• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL

SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG

TAHUN 2006

SKRIPSI

Perpustakaan * STAIN Salatiga

iiig iiiiiw iiiv i

07TD1011143.01

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

K I S W A D I

11102061

JURUSAN TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

Jl. Stadion No. 03 Salatiga, Telp. (0298) 323706, 323433, Kode Pos 50721

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 3 (tiga) Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Sdr. Kiswadi

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatigp Di Salatiga

Assalam u 'alaikum Wr. Wb.

Setalah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami

kirimkan naskah skripsi milik saudara:

LOKAL DI SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN

2006.

Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan.

Demikian atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

Nama

NIM :11102061

: Kiswadi

Jurusan/ Program

Judul

: Tarbiyah/ PAI

: PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN

\

(3)

DEPARTEMEN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALAT FG A

Jl. Stadion 03 Phone: 0298 323706 Salatga 50721

W ebsite: w w w stainsalatiaa.ac.id E-mail: adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Saudara: KISWADI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11102061 yang

berjudul: “ PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL DI

SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006”. Telah

dimunaqosahkan dalam sidang Panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Senin, 1 Oktober 2007 M yang

bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1478 H dan telah diterima sebagai

bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar saijana dalam Ilmu Tarbiyah.

Panitia Ujian

Salatiga, 03 Oktober 2007

(4)

"Ilmu yang ahan seCaCu menjaga Rita dan apa6ila

diamalkan a%an 6ermanfaat dan semakin 6ertam6aH,

sedang ({an harta, hjtayang ahgn seCafu menjaganya"

(5)

<Persm6ahan

Skripsiyang sederhana m i penuBs persembahkan kspndd:

> (Ba-pak^ dan i6u yang tercinta serta keluargaku yang teCaf mendo 'akgn dan memeberikgn perhatian baik^ moriC maupun m ateriif dalam pem6uatan skripsi ini, dengan teriring do’a,

> (Bapak, ‘Kyai Ichsanudin JfC Najj. 6eserta kgCuarga dan Ib u N yai Namafah Isom beserta l&Cuarga yang senantiasa kita tunggu-tunggu Fatwa-Fatwanya,

> Senior-seniorkii ( M as KjiusnuC, M as Sry, M as Sururi, MbakjOp&k],

> Feman-temanky. sepejuangan { Naim, Pgikhan, FakjW o, Fais, a n d a ft in class (B ),

^ Sahabat - sahabatku di music COFLAX (BJ4ND (Arsyad J ? / (Baihaqi, Cipto M L a tie fi, C hum ej(j4tAsy'Ary dan semua yang telah menemaniku bermain music j

> <BoCo-boCo /Sa'diyah, A n i % fiolifaf, Akmunawaroh, M untatikgh, Im r o tu f Mudrikgh, FatihatuC A ziza h , FjsaCatuC M u'awanah, <Dhe' N ynynk, Farwata, Suyana, Farjana, Juara-y, F>he’ Lies, Sina, N ila, Zumaida, M bah Shodtq, semua temenkji d i FondokJLk- N as an,

(6)

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Yang Maha Perkasa dengan segala pujian

yang mampu memenuhi nikmat-nikmatNya dan mencukupi tambahanNya, dan shalavvat

beserta salam selalu terlimpah kepada uswah nabi besar Muhammad SAW. Sang Rosul

yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat, dan pengikut yang

setia. Berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang, skripsi ini dapat

penulis selesaikan.

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengakhiri program studi tingkat

sarjana (S I) pada jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, maka penulic mengajukan skripsi

yang berjudul:

* PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL DI SDI

HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006 ”

Secara keseluruhan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk

Bapak pembimbing serta Bapak;' Ibu dosen lainnya, oleh karena itu penulis sampaikan

banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, MAg, selaku Ketua STAIN Salatiga,

2. Bapak Fatchur Rahman, MAg, selaku Ketua Progdi PAI,

3. Bapak Drs. Miftahuddin, MAg, selaku pembimbing skripsi,

4. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staf STAIN Salatiga,

5. Bapak Teguh selaku Kepala SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang,

6. Bapak/' Ibu guru serta karyawan SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang,

7. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang sudi berdiskusi dan

(7)

Dengan harapan, semoga kebaikan Bapak/ Ibu serta handai taulau dibalas oleh

Allah. JAZAKUMULLAH KHAIRAN JAZA KATSIRA.

Dalam kesempatan ini apabila dalam tulisan ini ada kesalahan dan kekeliruan,

penulis mengharap kepada semua pembaca yang budiman untuk dibenarkan supaya lebih

baik, dan akhirnya semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat baik di dunia

maupun di akherai.

Salatiga, 2 Oktober 200 7

Penulis

(8)

HALAMAN JU D U L ... i

NOTA PEM B IM B IN G ... ii

HALAMAN PEN GESA H A N ... iii

HALAMAN M O T T O ... iv

HALAMAN PERSEM BA H A N ... v

KATA PEN GA N TAR... vi

DAFTAR IS I... vii

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1

B. Penegasan istilah... 5

C. Rumusan masalah... 6

D. Tujuan dan manfaat penelitian... 6

E. Metode-metode penelitian... 7

F. Sistem penulisan skripsi... 14

BAB. II PENGEM BANGAN KURIK ULU M PAI MUATAN LO K A L A. Pengembangan kurikulum... 17

1. Pengertian kurikulum... 17

2. Fungsi kurikulum... 18

3. Pengertian pengembangan kurikulum... 19

4. Asas-asas pengembangan kurikulum... 20

(9)

7 Pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga... 29

B. PA I... 1... 31

1. Pengertian PAI... 2. Dasar PA I... 32

3. Tujuan dan ruang lingkup PAI... 32

4. Metode-metode pembelajaran PAI... 33

C. Pedoman pengembangan kurikulum muatan lokal... 42

1. Pengertian kurikulum muatan lokal... 42

2. Tujuan muatan lokal... 42

3. Bahan pengajaran muatan lokal... 44

4. Strategi pelaksanaan... 45

5. Penilaian muatan lokal... 47

D. Standar keberhasilan PAI... 50

BAB. III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi umum SDI Hidayatullah... 52

1. Sejarah perkembangan SDI Hidayatullah... 52

2. Visi dan m isi... 53

3. Keadaan guru dan karyawan... 55

4. Keadaan siswa... 57

5. Keadaan sarana dan prasarana... 57

6. Struktur organisasi... 61

7. Letak geografis... 63

(10)

2. Pelaksanaan... 77

3. Penilaian... 80

BAB. IV ANALISIS TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI

MUATAN LOKAL DI SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK

SEMARANG TAHUN 2006

A. Analisis tentang pengembangan kurikulum PAI muatan lokal di SDI

Hidayatullah Banyumanik Semarang...

1. Perencanaan...

2. Pelaksanaan...

3. Penilaian... ...

B. Faktor pendukung dan penghambat serta solusinya dalam pengembangan

Kurikulum PAI muatan lokal...

C. Peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam upaya peningkatan mutu PAI

(11)

BABI

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam pembangunan

nasional. Pendidikan akan melahirkan dan membentuk sumber daya manusia

sebagai faktor pembangunan di negara ini. Oleh karena itu mutu pendidikan

menjadi sangat penting untuk menghadapi era globalisasi dan pasar bebas

dewasa ini yang semakin kompleks dan penuh tantangan.

Tingkat pendidikan yang baik dan bermutu, sangat penting untuk

membangun masyarakat yang sejahtera, cerdas dan dapai hidup dalam

knowledge society seperti yang dicita - citakan dalam UUD 45.1 Peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap

sekolah, fleksib ilita s pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem in sen tif dan

d isin sen tif2

Sekolah yang dikelola secara terbuka dan transparan serta selalu

mendapat kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah akan dapat

meningkatkan kinerja para personal sekolah untuk memperbaiki mutu

pendidikan.

1 H.A.R.Tilaar, Beberapa A genda R eform asi P endidikan N asional D alam P ersp ektif A b a d 2 f Tera Indonesia, Magelang, 1999, Cet.2, him. 4

2 E Mulyasa, M anagem en B erbasis K onsep Strategi Im plem entasi, Rosdaka’-ya, Bandung, 2002, him. 25

(12)

Ada dua faktor yang mempengauhi situasi pendidikan adalah anak

didik dan pendidik. Berlangsungnya situasi pendidikan tidak mungkin tanpa

kedua faktor itu. Di sekolah kedua faktor itu disebut siswa dan guru. Tanpa

kedua faktor tersebut tidak mungkin diselenggarakan sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal. Program sekolah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk

situasi pendidikan, termasuk juga disebut proses belajar mengajar hanya akan

berlangsung secara berdaya dan berhasil guna bilamana dalam pengelolaan

kedua faktor itu dilakukan secara baik.3

Menurut Zamroni sekolah yang mandiri bercirikan memusatkan

student learning, diorganisir untuk mendorong peningkatan prestasi secara maksimal, manajemen sekolah secara terbuka, transparan dan accountable

serta mengundang partisipasi orang tua secara utuh (am ini society), memiliki nafas kekeluargaan, memperlakukan dan menghargai guru sebagai tenaga

profesional. Sedangkan pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara

untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yan terbuka,

demokrat, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung

dalam proses pengambilan keputusan yang akan berkontribusi terhadap

pencapaian tujuan sekolah .4

Untuk mengukur mutu pendidikan, sedikitnya terdapat dua standar

utama yang bisa di gunakan, yaitu :

3 Hadari Nawawi, et al, A dm inistrasi Sekolah, Galia Indonesia, 1989, him. 20.

(13)

3

1. Standar hasil dan pelayanan

2. Standar pelanggan.3

Standar hasil pendidikan mencakup spesifikasi pengetahuan

ketrampilan dan sikap yang di peroleh anak didik hasil pendidikan itu dapat

dimanfaatkan di masyarakat atau dunia kerja (tingkat kesalahan yang sangat

kecil, bekerja benar dari awal dan benar untuk pekerjaan berikutnya).

Sedangkan standar pelanggan mencakup terpenuhinya kepuasan, harapan dan

pencerahan hidup bagi customer itu.

Keberhasilan proses pendidikan sangat di pengaruhi bagaimana

penerapan kurikulum muatan lokalnya. Karena siswa juga dituntut dapat

menambah, memperluas penegetahuan dan keahlian tentang pendidikan

agama Islam lebih mendalam bukan hanya sebatas dari bidang studi yang ada

dalam kurikulum nasional, sehingga peserta didik dapat mengerti, menghayati

dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

^ Lembaga pendidikan Islam mempunyai tujuan yang sangat mulia

yaitu, melahirkan dan membentuk muslim yang kaffah, yakni membentuk manusia yang cerdas, terampil, berwawasan luas, beriman, bertaqwa dan

berakhlakul karimah. Untuk merealisasikan tujuan di atas, maka perlu

penerapan pengembangan kurikulum yang baik atau pengelolaan lembaga

pendidikan secara profesional dan porposional. 5

(14)

Indonesia terdiri lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni berbagai suku

bangsa yang mempunyai macam adat-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama,

kepercayaan, dan sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat di

laut, darat, flora fauna, dan berbagai hasil tambang yang kesemuanya

merupakan SDA. Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai

kebudayaan daerah yang luhur beradab yang merupakan nilai jati diri yang

menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan,

baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa pertanian,

peternakan, perikanan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi

kesesuaian, keselarasan, dan keseimbangan yang dinamis.

Kurikulum kecuali mengacu pada karateristik peserta didik,

perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga mengacu pada

kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan atas dasar acuan keadaan

masyarakat tersebut disebut ’’kurikulum muatan lokal”.

Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis tertarik mengkaji:

’’PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL DI SDI

HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006”.

Karena kurikulum yang diterapkan di SD ini dinilai masyarakat berhasil

sehingga sedikit meringankan beban orang tua dalam pendidikan agama, dan

fasilitas yang lengkap dan lingkungan yang kondusif di SDI Hidayatullah bisa

meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar. Mudah - mudahan

bermanfaat khususnya bagi penulis, lembaga yang diteliti dan umumnya para

(15)

5

B. PENEGASAN ISTILAH

Untuk menghindari dari kesalahfahaman dan penafsiran perlu

dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas :

1. Pengembangan Kurikulum

Yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu

kurikulum baru. Dalam kegiatan tersebut meliputi penyusunan-

penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan.6

2. PAI

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan

siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan

agama Islam melalui kegiatan bimbingan , pengajaran, dan/ atau latihan

dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk

mewujudkan persatuan nasional.7

3. Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum muatan lokal berarti program pendidikan yang isi dan

media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan

budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah

itu.8

6 W inam o Surahmat, Pem binaan Dan Pengem bangan K urikulum, Depdikbud, 1997, him. 15.

7 M uhaimin, et.a l., Paradigm a P endidikan Islam , Upaya M engefektifkan Pendidikan agam a Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.

8 Dakir, P erencanaan Dan Pengem bangan K urikulum , Rineka Cipta, Jakarta, 2004, him.

(16)

C. RUMUSAN MASALAH

Dari beberapa latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

mengkaji hal - hal, sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan pengembangan kurikulum PAI muatan lokal di SDI

Hidayatullah Banyumanik Semarang?

2. Apa problematika yang di hadapi SDI Hidayatullah dalam pengembangan

kurikulum PAI muatan lokal, dan apa solusi yang ditempuh untuk

mengatasi permasalahan tersebut ?

3. Bagaimana peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam meningkatkan

mutu pendidikan agama Islam?

D. TUJUAN DAN MANFAAT

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui lebih jauh, pengembangan kurikulum, khususnya kurikulum

muatan lokal PAI yang diterapkan SDI Hidayatullah Banyumanik

Semarang.

2. Mengetahui problematika dalam pengembangan kurikulum PAI muatan

lokal di SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang.

3. Mengetahui peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam meningkatkan

(17)

7

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan stimulus dan motivasi lembaga terkait, dalam hal ini adalah

SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang, agar lebih baik untuk

menghasilkan out put dan out come yang lebih baik.

2. Sebagai solusi problematika - problematika dalam penerapan

pengembangan kurikulum di SDI Hidayatullah Semarang.

E. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian: kualitatif, yang diartikan

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata -

kata atau lisan dai i orang - orang dan perilaku yang diamati.9

Karakteristik Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya

dengan penelitian jenis lainnya, antara lain;

a. Latar Alamiah

Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar belakang

alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity) yang

didasarkan pada asumsi;

1) Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat,

karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat

pada keutuhan pada konteks untuk keperluan pekahaman.

(18)

2) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah

suatu penemuan mempunyai arti bagi lainnya, yang berarti

bahwa suatu fenomena hams diteliti dalam keseluruhan

pengaruh lapangan.

3) Sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif

terhadap apa yang akan dicari.

b. Manusia sebagai Alat (instrumen)

Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat

pengumpul data paling utama.

c. Metode Kualitatif

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode menyajikan

secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden;

dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan

diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap

pola-pola nilai yang dihadapi.

d. Analisis Data Secara Induktif

Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama,

proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan

ganda sebagai yang terdapat dalam data; kedua, analisis induktif

lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi

(19)

9

lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat

keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada

suatu latar lainnya; keempat, analisis induktif lebih dapat

menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubu

ngan; dan yang terakhir, analisis demikian dapat memperhitungkan

nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktuk analitik.

e. Teori dari Dasar (grounded theory)

Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan

penyusunan teori substansi yang berasal dari data. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak teori a priori yang

dapat menyangkupi kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin

akan dihadapi; kedua, penelitian mempercayai apa yang dilihat

sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral; dan

ketiga, teori dari-dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai

kontekstual.

f. Deskriptif

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode

kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan

menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.

g. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil

Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi ’’proses”

(20)

yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila di amati dalam

proses.

h. Adanya ’’Batas” yang Ditentukan oleh ’’Fokus”

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam

penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam

penelitian.

i. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data

Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, reliabilitas, dan

objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan lazim digunakan

dalam penelitian klasik.

j. Desain yang Bersifat Sementara

Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus

disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Jadi, tidak menggunakan

desain yang telah disusun secara tetap dan kaku sehingga tidak

dapat diubah lagi.

k. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama

Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil

interprestasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh

manusia yang dijadikan sebagai sumber data.10

3. Sumber dan Jenis Data

Menurut lofland ( 1984:47) sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data * 8

10 Lexy J Moleong, M etodologi Penelitian K ualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, him.

(21)

11

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu

pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan

tindakan,sumber data tertulis, foto dan statistik.

1. Kata-kata dan Tindakan

Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama

dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman vidio atau

audio tapes, pengambilan foto atau film.

2. Sumber Tertulis

Walupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan

merupakan sumber ke dua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat

dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber

tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber

dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.

3. Foto

Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk

keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai

keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga

dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan

(22)

4. Data Statistik

Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang

telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya."

4. Teknik pengumpulan data

a. Interview / wawancara

Metode interview adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain

dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu.* 12 Dalam hal ini peneliti mengadakan tanya jawab dengan

kepala sekolah, guru wakil kepala bidang kurikulum (WKS kurikulum)

dan guru lain yang terlibat dalam pembelajaran.

b. Studi dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan

dalam penelitian dengan mencari data melalui peninggalan tertulis,

seperti arsip dan termasuk juga buku - buku tentang pendapat teori dan

lain - lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.13 Dokumen

yang dapat dikaji di SDI Hidayatullah diantaranya: profil sekolah,

keadaan guru, siswa, karyawan, deskripsi program kurikuler,

penyelenggaraan kurikulum, dan lain-lain.

u Ibii, him. 112-116.

12 Dedy Mulvana, Metodologi Penelitian K ualitatif Paradigma Haru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Social, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, him. 180.

(23)

13

c. Observasi

Metode penelitian ini merupakan metode pengumpulan data

yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara

sistematik fenomena -fenomena yang di selidiki.11

Metode ini dilakukan untuk mendapat data tentang Keadaan

SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang, yaitu kegiatan - kegiatan

yang dilakukan para siswa, baik intrakurikuler, kokurikuler maupun

ekstrakurikuler dan semua kegiatan yang ada di lembaga tersebut.

4. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan

yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak

sekali, kira-kira segudang. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah,

maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan

usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-

pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

Langkah selanjutnya adalah menyusunnya da.'am satuan-satuan.

Satuan-satuan itu kemudian dikategorikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat hiding Tahap akhir 14

(24)

dari analisis data ini adalah m engadakan pem eriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substansi dengan

menggunakan beberapa metode tertentu.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis

menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

A. Latar belakang

B. Penegasan istilah

C. Rumusan masalah

D. Tujuan dan manfaat penelitian

E. Metode-metode penelitian

F. Sistem penulisan skripsi.

BAB II : Landasan Teori

A. Pengembangan Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

2. Fungsi Kurikulum

3. Pengertian Pengembangan Kurikulum

4. Asaa-asas Pengembangan Kurikulum

5. Komponen-Komponen kurikulum

6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

(25)

B. PAI

15

1. Pengertian PAI

2. Dasar PAI

3. Tujuan dan Ruang lingkup PAI

4. Metode-metode pembelajaran PAI

C. Pedoman pengembangan kuikulum muatan lokal

1. Pengertian kurikulum muatan lokal

2. Tujuan muatan lokal

3. Bahan pengajaran muatan lokal

4. Strategi pelaksanaan

5. Penilaian muatan lokal

BAB III : Kajian Obyek Penelitian.

A. Kondisi umum SDI Hidayatullah Semarang

Terdiri dari :

1. Sejarah perkembangan SDI Hidayatullah

2. Visi, misi dan tujuan SDI Hidayatullah Semarang.

3. Keadaan guru, dan karyawan,

4. Keadaan siswa

5. Sarana dan prasarana,

6. Struktur organisasi,

(26)

B. Pengembangan Kurikulum PAI di SDI Hidayatullah.

M eliputi:

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Penilaian

Bab IV : Analisis Hasil Penelitian

A. Analisis Pengembangan Kurikulum PAI Muatan Lokal di SDI

Hidayatullah.

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Penilaian

B. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan

kurikulum PAI muatan lokal SDI Hidayatullah.

C. Peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam upaya peningkatan

mutu pendidikan agama Islam SDI Hidayatullah.

BAB V : Penutup

A. Kesimpulan

B. S ara n -S ara n

C. Penutup

DAFTAR PUSTAKA

(27)

17

BAB II

PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL

A. Pengembangan Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum

yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut

berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari.10

Selanjutnya dilihat dari segi perkembangan ilmu pengetahuan dan

kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana disebutkan

di atas kemudian dipandang sudah ketinggalan zaman. Saylor dan

Alexander sebagaimana dikutip S. Nasution, misalnya mengatakan bahwa

kurikulum bukan hanya saja memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi

termasuk juga di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan X

yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan dilingkungan sekolah

maupun di luar sekolah.16 17

Di samping itu, kurikulum dalam pengertian ini, masih secara tegas

memisahkan kegiatan intrakurikuler, korikuler, dan ekstrakurikuler.

Maksud kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan proses belajar-mengajar

yang dilakukan pada jam-jam pelajaran teijadwal, yang waktunya telah

ditentukan dalam struktur program kurikulum. Kegiatan korikuler adalah

kegiatan yang dilakukan di luar jam terjadwal, yang bertujuan agar siswa

mendalami dan menghayati bahan yang dipelajari dalam kegiatan

16 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Citra Adirya Bakti, Bandung, 1991, cet. Ke-4, him. 9.

(28)

intrakurikuler. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan kegiatan

yang dilakukan di luar jam terjadwal serta dilaksanakan pada waktu

tertentu, untuk mengembangkan wawasan pengetahuan siswa. Misalnya,

karya wisata, koperasi, OSIS, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut

mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan kepribadian siswa.IS

Jadi kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan

berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,

direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma

yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi

tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan.* 19

2. Fungsi Kurikulum

Sehubungan dengan pengertian dasar kurikulum, maka fungsi

kurikulum difokuskan pada tiga aspek berikut:

1. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan, yaitu sebagai alat

untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan

sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.

2. Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai

pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga keija.

3. Fungsi bagi konsumen, yaitu sebagai keikutseriaan dalam

memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang

membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.

1S Drs. A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, Bina Ilmu, Surabaya, 1996, him. 5. 19 Prof. Drs. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, 2004,

(29)

19

3. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Banyak istilah yang sering digunakan untuk menyatakan

perubahan suatu kurikulum, Misalnya, pembinaan kurikulum dan

pengembangan kurikulum.

Pembinaan kurikulum (curriculum im provem ent curriculum

building) adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada, guna

memperoleh hasil yang lebih maksimal. Pelaksanaan kurikulum itu sendiri

diwujudkan dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip

dan tuntunan kurikulum yang telah dikembangkan sebelumnya bagi

20

jenjang pendidikan atau sekolah tertentu/

Dengan demikian, pembinaan kurikulum disekolah dilakukan,

setelah melalui tahap kegiatan pengambangan kurikulum, atau setelah

terbentuknya kurikulum baru. Kegiatan pembinaan kurikulum didasarkan

atas kurikulum yang telah diterapkan di sekolah yang bersangkutan.

Dalam penerapannya, pembinaan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala

sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, melalui upaya

mentransformasikan program pendidikan kepada anak didik atau melalui

kegiatan pengajaran (belajar mengajar). Kegiatan pembinaan dapat

diusahakan melalui, misalnya, melaksanakan kurikulum sebaik-baiknya,

melengkapi alat-alat yang tersedia baik kuantitatif maupun kualitatif,

meningkatkan ketrampilan guru dan murid dalam proses belajar mengajar, 20

20 Oemar Hamalik, A dm inistrasi dan Supervisi Pendidikan, M andar Maju, Bandung, him.

(30)

melengkapi ruang praktikum untuk pelajaran tertentu dan kegiatan-

kegiatan sejenis.21 22

Pengembangan kurikulum {curriculum development/ curriculum

planning/ curriculum design) sebagai tahap dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu kurikulum baru. Dalam

kegiatan tersebut meliputi penyusunan-penyusunan, pelaksanaan,

penilaian, dan penyempurnaan.

4. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum

Kurikulum sebagai rencana pendidikan mempunyai kedudukan

yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Mengingat

pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan perkembangan

kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum memerlukan landasan-

landasan kuat dan kokoh yang didasarkan atas hasil pemikiran dan

penelitian yang mendalam. Suatu landasan kurikulum dapat dijadikan titik

tolak, artinya pengembangan kurikulum dapat disebabkan oleh suatu

pembaruan tertentu. Misalnya, penemuan teori belajar baru dan perubahan

tuntunan masyarakat terhadap fungsi sekolah. Di samping itu, landasan

kurikulum dapat dipandang sebagai titik akhir, artinya pengembangan

kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat

mewujudkan perkembangan tertentu, seperti; kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, tuntunan sejarah masa lampau, perbedaan latar belakang

21 Drs. A. Hamid Syarief, Op. C it., him. 33.

(31)

21

siswa, nilai-nilai filsafat suatu masyarakat, dan tuntunan-tununan

kebudayaan tchentu.

Dalam uraian berikut akin dibahas landasan-landasan (asas-asas)

pengembangan kurikulum yang berhubungan dengan; landasan filosofis,

sosiologi (sosial budaya), psikologi, dan organisatoris,

a. Landasan Filosofis

Landasan filosofis dimaksudkan, bahwa ajaran filsafat

memegang peranan penting sebagai landasan pengembangan

kurikulum. Menurut bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani,

yakni Philosophic/, yang terdiri atas kata Philien atau Philare, artinya cinta (love) dan kata Shopia atau Sophos, artinya kebijaksanaan

(wisdom). Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Menurut istilah filsafat diartikan berpikir mengenai hakekat segala sesuatu secara

radikal, universal, dan sistematis. Maksud berpikir radikal adalah

berpikir tentang sesuatu sampai pada akar permasalahan yang menjadi

obyek filsafat. M.salnya, mengenai manusia, kosmos, kebudayaan,

dan sejenisnya. Universal dimaksudkan bahwa pembahasan mengenai

masalah tersebut dihubungkan dengan masalah lain yang lebih luas.

Maksud berpikir sistematis adalah berpikir sesuatu dengan tata urutan

pemikiran-pemikiran filsafat. Karena itu, pembahasan filsafat terletak

pada hakekat pemaparan sesuatu, yakni untuk menentukan pemikiran

yang serba tertinggi, akhir, dan mencangkup segalanya/3 23

(32)

b. Landasan Sosiologi (Sosial Budaya)

Ada dua pertimbangan ‘sosial budaya’ dijadikan landasan

dalam pengembangan kurikulum:

1) Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah

anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan. Yakni,

manusia yang belum mampu menyesuaikan dengan cara-cara

kelompoknya. Sebab, individu lahir tidak berdaya dan individu

memperoleh kebudayaan melalui interaksi dengan lingkungan

budaya, keluarga, masyarakat sekitar sekolah. Sekolah mempunyai

tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada mereka

dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.

2) Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara

orang berfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu,

untuk membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami

kebudayaan.24

c. Landasan Psikologi

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku

manusia. Kurikulum adalah upaya untuk menentukan program

pendidikan untuk mengubah perilaku manusia. Karena itu, dalam

pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada psikologi sebagai

refrensi dalam menentukan apa d*n bagaimana perilaku tersebut harus

dikembangkan. Dengan kata lain, pentingnya psikologi, terutama

(33)

23

dalam bagaimana kurikulum tersebut harus disusun, bagaimana

kurikulum diberikan dalam bentuk pengajaran, dan bagaimana proses

belajar siswa dalam mempelajari kurikulum. Sebagaimana

dikemukakan di atas bahwa ada dua psikologi yang memiliki kaitan

antara psikologi dengan kurikulum, yakni Psikologi Perkembangan

dan Psikologi Belajar.25

d. Landasan Organisatoris

Kurikulum, sebagaimana diuraikan sebelumnya, adalah

pengalaman dan kegiatan siswa di bawah tanggung jaw ab guru dan

sekolah. Pengalaman dan kegiatan tersebut harus disusun sedemikian

rupa agar lebih efektif dan efisien dalam penyampaian terhadap siswa.

Untuk itu, diperlukan adanya organisasi kurikulum. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa organisasi kurikulum adalah struktur

kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang

akan disampaikan kepada murid.26

23 Drs. A. Hamid Syarief, OP. C it., him. 44.

(34)

5. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum

Dalam kurikulum, jika diuraikan secara struktural, akan dijumpai

sejumlah komponen sebagai berikut:

1. Komponen tujuan kurikulum

Pada dasarnya, tujuan Kurikulum adalah tujuan dari setiap program

pendidikan yang akan diberikan pada anak didik.27 28 Sebagaimana

dijelaskan pada uraian sebelumnya, kurikulum adalah alat untuk

mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti, kurikulum adalah cara dan

sarana dari proses pelaksanaan pendidikan.

2. Komponen Isi/ bahan kurikulum

Ada sejumlah kriteria yang dapat diperhatikan dalam pemilihan

bahan kurukulum, yakni:

a. Bahwa kurikulum harus sesuai, tepat, dan bermakna bagi

perkembangan siswa, artinya sejalan dengan tahap

perkembangan siswa.

b. Bahwa kurikulum harus mencerminkan kehidupan sosio­

kultural, artinya sesuai dengan kehidupan nyata dan

kebudayaan masyarakatnya.

c. Bahwa kurikulum harus dapat mencapai tujuan yang di

dalamnya mengandung aspek intelektual, emosional,

sosial, dan moral agama."

27

Nana Sudjana, Pem binaan dan Pengem bangan K urikulum d i Sekolah, Sinar Baru, 1989, him. 21.

(35)

Komponen strategi pelaksanaan kurikulum

Strategi kurikulum adalah usaha untuk menerjemahkan bahan

yang tercantum dalam kurikulum agar dapat menjadi pengalaman

siswa. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan

bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Seperti dijelaskan di

atas, bahwa kurikulum itu masih merupakan rencana, ide, atau

harapan, yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah, sehingga

mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum tidak akan mencapai hasil maksimal, jika pelaksanaannya

tidak menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen

strategi pelaksanaan kurikulum meliputi; pengajaran, penilaian,

bimbingan, dan penyuluhan, serta pengaturan kegiatan sekolah secara

keseluruhan.29

Komponen evaluasi kurikulum

Mengingat pentingnya evaluasi itu, maka alat yang digunakan

dalam evaluasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Alat evaluasi harus sesuai dengan sasaran yang hendak dituju.

b. Alat yang digunakan harus terpercaya (valid).

c. Alat yang digunakan harus terandalkan (reliable).

d. Alat evaluasi harus signifikan atau dapat dipercaya.30

Winamo Surachmad, Op. Cit., him. 11

(36)

3. Prinsip Efisiensi

Prinsip Efisiensi berhubungan dengan perbandingan antar

hasil yang dicapai dengan usaha yang dijalankan, atau biaya yang

dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan efisien, apabila hasil yang dicapai

itu telah sesuai dengan usaha atau biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya,

jika hasil yang dicapai tidak sebanding dengan apa yang dikeluarkan,

maka dapat dikatakan tidak efisien.33

4. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)

Kesinambungan dimaksudkan adanya hubungan yang

saling menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan,

terutama mengenai bahan pengajaran.34

5. Prinsip Fleksibilitas

Fleksibilitas dapat diartikan adanya semacam ruang gerak

yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Dalam

pengembangan kurikulum, prinsip fleksibilitas mencangkup

fleksibilitas murid dalam memilih program pendidikan dan

fleksibilitas bagi guru dalam pengembangan program pengajaran.

Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dapat diwujudkan

dalam bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat

berbentuk jurusan/ program spesialisasi, ataupun program-program

(37)

28

pendidikan ketrampilan yang dapat dipilih murid atas dasar

kemampuan dan minatnya.35

6. Prinsip Berorientasi pada Tujuan

Dengan prinsip ini dimaksudkan agar semua kegiatan

pengajaran mendasarkan dan mengacu pada tujuan yang akan dicapai.

Tujuan-tujuan tersebut hendaknya dirumuskan secara spesifik dan

operasional, sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga

kedua kegiatan tersebut mempunyai arah yang jelas.36 37

7. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Konsep pendidikan seumur hidup merupakan konsep

pendidikan yang mengarah pada ide pendidikan, yang memberikan

kesempatan bagi setiap warga negara untuk mempunyai kesadaran dan

kemauan, selalu membuka diri, mengembangkan kemampuan, dan

kepribadian melalui kegiatan belajar. Belajar tidak harus terikat

dengan sistem pendidikan sekolah, melainkan belajar mandiri

sepanjang hidup {life long education).1,1

8. Prinsip Sinkronisasi

Prinsip sinkronisasi dimaksudkan adanya sifat yang searah

dan setujuan dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh kurikulum.

Kegiatan-kegiatan kurikuler yang diinginkan, bukan saling

menghambat kegiatan kurikuler lain yang dapat mengganggu

keterpaduan. Kurikulum sebagai suatu sistem merupakan sebuah

(38)

komponen yang harus bersilat padu dan membentuk satu kesatuan

yang utuh. Dengan keterpaduan semua komponen yang ada dalam

sistem itu, semua kegiatan yang diarahkan oleh satu komponen dengan

komponen lain tidak bertentangan. Kurikulum yang bersifat sinkron

akan memungki.ikan tercapainya tujuan pendidikan yang

' O

diharapkan.

7. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Lembaga

1. Perumusan Tujuan Institusional

Maksud tujuan institusional adalah rumusan pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap yang diharapkan dimiliki oleh siswa, setelah

mereka menyelesaikan keseluruhan program pendidikan pada suatu

jenjang lembaga pendidikan sekolah tertentu. Misalnya, tujuan

institusional pendidikan dasar, tujuan institusional pendidikan dasar

berciri khas agama Islam, SMU, Madrasah Aliyah, dan sejenisnya.

Penetapan tujuan institusional suatu jenis pendidikan sekolah harus

didasarkan fungsi atau misi sosial suatu lembaga pendidikan yang

bersangkutan. Jenis pendidikan umum, misalnya, pada hakikatnya

mempunyai tiga fungsi sosial, yakni:

a. Menyiapkan siswa agar menjadi warga negara yang berjiwa

Pancasila.

b. Membekali siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan

dengan kemampuan ketrampilan fungsional. *

(39)

30

c. Membekali siswa untuk melanjutkan pelajarannya 39

2. Penetapan Isi dan Struktur Kurikulum

Penetapan isi kurikulum adalah memilih dan menetapkan

sejumlah bidang studi, atau sejumlah mata pelajaran, atau sejumlah

pengalaman yang akan diajarkan kepada siswa, sehingga dapat

menopang tercapainya tujuan. Penetapan isi kurikulum tersebut

banyak tergantung pada tujuan institusional dapat menyebabkan

perbedaan bidang studi atau mata pelajaran sebagai isi kurikulum

sekolah.

Ada sejumlah alasan, mengapa perlu menetapkan isi

kurikulum sebagai program pendidikan, antara lain:

1. Tugas dan tanggung jaw ab sekolah sangat terbatas dalam

mencerdaskan anak didik, baik waktu maupun sumber yang

tersedia.

2. Adanya perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang

sangat cepat sehingga tidak memungkinkan diikuti oleh

perubahan kurikulum secara tiba-tiba.

3. Adanya beberapa jenjang dan tingkat pendidikan sesuai dengan

tujuan dan hakikat perkembangan anak yang sesuai dengan

strategi jenjang pendidikan sekolah dan perlunya kesinambungan

antar jenjang sekolah.

(40)

4. Pendidikan sekolah merupakan subsistem dari pendidikan

seumur hidup sehingga perlu adanya kesatuan antara pendidikan

dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Karena itu, isi

kurikulum harus sesuai dengan hakikat pendidikan dalam

keluarga dan masyarakat.40

3. Penyusunan Strategi Pelaksanaan Kurikulum

Kegiatan ini berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum di

sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut mencangkup. 1) Pelaksanaan

pengajaran, 2) Mengadakan penilaian, 3) Mengadakan bimbingan

penyuluhan/ karier, dan 4) Mengadakan/ melaksanakan administrasi

dan supervisi.41

C. Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian PAI

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalaui

ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap

anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam

yangt telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama

Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan

kesejahteraan hidup di dunia maupun di akherat kelak.

(41)

3 2

2. Dasar PAI

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi adalah sumber dan dasar ajaran Islam

yang orisinal. Ajaran substantif dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang

merupakan nilai Ilahiyah harus dilaksanakan oleh setiap muslim.

Karena itu merupakan standar norma atau nilai yang memberikan

motivasi dan bimbingan bagi manusia dalam perilaku sosialnya.42

3. Tujuan dan ruang lingkup PAI

a. Tujuan PAI

PAI bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.43

b. Ruang lingkup PAI

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, maka

ruang lingkup materi Pendidikan Agama Islam (Kurikulum 1994) pada

dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu : Al-Qur’an Hadits,

keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah

Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum

1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu : Al-Qur’an,

42 Drs. H. M. Chabib Thoha, M. A., Dan Drs. Abdul M u’ti, M. E d , PBM -PA1 D i Sekolah E ksistensi D an p ro ses B elajar M engajar P endidikan A gam a Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

1998. him. 33.

(42)

6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan orang

yang bekeija dalam suatu lapangan tertentu. Demikian pula, dalam usaha

pengembangan kurikulum membutuhkan sejumlah prinsip dasar yang

dipakai sebagai pedoman, agar kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan

keinginan yang diharapkan semua pihak, yakni; sekolah, murid, orang

tua, masyarakat dan pemerintah.

Prinsip prinsip dasardalam pengembangan kurikilum antara lain:

1. Prinsip Relevansi

Secara umum, istilah relevansi pendidikan dimaksudkan

adanya kesesuaian atau keserasian antara hasil pendidikan (lulusan

sekolah) dengan tuntunan kehidupan yang ada di masyarakat. Atau

dengan kata lain, pendidikan itu dianggap relevan, jika hasil

pendidikan fungsional bagi pendidikan.31

2. Prinsip Efektivitas

Efektivitas suatu kegiatan berhubungan dengan sejauh

mana, apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau

tercapai. Suatu usaha dikatakan efektif, jik a usaha itu mampu

mendekati perencanaan yang telah ditentukan. Sebaliknya, usaha itu

tidak efektif, jika usaha itu makin jauh dengan apa yang

direncanakan.32

(43)

33

keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah serta tarikh / sejarah

Islam yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu

pengetahuan dan kebudayaan.

4. Metode-metode pembelajaran PAI

Dalam pendidikan Islam mencakup pengajaran umum dan

pengajaran agama. Metode pengajaran untuk pengajaran umum mungkin

tidak terlalu rumit permasalahannya. Tidak terlalu rumit karena teori-

teorinya dapat diambilkan metode-metode dari barat secara umum

diantaranya yaitu dengan metode: ceramah, cerita, latihan, tanya jawab,

karya wisata, demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, diskusi, pemberian

tugas, ekspeimen dan proyek. Untuk pengajaran agama, bagian yang

menyangkut pembinan psikomotor kognitif juga tidak terlalu rumit segi

perancangan langkah mengajarnya. Misalnya mengajarkan cara

berwudhu/shalat dapat digunakan urutan dalam pengajaran ketrampilan

dapat langsung dipraktekkan.

Dalam pengajaran kognitif pun dapat diambilkan metode-metode

dari barat walaupun tidak 100% diadaptasi semua, seperti pengetahuan

tentang apa itu iman? apa itu shalat? apa itu puasa? dan lainya.

Namun untuk pengajaran agama tentang bagian afektif sangatlah

rumit cara pengajarannya. Seperti dalam hal yang menyangkut dengan

pembinaan rasa iman (aqidah), rasa beragama pada umumnya.

Dalam al Qur’an dan Hadis dapat ditemukan berbagai metode

(44)

membangkitkan semangat. Disini penulis mencoba sedikit menguraikan

beberapa metode tersebut yang diambilkan dari bukunya Abdurrahman an

Nahlawi dan Ahmad Tafsir (2u01) yaitu:

a. Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi

Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui Tanya jaw ab mengenai suatu topik, dan

mengarahkan kepada suatu tujuan. Hiwar mempunyai dampak yang

sangat dalam terhadapjiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti

topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal:

Pertama, permasalahannya disajikan secaa dinamis, kaena kedua pihak langsung terlibat dalam pembicaraannya secara timbal

balik, sehingga tidak membosankan. Cara keija metode ini sebenarnya

sama dengan diskusi bebas, tetapi ada orang (di sini guru) yang

dengan sengaja menggiring pembicaraan kearah tujuan tertentu.

Kedua, pembaca atau pendengar tertarik untuk terus mengikuti terus jalannya percakapan itu dengan maksud dapat

mengetahui kesimpulannya.

Ketiga, hiwar itu mungkin membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang, yang mungkin melahirkan dampak

pedagogis yang membantu tumbuh kukuhnya ide tersebut dalam jiw a

(45)

35

Keempat, topik yang bersangkutan disajikan secara realistis dan manusiawi. Artinya memenuhi akhlak tuntutan Islam, maka cara

berdialog, sikap orang yang terlibat, secara otomatis akan

mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh berupa

pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang

lain, dan sebagainya.

Dalam metode hiwar ini ada beberapa jenis yang terdapat dalam al Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad S.A.W, seperti:

1. Hiwar Khitabi atau Ta 'abudi

Merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan

dengan hamba-Nya, misalnya Tuhan memanggil hamba-Nya

dengan mengatakan, “wahai orang-orang ya n g b e r i m a ndan hamba-Nya menjawab dalam kalbunya dengan mengatakan,

kusambut panggilan Engkau, y a RabbF, dari contoh dialog ini dapat diambil sebuah petunjuk bahwa pengajaran seperti ini dapat

digunakan dalam sebuah metode pengajaran. Seperti hadis yang

diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Aku mendengar Nabi s.a.w

bersabda: Allah berfirman:

(46)

mengucapkan Yang menguasai hari pembalasan, ' maka Allah berifm an,' hamba-Ku telah mengagungkan A ku.... "(HR Muslim)

Melalui hiwar khitabi ini diharapkan dapat menanamkan hal-hal penting, sebagi berikut:

a. Agar tanggap terhadap persoalan yang diajukan oleh al

Qur’an, merenungkannya, menghadirkan jawaban

sekurang-kurangnya di dalam kalbu

b. Menghayati makna kandungan al Q ur’an

c. Mengarahkan tingkah laku dan mengamalkan tuntunan al

Qur’an

d. Menanamkan kepada anak dan orang Muslim yang

membaca al Q ur’an suatu rasa kemuliaan berimaqn serta

kemuliaan mendapat tempat di sisi allah, tatkala allah

memanggil meeka dengan ungkapan, “Wahai orang-orang yang beriman...

Dalam hiwar khitabi ini dialog dimulai dari satu pihak, yaitu si pembicara, sedangkan pihak kedua yang menyambutnya

dengan pikiran dan perasannya. Lalu terundang untuk

menyambutnya dengan pikiran dan perasaannya.

2. Hiwar Washfi ialah dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk ghaib lainnya. Seperti yang teriihat dalam Q.S

(47)

37

“Dan mereka berkata, "aduhai celaka kita. "Inilah hari pembalasan, inilah hari ya n g kalian dustakan. Kami perintahkan kepada malaikat, "kumpulkan mereka beserta teman-teman mereka dan tunjukkanlah kepada mereka ja la n ke neraka”.

Dalam hiwar washfi menyajikan berbagi gambaran yang hidup tentang kondisi psikis ahli neraka dan surga. Dengan

imajinasi dan deskripsi yang rinci, dengan hiwar washfi dapat memperlancar berlangsungnya pendidikan perasaan ketuhanan.

3. Hiwar Qishashi, hiwar ini terdapat dalam al Q ur’an, yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas,

merupakan bagian dari uslub kisah dalam al Q ur’an. Kalaupun di sana terdapat kisah yang keseluruhannya

merupakan dialog langsung, yang sekarang disebur

sandiwara, hiwar ini tidak dimaksudkan sebagai sandiwara.

Dengan hiwar ini anak didik yang diajak berdialog

diharapkan memihak kepada pihak yang benar dan membenci

pihak yang salah.

4. Hiwar Jadal/i bertujuan untuk memantapkan hujjah

(alasan).

Hiwar Jadalli mempunyai implikasi pedagogis, di

a n ta r a n y a :

1. Mendidik orang menegakkan kebenaran dengan menggunakan

(48)

2. Dengan alasan yang kuat, mendidik orang menolak kebatilan

karena pikiran itu rendah

3. Mendidik orang menggunakan pikirannya yang sehat

5. Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya. Beliau menghendaki agar

sahabatnya mengajukan pertanyaan.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode hiwar

adalah metode pendidikan Islami, terutama efektif (teoritis) untuk

menanamkan iman, yaitu pendidikan rasa (afektif)

b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi

Kisah Qur’ani bukanlah semata kisah atau semata-mata

karya seni yang indah, ia juga suatu cara Tuhan mendidik umat agar

beriman kepada-Nya. Tujuan kisah Qur’ani sendiri mempunyai tujuan

sebagai berikut:

a. Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah. Kisah-kisah ini

menjadi sebuah bukti kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul s.a. w

b. Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al din itu datangnya dari Allah.

c. Kisah-kisah itu bertujuan untuk menguatkan keimanan kaum

muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang

(49)

39

d. Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah setan,

menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih

hidup dan jelas.

Ditinjau dari dampak pedagogis, kisah Nabawi tidak berbeda

dengan kisah Qur’ani di atas. Yang bila ditinjau secara mendalam,

ternyata kisah nabawi berisi rincian yang lebih khusus seperti

menjelaskan pentingnya keikhlasan dalam beramal, menganjurkan

bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah. Intinya, kisah Nabawi

kebanyakan merupakan rincian yang lebih khusus dari ajaran Islam,

c. Metode amslal(perumpamaan) Qur’ani dan Nanawi

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api... ”.44

Cara perumpamaan seperti ini dapat dapat digunakan oleh

guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan

metode kisah, yaitu dengan berceramah atau membaca teks. Dari

metode amstal ada beberapa kebaikzin di dalamnya diantaranya yaitu:

a) Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak.

44 Depag RI, Qur'an dan Terjemahannya, CV Diponegoro, 2000, hlm.'4

Adakalanya Tuhan mengajari umat dengan membuat

(50)

b) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang

tersirat dalam perumpamaan tersebut.

c) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan

haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan

menggunakan perumpamaan malah pengertiannya kabur atau

hilang sama sekali. Perumpamaan haruslah memperjelas konsep,

bukan sebaliknya.

d) Amstal Q ur’ani dan Nabawi memberikan motifasi kepada

pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.

Jelas hal ini dapat amat penting dalam pendidikan Islam.

d. Metode Teladan

Dalam pendidikan murid-murid cenderung meneladani

seorang pendidik (guru), dasarnya adalah karena secara psikologis

anak memang senang meniru, tidak saja yang baik yang jelekpun

ditiru.

Sifat anak didik itu diakui dalam Islam, umat meneladani

Nabi Muhammad, Nabi meneladani al Qur’an. Aisyah pernah berkata

bahwa akhlak Nabi adalah al Q ur’an.

Sebagai seorang guru haruslah dapat menjadi teladan bagi

anak didik tidak hanya pintar berbicara mentransformasikan

pengetahuan namun seorang guru ditutut pula dapat

mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkanya melalui perilaku

(51)

41

tapi tidak dapat melaksanakan apa yang diajarkan, guru yang baik

adalah guru yang dapat memberi suritauladan yang baik bagi anak

didiknya.

e. Metode Pembiasaan

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman.

Pembiasaan sendiri dapat diambilakan dari apa-apa yang diamalkan.

Inti pembiaaan ialah pengulangan, apabila guru setiap masuk kelas

mengucapkan salam, perbuatan ini telah dapat diartikan sebagai usaha

membiasakan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam,

maka guru mengingatkan agar kalau masuk kelas hendaknya

mengucapkan salam terlebih dahulu, ini juga salah satu cara

membiasakan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka

metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan.

f. Metode Ibrah dan Mau’idzah

Ibrah atau I'libur yaitu suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang

dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang meneyebabkan hati

mengakuinya. Adapun mau'idzah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.

g. Metode Targhib dan Tarhib

Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan

(52)

tarhib juga demikian. Akan tetapi. Tekanannya adalah larghib agar melakukan kebaikan, sedangkan tarhib agar seseorang menjauhi larangan / kejahatan.

C. Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum m ratan lokal keberadaannya di Indonesia telah

dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

RI denagan nomor 0412/ U/ 1987 tanggal 11 Juli 1987. menurut Surat

Keputusan tersebut yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah

program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan

dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah

dan wajib dipelajari oleh murid didaerah itu.45

2. Tujuan Muatan Lokal

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan

pendidikan muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum

yang tertera dalam GBHN. Adapun yang langsung dapat dipaparkan

dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya ialah:

a) Berbudi pekerti luhur: sopan santun daerah di samping sopan santun nasional.

b) Berkepribadian: punya jati diri, punya kepribadian daerah di samping kepribadian nasional.

c) Mandiri: dapat mencukupi diri sendiri tanpa bantuan orang lain.

(53)

43

d) Terampil: mengausai 10 segi PKK di daerahnya.

e) Beretos kerja: cinta akan kerja, makarnya, dapat menggunakan waktu teri uang untuk berbuat yang berguna.

f) Profesional: dapat mengerjakan kerajinan yang khas daerah, misalnya; membatik, membuat wayang, anyam-anyaman, patung dan

sebagai nya.

g) Produktif: dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen.

h) Sehat jasmani-rohani: karena dengan bekerja dengan sendirinya akan menjadi sehat jasmani dan rohani.

i) Cinta lingkungan: karena memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan maka dengan sendirinya akan cinta lingkungan yang

akhirnya akan cinta tanah air.

j) Kesetiakawanan sosial: dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja, oleh karenanya akan terjadi situasi keija

sama atau gotong royong.

k) K re a tif indvatif untuk hidup: karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu terluang,yang bersangkutan selalu akan berbuat secara ndregil,

dapat rezeki, akibatnya akan menjadi orang yang ulet, tekun, rajin,

dan sebagainya.

(54)

m) Rasa cinta budaya daerah tanah air. lihat butir 9.46 3. Bahan Pengajaran Muatan Lokal

Sesuai dengan adanya berbagai sumber bahan ajaran, sumber bahan

muatan lokalpun dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:

1. Nara sumber

1) . Guru itu sendiri yang mungkin mempunyai berbagai pengalaman

dan berbagai ketrampilan, misalnya: sebagai ahli tari, musik, rupa,

ukir, patung dan sebagainya, atau ahli berbagai ketrampilan:

anyaman, tukang kayu, besi, kayu dan sebagainya.

2) . Peserta didik itu sendiri: yaitu berbagai keahlian seperti pada butir

a, dan beberapa ketrampilan bawaan dari rumah, misalnya:

bertani, beternak, berkebun dan sebagainya.

3) . Nara Sumber yang lain yang ada di sekitar yang mungkin dapat

didatangi atau didatangkan.

2. Software

Yaitu sumber bahan yang terdapat pada berbagai tulisan,

misalnya buku cara bertanam, beternak, cara membuat, dan

sebagainya. Mungkin juga berupa berbagi film dokumentasi yang

sengaja dibuat untuk berbagi sumber bahan muatan lokal.

3. Hardware

Yaitu suatu bahan ajaran yang sifatnya dapat diamati dan dapat

diraba, misalnya keris, tombak, kereta kencana, berbagai alat

46

(55)

45

upacara daerah dan berbagai alat pertanian, bengkel,

pertukangan, kesenian dan sebagainya.

4. Lingkungan

Berbagai sumber bahan muatan lokal yang ada di sekitar yang

biasanya bersifat historis, misalnya: musium, monumen, adat-istiadat,

kebiasaan-kebiasan dan sebagainya.

5. Berbagai hasil diskusi oleh berbagai pakar atau nara sumber yang relevan

Untuk penentuan bahan selanjutnya perlu adanya pemetaan daerah

muatan lokal untuk mengidentifikasi berbagai jenis muatan lokal yang

ada. Bahan muatan lokal telah ditetapkan oleh Dekdikbud sebesar

20% dari bahan kuiikulum keseluruhan.47

4. Strategi Pelaksanaan

Dalam memilih suatu metode mengajar tergantung pada:

a) Jumlah je n is siswa yang dihadapi.

Siswa akan terbagi dalam beberapa kelompok sesuai

dengan minat mereka. Kemungkinan besar pilihan siswa putri akan

lain dengan pilihan siswa putra. Kesulitan yang timbul ialah kurangnya

nara sumber yang dibutuhkan.

(56)

b) Sifat bahan

Bahan muatan lokal akan mempunyai ciri khas kalau dibandingkan

dengan bahan di luar bahan muatan lokal. Diantara ciri-ciri tersebut

ialah:

1) Luas dan urutan bahan tidak kaku.

2) Sebagaian besar bahan ajaran pelaksanaannya dapat diberikan

secara ekstrakurikuler.

3) Guru terdiri atas berbagi nara sumber yang mungkin tidak

berprofesi guru.

4) Sebagaian besar bahan muatan lokal dapat dilaksanakan dengan

metode: karya wisata, drill, demontrasi, learning by doing, sosiodrama bahkan dapat dilaksanakan dengan mengikuti kursus di

luar sekolah.

c) M edia ya n g i e rsedia.

Karena bahan beraneka ragam maka perlu adanya

berbagai media. Misalnya: alat pertukangan, pertanian, bengkel,

kesenian, tukang cukur dan sebagainya. Oleh karenanya perlu

ditopang dana yang cukup.

d) Kesiapan guru.

Di sekolah dasar pada dasarnya adalah guru kelas. Sedang guru bidang

studi hanya ada dua, yaitu guru bidang studi agama, dan guru bidang

studi olahraga. Adakah guru muatan lokal? Inilah yang menjadi

Gambar

Table 1.1 Struktur Kurikulum SD/MI menurut Permendiknas No. 22/226
Tabel 1.2 Struktur Kurikulum SDI Hidayatullah
Tabel Hasil Angket

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi konsentrasi ekstrak bunga kecombrang maka semakin sedikit waktu yang diperlukan dalam membunuh larva Ae.. Bunga

Pada pemboran ini beban torsi tidak melebihi torque limit yang dimiliki oleh rangkaian pipa pemboran yang digunakan, sehingga tidak terindikasi adanya masalah untuk pemboran trayek

 Melalui pengamatan video tutorial siswa dapat menganalisis tahapan rangkaian gerak guling depan, guling belakang awalan jongkok dan berdiri serta loncat kangkang secara mandiri?.

Dari data pengukuran skala nyeri dengan VAS pada 23 pasien kanker organ reproduksi wanita di Rumah Sakit X tahun 2015 yang rasional dengan uji Mann Whitney U yaitu p

Saat start-up, tidak ada daya yang tersedia dari bootstrap belitan, sehingga start-up regulator diperlukan. Contoh start-up regulator adalah LR645 dan LR8 dari supertex, ini

1) Benar. 7) Bahwa anak adalah pembelajar aktif. 9) Bahasa adalah alat untuk berkembang/alat untuk berkomunikasi. 10) Satu kata yang diungkapkan anak sebenarnya dapat merupakan

sportmanship akan menumbuhkan loyalitas dan komitmen pada organisasi. 7) Organizational citizenship behavior dapat meningkatkan stabilitas

Menimbang, bahwa oleh karena bahtera rumah tangga Pemohon dan Termohon telah dipenuhi perselisihan dan pertengkaran yang tidak berkesudahan bahkan antara suami isteri