• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Robot pengendali bor otomatis berbasis AT89S51 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR - Robot pengendali bor otomatis berbasis AT89S51 - USD Repository"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

i

ROBOT PENGENDALI BOR OTOMATIS

BERBASIS AT89S51

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro

Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

disusun oleh :

YOHAN KUNCORO

NIM : 055114031

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

AUTOMATIC DRILL CONTROLLING ROBOT

BASED ON AT89S51

In Partial Fullfilment of the requierments

for the degree of Sarjana Teknik

Electrical Engineering Study Program

Electrical Engineering Department

Science and Technology Faculty Sanata Dharma University

By :

YOHAN KUNCORO

NIM : 055114031

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya

atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juni 2010

(6)

vi

Motto

Hal yang benar-benar kita yakini pasti akan terjadi, dan keyakinan akan suatu hal

itulah yang menyebabkanya terjadi.

(Frank Loyd Wright)

Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk…

(7)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama

: Yohan Kuncoro

Nomor Mahasiswa

: 055114031

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ROBOT PENGENDALI BOR OTOMATIS BERBASIS AT89S51

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara

terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 24 Juni 2010

(8)

viii

Otomatisasi peralatan produksi sangat dibutuhkan pada masa sekarang. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada. Dengan latar belakang tersebut

maka dibuatlah robot pengendali bor otomatis. Robot pengendali bor otomatis merupakan

robot lengan yang berfungsi untuk melakukan pengeboran secara otomatis sesuai dengan

masukan dari operator. Karena alat gerak robot ini berupa lengan-lengan robot ini memiliki

beberapa kelebihan yaitu mampu melakukan pengeboran dengan variasi sudut dan mampu

melakukan pengeboran dengan variasi titik koordinat pengeboran.

Robot ini merupakan robot yang sudah memiliki memori gerakan didalamnya.

Didalam memori robot tersebut sudah tersimpan

data base

logika gerakan setiap lengan

robot yang harus dilakukan untuk mencapai set poin sasaran pengeboran.

Data base

logika

gerakan robot meliputi urutan pengaktifan motor, arah putaran motor dan jumlah cacahan

putaran motor yang harus dilakukan setiap penggerak lengan. Sebagai penggerak lengan

robot ini menggunakan motor DC yang dilengkapi dengan

gear box

berulir, sedangkan

sebagai sensor pencacah robot ini menggunakan sensor optokopler yang dipasangkan

langsung pada ulir penggerak lengan robot.

Hasil pengamatan pada alat menunjukkan bahwa sensor pencacah sudah mampu

bekerja mendeteksi putaran motor sesuai dengan putaran yang dilakukan oleh motor

sebenarnya dan motor penggerak juga sudah mampu berputar dan berhenti sesuai dengan

arah dan jumlah putaran motor yang ditentukan. Pada beberapa hasil percobaan gerak

pengeboran, robot sudah mampu melakukan pengeboran pada set poin sasaran pengeboran

yang telah ditentukan.

(9)

ix

Nowadays, otomatization of production equipment is needed. This matter aim to

increase human source quality. With the such background therefore be made automatic

drill controlling robot. An automatic drill controlling robot is an arm robot which has

function to doing drilling automatically according to the input from operator. Because

robot’s appliance move in the form of robot’s arm that have many excesses, is able to drill

by variation corner of drilling and also doing drilling by variation point of drilling

coordinat.

This robot represent robot that has movement memory in it. Within robot’s memory

has in on file the movement logic database of each robot’s arms that must be done to reach

set drilling target point .Robot movement logic d

atabase

covering sequence activation of

motor, motor rotation direction, and amount of counter of motor rotation which must be

done by each arm activator. As arm activator this robot use DC motor and provided with

gear box have thread, While as the counter censor this robot uses optokopler censor that set

directly on activator thread of robot’s arm.

Result on perception of appliance show that counter

censor have able to detect

motor rotation according to rotation that done by true motor and motor of activator can

rotate and stop according to the direction and amount of determined motor rotation. At

some result of drilling move attemps, robot has could doing drilling at has determined

drilling target set pont.

(10)

x

Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tugas akhir dengan judul berjudul : “Robot

Pengendali Bor Otomatis Berbasis AT89S51”.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian tugas akhir ini tidak lepas dari segala

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Th. Prima Ari Setiyani, M.T. selaku dosen pembimbing yang dengan penuh

kesabaran membimbing, memberikan saran dan kritik yang membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Elektro yang telah mendidik dan mengajarkan

banyak hal yang berguna untuk masa depan penulis.

3. Seluruh laboran dan seluruh staf sekretariat prodi TE Universitas Sanata Dharma

4. Ayah, Ibu dan kedua kakak penulis yang selalu memberikan motivasi dan dorongan

baik secara moral maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

ini tepat waktu.

5. Risty Imaniar yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

6. Aan Patria, Markus Indrayana, Abineri, Andreaswara, Pengeran, Hari dan teman-teman

2005 yang selalu ada untuk memberikan bantuan.

7. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dan tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran dan kritik untuk memperbaiki karya tugas

akhir ini sangat diharapkan. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat yang baik

bagi semua pihak. Terima kasih.

Yogyakarta, Juli 2010

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO HIDUP... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar

Belakang

... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1

1.3 Batasan

Masalah ... 2

1.4 Metodologi

Penelitian... 2

1.5 Sistematika

Penulisan ... 3

BAB I DASAR TEORI... 5

2.1

Penguat Transistor ... 5

2.1.1

Dasar Transistor... 5

2.1.2

Rangkaian

Fixed Bias

Transistor NPN... 6

2.1.3

Karakteristik Transistor ... 8

2.2

Penyangga Tegangan (

Voltage Buffer

) ... 9

2.3

Saklar Batas (

Limit Switch

)... 10

2.4

Kontrol Arah Putaran Motor DC ... 11

2.4.1

Prinsip Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H ... 11

2.4.2

Rangkaian Jembatan H ... 12

(12)

xii

2.8

Mikrokontroler AT89S51 ... 18

2.9

Pemrograman Mikrokontroler AT89S51... 20

2.9.1

Instruksi-Instruksi MCS-51 ...

20

2.9.2

Special Function Register

(SFR)... 21

2.9.3

Program Status Word

(PSW) ...

22

2.9.4

Mode Pengalamatan ... 23

2.10 Menghitung

Error

Gerakan Jangkauan Robot... 24

2.10.1

Mencari

nilai

Error

Gerakan Terhadap Sumbu X ... 24

2.10.2

Mencari

nilai

Error

Gerakan Terhadap Sumbu Y. ... 25

2.10.3

Mencari

nilai

Error

Sudut Pengeboran... 26

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK... 27

3.1 Perancangan Mekanik Robot ... 28

3.1.1

Kerangka

Robot ...

28

3.1.2

Gerak Putar Maksimum Lengan Robot ... 29

3.1.3

Posisi

Sensor ...

31

3.2 Rangkaian

Mikrokontroler

AT89S51 ... 33

3.2.1

Pembagian Fungsi Port Mikrokontroler ... 33

3.2.2

Rangkaian Antarmuka Mikrokontroler dengan Motor ... 34

3.2.3

Antarmuka

Limit Switch

dengan Mikrokontroler ... 39

3.2.4

Antarmuka

Tombol

Kontrol

Panel dengan Mikrokontroler ... 40

3.2.5

Rangkaian

Osilator ...

41

3.2.6

Rangkaian

Reset ...

41

3.2.7

Antarmuka

Optokopler

dengan

Mikrokontroler ...

42

3.2.8

Rangkaian Catu Daya 12 Volt Variabel ... 44

3.2.9

Rangkaian Catu Daya 5 Volt ... 47

3.2.10 Perancangan Rangkaian Elektronis Keseluruhan ... 49

3.3 Perancangan Perangkat Lunak... 53

3.3.1

Subrutin

GERAK_A ...

53

3.3.2

Subrutin

GERAK_D ...

55

3.3.3

Subrutin Posisi Kalibrasi ... 56

(13)

xiii

4.1.1

Analisis

Program ...

61

4.1.2

Pencarian Algoritma Gerak Robot... 62

4.2 Pengujian Algoritma Gerak Robot... 65

4.2.1

Posisi

Kalibrasi ...

65

4.2.2

Start Position

... 67

4.2.3

Gerak Sasaran Pengeboran Pertama ... 69

4.2.4

Gerak Sasaran Pengeboran Kedua... 72

4.2.5

Gerak Sasaran Pengeboran Ketiga... 75

4.2.6

Semua

Gerak...

78

4.3 Pengujian Kecepatan Jangkauan Lengan Robot ... 80

4.4 Pengujian Rangkaian Elektronis ... 81

4.4.1

Pengujian Rangkaian Jembatan H ... 82

4.4.2

Pengujian Rangkaian Catu Daya 12 Volt Variabel ... 84

4.4.3

Pengujian Rangkaian Catu Daya 5 Volt ... 85

4.4.4

Pengujian Rangkaian Sensor ... 87

4.4.5

Pengujian Rangkaian Mikrokontroler... 88

4.5 Pengujian Bagian Robot yang Lain ... 89

4.5.1

Pengujian Rangkaian Mekanik ... 89

4.5.2

Kontrol

Panel ...

90

4.5.3

Pemasangan Sensor Optokopler ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1

Kesimpulan ...

93

5.2

Saran

...

93

Daftar Pustaka ... 94

(14)

xiv

Gambar 1.1

Modul Pengeboran Tiga Macam Gerakan ... 2

Gambar 2.1

Transistor NPN dan Transistor PNP... 5

Gambar 2.2

Rangkaian

Fixed Bias

... 6

Gambar 2.3

Rangkaian Ekivalen DC dari Gambar 2.2 ... 6

Gambar 2.4

Loop

Basis-Emiter ... 7

Gambar 2.5

Loop

kolektor emitter ... 7

Gambar 2.6

Kurva Transistor dengan Nilai

β

dc

100

... 8

Gambar 2.7

Kondisi

I

C(sat)

pada

Fixed-Bias

... 9

Gambar 2.8

Rangkaian

Buffer

Tegangan ... 10

Gambar 2.9

Kondisi

Limit Switch

NO dan Kondisi

Limit Switch

NC ... 10

Gambar 2.10 Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H ... 11

Gambar 2.11 Rangkaian Jembatan H. ... 12

Gambar 2.12 Analisis DC Rangkaian Jembatan H. ... 13

Gambar 2.13 Simbol Komponen LED ... 16

Gambar 2.14 Sensor Optokopler ... 16

Gambar 2.15 Pemasangan Mekanik Sensor Optokopler... 16

Gambar 2.16 Hasil Gelombang Picu

Schimit Trigger

... 17

Gambar 2.17 Diagram Blok IC 74LS14... 17

Gambar 2.18 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51 ... 19

Gambar 2.19 Mencari Nilai

Error

Gerakan Terhadap Sumbu X... 24

Gambar 2.20 Mencari nilai

Error

terhadap sumbu Y ... 25

Gambar 2.21 Mencari nilai

Error

Sudut Pengeboran ... 26

Gambar 3.1

Diagram Kotak Robot Pengendali Bor Otomatis ... 27

Gambar 3.2

Kerangka Robot Pengendali Bor Otomatis ... 29

Gambar 3.3

Jangkauan Maksimum Gerak Robot ... 30

Gambar 3.4

Posisi Sensor Robot Pengendali Bor Otomatis ... 31

Gambar 3.5

Perancangan Mekanik Posisi Sensor Pencacah ... 32

Gambar 3.6

Penguat Arus

ON-OFF

... 35

Gambar 3.7

Rangkaian Sensor

Limit Switch

... 39

(15)

xv

Gambar 3.11 Rangkaian Sensor Optokopler Sebagai Pencacah ... 43

Gambar 3.12 Catu Daya 12 Volt ... 45

Gambar 3.13 Rangkaian Catu Daya 5 Volt ... 48

Gambar 3.14 Rangkaian Sensor Pencacah ... 49

Gambar 3.15 Rangkaian Sakar Elektris Motor

Drill

... 50

Gambar 3.16 Rangkaian Jembatan H Untuk Motor DC... 50

Gambar 3.17 Perancangan Rangkaian Mikrokontroler Secara Keseluruhan ... 51

Gambar 3.18 Diagram Alir Utama Mikrokontroler ... 52

Gambar 3.19 Subrutin Gerak_A... 54

Gambar 3.20 Subrutin GERAK_D... 55

Gambar 3.21 Subrutin Posisi Kalibrasi ... 56

Gambar 3.22 Contoh Algoritma Gerak Robot ... 58

Gambar 4.1

Hasil Pembuatan Robot Pengendali Bor Otomatis... 60

Gambar 4.2

Robot Dalam Keadaan Posisi Kalibrasi

...

66

Gambar 4.3

Robot Dalam Keadaan

Start Position...

68

Gambar 4.4

Robot Mencapai Titik Pengeboran Sasaran Pertama ... 70

Gambar 4.5 Robot Mencapai Titik Pengeboran Sasaran Kedua ... 73

Gambar 4.6

Robot Mencapai Titik Pengeboran Sasaran Ketiga... 71

Gambar 4.7

Blok Rangkaian Elektronis Pengontrol Robot ... 82

Gambar 4.8

Kontrol Panel Pengendali Robot ... 90

(16)

xvi

Tabel 2.1

Tabel Kebenaran Jembatan H... 12

Tabel 2.2

Warna dan Nilai Tegangan Ambang LED ... 15

Tabel 2.3

Tabel Kebenaran IC 74LS14 ... 18

Tabel 2.4

Fitur Khusus Port 3... 20

Tabel 3.1

Tombol Panel Kontrol pada Mikrokontroler ... 28

Tabel 3.2

Ukuran Mekanik Kerangka Robot... 31

Tabel 3.3

Pembagian Fungsi Port Mikrokontroler ... 33

Tabel 3.4

Contoh Algoritma Gerak Robot ... 59

Tabel 4.1

Data Base

Urutan Pengaktifan Motor Robot Menuju

Start Position...

62

Tabel 4.2

Data Base

Urutan Pengaktifan Motor Robot Menuju Sasaran Bor

Pertama ... 63

Tabel 4.3

Data Base

Pengaktifan Motor Robot Menuju Sasaran Bor Kedua ... 63

Tabel 4.4

Data Base

Urutan Pengaktifan Motor Robot Menuju Sasaran Bor

Ketiga ...

64

Tabel 4.5

Data Hasil Percobaan Posisi Kalibrasi ... 67

Tabel 4.6

Hasil Pengujian

Data Base

Pengaktifan Motor Robot Menuju

Start

Position...

68

Tabel 4.7

Parameter Jangkauan dan

Set Point

Start Position...

69

Tabel 4.8

Data Hasil Percobaan

Start Position ...

69

Tabel 4.9

Hasil Pengujian

Data Base

Pengaktifan Motor Sasaran Pengeboran

Pertama ...

70

Tabel 4.10

Parameter Jangkauan dan

Set Point

Sasaran Pengeboran Pertama ... 71

Tabel 4.11

Data Hasil Percobaan Gerak Sasaran Pengeboran Pertama ... 71

Tabel 4.12

Hasil Uji

Data Base

Pengaktifan Motor Sasaran Bor Kedua... 72

Tabel 4.13

Parameter Jangkauan dan

Set Point

Sasaran Pengeboran Kedua ... 74

Tabel 4.14

Data Hasil Percobaan Gerak Sasaran Pengeboran Kedua ... 74

Tabel 4.15

Hasil Uji

Data Base

Pengaktifan Motor Sasaran Bor Ketiga... 75

Tabel 4.16

Parameter Jangkauan dan

Set Point

Sasaran Pengeboran Ketiga... 77

Tabel 4.17

Data Hasil Percobaan Gerak Sasaran Pengeboran Ketiga... 77

(17)

xvii

Tabel 4.21

Hasil Data Pengujian Pembebanan Jembatan H dengan Motor DC... 84

Tabel 4.22

Hasil Data Pengujian Pembebanan Catu Daya 12 Volt... 85

Tabel 4.23

Hasil Data Pengujian Catu Daya 5 Volt ... 86

Tabel 4.24

Hasil Data Pengujian Rangkaian Sensor ... 87

Tabel 4.25

Hasil Data Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ... 88

Tabel 4.26

Data Hasil Pengukuran Mekanik Robot ... 89

Tabel 4.27

Data Hasil Pengukuran Besar Sudut Jangkauan Minimum Antar

Lengan ...

89

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otomatisasi peralatan produksi sangat dibutuhkan pada masa sekarang. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM yang ada.

Karena kurangnya otomatisasi peralatan tidak jarang untuk setiap satu bagian

proses produksi harus dipegang oleh beberapa orang dan pekerjaan yang dilakukan sama

berulang-ulang secara terus menerus tanpa ada perubahan. Jika bagian proses produksi

tersebut mampu dikerjakan oleh sebuah mesin, maka SDM yang ada dapat lebih

dimanfaatkan untuk menjadi pemikir ide baru dan tidak hanya sebagai pekerja tenaga kasar

saja.

Dengan latar belakang itulah maka penulis merancang suatu alat produksi yang

mempermudah seseorang dalam melakukan pekerjaan pengeboran secara otomatis.

Pekerjaan pengeboran ini dilakukan oleh robot pengendali bor otomatis. Robot ini

menggunakan lengan-lengan untuk mengatur posisi mata bor sehingga pengeboran dapat

dilakukan tepat pada titik sasaran. Kelebihan robot ini adalah karena terdiri dari tiga

lengan, maka robot ini mampu menjangkau objek pengeboran dua absis yang berlekuk.

Di dalam memori robot pengendali bor otomatis sudah dilengkapi

program-program gerakan pengeboran yang mampu dilakukan oleh robot. Untuk memilih program-program

gerakan tersebut, disediakan sebuah kontrol panel yang berisi tombol-tombol gerakan

pengeboran. Jika operator menginginkan salah satu gerakan robot yang sudah tersimpan

pada memori, operator hanya cukup menekan salah satu tombol gerakan yang diinginkan

pada kontrol panel.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang akan dicapai yaitu merancang dan membuat suatu model lengan robot

pengendali bor otomatis dengan memanfaatkan motor DC sebagai penggerak robot,

AT89S51 sebagai pengendali dan penyimpan memori. Selain itu diharapkan penelitian ini

(19)

1) Meningkatkan pemanfaatan SDM di bidang industri.

2) Sebagai acuan untuk dapat lebih memahami fungsi dan karakteristik

komponen-kompenen elektronik maupun mekanik yang digunakan dalam perancangan

sehingga memperdalam ilmu pengetahuan di bidang robotika.

1.3 Batasan Masalah

Secara menyeluruh penelitian ini dibatasi pada:

1) Mikrokontroler AT89S51 digunakan sebagai pengendali utama robot.

2) Menggunakan motor DC sebagai penggerak utama setiap lengan robot.

3) Operator memilih gerakan robot melalui tombol-tombol pada kontrol panel.

4) Robot memiliki kemampuan menyimpan tiga macam gerakan pengeboran.

5) Modul pengeboran untuk tiga gerakan robot seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Modul Pengeboran Tiga Macam Gerakan

1.4 Metodologi penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan dan penulisan tugas

(20)

1) Studi kepustakaan mencakup literatur – literatur, dan gambar-gambar manual yang

didapat dari perpustakaan, buku, dan internet.

2) Perancangan dan pembuatan sebuah sistem rangkaian elektronika yang meliputi

rangkaian jembatan H, rangkaian mikrokontroler dan rangkaian sensor optokopler.

3) Perancangan dan pembuatan sebuah sistem mekanik berupa lengan robot yang

mampu bergerak dalam dua absis bidang gerak.

4) Perancangan dan pembuatan software mikrokontroler AT89S51 dengan

menggunakan bahasa Asembly.

5) Pengambilan data kinerja alat yang telah dibuat, meliputi jangkauan gerak robot,

output sensor optokopler dan besar konsumsi daya yang dibutuhkan pada beberapa

bagian komponen elektronik.

6) Menganalisa hasil pengujian dan membandingkannya dengan teori yang ada.

7) Mengambil kesimpulan dari perancangan dan pengujian yang telah dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya ilmiah ini terdiri dari 3 bab yang tersusun sebagai

berikut :

Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Dasar Teori

Dasar teori yang membahas tentang gambaran secara umum, teori dasar

mengenai robot pengendali bor otomatis yang mencakup dasar teori untuk

bagian-bagian secara garis besar.

Perancangan Robot Pengendali bor Otomatis

Bab ini menguraikan mengenai blok diagram perancangan alat, perancangan

perangkat keras, dan flowchart perangkat lunak yang mendukung bekerjanya

peralatan sesuai dengan sistem perancangannya.

Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil pengujian dan pembahasan dari pengujian yang telah

dilakukan. BAB I :

BAB II :

BAB III:

(21)

Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan yang diambil dari analisis data pengujian yang telah

(22)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Penguat

Transistor

Untuk menguatkan arus keluaran dari mikroposesor, dapat menggunakan transistor

bipolar yang disusun secara bertingkat supaya diperoleh penguatan arus yang besar. Selain

sebagai penguat arus, rangkaian transistor ini juga dapat dimanfaatkan sebagai rangkaian

penyaklar elektris.

2.1.1 Dasar Transistor

Transistor adalah komponen tiga terminal. Ketiga terminal tersebut disebut Basis

(B), Kolektor (C), dan emiter (E). Ada 2 jenis transistor yaitu PNP dan NPN seperti terlihat

pada gambar 2.1. [1]

C E

B

E

B

C

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Transistor NPN dan (b) Transistor PNP

Dalam dasar teori ini, transistor yang akan dibahas adalah transistor jenis NPN.

Ada beberapa syarat untuk membuat transistor tipe NPN dapat bekerja antara lain : [1]

1) Sambungan basis-emiter harus diberi bias maju. (dengan kondisi tegangan bias maju

> 0.7 volt untuk transistor silikon dan tegangan bias maju > 0.3 Volt untuk transistor

germanium).

2) Sambungan basis-kolektor harus dibias balik dengan kondisi tegangan bias balik

yang masih berada dalam batas kemampuan komponen.

Rangkaian fixed-bias sering digunakan sebagai rangkaian pembias transistor NPN

supaya dapat bekerja baik dalam kondisi saturasi, cut-off maupun pada titik kerja linear.

(23)

2.1.2 Rangkaian

Fixed Bias Transistor NPN

RC RB

-+

-+

IB IC

VBE VCC

E B

C

VCE

Gambar 2.2 Rangkaian Fixed Bias [1]

Fixed-bias adalah salah satu bias DC transistor yang praktis. Model rangkaian

fixed-bias dapat dilihat seperti pada gambar 2.2. Untuk memudahkan dalam menganalisa

rangkaian pada gambar 2.2, maka catu tegangan Vcc dapat dipisahkan menjadi 2 buah catu

tegangan, yaitu masing-masing Vcc terhubung dengan RC dan RB seperti ditunjuk pada

gambar 2.3. Pada rangkaian gambar 2.3 terdapat dua buah loop arus yang membias

transistor yaitu loop arus IB dan loop arus IC.

RC RB

-+

-+

IB IC

VBE VCC

E B

C

VCE VCC

Gambar 2.3 Rangkaian Ekivalen DC dari Gambar 2.2 [1]

Bias Maju Basis-Emiter

Dari rangkaian gambar 2.3 dapat diperoleh loop arus bias maju dari basis ke emiter

(24)

Gambar 2.4 Loop Basis-Emiter [1]

Dengan menerapkan Hukum Kirchoff, dapat diperoleh persamaan : [1]

B B

RB I R

V = * ...(2.1)

0 = − −

+VCC VRB VBE ...(2.2)

0

* − =

+VCC IB RB VBE ...(2.3)

B BE CC B

R V V

I = − ...(2.4)

Loop Kolektor-Emiter

Gambar 2.5 Loop kolektor emitter [1]

Terdapat penguatan arus pada transistor yang dilambangkan dengan β. Hubungan

(25)

B

C I

I =β* ...(2.5)

Dengan begitu dapat diketahui bahwa pada dasarnya besar nilai arus IC sangat tergantung

dengan besar nilai arus IB. Jika diketahui besarnya nilai arus IC seperti pada persamaan

(2.5), kita dapat menganalisa rangkaian pada gambar 2.5 yang merupakan loop arus pada

kaki kolektor hasil pemisahan dari gambar 2.3.

Dengan mengaplikasikan Hukum Kirchoff Tegangan pada gambar 2.5, dapat

diperoleh persamaan :[1]

0

* − =

+ C C CC

CE I R V

V ...(2.6)

C C CC

CE V I R

V = − * ...(2.7)

2.1.3 Karakteristik Transistor

Kurva karakteristik kolektor merelasikan IC dan VCE dengan IB sebagai parameter.

Pada gambar 2.6 terlihat bahwa kurva kolektor terbagi menjadi tiga daerah kerja, yaitu

kondisi transistor jenuh, transistor aktif dan dan transistor cut-off . [1]

Gambar 2.6 Kurva Transistor dengan Nilai βdc ≈100

1) Daerah jenuh (saturasi), adalah daerah dengan VCE kurang dari tegangan lutut

(knee) VK. Daerah jenuh terjadi bila sambungan emiter dan sambungan basis

(26)

2) Daerah aktif adalah daerah antara tegangan lutut VK dan tegangan dadal

(breakdown) VBR serta di atas IB =ICO. Daerah aktif terjadi bila sambungan emiter

diberi prasikap maju dan sambungan kolektor diberi prasikap balik. Pada daerah

aktif arus kolektor sebanding dengan arus basis. Penguatan sinyal masukan menjadi

sinyal keluaran yang paling baik terjadi pada daerah aktif.

3) Daerah cut-off (putus) terletak di bawah IB =ICO. Sambungan emiter dan

sambungan kolektor berprasikap balik. Pada daerah ini IE =0;IC = ICO = IB.

Titik Saturasi Transistor

Titik saturasi transistor dapat dilihat pada kurva gambar 2.6 dengan nilai tegangan

) (sat CE

V ≅0. Karena nilai tegangan VCE(sat)≅0, maka seolah-olah antara kaki kolektor dan

emiter terhubung singkat (lihat rangkaian gambar 2.7) dan nilai tegangan pada RC sama

dengan nilai tegangan pada VCC (VRC =VCC). [1]

Besarnya nilai arus saturasi (IC(sat)) kolektor dari rangkaian fixed bias pada gambar

2.7 adalah : [1]

C CC sat C

R V

I ( ) = ...(2.8)

Gambar 2.7 Kondisi IC(sat) pada Fixed-Bias [1]

2.2

Penyangga Tegangan (Voltage Buffer)

Buffer (penyangga) adalah rangkaian op-amp yang digunakan untuk mencegah

(27)

sinyal masukan dari sebuah beban dengan menggunakan rangkaian yang memiliki unity

voltage gain, dengan tanpa pembalikkan fasa atau polaritas, dan bekerja sebagai rangkaian

ideal dengan impedansi masukan yang sangat tinggi dan impedansi keluaran yang rendah.

Gambar 2.8 menunjukkan koneksi op-amp yang menunjukan operasi buffer amplifier.

Tegangan keluaran pada buffer akan sama dengan tegangan masukannya.[1]

Gambar 2.8 Rangkaian Buffer Tegangan

2.3 Saklar

Batas

(Limit Switch)

Saklar batas atau lebih dikenal dengan Limit switch merupakan salah satu jenis

kontak yaitu komponen yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus. Sifat

dari limit switch ini yaitu kontak yang terputus atau tersambung saat ditekan dan akan

kembali ke keadaan semula saat tidak ditekan (momentary contact). Pada limit switch

terdapat tiga terminal yaitu common (COM), terminal normally open (NO) dan terminal

normally closed (NC).

(a) (b)

Gambar 2.9 Kondisi Limit Switch NO (a) dan Kondisi Limit Switch NC (b)

Terminal NO merupakan terminal yang pada kondisi normal berupa kontak

terputus atau tidak tersambung dengan COM, sedangkan terminal NC berupa kontak yang

pada kondisi normal tersambung dengan COM. Setiap titik sambungan pada limit switch

terbuat dari bahan yang tahan busur api (arc) untuk menghindari kerusakan saklar akibat

panas atau percikan api yang disebabkan aliran arus mendadak saat saklar terputus atau

(28)

2.4

Kontrol Arah Putaran Motor DC

Rangkaian jembatan H diperlukan sebagai rangkaian antarmuka antara motor

dengan mikrokontroler. Jembatan H disini dimanfaatkan sebagai penguat arus keluaran

dari mikrokontroler sekaligus difungsikan sebagai pengontrol arah putaran motor DC.

2.4.1 Prinsip Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H

Gambar 2.10 Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H [2]

Pada dasarnya jembatan H bekerja seperti sebuah saklar. Cara kerja secara umum

dari jembatan H ini dapat dilihat dari gambar 2.10. Ketika saklar 1, saklar 2, saklar 3 dan

saklar 4 kondisi terbuka, tidak ada arus yang mengalir melalui motor dari power supply

sehingga motor tidak berputar. Jika saklar 1, saklar 2 kondisi terhubung sementara saklar 3,

saklar 4 kondisi terbuka, maka akan terjadi loop arus dari power supply yang masuk

melalui kaki “a” motor dan keluar melalui kaki “b” motor sehingga motor akan berputar

CW. Jika saklar 1, saklar 2 terbuka dan saklar 3, saklar 4 tertutup, akan terjadi loop arus

yang berkebalikan yaitu arus dari power supply akan masuk melalui kaki “b” motor dan

(29)

2.4.2 Rangkaian Jembatan H

Gambar 2.11 Rangkaian Jembatan H [3]

Rangkaian jembatan H dapat dilihat seperti pada gambar 2.11. Pin masukan VA

dan VB dapat dihubungkan langsung ke port keluaran mikrokontroler sebagai pengendali

arah putaran motor. Keluaran rangkaian buffer digunakan sebagai sumber catu tegangan

basis transistor penguat mula. Saat GND dihubungkan ke ground dan salah satu pin VA

atau VB diberi catu tegangan, rangkaian jembatan H dapat aktif dan dapat memutar motor

DC sesuai dengan arah loop arus yang melewati motor DC tersebut. Tabel kebenaran

jembatan H ini dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel Kebenaran Jembatan H [3]

Input Output

In_A In_B A B

0 0 0 0

1 0 1 0

0 1 0 1

(30)

Dari rangkaian gambar 2.11 jika kondisi VA dihubungkan ke sebuah sumber

tegangan, VB dan GND dihubungkan ke ground dan Op-Amp yang digunakan ideal,

dapat diperoleh analisa rangkaian seperti pada gambar 2.12. Ada beberapa syarat supaya

rangkaian jembatan H dapat aktif, antara lain tegangan catu yang diberikan harus lebih dari

tegangan ambang yang terdapat pada Q2 dan Q3.

Gambar 2.12 Analisis DC Rangkaian Jembatan H

Perhitungan arus dan tegangan DC dari gambar 2.12 adalah sebagai berikut :

Analisis rangkaian pada transistor Q1:

Jika diketahui R1 adalah resistor antara node A dengan kaki basis transistor Q1, R2

adalah resistor antara ground dengan kaki basis transistor Q1, dan Vf1 adalah tegangan

antara kaki basis-emiter transistor Q3, maka nilai IB3, VR1, IR1, IB2 dapat dicari dengan

cara berikut :

A In R R

R

VR * _

2 1

2

2 ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

⎝ ⎛

+

= ...(2.9)

2 1

1 2 2

//R R

V V

(31)

2 2 3 R V I R

B = ...(2.11)

2 1 1 B B

R I I

I = + ...(2.12)

Analisis rangkaian Transistor Q2

Transistor Q2 merupakan transistor penguat mula yang berfungsi untuk

mengaktifkan transistor Q3 dan Q4. Jika diketahui R3 adalah resistor pada kaki basis

transistor Q2, R4 adalah resistor antara kaki emiter transistor Q2 dengan kaki basis

transistor Q3, Vf2 adalah tegangan antara kaki basis-emiter transistor Q2 dan Vf3 adalah

tegangan antara kaki basis-emiter transistor Q1, maka dengan analisis rangkaian transistor

dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

3 4 2 3

_A VR Vf VR Vf

In = + + + ...(2.13)

3 4 1 2 3

1* *

_A IB R Vf IE R Vf

In = + + + ...(2.14)

3 4 1 2 2 3

1* ( 1) *

_A IB R Vf Q IB R Vf

In = + + β + + ...(2.15)

⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = + + 1 3 2 2 4 3 _ ) 1 ( B f f Q I V V A In R

R

β

...(2.16)

) 1 ( _ 4 3 3 2

1 + +

− − = β R R V V A In

IB f f ...(2.17)

Berdasarkan nilai IB1, IB2 dan IB3, dapat dicari nilai ITotal dengan rumus berikut :

3 2 1 B B B

Total I I I

I = + + ...(2.18)

Setelah diperoleh nilai IB1, dengan adanya penguatan transistor Q2(βQ2) dapat diperoleh

nilai IC1 dan IE1 sebagai berikut :

1 2 1 Q * B

C I

I =β ...(2.19)

1 1 1 C B

E I I

I = + ...(2.20)

B B Q

E I I

I 12* + ...(2.21)

1 2 1 ( Q 1) B

E I

(32)

Analisis rangkaian transistor Q3 dan transistor Q4

Transistor Q3dan Q4 adalah tansistor penguat paling akhir yang terhubung langsung ke

beban motor. Jika diketahui IE1 adalah arus basis yang mengalir pada kaki basis Q3 dan

3

Q

β adalah penguatan arus transistor Q3, maka nilai IC3 dapat dicari persamaan sebagai

berikut :

(

3 1

)

3 Q * E

C I

I = β ...(2.23)

Pada transistor Q4 juga mengalir arus kolektor IC4 yang dapat dicari dengan dengan

perhitungan berikut:

(

4 1

)

4 Q * C

C I

I = β ...(2.24)

Karena ada dua transistor yang terhubung langsung ke beban motor, maka nilai arus yang

akan mengalir melalui motor adalah arus kolektor terbesar antara Q3 dan Q4 (dalam hal

ini antara arusIC3 dan arusIC4).

2.5

Light Emiting Diode (LED)

LED adalah sebuah dioda yang dapat memancarkan cahaya sehingga memiliki

kutup pada setiap kakinya dan memiliki tegangan jatuh. Nilai tegangan jatuh pada LED

ditentukan oleh warna cahaya yang dipancarkan seperti pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Warna dan Nilai Tegangan Ambang LED

No Warna Tegangan Jatuh (Volt)

1 Inframerah 1.6

2 Merah 1.8- 2.1

3 Jingga 2.2

4 Kuning 2.4

5 Hijau 2.6

Arah arus konvensional pada LED hanya dapat mengalir dari kaki anoda ke kaki

katoda. Besarnya arus yang mengalir ini sangat menentukan tingkat kecermelangan cahaya

LED. Nilai arus normal yang mengalir pada LED adalah sekitar 10 – 20 mA, namun jika

(33)

LED dapat dinaikkan sampai sebesar 50 mA. Simbol komponen LED dapat dilihat pada

gambar 2.13.

Gambar 2.13 Simbol Komponen LED [3]

2.6 Sensor

Optokopler

Sensor Optokopler terdiri atas LED inframerah dan fototransistor serta dirancang

supaya mampu membaca putaran rotary encorder yang dilewatkan melalui celah

optokopler. Jika rotary encorder berputar, sinar infra merah yang diterima fototransistor

menjadi putus-putus dan akan menimbulkan pulsa-pulsa listrik. Pulsa listrik ini kemudian

dapat diolah sehingga nantinya dapat memberikan keluaran seperti yang diinginkan oleh

pengguna. LED inframerah pada optokopler yang digunakan hanya mampu melewatkan

arus maksimal sebesar 20 mA. Gambar 2.14 merupakan Simbol optocoupler dan cara

pemasangannya dapat dilihat pada gambar 2.15.

Gambar 2.14 Sensor Optokopler [4]

(34)

Cara kerja dari rangkaian sensor optokopler adalah sebagai berikut :

1) Saat piringan rotary encorder berputar, maka lubang pada piringan tersebut juga ikut

berputar.

2) Lubang tersebut dideteksi oleh sensor optokopler dan menghasilkan keluaran dari

optokopler berupa pulsa listrik.

3) Pada saat sensor optokopler bertemu lubang pada piringan rotary encorder maka

sinar inframerah akan tembus sehingga sensor optokopler mengalirkan arus listrik ke

output sensor, sedangkan apabila celah optokopler tertutup maka sensor optokopler

akan berhenti mengalirkan arus listrik.

2.7 Inverter

Schmitt Triggers 74LS14

Inverter schmitt trigger adalah komponen yang berfungsi untuk membersihkan

sinyal digital dari gangguan sinyal analog dan mengubah sinyal digital yang lambat naik

atau turun menjadi sinyal digital yang cepat naik dan cepat turun seperti ditunjukkan pada

gambar 2.16.

Gambar 2.16 Hasil Gelombang Picu Schimit Trigger [4]

(35)

IC schmitt trigger yang banyak dijumpai di pasar adalah 74LS14 dengan 6 buah

pin masukan dan 6 buah pin keluaran. Diagram Blok IC 74LS14 ditunjukan pada gambar

2.17 dan untuk tabel kebenarannya seperti ditunjuk pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Tabel Kebenaran IC 74LS14 [4]

INPUT OUTPUT

0 1

1 0

Keterangan : 0 = logika rendah

1 = logika tinggi

2.8

Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51 keluaran

Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk mengolah data

perbit maupun 8 bit secara bersamaan. Sebuah mikrokontroler dapat bekerja apabila di

dalam mikrokontroler tersebut terdapat program yang berisikan instruksi-instruksi yang

akan digunakan untuk menjalankan sistem mikrokontroler tersebut. Pada prinsipnya

program pada mikrokontroler dijalankan secara bertahap. Maksudnya, pada program itu

sendiri terdapat beberapa set instruksi yang mana tiap instruksi itu dijalankan secara

berurutan. [5][6]

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai

berikut: [5][6]

1) Sebuah Central Processing Unit 8 bit.

2) Oscilator internal dan rangkaian pewaktu

3) RAM internal 128 byte

4) Flash memori 4 Kbyte

5) Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi

internal)

5) Empat buah programable port I/O yang masing masing terdiri dari delapan buah

I/O.

6) Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART.

(36)

Konfigurasi pin pada mikrokontroler AT89S51 dapat dilihat pada gambar 2.18. Penjelasan

untuk masing-masing pin mikrokontroler adalah sebagai berikut:

Gambar 2.18 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S51 [6]

1) Pin 40. Vcc, merupakan catu daya mikrokontroler.

2) Pin 20. GND, digunakan sebagai ground

3) Pin 23-39. Port 0, merupakan port paralel 8 bit dua arah. Posisi low significant bit

(LSB) terletak pada pin 39 dan Most Significant Bit (MSB) terletak pada pin 32.

4) Pin 1-8. Port 1, merupakan port paralel 8 bit 2 arah. Posisi (LSB) terletak pada pin 1

dan (MSB) terletak pada pin 8.

5) Pin 21-28. Port 2, merupakan port paralel 8 bit dua arah. Port ini mengirim byte

alamat-alamat bila dilakukan pengaksesan memori eksternal. LSB terletak pada pin

21 dan MSB pada pin 28.

6) Pin 10-17. Port 3, merupakan port paralel 8 bit 2 arah. Posisi (LSB) terletak pada pin

10 dan (MSB) terletak pada pin 17. Port ini memiliki beberapa fungsi khusus seperti

pada tabel 2.4.

7) Pin 9. Reset (RST), pada kondisi high akan aktif.

8) Pin 30. ALE/PROG, digunakan untuk menahan alamat memori eksternal selama

(37)

9) Pin 29, Program Store Enable (PSEN) merupakan Strobe pembacaan ke memori

eksternal.

10) Pin 31, EA/Vpp saat kondisi low maka mikrokontroler menjalankan

instruksi-instruksi yang ada pada memori internal.

11) Pin 19, XTAL 1 sebagai masukan dari rangkaian osilator.

12) Pin 18, XTAL 2 sebagai keluaran dari rangkaian osilator.

Tabel 2.4 Fitur Khusus Port 3

Pin pada port 3 Fungsi pengganti

P3.0 RxD (Port input serial)

P3.1 TxD (Port output serial)

P3.2 INT0 (Interrupt eksternal 0)

P3.3 INT1 (Interrupt eksternal 1)

P3.4 T0 (Input eksternal timer 0)

P3.5 T1 (Input eksternal timer 1)

P3.6 WR (Perintah write pada memori eksternal)

P3.7 RD (Perintah read pada memori eksternal)

2.9 Pemrograman

Mikrokontroler AT89S51

Semua mikrokontroler termasuk MCS-51 dapat menggunakan bahasa

pemrograman yang sama yaitu MCS-51 Assembly Language. Kumpulan instruksi berupa

kode-kode dengan panjang 1-4 byte setiap instruksi. Pemrogramannya disesuaikan dengan

kemampuan dan fitur yang dimiliki masing-masing jenis atau seri mikrokontroler tersebut.

[5][6]

2.9.1 Instruksi-Instruksi AT89S51

Instruksi mikroprosesor AT89S51 secara umum dikelompokkan menjadi :

a. Operasi Aritmatika

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah instruksi penambahan (ADD, ADDC,

INC), pengurangan (SUBB, DEC), perkalian (MULL), pembagian (DIV), dan

(38)

b. Operasi Logika

Meliputi instruksi and (ANL), or (ORL), xor (XRL), clear (CLR), rotasi (RL, RLC,

RR, RRC), komplemen (CPL), dan pertukaran nibble dalam accumulator (SWAP).

c. Transfer Data

Meliputi instruksi penyalinan data (MOV, MOVC, MOVX), penyimpan dan

pengambil pada stack (PUSH, POP), dan pertukaran data (XCH, XCHD).

d. Operasi Bolean

Terdiri dari instruksi untuk carry dan bit, antara lain clear (CLR), set bit (STB),

komplemen (CPL), ANL, ORL, MOV, dan instruksi jump yang mengacu pada carry dan bit

seperti JC, JNC, JB, dan JBC.

e. Operasi Pencabangan

Terdiri dari instruksi pemanggilan sub rutin (ACALL, LCALL), kembali dari sub

rutin (RET), kembali dari interupsi (RETI), lompatan relatif maupun dengan syarat (AJMP,

SJMP, JMP, JZ, CJNE, DJNZ). Ada juga instruksi agar dalam satu siklus clock tidak

terjadi operasi, yaitu NOP.

2.9.2

Special Function Register (SFR)

Special Function Register (SFR) adalah register-register yang mempunyai fungsi

khusus, diantaranya ada yang digunakan untuk mengatur input atau output data dari

mikrokontroler. Sebagai contoh register P0, P1, P2 dan P3 digunakan sebagai register

untuk menampung data input atau output. Selain itu juga ada SFR yang digunakan untuk

mengatur dan memantau kondisi UART, yaitu register SCON. Register yang digunakan

untuk mengatur kerja timer adalah register TCON.

Special Function Register terdapat pada ruang memori RAM yang mempunyai

alamat 80H sampai FFH. Tidak semua alamat itu dipakai oleh SFR. Pada Special Function

Register terdapat beberapa alamat yang bisa dialamati secara bit dan ada yang tidak bisa

dialamati secara bit.

a. Accumulator

Accumulator merupakan register yang berfungsi untuk menyimpan data sementara.

Register accumulator sering digunakan dalam proses aritmatika, logika, pengambilan data,

(39)

b. Register B

Register B dapat digunakan untuk proses aritmatika dan dapat juga difungsikan

sebagai register biasa.

c. Register Port

Terdapat 4 buah register port, yaitu register port 0, port 1, port 2, port 3. Register

port ini digunakan sebagai sarana input atau output untuk menyimpan data dari atau ke port

masing-masing P0, P1, P2, P3.

d. Register Timer

Mikrokontroler AT89S51 mempunyai dua buah register 16 bit timer, yaitu timer 0

dan timer 1. Timer 0 dibentuk oleh register TH0 dan TL0. Timer 1 dibentuk oleh register

TH1 dan TL1. Perilaku register TH0, TH1, TL0 dan TL1 diatur oleh register TMOD dan

register TCON.

e. Register Control

Ada beberapa register yang berisi bit-bit kontrol dan status untuk sistem interupsi,

pencacah, atau pewaktu, dan port serial, yaitu register-register IP (Interupt Enable),

TMOD (Timer Mode), TCON (Timer Control), SCON (Serial Control), dan PCON (Power

Control).

1) Register IP digunakan untuk mengatur prioritas dari masing-masing interupsi.

2) Register IE digunakan untuk mengaktifkan atau menonaktifkan sarana interupsi. IE.0

sampai IE.6 mengatur masing-masing sumber interupsi, sedangkan IE.7 mengatur

interupsi secara keseluruhan. Jika IE.7 bernilai 0 maka sisterm interupsi akan

menjadi nonaktif atau keadaan IE.0 sampai IE.6 tidak diperhatikan

3) Register TMOD digunakan untuk mengatur mode kerja timer 0 dan timer1.

4) Register TCON digunakan untuk memulai atau menghentikan proses pencacah timer,

mengatur sinyal interupsi dari INT0 atau INT1, serta memantau apakah ada sinyal

yang masuk ke INT0 atau INT1.

5) Register SCON digunakan untuk mengatur perilaku dari UART yang diantaranya

adalah memantau proses pengiriman dan penerimaan data seri.

6) Register PCON digunakan untuk mengatur pemakaian daya pada IC.

2.9.3

Program Status Word (PSW)

Register PSW berisi informasi status program yang mana masing masing bit

(40)

a. Stack Pointer

Register stack pointer merupakan register 8 bit yang terletak pada alamat 81H yang

mempunyai fungsi untuk menyimpan alamat data pada saat terjadi interupsi.

b. Data Pointer

Register data pointer atau DPTR merupakan register 16 bit yang terdiri dari data

pointer high byte (DPH) dan data pointer low byte (DPL).

c. Serial Buffer

Serial data buffer terletak pada lokasi 99H yang dibagi menjadi 2 register yang

terpisah yaitu transmit buffer dan receive buffer. Saat data disalin ke serial data buffer

maka data sesungguhnya diterima ke dan dari serial port.

2.9.4 Mode Pengalamatan

Mode pengalamatan ini secara garis besar terdiri dari pengalamatan tak langsung,

pengalamatan langsung, pengalamatan bit, dan pengalamatan kode.

a. Pengalamatan Tak Langsung (Indirect Addressing Mode)

Pada pengalamatan tak langsung, instruksi menunjuk pada sebuah register yang

berisi alamat memori yang akan dituju. Pengalamatan tak langsung biasanya menggunakan

simbol @ yang maksudnya menunjuk alamat memori yang terdapat pada register tersebut.

b. Pengalamatan Langsung (Direct Addressing Mode)

Pengalamatan langsung pada sebuah operasi dilakukan dengan memberikan data

secara langsung ke sebuah alamat register.

c. Pengalamatan Segera (Immediate Addressing Mode)

Pengalamatan segera pada sebuah operasi dilakukan dengan memberikan data

secara langsung tanpa perantara dari alamat tertentu. Biasanya pengalamatan segera ini

diawali dengan tanda #.

e. Pengalamatan Bit

Pengalamatan bit pada sebuah operasi digunakan untuk mengalamati suatu alamat

secara bit.

f. Pengalamatan Kode

Pengalamatan kode ini proses pengalamatannya ditunjukkan langsung pada kode

(41)

2.10 Menghitung

Error Gerakan Jangkauan Robot

Robot pengendali bor otomatis dituntut untuk mampu mengebor sasaran dengan

variasi terhadap sumbu X, variasi terhadap sumbu Y, dan variasi sudut pengeboran.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan 3 macam cara mencari nilai error yang muncul

yaitu pencarian nilai error gerakan terhadap sumbu X, pencarian nilai error gerakan

terhadap sumbu Y dan pencarian nilai error gerakan sudut mengeboran.

2.10.1 Mencari nilai Error gerakan terhadap sumbu X

Cara mencari nilai error terhadap sumbu X dapat dilihat seperti pada gambar 2.19.

Gambar 2.19 Mencari Nilai Error Gerakan Terhadap Sumbu X

Berikut adalah perhitungan persentase error dari gambar 2.19 :

) ,

(XUkur Yukur = Titik koordinat pengeboran yang dijangkau robot diperoleh

dari data percobaan

) ,

(XBor YBor = Titik koordinat pengeboran yang seharusnya dijangkau robot

(set point yang seharusnya dijangkau)

) , (XUkur XBor

∆ = Selisih antara XUkur dengan XBor

)

(Xa = Jangkauan lengan terjauh pada sumbu YBor

)

(Xb = Jangkauan lengan terdekat pada sumbu YBor

) , (Xa Xb

(42)

Dari keterangan diatas diperoleh perhitungan persentase error sumbu X :

% 100 * ) , (

) , (

% ⎟⎟

⎠ ⎞ ⎜⎜

⎝ ⎛

∆ ∆ =

b a

Ukur Bor

X X

X X

ErrorX ...(2.25)

2.10.2 Mencari nilai Error gerakan terhadap sumbu Y

Cara mencari nilai error terhadap sumbu Y dapat dilihat seperti pada gambar 2.20.

Gambar 2.20 Mencari nilai Error terhadap sumbu Y

Berikut adalah perhitungan persentase error dari gambar 2.20 :

) ,

(XUkur Yukur = Titik koordinat pengeboran yang dijangkau robot diperoleh

dari data percobaan

) ,

(XBor YBor = Titik koordinat pengeboran yang seharusnya dijangkau robot

(set point yang seharusnya dijangkau)

) , (YUkur YBor

(43)

)

(Ya = Jangkauan lengan tertinggi pada sumbu XBor

)

(Yb = Jangkauan lengan terendah pada sumbu XBor

) , (Ya Yb

∆ = Selisih antara Ya dengan Yb

Dari keterangan diatas diperoleh perhitungan persentase error sumbu Y :

% 100 * ) , ( ) , ( % ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ∆ ∆ = b a Ukur Bor Y Y Y Y ErrorY ...(2.26)

2.10.3 Mencari nilai Error sudut pengeboran

Cara mencari nilai error sudut pengeboran dapat dilihat seperti pada gambar 2.21.

Gambar 2.21 Mencari nilai Error Sudut Pengeboran

Berikut adalah perhitungan persentase error dari gambar 2.21 :

Ukur

θ = Sudut pengeboran yang dijangkau robot diperoleh dari data percobaan

Bor

θ = Sudut pengeboran yang seharusnya dijangkau robot (set point yang

seharusnya dijangkau)

) , (θUkur θBor

∆ = Selisih antara YUkur dengan YBor

)

a = Sudut lengan terkecil yang mampu dibentuk bor

) (θb

= Sudut lengan terbesar yang mampu dibentuk bor

) , (θa θb

∆ = Selisih antara Ya dengan Yb

Dari keterangan diatas diperoleh perhitungan persentase errorθ:

(44)

BAB III

PERANCANGAN PERANGKAT KERAS

DAN PERANGKAT LUNAK

Pada bagian ini akan dijelaskan secara menyeluruh semua tahap perancangan robot.

Perancangan ini meliputi perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak.

Blok diagram robot pengendali bor otomatis yang akan didisain dapat dilihat pada gambar

3.1.

Operator dapat memilih gerakan-gerakan yang sudah tersimpan di dalam memori

mikrokontroler dengan cara menekan tombol-tombol yang ada pada kontrol panel. Hasil

penekanan tombol tersebut selanjutnya menjadi input mikrokontroler dan sesuai memori

gerakan yang sudah tersimpan, mikrokontroler akan memerintah setiap aktuator untuk

bergerak sesuai dengan input gerakan yang telah dipilih. Setiap aktuator dilengkapi dengan

sensor yang berfungsi sebagai input data pembanding dalam proses logika di dalam

mikrokontroler sehingga gerakan setiap aktuator dapat terkontrol dan dapat bergerak sesuai

dengan program yang sudah tersimpan.

Gambar 3.1 Diagram Kotak Robot Pengendali Bor Otomatis

Pada input kontrol panel terdapat beberapa tombol dengan fungsinya

masing-masing. Tombol- tombol ini digunakan sebagai sarana operator untuk memberikuan input

(45)

Tabel 3.1 Tombol Panel Kontrol pada Mikrokontroler

No Tombol Fungsi Tombol

1 Pause Untuk menghentikan gerakan robot secara mendadak.

2 Posisi Kalibrasi Untuk kalibrasi jangkauan lengan robot

3 Posisi Start Perintah supaya robot bergerak ke posisi siap.

4 Gerak Pertama Perintah menjalankan sasaran pengeboran pertama.

5 Gerak Kedua Perintah menjalankan sasaran pengeboran kedua.

6 Gerak Ketiga Perintah menjalankan sasaran pengebora ketiga.

7 Semua Gerak Perintah menjalankan semua sasaran pengeboran sekaligus.

3.1 Perancangan

Mekanik

Robot

Disain kerangka robot sangat menentukan kemaksimalan kinerja robot dalam

menjangkau sasaran titik pengeboran. Kerangka yang akan didisain khusus untuk variasi

titik pengeboran pada satu dimensi gerak saja.

3.1.1 Kerangka Robot

Robot yang didisain dapat dilihat seperti pada gambar 3.2. Robot ini terdiri dari 3

lengan yaitu lengan A, lengan B dan lengan C. Setiap lengan terdapat ulir yang dilengkapi

dengan motor DC sebagai pemutar. Saat ulir ini berputar, ulir ini akan mendorong atau

menarik lengan robot sesuai arah putaran motor.

Keterangan gambar 3.2 adalah sebagai berikut :

1) Mata bor.

2) Baut ulir pendorong bor.

3) “Motor A” pendorong bor.

4) “Ulir B” penggerak lengan A.

5) “Motor B” penggerak ulir lengan A.

6) “Ulir C” penggerak lengan B.

7) “Motor C” penggerak ulir lengan B.

8) “Ulir D” penggerak lengan C.

9) “Motor D” penggerak ulir lengan C.

10) Lengan A.

(46)

12) Lengan C.

13) Lantai robot.

Gambar 3.2 Kerangka Robot Pengendali Bor Otomatis

3.1.2 Gerak Putar Maksimum Lengan Robot

Lengan robot pengendali bor otomatis mampu berputar pada jangkauan tertentu.

Kemampuan maksimum gerak putar robot dapat ditunjukkan seperti pada gambar 3.3.

Karena ulir yang digunakan adalah ulir dengan diameter dan tingkat kemiringan standar

maka dalam perancangan mekanik robot juga disesuaikan dengan bentuk ulir yang ada.

Beberapa ukuran komponen mekanik robot ditunjukkan seperti pada tabel 3.2.

(47)

perubahan sudut robot tidak linear. Karena data yang tidak linear tersebut perlu diambil

data percobaan dari rangkaian mekanik robot yang sudah jadi. Sudut putar minimum antar

lengan (θ1,θ2,θ3), hubungan antara kemampuan sudut jangkauan putar lengan dengan

jumlah cacahan ulir yang dilakukan robot selanjutnya secara lengkap akan dibahas pada

BAB IV berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh dari rangkaian mekanik robot

yang sudah jadi.

Model robot ini dibuat dari bahan akrilik dengan tebal bahan 3 mm. Alasan

mengapa dipilih bahan ini sebagai kerangka karena untuk pembuatannya relatif mudah.

(48)

Tabel 3.2 Ukuran Mekanik Kerangka Robot

No. Parameter Panjang

1. Lengan A 15 cm

2. Lengan B 17 cm

3. Lengan C 21 cm

4. Tinggi as lengan C dari lantai 3.5 cm

3.1.3 Posisi Sensor

Ada dua jenis sensor yang digunakan dalam robot, yaitu sensor pencacah (counter)

dan sensor limit switch. Posisi sensor pada robot dapat dilihat seperti pada gambar 3.4.

(49)

Keterangan gambar 3.4 adalah sebagai berikut:

1) Pencacah ulir B berfungsi untuk mengetahui posisi antara lengan A dengan lengan B.

2) Pencacah ulir C berfungsi untuk mengetahui posisi antara lengan B dengan lengan C.

3) Pencacah ulir D berfungsi untuk mengetahui posisi antara lengan C dengan lantai.

4) Switch off depan motor A

5) Switch off belakang motor A

6) Switch off jangkauan minimum motor B

7) Switch off jangkauan maksimum motor B

8) Switch off jangkauan maksimum motor C

9) Switch off jangkauan minimum motor C

10) Switch off jangkauan minimum motor D

11) Switch off jangkauan maksimum motor D

Gambar 3.5 Perancangan Mekanik Posisi Sensor Pencacah

Sensor pencacah berfungsi untuk mendeteksi putaran ulir motor pada setiap

penggerak sehingga posisi antar lengan robot dapat diketahui. Perancangan mekanik sensor

pencacah dapat dilihat seperti pada gambar 3.5. Perancangan rangkaian elektronis sensor

optokopler dapat dilihat pada subbab 3.2.5 tentang antarmuka optokopler dengan

(50)

3.2

Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Untuk menghubungkan mikrokontroler dengan komponen lain diperlukan beberapa

rangkaian antarmuka. Salah satu tujuan rangkaian antarmuka ini adalah untuk menghindari

adanya kerusakan pada mikrokontroler akibat dari adanya beban berlebih jika dihubungkan

ke peralatan berdaya besar. Keseluruhan perancangan rangkaian elektronik yang akan

digunakan, secara detail akan diulas pada bagian ini.

3.2.1 Pembagian Fungsi Port Mikrokontroler

Port 0, port 1, port 2 dan port 3 merupakan pin I/O dua arah yang dapat

dimanfaatkan sebagai output maupun input. Perancangan fungsi setiap pin mikrokontroler

dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pembagian Fungsi Port Mikrokontroler

PORT 0

P0.0 Switch off belakang motor “DC A”. Input

P0.1 Switch off depan motor “DC A”. Input

P0.2 counter “ulir B”. Input

P0.3 counter “ulir C”. Input

P0.4 counter “ulir D”. Input

P0.5 Switch off motor pendorong motor drill Input

PORT 1

Switch off jangkauan minimum lengan A (motor B). Input

Switch off jangkauan minimum lengan B (motor C). Input

P1.0

Switch off jangkauan minimum lengan C (motor D). Input

Switch off jangkauan maksimum lengan A (motor B). Input

Switch off jangkauan maksimum lengan B (motor C). Input

P1.1

Switch off jangkauan maksimum lengan C (motor D). Input

P1.7 Pengaktif motor drill Output

PORT2

P2.0

P2.1 Sebagai pengendali arah motor A.

(51)

Tabel 3.3 (Lanjutan)Pembagian Fungsi Port Mikrokontroler

PORT 2

P2.2

P2.3 Sebagai pengendali arah motor B.

Output

P2.4

P2.5 Sebagai pengendali arah motor C. Output

P2.6

P2.7 Sebagai pengendali arah motor D. Output

PORT 3

P3.0 Tombol Pause Input

P3.1 Tombol Default Input

P3.2 Tombol Posisi Start Input

P3.3 Tombol sasaran pertama Input

P3.4 Tombol sasaran kedua Input

P3.5 Tombol sasaran ketiga Input

P3.6 Tombol semua sasaran Input

3.2.2 Rangkaian

Antarmuka

Mikrokontroler dengan Motor

Semua motor pada robot ini akan aktif secara bergantian satu-persatu. Untuk

menghindari pembebanan arus yang terlalu besar pada pin mikrokontroler, diberikan

rangkaian penguat arus sebagai antarmuka antara mikrokontroler dengan motor. Pada

motor drill dilengkapi dengan rangkaian transistor sebagai penguat arus sekaligus

penyaklar elektris. Selain sebagai penguat arus dan penyaklar elektris, prinsip rangkaian

jembatan H juga digunakan untuk mengontrol arah putaran motor A, motor B, motor C dan

motor D. Prinsip kerja rangkaian jembatan H dan prinsip kerja transistor sebagai saklar

secara lengkap telah dibahas di BAB II.

a)

Rangkaian Transistor Sebagai Saklar

Untuk motor drill (motor bor pelubang) tidak memerlukan pengontrol arah putaran

motor namun rangkaian transistor hanya bekerja on-off saja. Untuk rangkaian penguat arus

(52)

rangkaian transistor sebagai saklar diberi sebuah rangkaian buffer. Rangkaian buffer ini

berfungsi untuk menjaga supaya tidak terjadi drop tegangan pada tegangan keluaran port

mikrokontroler saat berbeban.

Gambar 3.6 Penguat Arus ON-OFF

Dari rangkaian gambar 3.6 diketahui saat kondisi P1.7 high Tegangan keluaran

buffer LM324 Vcc-1,5Vdc=3,5Volt dan nilai Vf setiap transistor adalah 0,7 Volt

(transistor jenis silikon) [1]. Dalam perancangan, transistor Q1 yang digunakan adalah

transistor 2N2222 dengan nilai β2N2222(Saturasi) ≈10 dan transistor Q2 adalah transistor TIP

31 dengan nilai βTIP31(Saturasi) ≈10 (diperoleh dari data sheet transistor).

Untuk menentukan arus IR, perlu dipertimbangkan bahwa arus IR yang diambil

dari rangkaian buffer harus kurang dari 40 mA (Data sheet Source current LM 324). Jika

nilai R diberi 1,2kΩ, maka nilai arus IR dan daya PR+Vf1+Vf2 adalah:

mA k

Volt Volt

Volt R

V V

V

IR Buffer f N f TIP 1,75

2 , 1

7 , 0 7

, 0 5

, 3

) 31 ( 2222 2

( =

Ω − −

= −

− =

mW mA

V I

V

PR+Vf1+Vf2 = Buffer* R =3,5 *1,75 =6,12

Dengan beban arus IR sebesar 1,75 mA masih berada jauh di bawah batas kemampuan

(53)

Jika diketahui βQ1sat =10 dan βQ2sat =10, Power In = 12V, maka nilai penguatan

darlington Q1 dan Q2, nilai arus IC dan nilai daya motor (PMotor) dapat diperoleh sebagai

berikut:

100 10 * 10

* 2

1 = =

= Qsat Q sat

Darlington β β

β

175mA mA

1,75 * 00 1

* = =

= D R

C I

I β

W mA V

I V

PMotorBor = Power* C =12 *175 =2,1

Arus IC sebesar 175mA diperkirakan sudah mampu untuk menggerakkan motor drill. Jika

disipasi daya LM324 dan disipasi daya transistor diabaikan, maka total daya rangkaian

penguat arus On-Off adalah sebagai berikut :

W W

mW P

P

PPenguaArusSaklar = R+Vf1+Vf2+ MotorBor =6,12 +2,1 =2,106

D adalah dioda freewilling dengan seri N4001.

b)

Rangkaian Jembatan H

Rangkaian jembatan H yang digunakan secara menyeluruh dapat dilihat pada

gambar 2.11. Supaya besar nilai arus pada motor untuk setiap arah putaran sama, maka

nilai beberapa komponen diset sama. Komponen yang diset sama yaitu : R1 = R5, R2 =

R6, R3 = R7, R4 = R8, Q1 = Q2 dan Q3 = Q4.

Dari rangkaian gambar 2.10, saat kondisi In_A dihubungkan ke sebuah sumber

tegangan, In_B dan GND dihubungkan ke ground, maka dapat diperoleh penyederhanaan

rangkaian seperti pada gambar 2.12 sehingga lebih mudah dalam merancang nilai

komponen yang akan digunakan.

Berikut adalah perancangan komponen sekaligus perhitungan teoritis dari gambar

2.12. Sebagai perancangan awal ditentukan transistor yang digunakan, yaitu:

1) Transistor Q1 dan Q2 adalah transistor NPN 2N2222 karena kebutuhan arus

kolektor yang digunakan cukup kecil (dalam orde miliAmpere).

2) Transistor Q

Gambar

Gambar 1.1   Modul Pengeboran Tiga Macam Gerakan
Gambar 2.3   Rangkaian Ekivalen DC dari Gambar 2.2 [1]
Gambar 2.4   Loop Basis-Emiter [1]
gambar 2.13.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat disimpulkan bahwa nilai index tersebut termasuk dalam nilai indeks tinggi, yang artinya penerapan (SLIMS) (UNIKA) Soegyapranata Semarang yaitu sebesar 66,0706

Peserta yang diundang menghadiri tahap pembuktian kualifikasi adalah pimpinan perusahaan yang tertera di dalam Akta atau staff yang diberikan kuasa oleh pimpinan

Kultum yang dilaksanakan di SMPN 1 Indrapuri dilakukan setelah shalat zhuhur dengan tujuan untuk membantu siswa dalam pembinaan akhlak dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel endorser yang terdiri dari daya tarik (attractiveness) dan kredibilitas (credibility)

Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan balasan yang sangat besar dari Allah Subhanahu wa Ta‟ala bukan hanya di akhirat kelak, namun juga

 Peralatan yang berhubungan dengan produk tidak boleh berkarat.  Timbangan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 125, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor

Hasil analisis kadar protein dari biskuit kimpul yang disubstitusi dengan tepung kacang hijau mendapatkan nilai rata – rata 8,03% hasil penelitian ini menunjukkan