• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KOORDINASI MATA - TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR

SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII

SMP NEGERI 2 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

OLEH

AGUS PRASETYO

K.4605012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

(2)

commit to user

ii

KOORDINASI MATA - TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR

SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII

SMP NEGERI 2 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh :

AGUS PRASETYO

K.4605012

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

2011

(3)
(4)

commit to user

(5)

commit to user

Agus Prasetyo.

PERBEDAAN PENGARUH METODE PEMBELAJARAN

DAN KOORDINASI MATA-TANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR

SERVIS ATAS BOLAVOLI PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP

NEGERI 2 NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

2009/2010

. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode

pembelajaran bagian dan keseluruhan terhadap hasil belajar servis atas bolavoli

pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun

pelajaran 2009/2010. (2) Perbedaan pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan

koordinasi mata-tangan rendah terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada

siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran

2009/2010. (3) Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dan koordinasi

mata-tangan terhadap terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra

kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen

. Rancangan penelitian

yang digunakan

pretest-posttest design

. Populasi penelitian adalah siswa putra

kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010

berjumlah 100 siswa terbagi dalam lima kelas. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah

stratified sampling

. Sampel yang digunakan berdasarkan hasil

tes koordinasi mata-tangan dengan klasifikasi koordinasi mata-tangan tinggi dan

koordinasi mata-tangan rendah. Sampel yang digunakan sebanyak 20 siswa

dengan kategori koordinasi mata-tangan tinggi dan 20 siswa dengan kategori

koordinasi mata-tangan rendah. Teknik pengumpulan data dengan tes dan

pengukuran. Untuk mengukur koordinasi mata-tangan dengan lempar tangkap

bola tenis dan tes keterampilan servis atas bolavoli dari Depdiknas. Teknik

analisis data yang digunakan adalah ANAVA 2 X 2 dan uji lanjut Newman

Keuls.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada

perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran bagian dan

keseluruhan terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII

(6)

commit to user

vi

hasil analisis data menunjukkan Fo = 5.863 > Ft 4.11. (2) Ada perbedaan

pengaruh yang signifikan antara koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi

mata-tangan rendah terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra

kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

Dari hasil analisis data menunjukkan Fo = 7.032 > Ft 4.11. (3) Ada interaksi

antara metode pembelajaran dan koordinasi mata-tangan terhadap hasil belajar

servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten

Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data menunjukkan

bahwa F

hitung

= 22.347 > F

tabel

= 4,11.

(7)

commit to user

Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah:11)

Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu, tidak ada sesuatu yang

lebih terhormat dari pada adab dan tidak akan kawan yang lebih bagus

daripada akal.

(Al Imam Al Mawardi)

(8)

commit to user

viii

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan Ibu tercinta

Kakak dan Adik tersayang

SMP Negeri 2 Nguter Sukoharjo

Teman-teman Angkatan 2005

Adik-adik JPOK FKIP UNS

Almamater

(9)

commit to user

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1.

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.

Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan

Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi.

3.

Drs.H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4.

Drs. Budhi Satyawan, M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5.

Kepala SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan

ijin untuk mengadakan penelitian.

6.

Siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun

pelajaran 2009/2010 yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

7.

Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

(10)

commit to user

x

Halaman

JUDUL ...………

PENGAJUAN ...……….

PERSETUJUAN ...………..

PENGESAHAN ...………..

ABSTRAK ...………

MOTTO ...………

PERSEMBAHAN ...……….

KATA PENGANTAR ...………

DAFTAR ISI ...………

DAFTAR GAMBAR ...……….

DAFTAR TABEL ...……….

DAFTAR LAMPIRAN ...……….

BAB I PENDAHULUAN ………..

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Identifikasi Masalah ..………...

C. Pembatasan Masalah ...………..…

D. Perumusan Masalah ...……….

E. Tujuan Penelitian ...……….

F. Manfaat Penelitian ...………

BAB II LANDASAN TEORI ……….

A. Tinjauan Pustaka ...……….

1. Pembelajaran………..

a.

Hakikat Pembelajaran………..

b.

Komponen-Komponen Pembelajaran………..

c.

Pembelajaran yang Efektif………

i

ii

iii

iv

v

vii

viii

ix

x

xiii

xiv

xv

1

1

6

7

7

8

8

9

9

9

9

10

11

(11)

commit to user

a.

Hakikat Metode Pembelajaran……….

b.

Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif………….

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan

Metode Pembelajaran………..

3.

Permainan Bola Voli………..

a.

Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli……….

b.

Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bermain Bolavoli…

4.

Servis Bolavoli……….

a.

Servis Atas Bolavoli……….

b.

Pentingnya Servis dalam Permainan Bolavoli………

c.

Teknik Servis Atas Bolavoli……….

5.

Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan Metode Bagian

a.

Metode Bagian………

b.

Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan

Metode Bagian………

c.

Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas

Bolavoli dengan Metode Bagian……….

6.

Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan Metode

Keseluruhan………..

a.

Metode Keseluruhan……….

b.

Pelaksanaan Pembelajaran Servis Atas Bolavoli

dengan Metode Keseluruhan……….

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Servis Atas

Bolavoli dengan Metode Keseluruhan……….

7.

Koordinasi………

a.

Koordinasi Mata-Tangan………..

b.

Kegunaan Koordinasi………

c.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi…………

d.

Peranan Koordinasi Mata-Tangan dengan Kemampuan

Servis Atas Bolavoli………

14

15

16

18

19

20

21

21

22

24

25

25

26

27

28

28

29

29

30

30

31

32

33

(12)

commit to user

xii

C. Perumusan Hipotesis ...……….…………

BAB III METODE PENELITIAN ...……….

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ....………

B.

Metode Penelitian………

C.

Variabel Penelitian………

D.

Definisi Operasional Variabel……….

E.

Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ……….

F.

Teknik Pengumpulan Data………..

G.

Teknik Analisis Data………

BAB IV HASIL PENELITIAN ...………

A.

Deskripsi Data ...……….

B.

Mencari Reliabilitas………

C.

Uji Prasyarat Analisis……….

1.

Uji Normalitas ………

2.

Uji Homogenitas ……….

D.

Pengujian Hipotesis……….

1.

Pengujian Hipotesis Pertama………

2.

Pengujian Hipotesis Kedua………..

3.

Pengujian Hipotesis Ketiga………..

E.

Pembahasan Hasil Penelitian………..

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...……….…………

A.

Simpulan……….

B.

Implikasi ...………

C.

Saran ...………..

DAFTAR PUSTAKA ...………

LAMPIRAN...………

37

38

38

38

39

40

40

41

41

47

47

49

50

50

51

51

52

53

53

53

57

57

57

58

59

62

(13)

commit to user

Halaman

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Servis Atas………..

Gambar 2. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Servis Atas Bolavoli

Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat

Koordinasi Mata-Tangan………

Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata Peningkatan Hasil Belajar Servis

Atas Bolavoli antara Kelompok Perlakuan………

Gambar 4. Interaksi Metode Pembelajaran Servis Atas dan Koordinasi

Mata-Tangan………

Gambar 5. Tes Koordinasi Mata-Tangan……….

Gambar 6. Lapangan Tes Servis Atas Bolavoli………

25

48

49

56

80

82

(14)

commit to user

xiv

Halaman

Tabel 1. Ringkasan Anava untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2……….

Tabel 2. Ringkasan Angka - Angka Statistik Deskriptif Data Hasil

Belajar Servis Atas Bolavoli Menurut Kelompok

Penelitian……….

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes

Akhir………

Tabel 4. Range Kategori Reliabilitas……….

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors………

Tabel 6. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet………..

Tabel 7. Ringkasan Nilai Rerata Kemampuan Servis Atas Bolavoli

Berdasarkan Metode Pembelajaran dan Tingkat Koordinasi

Mata-Tangan Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan………

Tabel 8. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor….

Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls……….

Tabel 10 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor

Utama terhadap Peningkatan Kemampuan Servis Atas Bola

voli……….

43

47

49

50

50

51

51

52

52

55

(15)

commit to user

Halaman

Lampiran 1. Data Tes Awal Pengukuran Data Koordinasi Mata-

Tangan………..

Lampiran 2. Data Tes Awal Kemampuan Servis Atas Bolavoli…….

Lampiran 3. Uji Reliabilitas Data Tes Awal dengan Ganjil Genap…..

Lampiran 4. Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan 2……..

Lampiran 5. Uji Normalitas Data tes Awal Kelompok 3 dan 4……….

Lampiran 6. Uji Homogenitas Data Tes Awal Servis Atas Bolavoli….

Lampiran 7. Data Tes Akhir Kemampuan Servis Atas Bolavoli………

Lampiran 8. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir………..

Lampiran 9. Rekapitulasi Data Tes Kemampuan Servis Atas Bola

Voli Kelompok 1 dan Kelompok 2………..

Lampiran10. Rekapitulasi Data Tes Kemampuan Servis Atas Bola

voli Kelompok 3 dan Kelompok 4………..

Lampiran 11. Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata - Rata antar

Kelompok Sampel sebagai Persiapan Analisis Anava

Faktorial 2 X 2………..

Lampiran 12. Hasil Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls…………..

Lampiran 13. Tes dan Pengukuran Koordinasi Mata-Tangan…………

Lampiran 14. Tes dan Pengukuran Kemampuan Servis Atas Bola

voli………..

Lampiran 15. Program Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan

Metode Bagian dan Keseluruhan……….

Lampiran 16. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian………..

Lampiran 17. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret

Surakarta………

Lampiran 18. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 2 Nguter

Kabupaten Sukoharjo………

63

65

66

68

69

70

71

72

74

75

76

78

79

81

83

89

92

97

(16)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani mempunyai peran penting untuk mendukung mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan fisik. Pendidikan sebagai salah satu sub sistem pendidikan yang berperan penting dalam mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

Banyak manfaat yang dikembangkan melalui pendidikan jasmani. Aspek-aspek yang ada pada diri siswa dikembangkan secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan jasmani mencakup aspek jasmani, psikomotorik, afektif dan kognitif. Untuk mengembangkan aspek psikomotorik, afektif dan kognitif secara optimal, maka pendidikan jasmani harus diajarkan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani merupakan sebuah pendidikan yang mengutamakan aktivitas fisik atau gerak tubuh sebagai media pembelajaran. Dalam pelajaran pendidikan jasmani diajarkan berbagai macam cabang olahraga yang terangkum dalam kurikulum pendidikan jasmani didasarkan pada jenjang masing-masing pendidikan. Hal ini artinya, materi pendidikan jasmani antara Sekolah Dasar (SD) dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) berbeda.

Di dalam pendidikan jasmani terdapat beberapa macam cabang olahraga yang wajib diajarkan kepada siswa. Untuk mencapai kompetensi dasar pendidikan jasmani, maka materi pokok pendidikan jasmani harus diajarkan kepada siswa. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5) akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.

(17)

Bolavoli merupakan salah satu olahraga permainan yang wajib diajarkan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Banyak manfaat yang diperoleh melalui permainan bolavoli. Dengan bermain bolavoli dapat membentuk sikap tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan dan kemampuan jasmani. Manfaatnya bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan karakter akan tumbuh ke arah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Sebagai langkah awal dalam pembelajaran permainan bolavoli yaitu, diajarkan macam-macam teknik dasar bolavoli. Hal ini karena, teknik dasar bolavoli merupakan faktor yang fundamental yang harus dikuasai siswa agar memiliki keterampilan bermain bolavoli. Marta Dinata (2004: 5) menyatakan, “Untuk meningkatkan prestasi, seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu. Teknik dasar merupakan faktor utama selain, kondisi fisik, taktik dan mental seorang pemain”. Adapun macam-macam teknik dasar bermain bolavoli yang harus dikuasai meliputi: passing, service, smash dan block. Kemampuan seorang pemain bolavoli menguasai macam-macam teknik dasar bermain bolavoli akan mendukung penampilannya baik secara individu maupun kolektif (tim), sehingga dapat mencapai prestasi yang tinggi.

Servis merupakan teknik dasar bolavoli yang mempunyai peran penting dalam suatu pertandingan bolavoli. Dapat dikatakan, servis dapat mempengaruhi seluruh jalannya permainan bolavoli. Pentingnya peranan servis dalam permainan bolavoli, maka harus diajarkan dengan baik dan benar. Berdasarkan jenisnya, servis bolavoli dibedakan menjadi dua macam yaitu servis bawah dan servis atas.

Servis atas merupakan teknik menyeberangkan bola ke daerah permainan lawan yang dilakukan dengan memukul bola menggunakan salah satu tangan dari atas kepala. Seiring dengan perkembangan permainan bolavoli, servis atas memiliki fungsi penting yaitu, dapat dijadikan serangan pertama bagi regu yang

melakukan servis. Sistem penilaian relly point menuntut pukulan servis atas

dilakukan seefektif dan sesulit mungkin agar lawan sulit mengembalikan atau bahkan langsung mati.

Upaya membelajarkan servis atas bagi siswa pemula (siswa SMP) tidaklah mudah. Pada umumnya para siswa kurang memahami bagaimana servis atas yang

(18)

commit to user

efektif. Biasanya para siswa cenderung sekedar memukul bola dengan kuat agar bola dapat menyeberang ke daerah permainan lawan tanpa memperhitungkan kesulitan dan efektivitas dari pukulan servis yang dilakukan. Belum lagi bagi siswa yang baru pertama kali mengenal permainan bolavoli atau siswa putri, tentu akan mengalami kesulitan dalam melakukan servis atas. Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran servis atas bolavoli, maka seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang baik dan tepat sesuai dengan kondisi siswa.

Banyaknya metode pembelajaran menuntut seorang guru harus cermat dan tepat dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran yang baik dan efektif akan memberi dampak terhadap hasil belajar yang optimal. Menurut PBVSI (1995: 69) dijelaskan, “Metode-metode yang dapat digunakan dalam mengajar atau melatih bolavoli di antaranya (1) metode keseluruhan, (2) metode bagian, (3) metode gabungan, (4) metode drill, (5) metode pemecahan masalah, (6) metode pendekatan ketepatan, (7) metode pendekatan kecepatan, (8) metode pertandingan, (9) metode interval dan, (10) metode ulangan”.

Metode bagian dan keseluruhan merupakan metode pembelajaran yang sering diterapkan dalam belajar mengajar keterampilan olahraga. Dari kedua metode pembelajaran tersebut dapat diterapkan secara sendiri-sendiri atau mengkombinasikan diantara keduanya. Banyak penelitian yang membandingkan antara metode bagian dan keseluruhan, namun hasilnya belum tentu sama. Meskipun dalam pembelajaran diterapkan metode yang sama, jika sampel yang digunakan berbeda hasilnya belum tentu sama. Hal ini karena, hasil suatu penelitian hanya relevan pada sampel yang digunakan dalam penelitian, sehingga jika diterapkan pada sampel yang berbeda hasilnya belum tentu sama.

Metode bagian dan keseluruhan memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui metode pembelajaran mana yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar servis atas bolavoli. Hal ini karena, kemampuan siswa melakukan servis atas bolavoli tidak hanya dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran

(19)

saja. Faktor individu atau siswa sangat dominan terhadap kemampuan servis atas bolavoli. Salah satu kemampuan siswa yang dapat mempengaruhi kemampuan servis atas bolavoli yaitu memiliki kondisi fisik yang baik.

Kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung penguasaan suatu teknik olahraga termasuk servis atas bolavoli. Dengan kemampuan fisik yang baik, maka akan mendukung penguasaan kemampuan servis atas bolavoli. Salah satu komponen kondisi fisik yang dapat mendukung kemampuan servis atas bolavoli yaitu koordinasi mata-tangan.

Ditinjau dari gerakan servis atas, koordinasi mata-tangan sangat berperan penting untuk mendukung gerakan servis atas yaitu, dari gerakan melambungkan bola, ayunan lengan, memukul bola serta mengarahkan bola pada sasaran yang diinginkan. Dengan koordinasi mata-tangan, maka gerakan servis atas dapat dilakukan dengan benar dan mampu menempatkan bola tepat pada sasaran yang diinginkan. Apakah benar siswa yang memiliki koordinasi mata-tangan baik, kemampuan servis atasnya juga baik, dan siswa yang koordinasi mata-tangannya buruk kemampuan servis atasnya juga buruk. Nampaknya hal ini perlu dipertanyakan lagi, karena baik tidaknya koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa tidak dapat dijadikan tolak ukur kemampuan servis atasnya juga baik. Hal ini karena kemampuan servis atas tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan koordinasi mata-tangan yang dimiliki siswa, tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Suharno HP. (1991: 16-20) menyatakan, “Komponen-komponen gerak sebagai penentu baik tidaknya kondisi fisik pemain boloa voli yaitu: kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya ledak, ketepatan dan stamina”.

Metode pembelajaran bagian dan keseluruhan merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan servis atas bolavoli. Dari kedua metode pembelajaran tservis atas tersebut dibutuhkan kemampuan koordinasi mata-tangan. Untuk mengetahui metode pembelajaran mana yang lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar servis atas bolavoli, serta pengaruh kemampuan koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan servis

(20)

commit to user

atas bolavoli, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih medalam baik secara teori maupun parktik melalui penelitian eksperimen.

Siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 adalah sampel yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian. Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 telah berjalan baik, termasuk pembelajaran servis atas bolavoli. Dari pembelajaran yang telah dilaksanakan ternyata belum menujukkan hasil maksimal. Tidak semua siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 mampu melakukan servis atas dengan baik dan benar. Para siswa masih sulit merangkaikan gerakan servis atas dengan benar, teknik servis atas kurang baik, kurang mampu mengarahkan pukulan servis pada sasaran yang diinginkan. Kondisi semacam ini berdampak pada permainan bolavoli kurang menarik. Kendala atau kesulitan yang dihadapi siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 karena siswa kelas VII merupakan masa peralihan dari Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Karena servis atas merupakan keterampilan yang sulit dan memiliki unsur gerakan yang kompleks, maka dalam membelajarkan servis atas dibutuhkan penerapan metode pembelajaran yang tepat di antaranya metode keseluruhan dan bagian keseluruhan.

Banyak guru jarang membelajarkan suatu keterampilan yang sulit dan kompleks secara bagian per bagian. Hal ini karena terbatasanya waktu pembelajaran penjas yang relatif singkat yaitu 2 X 40 menit. Waktu pembelajaran penjas yang singkat, sehingga tidak memungkinkan membelajarkan servis atas secara bagian per bagian. Pada umumnya para guru dalam membelajarkan servis atas secara global yaitu, mengenalkan teknik servis atas dari sikap permulaan, gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut dan siswa langsung memperagakannya. Di salah satu sisi siswa yang sudah terbiasa atau memiliki pengalaman tidak mengalami kesulitan melakukan servis atas. Tetapi sebaliknya, siswa yang tidak memiliki pengalaman tidak dapat melakukan servis atas. Berdasarkan hal tersebut maka menciptakan metode pembelajaran yang tepat sangat penting agar diperoleh

(21)

hasil belajar yang optimal. Belajar keterampilan bukan belajar seperti pada umumnya, sehingga perlu strategi atau cara mengajar yang baik dan tepat. Seorang guru dituntut berkreativitas dalam menyajikan tugas ajar yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Di samping itu, faktor-faktor yang mendukung kemampuan servis atas perlu dilatih dan ditingkatkan seperti koordinasi mata-tangan. Dengan kemampuan koordinasi mata-tangan yang baik, maka akan mendukung kemampuan servis atas menjadi lebih baik.

Permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar belakangi judul penelitian “Perbedaan Pengaruh Metode Pembelajaran dan Koordinasi Mata-Tangan terhadap Hasil Belajar Servis Atas Bolavoli pada Siswa Putra Kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten

Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 dapat melakukan servis atas.

2. Masih banyak kendala yang dihadapi siswa dalam melakukan servis atas

bolavoli.

3. Kemampuan kondisi fisik yang mendukung kemampuan servis atas bolavoli

siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 belum diketahui.

4. Pengaruh koordinasi mata-tangan terhadap kemampuan servis atas bolavoli

belum diketahui.

5. Metode bagian dan metode keseluruhan belum diketahui pengaruhnya

terhadap peningkatan hasil belajar servis atas bolavoli.

6. Metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar servis

atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

(22)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian, maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengaruh metode pembelajaran bagian dan keseluruhan terhadap hasil belajar

servis atas bolavoli.

2. Pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi mata-tangan rendah

terhadap hasil belajar servis atas bolavoli.

3. Hasil belajar servis atas bolavoli siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter

Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh metode pembelajaran bagian dan keseluruhan

terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?

2. Adakah perbedaan pengaruh koordinasi mata-tangan tinggi dan koordinasi

mata-tangan rendah terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?

3. Adakah interaksi antara metode pembelajaran dan koordinasi mata-tangan

terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010?

(23)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh metode pembelajaran bagian dan keseluruhan terhadap

hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

2. Perbedaan pengaruh koordinasi tangan tinggi dan koordinasi

mata-tangan rendah terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

3. Ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dan koordinasi

mata-tangan terhadap terhadap hasil belajar servis atas bolavoli pada siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat

memberi manfaat antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan servis atas bolavoli siswa putra kelas VII

SMP Negeri 2 Nguter Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 yang dijadikan obyek penelitian.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP

Negeri 2 Nguter Sukoharjo pentingnya penerapan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan penguasaan teknik bolavoli khususnya servis atas.

3. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penelitian tentang karya

(24)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Hakikat Pembelajaran

Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas daripada istilah

pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya transfer of knowledge semata

dari guru kepada siswa. Sedangkan pembelajaran memiliki makna yang lebih luas,

yaitu kegiatan yang dimulai dari mendesain, mengembangkan,

mengimplementasikan dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya proses belajar. Berkaitan dengan pembelajaran Banny A. Pribadi (2009: 10) menyatakan, “Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu”. Menurut Syaiful Sagala (2005: 61) bahwa, “Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid”. Hal senada dikemukakan Sobry Sutikno (2009: 32) bahwa:

Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran ada dua kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran dan mengelola pembelajaran.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan, pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dua pihak, salah satu pihak sebagai pengajar (guru/pendidik) dan pihak kedua orang yang belajar (siswa). Dalam proses pembelajaran, telah mengubah peran guru dan siswa. Berkaitan dengan peran guru dalam proses pembelajaran M. Sobry Sutikno (2009: 33-34) menyatakan:

(25)

1) Peran guru telah berubah dari:

a) Sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi

dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolabolator dan mitra belajar.

b) Dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran,

menjadi lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran.

2)Peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan, yaitu:

a) Dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam

proses pembelajaran.

b) Dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan

berbagi pengetahuan.

c) Dari pembelajaran sebagai aktivitas individual menjadi pembelajaran

berkolaboratif dengan siswa lain.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa lebih dominan atau berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa harus selalu berpartisipasi aktif, menghasilkan berbagai macam pengatahuan dan harus mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. Sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator, motivator dan katalisator. Selain itu, seorang guru harus lebih banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada siswa.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya terdapat beberapa komponen. M. Sobry Sutikno (2009: 35-40) menyatakan, “Komponen pembelajaran meliputi beberapa aspek yaitu: “(1) Tujuan pembelajaran, (2) materi pelajaran, (3) kegiatan pembelajaran, (4) metode, (5) media, (6) sumber belajar dan, (7) evaluasi”. Pendapat lain dikemukan H.J. Gino dkk., (1998: 30) beberapa komponen dalam suatu kegiatan pembelajaran yaitu:

1) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan

menyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar

mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

(26)

commit to user

3) Tujuan yakni, pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan periklaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif.

4) Isi pelajaran yakni, segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

5) Metode yakni, cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan.

6) Media yakni, bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang

digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.

7) Evaluasi yakni, cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses

dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekligus memberikan balikan bagi setiap komponen belajar mengajar.

Komponen-komponen yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran pada dasarnya mencakup tujuh komponen utama. Ketujuh komponen dalam kegiatan pembelajaran yaitu: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media dan evaluasi. Dari ketujuh komponen tersebut saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik, jika komponen-komponen tersebut terpenuhi dalam kegiatan pembelajaran.

c. Pembelajaran yang Efektif

Siswa pada umumnya menghendaki hasil belajar yang efektif bagi dirinya. Untuk itu guru dituntut dapat membantu siswanya, sehingga pada waktu mengajar dapat dilakukan dengan efektif. Menurut Rusli Lutan (1988: 381) efektivitas pengajaran meliputi beberapa unsur yaitu: “(1) Pemanfaat waktu aktif berlatih, (2) Lingkungan yang efektif, (3) Karakteristik guru dan siswa, (4) Pengelolaan umpan balik”. Sedangkan Wina Sanjaya (2006: 32-33) menyatakan, beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam prose pembelajaran agar berlangsung efektif yaitu:

1) Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar mereka

secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian guru harus bertindak sebagai pengelola proses belajar, bukan bertindak sebagai sumber belajar.

2) Guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk merefleksi apa yang

telah dilakukan. Dengan demikian pembelajaran bukan hanya mendorong siswa untuk melakukan tindakan saja, tetapi menghayati berbagai tindakan yang telah dilakukannya. Hal ini sangat penting baik untuk pembentukan

(27)

sikap, maupun untuk mencermati berbagai kelemahan dan kekurangan atas segala tindaknnya.

3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual. Hal

ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa tidak ada manusia yang sama baik dalam minat, bakat maupun kemampuannya. Pembelajaran harus memberikan kesempatan agar siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Dengan demikian siswa yang lambat tidak merasa tergusur oleh siswa yang cepat, sebaliknya siswa yang cepat tidak merasa terhambat oleh yang lambat belajar.

4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemandirian di samping kerja

sama. Artinya guru dituntut mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa dapat mandiri dan bekerja sama dengan orang lain.

5) Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik iklim

sosial maupun iklim psikologis. Siswa akan belajar dengan baik, manakala terbebas dari berbagai tekanan, baik tekanan sosial maupun tekanan psikologis. Melalui iklim belajar yang demikian diharapkan siswa akan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

6) Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan

kreativitas, rasa ingin tahu. Hal ini hanya mungkin terjadi manakala guru tidak menempatkan posisi siswa sebagai objek belajar, tetapi sebagai subjek belajar. Untuk itulah guru harus mendorong agar siswa aktif untuk belajar melalui proses mencari dan mengobservasi.

Efektifitas pembelajaran sangat tergantung pada siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa harus bertindak aktif, memiliki kreativitas dan kemandirian. Disisi lain, seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susunan pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga menciptakan kondisi lingkungan belajar yang efektif. Husdarta & Yudah M. Saputra (2000: 4) menyatakan:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif adalah sangat penting. Dengan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan akan membawa siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar agar tujuan mengajar dapat berhasil.

(28)

commit to user

Nana Sudjana (2005: 18) menyatakan, kompetensi yang harus dimiliki seorang guru di antaranya:

1) Kompetensi dibidang kognitif. Artinya kemampuan intelektual seperti

pengetahuan mata pelajaran, pengetahuan mengani cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang adminitrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

2) Kompetensi bidang sikap. Artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap

berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

3) Kompetensi perilaku/performance. Artinya kemampuan guru dalam

berbagai keterampilan/perilaku, seperti keterampilan mengajar,

membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan menyusun persiapan atau perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan adminitrasi kelas dan lain-lain. Perbedaan dengan komptensi kognitif terletak pada sifatnya. Kalau kompetensi kognitif berkenaan dengan aspek teori atau pengetahuannya, pada kompetensi perilaku yang diutamakan adalah praktik atau keterampilan melaksanakannya.

Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru pada dasarnya mencakup tiga aspek yaitu, kompetensi kogitif, kompetensi sikap dan kompetensi perilaku

atau performance. Dari ketiga kompetensi tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi

saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Dari ketiga kompetensi tersebut, kompetensi guru yang banyak berhubungan dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dikelompokkan ke dalam empat kemampuan yaitu: “(1) Merencanakan program belajar mengajar, (2) melaksanakan dan memimpin, (3) menilai kemajuan proses belajar mengajar, (4) menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya/dibinannya (Nana Sudjana, 2005: 19).

(29)

2. Metode Pembelajaran

a. Hakikat Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegaiatan belajar mengajar. Dengan metode pembelajaran maka tujuan dari pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai semaksimal mungkin. Berkaitan dengan metode pembelajaran Sugiyanto (1998: 427) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah pengaturan penerapan cara-cara mengajar agar proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan tujuan bisa tercapai”. Menurut Nana Sudjana (2005: 76) menyatakan, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saatberlangsungnya pengajaran”. Menurut M. Sobry Sutikno (2009: 88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa dalam upaya mencapai tujuan”.

Berdasarkan pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan, metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaiankan materi pelajaran kepada siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Melalui metode pembelajaran diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa yang berhubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain, akan tercipta interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi akan berjalan baik, jika siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya, metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Seperti diungkapkan Sunardi (2002: 366) bahwa:

Secara umum dapat dilihat bahwa metode mengajar dapat mengarahkan perhatian siswa terhahadap hakikat belajar yang spesifik, membangkitkan motivasi untuk belajar, memberikan umpan balik dengan segera, memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri, dapat mengembangkan dan membina sikap positif terhadap diri sendiri, guru, materi pelajaran serta proses pendidikan pada umumnya.

(30)

commit to user

Pendapat tersebut menunjukkan, penerapan metode pembelajaran yang dilakukan seorang guru akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, mempermudah siswa untuk menguasai materi pelajaran, sehingga akan mendukung pencapaian hasil belajar lebih optimal.

b. Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif

Pengalaman membuktikan bahwa, kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode pembelajaran yang tidak tepat. Banyak metode pembelajaran yang dapat dipakai oleh seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Namun perlu diingat bahwa tidak semua metode pembelajaran bisa dikategorikan sebagai metode yang baik, dan tidak pula dikategorikan metode yang jelek. Hal ini karena, kebaikan suatu metode pembelajaran terletak pada ketepatan memilih atau sesuai dengan tuntutan dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. M. Sobry Sutikno (2009: 89) menyatakan:

Terdapat beberapa ciri dari sebuah metode pembelajaran yang baik, yaitu:

1) Berpadunya metode dari segi tujuan.

2) Memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi.

3) Dapat mengantarkan siswa pada kemampuan praktis.

4) Dapat mengembangkan materi.

5) Memberikan keleluasan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.

6) Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam

keseluruhan proses pembelajaran.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, suatu metode pembelajaran yang baik harus memiliki keenam ciri seperti tersebut di atas. Seorang guru yang menerapkan metode pembelajaran memiliki ciri-ciri seperti tersebut di atas akan memperbesar pencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, seorang guru dalam kegiatan pembelajaran harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang seefektif mungkin, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Lebih lanjut M. Sobry Sutikno (2009: 90) menyatakan”Keefektifan penggunaan metode pembelajaran terjadi apabila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam satuan

(31)

pelajaran sebagai persiapan tertulis. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran”.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Metode Pembelajaran

Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh penerapan metode pembelajaran yang tepat. Tetapi perlu diingat bahwa, setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik. Seperti dikemukakan M. Sobry Sutikno (2009: 90) bahwa:

Pada prinsipnya tidak satu pun metode pembelajaran yang dapat dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi. Karena setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode pembelajaran.

Pendapat tersebut menunjukkan, seorang guru harus cermat dan tepat dalam menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Untuk menerpkan metode pembelajaran, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. M. Sobry Sutikno (2009: 91) menyatakan, beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran antara lain:

1) Tujuan yang hendak dicapai

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kepastian proses pembelajaran berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran. Semakin jelas dan operasional tujuan yang akan dicapai, maka semakin mudah menentukan metode mencapainya, dan sebaliknya.

2) Materi pelajaran

Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajri dan dikuasai oleh siswa.

3) Siswa

Siswa sebagai subyek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa depannya. Perbedaan anak dari aspek psikologis seperti sifat pendiam, super aktif, tertutup, terbuka,

(32)

commit to user

periang, pemurung bahkan ada yang menunjukkan prilaku-prilaku yang sulit untuk dikenal. Semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap penentuan metode pembelajaran. Perbedaan-perbedaan inilah yang wajib dikelola, diorganisir guru, untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Apabila guru tidak memiliki kecermatan dan keterampilan dalam mengelola perbedaan-perbedaan potensi siswa, maka proses pembelajaran sulit mencapai tujuan. Guru harus menyadari bahwa perbedaan potensi bawaan siswa merupakan kekuatan maha hebat untuk mengorganisasi pembelajaran yang ideal. Keragaman merupakan keserasian yang harmonis dan dinamis.

4) Situasi

Ituasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan pembelajaran yang dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi. Pada waktu-waktu tertentu guru perlu melakukan proses pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka.

5) Fasilitas

Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran. Oleh karena itu, ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium untuk praktek, jelas kurang mendukung penggunaan metode demonstrasi atau eksperimen.

6) Guru

Setiap guru memiliki kepribadian, performance sytle, kebiasaan dan

pengalaman membelajarkan yang berbeda-beda. Kompetensi

pembelajaran biasanya dipengaruhi pula oleh latar belakang pendidikan. Guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode yang tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang latar belakangnya pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan metode pembelajaran, namun seringkali mengalami hambatan dalam penerapannya. Jadi, untuk menjadi seorang guru pada intinya harus memiliki jiwa profesional agar dalam menyampaikan materui pelajaran bisa berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran mencakup enam aspek yaitu, tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, siswa, situasi, fasilitas dan guru. Dari keenam aspek ini sangat penting dan harus diperhatikan dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran, karena akan mempengaruhi pencapaian tujuan pembelajaran.

(33)

3. Permainan Bolavoli

Permainan bolavoli merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup banyak penggemarnya dan dari tahun ke tahun dan mengalami perkembangan yang pesat. Permainan bolavoli dimainkan oleh dua regu yang saling berhadapan dan masing-masing regu terdiri enam orang pemain. Permainan bolavoli dilakukan dengan cara bola dipantulkan sebanyak-banyaknya tiga kali. A. Sarumpaet dkk,, (1992: 86) menyatakan, “Prinsip bermain bolavoli adalah memainkan bola dengan memvoli (memukul dengan tangan) dan berusaha menjatuhkannya ke dalam permainan lapangan lawan dengan menyeberangkan bola lewat atas net atau jaring, dan mempertahankannya agar bola tidak jatuh di lapangan sendiri”. Sedangkan tujuan permainan bolavoli menurut peraturan permainan bolavoli edisi (2001-2004: 7) bahwa, “Tujuan dari permainan bolavoli adalah melewatkan bola di atas net agar dapat jatuh menyentuh lantai lapangan lawan dan untuk mencegah usaha yang sama dari lawan. Setiap tim dapat memainkan tiga pantulan untuk mengembalikan bola (di luar perkenaan blok)”. Sedangkan

Permainan bolavoli harus dilakukan dengan dipantulkan dan syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Dari masing-masing tim dapat memantulkan bola sebanyak-banyaknya tiga kali dan setelah itu bola harus diseberangkan melewati net ke daerah permainan lawan. Untuk memantulkan bola dapat menggunakan seluruh tubuh. PBVSI (1995: 32) dijelaskan, “Mulai tahun 1995, peraturan permainan bolavoli yaitu semua bagian badan boleh menyentuh bola”. Hal senada dikemukakan Amung Ma’mun & Toto Subroto (2001:37) bahwa, “Semula bagian tubuh yang sah untuk memainkan bola batasannya dari lutut ke atas. Sekarang seluruh bagian tubuh diperkenankan untuk memainkan bola”.

Berdasarkan peraturan permainan bolavoli, seluruh bagian tubuh dapat digunakan untuk memainkan bola. Hal ini dimaksudkan agar permainan bolavoli lebih menarik. Oleh karen aitu, untuk mencapai keterampilan bermain bolavoli harus menguasai teknik dasar bolavoli.

(34)

commit to user

b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Bolavoli

Menguasai teknik dasar bermain bolavoli merupakan syarat utama agar dapat bermain bolavoli dengan baik. A. Sarumpaet dkk., (1992: 86) menyatakan, “Agar permainan bolavoli berjalan atau berlangsung dengan baik, lancar dan teratur, maka para pemain dituntut harus menguasai unsur-unsur dasar permainan, yaitu teknik dasar bermain bolavoli”.

Teknik dasar bolavoli pada dasarnya merupakan suatu upaya seorang pemain untuk memainkan bola berdasarkan peraturan dalam permainan bolavoli. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 187) menyatakan, “Teknik dasar permainan bolavoli merupakan permainan untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang berhubungan dengan permainan bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992: 68) bahwa, “Teknik dalam permainan bolavoli dapat diartikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil yang optimal”. Sedangkan Dieter Beutelstahl (2005: 9) berpendapat, “Teknik merupakan prosedur yang telah dikembangkan berdasarkan praktek, dan bertujuan mencari penyelesaian suatu problem pergerakan tertentu dengan cara yang paling ekonomis dan berguna”.

Berdasarkan pengertian teknik dasar bolavoli yang dikemukakan tiga ahli tersebut dapat disimpulkan, teknik dasar bolavoli merupakan suatu gerakan yang dilakukan secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bolavoli. Teknik dalam permainan bolavoli merupakan aktivitas jasmani yang menyangkut cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Macam-macam teknik dasar bolavoli menurut A. Sarumpaet dkk. (1992: 87)

yaitu: “(1) passing atas, (2) passing bawah, (3) set-up (4) bermacam-macam

service, (5) bermacam-macam smash (spike), (5) bermacam-macam block

(bendungan)”. Sedangkan Suharno HP. (1991:23) menyatakan, teknik dasar bermain bolavoli dibedakan menjadi dua yaitu:

(35)

1) Teknik tanpa bola terdiri atas :

(1) Sikap siap normal

(2) Pengambilan posisi yang tepat dan benar

(3) Langkah kaki :

- Gerak ke depan

- Gerak menyamping

- Gerak ke belakang

(4) Langkah kaki untuk awalan semes

(5) Langkah kaki untuk awalan blok

(6) Gerakan badan, lengan dan kaki dalam gerak tipu

2) Teknik dengan bola terdiri atas :

(1) Servis (2) Pass bawah (3) Pass atas (4) Umpan/set-up (5) Semes (6) Bendungan/blok (block)

Secara garis besar teknik dasar bermain bolavoli terdiri atas teknik tanpa bola dan teknik dengan bola. Teknik tanpa bola merupakan gerakan-gerakan khusus yang mendukung penguasaan teknik dengan bola. Sedangkan teknik dengan bola merupakan cara-cara memainkan bola dalam permainan bolavoli. Kedua teknik tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan bermain bolavoli. Keterkaitan antara teknik tanpa bola dan teknik dengan bola didasarkan pada kebutuhan dalam permainan.

c. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bermain Bolavoli

Menguasai teknik dasar bermain bolavoli mempunyai peran penting terhadap pencapaian prestasi bolavoli. Menurut Soedarwo dkk., (2000: 6) bahwa, “Penguasaan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu unsur yang ikut menentukan menang atau kalahnya suatu regu di dalam suatu pertandingan di samping unsur-unsur kondisi fisik, taktik dan mental”. Menurut A. Sarumpaet dkk. (1992: 87) bahwa, “Penguasaan teknik dasar bolavoli merupakan salah satu unsur yang menentukan menang atau kalahnya suatu regu dalam pertandingan. Oleh karena itu, teknik dasar tersebut harus benar-benar dikuasai terlebih dahulu, agar dapat mengembangkan mutu permainan, lancar dan teratur”.

(36)

commit to user

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, penguasaan teknik dasar bolavoli mempunyai peran penting baik secara individual maupun secara kolektif dalam bermain bolavoli di samping faktor fisik, taktik dan mental. Dengan menguasai teknik dasar bolavoli akan mendukung penampilan seorang pemain lebih baik, dan secara kolektif dapat mempengaruhi menang atau kalahnya sutau tim dalam pertandingan. Pentingnya penguasaan teknik dasar permainan bolavoli menurut Suharno HP. (1991: 22) mengingat hal-hal sebagai berikut:

1) Hukuman kesalahan teknik.terhadap pelanggaran permainan yang

hubungannya dengan kesalahan dalam melakukan teknik.

2) Karena terpisahnya tempat antara regu ke satu dengan regu yang lain,

sehingga tidak terjadi adanya sentuhan badan dari permainan lawan, maka pengawasan wasit terhadap kesalahan teknik ini lebih seksama.

3) Banyaknya unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya

kesalahan-kesalahan teknik ini antara lain membawa bola, mengangkat bola, serta pukulan rangkap.

4) Permainan bolavoli adalah permainan yang cepat, artinya waktu untuk

memainkan bola sangat terbatas, sehingga penguasaan teknik yang tidak sempurna akan memungkinkan timbulnya kesalahan teknik yang lebih besar.

5) Penguasaan taktik-taktik yang tinggi hanya memungkinkan kalau

penguasaan teknik dasar dan tinggi dalam bolavoli cukup sempurna. Penguasaan teknik dasar bolavoli dengan baik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi bolavoli baik secara individu maupun secara tim. Hal ini karena kemampuan yang dimiliki individu akan memberikan sumbangan untuk kemenangan tim, karena bolavoli permainan tim. Tanpa ada kerjasama tim, maka akan sulit mencapai prestasi yang tinggi.

4. Servis Bolavoli

a. Servis Atas Bolavoli

Servis atas merupakan bentuk gerakan memukul bola menggunakan lengan yang pelaksanaannya bola dipukul di atas kepala. Servis atas merupakan bentuk pukulan yang memiliki efektivitas tinggi untuk melakukan serangan, dibandingkan dengan servis bawah. Seperti dikemukakan Agus Mukholid (2004:

(37)

35) bahwa, “Kelemahan servis tangan bawah adalah mudah diterima dan lintasannya melambung tinggi sehingga mudah diantisipasi lawan”.

Servis dapat dikategorikan sebagai serangan karena pukulan servis atas memiliki tenaga ayun lebih besar dan kecepatan gerakan lengan pemukul juga lebih besar. Selain itu juga, lintasan bola lebih pendek sehingga bola sulit untuk diprediksi lawan. Servis sebagai serangan, maka server dalam melakukan servis dapat melakukan berbagai macam jenis servis yang dianggap paling efektif dan sulit untuk mematikan lawan. Barbara L.V. & Bonnie J.F. (1996: 28) menyatakan

“Servis canggih yang populer adalah servis topspin, servis mengambang

melingkar (roundhouse floater), dan servis meloncat (jump serve)”. Berkaitan dengan jenis servis atas, Suharno HP. (1985: 25-26) membedakan servis atas

menjadi tiga yaitu: “(1) Tenis servis, (2) Servis floating/mengapung, (3) Servis

cekis”.

Dari beberapa macam jenis servis atas tersebut, seorang pemain harus menguasainya. Kemampuan seorang pemain bolavoli menguasai berbagai macam jenis servis dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam suatu pertandingan, sehingga akan mendukung pencapaian kemenangan timnya. Untuk dapat melakukan servis atas dengan baik, maka harus menguasai teknik servis atas yang benar. Semakin baik dalam menguasai tenik servis atas mempunyai peluang yang besar untuk mendapatkan point melalui servis.

b. Pentingnya Servis dalam Permainan Bolavoli

Servis merupakan sentuhan pertama untuk memulai permainan bolavoli dan pemain yang melakukan servis memiliki kontrol yang bebas terhadap bola. Seorang pemain yang melakukan servis bebas berusaha melakukan pukulan sesuai kehendaknya agar bola sulit diterima lawan.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan permainan bolavoli, fungsi servis juga mengalami perubahan yaitu, tidak hanya sebagai tanda dimulainya permainan tetapi sebagai serangan pertama bagi regu yang melakukan servis. Berkaitan dengan hal tersebut, M. Yunus (1992: 109) menyatakan, “Sesuai dengan kemajuan permainan, teknik servis saat ini tidak hanya sebagai

(38)

commit to user

pembukaan permainan, tetapi jika ditinjau dari segi taktik sudah merupakan suatu serangan awal”. Hal senada dikemukakan Amung Ma’mum & Toto Subroto (2001:61) bahwa, “Servis adalah awal terjadinya suatu permainan bolavoli. Akan tetapi dalam perkembangannya servis menjadi salah satu serangan pertama yang sangat penting”. Sedangkan Deiter Beutelstahl (2005: 9) menyatakan, “Servis yang baik mempengaruhi seluruh jalannya pertandingan”.

Berdasarkan pengertian servis yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, servis merupakan serangan pertama bagi regu yang

melakukan servis untuk mendapatkan angka. Angka atau point dapat dihasilkan

melalui servis yang baik dan sulit, sehingga akan dapat mempengaruhi seluruh jalannya permainan, bahkan dapat menentukan menang atau kalahnya suatu tim. Oleh karena itu, dalam melakukan servis harus dibuat sesulit mungkin agar lawan sulit mengembalikan atau bahkan langsung mati. Menurut Soedarwo dkk. (2000: 38) bahwa cara mempersulit bola servis pada dasarnya berkaitan dengan:

1) Kecepatan, kurve dan belak-belok jalannya bola. Untuk menghasilkan

bola bervariasi ditentukan oleh:

(a) Keras atau pelannya pukulan.

(b) Tinggi atau rendahnya bola hasil pukulan.

(c) Membuat bola berputar (spin) atau membuat bola tidak berputar dan

melayang (floater).

2) Penempatan bola diarahkan pada titik-titik kelemahan lawan, misalnya:

(a) Ke arah pemain yang lemah.

(b)Di belakang pengumpan atau tempat di mana pengumpan sedang

bergerak.

(c) Ke arah pemain pengganti yang masuk.

(d)Ke tempat yang kosong atau tempat diantara pemain.

(e) Di bagian garis belakang bila posisi penerima servis terlalu ke depan.

(f) Ke daerah dekat net apabila posisi penerima servis lawan terlalu ke

belakang.

(g) Ke daerah samping apabila posisi penerimaan servis lawan terlalu

ketengah.

Cara-cara mempersulit pukulan servis tersebut harus diperhatikan dengan baik dan benar agar diperoleh kualitas servis yang baik. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam melakukan servis adalah menghindari pukulan servis yang salah (tidak masuk). Barbara L.V. & Bonnie J.F. (1996: 27) menyatakan, “Prioritas utama dalam servis adalah konsistensi dalam menyeberangkan bola

(39)

100% setiap kali bermain”. Hal ini berarti, melewatkan atau menyeberangkan bola di atas net dan masuk daerah lawan adalah hal terpenting keberhasilan servis. Berdasarkan peraturan penilian permainan bolavoli yaitu (relly point) kesalahan servis adalah keberuntungan bagi pihak lawan. Oleh karena itu, hendaknya dalam melakukan servis harus berhati-hati.

c. Teknik Servis Atas Bolavoli

Keberhasilan dalam melakukan servis atas harus didukung penguasaan teknik servis yang baik dan benar. Menurut Soedarwo dkk., (2000: 20-21) teknik servis atas meliputi "(1) sikap permulaan, (2) sikap saat perkenaan dan, (3) sikap akhir". Teknik-teknik servis atas harus dilakukan dengan baik dan benar, agar dapat memperoleh hasil servis yang baik. Adapun pelaksanaan teknik servis atas sebagai berikut:

1) Sikap permulaan:

Ambil sikap berdiri dengan kaki kiri berada lebih ke depan daripada kaki kanan dan kedua lutut ditekuk. Tangan kiri dan tangan kanan bersama-sama memegang bola. Tangan kiri menyangga bola sedang tangan kanan memegang bagian atas bola. Bola dilambungkan dengan tangan kiri ke atas sampai ketinggian kurang lebih setengah meter di atas kepala. Tangan kanan segera ditarik ke belakang atas kepala, dengan telapak kanan menghadap ke depan.

2) Sikap saat perkenaan:

Setelah tangan kanan berada di atas belakang kepala dan bola berada sejangkauan tangan maka segera bola dipukul dengan cara memukul seperti pada smash. Sewaktu akan melakukan servis perhatian harus selalu terpusat pada bola. Lecutan tangan dan lengan sangat diperlukan dalam servis atas, bila perlu dibantu gerakan togok ke arah depan sehingga bola akan memutar lebih banyak. Pada waktu lengan dilecutkan siku jangan samapi ikut tertarik ke bawah.

3) Sikap akhir:

Setelah memukul bola maka diikuti langkah kaki kanan ke depan dan terus masuk ke lapangan permainan serta mengabil sikap siap normal.

Berikut ini disajikan ilustrasi rangkaian gerakan servis atas sebagai berikut:

(40)

commit to user

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Servis Atas

(Amung Ma’mum & Toto Soebroto, 2001: 63)

5. Pembelajaran Servis Atas Bolavoli dengan Metode Bagian

a. Metode Bagian

Metode bagian merupakan bentuk pembelajaran keterampilan yang dilakukan secara bagian per bagian dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam bentuk gerakan yang lebih mudah dan sederhana. Dalam hal ini Sugiyanto (1996: 67) menyatakan, “Metode bagian merupakan cara pendekatan dimana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktekkan sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian gerakan, dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktekkannya secara keseluruhan”. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.56) bahwa, “Metode bagian adalah satu cara pengorganisasian bahan pelajaran dengan menitik beratkan pada penyajian elemen-elemen dari bahan pelajaran”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, metode bagian merupakan cara mengajar suatu keterampilan olahraga yang dalam pelaksanaannya dilakukan bagian per bagian dan setelah bagian-bagian tersebut dikuasai kemudian dilakukan secara keseluruhan.

Metode bagian pada umumnya diterapkan untuk mempelajari jenis keterampilan yang cukup sulit atau kompleks. Harsono (1988: 142) menyatakan,

“Pada umumnya guru mengajarkan suatu teknik dengan part method, hal ini

disebabkan karena: (1) siswa belum banyak tahu mengenai cara melaksanakan teknik atau keterampilan, (2) agar siswa melakukan teknik sesuai dengan

Gambar

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Servis Atas……………………………..  Gambar 2. Grafik Nilai  Rata-Rata Hasil Belajar Servis  Atas  Bolavoli                    Berdasarkan   Tiap    Kelompok   Perlakuan   dan    Tingkat                    Koordinasi Mata-Tangan……………………………
Tabel  2. Ringkasan  Angka - Angka  Statistik  Deskriptif  Data Hasil                 Belajar   Servis   Atas   Bolavoli     Menurut    Kelompok
Gambar 1. Rangkaian Gerakan Servis Atas
Tabel  2.  Ringkasan  Angka-Angka  Statistik  Deskriptif  Data  Hasil  Belajar  Servis  Atas Bolavoli Menurut Kelompok Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah inovasi laporan praktikum dengan media poster dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran sains. Selain

Pada abad berikut kemelut politik yang melanda dunia Islam, termasuk kejatuhan banyak wilayah dunia Islam ke tangan penjajah asing (Barat), mengakibatkan mandeknya

pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti

Sedangkan perubahan kemampuan keluarga pada pasien yang mendapatkan paket terapi 4 adalah pada saat pengkajian, semua keluarga pasien hanya mempunyai 4 kemampuan dari

Hal ini dapat terlihat dari adanya peningkatan kualitas dan kuantitas, baik selama proses pembelajaran, aktivitas siswa maupun dalam hasil belajarnya.Berikut ini

Tabel 4.2 di atas menunjukan bahwa jumlah responden penelitian yang mengonsumsi rokok lebih dari 4 tahun sebanyak 45 orang dengan persentase 57.70%, sedangkan untuk jumlah rokok

Namun dari sisi pengguna, DRM menjadi sebuah kontroversi karena tiga hal yaitu : tradisi dan budaya web yang identik dengan kebebasan dalam mengakses semua informasi,

Dalam hal ini untuk menjadi seseorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Ini penting karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh