• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Investasi Computer Based Training Dengan Menggunakan Metode Information Economics Pada Unit Learning And Development (Studi Kasus: PT. Garuda Indonesia, Tbk) - ITS Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Kelayakan Investasi Computer Based Training Dengan Menggunakan Metode Information Economics Pada Unit Learning And Development (Studi Kasus: PT. Garuda Indonesia, Tbk) - ITS Repository"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR – KS 141501

ANALISIS

KELAYAKAN

INVESTASI

COMPUTER BASED TRAINING

DENGAN

MENGGUNAKAN METODE

INFORMATION

ECONOMICS

PADA UNIT

LEARNING AND

DEVELOPMENT

(STUDI

KASUS:

PT.

GARUDA INDONESIA, Tbk)

Ridho Azhario

5211 100 152

Dosen Pembimbing

Dr. Apol Pribadi S, S.T, M.T

Hanim Maria Astuti, S.Kom, M.Sc

JURUSAN SISTEM INFORMASI

Fakultas Teknologi Informasi

(2)

iii

FINAL PROJECT – KS 141501

THE INVESTMENT FEASIBILTY ANALYSIS

OF COMPUTER BASED TRAINING USING

INFORMATION ECONOMICS METHOD ON

LEARNING

AND

DEVELOPMENT

UNIT

(STUDY CASE: PT. GARUDA INDONESIA, Tbk)

Ridho Azhario

5211 100 152

Academic Promotors

Dr. Apol Pribadi S, S.T, M.T

Hanim Maria Astuti, S.Kom, M.Sc

INFORMATION SYSTEMS DEPARTMENT

Information Technology Faculty

(3)

xiii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan buku tugas akhir dengan judul “Analisis Kelayakan Investasi Computer Based Training dengan Menggunakan Metode Information Economics Pada unit Learning And Development (Studi Kasus: PT. Garuda Indonesia, Tbk)”

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan, arahan, bantuan, dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu.

2. Drs. Anondho, MM, Capt, dan Dra. Ria Oktaviani Dewi sebagai orangtua penulis yang tiada henti mendoakan dan senantiasa mendukung penulis, Aurelia Fadhilah Sari dan Almira Muthia Shaina sebagai adik penulis yang selalu memberikan semangat melalui keceriaannya.

3. Bapak Dr. Apol Pribadi S, S.T, M.T., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk mendukung dan membimbing dalam penyelesaian tugas akhir penulis.

4. Ibu Hanim Maria Astuti, S.Kom, M.Sc., selaku dosen pembimbing II dan dosen wali yang telah memberikan pengarahan selama penulis menempuh masa perkuliahan dan penelitian tugas akhir.

(4)

6. Pak Hermono, selaku admin laboratoriun PPSI yang membantu penulis dalam hal administrasi penyelesaian tugas akhir.

7. Para dosen jurusan Sistem Informasi.

8. drg. Nina Yunita, kekasih, motivator pribadi, sang calon pendamping wisuda yang tiada henti dalam memberikan dukungan dan semangat. Nasihat dan keceriaan yang ia berikan adalah hal yang menolong dan membuat saya tersadar untuk berusaha lebih baik dari sebelumnya. 9. M. Muzaki Abdurrahman dan Achmad Yudha Utomo,

sosok terdekat penulis yang telah berjuang bersama dan memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian tugas akhir penulis.

10. Sahabat dari kecil: Bian Rizky, S.IP., Alvin Zulkarnaen, S.H., Septian Rizky, S.E., Panggie Irawan, S.Kom., Wibishi Medisa, S.E., Isa Taufiq, S.T., Romario Pratama, S.T., Tanza Aliza, A.Md yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tugas akhir.

11. Sahabat-sahabat seperantauan: Eko, Eki, Teto, Randhy, Bram, Oza yang selalu menemani dan menjadi bagian dari kehidupan saya di kota ini hingga saya dapat menyelesaiakan tugas akhir tepat waktu.

12. Teman-teman IMAJAS, Lab PPSI dan BASILISK yang tidak dapat disebutkan namanya semua, terima kasih telah memberi semangat dan mendukung untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

13. Pihak-pihak lain yang telah mendukung dan membantu dalam kelancaran penyelesaian tugas akhir.

(5)
(6)
(7)

ix

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

COMPUTER

BASED TRAINING

DENGAN MENGGUNAKAN

METODE

INFORMATION ECONOMICS

PADA

UNIT

LEARNING AND DEVELOPMENT

(STUDI

KASUS: PT. GARUDA INDONESIA, Tbk)

Nama Mahasiswa : Ridho Azhario

NRP : 5211100152

Jurusan : Sistem Informasi FTIf – ITS

Dosen Pembimbing 1 : Dr. Apol Pribadi S, S.T, M.T Dosen Pembimbing 2 : Hanim Maria A., S.Kom,

M.Sc

ABSTRAK

Implementasi teknologi informasi dalam suatu organisasi adalah hal yang penting. Tidak hanya digunakan untuk dukungan operasional, tetapi IT juga menjadi salah satu keunggulan dalam persaingan. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan efektifitas dalam persaingan bisnis yang semakin tajam terutama dalam melakukan investasi teknologi informasi. Namun, investasi terhadap teknologi informasi sudah pasti menghabiskan biaya yang banyak dengan tingkat pengembalian yang terkadang sulit diukur. Oleh karena itu, investasi terhadap IT perlu dikaji lebih jauh lagi untuk menentukan apakah layak atau belum jika diimplementasikan dalam organisasi.

(8)

melibatkan faktor ekonomis bisnis dan teknologi yang dijustifikasi dalam bentuk biaya, manfaat, dan resiko teknologi informasi tersebut. Keunggulan metode IE adalah kemampuannya dalam menilai dari sisi manfaat setengah terwujud dan tidak terwujud yang sering diabaikan oleh para investor/manajemen.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah investasi Computer Based Training yang dilakukan unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia, tbk memiliki keuntungan yang nyata secara finansial. Selain itu studi IE menunjukkan tingkat kelayakan investasi proyek masuk kedalam kategori “Layak”.

(9)

xi

THE INVESTMENT FEASIBILTY ANALYSIS OF

COMPUTER BASED TRAINING USING

INFORMATION ECONOMICS METHOD ON

LEARNING AND DEVELOPMENT UNIT (STUDY

CASE: PT. GARUDA INDONESIA, Tbk)

Student Name : Ridho Azhario

NRP : 5211100152

Department : Sistem Informasi FTIf – ITS Supervisor 1 : Dr. Apol Pribadi S, S.T, M.T Supervisor 2 : Hanim Maria A., S.Kom,

M.Sc

ABSTRACT

Implementation of Information Technology in an organization is an important thing. The use of Information Technology isn't limited to operational support anymore, but also became an competitive advantage between the industry's competition. Organizations are forced to improve their level of effectiveness in the competition, specifically, in their investment of Information Technology. Nevertheless, the Information Technology's Investment will cost a lot with only a few method to measure the Return of Investment (RoI). So, there must be a further study about the IT investment feasibility in an organization.

(10)

advantage of IE is the ability to asses an RoI from the view of a half/never complete condition that is usually forgotten by the investor/board of management.

The Results obtained from this research are Computer Based Training investment on Learning and Develompent Unit PT Garuda Indonesia, Tbk has its obvious advantages financially. Additionally IE studies demonstrate the feasibility of investment project into the category of “Eligible”

(11)

xv

DAFTAR ISI

1

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... xi

KATA PENGANTAR ...xiii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Batasan Masalah ... 4

1.4. Tujuan Penelitian... 5

1.5. Manfaat Penelitian... 5

1.6. Relevansi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Studi Sebelumnya ... 7

2.2. E-Learning ... 9

2.3. Computer Based Training ... 11

2.4. ...CBT Bombardier CRJ1000NG pada PT. Garuda Indonesia ... 12

2.5. Penilaian Investasi IT ... 14

2.6. Information Economics (IE) ... 15

2.7. Tahapan IE ... 19

2.7.1. Pendekatan Finansial ... 20

2.7.2. Pendekatan Non-Finansial ... 22

2.8. IE Scorecard ... 35

(12)

2.10.Pendekatan Ranti’s Generic IS/IT Bussiness

Values……… ... ….37

BAB III METODOLOGI ...41

3.1. Studi Literatur ...43

3.2. Pengambilan Data ...43

3.1.1. Wawancara ...43

3.1.2. Review Dokumen ...43

3.1.3. Observasi ...44

3.1.4. Angket ...44

3.3. Analisis Kondisi Organisasi ...44

3.4. Analisis Potensi Manfaat ...45

3.5. Klasifikasi Data ...45

3.5.1. Data Finansial ...45

3.5.2. Data non-Finansial ...45

3.6. Analisis Data ...45

3.6.1. Perhitungan Simple ROI untuk Manfaat Tangible…… ...46

3.6.2. Skoring Untuk Variabel Quasi-Tangible ...46

3.6.3. Perhitungan Enhanced ROI ...47

3.6.4. Skoring Manfaat Intangible ...47

3.6.5. Penjumlahan Skor tiap Value ...47

3.6.6. Perhitungan Skor Total Proyek ...48

3.7. Analisis Investasi ...48

3.8. Penyusunan Laporan Tugas Akhir ...48

BAB IV PERANCANGAN ...49

4.1. Perancangan Studi Kasus...49

(13)

xvii

4.1.2. Unit of Analysis ... 50

4.2. Persiapan Pengumpulan Data ... 50

4.3. Metode Pengolahan Data ... 54

4.4. Pendekatan Analisis ... 55

BAB V IMPLEMENTASI ... 57

5.1. Profil Organisasi ... 57

5.1.1. Sejarah PT. Garuda Indonesia ... 57

5.1.2. Visi PT. Garuda Indonesia ... 57

5.1.3. Misi PT. Garuda Indonesia ... 58

5.1.4. Peran Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia ... 58

5.2. Hasil Wawancara Mengenai Latar Belakang Pengembangan proyek CBT Alternatif Bombardier CRJ 1000. ... .59

5.3. Hasil Wawancara Nilai Korporat ... 61

5.3.1. Line of Bussiness ... 61

5.3.2. Computer Support ... 65

5.4. Hasil Review Dokumen ... 67

5.5. Hasil Angket Aspek Intangible ... 68

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 71

6.1. Pembobotan Corporate Value ... 71

6.2. Analisis Potensi Manfaat ... 73

6.3. Analisis Aspek Finansial ... 74

6.3.1. Analisis Manfaat Tangible ... 74

6.3.2. Perhitungan Skor Simple ROI... 83

6.3.3. Analisis Manfaat Quasi-Tangible ... 85

6.3.4. Perhitungan Skor Enhanced ROI ... 93

(14)

6.4.1. Business Domain ...96

6.4.2. Technology Domain ...102

6.5. Information Economic Scorecard ...107

6.6. Analisis Kelayakan Investasi ...109

VII PENUTUP...113

7.1. Kesimpulan ...113

7.2. Saran ...115

DAFTAR PUSTAKA ...117 LAMPIRAN A - INTERVIEW PROTOCOL MENGENAI LATAR BELAKANG PROYEK INVESTASI CBT ALTERNATIF PADA UNIT LEARNING AND

DEVELOPMENT PT. GARUDA INDONESIA ... A 1 -LAMPIRAN B - INTERVIEW PROTOKOL MENGENAI NILAI KORPORAT PT. GARUDA INDONESIA ... B 1 LAMPIRAN C RINCIAN KOMPONEN BIAYA ... C 1 -LAMPIRAN D - ANGKET DOMAIN BISNIS DAN

DOMAIN TEKNOLOGI ... D 1 -LAMPIRAN E - SURAT KETERANGAN PENELITIAN E- 1

(15)

-xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Research Roadmap Lab PPSI ... 6

Gambar 2.1 Pilot Training Cycle ... 13

Gambar 2.2 Information Economics Framework ... 15

Gambar 2.3 Tahapan Analisis IE ... 19

Gambar 2.4 IE Scorecard ... 35

Gambar 2.5 Corporate Value Quandrant ... 36

Gambar 3.1 Metodologi ... 42

Gambar 4.1 Tipe perancangan studi kasus ... 50

(16)

xxi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terkait sebelumnya ... 7

Tabel 2.2 Tabel Komparasi CBT ... 13

Tabel 2.3 Contoh Manfaat Implementasi IT ... 16

Tabel 2.4 Kriteria NPV ... 21

Tabel 2.5 Formula Analisis TCBA ... 21

Tabel 2.6 Strategic Match ... 23

Tabel 2.7 Competitive Advantage ... 24

Tabel 2.8 Management Information Support ... 25

Tabel 2.9 Competitive Response ... 26

Tabel 2.10 Organizational Risk ... 27

Tabel 2.11 Strategic IS Architecture ... 29

Tabel 2.12 Defitional Uncertainty ... 30

Tabel 2.13 Technical Uncertainty ... 31

Tabel 2.14 IS Infrastructure Risk ... 34

Tabel 2.15 Pembobotan Corporate Value ... 37

Tabel 2.16 Ranti'sGeneric IS/IT Bussiness Values ... 38

Tabel 5.1 Perbedaan Kondisi CBT lama dan CBT baru ... 60

Tabel 5.2 Hasil Skor Angket ... 69

Tabel 6.1 Bobot Corporate Value Proyek CBT ... 72

Tabel 6.2 Potensi Manfaat Investasi ... 73

Tabel 6.3 Development Cost Worksheet ... 74

Tabel 6.4 Biaya Berjalan : Penambahan Staff IT Support ... 77

Tabel 6.5 Biaya Berjalan : Komunikasi ... 77

Tabel 6.6 On-Going Expenses ... 78

Tabel 6.7 Jumlah exam pada CBT ... 79

Tabel 6.8 Penghematan Biaya Tenaga Kerja ... 80

Tabel 6.9 Penghematan Biaya Pemakaian Kelas CBT ... 81

Tabel 6.10 Penghematan Biaya Instruktur ... 81

Tabel 6.11 Penghematan Biaya Akomodasi Pilot ... 82

Tabel 6.12 Ringkasan Manfaat Langsung ... 82

(17)

Tabel 6.14 Simple ROI ...84

Tabel 6.15 Cost Training Pilot Captaincy ...86

Tabel 6.16 Alur Manfaat Value Linking ...86

Tabel 6.17 Revenue yang dihasilkan Pilot ...88

Tabel 6.18 Alur Manfaat Value Acceleration...89

Tabel 6.19 Produktivitas Kerja Instruktur ...90

Tabel 6.20 Alur Manfaat Value Restructuring ...91

Tabel 6.21 Rincian Manfaat Quasi ...92

Tabel 6.22 Total Manfaat Quasi ...92

Tabel 6.23 Skor Enhanced ROI ...94

Tabel 6.24 Justifikasi Kelayakan Pada Aspek Finansial ...96

Tabel 6.25 Perhitungan Organizational Risk ...101

Tabel 6.26 Nilai Domain Bisnis ...102

Tabel 6.27 Nilai Domain Teknologi ...107

Tabel 6.28 IE Scorecard ...108

(18)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah dan tujuan tugas akhir yang mendasari Analisis Kelayakan Investasi Computer Based Training Dengan Menggunakan Metode Information Economics Pada Unit Learning And Development (Studi Kasus: PT. Garuda Indonesia, Tbk). Serta gambaran terhadap manfaat dari tugas akhir dan relevansi tugas akhir.

1.1.

Latar Belakang

Ditahun 2015 pemerintah akan mencanangkan Open Sky yang mana seluruh maskapai penerbangan Internasional diberikan kesempatan untuk menerbangkan pesawatnya dari satu kota di Indonesia ke titik kota lain di Indonesia, yang mana ditahun yang lalu hal ini tidak diperbolehkan (Satar, 2014). Kondisi ini berakibat pada persaingan bisnis airlines semakin ketat. Secara tidak langsung maka setiap industri jasa termasuk jasa penerbangan akan terkena dampaknya sehingga mereka perlu melakukan efisiensi disegala bidang. Untuk menjaga kualitas Sumber Daya Manusia yang ada, aspek pendidikan tidak bisa dikesampingkan dan ini juga mengalami efisiensi (Anondho, 2012).

(19)

B.747-400. Menurut Anondho (2010), Seiring dengan bertambahnya tipe pesawat terbang yang dioperasikan oleh PT. Garuda Indonesia maka jenis CBT nya pun bertambah yaitu CBT CRJ-1000 buatan Canada dan ATR-700 buatan Perancis. Dalam operasionalnya, Senior Manager Flight Operation PT. Garuda Indonesia mengatakan keakuratan isi CBT dengan perkembangan teknologi pesawat terbang perlu dijaga kesinambungannya agar pilot benar-benar mendapatkan informasi yang tepat tentang cara menjalankan/menerbangkan pesawat terbang dan disisi lain agar teknisi (engineer) juga benar-benar mendapatkan informasi yang akurat tentang cara memelihara pesawat terbang. Sejalan dengan berkembangnya teknologi pesawat terbang maka isi konten materinya pun perlu disesuaikan, sehingga pabrik akan menerbitkan revisinya. Tentu saja perubahan revisi ini akan berdampak pada infrastruktur yang lain baik pada karakteristik komputer yang digunakan maupun pada software yang dipilih. Pada kenyataannya software yang ada berlainan sistem operasinya. Hal ini berakibat pada bermacam macamnya hardware komputer, jaringan internet/intranet yang harus dipilih. Dalam proses belajar mengajarnya CBT selalu digunakan dan masing-masing CBT nya pun berbeda, akibatnya setiap perubahan selalu harus membelinya ke pabrik pembuat pesawat dengan harga yang mahal. Dari sisi anggaran maka tiap tahunnya perlu dianggarkan dan selalu dikonversi ke valuta asing. Untuk itu ketergantungan dengan pihak asing sangat kental. Agar efisiensi bisa lebih terukur maka alternatif pengadaan (investasi) CBT perlu disiasati dengan membuatnya sendiri (Ridwan, 2015).

(20)

peningkatan output produk ataupun jasa yang diciptakan secara signifikan. Hal tersebut merupkan sebuah isu yang hingga saat ini masih hangat dibicarakan kalangan praktisi dan akademisi, yaitu “IT Productivity Paradox” (Strassman, 1997). Arti dari IT Productivity Paradox itu sendiri menurut Pribadi (2015) adalah suatu investai terhadap teknologi informasi tetapi hasil dari IT tersebut tidak sebanding dengan biaya besar yang dikeluarkan. Para pakar berusaha keras untuk mendapatkan penjelasan yang logis mengapa fenomena tersebut terjadi. Salah satu penyebab yang telah disimpulkan adalah permasalahan analisa dan representasi data yang belum lengkap memperlihatkan terjadinya peningkatan produktivitas (Lin, 2000).

(21)

Oleh karena itu, tujuan dari peneitian tugas akhir ini adalah untuk menganalisa kelayakan investasi CBT alternatif khususnya tipe pesawat Bombardier CRJ-1000 berdasarkan masing-masing manfaat tangible, quasi, dan intangible serta nilai ekonomis melalui pendekatan Information Economics. Hasil yang diperoleh adalah penentuan kelayakan investasi CBT alternatif yang dilakukan oleh unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia, Tbk berdasarkan hasil dari Information Economics Scorecard.

1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan perumusan masalah yang akan diselesaikan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja manfaat tangible, quasi, dan intangible dari investasi Computer Based Training (CBT) pada Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia, Tbk?

2. Berapa nilai ekonomis yang dihasilkan dari masing-masing manfaat serta total skor IE dan apa interpretasinya terhadap kelayakan investasi Computer Based Training (CBT)?

3. Apakah implementasi Computer Based Training (CBT) pada Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia, Tbk menunjukkan fenomena IT Productivity Paradoks?

1.3.

Batasan Masalah

Dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

(22)

2. Justifikasi terhadap fenomena IT Productivity Paradox berdarkan pada metode IE Scorecard

3. Penentuan kelayakan investasi berdasarkan predikat dari total skor pada IE Scorecard.

4. Studi kasus tugas akhir adalah Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia, Tbk.

5. Produk yang menjadi objek tugas akhir ini adalah Computer Based Training (CBT) alternatif pada satu tipe pesawat yaitu Bombardier CRJ-1000 NextGeneration.

1.4.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan, penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui apa saja manfaat tangible, quasi dan intangible yang didapatkan dalam investasi Computer Based Training (CBT) pada Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia, Tbk.

2. Mengetahui seberapa besar interpretasi investasi Computer Based Training (CBT) berdasarkan nilai dari masing-masing manfaat serta total skor IE.

3. Mengetahui apakah investasi IT yang tidak jarang menimbulkan fenomena IT Productivity Paradox juga terjadi pada investasi Computer Based Training (CBT) yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia, Tbk.

1.5.

Manfaat Penelitian

Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi mahasiswa, yaitu dapat mengimplemetasikan metode Information Economics dalam perencanaan investasi teknologi informasi.

(23)

(CBT) , serta memberikan pemahaman baru sejauh mana dukungan dari penerapan teknologi informasi dapat mendukung tercapainya tujuan perusahaan. 3. Hasil analisa terhadap teknologi informasi saat ini dapat

dijadikan referensi untuk mengembangkan sistem informasi dan teknologi informasi selanjutnya.

1.6.

Relevansi

Tugas akhir ini berkaitan dengan topik Manajemen Investasi TI pada roadmap penelitian Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Sistem Informasi. Peta research roadmap tersebut bisa dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini.

(24)

7

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum melakukan penelitian tugas akhir, dilakukan tinjauan pustaka terhadap tulisan dari beberapa penelitian sebelumnya yang sesuai dengan topik penelitian tugas akhir. Selain itu dijelaskan teori-teori pendukung dalam penelitan tugas akhir.

2.1.

Studi Sebelumnya

Dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian terdahulu yang akan digunakan sebagai pedoman dan referensi dalam melaksanakan proses penelitian. Informasi terkait penelitian sebelumnya dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Penelitian terkait sebelumnya

Penelitian 1 Penelitian 2

N

am

a

Penel

iti Hendri Sopryadi Augus Topor;

Yuliyanti; Melany

Jud

ul Pene

lit

ian Kajian Manajemen Investasi Proyek

E-Learning Dengan Pendekatan Generic Is/It Business Values (Studi Kasus :

Sekolah Tinggi ABC)

(25)

Penelitian 1 Penelitian 2 revenue dan reducing cost. Manfaat

(26)

Penelitian 1 Penelitian 2

ekonomis dari sisi non finansial kurang

Kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar berbasis IT sudah tidak terelakkan lagi (Putranto, 2011). Kebanyakan perusahaan menerapkan e-learning sebagai media pembelajaran untuk mendukung tujuan bisnis tertentu. Namun beberapa inisiatif yang disediakan perusahaan untuk mengakses ke e-learning adalah dengan menyediakan produk dan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya (Choy, 2007).

(27)

teknologi baik komputer atau peralatan elektonik lainnya untuk mendukung proses pembelajaran. Selain itu e-learning digunakan untuk dapat menyampaikan materi tanpa terbatas tempat dan waktu sehingga akan meningkatkan kualitas dari proses pelatihan tersebut. Jarak dapat dieliminasi karena konten e-learning didesain dengan media yang dapat diakses dengan koneksi internet (Effendi, 2005).

Pada dasarnya e-learning memiliki 2 tipe (Effendi, 2005), yaitu: 1. Synchronous Training

Pelatihan tipe ini adalah dimana proses pembelajaran terjadi pada waktu yang sama ketika intstruktur dan murid sedang belajar.

2. Asynchronous Training

Asynchronous training adalah tipe dimana proses pembelajaran dapat dilakukan tidak pada waktu yang bersamaan atau dapat dilakukan di waktu yang berlainan ketika instruktur dan murid tidak terhubung langsung.

Selain tipe diatas, Widhiarta (2008) menambahkan Self-directed Learning yaitu, pembelajaran yang dilakukan secara mandiri dengan mengakses berbagai referensi dan bahan belajar yang disendiakan. Peserta didik melakukan proses belajar sesuari dengan kebutuhannya.

Menurut Horton (2011), dalam dua dekade terakhir muncul beberapa model pembelajaran baru dengan menggunakan media elektronik, yaitu:

(28)

digunakan biasanya berbentuk simulasi atas pekerjaan yang hendak dilakukukannya. CBT dinilai lebih efektif dibandingkan jika harus menggunakan peralatan yang sebenarnya.

2. Web Based Learning

Metode pembelajaran yang menggunakan sumber apapun dari internet, mulai dari CD, buku elektronik, dan bahan ajar lain. Peserta didik dapat mengikuti pelatihan hanya dengan mengunduh bahan belajar dan melakukan diskusi dengan instruktur melaui komunikasi internet. Web Based Learning dapat dikatakan sebagai Distance Learning karena dapat diakses dimana saja asalkan terhubung dengan internet. 3. Mobile Learning

Metode pembelajaran ini tidak terpaku pada perangkat komputer saja, tetapi dapat melalui perangkat elektronik lainnya seperti telepon genggam kini mulai berkembang. Mobile learning difokuskan kepada distribusi bahan belajar melalui perangkat komunikasi portabel seperti telepon genggam atau PDA.

2.3.

Computer Based Training

Computer Based Training (CBT) merupakan salah satu bagian dari metode pembelajaran elektronik (E-Learning). Media pembelajaran elektronik lahir dengan alasan efisiensi dan mobilitas yang lebih baik dibandingkan metode pembelajaran paper based. Komputer dan teknologi yang terkait menghasilkan alat canggih untuk memenuhi tantangan baru dalam memfasilitasi keterampilan kognitif dan pengetahuan daripada metode praktik kenvensional (Jamil, 2012).

(29)

perbedaan, yaitu pada modul komputer dalam mengaksesnya. Selain itu CBT memiliki keuntungan. Menurut Schwaninger (2011), beberapa keuntungan yang dimiliki CBT dibandingkan metode pembelajaran kelas tradisional adalah:

CBT mudah dikembangkan

CBT dapat digunakan untuk melatih sejumlah besar orang dengan cara yang standar, dalam arti memberikan bahan ajar yang to-the-point dan dapat dimengerti banyak orang.

 Untuk kasus pelatihan penerbangan, CBT memudahkan pencapaian pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang diperlukan seragam di berbagai negara.

CBT membantu instruktur dalam pelatihan kelas.

2.4.

CBT Bombardier CRJ1000NG pada PT.

Garuda Indonesia

Pengguna CBT dapat berkembang dengan cepat dikarenakan konten CBT dapat diakses sendiri dan diulang kapan saja dan dimana saja. Bombardier adalah pesawat penumpang yang berasal dari Canada. PT. Garuda Indonesia telah memiliki 18 buah pesawat Bombardier dengan tipe CRJ1000NG sejak tahun 2013. CRJ1000NG digunakan untuk menjelajahi destinasi dengan landasan pacu yang pendek, contohnya Labuan Bajo, Sabang, Bau-Bau, dll. Dalam operasionalnya, Bombardier diterbangi oleh beberapa pilot dalam negeri maupun asing. Masih sedikitnya rating (lisensi pesawat komersil) untuk jenis pesawat ini yang dimiliki oleh pilot dalam negeri mengharuskan Garuda merekrut pilot dari luar negeri. Bombardier merupakan inovasi dari Garuda Indonesia dimana maskapai dalam negeri lainnya belum menggunakan pesawat jenis ini (Anondho, 2015).

(30)

mengikuti serangkaian proses pelatihan dari pihak maskapai sejak lulus dari flying school. Salah satunya adalah pelatihan CBT. CBT digunakan untuk mempelajari instrumen pada cockpit dan prosedur dalam mengoperasikan pesawat. Tahap CBT digunakan sebagai persiapan dalam pelatihan berikutnya yaitu pelatihan Integrated Procedure Training dan simulator. Rangkaian proses pelatihan pilot dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut (Anondho, 2010).

Gambar 2.1 Pilot Training Cycle

Berdasarkan Tabel 2.2 dibawah, pada akhirnya unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia mengambil opsi nomor 2 yang saat ini sedang dilakukan pengembangannya (Anondho, 2015). Untuk menyelaraskan terhadap kondisi nyata pada perushaan, maka opsi nomor 2 yang akan menjadi objek penelitian tugas akhir ini.

Tabel 2.2 Tabel Komparasi CBT (Sumber: GITC)

Opsi Deskripsi Frame Time Cost Content Expire Status

Bombardier 3 bulan Rp 840 juta

Stand alone, 10 license

5 tahun. (expired on 2017)

(31)

Opsi Deskripsi Frame Time Cost Content Expire Status

1 3

rd Party – PT

Dirgantara

Indonesia 1 tahun Rp 500 juta

Standalo-ne Lifetime Dibatalkan

2 Internal 3 bulan < Rp 100 jt Standalo-ne Lifetime Sedang Dikemban-gkan

2.5.

Penilaian Investasi IT

Investasi TI pada perusahaan dianggap sebuah kebutuhan vital bagi perusahaan. Peran vital tersebut diantaranya adalah support business process, support descision making, dan support strategic competitive advantage (O'Brien, 2003). Sebuah IT harus dikelola dengan baik untuk mendukung strategi dan proses bisnis agar dapat meningkatkan manfaat dalam perusahaan. Banyak pakar menganggap suatu investasi terhadap IT tidak sebanding dengan hasil yang diberikan oleh IT tersebut. Fenomena itu disebut “IT productivity paradox” (Pribadi, 2015). Oleh karena itu penilaian terhadap investasi perlu dilakukan dengan baik.

(32)

usulan kelayakan dengan membandingkan biaya, resiko, nilai manfaat, dan persepsi terhadap teknologi yang akan direncenakan (Rosendy, 2014)

2.6.

Information Economics (IE)

Salah satu tools dalam melakukan penilaian investasi adalah Information Economics. Information Economics adalah pengembangan dari metode cost benefit anaylysis. Sulit sekali menghitung keuntungan nyata dari suatu investasi IT karena cenderung memberikan kontribusi yang tidak nyata. Metode Information Economics merupakan metode pengukuran suatu investasi berdasarkan biaya dan nilai ekonomis. Perhitungan nilai ekonomis merupakan dasar pertimbangan dalam pengajuan investasi terhadap suatu sistem. Biaya yang akan dievaluasi perlu dilakukan justifikasi karena setiap investasi memiliki karakterisitik yang berbeda terhadap nilai dan resiko (Parker, 1988). Dalam melakukan penilaian investasi IT, IE memiliki kerangka kerja yang dapat dilihat pada Gambar 2.2

berikut..

(33)

Berdasarkan kerangka kerja IE diatas, Parker (1988) mengkategorikan tiga jenis manfaat yaitu:

a. Tangible Benefit adalah manfaat yang mempunyai dampak langsung kepada keuntungan perusahaan b. Quasi-tangible Benefit adalah manfaat yang berfokus

pada peningkatan efisiensi perusahaan, dan

c. Intangible Benefit adalah manfaat yang berfokus pada peningkatan efektifitas perusahaan.

Contoh manfaat investasi sistem informasi dari ketiga manfaat tersebut mengacu pada pendekatan Ranti’s Generic IS/IT Bussiness Values diringkas pada Tabel2.3 berikut:

Tabel 2.3 Contoh Manfaat Implementasi IT

(34)
(35)
(36)

No Studi Kasus Tangible Quasi Intangible

Metode information economics memiliki output berupa skor yang akan digunakan dalam melakukan justifkasi kelayakan investasi. Untuk memperoleh skor tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam kerangka IE, seperti pada

Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Tahapan Analisis IE

(37)

non-finansial. Dalam pendekatan finansial, terdapat dua perhitungan manfaat yaitu tangible value dan quasi tangible values. Sedangkan untuk pendekatan non-finansial terdapat dua penilaian utama yaitu faktor domain bisnis dan faktor domain teknologi. Pada akhirnya nilai skor IE didapatkan berdasarkan jumlah skor dari masing-masing penilian pada pendekatan finansial dan non-finansial yang akan menentukkan layak atau tidaknya sebuah proyek investasi TI.

2.7.1. Pendekatan Finansial

Pendekatan pertama yaitu pendekatan finansial. Analisa pada tahap ini berdasarkan pengaruh tangible value dan quasi-tangible value.

2.7.1.1. Tangible Values

Terdapat 2 jenis biaya yang dihitung dalam metode Information Economics (Parker, 1988), yaitu:

1. Biaya pengembangan sistem (development cost), dan 2. Biaya pemeliharaan (maintenance) atau biaya berjalan

(on-going expenses)

Menurut (Spryadi, 2008), beberapa pendekatan yang umum digunakan untuk mengembangkan hubungan antara biaya dan manfaat, antara lain:

1. Simple Return on Investment (ROI)

Teknik ini juga disebut accounting rate of return. Simple ROI adalah rasio pendapatan bersih rata-rata proyek terhadap investasi internal proyek itu.

2. Net Present Value (NPV)

(38)

Tabel 2.4 Kriteria NPV

NPV < 0 Investasi mengakibatkan kerugian NPV = 0 Investasi tidak berpengaruh NPV > 0 Investasi memberikan manfaat 3. Payback Period

Metode ini paling umum digunakan dalam perhitungan suatu proyek tetapi secara teknis tidak cukup. Payback period menentukan jumlah waktu yang diperlukan bagi penerimaan kas kumulatif untuk menutupi investasi awal.

Ketiga komponen tersebut umunya digunakan dalam metode penilaian kelayakan dari suatu investasi. Secara ringkas, formula ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5

berikut.

Tabel 2.5 Formula Analisis TCBA

Komponen Rumus

ROI 𝑅𝑂𝐼 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ x100%

NPV NPV = (1+𝑖)𝑅𝑡 𝑡 t = waktu arus kas i = suku bunga diskonto

Rt = arus kas bersih dalam waktu t

PP PP = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑒𝑡𝑡 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐹𝑙𝑜𝑤/𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘

2.7.1.2. Quasi Tangible Values

(39)

pada ruang “abu-abu”. Justifikasi finansial pada quasi tangible dapat dilakukan berdasarkan empat kategori berikut:

A. Value Linking (VL)

Manfaat yang diperoleh berdasarkan peningkatan kinerja atau kualitas atas efek dari penerapan teknologi informasi. Contoh suatu impementasi TI pada perusahaan dapat mencegah terjadinya kesalahan input data, selain itu implementasi TI dapat mengurangi risiko pada proses bisnis tertentu.

B. Value Acceleration (VA)

Manfaat terhadap percepatan waktu kerja yang pengaruhnya meningkatkan produktivitas yang dapat berupa penyelesaian kerja lebih cepat. Contoh: penerapan teknologi informasi yang dapat mempercepat proses produksi.

C. Value Restructuring (VR)

Manfaat yang diperoleh karena adanya perubahan struktur atau fungsi organisasi akibat dari implementasi teknologi informasi baru. Contoh: implementasi TI dapat mengurangi beban kerja staff karena proses otomatisasi. D. Innovation Valuation (IV)

Nilai baru yang muncul bersamaan dengan fungsi baru setelah adanya penerapan teknologi baru. Contoh: E-learning menghasilkan budaya belajar mandiri dan disiplin.

2.7.2. Pendekatan Non-Finansial

(40)

pengaruh intangible values. Analisa terhadap intangible value didasarkan pada dua kategori penilaian yaitu, Bussiness Domain dan Technology Domain.

2.7.2.1. Business Domain

Dalam domain bisnis ada lima faktor penilaian, diantaranya sebagai berikut:

A. Strategic Match (SM)

Manfaat TI diukur melalui besarnya dukungan TI terhadap pencapaian tujuan strategis perusahaan. Dalam arti lain yaitu besarnya kontribusi TI terhadap kegiatan operasional untuk mencapai tujuan perusahaan. Semakin tinggi nilainya semakin tinggi pula tingkat kelayakan suatu teknologi untuk diimplementasikan. Penentuan skor pada SM didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5).

Tabel 2.6 Strategic Match

0 Investasi tidak memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian tujuan strategis perusahaan.

1 Investasi tidak memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian tujuan strategis perusahaan, tetapi akan mencapai efisiensi operasional yang lebih baik.

2 Investasi tidak memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian tujuan strategis perusahaan, tetapi menjadi prasyarat terhadap sistem lain yang mencapai tujuan strategis perusahaan. 3 Investasi tidak memiliki hubungan langsung maupun

(41)

4 Investasi berhubungan secara langsung dalam pencapaian tujuan strategis perusahaan

5 Investasi berhubungan secara langsung mencapai keseluruhan tujuan strategis perusahaan yang ditentukan.

B. Competitive Advantage (CA)

Faktor ini mengukur manfaat TI melalui kontribusinya terhadap pencapaian keuntungan kompetitif perusahaan. Implementasi TI ditujukan untuk menciptakan keunggulan dalam persaingan. Semakin tinggi nilainya semakin tinggi pula tingkat kelayakan suatu teknologi untuk diimplementasikan. Penentuan skor pada CA didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5).

Tabel 2.7 Competitive Advantage

0 Proyek CBT ini tidak menciptakan akses atau pertukaran data antara unit Learning and Development dengan pilot, instruktur, dan unit terkait lainnya.

1 Proyek CBT ini tidak menciptakan akses atau pertukaran data, seperti diatas, tetapi meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan meningkatkan efisiensi operasi yang menunjang kinerja kompetitif perusahaan.

2 Proyek CBT ini tidak menciptakan akses atau pertukaran data, seperti diatas, tetapi meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan meningkatkan efisiensi operasinya pada suatu area strategis kunci. 3 Proyek CBT ini menyediakan sedikit akses keluar atau

pertukaran data dan memberikan kontribusi yang cukup dalam meningkatkan posisi kompetitif perusahaan. 4 Proyek CBT menyediakan akses keluar atau pertukaran

(42)

menyediakan tingkat pelayanan yang lebih baik dari pada para pesaing.

5 Proyek CBT ini menyediakan akses keluar atau pertukaran data dalam jumlah banyak dan sangat meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan menyediakan tingkat layanan yang tidak dimiliki oleh para pesaing.

C. Management Information Support (MI)

Berfokus pada derajat dimana proyek TI berkontribusi pada kebutuhan manajemen akan informasi menyangkut kegiatan-kegiatan utama perusahaan. Semakin tinggi nilainya semakin tinggi pula tingkat kelayakan suatu teknologi untuk diimplementasikan. Penentuan skor pada MI didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5).

Tabel 2.8 Management Information Support

0 Proyek CBT ini tidak berkaitan dengan dukungan informasi manajemen bagi kegiatan utama (Management Information Support of Core Activities=MISCA) perusahaan.

1 Proyek CBT ini tidak berkaitan dengan MISCA, tetapi menyediakan banyak data bagi fungsi-fungsi yang mendukung kegiatan utama perusahaan.

2 Proyek CBT ini tidak berkaitan dengan MISCA, tetapi menyediakan banyak informasi bagi fungsi yang mendukung secara langsung kegiatan utama perusahaan.

(43)

4 Proyek CBT ini penting untuk menciptakan MISCA di masa mendatang.

5 Proyek CBT ini penting untuk menciptakan MISCA di masa sekarang.

D. Competitive Response (CR)

Faktor ini berhubungan dengan kerugian yang akan diterima oleh perusahaan karena adanya penundaan dalam pengimplementasian sistem informasi ini. Semakin tinggi nilainya semakin tinggi pula tingkat kelayakan suatu teknologi untuk diimplementasikan. Penentuan skor pada CR didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5).

Tabel 2.9 Competitive Response

0 Pengadaan CBT ini dapat ditunda hingga 12 bulan kedepan tanpa mempengaruhi posisi kompetitif, atau sistem dan prosedur yang ada secara substansial dapat memberikan hasil yang sama dan tidak akan mempengaruhi posisi kompetitif.

1 Penundaan Proyek CBT ini tidak mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan, dan biaya tenaga kerja yang rendah diharapkan tetap dapat memberikan hasil yang sama.

2 Penundaan Proyek CBT ini tidak mempengaruhi posisi kompetitif perusahaan, akan tetapi upah tenaga kerja dapat meningkat guna mendapatkan hasil yang sama.

(44)

dalam lingkungan kompetitif.

4 Penundaan proyek CBT ini mungkin mengakibatkan kerugian kompetitif (competitive disadvantages) bagi perusahaan, atau kehilangan kesempatan kompetitif, atau keberhasilan kegiatan yang ada pada perusahaan dapat menjadi terbatas karena kurangnya sistem yang dibangun.

5 Penundaan proyek CBT ini akan mangakibatkan kerugian kompetitif perusahaan masa datang, atau kehilangan peluang kompetitif, atau keberhasilan kegiatan yang ada pada perusahaan pasti menjadi terbatas karena kurangnya sistem yang dibangun tidak memadai.

E. Organizational Risk (OR)

Berfokus pada tingkat kemampuan organisasi dalam memenuhi perubahan dalam implementasi sistem. Semakin tinggi nilainya semakin rendah tingkat kelayakan suatu teknologi untuk diimplementasikan. Penentuan skor pada OR didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5).

Tabel 2.10 Organizational Risk

0 Perusahaan memiliki rencana yang terformulasi dengan baik untuk mengimplementasikan CBT yang dibangun. Manajemennya memadai, proses dan prosedur ada dokumentasinya. Adanya rencana contingency (darurat), adanya unggulan proyek, dan produk atau nilai tambah kompetitif yang terdefenisi dengan baik untuk pasar yang diketahui secara jelas.

1-4 Nilai untuk 1-4 boleh disesuaikan dengan keadaan yang bercampur antara elemen kesiapan dan elemen resiko.

(45)

baik

• Manajemen domain bisnis pada tempatnya • Rencana contingency pada tempatnya • Proses dan prosedur pada tempatnya • Pelatihan bagi para pengguna terencana • Adanya manajemen unggulan

• Produknya ditentukan dengan baik • Kebutuhan pasar diketahui dengan jelas

• Legalitas seluruh proses sudah diketahui dengan jelas

5 Perusahaan tidak memiliki rencana yang terformulasi dengan baik untuk mengimplementasikan CBT yang dibangun. Manajemen tidak mempunyai kepastian dalam tanggung jawab. Proses dan prosedur tidak didokumentasikan. Tidak ada rencana contingency yang memadai. Tidak ada unggulan yang ditentukan sebagai inisiatif. Produk atau nilai tambah kompetitif tidak ditentukan dengan baik. Pasar tidak dipahami.

2.7.2.2. Technology Domain

Berdasarkan kerangka IE, dalam domain teknologi terdapat 4 kategori penilaian, diantara lain adalah :

A. Strategic IS Architecture (SA)

(46)

Tabel 2.11 Strategic IS Architecture

0 Proyek Implementasi CBT yang direncanakan tidak sesuai dengan perencanaan strategi sistem informasi (blue print) perusahaan.

1 Merupakan bagian dari blueprint perusahaan, tetapi prioritasnya tidak ditentukan.

2 Merupakan bagian dari blueprint perusahaan, tetapi prioritasnya tidak ditentukan, dan memiliki pay off (hasil) yang rendah, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam blue print organisasi dan juga tidak berkaitan erat dengan prasyarat proyek lainnya

3 Merupakan bagian integral dari blueprint perusahaan, dan memiliki pay off (hasil) yang cukup, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam blueprint perusahaan, tetapi agak terkait dengan prasyarat proyek lainnya.

4 Merupakan bagian integral dari blueprint perusahaan, dan memiliki pay off (hasil) yang tinggi, bukan merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam blueprint perusahaan, tetapi sangat terkait dengan prasyarat proyek lainnya.

5 Merupakan bagian integral dari blueprint perusahaan, dan akan diimplementasikan lebih dulu proyek ini merupakan prasyarat bagi proyek lain yang terdapat dalam blueprint perusahaan.

B. Defitional Uncertainty (DU)

(47)

suatu teknologi untuk diimplementasikan. Penentuan skor pada DU didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5).

Tabel 2.12 Defitional Uncertainty

0 Persyaratan jelas dan disetujui. Spesifiksinya cukup jelas dan disetujui. Area yang telah ditelaah jelas dan memiliki kemungkinan tinggi terhadap tidak adanya perubahan.

1 Persyaratan cukup jelas dan disetujui. Spesifiksinya cukup jelas dan disetujui.

2 Area yang telah ditelaah jelas dan memiliki kemungkinan perubahan non rutin yang rendah. 3 Persyaratan cukup jelas dan disetujui. Spesifiksinya

cukup jelas. Area yang telah ditelaah jelas dan memiliki kemungkinan perubahan non rutin yang masuk akal dan layak.

4 Persyaratan cukup jelas. Spesifikasinya tidak jelas. Area yang telah ditelaah jelas. Perubahan-perubahan hampir pasti dan hampir mendesak.

5 Persyaratan tidak jelas. Spesifikasinya tidak jelas. Area yang telah ditelaah agak kompleks. Perubahan-perubahan mendekati pasti, bahkan selama periode berlangsungnya proyek implementasi aplikasi.

C. Technical Uncertainty (TU)

(48)

Tabel 2.13 Technical Uncertainty

Keahlian yang dibutuhkan

0 Tidak dibutuhkan ketrampilan baru bagi pilot dan instruktur. Keduanya telah berpengalaman.

1 Dibutuhkan beberapa ketrampilan baru bagi pilot, tidak untuk instruktur

2 Dibutuhkan beberapa ketrampilan baru bagi pilot dan instruktur.

3 Dibutuhkan beberapa ketrampilan baru bagi pilot, terlebih bagi instruktur

4 Dibutuhkan banyak ketrampilan baru bagi pilot, beberapa bagi instruktur.

5 Ketrampilan baru banyak dibutuhkan bagi staf dan manajemen.

Ketergantungan Perangkat Keras (hardware)

0 Hardware digunakan pada aplikasi yang sejenis. 1 Hardware digunakan, tapi apliksinya berbeda. 2 Hardware sudah ada dan sudah diuji, tetapi tidak

beroperasi.

3 Hardware sudah ada, tetapi belum dimanfaatkan dalam perusahaan.

4 Beberapa fitur tidak diuji atau dimanfaatkan.

5 Persyaratan saat ini tidak tersedia dalam konfigurasi sistem informasi.

Ketergantungan Perangkat Lunak (diluar sistem)

(49)

1 Perangkat lunak yang digunakan standar, atau membutuhkan pemrograman yang kompleks.

2 Dibutuhkan beberapa tampilan (interface), antar piranti lunak dan mungkin membutuhkan pemrograman kompleks.

3 Dalam pengoperasian piranti lunak dibutuhkan beberapa fitur baru, mungkin dibutuhkan juga tampilan yang kompleks antar piranti lunak.

4 Dibutuhkan fitur yang tidak tersedia sekarang, dan dibutuhkan pula karya seni (state of art) setempat yang lumayan canggih.

5 Dibutuhkan karya seni (state of art) yang sangat canggih.

Software Aplikasi

0 Program yang hanya membutuhkan modifikasi minimal.

1 Program tersedia secara komersial dan hanya membutuhkan modifikasi yang minimal, atau program sudah tersedia di dalam perusahaan, hanya saja dibutuhkan modifikasi yang agak banyak, atau piranti lunak akan dibutuhkan di dalam perusahaan dengan kompleksitas yang minimal.

2 Program tersedia secara komersial namun membutuhkan modifikasi yang cukup banyak, atau piranti lunak akan dibangun sendiri dengan kompleksitas rancangan yang minimal, tetapi pemrograman yang lumayan kompleks.

3 Piranti lunak secara komersial tetapi sangat kompleks, atau piranti lunak dibangun sendiri dengan faktor kesulitan sedang.

(50)

yang kompleks, dengan tingkat kesulitan sedang. 5 Tidak memiliki piranti lunak dan juga tersedia di

pasar. Membutuhkan rancangan dan pemrograman yang kompleks, bahkan juga dikontrakkan ke pihak luar perusahaan sekalipun.

Ketergantungan Implementasi Aplikasi

0 Tidak membutuhkan keahlian khusus, sederhana, dan membutuhkan waktu yang singkat untuk membuatnya dibandingkan dengan aplikasi yang sudah ada di perusahaan

1 Aplikasi dengan ukuran menengah jika dibandingkan dengan aplikasi yang ada. Sistem ini memiliki tingkat kesulitan yang relatif rendah, sehingga dibutuhkan sedikit keahlian khusus.

2 Dibutuhkan teknik pemrograman khusus, sehingga dibutuhkan suatu keahlian khusus. Jika dibandingkan dengan aplikasi yang ada, sistem ini memiliki tingkat kesulitan menengah. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran medium, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangunnya.

3 Dibutuhkan teknik pemrograman khusus untuk sistem ini. Jika dibandingkan dengan aplikasi yang ada, sistem ini memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Dibutuhkan beberapa desain dan pemrograman yang kompleks. Dalam implementasinya dibutuhkan waktu yang cukup lama dan cukup sulit untuk diprediksi. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran besar.

(51)

diprediksi. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran sangat besar.

5 Sangat dibutuhkan keahlian khusus untuk sistem ini. Tidak dapat dibandingkan dengan sistem yang sudah ada di dalam organisasi. Dibutuhkan suatu desain dan pemrograman yang sangat kompleks, sehingga tidak dapat diprediksi waktu implementasinya. Sistem ini merupakan aplikasi dengan ukuran yang sangat besar.

D. IS Infrastrucutre Risk (IR)

Faktor ini berhubungan dengan penilaian risiko lain dalam domain teknologi yang mungkin timbul seperti terjadinya penambahan biaya infrastruktur. Penentuan skor pada IR didasarkan pada kategori berikut: (nilai skor 0-5)

Tabel 2.14 IS Infrastructure Risk

0 Arsitektur dan platform yang digunakan sangat fleksibel dan sangat sesuai dengan rencana jangka panjang dari perusahaan. Tidak ada ketergantungan dan ketidaksesuaian yang akan menghapus skenario strategi TI yang telah direncanakan dan dibangun untuk mendukung skenario bisnis

1 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidak sesuaian, tetapi hanya pada sebagaian kecil rencana masa yang akan datang. Tidak dibutuhkan suatu kemampuan dasar (kompetensi) yang baru.

(52)

3 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidak sesuaian, pada beberapa rencana masa yang akan datang. Kemampuan dasar (kompetensi) yang ada sangat lemah. 4 Diketahui terdapat ketergantungan dan ketidak sesuaian,

pada sebagiam besar rencana masa yang akan datang. Dibutuhkan kemampuan dasar yang kuat dari luar. 5 Arsitektur dan platform yang digunakan tidak fleksibel

dan tidak sesuai dengan rencana jangka panjang dari perusahaan, sehingga terjadi ketergantungan dan ketidaksesuaian dengan strategi TI dan tidak mampu memberikan dukungan terhadap bisnis perusahaan

2.8.

IE Scorecard

IE Scorecard merupakan langkah akhir dalam kerangka kerja IE. Bentuk IE scorecard dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini

(53)

Pembobotan (weighted value) didapatkan berdasarkan hasil analisa kuadran corporate value pada perusahaan. Bobot tersebut dikalikan dengan skor masing-masing faktor yang kemudian dijumlahkan seluruhnya untuk mendapatkan skor total. Total nilai pada IE scorecard ini digunakan untuk memberikan predikat kelayakan atas investasi yang telah dianalisa. Setelah didapatkan skor total pada IE Scorecard. Nilai tersebut dicocokkan kedalam rentang nilai yang memberikan predikat apakah investasi sangat tidak layak atau bahkan sangat layak untuk diinvestasikan.

2.9.

Corporate

Value

Nilai korporat didefiniskan sebagai kultur dari perusahaan, sebagai sistem yang diyakini bersama yang terdiri dari sejarah perusahaan, keyakinan dan nilai yang berfungsi sebagai misi perusahaan (Parker, 1988). Metode pada nilai korporat adalah dengan pemberian bobot relatif untuk setiap kategori nilai manfaat dan resiko. Pertanyaan utama yang ditujukan adalah bagaimana keadaan bisnis perusahaan dan bagaiamana peranan teknologi yang digunakan perusahaan saat ini. Jawaban pertanyaan tersebut nantinya akan dipetakan dalam matriks nilai korporat seperti pada Gambar 2.5 berikut.

(54)

Masing-masing kuadran; strategic, investment, infrastructure, breakhtru-management memiliki bobot untuk tiap nilai dari kerangka IE. Pembagian bobot dari masing-masing kuadran dapat dilihat berdasarkan Tabel 2.14 berikut.

Tabel 2.15 Pembobotan Corporate Value ( Parker, 1988)

Kuadran

A B C D

Business Domain

ROI 2 2 2 4

SM 0 4 4 6

CA 0 6 0 0

MI 2 2 4 4

CR 8 4 2 0

OR -2 -1 -4 -4

Techology Domain

SA 8 1 8 6

DU -4 -2 -4 -2

TU -4 -1 -2 -2

IR 0 1 0 -2

2.10.

Pendekatan Ranti’s Generic IS/IT Bussiness

Values

(55)

Tabel 2.16 Ranti'sGeneric IS/IT Bussiness Values (Ranti, 2008)

Category Sub Category Code

1. Reducing

Cost (RCO) of 1. Telecommunications cost 2. Traveling Cost 3. Operator Cost

4. Meeting Cost 5. Service Failure Cost 6. Delivery Cost 7. Training Cost per employee

8. Returning cost for Incorret delivery 9. Cost of money 10. Offices supplies and printing Cost

11. Subscription Cost 12. Space rental Cost 13. Device rental Cost 14. Inventory Cost 15. Research failure Cost

RCO-01

18. Ease of analysis 19. Increasing employee

process of 20. Production process 21. Strock procurement process

22. Report making process 23. Data preparation process 24. Order checking process 25. Debt payment process 26. Transaction process 27. Decision making process

(56)

Category Sub Category Code

4. Reducing risk

of 28. Price miscalculation 29. Unrecoverable claim 30. Inventory lost

41. Increasing report quality 42. Increasing customer trust 43. Widening market

segment

44. Increasing other incomes

IRE-01

cancellation ACI-01

8. Increasing

(57)

Category Sub Category Code

9. Increasing

image caused by 56. Increasing service quality 57. Offering substantial discounts

58. Complying with regulations

59. Using branded system

IIM-01 IIM-02 IIM-03 IIM-04

10. Increasing

quality of 60. Supplier management 61. Work result 62. Services

internal services 64. Shared services 65. Matching employee’s right & response

66. Employee services 67. Proper schedule and training materials execution of new business 70. Increasing switching cost

(58)

41

3

BAB III

METODOLOGI

Bagian ini menjelaskan metodologi yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Metodologi ini diperlukan sebagai panduan secara sistematis dalam pengerjaan tugas akhir. Metode pengerjaan tugas akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1

(59)
(60)

3.1.

Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan pembelajaran dan pemahaman terhadap literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Beberapa yang akan dipelajari seperti cara menganalisis kelayakan dengan metode Information Economics, serta perangkat pendukung lainnya untuk penyusunan analisis kelayakan. Literatur didapatkan dari banyak sumber seperti buku, jurnal ilmiah, artikel populer, dan halaman website.

3.2.

Pengambilan Data

Pada tahap ini dilakukan pengambilan data berupa apa saja yang terkait dengan aplikasi yang akan diinvestasikan oleh perusahaan. Setelah data didapatkan, penulis akan mengambil data terkait dengan siapa saja yang terlibat dengan hasil studi kelayakan ini atau yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Pengambilan data dimaksudkan untuk mengetahui keadaan di perusahaan dan beberapa rencana implementasi IT. Hasil pengambilan data akan menjadi bahan pertimbangan apakah rencana investasi telah sesuai dengan tujuan perusahaan. Pengambilan data akan dilakukan dengan cara berikut:

3.1.1. Wawancara

Teknik yang dipakai untuk pengumpulan data dengan mengadakan wawancara langsung kepada narasumber. Narasumber adalah Senior Manager Flight Operation Training, Training Expert dan Training Analyst di Unit Learning and Development PT Garuda Indonesia, Tbk. Tujuannya adalah untuk menggali kegiatan utama serta manfaat yang diharapkan perusahaan dalam rencana investasi IT pada perusahaan.

3.1.2. Review Dokumen

(61)

CBT pada Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia.

3.1.3. Observasi

Teknik ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil terkait dengan lingkup bisnis dan lingkup teknologi pada Unit Learning and Development PT. Garuda Indonesia.

3.1.4. Angket

Angket digunakan untuk mendapatkan hasil atau persepsi dari pihak yang terlibat langsung (level manajemen) tentang aspek intangibilitas melalui diskusi. partisipan adalah Senior Manager Flight Operation Training, Training Expert dan Training Analyst. Angket digunakan sesuai dengan format seperti pada bagian studi literatur.

3.3.

Analisis Kondisi Organisasi

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap seluruh aspek organisasi yaitu PT. Garuda Indonesia khususnya Unit Learning and Development yang terkait dengan proses klasifikasi dan analisis pada tahap selanjutnya. Diantaranya meliputi gambaran umum organisasi, visi dan misi, serta corporate value yang akan digunakan untuk menentukan posisi kuadran dan pemberian bobot nilai yang akan dgunakan pada saat penjumlahan skor tiap value.

(62)

3.4.

Analisis Potensi Manfaat

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap apa saja potensi manfaat dari investasi CBT. Pendekatan yang digunakan adalah Ranti’s Generic IS/IT Business Value. Pada tahap ini, manfaat dikategorikan menjadi tangible, quasi, dan intangible.

3.5.

Klasifikasi Data

Data yang diperoleh melalui pengumpulan data kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dari framework Inforation Economics. Data yang telah didapat diklasifikasikan kedalam kategori berikut:

3.5.1. Data Finansial

Data ini berupa data keuangan meliputi biaya atau manfaat yang didapat. Data ini akan dianalisa sesuai dengan pendekatan finansial. Data ini berupa biaya awal, biaya berjalan, dsb.

3.5.2. Data non-Finansial

Data ini adalah data yang berkaitan dengan manfaat yang didapat oleh perusahaan diluar keterkaitan dengan keuangan. Misalnya keuntungan produktivitas yang didapat oleh perusahaan. Data ini akan diolah dengan menggunakan pendekatan non-finansial.

3.6.

Analisis Data

(63)

3.6.1. Perhitungan Simple ROI untuk Manfaat Tangible

a. Lembar Kerja IE Development Cost

Data yang terdapat pada lembar kerja ini tentang biaya inisiasi awal investasi seperti biaya pengembangan perangkat lunak, perangkat keras yang dibutuhkan, dan lain-lain.

b. Biaya Berjalan

Pada lembar kerja ini berisi biaya periodik tahunan seperti biaya pemeliharaan, penambahan kapasitas penyimpanan, dan lain-lain.

c. Lembar Kerja Dampak Ekonomis

Lembar kerja ini berisi rangkuman dampak ekonomis, baik biaya keluar dan manfaat yang didapatkan dalam kurun waktu tertentu. Pada tahap ini dilakukan perhitungan dengan Simple ROI dan nilai persentasenya dikonversi menjadi skor.

3.6.2. Skoring Untuk Variabel Quasi-Tangible a. Value Linking

Analisis yang dilakukan terhadap keterkaitan antara peningkatan kinerja atau kualitas yang diperoleh ketika sistem diimplementasikan dengan fungsi pendukung lainnya. Hasil yang didapat berupa nominal penghematan biaya.

b. Value Accelerating

(64)

c. Value Restructuring

Analisis ini melihat pada ada atau tidaknya perubahan dalam struktur organisasi, misalnya perubahan jam kerja, dan lainnya. Hasil yang didapatkan berupa nominal penghematan biaya. d. Innovation Valuation

Analisis dilakukan dengan melihat apakah terdapat nilai atau funsgi baru yang tercipta terkait dengan investasi yang ditencanakan. Hasil yang didapatkan berupa nominal penghematan baiaya.

3.6.3. Perhitungan Enhanced ROI

Setelah dilakukaan analisis dan perhitungan keseluruhan faktor, kemudian Skor ROI dihitung dan dari hasil masing-masing faktor. Masing-masing manfaat dimasukkan pada kolom benefit dan manfaat langsung, lalu di jumlahkan. Hasilnya akan didapatkan nett cash flow, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan persentase ROI.

3.6.4. Skoring Manfaat Intangible

Nilai ini didapatkan dari perhitungan berdasarkan kuisioner yang telah dikategorikan masing-masing faktor. Skor 0-5 pada domain teknologi dan domain bisnis ditentukan berdasarkan format Information Economic seperti yang telah dijelaskan pada bagian studi literatur.

3.6.5. Penjumlahan Skor tiap Value

(65)

3.6.6. Perhitungan Skor Total Proyek

Setelah skor didapatkan dari tiap komponen IE, kemudian dilakukan penjumlahan keseluruhan skor untuk mendapatkan skor total proyek. Skor total ini akan menjadi acuan dari kelayakan investasi.

3.7.

Analisis Investasi

Pada tahap ini analisis investasi disimpulkan berdasarkan hasil skor total proyek pada IE Scorecard yang pada akhirnya menentukan kelayakan investasi CBT setelah dilakukan seluruh analisis masing-masing manfaat.

3.8.

Penyusunan Laporan Tugas Akhir

(66)

49

4

BAB IV

PERANCANGAN

Bagian ini menjelaskan perancangan penelitian tugas akhir. Perancangan ini diperlukan sebagai panduan dalam melakukan penelitian tugas akhir.

4.1.

Perancangan Studi Kasus

Bagian ini menjelaskan rancangan studi kasus yang akan dilakukan pada penelitian ini seperti tujuan studi kasus dan unit of analysis yang digunakan.

4.1.1. Tujuan Studi Kasus

Creswell (1998) mendefinisikan studi kasus adalah sebuah proses eksplorasi, deskriptif, atau penjelasan dari suatu kasus/beragam kasus dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Dooley (2005) berpendapat bahwa penelitian studi kasus membantu memberikan pemahaman mengenai isu kompleks dan dapat memperkuat pemahaman tentang pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Berg (2008) merumuskan jenis studi kasus kedalam 3 kategori yaitu eksplorasi, deskriptif, dan eksplanasi. Studi kasus eksplorasi digunakan untuk menemukan fenomena yang terjadi. Studi kasus deksriptif yaitu penggambaran dari fenomena yang terjadi. Sedangkan studi kasus eksplanasi digunakan untuk menjelaskan sebuah fenomena secara terperinci.

(67)

4.1.2. Unit of Analysis

Studi kasus dalam perancangannya terbagi menjadi dua yaitu single-case desaign dan multiple-case desaign. Single-case desaign melakukan pengujian pada satu studi kasus, sedangkan multiple-case desaign melakukan pengujian pada dua atau lebih studi kasus. Dari kedua perancangan tersebut dibedakan menjadi banyaknya unit of analysis yang digunakan yang digambarkan pada Gambar4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Tipe perancangan studi kasus

Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan perancangan single-case desaign (satu studi kasus) dengan satu unit of analysis. Unit of analysis yang ditentukan pada penelitian ini adalah analisis kelayakan investasi IT (Computer Based Training). Analisis yang dilakukan difokuskan pada Unit Learning and Development di PT. Garuda Indonesia.

4.2.

Persiapan Pengumpulan Data

(68)

yang digunakan dalam proses pengumpulan data, yaitu wawancara, review dokumen, observasi dan survei. Dalam penelitian tugas akhir ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara semi-terstruktur, wawancara tersetruktur, review dokumen, observasi, dan group discussion. Dalam penelitian tugas akhir ini fokus pengumpulan data pada 3 orang narasumber utama. 3 orang narasumber tersbut adalah pihak manajemen diantaranya; Senior Manager Flight Operation Training, Training Expert, dan Training Analyst. Untuk keperluan analisis data finansial (tangible dan quasi), ruang lingkup pengumpulan data dibedakan berdasarkan masing-masing kompetensi narasumber. Selain itu, perspektif ketiga narasumber dibutuhkan dalam proses analisis khusunya pada bagian skoring intangible benefit. Kompetensi dan ruang lingkup pengumpulan data dari ketiga narasumber antara lain:

1. Senior Manager Flight Operation Training

Narasumber adalah seorang Senior Captain Pilot dengan rating Airbus A330. Narusumber merupakan praktisi penerbang senior di PT. Garuda Indonesia sehingga paham mengenai cara kerja pesawat terbang mulai dari proses pelatihannya. Narasumber dipilih karena narasumber juga memiliki jabatan sebagai Senior Manajer Flight Operation Training. Dengan jabatan pada level manajemen tersebut, narasumber tentunya sangat paham mengenai kondisi organisasi dan proses bisnis utama PT. Garuda Indonesia.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian terkait sebelumnya
Gambar 2.1 Pilot Training Cycle
Gambar 2.2 Information Economics Framework (Parker 1988)
Gambar 2.3 Tahapan Analisis IE
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “ PENERAPAN

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

KOMPETENSI DASAR Anak mampu melakukan ibadah, terbiasa mengikuti aturan dan dapat hidup bersih dan mulai belajar membedaka n benar salah, terbiasa berperilaku

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Tugas Akhir dengan judul

“Proses terjadinya komunikasi dimulai dari pikiran orang yang akan menyampaikan pesan atau informasi, yang kemudian dilambangkan, baik berupa ucapan atau isyarat,

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pengembangan