ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
PENYAKIT DIABETES MELITUS
PENYAKIT DIABETES MELITUS
D
D
II
S
S
U
U
S
S
U
U
N
N
Oleh Kelompok 8
Oleh Kelompok 8
1.1. ARMADA PATRAARMADA PATRA 2.
2. DODDY ALFRED WARUWUDODDY ALFRED WARUWU 3.
3. IVO ERA-ERA HALAWAIVO ERA-ERA HALAWA 4.
4. TAHARUDINTAHARUDIN 5.
5. ZAINAL ABIDINZAINAL ABIDIN
Dosen pembimbing Dosen pembimbing
Rumondang Gultom, Ns. S.Kep
Rumondang Gultom, Ns. S.Kep
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
MEDAN
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan
dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas PadaAsuhan Keperawatan Komunitas Pada Pe
Penyakit nyakit DiDi abeabetetes Ms M eell ituitu s s
Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bermanfaat bagi kita semua terutama bagibagi para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh
para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dandan saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya nanti.
nanti.
Medan,
Medan, Februari Februari 20142014
Kelompok 8 Kelompok 8
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan
dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas PadaAsuhan Keperawatan Komunitas Pada Pe
Penyakit nyakit DiDi abeabetetes Ms M eell ituitu s s
Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bermanfaat bagi kita semua terutama bagibagi para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh
para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dandan saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya nanti.
nanti.
Medan,
Medan, Februari Februari 20142014
Kelompok 8 Kelompok 8
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kata
Kata pengantar...pengantar... Daftar
Daftar isi isi ... BAB
BAB I. I. Pendahuluan ...Pendahuluan ... A.Latar
A.Latar Belakang ...Belakang ... B.
B. Tujuan ...Tujuan ... BAB
BAB II. II. Pembahasan ...Pembahasan ... A.Keluarga
A.Keluarga ... B. Tahap
B. Tahap tumbuh kembang anak tumbuh kembang anak usia prasekolah usia prasekolah ... C.
C. Tugas perkembangan anak Tugas perkembangan anak usia prasekolah ...usia prasekolah ... D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah ...prasekolah ... BAB
BAB III. III. TINJAUAN TINJAUAN KASUS KASUS ... A.Proses
A.Proses asuhan asuhan keperawatan keperawatan ... B.Komposisi
B.Komposisi keluarga keluarga ... C.
C. Genogram Genogram ... D.Tipe
D.Tipe Keluarga ...Keluarga ... E.
E. Suku/Bangsa ...Suku/Bangsa ... F.
F. Agama Agama dan dan kepercayaakepercayaan ...n ... G.
G. Status soisal Status soisal ekonomi ...ekonomi ... H.
H. aktivitas rekreasi aktivitas rekreasi keluarga ...keluarga ... Rencana, implementasi
Rencana, implementasi dan dan evaluasi ...evaluasi ... BAB
BAB IV. IV. PENUTUP ...PENUTUP ... Kesimpulan
Kesimpulan ... Daftar
BAB I
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa. Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan
Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes, Latihan Fisik. 2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik (Soegondo,1999). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,1995). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi – instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor [ 1991]. La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik
dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatalaksanaan DM.
Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan. 2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ). 5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal dan jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan difocuskan pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis. Ketiga
hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi, sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan asuhan keperawatan pada pasien DM.
2. Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien DM 3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
BAB II
TINJAUAN TEORI 1.1 Pengertian
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut maupun cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National Institutes of Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe juvenil: Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami
komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat – obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat –
obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik), dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996).
1.3 Anatomi dan Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama,
yaitu :
1. sini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225μ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta. Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
a.Sel – sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20 – 40% ; memproduksi glukagon yang manjadi faktor hiperglikemik , suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity“.
b. Sel – sel B (betha), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.
c. Sel – sel D (delta), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat somatostatin. Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan ban yak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak
berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.
1.4 Etiologi dan Predisposisi
DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4 penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling penting dalam terjadinya DM karena pola familial yang kuat (keturunan) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat (Long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsurangsur akan menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel – sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 1996). Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 : 588) menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin). Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :
1. Faktor genetik (herediter) Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosomonal dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : <50 % dan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus : 90 – 100% (Long, 1996).
2. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat Amerika angka kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:200 (Long, 1996)
3. Faktor autoimmune Sel – sel beta pankreas dihancurkan oleh proses autoimmune. 4. Proses radang atau infeksi Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan sekresi
insulin
5. Faktor obesitas, Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan (Long, 1996).
6. Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau karena efek dari obat – obatan tertentu (Long, 1996).
1.5 Patofisiologi
Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau – pulau sel terletak menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel – sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi glukagon ;
sel beta, yang mensekresi insulin , sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pankreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan
normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi, antara lain :
1. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang.
2. Glukogenesis berkurang,dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan dicurahkan secara terus menerus.
4. Glukoneogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil pemecahan asam amino dan lemak. Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma.
Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran urine pun banyak sebanding dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun
ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan merangsang rasa haus berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang
rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi).
1.6 Manifestasi Klinis
Gejala klasik pada DM adalah :
1. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada malam hari.
2. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat. 3. Polifagi (banyak makan), rasa lapar meningkat. 4. Gejala lain yang dirasakan penderita
5. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari. 6. Keletihan.
7. Penglihatan atau pandangan kabur.
8. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan 9. penurunan kesadaran.
Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah : 1. Kehilangan berat badan.
2. Luka, goresan lama sembuh. 3. Kaki kesemutan, mati rasa. 4. Infeksi kulit.
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis a.Obat Hipoglikemik oral
1)Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat
yang beredar dari kelompok ini adalah: (a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet). (c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet). 2)Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan.
3)Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b.Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid. Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan semilente. (b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
2. Penatalaksanaan secara keperawatan a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat.
1.8 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut ,
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)
a.Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya
b.Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada
KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
c. Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)
a.Mikrovaskuler 1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b.Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel – sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus demikian juga pada daerah – daerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak menurun (Long, 1996 : 17)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Proses Asuhan Keperawatan
Kasus :
Keluarga Tn. X (30 tahun) mempunyai istri Ny. H (26 tahun ) anak K (1tahun) dan Ibu C 50 th . Hasil wawancara dengan keluarga anaknya sudah di imunisasi lengkap sambil menunjukkan kartu sehat. Selama ini anaknya hanya sakit batuk pilek biasa,cukup dibawah ke bidan sudah sembuh. Tetapi akhir-akhir ini keluarga sedikit pusing memikirkan ibunya, karena 3 bulan yan g lalu ibunya dinya ta kan positi f kencing manis (Diabetes Melitus) ibu tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena yang mengantarkan tidak ada. Tn. X dan istrinya kerja,tetapi obatnya supaya tidak habis di belikan obat diapotik terdekat sesuai fotocopi resep dokter. Hasil observasi jari kaki ibu C se bela h kiri terdapat luka keci l su da h 3 mi nggu belu m se mbuh.
Pemeriksaan glukotest+ 3.
1. Data Umum
A. Identitas Kepala Keluarga
1. Na ma : Tn . X
2. Umur : 30 tahun
3. Alamat : ungaran, semarang 4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendi dikan : SMA
6. Komposis i Keluar ga : Ayah, ibu, 1 orang anak dan ibu (mertua) 7. Tipe : keluarga Inti
8. Suku :Jawa – Indonesia
9. Agam : Islam
10. Status Sosial ekonomi keluarga :Suami – Isteri bekerja 11. Aktivitas rekrereasi keluarga : Nonton televise
A. Komposisi keluarga
No. Nama Sex Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan
1. Tn. X L 30 th Ayah Wiraswasta SMA
2. Ny. H P 26 th Ibu Wiraswasta SMA
3. An. K P 1 th Anak kandung -
-4 Ibu C L 50 thn Ibu Tn. X - SMP
B. Genogram
keterangan:
: Laki-laki X : Meniggal : Garis keturunan : Perempuan : klien : tinggal serumah
C. Tipe keluarga :
a. Jenis tipe: Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami .
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut: tidak ada masalah yang terjadi dengan tipe keluarga
D. Suku/Bangsa :
Tn. X dan Ny. H sama-sama berasal dari suku jawa. Mereka bisa menerima kebiaasaan mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang hampir sama jadi tidak ada kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan terhadap perbedaan.
E. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. X adalah agama Islam. Keluarga Tn. X biasa melakukan shalat 5 waktu di rumah. Agama adalah sumber kekuatan keluarga.
F. Status Sosial Ekonomi
a. Anggota yang mencari nafkah:
2 orang: Tn X dan Ny H sebagai Wiraswasta Penghasilan di Keluarga:
Penghasilan keluarga ± Rp.2.000.000,- perbulan yang didapat dari hasil berdagang oleh Tn.X dan usaha dagang oleh Ny.H
b. Pemanfaatan Dana Keluarga:
Penghasilan keluarga selain untuk membiayai hidup sehari-hari. c. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Televisi Motor
d. Sosial keluarga:
Dengan penghasilan yang didapat, kebutuhan keluarga terpenuhi. e. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn X termasuk keluarga sejahtera tipe II karena keluarga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi, namun belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan seperti kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.
G. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga menjadikan hari minggu sebagai hari santai dan berekreasi ke pantai atau tempat rekreasi lainnya.
2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga yaitu keluarga dengan anak prasekolah karena usia anak tertua pada keluarga Tn. X adalah 1 tahun.
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah Keluarga dengan anak sekolah, Keluarga dengan anak remaja, Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan), Keluarga usia pertengahan, Keluarga usia lanjut karena keluarga belum melewati tahapan-tahapan tersebut.
3. Riwayat Keluarga inti
a. Tahap perkembangan saat ini. : Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak pra sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :Keluarga belum memiliki anak sekolah sehingga tugas perkembangan belum ada tetapi tugas keluarga yang belum terpenuhi adalah mempertahankan kesehatan ibu C sakit DM terutama untk mengontrol dan perawatan diri.
c. Riwayat kesehatan keluar ga : Anak-ana k Tn. X sudah diimunisas i lengkap,jika sakit batuk pilek dibawah keBidan. Ibu C ( Mertua ) menderita DM sejak 3 bulan yang lalu tetapi tidak dapat kontrol secara teratur di Puskesmas karena tidak ada yang mengantarkann ya. Kaki kiri Ibu C terdapat luka sudah 3 minggu belum sembuh.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya
Tn. X mengatakan mempunyai penyakit keturunan. Saat dikaji Tn.X dalam keadaan sehat, begitupun dengan Ny. H saat didata dalam keadaan sehat.
An.K saat dilakukan pengkajian dalam keadaan sehat, namun ibu C orang tua (mertua) memiliki riwayat penyakit kencing manis (diabetes melitus) yang harus dirawat di rumah sakit.
5. Kebiasaan diet
Pola makan keluarga Tn. X sehari-harinya 2 kali sehari dengan komposisi makanan nasi, tahu/ tempe, kadang – kadang dengan sayur. An. K malas makan dikarenakan lebih senang bermain sehingga lupa untuk makan dan lebih memilih jajan. Ibu C jarang makan karena
6. Kebiasaan istirahat tidur Anggota Keluarga Waktu Tidur Siang Malam Tn X Ny. H An K Ibu C -11.00-13.00 _ 22.00-05.00 22.00-05.00 20.00-06.30 22.00-05.30 7. Pengkajian Lingkungan a. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati 20 x 10 (panjang x lebar) terdiri dari ruang tamu (6 m), ruang tengah (6 m), 4 kamar tidur (4 x 5 m), dapur dan kamar mandi (7 m dan 3 m). Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari plaster, penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi. Sumber air minum yang digunakan dari sumur. Air yang digunakan untuk air minum juga dari sumur. WC-nya tidak memiliki septik tank (WC cemplung). Status rumah
adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap rumah terbuat dari seng. Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak makanan dan air minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan sampah dipekarangan rumah kemudian dibakar. Keadaan halaman rumah banyak ditumbuhi rumput . 5 m
5 m Denah rumah : 5 m 6 m 1 2 4 6 m 10 m 3 5 6 5 m 4 m 7 4 m 8 7 m 3 m
Keterangan denah rumah : 1. Ruang tamu 2. Kamar 1 3. Kamar 2 4. Ruang tengah 5. Kamar 3 6. Kamar 4 7. Dapur 8. WC
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Jarak rumah dengan tetangga berdekatan. Hubungan keluarga Tn. X dengan tetangga sangat baik. Selain itu Ny. H juga aktif dalam kegiatan arisan dengan tetangga. Sebagian besar komunitas RW adalah warga pendatang yang umumnya berprofesi sebagai pegawai negeri atau swasta. Sedangkan sarana transportasi yang digunakan oleh warga adalah angkot, ojek, motor dan mobil pribadi.
c. Mobilitas geografis Keluarga
Keluarga ini tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak menikah.Tn.Gading bekerja dari pagi sampai jam 17.00 wib sebagai wiraswasta.Sedangkan Ny.H membantu suaminya dengan berjualan/berdagang.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini rajin melakukan ibadah sholat, ibu sering mengikuti pengajian. Anaknya juga rajin mengaji.
e. Sistem pendukung keluarga
Saudara dan khususnya orang tua merupakan pendukung dalam pembentukan keluarga dan dalam pemecahan masalah.
8. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara diskusi untuk menyelesaikan masalah anaknya.Namun terkadang Ny.H menegur dengan keras apabila anaknya tidak mau sekolah dan bermain sepeda dijalan.
Bahasa yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi kepada anak memakai bahasa Indonesia.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.X bertanggung jawab berperan sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung jawab terhadap keluarga.Ny.H berperan sebagai ibu rumah tangga yang juga
mengurus anak-anaknya.
3. Struktur Peran ( formal/informal) a. Tn. X
Formal
Menjadi kepala keluarga, suami, ayah dan menantu. Informal
Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan pekerjaan menjadi wiraswasta
b. Ny.H Formal
Sebagai ibu rumah tangga, istri, dan anak. Informal
Masih aktif menjadi anggota masyarakat, sering mengikuti acara pengajian ibu – ibu di lingkungan tempat tinggal dan membantu suaminya berdagang/berjualan. c. An. K
Formal
Sebagai anak, dan cucu Informal
Belum masuk sekolah. d. Ibu C
Formal
Sebagai ibu dari Tn X Informal
Masih aktif dalam anggota masyarakat dan sering berada di rumah. 4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang di anut dan norma yang berlaku di lingkungannya.
5. Fungsi Keluarga 1. Fungsi afektif
Tn.X dan Ny.H selalu memberikan teguran apabila anaknya melakukan kesalahan. 2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan pada anak cara menghargai orang yang lebih tua dari dia,seperti cara memanggil kakak, paman, bibi, tante, dan teman sebayanya. Baik di lingkungan tempat tinggal.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Orang tua / keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan atau puskesmas, untuk mengontrol keadaan ibunya.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah memiliki 1 orang anak. Anak pertama 1 tahun. Ny.H mengatakan menggunakan KB,yang awalnya menggunakan KB jenis pil namun karena tidak cocok diganti dengan KB jenis implant sampai saat ini.
5. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilan saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Tetapi keluarga juga belajar menghemat keuangan untuk kebutuhan keluarga.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Keluarga sedikit pusing memikirkan Ibunya,karena sejak 3 bulan yang lalu ibunya dinyatakan positif menderita kencing manis (DM ). Ibunya tidak bias kontrol se cara te ratur ke puskesmas kare na tidak ada yan g menganta rkan. b. Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor.
Keluarga hanya bias membeli obat di apotik sesuai dengan resep dokter. c. Strategi koping yang digunakan.
7. Keadaan Gizi Keluarga a. Pemenuhan gizi
Keluarga tidak begitu memahami pentingnya gizi untuk keluarganya. mereka menganggap bahwa gizi tidak berpengaruh akan kesehatan anggota keluarganya. b. Upaya lain:
8. Pemeriksaan Fisik
NO VARIABEL NAMA ANGGOTA KELUARGA
Tn X Ny H Ibu C (mertua) An K 1. Riwayat Penyakit
Saat Ini
Tidak ada Tidak ada Diabetes melitus
Tidak ada
2. Keluhan Yang Dirasakan
Tidak ada Tidak ada - Lemas
- jari kaki sebelah kiri terdapat luka kecil.
Tidak ada
3. Tanda Dan Gejala Tidak ada Tidak ada - kelelahan atau lemas
Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Tidak ada Tidak ad Diabetes melitus Tidak ada 5. Tanda-Tanda Vital TD: 130/80 mmHg RR: 22x/mnt HR: 90x/mnt Temp: 37⁰C TD: 120/80 mmHg RR: 18x/mnt HR: 85x/mnt Temp: 37⁰C TD: 160/120 mmHg RR: 23x/mnt HR: 78x/mnt Temp: 37 ⁰C TD: 120/80 mmHg RR: 22x/mnt HR: 90x/mnt Temp: 37⁰C 6. Sistem Cardiovascular Peningkatan
tekanan darah
Normal Mengalami gangguan
Normal
7. System Respirasi Normal Normal Hipoventilasi Normal
8. System GI Tract Normal Normal Mengalami gangguan
Normal
9. System Persyarafan Tidak ada Normal Mengalami gangguan
Normal
10. System
Musculoskeletal
11. System Genetalia Normal Normal Normal Normal
9. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya:
Keluarga berharap ibunya sembuh dari penyakitnya b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga mengharapkan petugas kesehatan agar mampu membantu keluarga untuk memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang tidak memiliki kemampuan untuk menjangkau sumber pelayanan kesehatan dalam lingkungannya.
PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA NO KRITERIA PENGKAJIAN
1. Mengenal masalah Keluarga tahu bahwa ibu C menderita penyakit diabetes melitus
2. Mengambil keputusan yang tepat
Masalah yang terjadi dalam keluarga Tn X dimusyawarahkan bersama keluarganya. Dalam pengambilan keputusan yang paling dominan melakukannya adalah Tn. X karena dia
merupakan kepala keluarga. 3. Merawat anggota
keluarga yang sakit atau punya masalah
Keluarga belum maksimal bisa merawat ibu C
4. Memodifikasi lingkungan
Pemanfaatan rumah Tn X sudah maksimal.
5. Memanfaatkan sarana kesehatan
10. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS:
- Ibu C mengatakan tidak bisa mengontrol teratur penyakitnya karena tidak ada yang mengantarnya ke puskesmas.
- Keluarga mengatakan
hanya membeli obat di apotik terdekat sesuai fotocopi resep dokter. ·
DO :
- jari kaki ibu C se belah
kiri terdapat luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh.
kurangnya perawatan
kesehatan oleh
keluarga Tn. X
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit yang meluas .
2 DS
- Ibu C mengatakan tidak bisa mengontrol teratur penyakitnya karena tidak ada yang mengantarnya ke puskesmas.
DO
· Hasil observasi jari kaki ibu C sebelah kiri
terdapat luka kecil
sudah 3 minggu belum sembuh. ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Resiko terjadinya komplikasi
menahun diabetes mellitus ibu C keluarga Tn. X
- Pemeriksaan glukotest+ 3.
11. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Pada penderita DM apabila
tidak mendapatkan
pera wa ta n dan pengob at an
secara teratur akan
berd ampa k pada
komplikasi menahun DM.
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah
2/2x2 2 Sumber dan tindakan dapat
dijangkau oleh keluarga
3 Potensi masalah
untuk dicegah
2/3x1 2/3 Keluarga mempunyai dana
dan kemampuan intelektual bi la di beri kan pe nyul uhan
tentang penyakit DM.
4 Menonjolnya
masalah
2/2x1 1 Keluarga menyadari
adanya masalah tetapi
keluarga kurang menyadari
dampak apabila ada
anggota keluarga yang
teratur.
Total skor 41/3
12. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit yang meluas berhubungan dengan kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga Tn. X
b. Resiko terjadinya komplikasi menahun diabetes mellitus ibu C ke luarga Tn. X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga No
Dx
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Setelah dilakukan penyuluhan keluarga mengenal dan mencegah memberi perawatan pada perubahan yang akan terjadi pada status kesehatan ibu C.
Klien mampu :
1. Dapat menjelaskan masalah terhadap perawatan ibunya yang sakit.
2. Dapat menyebutkan tanda dan gejala pada perubahan status kesehatan ibunya.
3. Dapat menyebutkan upaya untuk mencegah perubahan kesehatan ibunya.
Verbal 1. Keluarga dapat menjelaskan masalah terhadap perawatan ibunya yang sakit. 2. Keluarga dapat
menyebutkan tanda dan gejala pada perubahan kesehatan ibunya. 3. Keluaraga dapat menyebutkan upaya untuk mencegah perubahan kesehatan ibunya. 1. Kaji pengetahuan keluarga. 2. Kaji pengetahuan keluarga tentang mengenali masalah. 3. Diskusikan dengan
keluarga tentang akibat dari perubahan kesehatan ibunya.. 4. Evaluasi terhadap topik
yang telah didiskusikan dengan keluarga.
5. Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung terhadap pencegahan kecemasan. 2. Setelah dilakukan
penyuluhan keluarga mengenal masalah nutrisi yang dibutuhkan pada ibunya.
Keluarga mampu :
1. Menyebutkan masalah nutrisi 2. Mampu mengambil keputusan
dalam memperbaiki nutrisi pada ibunya.
3. Dapat mencegah masalah nutrisi
Verbal 1. Keluarga mampu menyebutkan masalah nutrisi
2. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam memperbaiki nutrisi pada ibunya. 3. Keluarga mampu
mencegah masalah nutrisi.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang masalah nutrisi.
2. Kaji keluarga tentang pengambilan keputusan memperbaiki masalah nutrisi.
3. Jelaskan bahwa pencegahan nutrisi pada anak sangat penting untuk pertumbuhannya.
No Dx
Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi 1 Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit yang meluas berhubungan dengan kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga Tn. X
3 Februari 2014 Menganjurkan keluarga untuk selalu melakukan perawatan/kontrol terhadap kesehatan ibunya. 1. Struktur a. Keluarga Tn X dapat bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga mengerti maksud dan tujuan kunjungan hari ini. 2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga dapat
memenberikan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dapat dilakukan.
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik. d. Keluarga kooperatif selam kegiatan berlangsung. 3. Hasil a. Keluarga dapat memberikan perawatan terhadap ibunya b. Menyebutkan upaya pencegahan resiko kerusakan integritas
No Dx
Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi 1 Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit yang meluas berhubungan dengan kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga Tn. X
3 Februari 2014 Menganjurkan keluarga untuk
selalu melakukan perawatan/kontrol terhadap kesehatan ibunya. 1. Struktur a. Keluarga Tn X dapat bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga mengerti maksud dan tujuan kunjungan hari ini. 2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga dapat
memenberikan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dapat dilakukan.
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik. d. Keluarga kooperatif selam kegiatan berlangsung. 3. Hasil a. Keluarga dapat memberikan perawatan terhadap ibunya b. Menyebutkan upaya pencegahan resiko kerusakan integritas kulit. c. Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala bila kurang perawatan.
2 Resi ko terjadinya komp lika si menahun diabetes mellitus ibu C keluarga Tn. X berhubung an dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota k eluarga yan g sakit.
3 Februari 2014 Anjurkan keluarga untuk selalu mengawasi kesehatan yang ada pada ibunya. 1. Struktur a. Keluarga Bpk Gading dapat bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga mengerti
maksud dan tujuan kunjungan hari ini. 2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga dapat
memenberikan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dapat dilakukan.
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik. d. Keluarga kooperatif selam kegitan berlangsung. e. Keluarga dapat mengontrol kegiatan ibunya. 4. Hasil
kulit.
c. Keluarga dapat mengetahui tanda dan gejala bila kurang perawatan.
2 Resi ko terjadinya komp lika si menahun diabetes mellitus ibu C keluarga Tn. X berhubung an dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota k eluarga yan g sakit.
3 Februari 2014 Anjurkan keluarga untuk selalu mengawasi kesehatan yang ada pada ibunya. 1. Struktur a. Keluarga Bpk Gading dapat bekerjasama dengan mahasiswa b. Keluarga mengerti
maksud dan tujuan kunjungan hari ini. 2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi b. Keluarga dapat
memenberikan minat terhadap kegiatan atau tindakan yang dapat dilakukan.
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik. d. Keluarga kooperatif selam kegitan berlangsung. e. Keluarga dapat mengontrol kegiatan ibunya. 4. Hasil
a. Keluarga dapat mencega resiko terjadiny komplikasi pada ibunya. b. Menyebutkan dapat car
perawatan kesehata ibunya
c. Keluarga dapa melaksanakan cara
a. Keluarga dapat mencega
resiko terjadiny
komplikasi pada ibunya. b. Menyebutkan dapat car
perawatan kesehata ibunya c. Keluarga dapa melaksanakan cara BAB IV PENUTUP Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu rumah.penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ad pada keluarga tersebut. Jadi paa bila ad pada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga dalam satu rumah.penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ad pada keluarga tersebut. Jadi paa bila ad pada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.