelemahan yang kedua adalah “membayar pajak”, sekali lagi terkait dengan korupsi. Mencegah terjadinya kontak langsung antara penagih dan pembayar pajak dapat mengatasi permasalahan tersebut. Jika transaksi lebih banyak dilakukan secara terbuka melalui internet, peluang untuk kolusi dan korupsi akan berkurang, sehingga

Indonesia akan menjadi tempat yang lebih menarik untuk berinvestasi.

Di Laporan Kemajuan berikutnya, kami akan memberikan informasi sejauh mana pemerintahan yang baru telah menangani isu-isu yang telah disebutkan diatas serta permasalahan lain yang menyebabkan rendahnya nilai Indonesia terkait peringkat korupsi dan kemudahan melakukan usaha.

(12)

Transformasi Center for Public Policy Transformation Graha Iskandarsyah 11th floor. Jl Raya Sultan Iskandarsyah 66C

Melawai, Kebayoran Baru. Jakarta 12160. Indonesia Phone +62-21-2702-401/2 | Fax +62-21-7209-946 Email info@transformasi.org | www.transformasi.org

Transformasi Indonesia @transformasi_id

Supported by :

Fot

o : Mohamad Burhanudin

Fot

o : Mohamad Burhanudin

Pada intinya, Laporan Kemajuan Kedua ini mendokumentasikan secara lebih jelas bahwa selama lebih dari satu dekade, Indonesia telah jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam memperluas pangsa pasar dunianya untuk

barang-barang manufaktur. Sementara negara-negara lain, terutama Vietnam, telah memperluas pangsa pasar mereka, pangsa pasar Indonesia justru berkurang. Akibatnya, permintaan akan tenaga kerja meningkat dengan lambat, dan upah para buruh tani menurun. Upah pekerja yang menerima upah minimum naik dengan cepat, yaitu rata-rata sebesar 13% per tahun dari tahun 2008 hingga 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti, memahami dan menjelaskan berbagai macam sudut pandang yang dapat dipakai untuk menganalisis keputusan bisnis

Menurut petunjuk pelaksanaan PPL 2012/2013, ujian praktik mengajar dilaksanakan selama 2 (dua) minggu, termasuk kegiatan ujian ulang (jika ada) dan penyelesaian laporan PPL2,

Kehidupan keluarga di Desa mengalami perubahan yang semakin cepat, sebagai dampak dari kemajuan di segala bidang, terutama semakin lancarnya komunikasi dan transportasi yang

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang menerapkan metode ceramah bervariasi berbantu game puzzle pada kelas 2 di SDN

Sebagian kecil Musi Rawas bagian barat, Lubuk Linggau bagian selatan, Lahat bagian barat daya, Pagar Alam bagian barat, dan OKU Selatan diprakirakan mengalami sifat

Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan setempat pada suatu pembuluh darah tertentu di otak yang sebelumnya sudah mengalami proses aterosklerosis (pengerasan dinding pembuluh

Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso menyatakan dari berbagai alternatif strategi, maka strategi yang paling memungkinkan

Pengertian lain Badan usaha dalam buku Kompeten Ekonomi adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa