BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Media komunikasi terpopuler dan digemari oleh masyarakat saat ini adalah televisi. Benda dengan kemampuan audio-visual ini telah menggeser popularitas radio yang sebelumnya amat digemari, karena radio hanya memiliki kemampuan audio.
Media televisi pun tidak sekedar audio-visual akan tetapi sebuah bisnis pertunjukan yang dipenuhi kosmetika. Inilah yang mampu menghipnotis publik dan “mengangkat dirinya” bagaikan ideologi. Semua ini tidak lain karena kemapuan televisi menjadikan dirinya sebagai penghibur yang unggul (Bungin,2001:64).
Isi tayangan atau program-program yang disajikan TV saat ini sangat beragam. Seperti sedang membaca dua permainan, tiga Koran, tiga atau empat majalah dihari yang sama, sama juga dengan menonton variety show, belajar dan melihat pertandingan football, demikian pendapat Williams. (Williams,1992:95). Digambarkan bahwa variasi tayangan yang ada di televisi, terutama stasiun TV
yang bercorak variety program dan bukan stasiun TV yang memposisikan dirinya khusus untuk satu program tertentu saja , misalnya CNN, MTV, Discovery Channel, dan lain-lain. Stasiun yang ada sekarang ini bercorak variety program. Mulai dari berita, musik, olahraga, film, acara dangdut, FTV (Film Televisi), dan lain-lain.
Banyaknya jenis program membuat media televisi dapat melaksanakan fungsi-fungsi komunikasi dalam masyarakat yang menurut Lasswell (1948) terdiri dari fungsi informasi, kolerasi, kontinuitas, hiburan dan mobilisasi.
Salah satu yang kerap dilakukan adalah fungsi hiburan dimana televisi menanyangkan program-program yang dapat memberikan kesenangan, rasa santai dan mengurangi ketegangan sosial yang ada dalam masyarakat. Fungsi ini menjadi penting karena masyarakat cenderung membutuhkan hiburan yang membuat mereka sedikit lupa dengan persoalan-persoalan yang ada pada kehidupan mereka, sehingga program-program hiburan tentunya banyak digemari oleh masyarakat.
Dengan makin maraknya stasiun swasta di Indonesia, yaitu RCTI, SCTV, Indosiar, Trans TV, Trans 7, Metro TV, TV One, Global TV, MNC TV, menyebabkan persaingan antar stasiun televisi swasta semakin ketat. Mereka berlomba untuk menarik pemirsa sebanyak-banyaknya dengan menampilkan program-program pilihan.
Walaupun program-program acara pilihan ini masih dikombinasi oleh infotaiment, musik, sinetron, reality show, game show, dan film. Salah satu jenis
film yang ada di Indonesia yaitu film dokumenter. Film dokumenter adalah adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.
Di Perancis, istilah dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Berdasarkan definisi ini, film-film pertama semua adalah film dokumenter. Mereka merekam hal sehari-hari, misalnya kereta api masuk ke stasiun. pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan. Artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.
Dalam perkembangannya film dokumenter mengalami kemerosotan. Simbiosis antara pembuat film dokumenter dengan industri televisi yang begitu mesra di era-era sebelumnya, kini memasuki tahap genting. Penyebab utamanya adalah jumlah uang yang digelontorkan industri televisi untuk produksi film dokumenter kian menyusut saja. Tentu ada penyebab-penyebab lainnya, seperti kebijakan pemerintah yang memotong alokasi dana terhadap sektor produksi film, termasuk film dokumenter, di negara-negara tertentu seperti yang terjadi di Kanada sejak tahun 2002 dan Amerika Serikat yang sudah terdengar sejak awal 2008.
Tidak heran kemudian kalau film-film dokumenter panjang (theatrical/long-form) menghilang dari layar kaca dan digantikan oleh dokumenter
berformat televisi serta program-program reality show yang diproduksi secara in-house oleh masing-masing televisi.
Kelahiran televisi-televisi swasta selain membawa konsekuensi semakin banyaknya produksi siaran yang bisa dinikmati masyarakat. Konsekuensi dari semakin pesatnya industri hiburan, berikut elemen-elemennya adalah semakin banyak jumlah pemain baru atau artis pendatang baru, production house baru,
agency-agency model dan penyewaan alat-alat untuk shooting. Semakin
anak-anak muda yang tertarik untuk bekerja dan memasuki wilayah yang selanjutnya nanti dikenal orang sebagai artis atau selebritis.
Tetapi film dokumenter tidak berhenti begitu saja. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital).
Salah satu film dokumenter yang sangat terkenal adalah film dokumenter Tragedi Semanggi tahun 1998. Film dokumenter yang menayangkan bagaimana mahasiswa dan masyarakat pendukung Reformasi menolak diadakannya Sidang Istimewa 1998 dan secara bersamaan menolak dengan keras Dwifungsi ABRI/TNI (terlalu keras bahkan hingga menggubah hymne ABRI menjadi kurang sopan dan dinyayikan setiap berdemonstrasi. Tayangan film dokumenter ini berdurasi 28
menit bercerita tentang perjuangan orang tua korban Tragedi Trisakti (1998), Semanggi I (1998), dan II (1999) dalam upaya mereka meraih keadilan. Tetapi film dokumenter selama ini masih dianggap sebelah mata di Indonesia. Akibatnya, film dokumenter karya anak bangsa tidak bisa berkembang dengan pesat, seperti di luar negeri. Ironisnya, saat ini stasiun-stasiun televisi di Indonesia malah menggunakan berbagai karya film dokumenter dari luar negeri, seperti dari National Geographic maupun Discovery Chanel.
Melihat kelemahan yang ada pada film dokumenter di Indonesia, NasiPutih
Production memberikan sentuhan yang berbeda pada film dokumenternya.
Sentuhan-sentuhan tersebut tidak dengan membuat film dokumenter yang menarik saja tetapi juga film dokumenter yang siap tayang (on air) di media televisi. Sehingga kapan pun film dokumenter tersebut dibutuhkan untuk ditayangkan, dapat tayang sesuai dengan standart kualitas penanyangan di media televisi.
Dan keunggulan dari NasiPutih Production tidak hanya bergerak dalam bidang production house saja, tetapi juga bergerak di bidang event organizer, advertising agency, dan rental equipment. Dari beberapa bidang kerja yang dimiliki NasiPutih Production penulis tertarik untuk meneliti bidang kerja production house khususnya mengenai dokumenter.
Film dokumenter “Mentawai Tersenyum” merupakan kegiatan sosial-kemanusiaan yang dilakukan di wilayah kabupaten kepulauan Mentawai. Kegiatan dilakukan atas prakarsa Yayasan Pandang Ke Timur dan NasiPutih Production bekerja sama dengan SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu).
Adanya ciri khas atau karakteristik yang dimiliki rumah produksi NasiPutih
Production dalam menyajikan film dokumenternya mendorong penulis untuk
meneliti lebih lanjut mengenai ciri khas atau karakteristik tersebut. Hal itu membuat penulis melakukan penelitian dengan judul:
Produksi Film Dokumenter “Mentawai Tersenyum”
( Studi Kasus pada NasiPutih Production )
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana proses produksi film dokumenter “Mentawai Tersenyum” dari aspek ciri khas atau karakteristiknya?
1.2 RUANG LINGKUP
Dalam studi kasus ini,penulis membatasi ruang lingkup yang ada. Penulis membatasi sebuah film dokumenter hanya pada film dokumenter yang merupakan hasil produksi dari rumah produksi NasiPutih Production. Dimana rumah produksi NasiPutih Production ini adalah salah satu dari sekian banyak rumah produksi yang ada di Indonesia.
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Penelitian
• Untuk mengetahui proses produksi dari film dokumenter rumah produksi NasiPutih Production
• Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses produksi sebuah film dokumenter
1.3.2 Manfaat Penelitian
• Manfaat Praktis Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan pihak rumah produksi NasiPutih Production untuk mengevaluasi proses produksi yang telah dijalankan untuk perencanaan proses produksi sebuah film dokumenter yang akan dijalankan selanjutnya.
b. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pertelevisian Indonesia agar memacu mereka untuk dapat semakin berkreasi dan berkarya dalam bidangnya.
• Manfaat Akademis Penelitian
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu Komunikasi terutama dalam melakukan proses produksi dalam sebuah program acara.
b. Untuk membantu memperluas pemahaman mengenai dunia pertelevisian Indonesia, khususnya dalam program film dokumenter di stasiun televisi swasta.
Dengan penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif sebagai acuan. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menggambarkan apa yang saat ini berlaku. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis, dan mengimplementasikan (Mardalis, 1993:34).
Metode pengumpulan data dalam metode kualitatif, yaitu • Wawancara
Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tujuan dari metode ini adalah untuk memperoleh bentuk tertentu tentang informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden (Mulyana, 2001:95).Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (In-Depth Interview) adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.
a. Periset harus menjamin anonimitas
Periset harus menjelaskan kepada informan (responden) bahwa apa yang mereka sampaikan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada seorang pun di luar periset yang dapat mengenal siapa penyedia informasi tersebut.
b. Pastikan bahwa periset bertindak akurat
Periset merekam melalui tape-recorded untuk menyakinkan bahwa dia telah mendapatkan informasi akurat. Jika tidak memungkinkan, periset bisa menggunakan catatan.
c. Hindarkan pertanyaan yang mengarahkan jawaban
Yang dimaksud mengarahkan ini adalah mengarahkan jawaban informan agar menjawab dalam cara tertentu. Sehingga informan seakan-akan tidak dapat menjawab dengan bebas.
d. Meminta informan mendefinisikan istilah-istilah yang tidak dipahami
Yang tujuannya agar dapat dipahami oleh periset itu sendiri.
Periset harus memastikan agar pertanyaan yang diajukan tetap fokus pada permasalahan riset.
• Observasi
Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan rincian gejala yang terjadi. Ada dua cara metode observasi, yaitu observasi berstruktur dan observasi tidak berstruktur. Penelitian ini memilih menggunakan observasi tak berstruktur alasannya karena dari pemilihan metode ini peneliti tidak sepenuhnya melaporkan, prinsip utama adalah merangkumkan, mensistematiskan, dan menyederhanakan representatif peristiwa. Peneliti bebas mengamati peristiwa (Rakhmat, 1998:85). 1.5 SISTEMATIKA PENELITIAN
Bab 1 : Latar Belakang
Merupakan pendahuluan yang didalamnya membahas mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab 2 : Landasan Teori
Merupakan landasan teori yang membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan apa yang ingin dikerjakan dalam skripsi yang disusun.
Bab 3 : Inti Penelitian
Merupakan perumusan objek peneliti yang menekankan pada inti permasalahan yang ada pada obyek yang di telit
Bab 4 : Hasil Penelitian
Merupakan hasil penelitian yang menekankan pada pemecahan masalah yang ada pada obyek yang di teliti.
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Merupakan simpulan dan saran yang berisi garis besar simpulan yang akan diambil dari inti penelitian dan hasil penelitian berupa informasi kualitatif. Dan berisi garis besar saran-saran yang merupakan tindakan yang perlu diambil untuk tindak lanjut yang lebih baik dari hasil pemecahan masalah.