• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS

PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN

Studi Kasus : Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh: NOVITA WULANDARI

051334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS

PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN

Studi Kasus : Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh: NOVITA WULANDARI

051334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk: 

 

Tuhan

 

Yesus

 

Kristus

 

Bapak

 

Hariyanto

 

dan

 

Ibu

 

Suratni

 

Adikku

 

Dwiana

 

Shinta

 

Devy

 

Sahabatku

 

Luci,

 

Sely,

 

Rini,

 

Agnes

 

Benisius

 

Rahmat

 

Basuki

  

 

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: 

Universitas Sanata Dharma 

(6)

v

MOTTO

“Sebuah pekerjaan yang ditunda-tunda

akan membuat kita malas”

(Novita Wulandari)

 

“Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan

jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut

tetapi daging lemah”

(Matius 14:38)

 

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Agustus 2010

Penulis

Novita Wulandari

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Novita Wulandari

Nomor Mahasiswa : 051334018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN DAN TINGKAT PENDAPATAN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Agustus 2010

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN,

DAN TINGKAT PENDAPATAN

Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah

Novita Wulandari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai profesi guru menurut: (1) tingkat pendidikan; (2) jenis pekerjaan; (3) tingkat pendapatan. Penelitian dilaksanakan di Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada bulan Januari 2010. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian berjumlah 140 diambil dengan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Anova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (nilai statistik

(10)

ix

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARDS THE PROFFESION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR LEVEL OF EDUCATION, TYPE

OF OCCUPATIONS, AND INCOME LEVEL

A Case Study on the Society of Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java

Novita Wulandari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2010

This study is to find out society’s perception about teacher’s profession based on : (1) level of education; (2) type of occupation; (3) income level. The study was carried out at Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java in January 2010. The data collection methods are questionnaire and documentation. Samples of this study are 140 peoples and taken by using random sampling technique. Data analysis is the Anova test.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi

Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang

merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,

saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini

penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Ig. Bondan Suratno S.Pd., M.si. Selaku dosen pembimbing skripsi,

yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan

(12)

xi

5. Ibu Rita Eny Purwanti, SPd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah

memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji yang telah

memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.

7. Bapak S.Widanarto, S.Pd., M.Si., yang selalu memberikan dorongan dan

semangat kepada penulis.

8. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan

pengalaman kepada penulis selama kuliah.

9. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala

keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di Universitas

Sanata Dharma.

10.Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah yang telah rela meluangkan waktu atas

kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Bapak Hariyanto dan Ibu Suratni yang tidak pernah lelah memberikan doa,

kasih sayang, biaya, dan tangis sedih dan bahagianya selama ini kepada

penulis, sehingga penulis akhirnya bisa menyelesaikan studi ini walau

dengan waktu yang sedikit mundur. I love U Forever.

12.Buat semua keluarga di Jakarta (Budhe, Pakdhe, Om, Tante,

Mbak-Mbakku dan Mas-Masku semua), Keluarga di Watuagung dan Dringo

(Pakdhe, Budhe, Mbak Wati, Mas Ndoko, Mas Slamet, Dek Dafa dan Difa

(13)

xii

13.Buat My Be Benisius Rahmat Basuki, terimakasih atas dukungan,

semangat, marah-marahnya, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah

“Be” berikan buat “Beib”. Semangat dan jangan pantang menyerah.

Kesempatan tidak akan datang berulang kali.

14.Buat adikku tercinta “Shinta” ayo tetap semangat dan berjuang, cepet

selesaikan kuliahnya jangan lama-lama kasihan bapak dan ibu.

15.Buat para guru di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo yang telah memberikan

bekal ilmu, pengalaman serta doa selama bersekolah.

16.Buat teman-teman dekatku Sely “Nenek”, Luci “Tante”, Rini “Ndut”,

Agnes “Ndut”, you’re my best friends forever.

17.Buat anak-anak “Kontrakan Cempaka 58B” (Oon, Anggit, Yanuar, Dio,

Sampah) thanks buat ketawanya dan pertemanannya.

18.Buat Anak-anak “Kost Paingan 2, 113A” (Mbak Nita, Mbak Wenny,

Wiwik, Siska, Kak Tina, Nely, Epin) thanks buat ketawanya dan

pertemanannya

19.Buat anak-anak “Kost Narada 14B” (Agnes dan Uday, Siska, Wulan,

Dely, Astri, Ida, Septi, Mbak Ratri) thanks buat semuanya tetap jadi

sahabat yang setia.

20.Buat adek-adek kelasku tercinta: terimakasih atas canda tawa dan

semangat yang juga pernah kalian berikan buat Vita.

21.Buat teman-teman lamaku: Fitri, Titik, Fitri A, Desy, Widi, Imam, Galuh,

Ika, Krisna, Panji, Lisa, Sutris, Yuni, Yudi, Muji, tetap berjuang meraih

(14)

xiii

22.Buat “Mio Blue” AD 3009 GR, setia menemani dalam susah senang,

dalam hujan dan terik matahari Jogja selama ini. Buat komputer juga

printerku yang selalu bermasalah thank’s very much.

23.Buat Luci “Tante” dan Rini “Ndut” yang telah lulus mendahuluiku,

akhirnya aku menyusul kalian juga.

24.Buat teman seperjuanganku Sely “Nenek” akhirnya kita selesai juga.

25.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2005 (PAK A dan PAK

B) terima kasih atas bantuan dan kerjasama serta semangat yang telah

diberikan dalam proses penyempurnaan skripsi ini, tidak lupa kenangan

bersama kita.

26.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan

sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap

semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 24 Agustus 2010 Penulis

(15)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Masyarakat ... 6

B. Profesi Guru ... 12

C. Tingkat Pendidikan ... 26

D. Jenis Pekerjaan ... 26

E. Tingkat Pendapatan ... 29

F. Kerangka Berpikir ... 31

G. Hipotesis... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 38

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 39

E. Operasional Variabel ... 40

F. Teknik Pengambilan Data ... 43

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

1. Pengujian Validitas ... 44

2. Pengujian Reabilitas Kuesioner ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 48

1. Pengujian Normalitas dan Uji Homogenitas ... 48

a. Uji Normalitas ... 48

(16)

xv

2. Pengujian Hipotesis... 50

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 52

B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 61

C. Pengujian Hipotesis... 62

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 70

C. Keterbatasan Penelitian ... 71

(17)

xvi

D A F T A R T A B E L

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel...41

Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert...41

Tabel 3.3 Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat...42

Tabel 3.4 Indikator Jenis Pekerjaan Masyarakat...42

Tabel 3.5 Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat...43

Tabel 3.6 Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru ...45

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian...47

Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan...52

Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Jenis Pekerjaan...53

Tabel 4.3 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendapatan...54

Tabel 4.4 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru...55

Tabel 4.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan...56

Tabel 4.6 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan...57

Tabel 4.7 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan...58

Tabel 4.8 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Tingkat Pendidikan...59

Tabel 4.9 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Jenis Pekerjaan...60

Tabel 4.10 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Tingkat Pendapatan...61

Tabel 4.11 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian...62

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan...63

Tabel 4.13 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan...64

(18)

xvii

D A F T A R L A M P I R A N

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner... 75

Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian... 80

Lampiran 3 Data Uji Validitas ... 84

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85

Lampiran 5 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 87

Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 97

Lampiran 7 Perhitungan PAP II... 98

Lampiran 8 Tabel r dan Tabel F... 100

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, situasi dan

kondisi kehidupan manusia yang semakin kompleks, merupakan tantangan

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia yang sedang

berkembang dan memacu pembangunan di segala bidang, tidak dapat

menghindar dari berbagai tantangan. Oleh karena iu diperlukan

manusia-manusia yang berkualitas tinggi, yakni manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju,

tangguh, cerdas, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani, (GBHN, 1993:95).

Soedjaji (1994:1) mengemukakan bahwa untuk memiliki warga yang

berkualitas tinggi diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi,

mampu menguasai dan mengembangkan ilmu teknologi, dapat dimanfaatkan

untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Untuk mengembangkan dan

menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas inilah diperlukan

pendidikan yang berkualitas juga. Pendidikan yang berkualitas tidak lepas

dari peran pengajar yang memiliki kualitas bagus juga, dalam hal ini yang

dimaksud adalah guru yang berkualitas dan bertanggung jawab pada

profesinya.

Dahulu, profesi guru adalah profesi yang sangat terhormat di mata

(20)

mendapatkan tempat yang terpandang dalam masyarakat. Walau pada

kenyataannya dari segi finansial, gaji guru sangat kecil bahkan kadang tidak

dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun setelah pemerintah

mengeluarkan UU mengenai guru dan dosen, profesi guru bisa dibilang

menjanjikan dari segi finasial atau kesejahteraan hidupnya. Apabila seorang

guru sudah mengikuti dan bisa lulus dalam uji sertifikasi yang dilaksanakan

pemerintah maka guru akan mendapatkan tambahan gaji dan kesejahteraan.

Profesi guru sekarang ini tidak beda dengan profesi-profesi menjanjikan

lainnya, seperti dokter atau pengacara.

Hal demikianlah yang memunculkan sebuah fenomena dimana saat ini

dalam masyarakat banyak orang yang menginginkan profesi menjadi seorang

guru. Contohnya saja seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat desa

Watuagung, kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, banyak diantara

penduduk di sana yang ingin berprofesi menjadi seorang guru. Sebagian

orang berebut untuk bersekolah atau melanjutkan studi di sekolah khusus

guru yang memang ada di sana. Penduduk desa yang berlatar belakang

pendidikan rendah pun ikut bersekolah lagi untuk bisa menjadi seorang guru.

Namun tidak semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai profesi

guru ini.

Setiap masyarakat pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari

segi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Perbedaan

(21)

profesi guru berbeda. Masyarakat yang satu dengan yang lainnya akan

merasakan hal yang berbeda mengenai profesi guru.

Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, persepsi

mengenai profesi guru diduga lebih positif dibandingkan dengan masyarakat

yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Dilihat dari karakteristik yang lain,

masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi diduga persepsi mengenai

profesi guru lebih positif dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat

pendapatan rendah. Begitu juga dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan

dengan kelas menengah keatas akan memandang profesi guru lebih positif

dibanding dengan masyarkat yang memiliki pekerjaan dengan kelas

menengah kebawah. Seperti yang terjadi pada masyarakat desa Watuagung,

kecamatan Baturetno, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

memandang bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia dan memiliki

tingkat kesejahteraan yang baik, begitu pula dengan masyarakat yang

memiliki tingkat pendapatan dan memiliki pekerjaan kelas menengah ke atas

memandang bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia dengan tingkat

kesejahteraan yang baik.

Melihat kondisi tersebut di atas dan memperhatikan bahwa profesi

guru berpengaruh terhadap pandangan masyarakat, maka penelitian ini

mencoba untuk melakukan kegiatan yang dapat mengidentifikasi dan

menganalisis tentang “Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau

(22)

kasus pada Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah.

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai

profesi guru. Penelitian ini memfokuskan pada karakteristik masyarakat

menurut tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau

dari tingkat pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau

dari jenis pekerjaan?

3. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau

dari tingkat pendapatan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah

untuk menyediakan bukti-bukti tentang:

1. Perbedaan masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat

(23)

2. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari jenis

pekerjaan

3. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat

pendapatan

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan membantu masyarakat supaya mengetahui

tentang profesi guru

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seorang guru supaya tidak

putus asa akan pekerjaannya.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah di perpustakaan sebagai

pengetahuan.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya terdorong untuk memberikan

pemikiran-pemikiran dalam bentuk penelitian-penelitian yang nantinya diharapkan

bermanfaat dalam dunia pendidikan.

5. Bagi penulis

(24)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi Masyarakat 1. Persepsi

Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan,

pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsangan

yang diterima. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai

pada pemberian arti saja tetapi akan berpengaruh pada perilaku yang akan

dipilihnya sesuai dengan rangsangan yang diterima dari lingkungannya.

Proses persepsi melalui tahapan-tahapan (Walgito, 1993:54) sebagai

berikut.

a. Penerimaan rangsangan

Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.

Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber

dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut

mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya.

b. Proses menyeleksi rangsangan

Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi di sini akan terlibat

proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih

(25)

c. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu

bentuk

d. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima

kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data

tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi

persepsi.

e. Proses pengecekan

Setelah data ditafsir, penerima rangsangan dapat mengambil beberapa

tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukannya benar atau salah.

Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan

apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil

proses selanjutnya.

f. Proses reaksi

Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan

tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka.

Menurut Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan persepsi

mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara

dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik

yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan

dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya

(26)

Menurut Gregorc (Debby, 2001:56), persepsi yang dimiliki setiap pikiran/

pribadi ada dua macam, yaitu persepsi kongkrit dan persepsi abstrak.

1. Persepsi Kongkrit/Nyata

Persepsi kongkret membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang

nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima inderanya, yaitu

penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak

mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan

atau konsep. Kunci ungkapannya: “Sesuatu adalah seperti apa adanya”.

2. Persepsi Abstrak/ Kasat mata

Persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam menangkap

sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau percaya apa yang

tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi

abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan

imajinasinya. Kunci ungkapannya: “Sesuatu tidaklah selalu seperti apa

yang terlihat”.

Dalam kenyataannya, terhadap suatu objek yang sama, individu

dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda. Meskipun setiap anak

menggunakan persepsi konkret dan persepsi abstrak setiap harinya, namun ada

kecenderungan seseorang merasa lebih mampu dalam menggunakan yang satu

dibanding yang lainnya. Pareek (Arisandy, 1984), mengemukakan ada empat

(27)

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak

semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya

secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek

yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu

kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar

memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga

akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan

berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Menurut Thoha (1988:145-152), faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi ada dua.

1. Faktor Eksternal atau dari luar yang terdiri dari:

a. concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di

persepsikan dibandingkan dengan yang objektif;

b. novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk

(28)

c. velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk

menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan

gerakan yang lambat;

d. conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan seperti bel pintu,

deringan telepon dan lain lain.

2. Faktor Internal atau dari dalam yang terdiri dari :

a. motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk merespon

terhadap istirahat;

b. interest, hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak

menarik;

c. need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian;

d. assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman

melihat, merasakan dan lain-lain.

Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk

membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan

ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk (Winkel,

1986:161). Menurut Shalahuddin (1991:73), persepsi merupakan bentuk

pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang

bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang

dihayati.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi

merupakan suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta

(29)

membedakan objek atau subjek lain dengan melewati suatu tahapan

tertentu.

2. Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk

menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan

menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia

memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola

interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam

suatu masyarakat.

Menurut Sumardjan (1987:167), masyarakat adalah orang-orang

yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Menurut Soekanto (1987:192), alam masyarakat setidaknya

memuat unsur-unsur atau faktor-faktor sebagai berikut:

1. Beranggotakan minimal dua orang;

2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan;

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan

manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan

hubungan antar anggota masyarakat;

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta

(30)

Menurut Levy (1986:245), diperlukan empat kriteria/ ciri yang

harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan sebagai

masyarakat:

1. Ada sistem tindakan utama;

2. Saling setia pada sistem tindakan utama;

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota;

4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/ reproduksi

manusia.

Dari beberapa pendapat tersebut tentang persepsi dan masyarakat di

atas maka dapat di ambil kesimpulan, bahwa pengertian persepsi masyarakat

adalah merupakan proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta

pemberian arti oleh sekelompok orang yang hidup bersama, dan

membedakan objek atau subjek lain.

B. Profesi Guru 1. Profesi

Profesi adalah ''pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian

tertentu''(http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/24/opi05.htm).

Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua

pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam

pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja"

untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu.

(31)

berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya

pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

(http://www.bpkpenabur.or.id).

Menurut Kamus Oxford: Learner Pocket Dictionary new Edition

2003, Profesi adalah:

a. Jenis pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus. Contohnya

pengobatan atau pertanian.

b. Pernyataan tentang kepercayaan, perasaan, atau pemikiran tentang

sesuatu.

Menurut Basuki (2006:111), pengertian profesi merupakan suatu

pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang

diperoleh dari teori dan bukan saja praktek dan diuji dalam bentuk ujian

dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan

hak kepada yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah.

Maka definisi profesi adalah kegiatan yang memerlukan

ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit

dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan

ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya

penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas.

Secara umum ada 3 ciri sebuah profesi:

1) Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki

(32)

gelar sarjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru

mengikuti pendidikan profesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi,

apoteker, farmasi, arsitektur untuk Indonesia. Di berbagai negara,

pengacara diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki

profesi.

2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.

Pelatihan tukang batu, tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan

fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter meliputi komponen

intelektual dan ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau

dokter gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen

intelektual yang dominan.

3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada

masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa

untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter,

pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang

penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat

dilakukan oleh seorang pakar permainan catur misalnya. Singkatnya

profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan

intelektual yang ekstensif.

(http://pustaka.uns.ac.id/index.php?opt=1001&menu=news&option=d

(33)

2. Guru

a. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia

dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan

atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi. Menurut Susanto (2002:28),

profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka

yang dipersiapkan khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut dan guru

profesional adalah orang yang memiliki kemampuan khusus dalam

bidang keguruan sehingga guru mampu melakukan tugas dan fungsinya

dengan kemampun yang maksimal.

b. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai

(34)

a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

memadai

b) penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

c) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas

d) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

e) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas

pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional guru sebagai

pendidik mempunyai kewajiban untuk (Sisdiknas, 2003):

a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis dan dialogis.

b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan

mutu pendidikan.

c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan

kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

c. Peranan guru

Menurut Oliver (Sahertian, 1990:36), guru mempunyai peranan

sebagai berikut:

a) guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai penyampai

(35)

b) guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap

sebagai manusia sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan

disampaikan kepada anak didik.

c) guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai lingkungan

untuk belajar, memperlengkapi berbagai sumber yang membantu

siswa untuk dapat belajar.

d) guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi nasehat,

memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan

suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya

sendiri.

e) guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru berperan

sebagai master ceremony, pemimpin dalam kelompok, yang

menstimulir gejala-gejala untuk belajar bersama dalam kelompok

belajar, memandang gejala-gejala sehingga semua berpartisipasi

bersama.

f) guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang dengan

bermacam cara.

g) guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media belajar

yang disediakan.

h) guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan berbagai

pendekatan dalam menyajikan pelayanan. Maksudnya eksperimen

(36)

siswa melalui observasi dan mencatat hasil observasi dengan

demikian anak ikut aktif memecahkan.

i) guru sebagai penyusun program. Guru merancangkan pelajaran.

Menyusun desain mengajar di mana siswa dapat belajar baik secara

individual maupun secara kelompok.

j) guru dapat juga berperan sebagai manipulator (pengubah

lingkungan belajar). Guru dapat menciptakan iklim belajar, melalui

berbagai stimulus, seperti penguatan (reinforcement). Sehingga

siswa mengalami perubahan tingkah laku.

d. Kode etik guru

Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam

menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan

profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang

berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):

a) guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

b) guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

c) guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai

bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d) guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

(37)

e) guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan

masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa

tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

f) guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

g) guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan

kesetiakawanan sosial.

h) guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu

organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

e. Prinsip guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005

tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan

bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai

berikut:

1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai

dengan bidang tugas.

4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.

(38)

6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi

kerja.

7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan

secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan.

9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur

hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen

diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara

demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

f. Kompetensi Profesionalisme Guru

Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai

tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan

(Leod, 1989). Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru

dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab

dan layak. Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan

kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi

(39)

Melihat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks,

maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus (Ali, 1985) antara lain

dikemukakan berikut ini:

1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori

ilmu pengetahuan yang mendalam

2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai

dengan bidang profesinya

3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai

4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan

yang dilaksanakan

5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan

Kompetensi guru sendiri terdiri dari kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

(http://www.depdiknas.go.id/RPP/modules.php/. 2007):

Pertama, kompetensi pedagogik. Adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

Kedua, kompetensi kepribadian. Adalah kepribadian pendidik

yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

(40)

Ketiga, kompetensi sosial. Adalah kemampuan pendidik

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan

masyarakat.

Keempat, kompetensi profesional. Adalah kemampuan pendidik

dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang

memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi

yang ditetapkan.

Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria

profesional, guru dan penanggung jawab pendidikan harus

mengambil langkah. Hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya.

1) Penyelenggaraan pelatihan. Dasar profesionalisme adalah

kompetensi. Sementara itu, pengembangan kompetensi mutlak

harus berkelanjutan. Caranya, tiada lain dengan pelatihan.

2) Pembinaan perilaku kerja.

3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah

bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik

(Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi

"penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak

waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian

4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan

mampu "membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri,

(41)

Disamping dengan keahliannya, sosok professional guru

ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh

pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan

melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang

tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional

mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan

spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu

memahami dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui

kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak

terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif

yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui

penguasaaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual

dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang

beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari

norma-norma agama dam moral.

Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya.

Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi

peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu

terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila

(42)

penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan

mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.

Menjadi guru bukan sebuah proses yang hanya dapat dilalui,

diselesaikan dan ditentukan melalui uji kompetensi dan sertifikasi.

Karena menjadi guru menyangkut perkara hati, mengajar adalah profesi

hati. Hati harus lebih banyak berperan atau lebih daripada budi. Oleh

karena itu, pengolahan hati harus mendapatkan perhatian yang cukup,

yaitu pemurnian hati atau motivasi untuk menjadi guru. Sikap yang

harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan

kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan

meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak

bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru.

Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk

menjadi guru yang profesional.

Mengingat peran guru sangat strategis dalam menyiapkan

generasi unggulan maka guru dituntut untuk kreatif dan mau belajar

terus-menerus demi meningkatkan mutu kemampuan mengajar.

Peningkatan kualifikasi pendidian guru di tingkat sekolah dasar,

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan profesional mengajar.

Hal ini sangat penting dilakukan mengingat profesi mengajar

adalah pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Mengajar bukan sekadar

kegiatan rutin dan mekanis. Dalam mengajar terkandung kemampuan

(43)

dilakukan, merancang pembelajaran yang efektif dan efisien,

mengaktifkan siswa melalui motivasi ekstrinsik dan intrinsik serta

mengawasi hasil belajar serta merevisi.

Pembelajaran berikutnya agar tubuh efektif dan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian mengajar

merupakan kegiatan manjerial yang harus dilakukan secara

professional. Guru sebagai fasilitator, mediator patner belajar siswa.

Secara sederhana dapat diartikan penyedia bahan, sumber informasi

bagi siswa dan dapat bekerja sama dengan siswanya.

Pendidikan berfungsi sebagai maneger learning dan elimating

maker dalam proses pembelajaran sekolah. Guru harus aktif dalam

pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah

kontekstual/realistik. Guru memberikan kesempatan pada siswa

menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. Guru menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan, guru harus simpatik, akrab, tidak

terkesan angker.

Dengan begitu, siswa dapat menyelesaikan masalah dalam

kelompok. Pembelajaran tidak selalu di dalam kelas bisa juga di luar

kelas, duduk di lantai, di bawah pohon, mengamati dan mengumpulkan

data, bisa juga di perpustakaan. Guru mendorong terjadinya interaksi

dan negosiasi. Siswa bebas memilih modus reprentasi yang sesuai

dengan instruktur koqnitifnya sewaktu menyelesaikan masalah

(44)

C. Tingkat Pendidikan

Dalam Tap MPR No.IV tahun 1973, dikatakan bahwa pendidikan pada

hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dalam hal yang

sama, Soekanto (1992:235) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai

tertentu bagi manusia, terutama dalam hal membuka pikiran serta menerima

hal-hal baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah.

Dari batasan pengertian serta pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa melalui pendidikan, seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu

mengembangkan kepribadian dan terbuka dalam menerima hal-hal baru

secara ilmiah. Tingkat pendidikan sendiri memiliki arti kurang lebih adalah

jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh seseorang yang dibuktikan

dengan adanya ijasah terakhir yang diperolehnya, seperti SD, SMP, SMA,

Sarjana atau jenjang pendidikan yang lain.

Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden yang akan diteliti

dibedakan menjadi lima yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat

SMA, dan tamat Perguruan Tinggi.

D. Jenis Pekerjaan

Dalam penelitian ini yang di maksud dengan jenis pekerjaan adalah

(45)

14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai

berikut:

Golongan Jenis Pekerjaan

A - Meninggal dunia - Pensiunan

- Tidak mempunyai pekerjaan

B - Buruh nelayan - Buruh tani - Petani kecil - Penebang kayu

C - Petani penyewa - Buruh tidak tetap - Penarik becak

D - Pembantu - Penjual keliling - Tukang cuci

E - Seniman - Buruh tetap - Montir - Pandai besi - Penjahit - Sopir bus/ colt - Tukang kayu - Tukang listrik - Tukang mesin

F - Pemilik bus/ colt - Pengawas keamanan - Petani pemilik tanah - Pegawai sipil (ABRI) - Mandor

- Pemilik perusahaan/ toko/ pabrik - Pedagang

- Pegawai kantor - Peternak - Tuan tanah

(46)

- Pegawai badan hukum - Kepala kantor pos cabang - Manager perusahaan kecil - Supervisor/ pengawas - Pamong praja

- Guru SD - Kepala bagian

- Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D)

H - Guru SLTA/ SLTP - Juru rawat

- Pekerja sosial

- Perwira ABRI (Letda, Lettu, Kapten)

- Pegawai negeri sipil (Golongan II A s/d II D) - Kepala sekolah

- Kontraktor - Wartawan

I - Ahli hukum

- Manager perusahaan - Ahli ilmu tanah - Apoteker - Arsitek - Dokter

- Dosen/ guru besar - Gubernur

- Kepala kantor - Menteri

- Pegawai negeri sipil (Golongan III A keatas) - Pengarang

- Peneliti - Penerbang - Walikota/ bupati - Kontraktor besar

Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan diteliti adalah tidak

(47)

E. Tingkat Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan, yaitu

jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita

perhatikan lingkungan disekitar kita, kita akan melihat betapa sibuknya

orang-orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar memperoleh imbalan

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Menurut Sumardi dan Evers (1982:92), pendapatan adalah hasil yang

diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan

sampingan, dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Penghasilan dalam jumlah besar akan memudahkan bagi mereka

untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, termasuk kebutuhan akan

pendidikan. Sebaliknya, penghasilan dalam jumlah yang kecil akan

mengakibatkan keluarga dalam keadaan kekurangan, sehingga dapat

dikatakan rendah status sosial ekonominya. Pemenuhan kebutuhan sering

dirasa sukar dengan penghasilan yang kecil, padahal mereka dituntut untuk

selalu mempertahankan kehidupan keluarganya. Agar kebutuhan pokok

hidup dapat terpenuhi, seringkali orang harus mengorbankan kebutuhan

lain yang sifatnya tidak mendesak. Pendidikan pada saat sekarang ini

merupakan kebutuhan yang pokok dan penting untuk dipenuhi, untuk itu

semua orang tua bekerja keras agar dapat mencukupi kebutuhan pendidikan

(48)

2. Bentuk Pendapatan

Menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan dapat dibedakan menjadi

tiga bentuk (Sumardi dan Ever, 1982:92):

- Pendapatan berupa uang

- Pendapatan berupa barang

- Pendapatan berupa uang dan barang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang

sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau

kontraprestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta

lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri

dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari

halaman rumah, hasil investasi.

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya

regular dan biasanya diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan

jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi

atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut,

demikian pula penerimaan secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa

dengan harga substitusi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan

berupa barang.

Untuk penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman

adalah segala penerimaan yang bersifat transfer atau redistribusi dan

(49)

penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian,

warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi.

Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan yang akan diteliti

dibedakan menjadi:

Tingkat Pendapatan a. Kurang dari Rp.500.000,00

b. Antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 c. Antara Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 d. Antara Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 e. Lebih dari Rp.3.500.000,00

F. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat

Pendidikan

Penelitian lain yang mendukung temuan ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Kurniawati (2002:85) yang mendapatkan hasil bahwa ada

perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat

pendidikan orang tua. Hal yang didapat dari penelitian ini adalah adanya

perbedaan persepsi terhadap profesi guru antara siswa yang orang tuanya

dengan tingkat pendidikan tinggi dan yang orang tuanya dengan

pendidikan rendah. Hal itu disebabkan karena kemampuan orang tua

dalam menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu

semangat anak untuk mencapai hal serupa. Hal ini terjadi dikarenakan

(50)

pada dunia pendidikan, orang tua akan selalu menyadarkan dan

mendorong anaknya untuk selalu rajin belajar sehingga menjadi orang

yang berpengetahuan. Anak cenderung akan meniru atau bercermin pada

orang tuanya. Tingkat pendidikan orang tua yang dicapai akan membawa

pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya

berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi juga

berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan

status sosial pada masyarakat.

Isbudiyono (2007:55) dalam penelitiannya, mendapatkan hasil

bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru

ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal itu disebabkan karena data yang

didapatkan penulis kebanyakan tenaga pengajar (guru) yang mempunyai

latar belakang pendidikan yang lebih tinggi daripada warga masyarakat

tempat penelitian, sehingga kebanyakan dari masyarakat menilai

pendidikan guru mempunyai kedudukan yang tinggi daripada pendidikan

yang telah ditempuh oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan dalam

penelitian Priyono (2009:38-39), mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan

persepsi siswa mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan

disebabkan cara pandang orang tua yang berpendidikan tinggi dan rendah

berpengaruh terhadap siswa.

Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Antara masyarakat yang satu

(51)

Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal tertinggi

yang pernah dicapai seseorang dalam suatu masyarakat yang menentukan

pola pikir seseorang.

Setiap masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda

ada yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan ada juga yang memiliki

tingkat pendidikan tinggi. Pada masyarakat yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi memandang positif profesi guru, karena masyarakat ini

memiliki tingkat pemikiran yang lebih luas dibanding dengan masyarakat

yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

2. Persepsi Masyarakat Mengenai Kompetensi Guru Ditinjau Dari Jenis

Pekerjaan

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan

Santoso (2001:97) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan sikap

siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi.

Tidak adanya perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru ini

disebabkan antara lain teladan dari orang tua siswa-siswi itu sendiri (dari

semua tingkat status sosial ekonomi) yang selalu memberi penghargaan

(rasa hormat) bagi para guru, sebab bagaimana pun juga guru merupakan

partner dalam mendidik anak-anaknya untuk mencapai tujuan menjadikan

manusia yang dewasa dan cerdas. Gurulah yang menggantikan peran

(52)

Damarwati (2009:52) dan Isbudiyono (2007:55) dalam

penelitiannya, mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan persepsi

masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan, yang

disebabkan karena masyarakat tempat penelitian tersebut masih

mempunyai kesamaan pandangan yang positif terhadap profesi guru.

Dikarenakan mereka masih beranggapan bahwa guru merupakan sosok

yang patut diteladani dari sikap dan perilakunya, juga dari segi

kehidupannya ekonomi yang cukup terjamin di tempat penelitian tersebut.

Oleh karena itu masyarakat yang mempunyai latar belakang pekerjaan

yang berbeda-beda menganggap pekerjaan guru adalah pekerjaan yang

ideal dan patut untuk dibanggakan.

Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat

dipengaruhi oleh jenis pekerjaannya. Antara masyarakat yang satu dengan

yang lainnya mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Jenis

pekerjaan yang dimaksud adalah jenis pekerjaan seseorang dalam suatu

masyarakat yang dapat menentukan pola pikir seseorang.

Setiap masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda ada

yang memiliki jenis pekerjaan rendah dalam hal ini adalah jenis pekerjaan

non-guru dan ada juga yang memiliki jenis pekerjaan tinggi dalam hal ini

adalah jenis pekerjaan guru. Pada masyarakat yang memiliki jenis

pekerjaan tinggi memandang positif profesi guru, karena masyarakat ini

(53)

menjadi seorang guru, berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki

jenis pekerjaan non-guru, mereka memandang negative profesi guru.

3. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat

Pendapatan

Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan

Damarwati (2009:54) menemukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi

masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan pendapatan. Tidak adanya

perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru disebabkan karena

kebanyakan masyarakat menilai gaji guru tergolong tinggi dibandingkan

dengan pendapatan rata-rata masyarakat pada umumnya di tempat

penelitian tersebut. Oleh karena itu mereka memandang gaji guru cukup

untuk memenuhi kebutuhan hidup perbulannya. Begitu besarnya peran

guru dalam pendidikan sehingga harus memberikan porsi anggaran yang

cukup besar. Anggaran itu selain untuk gaji, juga digunakan kebutuhan

yang terkait dengan peningkatan kemampuan guru.

Noveanta (2002:55) dalam penelitiannya, mendapatkan hasil

bahwa tidak ada perbedaan sikap siswa siswi terhadap profesi guru

berdasarkan tingkat penghasilan. Karena teladan dari orang tua

siswa-siswi itu sendiri (dari semua tingkat status sosial ekonomi) yang selalu

memberi penghargaan (rasa hormat) bagi para guru, sebab bagaimana pun

juga guru merupakan partner dalam mendidik anak-anaknya untuk

(54)

dalam penelitian Isbudiyono (2007:55) mendapatkan hasil bahwa tidak

ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat

penghasilan karena kebanyakan masyarakat tempat penelitian menilai gaji

guru tergolong tinggi dibandingkan dengan pendapatan rata-rata

masyarakat tempat penelitian pada umumnya. Gaji guru cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup perbulannya.

Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Antara masyarakat yang satu

dengan yang lainnya mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda-beda.

Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang dicapai

seseorang dalam suatu masyarakat yang menentukan pola pikir seseorang.

Setiap masyarakat memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda

ada yang memiliki tingkat pendapatan rendah dan ada juga yang memiliki

tingkat pendapatan tinggi. Pada masyarakat yang memiliki tingkat

pendapatan tinggi memandang positif profesi guru dibanding dengan

(55)

G. Hipotesis

Ha1 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari

tingkat pendidikan

Ha2 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari

jenis pekerjaan

Ha3 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari

(56)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang mendalam

tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas. Dengan demikian

hasil hanyalah berlaku pada kasus dimana objek atau subjek yang diteliti dan

tidak dapat digeneralisasikan pada kasus lain.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno,

Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan

Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi masyarakat mengenai profesi guru,

(57)

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

masyarakat desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten

Wonogiri, Jawa Tengah.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 1999:73). Sampel penelitian ini dihitung dengan

rumus Slovin (Umar, 2003: 102):

2 1 Ne N n + = Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang dapat ditolelir

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas

kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :

(

)

2

05 , 0 216 1 216 + = n

(58)

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling,

yaitu pengambilan sampling secara acak dari semua individu dalam

populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dan diberi

kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Peneliti

menetapkan sampel penelitian yaitu masyarakat Desa Watuagung, Rw 02

Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

E. Operasional Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek

penelitian atau faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.

1. Pengelompokan Variabel

a. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat

terhadap profesi guru

b. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

• Tingkat Pendidikan

• Jenis Pekerjaan

• Tingkat Pendapatan

2. Definisi dan Pengukuran Variabel

a. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru

(59)

Tabel 3.1

Kisi-kisi penyusunan kuesioner variabel Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru

Indikator No. Item

a. Berakhlak mulia b. Berinteraksi sosial

c. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik d. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis

e. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai f. Dituntut belajar

g. Tanggung jawab sosial

h. Menjadi teladan bagi peserta didik

1, 6, 12 7, 14, 17 11 5, 16

10 3, 4, 9, 13 2, 15 8

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen

tersaji dalam tabel berikut.

Tabel 3.2

Skoring Berdasarkan Skala Likert Skor Kriteria Jawaban

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju ( SS ) 5 1

Setuju ( S ) 4 2

Ragu-Ragu (R) 3 3

Tidak Setuju ( TS ) 2 4

Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 5

b. Indikator yang digunakan

1. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah

(60)

SMP), pendidikan menengah (SMA dan SMK), dan pendidikan

tinggi (Perguruan Tinggi dan Akademik), indikatornya.

Tabel 3.3

Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat Tingkat Pendidikan Skor

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

1 2 3 4 5

2. Jenis Pekerjaan Masyarakat

Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk

mendapatkan penghasilan setiap bulan. Di dalam penelitian ini,

penulis membedakan jenis pekerjaan sebagai berikut.

Tabel 3.4

Indikator Jenis Pekerjaan Masyarakat Jenis Pekerjaan Skor

A.Tidak bekerja B.Petani atau buruh C.Wiraswasta D.Pegawai Swasta E.Pegawai Negeri

1 2 3 4 5

3. Tingkat Pendapatan Masyarakat

Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata

setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang

dinyatakan dalam nilai rupiah. Dalam penelitian ini yang dimaksud

adalah tingkat pendapatan setiap bulannya. Adapun pedoman untuk

(61)

Tabel 3.5

Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat Tingkat Pendapatan Skor

a. Kurang dari Rp.500.000,00

b. Antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 c. Antara Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 d. Antara Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 e. Lebih dari Rp.3.500.000,00

1 2 3 4 5

F. Teknik Pengambilan Data 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999:135). Kuesioner ini

digunakan untuk mengumpulkan data persepsi masyarakat mengenai

profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat

pendapatan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan oleh peneliti untuk

memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau

dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden

bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumen ini

digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu tentang jumlah

penduduk di wilayah Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno,

(62)

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang

ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur

(Umar, 2003:72). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan

antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan pengujian validitas

dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment

(Umar, 2003:78) yaitu sebagai berikut:

r =

(

) (

)

(

)

(

)

∑ ∑

− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :

r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y

Y = skor total item

X = skor item

n = jumlah responden

Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi

dengan signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir

soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya maka butir soal

tersebut tidak valid.

Hasil Pengujian Validitas

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi

(63)

belas (17) butir pertanyaan variabel persepsi masyarakat mengenai profesi

guru.

Uji validitas untuk persepsi masyarakat mengenai profesi guru ada tujuh

belas (17) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman hasil uji

validitas untuk persepsi masyarakat mengenai profesi guru dengan r tabel

0,361 (Sugiyono, 2006:288) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6

Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru

Butir No.

Nilai r tabel Nilai r hitung Status

1 0,361 0.800 Valid 2 0,361 0.791 Valid 3 0,361 0.808 Valid 4 0,361 0.796 Valid 5 0,361 0.793 Valid 6 0,361 0.805 Valid 7 0,361 0.781 Valid 8 0,361 0.788 Valid 9 0,361 0.793 Valid

10 0,361 0.784 Valid

11 0,361 0.781 Valid

12 0,36

Gambar

Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden memiliki  tingkat pendapatan Rp.1.500.000 sampai dengan Rp
TABEL III

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research-CAR ) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dari empat tahap

Sesungguhnya pasar saham pada masa 1870 dan 1900 sering didominasi oleh persaingan yang besar-besaran, perserikatan, merger anntara raja-raja dibidang rel

Setelah kita buat bagian table ini, sekarang kita akan isi bagian tablenya, dengan cara mengubah tampilan viewnya menjadi Data Sheet View dengan cara klik menu View , pilih

[r]

 Jumlah air yang dibutuhkan untuk membasahi keseluruhan luas permukaan agregat dipengaruhi oleh ukuran butir agregat, dimana hubungan antara luas permukaan agregat dengan ukuran

[r]

AOSORPSI ATOM SILIXON PADA PERMUKAAN GRAFENA OENGAN METODEAM 1 MENGGUNAKAN. PA(ET

[r]