PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS
PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus : Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh: NOVITA WULANDARI
051334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU
DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS
PEKERJAAN, DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus : Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun Oleh: NOVITA WULANDARI
051334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
☺
Tuhan
Yesus
Kristus
☺
Bapak
Hariyanto
dan
Ibu
Suratni
☺
Adikku
Dwiana
Shinta
Devy
☺
Sahabatku
Luci,
Sely,
Rini,
Agnes
☺
Benisius
Rahmat
Basuki
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:
Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
“Sebuah pekerjaan yang ditunda-tunda
akan membuat kita malas”
(Novita Wulandari)
“Berjaga-jaga dan berdoalah supaya kamu jangan
jatuh ke dalam pencobaan, roh memang penurut
tetapi daging lemah”
(Matius 14:38)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,
kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana
layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Agustus 2010
Penulis
Novita Wulandari
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Novita Wulandari
Nomor Mahasiswa : 051334018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN DAN TINGKAT PENDAPATAN
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Agustus 2010
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI PROFESI GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN,
DAN TINGKAT PENDAPATAN
Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
Novita Wulandari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2010
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai profesi guru menurut: (1) tingkat pendidikan; (2) jenis pekerjaan; (3) tingkat pendapatan. Penelitian dilaksanakan di Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah pada bulan Januari 2010. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Sampel penelitian berjumlah 140 diambil dengan teknik random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan (nilai statistik
ix
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF SOCIETY TOWARDS THE PROFFESION OF TEACHER PERCEIVED FROM THEIR LEVEL OF EDUCATION, TYPE
OF OCCUPATIONS, AND INCOME LEVEL
A Case Study on the Society of Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java
Novita Wulandari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2010
This study is to find out society’s perception about teacher’s profession based on : (1) level of education; (2) type of occupation; (3) income level. The study was carried out at Watuagung, RW 02, Baturetno District, Wonogiri Regency, Central Java in January 2010. The data collection methods are questionnaire and documentation. Samples of this study are 140 peoples and taken by using random sampling technique. Data analysis is the Anova test.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi
Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang
merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,
saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini
penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Ig. Bondan Suratno S.Pd., M.si. Selaku dosen pembimbing skripsi,
yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan
xi
5. Ibu Rita Eny Purwanti, SPd., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
6. Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji yang telah
memberi masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
7. Bapak S.Widanarto, S.Pd., M.Si., yang selalu memberikan dorongan dan
semangat kepada penulis.
8. Para dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan
pengalaman kepada penulis selama kuliah.
9. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala
keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di Universitas
Sanata Dharma.
10.Masyarakat Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah yang telah rela meluangkan waktu atas
kesediaannya menjadi responden dalam penelitian ini.
11.Bapak Hariyanto dan Ibu Suratni yang tidak pernah lelah memberikan doa,
kasih sayang, biaya, dan tangis sedih dan bahagianya selama ini kepada
penulis, sehingga penulis akhirnya bisa menyelesaikan studi ini walau
dengan waktu yang sedikit mundur. I love U Forever.
12.Buat semua keluarga di Jakarta (Budhe, Pakdhe, Om, Tante,
Mbak-Mbakku dan Mas-Masku semua), Keluarga di Watuagung dan Dringo
(Pakdhe, Budhe, Mbak Wati, Mas Ndoko, Mas Slamet, Dek Dafa dan Difa
xii
13.Buat My Be Benisius Rahmat Basuki, terimakasih atas dukungan,
semangat, marah-marahnya, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah
“Be” berikan buat “Beib”. Semangat dan jangan pantang menyerah.
Kesempatan tidak akan datang berulang kali.
14.Buat adikku tercinta “Shinta” ayo tetap semangat dan berjuang, cepet
selesaikan kuliahnya jangan lama-lama kasihan bapak dan ibu.
15.Buat para guru di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo yang telah memberikan
bekal ilmu, pengalaman serta doa selama bersekolah.
16.Buat teman-teman dekatku Sely “Nenek”, Luci “Tante”, Rini “Ndut”,
Agnes “Ndut”, you’re my best friends forever.
17.Buat anak-anak “Kontrakan Cempaka 58B” (Oon, Anggit, Yanuar, Dio,
Sampah) thanks buat ketawanya dan pertemanannya.
18.Buat Anak-anak “Kost Paingan 2, 113A” (Mbak Nita, Mbak Wenny,
Wiwik, Siska, Kak Tina, Nely, Epin) thanks buat ketawanya dan
pertemanannya
19.Buat anak-anak “Kost Narada 14B” (Agnes dan Uday, Siska, Wulan,
Dely, Astri, Ida, Septi, Mbak Ratri) thanks buat semuanya tetap jadi
sahabat yang setia.
20.Buat adek-adek kelasku tercinta: terimakasih atas canda tawa dan
semangat yang juga pernah kalian berikan buat Vita.
21.Buat teman-teman lamaku: Fitri, Titik, Fitri A, Desy, Widi, Imam, Galuh,
Ika, Krisna, Panji, Lisa, Sutris, Yuni, Yudi, Muji, tetap berjuang meraih
xiii
22.Buat “Mio Blue” AD 3009 GR, setia menemani dalam susah senang,
dalam hujan dan terik matahari Jogja selama ini. Buat komputer juga
printerku yang selalu bermasalah thank’s very much.
23.Buat Luci “Tante” dan Rini “Ndut” yang telah lulus mendahuluiku,
akhirnya aku menyusul kalian juga.
24.Buat teman seperjuanganku Sely “Nenek” akhirnya kita selesai juga.
25.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2005 (PAK A dan PAK
B) terima kasih atas bantuan dan kerjasama serta semangat yang telah
diberikan dalam proses penyempurnaan skripsi ini, tidak lupa kenangan
bersama kita.
26.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan
sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 24 Agustus 2010 Penulis
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiv
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Masyarakat ... 6
B. Profesi Guru ... 12
C. Tingkat Pendidikan ... 26
D. Jenis Pekerjaan ... 26
E. Tingkat Pendapatan ... 29
F. Kerangka Berpikir ... 31
G. Hipotesis... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 38
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 39
E. Operasional Variabel ... 40
F. Teknik Pengambilan Data ... 43
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44
1. Pengujian Validitas ... 44
2. Pengujian Reabilitas Kuesioner ... 46
H. Teknik Analisis Data ... 48
1. Pengujian Normalitas dan Uji Homogenitas ... 48
a. Uji Normalitas ... 48
xv
2. Pengujian Hipotesis... 50
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 52
B. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas... 59
1. Uji Normalitas ... 59
2. Uji Homogenitas ... 61
C. Pengujian Hipotesis... 62
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan... 70
B. Saran... 70
C. Keterbatasan Penelitian ... 71
xvi
D A F T A R T A B E L
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Variabel...41
Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert...41
Tabel 3.3 Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat...42
Tabel 3.4 Indikator Jenis Pekerjaan Masyarakat...42
Tabel 3.5 Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat...43
Tabel 3.6 Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru ...45
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian...47
Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan...52
Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Jenis Pekerjaan...53
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendapatan...54
Tabel 4.4 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru...55
Tabel 4.5 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan...56
Tabel 4.6 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan...57
Tabel 4.7 Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendapatan...58
Tabel 4.8 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Tingkat Pendidikan...59
Tabel 4.9 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Jenis Pekerjaan...60
Tabel 4.10 Rangkuman Pengujian Normalitas Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Untuk Tingkat Pendapatan...61
Tabel 4.11 Rangkuman Pengujian Homogenitas Variabel Penelitian...62
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan...63
Tabel 4.13 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Jenis Pekerjaan...64
xvii
D A F T A R L A M P I R A N
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner... 75
Lampiran 2 Tabulasi Data Penelitian... 80
Lampiran 3 Data Uji Validitas ... 84
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 85
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Homogenitas ... 87
Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 97
Lampiran 7 Perhitungan PAP II... 98
Lampiran 8 Tabel r dan Tabel F... 100
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, situasi dan
kondisi kehidupan manusia yang semakin kompleks, merupakan tantangan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Bangsa Indonesia yang sedang
berkembang dan memacu pembangunan di segala bidang, tidak dapat
menghindar dari berbagai tantangan. Oleh karena iu diperlukan
manusia-manusia yang berkualitas tinggi, yakni manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, serta sehat jasmani dan rohani, (GBHN, 1993:95).
Soedjaji (1994:1) mengemukakan bahwa untuk memiliki warga yang
berkualitas tinggi diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi,
mampu menguasai dan mengembangkan ilmu teknologi, dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Untuk mengembangkan dan
menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas inilah diperlukan
pendidikan yang berkualitas juga. Pendidikan yang berkualitas tidak lepas
dari peran pengajar yang memiliki kualitas bagus juga, dalam hal ini yang
dimaksud adalah guru yang berkualitas dan bertanggung jawab pada
profesinya.
Dahulu, profesi guru adalah profesi yang sangat terhormat di mata
mendapatkan tempat yang terpandang dalam masyarakat. Walau pada
kenyataannya dari segi finansial, gaji guru sangat kecil bahkan kadang tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun setelah pemerintah
mengeluarkan UU mengenai guru dan dosen, profesi guru bisa dibilang
menjanjikan dari segi finasial atau kesejahteraan hidupnya. Apabila seorang
guru sudah mengikuti dan bisa lulus dalam uji sertifikasi yang dilaksanakan
pemerintah maka guru akan mendapatkan tambahan gaji dan kesejahteraan.
Profesi guru sekarang ini tidak beda dengan profesi-profesi menjanjikan
lainnya, seperti dokter atau pengacara.
Hal demikianlah yang memunculkan sebuah fenomena dimana saat ini
dalam masyarakat banyak orang yang menginginkan profesi menjadi seorang
guru. Contohnya saja seperti yang terjadi di lingkungan masyarakat desa
Watuagung, kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, banyak diantara
penduduk di sana yang ingin berprofesi menjadi seorang guru. Sebagian
orang berebut untuk bersekolah atau melanjutkan studi di sekolah khusus
guru yang memang ada di sana. Penduduk desa yang berlatar belakang
pendidikan rendah pun ikut bersekolah lagi untuk bisa menjadi seorang guru.
Namun tidak semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai profesi
guru ini.
Setiap masyarakat pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari
segi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Perbedaan
profesi guru berbeda. Masyarakat yang satu dengan yang lainnya akan
merasakan hal yang berbeda mengenai profesi guru.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, persepsi
mengenai profesi guru diduga lebih positif dibandingkan dengan masyarakat
yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Dilihat dari karakteristik yang lain,
masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi diduga persepsi mengenai
profesi guru lebih positif dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat
pendapatan rendah. Begitu juga dengan masyarakat yang memiliki pekerjaan
dengan kelas menengah keatas akan memandang profesi guru lebih positif
dibanding dengan masyarkat yang memiliki pekerjaan dengan kelas
menengah kebawah. Seperti yang terjadi pada masyarakat desa Watuagung,
kecamatan Baturetno, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
memandang bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia dan memiliki
tingkat kesejahteraan yang baik, begitu pula dengan masyarakat yang
memiliki tingkat pendapatan dan memiliki pekerjaan kelas menengah ke atas
memandang bahwa profesi guru adalah profesi yang mulia dengan tingkat
kesejahteraan yang baik.
Melihat kondisi tersebut di atas dan memperhatikan bahwa profesi
guru berpengaruh terhadap pandangan masyarakat, maka penelitian ini
mencoba untuk melakukan kegiatan yang dapat mengidentifikasi dan
menganalisis tentang “Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau
kasus pada Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai
profesi guru. Penelitian ini memfokuskan pada karakteristik masyarakat
menurut tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau
dari tingkat pendidikan?
2. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau
dari jenis pekerjaan?
3. Apakah ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau
dari tingkat pendapatan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk menyediakan bukti-bukti tentang:
1. Perbedaan masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat
2. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari jenis
pekerjaan
3. Perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat
pendapatan
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan membantu masyarakat supaya mengetahui
tentang profesi guru
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu seorang guru supaya tidak
putus asa akan pekerjaannya.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah di perpustakaan sebagai
pengetahuan.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya terdorong untuk memberikan
pemikiran-pemikiran dalam bentuk penelitian-penelitian yang nantinya diharapkan
bermanfaat dalam dunia pendidikan.
5. Bagi penulis
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi Masyarakat 1. Persepsi
Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan,
pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsangan
yang diterima. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai
pada pemberian arti saja tetapi akan berpengaruh pada perilaku yang akan
dipilihnya sesuai dengan rangsangan yang diterima dari lingkungannya.
Proses persepsi melalui tahapan-tahapan (Walgito, 1993:54) sebagai
berikut.
a. Penerimaan rangsangan
Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.
Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber
dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut
mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya.
b. Proses menyeleksi rangsangan
Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi di sini akan terlibat
proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih
c. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu
bentuk
d. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima
kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data
tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi
persepsi.
e. Proses pengecekan
Setelah data ditafsir, penerima rangsangan dapat mengambil beberapa
tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukannya benar atau salah.
Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan
apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil
proses selanjutnya.
f. Proses reaksi
Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan
tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka.
Menurut Masidjo (1995:96) tingkah laku dalam tingkatan persepsi
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara
dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik
yang khas pada masing-masing rangsangan. Kemampuan ini dinyatakan
dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya
Menurut Gregorc (Debby, 2001:56), persepsi yang dimiliki setiap pikiran/
pribadi ada dua macam, yaitu persepsi kongkrit dan persepsi abstrak.
1. Persepsi Kongkrit/Nyata
Persepsi kongkret membuat anak lebih cepat menangkap informasi yang
nyata dan jelas, secara langsung melalui kelima inderanya, yaitu
penglihatan, penciuman, peraba, perasa, dan pendengaran. Anak tidak
mencari arti yang tersembunyi atau mencoba menghubungkan gagasan
atau konsep. Kunci ungkapannya: “Sesuatu adalah seperti apa adanya”.
2. Persepsi Abstrak/ Kasat mata
Persepsi abstrak memungkinkan anak lebih cepat dalam menangkap
sesuatu yang abstrak/kasat mata, dan mengerti atau percaya apa yang
tidak bisa dilihat sesungguhnya. Sewaktu anak menggunakan persepsi
abstrak ini, mereka menggunakan kemampuan intuisi, intelektual dan
imajinasinya. Kunci ungkapannya: “Sesuatu tidaklah selalu seperti apa
yang terlihat”.
Dalam kenyataannya, terhadap suatu objek yang sama, individu
dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda. Meskipun setiap anak
menggunakan persepsi konkret dan persepsi abstrak setiap harinya, namun ada
kecenderungan seseorang merasa lebih mampu dalam menggunakan yang satu
dibanding yang lainnya. Pareek (Arisandy, 1984), mengemukakan ada empat
1. Perhatian
Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak
semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya
secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek
yang menarik bagi kita.
2. Kebutuhan
Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu
kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.
3. Kesediaan
Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar
memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga
akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.
4. Sistem nilai
Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan
berpengaruh terhadap persepsi seseorang.
Menurut Thoha (1988:145-152), faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi ada dua.
1. Faktor Eksternal atau dari luar yang terdiri dari:
a. concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di
persepsikan dibandingkan dengan yang objektif;
b. novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk
c. velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk
menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan
gerakan yang lambat;
d. conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan seperti bel pintu,
deringan telepon dan lain lain.
2. Faktor Internal atau dari dalam yang terdiri dari :
a. motivation, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk merespon
terhadap istirahat;
b. interest, hal-hal yang menarik lebih diperhatikan daripada yang tidak
menarik;
c. need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian;
d. assumptions, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman
melihat, merasakan dan lain-lain.
Persepsi adalah pengamatan secara global, kemampuan untuk
membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain berdasarkan
ciri-ciri fisik obyek-obyek itu misalnya ukuran, warna, dan bentuk (Winkel,
1986:161). Menurut Shalahuddin (1991:73), persepsi merupakan bentuk
pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang
bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang
dihayati.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta
membedakan objek atau subjek lain dengan melewati suatu tahapan
tertentu.
2. Masyarakat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk
menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan
menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia
memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola
interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam
suatu masyarakat.
Menurut Sumardjan (1987:167), masyarakat adalah orang-orang
yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
Menurut Soekanto (1987:192), alam masyarakat setidaknya
memuat unsur-unsur atau faktor-faktor sebagai berikut:
1. Beranggotakan minimal dua orang;
2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan;
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat;
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
Menurut Levy (1986:245), diperlukan empat kriteria/ ciri yang
harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan sebagai
masyarakat:
1. Ada sistem tindakan utama;
2. Saling setia pada sistem tindakan utama;
3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota;
4. Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/ reproduksi
manusia.
Dari beberapa pendapat tersebut tentang persepsi dan masyarakat di
atas maka dapat di ambil kesimpulan, bahwa pengertian persepsi masyarakat
adalah merupakan proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian serta
pemberian arti oleh sekelompok orang yang hidup bersama, dan
membedakan objek atau subjek lain.
B. Profesi Guru 1. Profesi
Profesi adalah ''pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
tertentu''(http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/24/opi05.htm).
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai dua
pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
pengertian yang lebih luas menjadi: kegiatan "apa saja" dan "siapa saja"
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keah-lian tertentu.
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya
pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
(http://www.bpkpenabur.or.id).
Menurut Kamus Oxford: Learner Pocket Dictionary new Edition
2003, Profesi adalah:
a. Jenis pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan khusus. Contohnya
pengobatan atau pertanian.
b. Pernyataan tentang kepercayaan, perasaan, atau pemikiran tentang
sesuatu.
Menurut Basuki (2006:111), pengertian profesi merupakan suatu
pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari teori dan bukan saja praktek dan diuji dalam bentuk ujian
dari sebuah universitas atau lembaga yang berwenang serta memberikan
hak kepada yang bersangkutan untuk berhubungan dengan nasabah.
Maka definisi profesi adalah kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit
dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan
ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya
penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas.
Secara umum ada 3 ciri sebuah profesi:
1) Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki
gelar sarjana. Sebagai contoh mereka yang telah lulus sarjana baru
mengikuti pendidikan profesi seperti dokter, dokter gigi, psikologi,
apoteker, farmasi, arsitektur untuk Indonesia. Di berbagai negara,
pengacara diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki
profesi.
2) Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.
Pelatihan tukang batu, tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan
fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter meliputi komponen
intelektual dan ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau
dokter gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen
intelektual yang dominan.
3) Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada
masyarakat. Dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa
untuk kepentingan umum daripada kepentingan sendiri. Dokter,
pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan jasa yang
penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat
dilakukan oleh seorang pakar permainan catur misalnya. Singkatnya
profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan
intelektual yang ekstensif.
(http://pustaka.uns.ac.id/index.php?opt=1001&menu=news&option=d
2. Guru
a. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia
dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Sedangkan profesional adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Menurut Susanto (2002:28),
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka
yang dipersiapkan khusus untuk melakukan pekerjaan tersebut dan guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan khusus dalam
bidang keguruan sehingga guru mampu melakukan tugas dan fungsinya
dengan kemampun yang maksimal.
b. Hak dan Kewajiban Guru
Dalam undang undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan
memadai
b) penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja
c) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas
d) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil
kekayaan intelektual
e) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional guru sebagai
pendidik mempunyai kewajiban untuk (Sisdiknas, 2003):
a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis dan dialogis.
b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan
kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
c. Peranan guru
Menurut Oliver (Sahertian, 1990:36), guru mempunyai peranan
sebagai berikut:
a) guru sebagai penceramah. Memang tugas guru sebagai penyampai
b) guru sebagai orang sumber (resourse person). Guru dianggap
sebagai manusia sumber. Melalui guru dan dari guru pengetahuan
disampaikan kepada anak didik.
c) guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan berbagai lingkungan
untuk belajar, memperlengkapi berbagai sumber yang membantu
siswa untuk dapat belajar.
d) guru sebagai konselor. Guru membantu siswa memberi nasehat,
memberanikan siswa, mendengarkan keluhan dan menciptakan
suasana belajar siswa, menyuruh memecahkan persoalan dirinya
sendiri.
e) guru sebagai pemimpin kelompok. Dalam belajar guru berperan
sebagai master ceremony, pemimpin dalam kelompok, yang
menstimulir gejala-gejala untuk belajar bersama dalam kelompok
belajar, memandang gejala-gejala sehingga semua berpartisipasi
bersama.
f) guru sebagai tutor. Guru menolong seorang demi seorang dengan
bermacam cara.
g) guru sebagai manajer yang menyajikan pelayanan media belajar
yang disediakan.
h) guru sebagai pembina laboratorium. Guru meletakkan berbagai
pendekatan dalam menyajikan pelayanan. Maksudnya eksperimen
siswa melalui observasi dan mencatat hasil observasi dengan
demikian anak ikut aktif memecahkan.
i) guru sebagai penyusun program. Guru merancangkan pelajaran.
Menyusun desain mengajar di mana siswa dapat belajar baik secara
individual maupun secara kelompok.
j) guru dapat juga berperan sebagai manipulator (pengubah
lingkungan belajar). Guru dapat menciptakan iklim belajar, melalui
berbagai stimulus, seperti penguatan (reinforcement). Sehingga
siswa mengalami perubahan tingkah laku.
d. Kode etik guru
Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam
menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan
profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang
berisi sebagai berikut (Samana, 1994:117):
a) guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b) guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
c) guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
d) guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
e) guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan
f) guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g) guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
h) guru secara bersama–sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
i) Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
e. Prinsip guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen profesi guru dan profesi dosen merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas.
4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja.
7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,
kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
f. Kompetensi Profesionalisme Guru
Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan
(Leod, 1989). Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab
dan layak. Dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi
Melihat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks,
maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus (Ali, 1985) antara lain
dikemukakan berikut ini:
1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori
ilmu pengetahuan yang mendalam
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan bidang profesinya
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan
yang dilaksanakan
5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan
Kompetensi guru sendiri terdiri dari kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
(http://www.depdiknas.go.id/RPP/modules.php/. 2007):
Pertama, kompetensi pedagogik. Adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kedua, kompetensi kepribadian. Adalah kepribadian pendidik
yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi
Ketiga, kompetensi sosial. Adalah kemampuan pendidik
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat.
Keempat, kompetensi profesional. Adalah kemampuan pendidik
dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi
yang ditetapkan.
Menyadari banyaknya guru yang belum memenuhi kriteria
profesional, guru dan penanggung jawab pendidikan harus
mengambil langkah. Hal-hal yang dapat dilakukan di antaranya.
1) Penyelenggaraan pelatihan. Dasar profesionalisme adalah
kompetensi. Sementara itu, pengembangan kompetensi mutlak
harus berkelanjutan. Caranya, tiada lain dengan pelatihan.
2) Pembinaan perilaku kerja.
3) Penciptaan waktu luang. Waktu luang sudah lama menjadi sebuah
bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik
(Yunani-Romawi) adalah menjadikan manusia makin menjadi
"penganggur terhormat", dalam arti semakin memiliki banyak
waktu luang untuk mempertajam intelektualitas dan kepribadian
4) Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan
mampu "membangun" manusia muda dengan penuh percaya diri,
Disamping dengan keahliannya, sosok professional guru
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru professional hendaknya mampu memikul dan
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang
tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru profesional
mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan
spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu
memahami dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui
kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif
yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui
penguasaaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual
dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang
beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari
norma-norma agama dam moral.
Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya.
Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi
peserta didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu
terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila
penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik; bukan
mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Menjadi guru bukan sebuah proses yang hanya dapat dilalui,
diselesaikan dan ditentukan melalui uji kompetensi dan sertifikasi.
Karena menjadi guru menyangkut perkara hati, mengajar adalah profesi
hati. Hati harus lebih banyak berperan atau lebih daripada budi. Oleh
karena itu, pengolahan hati harus mendapatkan perhatian yang cukup,
yaitu pemurnian hati atau motivasi untuk menjadi guru. Sikap yang
harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri dan
kehendak untuk memurnikan keguruannya. Mau belajar dengan
meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak
bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru.
Kerasan dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk
menjadi guru yang profesional.
Mengingat peran guru sangat strategis dalam menyiapkan
generasi unggulan maka guru dituntut untuk kreatif dan mau belajar
terus-menerus demi meningkatkan mutu kemampuan mengajar.
Peningkatan kualifikasi pendidian guru di tingkat sekolah dasar,
diharapkan mampu meningkatkan kemampuan profesional mengajar.
Hal ini sangat penting dilakukan mengingat profesi mengajar
adalah pekerjaan yang tidak mudah dilakukan. Mengajar bukan sekadar
kegiatan rutin dan mekanis. Dalam mengajar terkandung kemampuan
dilakukan, merancang pembelajaran yang efektif dan efisien,
mengaktifkan siswa melalui motivasi ekstrinsik dan intrinsik serta
mengawasi hasil belajar serta merevisi.
Pembelajaran berikutnya agar tubuh efektif dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian mengajar
merupakan kegiatan manjerial yang harus dilakukan secara
professional. Guru sebagai fasilitator, mediator patner belajar siswa.
Secara sederhana dapat diartikan penyedia bahan, sumber informasi
bagi siswa dan dapat bekerja sama dengan siswanya.
Pendidikan berfungsi sebagai maneger learning dan elimating
maker dalam proses pembelajaran sekolah. Guru harus aktif dalam
pembelajaran sedapat mungkin dimulai dengan menyajikan masalah
kontekstual/realistik. Guru memberikan kesempatan pada siswa
menyelesaikan masalah dengan cara sendiri. Guru menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan, guru harus simpatik, akrab, tidak
terkesan angker.
Dengan begitu, siswa dapat menyelesaikan masalah dalam
kelompok. Pembelajaran tidak selalu di dalam kelas bisa juga di luar
kelas, duduk di lantai, di bawah pohon, mengamati dan mengumpulkan
data, bisa juga di perpustakaan. Guru mendorong terjadinya interaksi
dan negosiasi. Siswa bebas memilih modus reprentasi yang sesuai
dengan instruktur koqnitifnya sewaktu menyelesaikan masalah
C. Tingkat Pendidikan
Dalam Tap MPR No.IV tahun 1973, dikatakan bahwa pendidikan pada
hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Dalam hal yang
sama, Soekanto (1992:235) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai
tertentu bagi manusia, terutama dalam hal membuka pikiran serta menerima
hal-hal baru dan juga bagaimana berpikir secara ilmiah.
Dari batasan pengertian serta pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa melalui pendidikan, seseorang akan memperoleh pengalaman, mampu
mengembangkan kepribadian dan terbuka dalam menerima hal-hal baru
secara ilmiah. Tingkat pendidikan sendiri memiliki arti kurang lebih adalah
jenjang sekolah yang telah diselesaikan oleh seseorang yang dibuktikan
dengan adanya ijasah terakhir yang diperolehnya, seperti SD, SMP, SMA,
Sarjana atau jenjang pendidikan yang lain.
Dalam penelitian ini, tingkat pendidikan responden yang akan diteliti
dibedakan menjadi lima yaitu tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat
SMA, dan tamat Perguruan Tinggi.
D. Jenis Pekerjaan
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan jenis pekerjaan adalah
14) mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai
berikut:
Golongan Jenis Pekerjaan
A - Meninggal dunia - Pensiunan
- Tidak mempunyai pekerjaan
B - Buruh nelayan - Buruh tani - Petani kecil - Penebang kayu
C - Petani penyewa - Buruh tidak tetap - Penarik becak
D - Pembantu - Penjual keliling - Tukang cuci
E - Seniman - Buruh tetap - Montir - Pandai besi - Penjahit - Sopir bus/ colt - Tukang kayu - Tukang listrik - Tukang mesin
F - Pemilik bus/ colt - Pengawas keamanan - Petani pemilik tanah - Pegawai sipil (ABRI) - Mandor
- Pemilik perusahaan/ toko/ pabrik - Pedagang
- Pegawai kantor - Peternak - Tuan tanah
- Pegawai badan hukum - Kepala kantor pos cabang - Manager perusahaan kecil - Supervisor/ pengawas - Pamong praja
- Guru SD - Kepala bagian
- Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D)
H - Guru SLTA/ SLTP - Juru rawat
- Pekerja sosial
- Perwira ABRI (Letda, Lettu, Kapten)
- Pegawai negeri sipil (Golongan II A s/d II D) - Kepala sekolah
- Kontraktor - Wartawan
I - Ahli hukum
- Manager perusahaan - Ahli ilmu tanah - Apoteker - Arsitek - Dokter
- Dosen/ guru besar - Gubernur
- Kepala kantor - Menteri
- Pegawai negeri sipil (Golongan III A keatas) - Pengarang
- Peneliti - Penerbang - Walikota/ bupati - Kontraktor besar
Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan diteliti adalah tidak
E. Tingkat Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan, yaitu
jumlah barang dan jasa yang diperoleh dari hasil kerja seseorang. Jika kita
perhatikan lingkungan disekitar kita, kita akan melihat betapa sibuknya
orang-orang bekerja. Hal ini dilakukan orang agar memperoleh imbalan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Menurut Sumardi dan Evers (1982:92), pendapatan adalah hasil yang
diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan
sampingan, dan pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Penghasilan dalam jumlah besar akan memudahkan bagi mereka
untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, termasuk kebutuhan akan
pendidikan. Sebaliknya, penghasilan dalam jumlah yang kecil akan
mengakibatkan keluarga dalam keadaan kekurangan, sehingga dapat
dikatakan rendah status sosial ekonominya. Pemenuhan kebutuhan sering
dirasa sukar dengan penghasilan yang kecil, padahal mereka dituntut untuk
selalu mempertahankan kehidupan keluarganya. Agar kebutuhan pokok
hidup dapat terpenuhi, seringkali orang harus mengorbankan kebutuhan
lain yang sifatnya tidak mendesak. Pendidikan pada saat sekarang ini
merupakan kebutuhan yang pokok dan penting untuk dipenuhi, untuk itu
semua orang tua bekerja keras agar dapat mencukupi kebutuhan pendidikan
2. Bentuk Pendapatan
Menurut Biro Pusat Statistik, pendapatan dapat dibedakan menjadi
tiga bentuk (Sumardi dan Ever, 1982:92):
- Pendapatan berupa uang
- Pendapatan berupa barang
- Pendapatan berupa uang dan barang
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang
sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau
kontraprestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta
lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri
dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari
halaman rumah, hasil investasi.
Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya
regular dan biasanya diterima dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan
jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi
atau disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan jasa tersebut,
demikian pula penerimaan secara cuma-cuma, pemberian barang dan jasa
dengan harga substitusi atau reduksi dari majikan merupakan pendapatan
berupa barang.
Untuk penerimaan uang dan barang yang dipakai sebagai pedoman
adalah segala penerimaan yang bersifat transfer atau redistribusi dan
penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, hasil undian,
warisan, penagihan piutang, kiriman uang, menang judi.
Dalam penelitian ini, tingkat pendapatan yang akan diteliti
dibedakan menjadi:
Tingkat Pendapatan a. Kurang dari Rp.500.000,00
b. Antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 c. Antara Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 d. Antara Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 e. Lebih dari Rp.3.500.000,00
F. Kerangka Berpikir
1. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat
Pendidikan
Penelitian lain yang mendukung temuan ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Kurniawati (2002:85) yang mendapatkan hasil bahwa ada
perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat
pendidikan orang tua. Hal yang didapat dari penelitian ini adalah adanya
perbedaan persepsi terhadap profesi guru antara siswa yang orang tuanya
dengan tingkat pendidikan tinggi dan yang orang tuanya dengan
pendidikan rendah. Hal itu disebabkan karena kemampuan orang tua
dalam menyelesaikan jenjang pendidikan yang tinggi menjadi pemicu
semangat anak untuk mencapai hal serupa. Hal ini terjadi dikarenakan
pada dunia pendidikan, orang tua akan selalu menyadarkan dan
mendorong anaknya untuk selalu rajin belajar sehingga menjadi orang
yang berpengetahuan. Anak cenderung akan meniru atau bercermin pada
orang tuanya. Tingkat pendidikan orang tua yang dicapai akan membawa
pengaruh yang luas pada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya
berpengaruh pada tingkat penguasaan pengetahuan tetapi juga
berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan
status sosial pada masyarakat.
Isbudiyono (2007:55) dalam penelitiannya, mendapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru
ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal itu disebabkan karena data yang
didapatkan penulis kebanyakan tenaga pengajar (guru) yang mempunyai
latar belakang pendidikan yang lebih tinggi daripada warga masyarakat
tempat penelitian, sehingga kebanyakan dari masyarakat menilai
pendidikan guru mempunyai kedudukan yang tinggi daripada pendidikan
yang telah ditempuh oleh masyarakat pada umumnya. Sedangkan dalam
penelitian Priyono (2009:38-39), mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan
persepsi siswa mengenai profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan
disebabkan cara pandang orang tua yang berpendidikan tinggi dan rendah
berpengaruh terhadap siswa.
Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Antara masyarakat yang satu
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal tertinggi
yang pernah dicapai seseorang dalam suatu masyarakat yang menentukan
pola pikir seseorang.
Setiap masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda
ada yang memiliki tingkat pendidikan rendah dan ada juga yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi. Pada masyarakat yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi memandang positif profesi guru, karena masyarakat ini
memiliki tingkat pemikiran yang lebih luas dibanding dengan masyarakat
yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
2. Persepsi Masyarakat Mengenai Kompetensi Guru Ditinjau Dari Jenis
Pekerjaan
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan
Santoso (2001:97) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan sikap
siswa-siswi terhadap profesi guru berdasarkan status sosial ekonomi.
Tidak adanya perbedaan sikap siswa-siswi terhadap profesi guru ini
disebabkan antara lain teladan dari orang tua siswa-siswi itu sendiri (dari
semua tingkat status sosial ekonomi) yang selalu memberi penghargaan
(rasa hormat) bagi para guru, sebab bagaimana pun juga guru merupakan
partner dalam mendidik anak-anaknya untuk mencapai tujuan menjadikan
manusia yang dewasa dan cerdas. Gurulah yang menggantikan peran
Damarwati (2009:52) dan Isbudiyono (2007:55) dalam
penelitiannya, mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan persepsi
masyarakat terhadap profesi guru menurut jenis pekerjaan, yang
disebabkan karena masyarakat tempat penelitian tersebut masih
mempunyai kesamaan pandangan yang positif terhadap profesi guru.
Dikarenakan mereka masih beranggapan bahwa guru merupakan sosok
yang patut diteladani dari sikap dan perilakunya, juga dari segi
kehidupannya ekonomi yang cukup terjamin di tempat penelitian tersebut.
Oleh karena itu masyarakat yang mempunyai latar belakang pekerjaan
yang berbeda-beda menganggap pekerjaan guru adalah pekerjaan yang
ideal dan patut untuk dibanggakan.
Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat
dipengaruhi oleh jenis pekerjaannya. Antara masyarakat yang satu dengan
yang lainnya mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Jenis
pekerjaan yang dimaksud adalah jenis pekerjaan seseorang dalam suatu
masyarakat yang dapat menentukan pola pikir seseorang.
Setiap masyarakat memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda ada
yang memiliki jenis pekerjaan rendah dalam hal ini adalah jenis pekerjaan
non-guru dan ada juga yang memiliki jenis pekerjaan tinggi dalam hal ini
adalah jenis pekerjaan guru. Pada masyarakat yang memiliki jenis
pekerjaan tinggi memandang positif profesi guru, karena masyarakat ini
menjadi seorang guru, berbeda halnya dengan masyarakat yang memiliki
jenis pekerjaan non-guru, mereka memandang negative profesi guru.
3. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru Ditinjau Dari Tingkat
Pendapatan
Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian yang dilakukan
Damarwati (2009:54) menemukan bahwa tidak ada perbedaan persepsi
masyarakat terhadap profesi guru berdasarkan pendapatan. Tidak adanya
perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru disebabkan karena
kebanyakan masyarakat menilai gaji guru tergolong tinggi dibandingkan
dengan pendapatan rata-rata masyarakat pada umumnya di tempat
penelitian tersebut. Oleh karena itu mereka memandang gaji guru cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup perbulannya. Begitu besarnya peran
guru dalam pendidikan sehingga harus memberikan porsi anggaran yang
cukup besar. Anggaran itu selain untuk gaji, juga digunakan kebutuhan
yang terkait dengan peningkatan kemampuan guru.
Noveanta (2002:55) dalam penelitiannya, mendapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan sikap siswa siswi terhadap profesi guru
berdasarkan tingkat penghasilan. Karena teladan dari orang tua
siswa-siswi itu sendiri (dari semua tingkat status sosial ekonomi) yang selalu
memberi penghargaan (rasa hormat) bagi para guru, sebab bagaimana pun
juga guru merupakan partner dalam mendidik anak-anaknya untuk
dalam penelitian Isbudiyono (2007:55) mendapatkan hasil bahwa tidak
ada perbedaan persepsi masyarakat terhadap profesi guru menurut tingkat
penghasilan karena kebanyakan masyarakat tempat penelitian menilai gaji
guru tergolong tinggi dibandingkan dengan pendapatan rata-rata
masyarakat tempat penelitian pada umumnya. Gaji guru cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup perbulannya.
Cara pandang masyarakat mengenai profesi guru sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatannya. Antara masyarakat yang satu
dengan yang lainnya mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda-beda.
Tingkat pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang dicapai
seseorang dalam suatu masyarakat yang menentukan pola pikir seseorang.
Setiap masyarakat memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda
ada yang memiliki tingkat pendapatan rendah dan ada juga yang memiliki
tingkat pendapatan tinggi. Pada masyarakat yang memiliki tingkat
pendapatan tinggi memandang positif profesi guru dibanding dengan
G. Hipotesis
Ha1 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari
tingkat pendidikan
Ha2 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari
jenis pekerjaan
Ha3 : Ada perbedaan persepsi masyarakat mengenai profesi guru ditinjau dari
38 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang mendalam
tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas. Dengan demikian
hasil hanyalah berlaku pada kasus dimana objek atau subjek yang diteliti dan
tidak dapat digeneralisasikan pada kasus lain.
B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno,
Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Masyarakat Desa Watuagung, Kecamatan
Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah persepsi masyarakat mengenai profesi guru,
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 1999:72). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
masyarakat desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno, Kabupaten
Wonogiri, Jawa Tengah.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 1999:73). Sampel penelitian ini dihitung dengan
rumus Slovin (Umar, 2003: 102):
2 1 Ne N n + = Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolelir
Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas
kesalahan (e) 5% dari populasi (N) tersebut adalah :
(
)
205 , 0 216 1 216 + = n
3. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling,
yaitu pengambilan sampling secara acak dari semua individu dalam
populasi, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dan diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Peneliti
menetapkan sampel penelitian yaitu masyarakat Desa Watuagung, Rw 02
Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
E. Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek
penelitian atau faktor yang berperan atau gejala-gejala yang diteliti.
1. Pengelompokan Variabel
a. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah persepsi masyarakat
terhadap profesi guru
b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
• Tingkat Pendidikan
• Jenis Pekerjaan
• Tingkat Pendapatan
2. Definisi dan Pengukuran Variabel
a. Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru
Tabel 3.1
Kisi-kisi penyusunan kuesioner variabel Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru
Indikator No. Item
a. Berakhlak mulia b. Berinteraksi sosial
c. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik d. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis
e. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai f. Dituntut belajar
g. Tanggung jawab sosial
h. Menjadi teladan bagi peserta didik
1, 6, 12 7, 14, 17 11 5, 16
10 3, 4, 9, 13 2, 15 8
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen
tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 3.2
Skoring Berdasarkan Skala Likert Skor Kriteria Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju ( SS ) 5 1
Setuju ( S ) 4 2
Ragu-Ragu (R) 3 3
Tidak Setuju ( TS ) 2 4
Sangat Tidak Setuju ( STS ) 1 5
b. Indikator yang digunakan
1. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah
SMP), pendidikan menengah (SMA dan SMK), dan pendidikan
tinggi (Perguruan Tinggi dan Akademik), indikatornya.
Tabel 3.3
Indikator Tingkat Pendidikan Masyarakat Tingkat Pendidikan Skor
Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi
1 2 3 4 5
2. Jenis Pekerjaan Masyarakat
Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk
mendapatkan penghasilan setiap bulan. Di dalam penelitian ini,
penulis membedakan jenis pekerjaan sebagai berikut.
Tabel 3.4
Indikator Jenis Pekerjaan Masyarakat Jenis Pekerjaan Skor
A.Tidak bekerja B.Petani atau buruh C.Wiraswasta D.Pegawai Swasta E.Pegawai Negeri
1 2 3 4 5
3. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata
setiap bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang
dinyatakan dalam nilai rupiah. Dalam penelitian ini yang dimaksud
adalah tingkat pendapatan setiap bulannya. Adapun pedoman untuk
Tabel 3.5
Indikator Tingkat Pendapatan Masyarakat Tingkat Pendapatan Skor
a. Kurang dari Rp.500.000,00
b. Antara Rp.500.000,00 – Rp.1.500.000,00 c. Antara Rp.1.500.000,00 – Rp.2.500.000,00 d. Antara Rp.2.500.000,00 – Rp.3.500.000,00 e. Lebih dari Rp.3.500.000,00
1 2 3 4 5
F. Teknik Pengambilan Data 1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 1999:135). Kuesioner ini
digunakan untuk mengumpulkan data persepsi masyarakat mengenai
profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat
pendapatan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau
dokumen yang ada pada responden atau tempat dimana responden
bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Dokumen ini
digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu tentang jumlah
penduduk di wilayah Desa Watuagung, RW 02, Kecamatan Baturetno,
G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Pengujian Validitas
Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang
ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin diukur
(Umar, 2003:72). Pengujian validitas dilakukan dengan mengkorelasikan
antara skor jawaban masing-masing item pertanyaan pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment
(Umar, 2003:78) yaitu sebagai berikut:
r =
(
) (
)
(
)
∑
(
∑
)
∑
∑
∑ ∑
∑
− − − 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y
Y = skor total item
X = skor item
n = jumlah responden
Besarnya nilai koefisien r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
dengan signifikansi 5%. Jika rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir
soal tersebut dapat dikatakan valid. Jika sebaliknya maka butir soal
tersebut tidak valid.
Hasil Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel persepsi
belas (17) butir pertanyaan variabel persepsi masyarakat mengenai profesi
guru.
Uji validitas untuk persepsi masyarakat mengenai profesi guru ada tujuh
belas (17) butir pertanyaan pada variabel ini. Rangkuman hasil uji
validitas untuk persepsi masyarakat mengenai profesi guru dengan r tabel
0,361 (Sugiyono, 2006:288) adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6
Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Guru
Butir No.
Nilai r tabel Nilai r hitung Status
1 0,361 0.800 Valid 2 0,361 0.791 Valid 3 0,361 0.808 Valid 4 0,361 0.796 Valid 5 0,361 0.793 Valid 6 0,361 0.805 Valid 7 0,361 0.781 Valid 8 0,361 0.788 Valid 9 0,361 0.793 Valid
10 0,361 0.784 Valid
11 0,361 0.781 Valid
12 0,36