• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

11

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan novel PJ karya Okky Madasari. Kajian pustaka yang ditemukan berupa skripsi dan jurnal ilmiah. Berikut beberapa penelitian yang berkaitan dengan novel PJ karya Okky Madasari.

Arina Agus Pramudita (2014) melakukan penelitian berjudul “Kritik Sosial dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari”. Penelitian ini mengungkapkan kritik sosial yang meliputi kritik terhadap pelanggaran norma sosial, kritik terhadap bidang pendidikan, dan kritik pandangan masyarakat terhadap kaum transgender. Penelitian ini membantu menunjukkan bagaimana Okky Madasari mengangkat isu-isu kaum marginal yang tertindas melalui PJ.

Muhammad Rizki Nasution (2014) melakukan penelitian berjudul “Analisis Wacana Kritis Identitas Transgender dalam Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari”. Penelitian ini berusaha mengungkapkan misi Okky yang dinilai lahir dari kognisi sosialnya sebagai seniman berideologikan liberal dan Marxis di komunitas Salihara. Kesadaran mental Okky Madasari membawanya kepada wacana yang mengkomodifikasi transgender sebagai bagian dari Komunitas Salihara. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad dari segi wacana ini menguak kedudukan transgender dalam masyarakat. Penelitian ini membantu

(2)

penulis untuk menunjukkan bagaimana pandangan Okky Madasari mengenai trasngender berdasarkan ideologi liberal dan Marxis di Komunitas Salihara.

Majalah Kartini (2015) memaparkan megenai Okky pada rubrik berjudul Menggugah Kesadaran Sosial Melalui Sastra. Dalam majalah tersebut dipaparkan Okky memiliki misi menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk menggugah kesadaran masyarakat. Karya yang diciptakan Okky merupakan karya yang memiliki kategori menyuarakan keadilan, isu perempuan dan keluarga. Okky percaya karya sastra dapat merekam sejarah dan memberikan penadaran pada masyarakat.

Achmad Sururi (2012) berkomentar dalam tulisannya Menghargai Perbedaan Menuju Perdamaian mengenai keterlibatan Okky dalam novel Maryam. Konflik Ahmadiyah dengan HAM menjadi latarbelakang terciptanya novel Maryam. Okky menggambarkan situasi konflik dengan memasukkan persoalan agama dalam kehidupan bernegara, persoalan perbedaan akidah bukanlah alasan untuk melegitimasi perilaku kekerasan terhadap para pengikut Ahmadiyah. Mereka adalah manusia yang memiliki beberapa hak dasar dalam hidup. Okky meletakkan perbedaan pandangan menjadi hal yang harus dihargai untuk mendapatkan penyelesaian konflik dengan cara damai.

Dari berbagai kepustakaan tersebut, peneliti mengembangkan data yang ada. Penelitian terdahulu terkait novel PJ dilakukan dengan berbagai analisis dengan memaparkan permasalahan sosial yang dialami oleh tokoh di dalamnya. Arina meneliti dari segi sosiologis, Muhammad meneliti dari segi wacana,dan Achmad Sururi yang berkomentar mengenai keterlibatan Okky dengan karyanya. Berbeda dari penelitian-penelitian yang sebelumnya, penelitian ini mengkaji novel

(3)

PJ melalui Sasana dan Jaka Wani sebagai tokoh hero yang problematik yang mengekspresikan pandangan dunia pengarang sebagai wakil dari kelompok sosial dengan menyuarakan hak-hak kaum marginal.

Kebaharuan dalam penelitian ini adalah novel PJ karya Okky Madasari diteliti menggunakan teori strukturalisme genetik dengan mengungkapkan pandangan dunia pengarang sebagai jembatan yang digunakan pengarang sebagai wakil dari subjek kolektif untuk menjelaskan kelas sosialnya. Penelitian ini mengandung tiga variabel, di antaranya struktur karya sastra, pandangan dunia, dan struktur sosial. Permasalahan yang ditemukan oleh peneliti adalah masalah sosiologis yang terkandung dalam novel PJ terutama kebebasan kaum marginal. Penelitian ini mengungkapkan pandangan dunia Okky Madasari sebagai wakil dari kelas sosialnya dengan memperjuangkan hak-hak kaum marginal yang terbelenggu oleh tubuh, pikiran, tradisi, keluarga, norma, agama, dan dominasi ekonomi hingga kekuasaan.

2. Landasan Teori

Teori Strukturalisme Genetik

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme genetik yang dikemukakan oleh Lucien Goldmann. Teori ini mengungkapkan hubungan antara karya sastra dengan masyarakat melalui pandangan dunia pengarang. Pemahaman mengenai strukturalisme genetik diletakkan pada asal usul karya sastra. Asal usul karya sastra dapat ditelusuri dari keterlibatan pengarang dan kondisi sosial yang melatarbelakangi kelahiran karya sastra saat diciptakan.

(4)

Strukturalisme genetik merupakan wujud reaksi terhadap strukturalisme murni. Pendekatan strukturalisme memusatkan perhatiannya hanya pada unsur intrinsik dalam karya sastra. Pendekatan strukturalisme memberikan makna karya sastra terhadap eksistensi karya sastra tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikannya (Pradopo, dkk, 2001:60). Pendekatan strukturalisme genetik tidak hanya memusatkan perhatiannya pada unsur intrinsik, melainkan juga menyentuh bagian unsur ekstrinsik. Unsur-unsur yang membangun karya sastra baik dari segi intrinsik dan ekstrinsik memiliki keterkaitan dan saling berhubungan satu dengan lainnya.

Penggunaan pendekatan strukturalisme genetik memerlukan metode untuk dapat memahami makna karya sastra. Metode dialektika merupakan metode yang dilakukan secara melingkar, tanpa diketahui titik pangkal dan ujungnya sehingga penelitian bisa dilakukan dari titik mana saja. Pemahaman mengenai metode dialektika karya sastra yang diteliti bergerak dengan gerakan dialektik antara bagian teks itu dengan keseluruhannya, bisa pada level keseluruhan struktur sosial dengan gerakan dialektik dari karya sastra dan pandangan dunia sebagai bagian dari keseluruhan struktur sosial (Faruk, 2014:167). Gerakan melingkar yang dilakukan secara terus-menerus dengan gerakan dialektik antara keseluruhan ke bagian dan dari bagian ke keseluruhannya sehingga mencapai makna totalitas.

a. Fakta Kemanusiaan

Fakta kemanusiaan adalah segala hasil aktivitas atau perilaku manusia, baik yang verbal maupun yang fisik, yang berusaha dipahami oleh ilmu pengetahuan (Faruk, 2010:57). Fakta kemanusiaan dapat dibedakan menjadi dua,

(5)

yaitu fakta individual dan fakta sosial. Fakta yang pertama hanya merupakan hasil perilaku libidinal seperti mimpi, tingkah laku orang gila, dan sebagainya, sedangkan fakta kedua dilakukan oleh seseorang (subjek) atas dasar posisinya sebagai bagian dari suatu masyarakat (subjek kolektif).

Adapun tujuan yang menjadi arti dari fakta-fakta manusia itu tumbuh sebagai respons subjek kolektif ataupun individual terhadap situasi dan kondisi yang ada di dalam diri dan di sekitarnya. Fakta-fakta itu merupakan hasil usaha manusia untuk mencapai keseimbangan yang baik dalam hubungannya dengan dunia sekitarnya (Faruk, 2010:58).

Manusia akan membentuk suatu kolektivitas untuk memenuhi kebutuhannya dan berdasarkan kepentingan kelompok tersebut. Pemahaman mengenai fakta kemanusiaan harus mempertimbangkan struktur dan arti. Semua unsur yang membangun fakta kemanusiaan akan menghasilkan suatu tujuan yang ingin dicapai. Terciptanya fakta kemanusiaan tersebut merupakan tanggapan subjek kolektif terhadap situasi sosial yang melingkupinya.

Dalam strukturalisme genetik, karya sastra merupakan fakta kemanusiaan. Sebuah karya sastra tidak diciptakan begitu saja, melainkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu dari manusia yang menciptakannya. Kebutuhan yang mendorong diciptakannya karya sastra itu, seperti halnya segala ciptaan manusia yang lain, adalah untuk membangun keseimbangan dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan alamiahnya maupun lingkungan manusiawinya (Faruk, 2014:160).

(6)

b. Struktur Karya Sastra

Karya sastra yang besar merupakan produk strukturasi dari subjek kolektif. Karya sastra mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Goldmann mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bawa karya sastra merupakan ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan itu, pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner. Dengan dua pendapat tersebut, Goldmann mempunyai konsep struktur yang bersifat tematik. Pusat perhatiannya adalah relasi antara tokoh dengan tokoh dan tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya (Faruk, 2010:71-72).

c. Subjek Kolektif

Subjek kolektif atau subjek transindividual merupakan subjek fakta kemanusiaan yang bersifat sosial (historis). Revolusi sosial, politik, ekonomi, dan karya-karya kultural besar merupakan fakta sosial (historis). Individu dengan dorongan libidonya tidak akan mampu menciptakannya. Yang dapat menciptakannya hanya subjek transindividual. Subjek transindividual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas (Faruk, 2010:62-63).

The structuring of the individual, one should recall, is explainable only with reference to this socialization, to the collective categories making up his becoming. Goldmann calls this level intrasubjective, the final insertion process involving the totality of plural subjects. It is at this level that history is created. In fact, it is through the collective subject that history becomes possible. At this level, too, there is an objective possibility of transformation that is methodologically comprehensible. The transindividual subject provides a unifying function between the mental

(7)

categories of individuals and those structuring cultural creations (Goldmann, 1981: 19).

Subjek kolektif adalah sekumpulan individu, yang masing-masing dirinya adalah subjek dan bertindak dalam sebuah kesatuan kolektif untuk menciptakan sebuah realitas sosial (Anwar, 2010:106). Fakta kemanusiaan muncul karena adanya aktivitas subjek kolektif. Pengarang dapat melampaui dirinya sebagai individu dalam berkarya. Pengarang merupakan wakil subjek kolektif. Karya sastra membawa gagasan-gagasan yang diciptakan oleh pengarang sebagai wakil kelompok sosialnya. Dalam prespektif strukturalisme genetik, subjek tindakan kolektif tersebut dikategorikan sebagai kelas sosial menurut mengertian Marxis. Kelompok sosial tersebut dapat berpengaruh luas dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam sejarah sosial secara keseluruhan.

d. Pandangan Dunia

Terdapat homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat, sebab keduanya merupakan produk aktivitas strukturasi yang sama. Homologi kesejajaran struktural antara struktur karya sastra dan struktur masyarakat tidak bersifat langsung. Struktur karya sastra tidak homolog dengan struktur masyarakat, melainkan homolog dengan pandangan dunia yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat itu. Pandangan dunia itulah yang pada gilirannya berhubungan langsung dengan struktur masyarakat (Faruk, 2010:64-65). Struktur sosial menurut prespektif Marxis dipahami sebagai struktur yang terbangun dari dua kelas sosial yang bertentangan. Dominasi kelas sosial yang satu terhadap kelas sosial yang lainnya menghasilkan pandangan dunia yang khas.

(8)

He characterizes cultural creations and transindividual subjects as significant structures and analyzes them on the level of their mental categories and on the level of historical praxis. Crucial for the sociology of literature, these two levels (superstructural and structural) are dialectically related. The significant structure of a literary work and that of the mental categories making up the collective consciousness of transindividual subjects are intelligibly and necessarily related on the basis of their mutual definition as significant structures. In other words, the concept homogenizes Goldmann’s genetic structuralism by pointing to the homologous relationship between structures of qualitatively different levels (Goldmann, 1981: 15).

Pandangan dunia adalah fakta sejarah dan sosial. Pandangan dunia merupakan totalitas cara berfikir, merasa, dan bertindak sebagai hasil kondisi sosial yang dihadapi oleh pengarang. “World views are historical and social facts. They are totalities of ways of thinking, feeling and acting which in given conditions are imposed on men finding themselves in a similiar economic and social situation, that is, imposed on certain social groups” (Goldmann, 1981:112). Pandangan dunia merupakan semacam cara atau gaya hidup yang dapat mempersatukan anggota satu kelas dengan anggota yang lain dalam kelas yang sama dan membedakannya dengan anggota-anggota kelas sosial yang lain. Pandangan dunia lahir dari transformasi mentalitas yang lama secara perlahan-lahan dan bertahap (Faruk, 2010:67). Pandangan dunia merupakan kecenderungan mental kolektif yang implisit, yang tidak semua individu anggota kelas sosial pemiliknya dapat menyadarinya. Hal ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa manusia dalam masyarakat yang kompleks seperti individu terjaring ke dalam berbagai bentuk pengelompokan sosial, seperti kelompok profesi, kelompok etnis, ras, pendidikan, dan sebagainya. Berbagai pengelompokan itu dapat mengaburkan pemahaman individu mengenai kelompok sosial dirinya yang sebenarnya. Hanya individu yang istimewa yang mampu menerobos batas-batas

(9)

aneka pengelompokan sosial tersebut dan masuk ke dalam kesadaran kelas sosialnya sendiri (Faruk, 2014: 162).

B. Kerangka Pikir

Deskripsi penelitian pada novel PJ dapat dijelaskan dalam kerangka pikir sebagai berikut:

1. Pada tahap awal peneliti menentukan latar belakang masalah dan rumusan masalah. Novel PJ mengekspresikan pandangan dunia Okky sebagai wakil kelompok sosial liberalis. Novel PJ hadir sebagai reaksi terhadap tradisi. 2. Tahap kedua menentukan teori yang akan digunakan untuk menganalisis

permasalahan tersebut. Penelitian novel PJ dikaji menggunakan teori strukturalisme genetik.

3. Tahap ketiga, peneliti menentukan metode dan teknik analisis data yang digunakan. Teknik analisis data menggunakan teknik dialektika.

4. Tahap keempat, peneliti menganalisis permasalahan dengan mengkaji struktur karya sastra berdasarkan konsep oposisi biner antarmanusia dan lingkungan sosial. Selanjutnya, analisis relasi struktur teks dengan struktur sosial dan menemukan pandangan dunia pengarang dalam novel PJ.

5. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan yaitu menyimpulkan hasil analisis permasalahan terkait novel PJ.

(10)

Bagan 1: Bagan Kerangka Pikir

Relasi antara Struktur Teks dengan Struktur

Sosial

Relasi antara Subjek Kolektif dengan

Struktur Sosial

Simpulan

Novel Pasung Jiwa Karya Okky Madasari: Tinjauan Strukturalisme

Genetik Strukturalisme Genetik

Lucien Goldmann

Pandangan Dunia Struktur Novel Pasung

Jiwa Karya Okky Madasari

Referensi

Dokumen terkait

aly existing knorvledge of Javanese and conlers the values o1'local wisdonr dcaling lvith the envirotttnetttal preser-vation. The aipcient Jirvanesc rtranuscript

For the 2006 income tax year all persons conducting business activities are required to complete and lodge a 2006 income tax form unless all income received by that person has

Sedangkan untuk mengetahui tingkat akuntabilitas tersebut, perlu adanya Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) yang merupakan bahan utama untuk monitoring dan evaluasi

[r]

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA: (Studi pada Siswa Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 11

Gambaran tingkat kemampuan berpikir kritis siswa di SMK Negeri 11 Bandung, yang terdiri dari lima dimensi yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Merujuk pada data agregat kegiatan Pengabdian Masyarakat ITB hingga tahun 2019 mengindikasikan tingginya kegiatan untuk Lingkar 1: Lingkungan Kampus ITB, Bandung dan sekitarnya;