• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH

TERHADAP STABILITAS LERENG

Mukhsin1, Maimun Rizalihadi2, Banta Chairullah3, dan Haris Novian Saputra4

1Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh

Email: mukhsin.abubakar@unsyiah.ac.id

2Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh

Email: dilamaila@hotmail.com

3Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh

Email: bantachairullah@yahoo.com

4Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Banda Aceh

Email: mharismunandaranas@gmail.com

ABSTRAK

Ketidakstabilan lereng dapat dikaitkan dengan beberapa faktor seperti keadaan cuaca, jenis tanah, sudut lereng, topografi, dan pohon atau gabungannya. Hujan lebat yang berkelanjutan pada lereng dapat memicu terjadinya longsor. Dampak dari longsor tersebut menyebabkan ikut terbawanya pohon yang berada disekitarnya. Lama-kelamaan tanah hasil longsoran bercampur dengan pohon dan air hujan mengalir ke bawah lereng secara bersamaan. Terutama, di lokasi tebing dekat daerah aliran sungai (DAS) kecil yang respon curah hujan dengan limpasan (runoff) pendek dan mengakibatkan banjir bandang. Permasalahan adalah kontribusi akar bambu pada bawah lereng, apakah dapat meningkatkan parameter kekuatan geser tanah terhadap stabilitas lereng tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kontribusi akar kepada kekuatan geser tanah. Metode penelitian dengan pengambilan sampel akar-tanah di lapangan berjarak, yaitu: 0,25 m, 0,50 m, 0,75 m, dan 1,00 m dari pohon bambu dengan kedalaman 0,50 m dan 1,00 m yang dilakukan dengan alat Root Auger. Kemudian, dilakukan pengujian Direct Shear di laboratorium. Di lain pihak, dilakukan juga pengujian sifat fisis dan mekanis yang di ambil sampel tanah tanpa akar berjarak lebih dari 1,00 m serta permeabilitas. Hasil menunjukkan bahwa kontribusi akar di kedalaman 0.50 m berjarak dekat pohon bambu dengan signifikan meningkatkan nilai kohesi. Sementara, kedalaman 1.00 m tidak signifikan peningkatannya. Sebaliknya, untuk parameter sudut geser terjadi penurunan nilainya. Jadi, kontribusi akar yang diduduki lebih banyak dan berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Hal ini, parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar dan tanah. Kata kunci : akar, bambu, Δs, stabilitas lereng

1.

PENDAHULUAN

Curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya longsor pada lereng berisiko. Dampak dari longsor tersebut menyebabkan ikut terbawanya/tercabutnya pohon yang berada disekitarnya. Lama-kelamaan tanah hasil longsoran bercampur dengan pohon dan air hujan mengalir ke bawah lereng secara bersamaan. Pada saat curah hujan menjadi maksimal yang menyebabkan longsoran yang terjadi sangat besar dan menghancurkan segala sesuatu yang dilaluinya dengan kecenderungan arah arus relatif lurus yang selanjutnya dapat menyababkan terjadinya banjir bandang. Peristiwa tesebut banyak terjadi di Indonesia, terutama daerah provinsi Aceh, seperti di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie pada tanggal 10 maret 2011, Kecamatan Leuser Aceh Tengara pada tanggal 17 agustus 2012, dan Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar pada tanggal 2 januari 2013. Banjir bandang sering terjadi di sekitar pegunungan dengan lereng yang curam dan memiliki daerah aliran sungai (DAS) kecil yang menyebabkan respon curah hujan dengan limpasan (runoff) yang pendek.

Ketidakstabilan lereng dapat dikaitkan dengan beberapa faktor seperti keadaan cuaca, jenis tanah, sudut lereng, topografi, dan pohon atau gabungan. Perkuatan lereng pada saat ini sering dilakukan dengan penggunaan penguatan akar atau bio-engineering. Teknik ini lebih relatif murah jika dibandingkan dengan teknik perkuatan lereng yang lain nya seperti dinding perkuatan beton bertulang, atau geosintetik. Selain itu, teknik perkuatan lereng dengan bio-engineering dapat sebagai penghijauan yang mendukungnya kembali kepada alam. Pohon pada lereng dapat mengurangi infiltrasi pada permukaan tanah dan juga erosi. Air yang telah terinfiltrasi ke dalam tanah diserap oleh

(2)

akar, akibatnya tekanan air pori pada lereng berkurang, hal ini meningkatkan stabilitas lereng. Di sisi lain, akar juga meningkatkan permeabilitas tanah sehingga air dapat masuk dengan jumlah yang lebih banyak. Chirico dkk. (2013) menjelaskan bahwa dua pengaruh positif pohon terhadap stabilitas lereng adalah (i) pengaruh geo-mekanika (geo-mechanical), yaitu perkuatan dengan akar pohon, dan (ii) pengaruh hidrologi-tanah (soil-hydrological), yaitu kemampuan akar dalam menyerap air dalam tanah. Pengaruh geo-mekanis memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap parameter kekuatan geser tanah.

Penelitian yang akan dilakukan pada akar bambu yang terdapat di sekitar lereng sungai Seulimeum, apakah pohon bambu dapat mempertahankan tanah longsor. Permasalahan adalah kontribusi akar bambu di bawah lereng, apakah dapat meningkatkan parameter kekuatan geser tanah. Oleh karena itu, kajian-kajian mengenai kekuatan geser antara akar-tanah untuk menganalisis stabilitas lereng. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kontibusi akar bambu terhadap parameter kekuatan geser akibat interaksi akar-tanah di bawah lereng.

Hasil menunjukkan bahwa kontribusi akar di kedalaman 0.50 m berjarak dekat pohon bambu dengan persentase signifikan meningkat nilai kohesi. Sementara, kedalaman 1.00 m tidak signifikan peningkatannya. Sebaliknya, untuk parameter sudut geser terjadi penurunan nilainya. Jadi, kontribusi akar yang diduduki lebih banyak berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Hal ini, parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar dan tanah.

2.

KAJIAN PUSTAKA

Kekuatan geser tanah adalah kemampuan tanah melawan tegangan geser yang terjadi pada saat terbebani. Bila tanah mengalami pembebanan maka beban akan ditahan karena pengaruh adanya kekuatan geser tanah yaitu, oleh adanya gesekan dalam (Ø) antara butir-butir tanah berbanding lurus dengan tegangan vertikal (tegangan efektif) yang bekerja pada bidang geser dan kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatannya, tetapi tidak tergantung dari tegangan vertikal yang bekerja pada bidang gesernya.

Akar pohon merupakan bagian terpenting dalam mencegah terjadi tanah longsor melalui dua mekanisme yaitu mencengkeram tanah dan menopang tegaknya batang sebagai jangkar. Menurut Abe dan Ziemer (1991) akar pohon dapat membantu menjaga stabilitas lereng melalui peningkatan kekuatan geser tanah (soil shear strength).

Pengaruh kontribusi akar kepada parameter kekuatan geser tanah

Pohon di lereng mempunyai pengaruh penting kepada hidrologi sehingga mempengaruhi aktivitas erosi dan tanah longsor. Pohon sendiri juga menciptakan lingkungan di mana air terperangkap atau tersimpan di dalam tanah, terutama pada musim kering (Rietkerk dkk., 2004). Penangkapan hujan merupakan proses hidrologi yang mengubah kuantitas, waktu, dan luas distribusi input dan output air. Oleh itu, infiltrasi air hujan masuk ke dalam tanah diserap oleh sebagian akar dan memainkan peranan penting terhadap pengeringan lereng. Pohon juga dapat berkontribusi kepada sabilitas lereng dan meningkatkan kekuatan geser melalui penguatan akar (Gray dan Sotir, 1996). Tanah longsor pada kedalaman dangkal dapat terjadi di lereng yang disebabkan oleh infiltrasi air hujan pada sudut lebih besar dari sudut geser tanah efektif (Chirico dkk., 2013).

Peranan aspek mekanika merupakan pencengkeraman tanah yang memberikan kontribusi kepada parameter kekuatan geser tanah, tetapi sangat bergantung pada faktor seperti sistem morfologi, penguatan, distribusi akar, dan interaksi antara akar-tanah (Reubens dkk., 2007). Keberadaan akar pohon di tanah bertindak sebagai penguatan melalui efek kohesi dan meningkatkan stabilitas lereng (Van Beek dkk., 2005). Pengaruh kontribusi akar dapat dinyatakan dalam suatu nilai kohesi melalui kriteria kegagalan Morh-Coulomb dimana gabungan akar-tanah dapat menghitung kekuatan geser (τ) seperti berikut:

τ = c + σ tan Ø + Δs (1) di mana Δs adalah kohesi tambahan dari penguatan akar, c adalah nilai kohesi tanah, dan σ adalah tegangan normal. Gaya geser ketika bergerak tanah dapat diterjemahkan ke dalam kekuatan tarik akar. Mobilisasi kekuatan tarik akar dapat dipecah menjadi komponen tangensial dan normal. Asumsi akar yang elastis dan awalnya berorientasi tegak lurus terhadap bidang gelincir, sepenuhnya dimobilisasi dalam tegangan oleh penguatan akar (Wu, 2013). Nilai Δs seperti persamaan (2) sebagai berikut ini

(3)

di mana tr adalah rata-rata mobilisasi kekuatan tarik akar per unit luasan tanah dan θ = (tan-1 x/z) adalah sudut akar

pembelokan setelah gelincir, x adalah perpindahan gelincir, dan z adalah ketebalan zona geser.

Di sisi lain, akar miring seperti persamaan (3) dengan pertambahan nilai kohesi tambahan (Δs) oleh penguatan akar dapat diasumsikan menjadi persamaan berikut (Wu, 2013):

Δs = tr [sin(90 - ψ) + cos(90 - ψ) tan Ø] (3)

di mana: ψ = tan-1 [1/m + (tan i)-1 = sudut akar pembelokan sesudah gelincir; i = sudut lereng awal terhadap

permukaan geser; dan m = rasio distorsi geser (m = x/z).

Penelitian sebelumnya (Mukhsin dkk., 2016), kekuatan geser tanah bertambah seiring kekuatan tarik akar bambu. Stabilitas tanah di bawah lereng meningkat dengan pertambahan nilai kohesi dari akar bambu kepada kekuatan geser tanah. Sementara di penelitian lain Mukhsin, 2016), kekuatan tarik setiap luasan tanah (tr) cenderung menurun

karena diduduki oleh pertambahan jumlah akar. Nilai kohesi tambahan akibat akar Pohon agave seperti yang ditemukan dengan persamaan Δs = 1,012 tr sebagai kontribusi kepada peningkatan kekuatan geser tanah dan

memainkan peran penting terhadap analisis stabilitas lereng. Di lain pihak, penguatan akar di tanah lereng dapat memperkecil pergerakan tanah yang diakibatkan oleh infiltrasi air hujan. Penguatan akar pohon yang terletak pada tanah lereng dapat meminilimasir pergerakan tanah (Mukhsin, 2017).

3.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini berada di Desa Keunaloi, Kecamatan Seulimeum Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Sampel akar-tanah tak terganggu dilakukan di sekitar pohon bambu dengan jarak 0,25 m, 0,50 m, 0,75 cm, 1,00 m pada kedalaman 50 cm dan 100 cm. Pengambilan sampel tersebut mengunakan alat Root Auger dengan total benda uji untuk pegujian Direct Shear adalah 72 buah. Pengambilan sampel tanah tanpa akar tidak terganggu dilakukan pada tiga titik di setiap lokasi dengan jarak lebih dari 1,00 meter di sekitar pohon bambu. Pengambilan tanah dilakukan dengan menggunakan tabung yaitu tabung khusus dari besi seperti diperlihatkan pada Gambat 1. Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis dengan kerangka acuan yang jelas dalam menyelesaikan permasalahan seperti diperlihat pada Gambar 2.

(4)

Gambar 2: Bagan Alir Penelitian

4.

HASIL PEMBAHASAN

Pengaruh curah hujan terhadap kekuatan geser tanah lereng

Curah hujan menjadi salah satu pemicu terjadinya tanah longsor dengan kondisi lereng tertentu. Curah hujan tinggi yang berkelanjutan berpotensi terjadinya tanah longsor karena pada kondisi tersebut terjadi penjenuhan tanah oleh air kepada massa tanah. Pohon di atas dan tengah lereng yang akarnya tidak menembus bidang longsor (slip surface) mempengaruhi stabilitas lereng. Hujan lebat yang berkelajutan menyebabkan terjadinya tanah langsor pada 2 Januari 2013 dengan curah hujan jumlah bulanan maksimum sebesar 400 mm yang mengakibatkan banjir bandang. Curah hujan bulanan tertinggi pada tahun berikutnya yaitu Oktober 2014 sebesar 404 mm, di lokasi tersebut tidak menyebabkan kelongsoran lagi karena sudah terjadi setahun yang lalu. Hasil pengujian permeabilitas pada lokasi termasuk ke dalam kelas sedang. Berdasarkan hidrologi menunjukan bahwa kemampuan tanah dalam menyerap dan meloloskan air hujan ke dalam pori-pori tanah tidak besar (sedang). Pada lokasi memiliki jenis tanah lanau dengan kemampuan tanah untuk meloloskan air ke dalam pori-pori tanah tersebut. Tetapi, penyebaran dan kekuatan geser akar bambu-tanah di bawah lereng dapat mengstabilkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan.

Karakteristik tanah di lereng

Pada lokasi jenis tanah berdasarkan klasifikasi sistem AASHTO dan USCS adalah jenis tanah lanau, dan memiliki kadar air yang rendah. Pada lokasi memiliki berat volume tanah yang tinggi, maka tanah sangat keras sehingga sulit untuk berinfiltrasi air ke dalam tanah. Lokasi penelitian memiliki jenis tanah lempung berlanau dengan karakteristik tanah dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 1 di bawah ini.

(5)

Tabel 1. Karakteristik tanah pada lokasi

Specific gravity (SG) 2,69

Berat volume tanah (γ, gram/cm³) 1,763 Indeks plastisitas (IP, %) 3,11 Kelolosan butiran < 0,063 mm (%) 56,04 Kohesi tanah (c, kg/cm2) 0,63

Sudut geser tanah (ϕ, o) 13

Koefisien permeabilitas (k, cm/jam) 7,21

Kontribusi akar bambu kepada kekuatan geser tanah terhadap stabilitas lereng

Hasil kontribusi akar bambu kepada kekuatan geser tanah menunjukkan bahwa semakin dekat jarak dengan pohon maka bertambahnya nilai kohesi seperti yang diperlihatakan pada Gambar 3. Berdasarkan gambar tersebut di kedalaman 0,50 m terjadi peningkatan kohesi secara signifikan dibandingkan kedalaman 1,00 m dan parameter nlai kohesi akibat kontribusi akar dapat ditentukan dengan persamaan (4) dan (5). Hasil analisis nilai sudut geser dalam menunjukan bahwa semakin dekat jarak dengan pohon bambu maka semakin kecil seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4. Berdasarkan gambar tersebut di kedalaman 0.50 m dan 1.00 m terjadi penurunannya secara signifikan. Hal ini, parameter nilai sudut geser yang terjadi sebaliknya dengan kohesi. Nilai sudut geser akibat adanya akar dapat ditentukan dengan persamaan (6) dan (7).

c0.50 = -0,064 x + 1,140 R² = 0,998 (4)

c1.00 = -0,025 x + 0,8294 R² = 0,829 (5)

Ø0.50 = 0.783 x + 6.910 R² = 0.993 (6)

Ø1.00 = 0.877 x + 5.29 R² = 0.941 (7)

(6)

Gambar 4: Hubungan nilai sudut geser dalam (Ø) dengan Jarak (m)

Berdasarkan hasil uji Anova didapatkan nilai F hitung. Sementara, F tabel diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas, df residual (sisa) yaitu sebagai df penyebut dan df regression (perlakuan) yaitu sebagai df pembilang. Pada kedalaman 0.50 m memiliki nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka mempengaruhi parameter kekuatan geser terutama untuk nilai kohesi. Pada kedalaman 1.00 m tidak mempengaruhi banyak terhadap parameter kekuatan geser seperti yang dierlihatkan dalam Tabel 2.

Tabel 2: Hasil uji Anova parameter kekuatan geser akar-tanah terhadap tanah tanpa akar

Parameter Kedalaman 0.50 m Kedalaman 1.00 m

F hitung F tabel F hitung F tabel

Kohesi (c) 468,92 18,51 11,567 18,51

Sudut Geser (Ø) 77,07 18,51 75,96 18,51

Persentase kontribusi akar bambu terhadap parameter kekuatan geser

Kontribusi akar bambu terhadap parameter kekuatan geser dapat meningkat karena akar berkemampuan mengikat tanah dan berguna untuk sistem konstruksi penahan lereng. Di samping itu, akar bambu dapat menyerap air dari dalam tanah dan menurunkan tekanan air pori. Hasil persentase yang di dapat dari parameter-parameter kekuatan geser akar bambu–tanah seperti diperlihatkan pada Tabel 3 untuk nilai kohesi (c) dan Tabel 4 untuk nilai sudut geser dalam (Ø).

Tabel 3: Persentase peningkatan nilai kohesi (c) akar bambu-tanah

Tanpa Akar Akar Bambu-Tanah

Jarak (m) Kohesi (c) (kg/cm2) Jarak (m) Kedalaman 0,50 m Persentase (%) Kedalaman 1,00 m Persentase (%) c (kg/cm2) c (kg/cm2) >1,00 0,630 0,25 1,07 69,84 0,82 30,69 0,50 0,96 52,38 0,69 10,05 0,75 0,82 29,63 0,66 5,29

(7)

Tabel 4 : Persentase peurunan sudut geser dalam (Ø) akar bambu-tanah

Tanpa Akar Akar Bambu-Tanah

Jarak (m) Sudut Geser (Ø) (o) Jarak (m) Kedalaman 0,50 m Persentase (%) Kedalaman 1,00 m Persentase (%) Ø (o) Ø (o) >1,00 13 0,25 6,07 53,33 7,67 41,03 0,50 8,17 37,18 9,33 28,21 0,75 9,83 24,36 10,67 17,95 1,00 10,43 19,74 12,67 2,54

Pada kedalaman 0.50 m dan 1,00 m nilai kohesi (c) dengan jarak 0.25 m, 0.50 m, 0.75 m dan 1.00 m dari pohon bambu persentasenya meningkat terhadap nilai kohesi tanah tanpa akar seperti diperlihatkan dalam Tabel 3. Sementara, nilai sudut geser dalam (Ø) persentasenya terjadi menurun terhadap nilai sudut geser tanah tanpa akar seperti diperlihatkan dalam Tabel 4. Oleh karena itu, kontribusi akar yang diduduki lebih banyak berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Dalam hal ini, kontribusi akar di lokasi tersebut lebih berpengaruh kepada kohesi terhadap parameter kekuatan geser tanah. Parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar bambu dan tanah. Penguatan akar semakin besar perannya untuk peningkatan kekuatan geser terhadap kedalaman kurang dari 1,00 m. Jadi, pohon bambu mempunyai sistem perakaran serabut dengan struktur yang rapat dan menyebar ke segala arah yang secara horizontal dan secara vertikal. Sistem perakaran serabut yang berkontribusi seperti akar bambu tersebut dapat mempengaruhi stabilitas lereng. Dalam hal ini, pencegahan longsor tebing di daerah aliran sungai yang menyebabkan respon curah hujan terhindari oleh ada pohon bambu dengan kontribusi akar tersebut.

5.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian kontribusi akar bambu bagian bawah lereng terhadap parameter kekuatan geser tanah, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh dapat diambil kesimpulan antara lain:

1. Curah hujan jumlah bulanan yang terjadi sebesar 400 mm pada 2 Januari 2013 terjadi longsor dengan permeabilitas tanah termaksud kelas sedang.

2. Kontribusi akar di kedalaman 0.50 m berjarak dekat pohon bambu dengan signifikan meningkat nilai kohesi. Sementara, kedalaman 1.00 m tidak signifikan peningkatannya. Sebaliknya, untuk parameter nilai sudut geser terjadi penurunan.

3. Kontribusi akar bambu dengan jarak 0.25 m, 0.50 m, 0.75 m, dan 1.00 m terhadap tanah tanpa akar dengan nilai kohesi di kedalaman 0.50 m dan pesentase peningkatan adalah 69,84%, 52,38%, 29,6%, dan 9,52%. Sementara, nilai sudut geser dalam dengan persentase penurunan adalah 53,33%, 37,18%, 24,36%, dan 19,74%.

4. Kontribusi akar bambu dengan jarak sama terhadap tanah tanpa akar di kedalaman 1.00 m dengan nilai kohesi pesentase peningkatan adalah 30,69%, 10,05%, 5,29%, dan 2,12%. Sementara, nilai sudut geser dalam dengan persentase penurunan adalah 41,03%, 28,21%, 17,95%, dan 2,54%.

5. Kontribusi akar yang diduduki lebih banyak dan berdekatan pohon bambu meningkatkan parameter kohesi. Hal ini, parameter kekuatan geser yang berperan terhadap stabilitas lereng adalah kohesi tambahan (Δs) akibat interaksi antara akar dan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Abe, K. and Ziemer, RR. (1991). “Effect of tree roots on a shear zone: modelling reinforced shear strength”. Can J Forest, Vol. 21, 1012-1019.

Chirico, GB. Borga, M., Tarolli, P. Rigon, R. and Preti, F. (2013). “Role of vegetation on slope stability under transient unsaturated conditions”. Procedia Environmental Sciences. Vol. 19, 932-941.

Gray, DH.and Sotir, RB. (1996). “Biotechnical and soil bioengineering slope stabilisation”. A Practical Guide for Erosion Control. Wiley, NewYork.

Mukhsin, Rizalihadi, M. dan Ramadhan, R. (2016). “Studi kekuatan tarik akar bambu terhadap stabilitas tanah di bawah lereng”. Prosiding 3rd Andalas Civil Engineering National Conference, Padang, 22-23 Oktober 2016,

377-385.

Mukhsin, (2016). “Kekuatan tarik akar Pohon agave terhadap stabilitas lereng”. Prosiding Konferensi Nasional Pascasarjana Teknik Sipil, Bandung, 8 November 2016, V1-V9.

Mukhsin, (2017). “Pergerakan tanah pada lereng dengan penguatan akar pohon terhadap stabilitas lereng”. Proceedings The 6th Aceh Development Conference 2017, Kuala Lumpur, 24-26 March 2017, 460-467.

(8)

Reubens, B. Poesen, J. and Danjon, F. (2007). “The role of fine and coarse roots in shallow slope stability and soil erosion control with a focus on root system architecture”, a review, Vol. 21, 385-402.

Rietkerk, M. Dekker, SC. De Ruiter, PC. and Van de Koppel, J. (2004). “Self-organized patchiness and catastrophic shifts in ecosystems”. Science, Vol. 305, 1926-1929.

Van Beek, LP. Wint, H. Cammeraat, LH. and Edwards, JP. (2005). “Observarsion and simulation of root reinforcement on abandoned Mediterranean slopes”. Plant soil, Vol. 278, 55-74.

Wu, TH. (2013). “Root reinforcement of soil: Review of analytical models, test results and applications to design”, Canadian Geotechnical Journal, Vol. 3, 259-274.

Gambar

Gambar 1: Sketsa Pengambilan Sampel Tanah
Gambar 2: Bagan Alir Penelitian
Gambar 3: Hubungan nilai kohesi (c) dengan jarak (m)
Gambar 4: Hubungan nilai sudut geser dalam (Ø) dengan Jarak (m)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Yoga Gigih Aprilia, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS REAKSI HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN ATAS PENGUMUMAN

Usahatani konservasi umumnya dilakukan pada lahan kritis di kawasan DAS, yang bertujuan untuk menekan laju kehilangan tanah atau erosi yang dapat mengakibatkan

1) Kendala dalam menanamkan nilai karakter bersahabat melalui budaya sekolah yaitu kurangnya kepedulian antar sesama teman, kurangnya komunikasi dan interaksi yang

Persentase abnormalitas spermatozoa me- nunjukkan penurunan seiring lama waktu sentri- fugasi, hal ini dikarenakan pencucian sperma meng- akibatkan spermatozoa abnormal terpisah

Dalam penelitian ini perbedaan jenis umpan dan lama perendaman alat tangkap bubu lipat tidak saling mempengaruhi terhadap hasil tangkapan ikan betutu, sehingga

Erosi ini terutama disebabkan oleh konversi lahan hutan ke bukan hutan, pengelolalaan lahan pertanian kurang atau tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air, dan

Apakah sekolah pernah mengadakan workshop dan seminar untuk anak dan ortu yang menjelaskan tentang pola makan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatkan prestasi belajar mahasiswa pada pembelajaran Kalkulus Diferensial yang disertai praktikum dengan