• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru pembelajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Guru pembelajar"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Makna Guru Pembelajar

Akhir-akhir ini istilah guru pembelajar semakin populer di kalangan pendidik. Kepopuleran istilah itu berkat sebuah program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dalam upaya meningkatkan kompetensi para guru, yaitu Program Guru Pembelajar. Program itu dibuat sebagai respons atas rendahnya nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) beberapa waktu lalu. Dalam program itu, para guru dapat meningkatkan kompetensinya melalui tiga cara: (1) tatap muka, (2) dalam jaringan, dan (3) kombinasi keduanya.

Tertarik dengan istilah guru pembelajar, saya mencoba menggali berbagai pemahaman terhadap istilah tersebut melalui berbagai sumber. Saya berhasil merangkum makna istilah guru pembelajar yang dipahami baik oleh Kemdikbud, maupun oleh kalangan pendidik antara lain: (1) guru yang belajar, (2) guru yang disuruh belajar, (3) guru yang meningkatkan kompetensinya dengan cara terus belajar, dan (4) bukan hanya siswa saja yang belajar, guru pun harus belajar. “Sebagai orang (guru) yang menggerakkan dirinya sendiri untuk belajar dan tetap belajar,” Begitulah pernyataan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan, Sumarna Supranata. Inti makna istilah guru pembelajar dari berbagai pengertian tersebut adalah guru yang belajar.

Makna kata pembelajar yang dipahami oleh Kemdikbud dan para pendidik sebenarnya berbeda dengan makna yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dalam KBBI IV, kata pembelajar dimaknai ‘orang yang membelajarkan’ atau ‘pengajar. Jelaslah terdapat makna yang bertolak belakang antara makna yang dipahami oleh para pendidik dan Kemdikbud di satu pihak dan makna yang tertulis dalam KBBI di pihak lainnya.

Kata pembelajar dapat kita telusuri asal-usulnya dengan menggunakan pendekatan proses morfologis kata. Paradigma proses morfologis dapat menjelaskan dari mana kata itu diturunkan atau kata itu potensial menurunkan kata apa. Berdasarkan kemiripan bunyinya, kata pembelajar diturunkan dari kata membelajarkan. Kemudian, kata pembelajar menurunkan kata pembelajaran. Kata membelajarkan diturunkan dari kata belajar. Kata belajar diturunkan dari kata ajar. Jadi, kata ajar adalah bentuk dasar dari kata belajar, membelajarkan, pembelajar, dan pembelajaran.

Adanya imbuhan –kan pada kata membelajarkan menjadi wajib atau mutlak adanya karena tidak ada bentuk *membelajar. Imbuhan me- -kan menjadi kunci makna kata membelajarkan. Kata kerja yang berimbuhan me(m)- -kan pada umumnya bermakna ‘melakukan aktivitas yang dinyatakan oleh kata kerja’ atau ‘menyebabkan seseorang atau sesuatu menjadi yang disebutkan oleh kata dasar’. Jadi, kata membelajarkan dapat dimaknai ‘menyebabkan orang lain belajar’ dan orang yang membelajarkan kita sebut pembelajar.

Berdasarkan analisis proses morfologisnya, kita dapat menyimpulkan bahwa guru pembelajar adalah guru yang membelajarkan ‘guru yang menyebabkan murid belajar’, bukan guru yang belajar seperti yang dipahami sebagian besar pendidik kita. Oleh karena itu, saya menyarankan agar nama Program Guru Pembelajar diganti dengan nama Program Guru Belajar.

Untuk membuktikan benar salah pendapat mengenai proses morfologis kata pembelajar dan membelajarkan, kita dapat beranalogi pada kata lain dengan imbuhan me--kan, misalnya kata menghidupkan dan menghubungkan. Kata menghidupkan bermakna ‘membuat sesuatu menjadi hidup’ dan kata menghubungkan bermakna ‘membuat sesuatu menjadi terhubung’ sehingga orang yang menghidupkan dan yang menghubungkan kita sebut penghidup dan penghubung.

(2)

kata menyajikan dan mengasuhkan. Kata menyajikan akan menurunkan kata penyaji ‘orang yang menyajikan’ seperti pada kalimat Dudi menyajikan makalah. Dalam kalimat itu Dudi berperan sebagai penyaji makalah.

Di pihak lain, kata mengasuhkan tidak akan menurunkan kata pengasuh ‘orang yang memberi asuhan’ seperti pada kalimat Dudi mengasuhkan anaknya. Di kalimat itu Dudi tidak berperan sebagai pengasuh, melainkan sebagai orang yang memberi kepercayaan kepada orang lain untuk mengasuh anaknya. Oleh karena itu, kata pengasuh diturunkan dari kata mengasuh, bukan dari kata mengasuhkan.

Mengapa dalam bahasa Indonesia tidak semua kata berimbuhan pe(ng)- -an diturunkan dari kata dengan imbuhan yang sama. Jawaban saya adalah itulah bahasa Indonesia, unik dan menarik.

Yusup Irawan

Staf Pengembangan dan Pembinaan di Balai Bahasa Jawa Barat

BIODATA PENULIS

Nama : Yusup Irawan, M.Hum.

Alamat : RT 02/12 Ds. Padaasih Kec. Cisarua Kab. Bandung Barat Telepon : 082126835488

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota*) ... menerangkan bahwa: Nama Lembaga : ... Berdasarkan pengamatan atas kredibilitas dan kinerja

Prosedur menurut Mulyadi (2001:5) adalah “Suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:(1) Karakteristik LKS berbasis literasi visual pada materi asam basa yaitu disertai

Pelletizing section , dan Mill Support section. 2) Flour Silo and Bulk Departement bertanggung jawab atas penyimpananan tepung terigu di dalam silo khusus sebelum dikemas dalam

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien ADHF dengan masalah keperawatan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur diberikan

Melalui kegiatan melakukan pengamatan dan berdiskusi, siswa dapat mengidentifikasi peristiwa dalam teks nonfiksi dalam bentuk peta pikiran dengan benar..

Seorang perempuan berusia 25 tahun G1P0A0, usia kehamilan 12 minggu datang ke UGD RS dengan keluhan mual muntah yang sering , hampir 6 kali sehari, tidak mau makan, nyeri

Tugas pokok Asisten Manager Pemeliharaan adalah melaksanakan pemeliharaan mesin unit-unit pembangkit tenaga listrik sesuai dengan rencana dan prosedur yang ditetapkan...