PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL
SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG
TAHUN 2006
SKRIPSI
Perpustakaan * STAIN Salatiga
iiig iiiiiw iiiv i
07TD1011143.01
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
K I S W A D I
11102061
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Stadion No. 03 Salatiga, Telp. (0298) 323706, 323433, Kode Pos 50721
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 3 (tiga) Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Sdr. Kiswadi
Kepada Yth.
Ketua STAIN Salatigp Di Salatiga
Assalam u 'alaikum Wr. Wb.
Setalah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami
kirimkan naskah skripsi milik saudara:
LOKAL DI SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN
2006.
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tersebut dapat segera di munaqosahkan.
Demikian atas perhatiannya disampaikan terima kasih.
Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.
Nama
NIM :11102061
: Kiswadi
Jurusan/ Program
Judul
: Tarbiyah/ PAI
: PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN
\
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALAT FG A
Jl. Stadion 03 Phone: 0298 323706 Salatga 50721
W ebsite: w w w stainsalatiaa.ac.id E-mail: adm inistrasi@ stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi Saudara: KISWADI dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11102061 yang
berjudul: “ PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL DI
SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006”. Telah
dimunaqosahkan dalam sidang Panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Senin, 1 Oktober 2007 M yang
bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1478 H dan telah diterima sebagai
bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar saijana dalam Ilmu Tarbiyah.
Panitia Ujian
Salatiga, 03 Oktober 2007
❖
"Ilmu yang ahan seCaCu menjaga Rita dan apa6ila
diamalkan a%an 6ermanfaat dan semakin 6ertam6aH,
sedang ({an harta, hjtayang ahgn seCafu menjaganya"
<Persm6ahan
Skripsiyang sederhana m i penuBs persembahkan kspndd:
> (Ba-pak^ dan i6u yang tercinta serta keluargaku yang teCaf mendo 'akgn dan memeberikgn perhatian baik^ moriC maupun m ateriif dalam pem6uatan skripsi ini, dengan teriring do’a,
> (Bapak, ‘Kyai Ichsanudin JfC Najj. 6eserta kgCuarga dan Ib u N yai Namafah Isom beserta l&Cuarga yang senantiasa kita tunggu-tunggu Fatwa-Fatwanya,
> Senior-seniorkii ( M as KjiusnuC, M as Sry, M as Sururi, MbakjOp&k],
> Feman-temanky. sepejuangan { Naim, Pgikhan, FakjW o, Fais, a n d a ft in class (B ),
^ Sahabat - sahabatku di music COFLAX (BJ4ND (Arsyad J ? / (Baihaqi, Cipto M L a tie fi, C hum ej(j4tAsy'Ary dan semua yang telah menemaniku bermain music j
> <BoCo-boCo /Sa'diyah, A n i % fiolifaf, Akmunawaroh, M untatikgh, Im r o tu f Mudrikgh, FatihatuC A ziza h , FjsaCatuC M u'awanah, <Dhe' N ynynk, Farwata, Suyana, Farjana, Juara-y, F>he’ Lies, Sina, N ila, Zumaida, M bah Shodtq, semua temenkji d i FondokJLk- N as an,
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Yang Maha Perkasa dengan segala pujian
yang mampu memenuhi nikmat-nikmatNya dan mencukupi tambahanNya, dan shalavvat
beserta salam selalu terlimpah kepada uswah nabi besar Muhammad SAW. Sang Rosul
yang terjaga dan mulia, berlimpah pula kepada keluarga, para sahabat, dan pengikut yang
setia. Berkat rahmat Allah Yang Maha Pengasih Lagi Penyayang, skripsi ini dapat
penulis selesaikan.
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mengakhiri program studi tingkat
sarjana (S I) pada jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, maka penulic mengajukan skripsi
yang berjudul:
* PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL DI SDI
HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006 ”
Secara keseluruhan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan petunjuk
Bapak pembimbing serta Bapak;' Ibu dosen lainnya, oleh karena itu penulis sampaikan
banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, MAg, selaku Ketua STAIN Salatiga,
2. Bapak Fatchur Rahman, MAg, selaku Ketua Progdi PAI,
3. Bapak Drs. Miftahuddin, MAg, selaku pembimbing skripsi,
4. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staf STAIN Salatiga,
5. Bapak Teguh selaku Kepala SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang,
6. Bapak/' Ibu guru serta karyawan SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang,
7. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang sudi berdiskusi dan
Dengan harapan, semoga kebaikan Bapak/ Ibu serta handai taulau dibalas oleh
Allah. JAZAKUMULLAH KHAIRAN JAZA KATSIRA.
Dalam kesempatan ini apabila dalam tulisan ini ada kesalahan dan kekeliruan,
penulis mengharap kepada semua pembaca yang budiman untuk dibenarkan supaya lebih
baik, dan akhirnya semoga tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat baik di dunia
maupun di akherai.
Salatiga, 2 Oktober 200 7
Penulis
HALAMAN JU D U L ... i
NOTA PEM B IM B IN G ... ii
HALAMAN PEN GESA H A N ... iii
HALAMAN M O T T O ... iv
HALAMAN PERSEM BA H A N ... v
KATA PEN GA N TAR... vi
DAFTAR IS I... vii
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Penegasan istilah... 5
C. Rumusan masalah... 6
D. Tujuan dan manfaat penelitian... 6
E. Metode-metode penelitian... 7
F. Sistem penulisan skripsi... 14
BAB. II PENGEM BANGAN KURIK ULU M PAI MUATAN LO K A L A. Pengembangan kurikulum... 17
1. Pengertian kurikulum... 17
2. Fungsi kurikulum... 18
3. Pengertian pengembangan kurikulum... 19
4. Asas-asas pengembangan kurikulum... 20
7 Pengembangan kurikulum pada tingkat lembaga... 29
B. PA I... 1... 31
1. Pengertian PAI... 2. Dasar PA I... 32
3. Tujuan dan ruang lingkup PAI... 32
4. Metode-metode pembelajaran PAI... 33
C. Pedoman pengembangan kurikulum muatan lokal... 42
1. Pengertian kurikulum muatan lokal... 42
2. Tujuan muatan lokal... 42
3. Bahan pengajaran muatan lokal... 44
4. Strategi pelaksanaan... 45
5. Penilaian muatan lokal... 47
D. Standar keberhasilan PAI... 50
BAB. III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Kondisi umum SDI Hidayatullah... 52
1. Sejarah perkembangan SDI Hidayatullah... 52
2. Visi dan m isi... 53
3. Keadaan guru dan karyawan... 55
4. Keadaan siswa... 57
5. Keadaan sarana dan prasarana... 57
6. Struktur organisasi... 61
7. Letak geografis... 63
2. Pelaksanaan... 77
3. Penilaian... 80
BAB. IV ANALISIS TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI
MUATAN LOKAL DI SDI HIDAYATULLAH BANYUMANIK
SEMARANG TAHUN 2006
A. Analisis tentang pengembangan kurikulum PAI muatan lokal di SDI
Hidayatullah Banyumanik Semarang...
1. Perencanaan...
2. Pelaksanaan...
3. Penilaian... ...
B. Faktor pendukung dan penghambat serta solusinya dalam pengembangan
Kurikulum PAI muatan lokal...
C. Peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam upaya peningkatan mutu PAI
BABI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan salah satu komponen dalam pembangunan
nasional. Pendidikan akan melahirkan dan membentuk sumber daya manusia
sebagai faktor pembangunan di negara ini. Oleh karena itu mutu pendidikan
menjadi sangat penting untuk menghadapi era globalisasi dan pasar bebas
dewasa ini yang semakin kompleks dan penuh tantangan.
Tingkat pendidikan yang baik dan bermutu, sangat penting untuk
membangun masyarakat yang sejahtera, cerdas dan dapai hidup dalam
knowledge society seperti yang dicita - citakan dalam UUD 45.1 Peningkatan mutu dapat diperoleh, antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap
sekolah, fleksib ilita s pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem in sen tif dan
d isin sen tif2
Sekolah yang dikelola secara terbuka dan transparan serta selalu
mendapat kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah akan dapat
meningkatkan kinerja para personal sekolah untuk memperbaiki mutu
pendidikan.
1 H.A.R.Tilaar, Beberapa A genda R eform asi P endidikan N asional D alam P ersp ektif A b a d 2 f Tera Indonesia, Magelang, 1999, Cet.2, him. 4
2 E Mulyasa, M anagem en B erbasis K onsep Strategi Im plem entasi, Rosdaka’-ya, Bandung, 2002, him. 25
Ada dua faktor yang mempengauhi situasi pendidikan adalah anak
didik dan pendidik. Berlangsungnya situasi pendidikan tidak mungkin tanpa
kedua faktor itu. Di sekolah kedua faktor itu disebut siswa dan guru. Tanpa
kedua faktor tersebut tidak mungkin diselenggarakan sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal. Program sekolah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk
situasi pendidikan, termasuk juga disebut proses belajar mengajar hanya akan
berlangsung secara berdaya dan berhasil guna bilamana dalam pengelolaan
kedua faktor itu dilakukan secara baik.3
Menurut Zamroni sekolah yang mandiri bercirikan memusatkan
student learning, diorganisir untuk mendorong peningkatan prestasi secara maksimal, manajemen sekolah secara terbuka, transparan dan accountable
serta mengundang partisipasi orang tua secara utuh (am ini society), memiliki nafas kekeluargaan, memperlakukan dan menghargai guru sebagai tenaga
profesional. Sedangkan pengambilan keputusan partisipatif adalah suatu cara
untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yan terbuka,
demokrat, dimana warga sekolah didorong untuk terlibat secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan yang akan berkontribusi terhadap
pencapaian tujuan sekolah .4
Untuk mengukur mutu pendidikan, sedikitnya terdapat dua standar
utama yang bisa di gunakan, yaitu :
3 Hadari Nawawi, et al, A dm inistrasi Sekolah, Galia Indonesia, 1989, him. 20.
3
1. Standar hasil dan pelayanan
2. Standar pelanggan.3
Standar hasil pendidikan mencakup spesifikasi pengetahuan
ketrampilan dan sikap yang di peroleh anak didik hasil pendidikan itu dapat
dimanfaatkan di masyarakat atau dunia kerja (tingkat kesalahan yang sangat
kecil, bekerja benar dari awal dan benar untuk pekerjaan berikutnya).
Sedangkan standar pelanggan mencakup terpenuhinya kepuasan, harapan dan
pencerahan hidup bagi customer itu.
Keberhasilan proses pendidikan sangat di pengaruhi bagaimana
penerapan kurikulum muatan lokalnya. Karena siswa juga dituntut dapat
menambah, memperluas penegetahuan dan keahlian tentang pendidikan
agama Islam lebih mendalam bukan hanya sebatas dari bidang studi yang ada
dalam kurikulum nasional, sehingga peserta didik dapat mengerti, menghayati
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
^ Lembaga pendidikan Islam mempunyai tujuan yang sangat mulia
yaitu, melahirkan dan membentuk muslim yang kaffah, yakni membentuk manusia yang cerdas, terampil, berwawasan luas, beriman, bertaqwa dan
berakhlakul karimah. Untuk merealisasikan tujuan di atas, maka perlu
penerapan pengembangan kurikulum yang baik atau pengelolaan lembaga
pendidikan secara profesional dan porposional. 5
Indonesia terdiri lebih dari 3500 buah pulau yang dihuni berbagai suku
bangsa yang mempunyai macam adat-istiadat, bahasa, kebudayaan, agama,
kepercayaan, dan sebagainya. Berbagai kekayaan alam baik yang terdapat di
laut, darat, flora fauna, dan berbagai hasil tambang yang kesemuanya
merupakan SDA. Kebudayaan nasional yang didukung oleh berbagai nilai
kebudayaan daerah yang luhur beradab yang merupakan nilai jati diri yang
menjiwai perilaku manusia dan masyarakat dalam segenap aspek kehidupan,
baik dalam lapangan industri, kerajinan, industri rumah tangga, jasa pertanian,
peternakan, perikanan, pemeliharaan lingkungan hidup sehingga terjadi
kesesuaian, keselarasan, dan keseimbangan yang dinamis.
Kurikulum kecuali mengacu pada karateristik peserta didik,
perkembangan ilmu dan teknologi pada zamannya juga mengacu pada
kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Penyusunan atas dasar acuan keadaan
masyarakat tersebut disebut ’’kurikulum muatan lokal”.
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis tertarik mengkaji:
’’PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL DI SDI
HIDAYATULLAH BANYUMANIK SEMARANG TAHUN 2006”.
Karena kurikulum yang diterapkan di SD ini dinilai masyarakat berhasil
sehingga sedikit meringankan beban orang tua dalam pendidikan agama, dan
fasilitas yang lengkap dan lingkungan yang kondusif di SDI Hidayatullah bisa
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar. Mudah - mudahan
bermanfaat khususnya bagi penulis, lembaga yang diteliti dan umumnya para
5
B. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari dari kesalahfahaman dan penafsiran perlu
dijelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul di atas :
1. Pengembangan Kurikulum
Yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu
kurikulum baru. Dalam kegiatan tersebut meliputi penyusunan-
penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan.6
2. PAI
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan
siswa dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan
agama Islam melalui kegiatan bimbingan , pengajaran, dan/ atau latihan
dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.7
3. Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum muatan lokal berarti program pendidikan yang isi dan
media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan
budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah
itu.8
6 W inam o Surahmat, Pem binaan Dan Pengem bangan K urikulum, Depdikbud, 1997, him. 15.
7 M uhaimin, et.a l., Paradigm a P endidikan Islam , Upaya M engefektifkan Pendidikan agam a Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.
8 Dakir, P erencanaan Dan Pengem bangan K urikulum , Rineka Cipta, Jakarta, 2004, him.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari beberapa latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk
mengkaji hal - hal, sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan pengembangan kurikulum PAI muatan lokal di SDI
Hidayatullah Banyumanik Semarang?
2. Apa problematika yang di hadapi SDI Hidayatullah dalam pengembangan
kurikulum PAI muatan lokal, dan apa solusi yang ditempuh untuk
mengatasi permasalahan tersebut ?
3. Bagaimana peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam meningkatkan
mutu pendidikan agama Islam?
D. TUJUAN DAN MANFAAT
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui lebih jauh, pengembangan kurikulum, khususnya kurikulum
muatan lokal PAI yang diterapkan SDI Hidayatullah Banyumanik
Semarang.
2. Mengetahui problematika dalam pengembangan kurikulum PAI muatan
lokal di SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang.
3. Mengetahui peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam meningkatkan
7
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan stimulus dan motivasi lembaga terkait, dalam hal ini adalah
SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang, agar lebih baik untuk
menghasilkan out put dan out come yang lebih baik.
2. Sebagai solusi problematika - problematika dalam penerapan
pengembangan kurikulum di SDI Hidayatullah Semarang.
E. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian: kualitatif, yang diartikan
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata -
kata atau lisan dai i orang - orang dan perilaku yang diamati.9
Karakteristik Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya
dengan penelitian jenis lainnya, antara lain;
a. Latar Alamiah
Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar belakang
alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entity) yang
didasarkan pada asumsi;
1) Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat,
karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat
pada keutuhan pada konteks untuk keperluan pekahaman.
2) Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah
suatu penemuan mempunyai arti bagi lainnya, yang berarti
bahwa suatu fenomena hams diteliti dalam keseluruhan
pengaruh lapangan.
3) Sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif
terhadap apa yang akan dicari.
b. Manusia sebagai Alat (instrumen)
Peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data paling utama.
c. Metode Kualitatif
Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.
Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden;
dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.
d. Analisis Data Secara Induktif
Analisis induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama,
proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan
ganda sebagai yang terdapat dalam data; kedua, analisis induktif
lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden menjadi
9
lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat
keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada
suatu latar lainnya; keempat, analisis induktif lebih dapat
menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubu
ngan; dan yang terakhir, analisis demikian dapat memperhitungkan
nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktuk analitik.
e. Teori dari Dasar (grounded theory)
Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori substansi yang berasal dari data. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak teori a priori yang
dapat menyangkupi kenyataan-kenyataan ganda yang mungkin
akan dihadapi; kedua, penelitian mempercayai apa yang dilihat
sehingga ia berusaha untuk sejauh mungkin menjadi netral; dan
ketiga, teori dari-dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai
kontekstual.
f. Deskriptif
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.
g. Lebih Mementingkan Proses daripada Hasil
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi ’’proses”
yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila di amati dalam
proses.
h. Adanya ’’Batas” yang Ditentukan oleh ’’Fokus”
Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam
penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam
penelitian.
i. Adanya Kriteria Khusus untuk Keabsahan Data
Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, reliabilitas, dan
objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan lazim digunakan
dalam penelitian klasik.
j. Desain yang Bersifat Sementara
Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus
disesuaikan dengan kenyataan lapangan. Jadi, tidak menggunakan
desain yang telah disusun secara tetap dan kaku sehingga tidak
dapat diubah lagi.
k. Hasil Penelitian Dirundingkan dan Disepakati Bersama
Penelitian kualitatif lebih menghendaki agar pengertian dan hasil
interprestasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh
manusia yang dijadikan sebagai sumber data.10
3. Sumber dan Jenis Data
Menurut lofland ( 1984:47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data * 8
10 Lexy J Moleong, M etodologi Penelitian K ualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, him.
11
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu
pada bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan
tindakan,sumber data tertulis, foto dan statistik.
1. Kata-kata dan Tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama
dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekaman vidio atau
audio tapes, pengambilan foto atau film.
2. Sumber Tertulis
Walupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan
merupakan sumber ke dua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat
dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber
tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber
dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi.
3. Foto
Sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk
keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai
keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga
dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan
4. Data Statistik
Penelitian kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang
telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya."
4. Teknik pengumpulan data
a. Interview / wawancara
Metode interview adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang lain
dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan berdasarkan tujuan
tertentu.* 12 Dalam hal ini peneliti mengadakan tanya jawab dengan
kepala sekolah, guru wakil kepala bidang kurikulum (WKS kurikulum)
dan guru lain yang terlibat dalam pembelajaran.
b. Studi dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan
dalam penelitian dengan mencari data melalui peninggalan tertulis,
seperti arsip dan termasuk juga buku - buku tentang pendapat teori dan
lain - lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.13 Dokumen
yang dapat dikaji di SDI Hidayatullah diantaranya: profil sekolah,
keadaan guru, siswa, karyawan, deskripsi program kurikuler,
penyelenggaraan kurikulum, dan lain-lain.
u Ibii, him. 112-116.
12 Dedy Mulvana, Metodologi Penelitian K ualitatif Paradigma Haru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Social, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, him. 180.
13
c. Observasi
Metode penelitian ini merupakan metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara
sistematik fenomena -fenomena yang di selidiki.11
Metode ini dilakukan untuk mendapat data tentang Keadaan
SDI Hidayatullah Banyumanik Semarang, yaitu kegiatan - kegiatan
yang dilakukan para siswa, baik intrakurikuler, kokurikuler maupun
ekstrakurikuler dan semua kegiatan yang ada di lembaga tersebut.
4. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,
dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Data tersebut banyak
sekali, kira-kira segudang. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah,
maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan
usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-
pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Langkah selanjutnya adalah menyusunnya da.'am satuan-satuan.
Satuan-satuan itu kemudian dikategorikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat hiding Tahap akhir 14
dari analisis data ini adalah m engadakan pem eriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substansi dengan
menggunakan beberapa metode tertentu.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Penegasan istilah
C. Rumusan masalah
D. Tujuan dan manfaat penelitian
E. Metode-metode penelitian
F. Sistem penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori
A. Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
2. Fungsi Kurikulum
3. Pengertian Pengembangan Kurikulum
4. Asaa-asas Pengembangan Kurikulum
5. Komponen-Komponen kurikulum
6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
B. PAI
15
1. Pengertian PAI
2. Dasar PAI
3. Tujuan dan Ruang lingkup PAI
4. Metode-metode pembelajaran PAI
C. Pedoman pengembangan kuikulum muatan lokal
1. Pengertian kurikulum muatan lokal
2. Tujuan muatan lokal
3. Bahan pengajaran muatan lokal
4. Strategi pelaksanaan
5. Penilaian muatan lokal
BAB III : Kajian Obyek Penelitian.
A. Kondisi umum SDI Hidayatullah Semarang
Terdiri dari :
1. Sejarah perkembangan SDI Hidayatullah
2. Visi, misi dan tujuan SDI Hidayatullah Semarang.
3. Keadaan guru, dan karyawan,
4. Keadaan siswa
5. Sarana dan prasarana,
6. Struktur organisasi,
B. Pengembangan Kurikulum PAI di SDI Hidayatullah.
M eliputi:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penilaian
Bab IV : Analisis Hasil Penelitian
A. Analisis Pengembangan Kurikulum PAI Muatan Lokal di SDI
Hidayatullah.
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penilaian
B. Faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan
kurikulum PAI muatan lokal SDI Hidayatullah.
C. Peranan kurikulum PAI muatan lokal dalam upaya peningkatan
mutu pendidikan agama Islam SDI Hidayatullah.
BAB V : Penutup
A. Kesimpulan
B. S ara n -S ara n
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
17
BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI MUATAN LOKAL
A. Pengembangan Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum
yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut
berasal dari bahasa Perancis courier yang berarti berlari.10
Selanjutnya dilihat dari segi perkembangan ilmu pengetahuan dan
kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana disebutkan
di atas kemudian dipandang sudah ketinggalan zaman. Saylor dan
Alexander sebagaimana dikutip S. Nasution, misalnya mengatakan bahwa
kurikulum bukan hanya saja memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi
termasuk juga di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan X
yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan dilingkungan sekolah
maupun di luar sekolah.16 17
Di samping itu, kurikulum dalam pengertian ini, masih secara tegas
memisahkan kegiatan intrakurikuler, korikuler, dan ekstrakurikuler.
Maksud kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan proses belajar-mengajar
yang dilakukan pada jam-jam pelajaran teijadwal, yang waktunya telah
ditentukan dalam struktur program kurikulum. Kegiatan korikuler adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jam terjadwal, yang bertujuan agar siswa
mendalami dan menghayati bahan yang dipelajari dalam kegiatan
16 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Citra Adirya Bakti, Bandung, 1991, cet. Ke-4, him. 9.
intrakurikuler. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan kegiatan
yang dilakukan di luar jam terjadwal serta dilaksanakan pada waktu
tertentu, untuk mengembangkan wawasan pengetahuan siswa. Misalnya,
karya wisata, koperasi, OSIS, dan sebagainya. Semua kegiatan tersebut
mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan kepribadian siswa.IS
Jadi kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan
berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma
yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.* 19
2. Fungsi Kurikulum
Sehubungan dengan pengertian dasar kurikulum, maka fungsi
kurikulum difokuskan pada tiga aspek berikut:
1. Fungsi kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan, yaitu sebagai alat
untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang diinginkan dan
sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan sehari-hari.
2. Fungsi kurikulum bagi tataran tingkat sekolah, yaitu sebagai
pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga keija.
3. Fungsi bagi konsumen, yaitu sebagai keikutseriaan dalam
memperlancar pelaksanaan program pendidikan dan kritik yang
membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.
1S Drs. A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, Bina Ilmu, Surabaya, 1996, him. 5. 19 Prof. Drs. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, 2004,
19
3. Pengertian Pengembangan Kurikulum
Banyak istilah yang sering digunakan untuk menyatakan
perubahan suatu kurikulum, Misalnya, pembinaan kurikulum dan
pengembangan kurikulum.
Pembinaan kurikulum (curriculum im provem ent curriculum
building) adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada, guna
memperoleh hasil yang lebih maksimal. Pelaksanaan kurikulum itu sendiri
diwujudkan dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip
dan tuntunan kurikulum yang telah dikembangkan sebelumnya bagi
20
jenjang pendidikan atau sekolah tertentu/
Dengan demikian, pembinaan kurikulum disekolah dilakukan,
setelah melalui tahap kegiatan pengambangan kurikulum, atau setelah
terbentuknya kurikulum baru. Kegiatan pembinaan kurikulum didasarkan
atas kurikulum yang telah diterapkan di sekolah yang bersangkutan.
Dalam penerapannya, pembinaan kurikulum dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, melalui upaya
mentransformasikan program pendidikan kepada anak didik atau melalui
kegiatan pengajaran (belajar mengajar). Kegiatan pembinaan dapat
diusahakan melalui, misalnya, melaksanakan kurikulum sebaik-baiknya,
melengkapi alat-alat yang tersedia baik kuantitatif maupun kualitatif,
meningkatkan ketrampilan guru dan murid dalam proses belajar mengajar, 20
20 Oemar Hamalik, A dm inistrasi dan Supervisi Pendidikan, M andar Maju, Bandung, him.
melengkapi ruang praktikum untuk pelajaran tertentu dan kegiatan-
kegiatan sejenis.21 22
Pengembangan kurikulum {curriculum development/ curriculum
planning/ curriculum design) sebagai tahap dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk menghasilkan suatu kurikulum baru. Dalam
kegiatan tersebut meliputi penyusunan-penyusunan, pelaksanaan,
penilaian, dan penyempurnaan.
4. Asas-Asas Pengembangan Kurikulum
Kurikulum sebagai rencana pendidikan mempunyai kedudukan
yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan perkembangan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum memerlukan landasan-
landasan kuat dan kokoh yang didasarkan atas hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Suatu landasan kurikulum dapat dijadikan titik
tolak, artinya pengembangan kurikulum dapat disebabkan oleh suatu
pembaruan tertentu. Misalnya, penemuan teori belajar baru dan perubahan
tuntunan masyarakat terhadap fungsi sekolah. Di samping itu, landasan
kurikulum dapat dipandang sebagai titik akhir, artinya pengembangan
kurikulum harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat
mewujudkan perkembangan tertentu, seperti; kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, tuntunan sejarah masa lampau, perbedaan latar belakang
21 Drs. A. Hamid Syarief, Op. C it., him. 33.
21
siswa, nilai-nilai filsafat suatu masyarakat, dan tuntunan-tununan
kebudayaan tchentu.
Dalam uraian berikut akin dibahas landasan-landasan (asas-asas)
pengembangan kurikulum yang berhubungan dengan; landasan filosofis,
sosiologi (sosial budaya), psikologi, dan organisatoris,
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dimaksudkan, bahwa ajaran filsafat
memegang peranan penting sebagai landasan pengembangan
kurikulum. Menurut bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani,
yakni Philosophic/, yang terdiri atas kata Philien atau Philare, artinya cinta (love) dan kata Shopia atau Sophos, artinya kebijaksanaan
(wisdom). Jadi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Menurut istilah filsafat diartikan berpikir mengenai hakekat segala sesuatu secara
radikal, universal, dan sistematis. Maksud berpikir radikal adalah
berpikir tentang sesuatu sampai pada akar permasalahan yang menjadi
obyek filsafat. M.salnya, mengenai manusia, kosmos, kebudayaan,
dan sejenisnya. Universal dimaksudkan bahwa pembahasan mengenai
masalah tersebut dihubungkan dengan masalah lain yang lebih luas.
Maksud berpikir sistematis adalah berpikir sesuatu dengan tata urutan
pemikiran-pemikiran filsafat. Karena itu, pembahasan filsafat terletak
pada hakekat pemaparan sesuatu, yakni untuk menentukan pemikiran
yang serba tertinggi, akhir, dan mencangkup segalanya/3 23
b. Landasan Sosiologi (Sosial Budaya)
Ada dua pertimbangan ‘sosial budaya’ dijadikan landasan
dalam pengembangan kurikulum:
1) Setiap orang dalam masyarakat selalu berhadapan dengan masalah
anggota masyarakat yang belum dewasa dalam kebudayaan. Yakni,
manusia yang belum mampu menyesuaikan dengan cara-cara
kelompoknya. Sebab, individu lahir tidak berdaya dan individu
memperoleh kebudayaan melalui interaksi dengan lingkungan
budaya, keluarga, masyarakat sekitar sekolah. Sekolah mempunyai
tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada mereka
dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2) Kurikulum dalam setiap masyarakat merupakan refleksi dari cara
orang berfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan. Karena itu,
untuk membina struktur dan fungsi kurikulum, perlu memahami
kebudayaan.24
c. Landasan Psikologi
Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia. Kurikulum adalah upaya untuk menentukan program
pendidikan untuk mengubah perilaku manusia. Karena itu, dalam
pengembangan kurikulum harus berlandaskan pada psikologi sebagai
refrensi dalam menentukan apa d*n bagaimana perilaku tersebut harus
dikembangkan. Dengan kata lain, pentingnya psikologi, terutama
23
dalam bagaimana kurikulum tersebut harus disusun, bagaimana
kurikulum diberikan dalam bentuk pengajaran, dan bagaimana proses
belajar siswa dalam mempelajari kurikulum. Sebagaimana
dikemukakan di atas bahwa ada dua psikologi yang memiliki kaitan
antara psikologi dengan kurikulum, yakni Psikologi Perkembangan
dan Psikologi Belajar.25
d. Landasan Organisatoris
Kurikulum, sebagaimana diuraikan sebelumnya, adalah
pengalaman dan kegiatan siswa di bawah tanggung jaw ab guru dan
sekolah. Pengalaman dan kegiatan tersebut harus disusun sedemikian
rupa agar lebih efektif dan efisien dalam penyampaian terhadap siswa.
Untuk itu, diperlukan adanya organisasi kurikulum. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa organisasi kurikulum adalah struktur
kurikulum berupa kerangka umum program-program pengajaran yang
akan disampaikan kepada murid.26
23 Drs. A. Hamid Syarief, OP. C it., him. 44.
5. Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum
Dalam kurikulum, jika diuraikan secara struktural, akan dijumpai
sejumlah komponen sebagai berikut:
1. Komponen tujuan kurikulum
Pada dasarnya, tujuan Kurikulum adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan pada anak didik.27 28 Sebagaimana
dijelaskan pada uraian sebelumnya, kurikulum adalah alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Ini berarti, kurikulum adalah cara dan
sarana dari proses pelaksanaan pendidikan.
2. Komponen Isi/ bahan kurikulum
Ada sejumlah kriteria yang dapat diperhatikan dalam pemilihan
bahan kurukulum, yakni:
a. Bahwa kurikulum harus sesuai, tepat, dan bermakna bagi
perkembangan siswa, artinya sejalan dengan tahap
perkembangan siswa.
b. Bahwa kurikulum harus mencerminkan kehidupan sosio
kultural, artinya sesuai dengan kehidupan nyata dan
kebudayaan masyarakatnya.
c. Bahwa kurikulum harus dapat mencapai tujuan yang di
dalamnya mengandung aspek intelektual, emosional,
sosial, dan moral agama."
27
Nana Sudjana, Pem binaan dan Pengem bangan K urikulum d i Sekolah, Sinar Baru, 1989, him. 21.
Komponen strategi pelaksanaan kurikulum
Strategi kurikulum adalah usaha untuk menerjemahkan bahan
yang tercantum dalam kurikulum agar dapat menjadi pengalaman
siswa. Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan
bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Seperti dijelaskan di
atas, bahwa kurikulum itu masih merupakan rencana, ide, atau
harapan, yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah, sehingga
mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum tidak akan mencapai hasil maksimal, jika pelaksanaannya
tidak menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen
strategi pelaksanaan kurikulum meliputi; pengajaran, penilaian,
bimbingan, dan penyuluhan, serta pengaturan kegiatan sekolah secara
keseluruhan.29
Komponen evaluasi kurikulum
Mengingat pentingnya evaluasi itu, maka alat yang digunakan
dalam evaluasi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Alat evaluasi harus sesuai dengan sasaran yang hendak dituju.
b. Alat yang digunakan harus terpercaya (valid).
c. Alat yang digunakan harus terandalkan (reliable).
d. Alat evaluasi harus signifikan atau dapat dipercaya.30
Winamo Surachmad, Op. Cit., him. 11
3. Prinsip Efisiensi
Prinsip Efisiensi berhubungan dengan perbandingan antar
hasil yang dicapai dengan usaha yang dijalankan, atau biaya yang
dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan efisien, apabila hasil yang dicapai
itu telah sesuai dengan usaha atau biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya,
jika hasil yang dicapai tidak sebanding dengan apa yang dikeluarkan,
maka dapat dikatakan tidak efisien.33
4. Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)
Kesinambungan dimaksudkan adanya hubungan yang
saling menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan,
terutama mengenai bahan pengajaran.34
5. Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas dapat diartikan adanya semacam ruang gerak
yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Dalam
pengembangan kurikulum, prinsip fleksibilitas mencangkup
fleksibilitas murid dalam memilih program pendidikan dan
fleksibilitas bagi guru dalam pengembangan program pengajaran.
Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dapat diwujudkan
dalam bentuk pengadaan program-program pilihan yang dapat
berbentuk jurusan/ program spesialisasi, ataupun program-program
28
pendidikan ketrampilan yang dapat dipilih murid atas dasar
kemampuan dan minatnya.35
6. Prinsip Berorientasi pada Tujuan
Dengan prinsip ini dimaksudkan agar semua kegiatan
pengajaran mendasarkan dan mengacu pada tujuan yang akan dicapai.
Tujuan-tujuan tersebut hendaknya dirumuskan secara spesifik dan
operasional, sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung sehingga
kedua kegiatan tersebut mempunyai arah yang jelas.36 37
7. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Konsep pendidikan seumur hidup merupakan konsep
pendidikan yang mengarah pada ide pendidikan, yang memberikan
kesempatan bagi setiap warga negara untuk mempunyai kesadaran dan
kemauan, selalu membuka diri, mengembangkan kemampuan, dan
kepribadian melalui kegiatan belajar. Belajar tidak harus terikat
dengan sistem pendidikan sekolah, melainkan belajar mandiri
sepanjang hidup {life long education).1,1
8. Prinsip Sinkronisasi
Prinsip sinkronisasi dimaksudkan adanya sifat yang searah
dan setujuan dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh kurikulum.
Kegiatan-kegiatan kurikuler yang diinginkan, bukan saling
menghambat kegiatan kurikuler lain yang dapat mengganggu
keterpaduan. Kurikulum sebagai suatu sistem merupakan sebuah
komponen yang harus bersilat padu dan membentuk satu kesatuan
yang utuh. Dengan keterpaduan semua komponen yang ada dalam
sistem itu, semua kegiatan yang diarahkan oleh satu komponen dengan
komponen lain tidak bertentangan. Kurikulum yang bersifat sinkron
akan memungki.ikan tercapainya tujuan pendidikan yang
' O
diharapkan.
7. Pengembangan Kurikulum Pada Tingkat Lembaga
1. Perumusan Tujuan Institusional
Maksud tujuan institusional adalah rumusan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang diharapkan dimiliki oleh siswa, setelah
mereka menyelesaikan keseluruhan program pendidikan pada suatu
jenjang lembaga pendidikan sekolah tertentu. Misalnya, tujuan
institusional pendidikan dasar, tujuan institusional pendidikan dasar
berciri khas agama Islam, SMU, Madrasah Aliyah, dan sejenisnya.
Penetapan tujuan institusional suatu jenis pendidikan sekolah harus
didasarkan fungsi atau misi sosial suatu lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Jenis pendidikan umum, misalnya, pada hakikatnya
mempunyai tiga fungsi sosial, yakni:
a. Menyiapkan siswa agar menjadi warga negara yang berjiwa
Pancasila.
b. Membekali siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan
dengan kemampuan ketrampilan fungsional. *
30
c. Membekali siswa untuk melanjutkan pelajarannya 39
2. Penetapan Isi dan Struktur Kurikulum
Penetapan isi kurikulum adalah memilih dan menetapkan
sejumlah bidang studi, atau sejumlah mata pelajaran, atau sejumlah
pengalaman yang akan diajarkan kepada siswa, sehingga dapat
menopang tercapainya tujuan. Penetapan isi kurikulum tersebut
banyak tergantung pada tujuan institusional dapat menyebabkan
perbedaan bidang studi atau mata pelajaran sebagai isi kurikulum
sekolah.
Ada sejumlah alasan, mengapa perlu menetapkan isi
kurikulum sebagai program pendidikan, antara lain:
1. Tugas dan tanggung jaw ab sekolah sangat terbatas dalam
mencerdaskan anak didik, baik waktu maupun sumber yang
tersedia.
2. Adanya perkembangan tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang
sangat cepat sehingga tidak memungkinkan diikuti oleh
perubahan kurikulum secara tiba-tiba.
3. Adanya beberapa jenjang dan tingkat pendidikan sesuai dengan
tujuan dan hakikat perkembangan anak yang sesuai dengan
strategi jenjang pendidikan sekolah dan perlunya kesinambungan
antar jenjang sekolah.
4. Pendidikan sekolah merupakan subsistem dari pendidikan
seumur hidup sehingga perlu adanya kesatuan antara pendidikan
dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Karena itu, isi
kurikulum harus sesuai dengan hakikat pendidikan dalam
keluarga dan masyarakat.40
3. Penyusunan Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Kegiatan ini berhubungan dengan pelaksanaan kurikulum di
sekolah. Kegiatan-kegiatan tersebut mencangkup. 1) Pelaksanaan
pengajaran, 2) Mengadakan penilaian, 3) Mengadakan bimbingan
penyuluhan/ karier, dan 4) Mengadakan/ melaksanakan administrasi
dan supervisi.41
C. Pendidikan Agama Islam (PAI)
1. Pengertian PAI
Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalaui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat
memahami, mengahayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
yangt telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama
Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejahteraan hidup di dunia maupun di akherat kelak.
3 2
2. Dasar PAI
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi adalah sumber dan dasar ajaran Islam
yang orisinal. Ajaran substantif dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang
merupakan nilai Ilahiyah harus dilaksanakan oleh setiap muslim.
Karena itu merupakan standar norma atau nilai yang memberikan
motivasi dan bimbingan bagi manusia dalam perilaku sosialnya.42
3. Tujuan dan ruang lingkup PAI
a. Tujuan PAI
PAI bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.43
b. Ruang lingkup PAI
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam, maka
ruang lingkup materi Pendidikan Agama Islam (Kurikulum 1994) pada
dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu : Al-Qur’an Hadits,
keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan tarikh (sejarah
Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Pada kurikulum
1999 dipadatkan menjadi lima unsur pokok, yaitu : Al-Qur’an,
42 Drs. H. M. Chabib Thoha, M. A., Dan Drs. Abdul M u’ti, M. E d , PBM -PA1 D i Sekolah E ksistensi D an p ro ses B elajar M engajar P endidikan A gam a Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
1998. him. 33.
6. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip merupakan pedoman untuk mengarahkan kegiatan orang
yang bekeija dalam suatu lapangan tertentu. Demikian pula, dalam usaha
pengembangan kurikulum membutuhkan sejumlah prinsip dasar yang
dipakai sebagai pedoman, agar kurikulum yang dihasilkan sesuai dengan
keinginan yang diharapkan semua pihak, yakni; sekolah, murid, orang
tua, masyarakat dan pemerintah.
Prinsip prinsip dasardalam pengembangan kurikilum antara lain:
1. Prinsip Relevansi
Secara umum, istilah relevansi pendidikan dimaksudkan
adanya kesesuaian atau keserasian antara hasil pendidikan (lulusan
sekolah) dengan tuntunan kehidupan yang ada di masyarakat. Atau
dengan kata lain, pendidikan itu dianggap relevan, jika hasil
pendidikan fungsional bagi pendidikan.31
2. Prinsip Efektivitas
Efektivitas suatu kegiatan berhubungan dengan sejauh
mana, apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau
tercapai. Suatu usaha dikatakan efektif, jik a usaha itu mampu
mendekati perencanaan yang telah ditentukan. Sebaliknya, usaha itu
tidak efektif, jika usaha itu makin jauh dengan apa yang
direncanakan.32
33
keimanan, akhlak, fiqih, dan bimbingan ibadah serta tarikh / sejarah
Islam yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.
4. Metode-metode pembelajaran PAI
Dalam pendidikan Islam mencakup pengajaran umum dan
pengajaran agama. Metode pengajaran untuk pengajaran umum mungkin
tidak terlalu rumit permasalahannya. Tidak terlalu rumit karena teori-
teorinya dapat diambilkan metode-metode dari barat secara umum
diantaranya yaitu dengan metode: ceramah, cerita, latihan, tanya jawab,
karya wisata, demonstrasi, sosiodrama, bermain peran, diskusi, pemberian
tugas, ekspeimen dan proyek. Untuk pengajaran agama, bagian yang
menyangkut pembinan psikomotor kognitif juga tidak terlalu rumit segi
perancangan langkah mengajarnya. Misalnya mengajarkan cara
berwudhu/shalat dapat digunakan urutan dalam pengajaran ketrampilan
dapat langsung dipraktekkan.
Dalam pengajaran kognitif pun dapat diambilkan metode-metode
dari barat walaupun tidak 100% diadaptasi semua, seperti pengetahuan
tentang apa itu iman? apa itu shalat? apa itu puasa? dan lainya.
Namun untuk pengajaran agama tentang bagian afektif sangatlah
rumit cara pengajarannya. Seperti dalam hal yang menyangkut dengan
pembinaan rasa iman (aqidah), rasa beragama pada umumnya.
Dalam al Qur’an dan Hadis dapat ditemukan berbagai metode
membangkitkan semangat. Disini penulis mencoba sedikit menguraikan
beberapa metode tersebut yang diambilkan dari bukunya Abdurrahman an
Nahlawi dan Ahmad Tafsir (2u01) yaitu:
a. Metode Hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui Tanya jaw ab mengenai suatu topik, dan
mengarahkan kepada suatu tujuan. Hiwar mempunyai dampak yang
sangat dalam terhadapjiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti
topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal:
Pertama, permasalahannya disajikan secaa dinamis, kaena kedua pihak langsung terlibat dalam pembicaraannya secara timbal
balik, sehingga tidak membosankan. Cara keija metode ini sebenarnya
sama dengan diskusi bebas, tetapi ada orang (di sini guru) yang
dengan sengaja menggiring pembicaraan kearah tujuan tertentu.
Kedua, pembaca atau pendengar tertarik untuk terus mengikuti terus jalannya percakapan itu dengan maksud dapat
mengetahui kesimpulannya.
Ketiga, hiwar itu mungkin membangkitkan berbagai perasaan dan kesan seseorang, yang mungkin melahirkan dampak
pedagogis yang membantu tumbuh kukuhnya ide tersebut dalam jiw a
35
Keempat, topik yang bersangkutan disajikan secara realistis dan manusiawi. Artinya memenuhi akhlak tuntutan Islam, maka cara
berdialog, sikap orang yang terlibat, secara otomatis akan
mempengaruhi peserta sehingga meninggalkan pengaruh berupa
pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang
lain, dan sebagainya.
Dalam metode hiwar ini ada beberapa jenis yang terdapat dalam al Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad S.A.W, seperti:
1. Hiwar Khitabi atau Ta 'abudi
Merupakan dialog yang diambil dari dialog antara Tuhan
dengan hamba-Nya, misalnya Tuhan memanggil hamba-Nya
dengan mengatakan, “wahai orang-orang ya n g b e r i m a ndan hamba-Nya menjawab dalam kalbunya dengan mengatakan,
“kusambut panggilan Engkau, y a RabbF, dari contoh dialog ini dapat diambil sebuah petunjuk bahwa pengajaran seperti ini dapat
digunakan dalam sebuah metode pengajaran. Seperti hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah: “Aku mendengar Nabi s.a.w
bersabda: Allah berfirman:
mengucapkan Yang menguasai hari pembalasan, ' maka Allah berifm an,' hamba-Ku telah mengagungkan A ku.... "(HR Muslim)
Melalui hiwar khitabi ini diharapkan dapat menanamkan hal-hal penting, sebagi berikut:
a. Agar tanggap terhadap persoalan yang diajukan oleh al
Qur’an, merenungkannya, menghadirkan jawaban
sekurang-kurangnya di dalam kalbu
b. Menghayati makna kandungan al Q ur’an
c. Mengarahkan tingkah laku dan mengamalkan tuntunan al
Qur’an
d. Menanamkan kepada anak dan orang Muslim yang
membaca al Q ur’an suatu rasa kemuliaan berimaqn serta
kemuliaan mendapat tempat di sisi allah, tatkala allah
memanggil meeka dengan ungkapan, “Wahai orang-orang yang beriman... ”
Dalam hiwar khitabi ini dialog dimulai dari satu pihak, yaitu si pembicara, sedangkan pihak kedua yang menyambutnya
dengan pikiran dan perasannya. Lalu terundang untuk
menyambutnya dengan pikiran dan perasaannya.
2. Hiwar Washfi ialah dialog antara Tuhan dengan malaikat atau dengan makhluk ghaib lainnya. Seperti yang teriihat dalam Q.S
37
“Dan mereka berkata, "aduhai celaka kita. "Inilah hari pembalasan, inilah hari ya n g kalian dustakan. Kami perintahkan kepada malaikat, "kumpulkan mereka beserta teman-teman mereka dan tunjukkanlah kepada mereka ja la n ke neraka”.
Dalam hiwar washfi menyajikan berbagi gambaran yang hidup tentang kondisi psikis ahli neraka dan surga. Dengan
imajinasi dan deskripsi yang rinci, dengan hiwar washfi dapat memperlancar berlangsungnya pendidikan perasaan ketuhanan.
3. Hiwar Qishashi, hiwar ini terdapat dalam al Q ur’an, yang baik bentuk maupun rangkaian ceritanya sangat jelas,
merupakan bagian dari uslub kisah dalam al Q ur’an. Kalaupun di sana terdapat kisah yang keseluruhannya
merupakan dialog langsung, yang sekarang disebur
sandiwara, hiwar ini tidak dimaksudkan sebagai sandiwara.
Dengan hiwar ini anak didik yang diajak berdialog
diharapkan memihak kepada pihak yang benar dan membenci
pihak yang salah.
4. Hiwar Jadal/i bertujuan untuk memantapkan hujjah
(alasan).
Hiwar Jadalli mempunyai implikasi pedagogis, di
a n ta r a n y a :
1. Mendidik orang menegakkan kebenaran dengan menggunakan
2. Dengan alasan yang kuat, mendidik orang menolak kebatilan
karena pikiran itu rendah
3. Mendidik orang menggunakan pikirannya yang sehat
5. Hiwar Nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh Nabi dalam mendidik sahabat-sahabatnya. Beliau menghendaki agar
sahabatnya mengajukan pertanyaan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa metode hiwar
adalah metode pendidikan Islami, terutama efektif (teoritis) untuk
menanamkan iman, yaitu pendidikan rasa (afektif)
b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
Kisah Qur’ani bukanlah semata kisah atau semata-mata
karya seni yang indah, ia juga suatu cara Tuhan mendidik umat agar
beriman kepada-Nya. Tujuan kisah Qur’ani sendiri mempunyai tujuan
sebagai berikut:
a. Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah. Kisah-kisah ini
menjadi sebuah bukti kebenaran wahyu dan kebenaran Rasul s.a. w
b. Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, al din itu datangnya dari Allah.
c. Kisah-kisah itu bertujuan untuk menguatkan keimanan kaum
muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang
39
d. Mengingatkan bahwa musuh orang mukmin adalah setan,
menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih
hidup dan jelas.
Ditinjau dari dampak pedagogis, kisah Nabawi tidak berbeda
dengan kisah Qur’ani di atas. Yang bila ditinjau secara mendalam,
ternyata kisah nabawi berisi rincian yang lebih khusus seperti
menjelaskan pentingnya keikhlasan dalam beramal, menganjurkan
bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah. Intinya, kisah Nabawi
kebanyakan merupakan rincian yang lebih khusus dari ajaran Islam,
c. Metode amslal(perumpamaan) Qur’ani dan Nanawi
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api... ”.44
Cara perumpamaan seperti ini dapat dapat digunakan oleh
guru dalam mengajar. Pengungkapannya tentu saja sama dengan
metode kisah, yaitu dengan berceramah atau membaca teks. Dari
metode amstal ada beberapa kebaikzin di dalamnya diantaranya yaitu:
a) Mempermudah siswa memahami konsep yang abstrak.
44 Depag RI, Qur'an dan Terjemahannya, CV Diponegoro, 2000, hlm.'4
Adakalanya Tuhan mengajari umat dengan membuat
b) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang
tersirat dalam perumpamaan tersebut.
c) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan
haruslah logis, mudah dipahami. Jangan sampai dengan
menggunakan perumpamaan malah pengertiannya kabur atau
hilang sama sekali. Perumpamaan haruslah memperjelas konsep,
bukan sebaliknya.
d) Amstal Q ur’ani dan Nabawi memberikan motifasi kepada
pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
Jelas hal ini dapat amat penting dalam pendidikan Islam.
d. Metode Teladan
Dalam pendidikan murid-murid cenderung meneladani
seorang pendidik (guru), dasarnya adalah karena secara psikologis
anak memang senang meniru, tidak saja yang baik yang jelekpun
ditiru.
Sifat anak didik itu diakui dalam Islam, umat meneladani
Nabi Muhammad, Nabi meneladani al Qur’an. Aisyah pernah berkata
bahwa akhlak Nabi adalah al Q ur’an.
Sebagai seorang guru haruslah dapat menjadi teladan bagi
anak didik tidak hanya pintar berbicara mentransformasikan
pengetahuan namun seorang guru ditutut pula dapat
mengimplementasikan nilai-nilai yang diajarkanya melalui perilaku
41
tapi tidak dapat melaksanakan apa yang diajarkan, guru yang baik
adalah guru yang dapat memberi suritauladan yang baik bagi anak
didiknya.
e. Metode Pembiasaan
Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman.
Pembiasaan sendiri dapat diambilakan dari apa-apa yang diamalkan.
Inti pembiaaan ialah pengulangan, apabila guru setiap masuk kelas
mengucapkan salam, perbuatan ini telah dapat diartikan sebagai usaha
membiasakan. Bila murid masuk kelas tidak mengucapkan salam,
maka guru mengingatkan agar kalau masuk kelas hendaknya
mengucapkan salam terlebih dahulu, ini juga salah satu cara
membiasakan. Karena pembiasaan berintikan pengulangan, maka
metode pembiasaan juga berguna untuk menguatkan hafalan.
f. Metode Ibrah dan Mau’idzah
Ibrah atau I'libur yaitu suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang disaksikan, yang
dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang meneyebabkan hati
mengakuinya. Adapun mau'idzah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
g. Metode Targhib dan Tarhib
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan
tarhib juga demikian. Akan tetapi. Tekanannya adalah larghib agar melakukan kebaikan, sedangkan tarhib agar seseorang menjauhi larangan / kejahatan.
C. Pedoman Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum m ratan lokal keberadaannya di Indonesia telah
dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI denagan nomor 0412/ U/ 1987 tanggal 11 Juli 1987. menurut Surat
Keputusan tersebut yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah
program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan
dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah
dan wajib dipelajari oleh murid didaerah itu.45
2. Tujuan Muatan Lokal
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari tujuan umum
yang tertera dalam GBHN. Adapun yang langsung dapat dipaparkan
dalam muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya ialah:
a) Berbudi pekerti luhur: sopan santun daerah di samping sopan santun nasional.
b) Berkepribadian: punya jati diri, punya kepribadian daerah di samping kepribadian nasional.
c) Mandiri: dapat mencukupi diri sendiri tanpa bantuan orang lain.
43
d) Terampil: mengausai 10 segi PKK di daerahnya.
e) Beretos kerja: cinta akan kerja, makarnya, dapat menggunakan waktu teri uang untuk berbuat yang berguna.
f) Profesional: dapat mengerjakan kerajinan yang khas daerah, misalnya; membatik, membuat wayang, anyam-anyaman, patung dan
sebagai nya.
g) Produktif: dapat berbuat sebagai produsen dan bukan hanya sebagai konsumen.
h) Sehat jasmani-rohani: karena dengan bekerja dengan sendirinya akan menjadi sehat jasmani dan rohani.
i) Cinta lingkungan: karena memperhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan maka dengan sendirinya akan cinta lingkungan yang
akhirnya akan cinta tanah air.
j) Kesetiakawanan sosial: dalam hal bekerja manusia selalu membutuhkan teman kerja, oleh karenanya akan terjadi situasi keija
sama atau gotong royong.
k) K re a tif indvatif untuk hidup: karena tidak pernah menyia-nyiakan waktu terluang,yang bersangkutan selalu akan berbuat secara ndregil,
dapat rezeki, akibatnya akan menjadi orang yang ulet, tekun, rajin,
dan sebagainya.
m) Rasa cinta budaya daerah tanah air. lihat butir 9.46 3. Bahan Pengajaran Muatan Lokal
Sesuai dengan adanya berbagai sumber bahan ajaran, sumber bahan
muatan lokalpun dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Nara sumber
1) . Guru itu sendiri yang mungkin mempunyai berbagai pengalaman
dan berbagai ketrampilan, misalnya: sebagai ahli tari, musik, rupa,
ukir, patung dan sebagainya, atau ahli berbagai ketrampilan:
anyaman, tukang kayu, besi, kayu dan sebagainya.
2) . Peserta didik itu sendiri: yaitu berbagai keahlian seperti pada butir
a, dan beberapa ketrampilan bawaan dari rumah, misalnya:
bertani, beternak, berkebun dan sebagainya.
3) . Nara Sumber yang lain yang ada di sekitar yang mungkin dapat
didatangi atau didatangkan.
2. Software
Yaitu sumber bahan yang terdapat pada berbagai tulisan,
misalnya buku cara bertanam, beternak, cara membuat, dan
sebagainya. Mungkin juga berupa berbagi film dokumentasi yang
sengaja dibuat untuk berbagi sumber bahan muatan lokal.
3. Hardware
Yaitu suatu bahan ajaran yang sifatnya dapat diamati dan dapat
diraba, misalnya keris, tombak, kereta kencana, berbagai alat
46
45
upacara daerah dan berbagai alat pertanian, bengkel,
pertukangan, kesenian dan sebagainya.
4. Lingkungan
Berbagai sumber bahan muatan lokal yang ada di sekitar yang
biasanya bersifat historis, misalnya: musium, monumen, adat-istiadat,
kebiasaan-kebiasan dan sebagainya.
5. Berbagai hasil diskusi oleh berbagai pakar atau nara sumber yang relevan
Untuk penentuan bahan selanjutnya perlu adanya pemetaan daerah
muatan lokal untuk mengidentifikasi berbagai jenis muatan lokal yang
ada. Bahan muatan lokal telah ditetapkan oleh Dekdikbud sebesar
20% dari bahan kuiikulum keseluruhan.47
4. Strategi Pelaksanaan
Dalam memilih suatu metode mengajar tergantung pada:
a) Jumlah je n is siswa yang dihadapi.
Siswa akan terbagi dalam beberapa kelompok sesuai
dengan minat mereka. Kemungkinan besar pilihan siswa putri akan
lain dengan pilihan siswa putra. Kesulitan yang timbul ialah kurangnya
nara sumber yang dibutuhkan.
b) Sifat bahan
Bahan muatan lokal akan mempunyai ciri khas kalau dibandingkan
dengan bahan di luar bahan muatan lokal. Diantara ciri-ciri tersebut
ialah:
1) Luas dan urutan bahan tidak kaku.
2) Sebagaian besar bahan ajaran pelaksanaannya dapat diberikan
secara ekstrakurikuler.
3) Guru terdiri atas berbagi nara sumber yang mungkin tidak
berprofesi guru.
4) Sebagaian besar bahan muatan lokal dapat dilaksanakan dengan
metode: karya wisata, drill, demontrasi, learning by doing, sosiodrama bahkan dapat dilaksanakan dengan mengikuti kursus di
luar sekolah.
c) M edia ya n g i e rsedia.
Karena bahan beraneka ragam maka perlu adanya
berbagai media. Misalnya: alat pertukangan, pertanian, bengkel,
kesenian, tukang cukur dan sebagainya. Oleh karenanya perlu
ditopang dana yang cukup.
d) Kesiapan guru.
Di sekolah dasar pada dasarnya adalah guru kelas. Sedang guru bidang
studi hanya ada dua, yaitu guru bidang studi agama, dan guru bidang
studi olahraga. Adakah guru muatan lokal? Inilah yang menjadi