• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN) DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM

MENGGUNAKAN METODE

WORKLOAD

INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN)

DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR

SAMPUL DALAM

A.A. NGR. GD. DHARMAYUDA NIM. 1392161008

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

PRASYARAT GELAR

ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM

MENGGUNAKAN METODE

WORKLOAD

INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN)

DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana

A.A. NGR. GD. DHARMAYUDA NIM 1392161008

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 10 MARET 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. dr.D.N. Wirawan, MPH dr. Luh Putu Lila Wulandari,MPH NIP.194810101977021001 NIP. 197806272005012002

Mengetahui

Ketua Program Studi IKM Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Prof. dr. D.N. Wirawan, MPH Prof. Dr.dr.A.A. Raka Sudewi,Sp.S (K) NIP.194810101977021001 NIP.195902151985102001

(4)

iv

PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 10 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor

Universitas Udayana, No : 0782/UN14.4/HK/2015 Tanggal 10 Maret 2015

Ketua : Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH Anggota :

1. dr. Luh Putu Lila Wulandari, MPH

2. Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA (K) 3. Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi 4. Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes

(5)

v

Surat Pernyataan Bebas Plagiat

Nama : Anak Agung Ngurah Gede Dharmayuda

NIM : 1392161008

Program Studi : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Judul Tesis : Analisis Beban Kerja Dokter Umum Menggunakan Metode

Workload Indicators Of Staffing Need (WISN) di Pusksemas Se-Kota Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah *tesis/disertasi ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI Nomor : 17 Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 16 Maret 2015

A.A. Ngr. Gd. Dharmayuda NIM. 1392161008

(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

UCAPAN TERIMA KASIH

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan masukan yang berharga dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pembimbing I, Prof.dr.Dewa Nyoman Wirawan, MPH, yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran dalam penyelesaian tesis ini.

2. Pembimbing II, dr.Luh Putu Lila Wulandari, MPH, yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

3. Rektor Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.I Ketut Suastika,Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

4. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.

(7)

vii

5. Para penguji tesis, yaitu Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K), Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi, dan Dr. Luh Seri Ani, SKM, M.Kes, yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

6. Seluruh dosen di lingkungan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, yang telah memberikan arahan, semangat, dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

7. Pemerintah Kota Denpasar, khususnya Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di seluruh puskesmas se-Kota Denpasar.

8. Seluruh Kepala Puskesmas se-Kota Denpasar serta seluruh partisipan yaitu dokter umum fungsional di puskesmas se-Kota Denpasar atas waktu yang telah diluangkan dalam membantu menyelesaikan penelitian ini.

9. Keluarga tercinta, ayah (Alm) A.A.Gd.Alit Subaga, ibunda Ni Gst. Komp. Rai Sukarmi, S.Sos, istri A.A. Sagung Mas Indrayuni, serta anak-anak Tujung Ngurah, Turah Agung, dan Tujung Istri, yang telah penuh pegorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.

Denpasar, Maret 2015 Penulis

(8)

viii

ABSTRAK

ANALISIS BEBAN KERJA DOKTER UMUM MENGGUNAKAN METODE WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED (WISN)

DI PUSKSEMAS SE-KOTA DENPASAR

Ketersediaan tenaga kesehatan dokter umum masih menjadi sorotan penting terkait jenis, jumlah, dan penyebaran yang tidak merata. Analisis beban kerja dokter umum di puskesmas masih belum banyak dilakukan di Bali khususnya di Kota Denpasar. Sampai saat ini, perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya dokter umum masih menggunakan metode rasio, dimana sesuai dengan Permenkes 75 tahun 2014 penghitungan kebutuhan tenaga kesehatan dihitung dengan analisis beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban kerja, kebutuhan tenaga dokter umum, serta distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar.

Rancangan penelitian ini adalah deskriptif cross-sectional yang dilaksanakan di puskesmas se-Kota Denpasar terhadap semua tenaga dokter umum fungsional. Data kuantitatif yang diperlukan didapat dari hasil wawancara dan observasi langsung aktifitas kegiatan dari masing-masing dokter umum serta data sekunder. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software WISN English Version 1.1.132.0.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar adalah tinggi (rasio WISN<1). Seluruh puskesmas se-Kota Denpasar mengalami kekurangan dokter umum secara bervariasi dan distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar tidak merata.

Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode analisis beban kerja lebih obyektif untuk perencanaan kebutuhan tenaga dokter umum daripada metode rasio. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan khususnya kepada Dinas Kesehatan Kota Denpasar dalam perencanaan tenaga kesehatan khususnya dokter umum di puskesmas.

(9)

ix

ABSTRACT

ANALYSIS OF GENERAL PRACTITIONERS WORKLOAD USING WISN (WORKLOAD INDICATORS OF STAFFING NEED) IN PUBLIC

HEALTH CENTERS, DENPASAR

The distribution as well as the type and number of staff, specifically general practitioners in public health centers, is an important public health concern in Indonesia. Workload analysis of general practitioners in the health center is still not widely uses in Bali, especially in the city of Denpasar which continues to adopt the ratio method for workload analysis. The objective of this study is to describe workload, the demand for practitioners and the staffing distribution pattern.

This study was conducted on all public health centers across Denpasar using descriptive cross-sectional methodology. A number of variables were cross checked by eliciting answers directly from study participants as well as direct participatory observation. Quantitative data was analysed using WISN English Version 1.1.132.0 software.

Results indicated that workload of general practitioners was high (WISN ratio <1). Staff shortages and unequal distribution were evident in all study centers. In conclusion, workload analysis approach was more objective than the ratio method. It is hoped that similar analysis, including using other variables with the WISN program and other sites will provide further input into better center management and for effective decision making across the province.

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 7 1.3.1 Tujuan Umum ... 7 1.3.2 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 7 1.4.1 Manfaat Teoritis... 7 1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan ... 9

2.2 Metode Perencanaan SDM ... 12

2.3 Analisis Beban Kerja ... 13

2.4 Workload Indicators of Staffing Need ( WISN ) ... 16

2.5 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 20

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN ... 22

3.1 Kerangka Berpikir ... 22

3.2 Konsep Penelitian ... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Rancangan Penelitian ... 24

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.3 Penentuan Sumber Data ... 24

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24

4.5 Instrumen Penelitian ... 28

4.6 Prosedur Penelitian ... 28

4.7 Analisis Data ... 30

BAB V HASIL PENELITIAN ... 31

5.1 Gambaran Umum Kota Denpasar ... 31

5.2 Karakteristik Peserta Workshop ... 32

(11)

xi

5.4 Komponen Beban Kerja Dokter Umum Puskesmas dari Hasil

Workshop ... 34

5.5 Pelaksanaan Observasi ... 35

5.6 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar .. 37

5.7 Perhitungan Jumlah Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 39

5.8 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 66

5.9 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 67

5.10 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 69

BAB VI PEMBAHASAN ... 71

6.1 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 71

6.2 Kebutuhan Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 75

6.3 Distribusi Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 79

6.4 Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1 Simpulan ... 82

7.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2. 1 Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi ... 11 Tabel 2. 2 Jumlah Tenaga dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar .. 12 Tabel 4. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25 Tabel 5. 1 Karakteristik Peserta Workshop Dokter Umum ... 33 Tabel 5. 2 Komponen Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas ... 35 Tabel 5. 3 Perbandingan Rata-Rata Waktu Pelaksanaan Kegiatan

Pelayanan Utama Hasil Kesepakatan Workshop dengan Hasil Observasi Langsung ... 36 Tabel 5. 4 Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota

Denpasar ... 38 Tabel 5. 5 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun

2014 ... 39 Tabel 5. 6 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 ... 40 Tabel 5. 7 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Timur Tahun 2014 ... 41 Tabel 5. 8 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun

2014 ... 41 Tabel 5. 9 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 ... 42 Tabel 5. 10 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Timur Tahun 2014 ... 43 Tabel 5. 11 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun

2014 ... 43 Tabel 5. 12 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 ... 44 Tabel 5. 13 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Barat Tahun 2014 ... 45 Tabel 5. 14 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun

2014 ... 45 Tabel 5. 15 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 ... 47 Tabel 5. 16 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Barat Tahun 2014 ... 48 Tabel 5. 17 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun

(13)

xiii

Tabel 5. 18 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 ... 49 Tabel 5. 19 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014 ... 50 Tabel 5. 20 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun

2014 ... 50 Tabel 5. 21 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 ... 52 Tabel 5. 22 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Utara Tahun 2014 ... 53 Tabel 5. 23 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun

2014 ... 53 Tabel 5. 24 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 ... 55 Tabel 5. 25 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2014 ... 56 Tabel 5. 26 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun

2014 ... 56 Tabel 5. 27 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 57 Tabel 5. 28 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 58 Tabel 5. 29 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun

2014 ... 58 Tabel 5. 30 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 60 Tabel 5. 31 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas II Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 61 Tabel 5. 32 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun

2014 ... 61 Tabel 5. 33 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 62 Tabel 5. 34 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang

Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas III Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 63 Tabel 5. 35 Waktu Kerja Tersedia di Puskesmas IV Denpasar Selatan Tahun

2014 ... 63 Tabel 5. 36 Perhitungan Kebutuhan Dokter Umum berdasarkan WISN di

(14)

xiv

Tabel 5. 37 Perbandingan Jumlah Dokter yang Ada dengan yang Dibutuhkan dan Tekanan Beban Kerja Dokter di Puskesmas IV

Denpasar Selatan Tahun 2014 ... 66

Tabel 5. 38 Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar ... 67

Tabel 5. 39 Distribusi Dokter Internsip di Puskesmas Kota Denpasar ... 68

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan

ASEAN : Association of Southeast Asian Nations

BKN : Badan Kepegawaian Negara BOK : Bantuan Operasional Kesehatan CPHI : Center of Public Health Innovation

DSP : Daftar Susunan Pegawai

GTZ : Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit

HIV : Human Imunodeficiency Virus

IKM : Ilmu Kesehatan Masyarakat JKBM : Jaminan Kesehatan Bali Mandara JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

KB : Keluarga Berencana

KBM : Klinik Berhenti Merokok

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

KTR : Kawasan Tanpa Rokok

Lansia : Lanjut usia

NTB : Nusa Tenggara Barat

NTT : Nusa Tenggara Timur

P2M : Pemberantasan Penyakit Menular P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

PPTI : Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat Pustu : Puskesmas Pembantu

(17)

xvii

SDM : Sumber Daya Manusia

SKN : Sistem Kesehatan Nasional

SKP : Sasaran Kerja Pegawai

SPO : Standar Operasional Prosedur VCT : Voluntary Counseling Test

WHO : World Health Organitation

WISN : Workload Indicators of Staffing Need

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh adanya sumber daya manusia (SDM) dimana SDM memberikan kontribusi sebesar 80% dari keseluruhan faktor yang terkait dalam pembangunan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional (SKN), upaya pemenuhan kebutuhan akan SDM kesehatan masih belum memperhatikan kondisi jumlah, jenis, kualitas dan distribusinya.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012 menyatakan bahwa sumber daya manusia sebagai salah satu subsistem yang memiliki peranan sangat penting dalam mengatasi berbagai masalah dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Subsistem sumber daya manusia mengandung berbagai upaya pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan. Upaya tersebut meliputi upaya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, serta pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Dilihat dari rasionya dengan jumlah penduduk, jumlah tenaga kesehatan dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan tenaga kesehatan masyarakat di Indonesia sudah sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014, tetapi distribusinya yang belum merata (Kemenkes, 2013c).

(19)

Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali dengan menggunakan metode rasio terhadap penduduk, menunjukkan adanya kekurangan dari beberapa jenis ketenagaan yaitu tenaga sanitarian (1.170 orang), tenaga kesmas (1.161 orang), bidan (1.084 orang), gizi (541 orang), asisten apoteker (501 orang), dokter umum (450 orang), apoteker (296 orang), keterapian fisik (119 orang), dan dokter gigi (98 orang). Sedangkan tenaga perawat, dokter spesialis, dan keteknisan medis jumlahnya sudah memadai (Dikes, 2014a).

Hampir sama dengan data dari Provinsi Bali, di Kota Denpasar berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Denpasar terlihat bahwa beberapa jenis tenaga kesehatan masih berada di bawah standar rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, yaitu dokter gigi (9,2), tenaga bidan (62), gizi (14), dan tenaga sanitasi (2,3). Sedangkan tenaga dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan farmasi sudah sesuai standar rasio. (Dikes, 2014b).

Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di puskesmas dalam Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja. Selama ini perencanaan SDM kesehatan belum melihat dari tingkat kebutuhan terhadap pelaksanaan program pelayanan yang harus dilakukan (Kemenkes, 2013c), serta tenaga yang ada selama ini masih jauh dari standar rasio (Kepmenkes 81, 2004)

Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu unit pelaksana teknis dinas kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan kegiatan

(20)

utama adalah kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan (Permenkes 75, 2014). Puskesmas berperan sebagai ujung tombak dalam memberikan layanan kesehatan dasar (primary health care) yaitu pelayanan kesehatan minimal kepada masyarakat berupa layanan preventif, berkesinambungan, dan tentunya dapat diakses bagi seluruh masyarakat. Puskesmas di seluruh Indonesia saat ini berjumlah 9.599 buah dimana yang masih dalam kondisi baik sejumlah 6.115 buah puskesmas, sisanya dalam kondisi rusak bahkan sampai ada yang tidak bisa difungsikan (Kemenkes, 2013a).

Puskesmas dalam menjalankan organisasi tersebut tentunya tidak terlepas dari adanya SDM kesehatan yang menjadi tulang punggung dalam menjalankan segala upaya kesehatan di masyarakat terutama dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seperti saat ini, diperkirakan akan terjadi perubahan dalam cara kerja serta perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan. Peningkatan jumlah dan jenis tenaga kesehatan tidak diikuti dengan adanya perencanaan kebutuhan serta pendistribusian yang belum memadai (Kemenkes, 2013c).

Ketersediaan tenaga kesehatan dokter umum masih menjadi sorotan penting terkait penyebaran yang tidak merata, dimana dari 106.370 dokter umum yang bekerja di puskesmas hanya sejumlah 17.507 orang (Kemenkes, 2013a). Jumlah puskesmas yang belum memiliki dokter umum masih cukup besar, dari 9.599 puskesmas yang tercatat sampai Oktober 2013 hanya 13,7% yang memiliki tenaga dokter umum (Kemenkes, 2013c). Krisis dokter umum terjadi karena peningkatan pemenuhan dokter umum belum dijadikan sebuah peluang dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dasar (Purvis, 2013). Penempatan tenaga

(21)

kesehatan sangat dipengaruhi oleh informasi kesehatan SDM, tanggung jawab dari SDM, serta perhatian dari pimpinan (Hassani et al., 2013). Penempatan dokter umum di Indonesia khususnya di daerah terpencil melalui sistem kontrak seharusnya dilengkapi dengan pelatihan khusus (skill mix) agar sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tersebut (Egger, 2000). Pemenuhan terhadap jumlah tenaga kesehatan jika dilihat dari ketepatan rasio jumlah dokter umum terhadap populasi sebenarnya belum ada bentuk yang jelas, dimana hal ini tergantung dari faktor kebutuhan, faktor ketersediaan, faktor yang terkait dengan produktivitas, serta prioritas dari kebijakan terkait layanan kesehatan (Egger, 2000).

Dokter umum yang tercatat di Kota Denpasar adalah 348 orang, 44 orang diantaranya bekerja di 11 puskesmas, dimana 10 orang merupakan Kepala Puskesmas (Dikes, 2014a). Tiga dari 11 puskesmas tersebut, merupakan puskesmas rawat inap dan sisanya memberikan pelayanan rawat jalan terhadap seluruh penduduk Kota Denpasar yang tersebar di 43 desa/ kelurahan dimana tahun 2014 tercatat sejumlah 729.024 jiwa (Disdukcapil, 2015).

Berdasarkan hasil dari pengamatan terhadap aktivitas dokter umum di beberapa puskesmas didapatkan bahwa dokter umum memiliki aktivitas cukup tinggi khususnya dalam pelayanan pasien. Hasil wawancara dengan para kepala puskesmas dinyatakan bahwa aktivitas dokter umum banyak berkurang di poliklinik karena melakukan aktivitas lain seperti pertemuan, P3K serta kegiatan lain di luar gedung yang mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan di poliklinik. Berdasarkan rasio jumlah dokter umur di Kota Denpasar sebesar 40,4/

(22)

100.000 penduduk, menunjukkan bahwa jumlah dokter umum yang dibutuhkan sudah melebihi dari standar yang ditetapkan yaitu 40 / 100.000 penduduk. Total kunjungan pasien pada tahun 2014 di seluruh puskesmas Kota Denpasar yaitu 474.878 pasien dengan rata-rata kunjungan per hari adalah 154 pasien. Ini menunjukkan beban kerja puskesmas untuk pelayanan pasien cukup tinggi (Dikes, 2014b). Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa 40% dokter melaporkan jumlah kunjungan pasien selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan 36% dokter melaporkan kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari sekali seminggu. Beban kerja yang berlebihan tersebut mempengaruhi kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan seperti ketepatan diagnosis dan tindakan medis pada pasien (Michtalik et al., 2013; Mudayana, 2010; Shah et al., 2011). Selain itu bahwa beban kerja yang berlebih akan berpengaruh pula terhadap kualitas dari pelayanan yang akan diberikan (Goetz et al., 2013). Menganalisis beban kerja dokter umum merupakan langkah yang sangat diperlukan menyikapi kondisi tersebut.

Analisis beban kerja adalah upaya untuk menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu (Kepmenkes 81, 2004). Metode perencanaan SDM dalam Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota Serta Rumah Sakit, disebutkan bahwa salah satu metode dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan di institusi adalah dengan menghitung beban kerja menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN).

(23)

Metode ini merupakan model yang diadopsi dari WHO yang telah dikembangkan sejak tahun 1998. Metode WISN memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis, serta memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit (WHO , 2010). Kelengkapan data sekunder merupakan salah satu kunci keberhasilan dari penerapan metode WISN ini (WHO, 2010).

Walaupun metode WISN ini memiliki banyak kelebihan, namun sayangnya hingga saat ini metode WISN dalam penghitungan beban kerja dokter di puskesmas masih belum banyak digunakan di Bali khususnya di Kota Denpasar. Dinas Kesehatan Kota Denpasar sampai saat ini dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya dokter umum masih menggunakan metode rasio jumlah tenaga dokter terhadap jumlah penduduk. Dimana metode rasio belum dapat menghitung kebutuhan riil tenaga kesehatan berdasarkan beban kerja sehingga dapat mencapai keseimbangan antara jumlah tenaga yang ada dengan beban kerja. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menganalisis beban kerja dokter umum menggunakan metode WISN.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penelitian ini difokuskan untuk menjawab rumusan permasalahan yaitu berapakah beban kerja dan kebutuhan tenaga dokter umum, serta bagaimanakah distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar ?

(24)

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui beban kerja dan kebutuhan tenaga dokter umum, serta distribusinya di puskesmas se- Kota Denpasar.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1.3.2.1 Beban kerja dokter umum dengan menghitung rasio WISN di puskesmas se-Kota Denpasar.

1.3.2.2 Kebutuhan dokter umum dengan menghitung perbedaan antara jumlah ideal tenaga dokter umum dengan kenyataan yang ada (WISN difference) di puskesmas se-Kota Denpasar.

1.3.2.3 Distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut terkait dengan analisis beban kerja dengan menggunakan metode WISN. 1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan kepada Pemerintah Kota Denpasar khususnya Dinas Kesehatan terkait dengan perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan khususnya tenaga dokter umum agar menggunakan analisis kebutuhan menurut beban kerja. Dengan demikian, perencanaan ketenagaan akan lebih sesuai kebutuhan riil berdasarkan beban kerja sehingga diharapkan

(25)

dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kota Denpasar.

1.4.2.2 Bagi para kepala puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan SDM kesehatan khususnya tenaga dokter umum untuk disesuaikan dengan kebutuhan dari program-program puskesmas.

1.4.2.3 Bagi para dokter umum di puskesmas, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas baik itu kemampuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

(26)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Mengacu kepada SKN tahun 2012, SDM kesehatan merupakan tenaga kesehatan (termasuk tenaga kesehatan strategis), tenaga pendukung/penunjang kesehatan yang terlibat dan bekerja serta mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Bappenas, 2005).

Sumber daya manusia kesehatan sebagai salah satu dari tujuh subsistem dalam SKN tahun 2012, merupakan pokok dan memiliki peranan sangat penting di dalam berlangsungnya pembangunan kesehatan, dimana permasalahan strategisnya adalah masih kurang serasinya dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan, kualitas, serta distribusinya yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Oktarina dan Sugiharto pada tahun 2011, jumlah tenaga kesehatan yang ada belum mencukupi dan distribusi tenaga kesehatan di puskesmas daerah terpencil perbatasan dan kepulauan masih belum merata. Oleh karena itu, dalam perencanaan kesehatan yang diamanatkan dalam SKN tahun 2012 agar lebih menekankan pada upaya penetapan jenis, jumlah, kualifikasi, dan distribusi tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. Penelitian di Iran juga menemukan bahwa pemerataan

(27)

distribusi SDM kesehatan harus dipertimbangkan sebagai sebuah filosofi utama dari perawatan kesehatan (Doulati et al., 2013). Evaluasi penempatan tenaga kesehatan di Kabupaten Buton menemukan bahwa rasio dokter terhadap jumlah penduduk sangat rendah dan terjadi distribusi yang tidak merata (Herman dan Hasanbasri, 2008).

Pengelolaan manajemen SDM yang baik tentunya akan berpengaruh kepada kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan (Kabene et al., 2006). Seperti yang dilakukan di Kabupaten Blitar, mengantisipasi peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di 24 puskesmas yang ada dengan merekomendasi upaya pengaturan ketenagaan kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diawali dengan sebuah analisis kebijakan ketenagaan (Laksono et al., 2012). Sebuah studi literatur yang dilakukan oleh Mohamed dan Hameed (2015), menyatakan bahwa manajemen SDM yang efektif akan berpengaruh kuat terhadap kualitas pelayanan dan pengembangan kinerja staf rumah sakit.

Isu pokok dalam pengembangan SDM kesehatan adalah terjadinya ketidakseimbangan dari SDM terkait jumlah, jenis tenaga kesehatannya, fungsi, serta distribusinya (Riitta et al.,1993). Penelitian di Puskesmas Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, didapatkan bahwa jumlah tenaga kesehatan termasuk dokter umum yang tersedia di puskesmas masih mengalami kekurangan dan terdapat tenaga kesehatan yang tidak sesuai kompetensinya, sehingga belum cukup untuk menyelesaikan seluruh upaya pelayanan kesehatan di puskesmas (Suharmiati et al., 2012).

(28)

Berdasarkan data tenaga kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali terlihat adanya kesenjangan dalam jumlah dari beberapa tenaga kesehatan. Perencanaan SDM dengan menggunakan metode rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk didapatkan dari 12 jenis tenaga kesehatan sembilan yang masih mengalami kekurangan dari kebutuhan.

Tabel 2. 1

Data Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2013

No Jenis Tenaga Jumlah Kebutuhan Kekurangan

1 Dokter Spesialis 713 243 -470 2 Dokter Umum 1173 1623 450 3 Dokter Gigi 348 446 98 4 Perawat 5055 4766 -289 5 Bidan 2972 4056 1084 6 Apoteker 110 406 296 7 Asisten Apoteker 391 892 501 8 Kesmas 462 1623 1161 9 Sanitasi 453 1623 1170 10 Gizi 351 892 541 11 Keterapian Fisik 43 162 119 12 Keteknisan Medis 438 243 -195

Sumber : Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2013

Kesenjangan tenaga kesehatan di Kota Denpasar dilihat dari standar rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk, dari delapan jenis tenaga kesehatan tiga diantaranya masih mengalami kekurangan yaitu tenaga bidan, gizi, dan sanitarian.

(29)

Tabel 2. 2

Jumlah Tenaga dan Rasio Tenaga Kesehatan di Kota Denpasar Tahun 2013

No Jenis Tenaga Jumlah Rasio per 100.000 penduduk

Standar Rasio per 100.000 penduduk 1 Dokter Spesialis 448 52,7 6 2 Doker Umum 348 40,4 40 3 Dokter Gigi 78 9,2 11 4 Farmasi 173 20 10 5 Bidan 532 62 100 6 Perawat 2023 237 117 7 Gizi 116 14 22 8 Sanitasi 57 4,9 40

Sumber : Profil Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2013

2.2Metode Perencanaan SDM

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 antara lain mengatur tentang beberapa metode perencanaan tenaga kesehatan untuk dipilih sesuai dengan kemampuan dari masing-masing instansi.

1. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat.

2. Health Service Demand Method, yaitu penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan permintaan kebutuhan kesehatan

3. Health Service Targets Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan.

4. Ratios Method, yaitu penyusunan kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu.

(30)

Selain itu, Kepmenkes No. 81 Tahun 2004 menyajikan juga beberapa metode pengembangan lain yang bisa diterapkan dalam perencanaan SDM kesehatan, yaitu metode Daftar Susunan Pegawai (DSP), Workload Indicators of Staffing Need (WISN), dan juga penyusunan kebutuhan tenaga berdasarkan skenario/ proyeksi. Metode DSP dapat digunakan di berbagai unit kerja seperti puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya (Kurniati dan Efendi, 2012), namun metode ini belum mampu untuk mengevaluasi mengenai kesenjangan antara jumlah tenaga kesehatan termasuk distribusinya (Kepmenkes 81, 2004). Metode WISN merupakan metode yang bisa menjawab permasalahan tersebut, sangat mudah dioperasikan, mudah diterapkan, komprehensif, dan juga realistis (Kepmenkes 81, 2004).

2.3Analisis Beban Kerja

Analisis beban kerja merupakan salah satu cara dalam perencanaan kebutuhan sumber daya manusia (Kepmenkes 81, 2004). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, disebutkan bahwa dalam perencanaan tenaga kerja baik mikro ataupun makro dihitung berdasarkan beban kerja yang kemudian dituangkan dalam rencana tenaga kerja yang disusun dalam jangka waktu lima tahun. Setiap tahunnya dilakukan penilaian untuk menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dari masing-masing lembaga ataupun perusahaan. Hasil dari perhitungan analisis beban kerja sangat bermanfaat sebagai alat ukur terhadap

(31)

kebutuhan sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sebagai dasar dalam norma waktu penyelesaian kerja, tingkat efisiensi kerja, prestasi kerja, penyusunan formasi pegawai, dan penyempurnaan sistem prosedur kerja (Kemenkes, 2013b).

Berbagai metode telah dipublikasikan dalam menghitung kebutuhan tenaga kerja, tetapi perencanaan yang paling sering digunakan adalah dengan mengkombinasikan antara rasio praktisi terhadap populasi, pola riwayat, dan penilaian para ahli (Markham dan Birch, 1997; Daviaud dan Chopra, 2008). Analisis yang lebih canggih dapat menggunakan perhitungan ukuran tenaga kerja dan campuran melalui penggunaan riwayat beban kasus, ketajaman pengukuran, teori antrian, produksi fungsi-fungsi, standar perawatan pengobatan, atau kombinasi dari faktor-faktor dalam analisis regresi (Hornby et al., 1976; Hurst et al., 2008; Musau et al., 2008 ; Schoo et al., 2008).

Menurut Riitta et al. (1993), isu-isu dalam pengembangan SDM kesehatan dibagi menjadi dua.

1. Ketidakseimbangan dari sumber daya kesehatan itu sendiri baik dari segi jumlah, jenis , fungsi, distribusi, serta kualitasnya.

2. Aspek ekonomi dari sumber daya kesehatan tersebut, meliputi pendanaan pemerintah terhadap gaji dan juga pendanaan untuk farmasi, teknologi kesehatan, dan pendidikan berkelanjutan yang sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan

Saat ini tantangan terhadap pengelolaan pelayanan kesehatan semakin meningkat yang ditandai dengan tidak adekuatnya respon dari tenaga kesehatan

(32)

dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat akibat ketidakseimbangan distribusi dari tenaga kesehatan antara desa, perkotaan, dan juga antara tingkat layanan primer, sekunder, maupun tersier (WHO, 2010).

Hasil penelitian deskriptif terhadap analisis beban kerja perawat pada 25 pusat kesehatan di Seoul, menemukan bahwa beban kasus terhadap perawat justru harus ditingkatkan (Ryu et al., 2003). Hal tersebut sejalan dengan penelitian retrospektif di Finlandia, menemukan bahwa analisis beban kerja perawat lebih dipengaruhi oleh intensitas keperawatan dan sedikit dari faktor-faktor bukan pasien (Rauhala dan Fagerström, 2007).

Sebuah tinjauan lain terhadap pengukuran beban kerja perawat di Irlandia, menyatakan bahwa sangat dibutuhkan sebuah sistem pengukuran beban kerja yang lebih bisa menangkap aspek-aspek nyata dari keperawatan (Brady et al., 2007). Penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung diketahui bahwa beban kerja dokter umum di Poli Umum sangat tinggi bila dibandingkan dengan jumlah pasien yang harus dilayani dan waktu kerja tersedia. Beban kerja dokter umum yang sudah berlebih bagi satu orang dokter menyebabkan waktu kerja untuk pelayanan pasien di Poli Umum kurang (Rusli et al., 2013). Penelitian pada pelayanan kesehatan ibu dan anak di India menunjukkan bahwa terjadi kekurangan dokter umum sebanyak 43 dokter dan beban kerja dokter umum pada layanan tersebut sangat tinggi ( rasio WISN= 0,24) (Hagopian et al., 2012). Penelitian di Amerika Serikat dilakukan oleh sekelompok peneliti di Universitas Johns Hopkins menyatakan bahwa beban kerja yang berlebihan dapat mengancam keselamatan pasien dan menjadi penyebab besar

(33)

kesalahan medis. Berdasarkan hasil survei, 40% dokter percaya bahwa jumlah kunjungan pasien selama satu bulan sering melebihi tingkat yang aman dan 36% dokter melaporkan kunjungan pasien yang berlebih terjadi lebih dari sekali seminggu (Michtalik et al., 2013).

2.4Workload Indicators of Staffing Need ( WISN )

Berdasarkan panduan manual yang dikeluarkan oleh WHO, Workload Indicators of Staffing Need (WISN) merupakan sebuah standar pengukuran kebutuhan tenaga kesehatan berdasarkan indikator beban kerja yang pertama kali di uji cobakan sekitar tahun 1998. Metode WISN adalah alat manajemen sumber daya yang menghitung kebutuhan staf berdasarkan beban kerja untuk kategori staf tertentu dan jenis fasilitas kesehatan. Alat ini dapat diterapkan secara nasional, regional, di fasilitas kesehatan tunggal, bahkan sebuah unit atau bangsal di rumah sakit. Metode WISN memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis serta memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit. Namun metode WISN memiliki kelemahan, dimana sangat diperlukan adanya kelengkapan data yang nantinya akan dianalisa secara statistik dan akan mempengaruhi akurasi hasil WISN (WHO, 2010).

Langkah kerja dalam metode WISN sesuai dengan pedoman WHO tahun 2010.

(34)

2. Memperkirakan waktu kerja yang tersedia.

3. Mendefinisikan komponen-komponen beban kerja. 4. Menentukan standar aktivitas.

5. Menentukan standar beban kerja. 6. Menghitung faktor kelonggaran.

7. Menetapkan kebutuhan tenaga berdasarakan WISN. 8. Analisis dan interpretasi hasil WISN.

Analisis hasil WISN terdiri dari perbedaan antara tenaga yang ada dengan tenaga yang diperlukan dan penghitungan rasio WISN. Rasio WISN adalah pengukuran terhadap tekanan beban kerja sehari-hari dari tenaga kesehatan. Menguji kedua hal antara gap dan juga rasio WISN adalah sangat penting dalam menentukan bagaimana cara dalam pengembangan tenaga kesehatan secara wajar (WHO, 2010).

Penerapan metode WISN memberikan manfaat cukup besar dalam pengelolaan SDM dalam suatu organisasi.

1. Perencanaan ketenagaan mendatang

Pemanfaatan pertama yang dilakukan sesuai dengan hasil WISN adalah sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan mendatang akan tenaga kesehatan pada fasilitas kesehatan bersangkutan. Perencanaan ini harus mampu mengantisipasi akan munculnya beban kerja lain dengan meningkatkan standar profesi sesuai dengan standar terbaru yang relevan, memperhitungkan perubahan kondisi ketenagaan melihat dari waktu kerja

(35)

tersedia, dan juga melakukan penyesuaian standar medis sesuai rata-rata waktu yang telah dihitung (WHO, 2010).

2. Pengalokasian tenaga kesehatan

Hasil dari WISN akan dapat memberikan gambaran akan dampak dari kurangnya tenaga kesehatan yang tersedia. Melalui upaya pengalokasian tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu meringankan beban kerja tenaga kesehatan bersangkutan. Apabila menambah jumlah tenaga tidak memungkinkan bisa diatasi dengan mengatur waktu kerja dengan cara bergantian (WHO, 2010).

3. Peningkatan kualitas tenaga kesehatan

Rasio WISN yang rendah akan berakibat terhadap rendahnya kualitas keluaran dari pelayanan kesehatan yang diberikan. Upaya–upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan menjadi prioritas sesuai hasil WISN apabila dengan menambah jumlah tenaga sangat tidak memungkinkan (WHO, 2010).

4. Upaya pendistribusian tenaga kesehatan yang ada saat ini serta mengurangi tekanan beban kerja

Membandingkan hasil dari WISN pada tempat pelayanan kesehatan yang serupa akan dapat membantu kita dalam pendistribusian dengan tepat. Tempat pelayanan kesehatan mana yang terlihat terjadi kekurangan tenaga kesehatan, berapa besar tekanan beban kerjanya bisa sebagai dasar untuk melakukan pemerataan distribusi tenaga kesehatan (WHO, 2010).

(36)

Hasil dari penerapan WISN secara keseluruhan dimasukkan ke dalam metode perencanaan tenaga kerja (Dewdney, 2001), bersama-sama dengan data yang sesuai dan terperinci dari sistem informasi SDM (WHO, 2010).

Penelitian di Namibia dengan menggunakan metode WISN, menemukan bahwa terjadi kekurangan tenaga kesehatan dokter dan apoteker, serta distribusinya belum merata. Terbalik dengan perawat dengan jumlah cukup, namun distribusinya juga belum merata karena cenderung bekerja di rumah sakit. Hasil dari temuan WISN ini, telah dijadikan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan di bidang kesehatan (Mcquide dan Forster, 2013). Begitu pula penelitian di India oleh Amy Hagopian (2012), menggunakan metode WISN untuk mengetahui kebutuhan tenaga kesehatan yaitu dokter dan tenaga bidan untuk pelayanan kesehatan ibu dan anak, menemukan masih kurangnya tenaga dokter dan bidan. Hasil penelitian ini juga berhasil menyusun standar waktu untuk setiap aktivitas pada pelayanan kesehatan ibu dan anak. Sebuah penelitian lain di Afrika Selatan, menggunakan metode WISN untuk menjawab tantangan terhadap kebijakan sumber daya kesehatan menemukan bahwa pendekatan dengan metode rasio tenaga kerja berdasarkan populasi dan pendekatan berdasarkan pemanfaatan layanan masih memiliki kekurangan, dimana metode WISN bisa mengidentifikasi isu-isu penting dalam perencanaan sumber daya manusia (Daviaud dan Chopra, 2008).

Penelitian di Indonesia dengan metode WISN sudah pernah dilakukan di Provinsi NTT, NTB, dan Aceh yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan yang bekerjasama Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ), sebuah

(37)

lembaga donor dari Jerman (Depkes & GTZ 2009). Penelitian deskriptif dengan menggunakan metode WISN di Palembang menemukan bahwa jumlah SDM perawat, bidan, tenaga laboratorium, dan dokter spesialis kandungan di puskesmas masih kurang dan memiliki beban kerja yang tinggi (Saputri dan Ainy, 2009). Hasil tersebut hampir sama dengan penelitian WISN di Bali terkait layanan

treatment as prevention pada pekerja seks perempuan di beberapa unit layanan

Voluntary Counseling Test (VCT) termasuk di puskesmas secara mixed method, menyoroti kurangnya SDM pada layanan VCT di puskesmas (Nopiyani et al., 2014).

2.5Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan sangat penting sebagai subsistem upaya kesehatan dalam SKN (Permenkes 75, 2014). Puskesmas dalam menjalankan fungsi-fungsinya sudah tentu harus didukung dengan adanya sumber daya manusia kesehatan yang berkualitas, baik dari segi jenis ketenagaannya, jumlah, maupun dari segi keterampilannya (Kepmenkes 81, 2004).

Puskesmas menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat, masyarakat mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, hidup dalam lingkungan sehat, serta masyarakat dengan derajat kesehatan yang optimal (Permenkes 75, 2014).

(38)

Puskesmas dalam pengelolaan manajemen tentunya banyak menemukan permasalahan, mulai dari masalah SDM, beban kerja puskesmas yang terlalu berat, pegelolaan kegiatan puskesmas yang masih bersifat sentralistik, kegiatan puskesmas sebagian besar belum berorientasi kepada kebutuhan masyarakat, kurangnya partisipasi masyarakat, sampai masalah sistem pembiayaan puskesmas yang belum mengantisipasi arah perkembangan ke depan (Kepmenkes 81, 2004). Sumber daya manusia di puskesmas terdiri dari SDM kesehatan dan SDM bukan kesehatan, dimana dalam penentuan jenis dan jumlahnya dihitung berdasarkan analisis beban kerja, mengacu pada beberapa pertimbangan seperti jenis pelayanan, demografi penduduk, kondisi wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, dan pembagian waktu kerja (Permenkes 75, 2014).

(39)

22

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN

3.1Kerangka Berpikir

Adanya sumber daya manusia (SDM) sangat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dokter umum merupakan salah satu tenaga kesehatan yang masih menjadi sorotan penting terkait jumlah dan distribusinya yang tidak merata. Aktivitas pada dokter umum di puskesmas yang cukup tinggi baik dalam pelayanan pasien maupun aktivitas lain seperti pertemuan, P3K serta kegiatan lain di luar gedung mengakibatkan kurang optimalnya pelayanan di poliklinik.

Analisis beban kerja dokter umum merupakan suatu langkah yang sangat diperlukan menyikapi kondisi tersebut. Selama ini analisis beban kerja dokter umum belum pernah dilakukan di Bali khusunya Kota Denpasar. Sampai saat ini perencanaan kebutuhan dokter umum masih menggunakan metode rasio. Padahal berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa jenis dan jumlah tenaga kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja.

Analisis beban kerja merupakan upaya dalam perencanaan kebutuhan sumber daya manusia dengan menghitung beban kerja pada satuan kerja. Perencanaan kebutuhan dokter umum dengan analisis beban kerja dapat melihat perencanaan dokter umum berdasarkan tingkat kebutuhan terhadap pelaksanaan program pelayanan yang harus dilakukan.

(40)

Berbagai metode analisis beban kerja telah dipublikasikan dalam menghitung kebutuhan tenaga kerja, namun oleh WHO telah dikeluarkan metode yang lebih mudah untuk digunakan baik secara teknis, komprehensif, realistis serta memberikan kemudahan dalam menentukan variasi kebutuhan SDM dalam berbagai tipe layanan kesehatan seperti puskesmas maupun rumah sakit yaitu metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN).

3.2Konsep Penelitian

Gambar 3. 1

Kerangka Konsep Penelitian Input

1. Waktu kerja tersedia (WKT) dokter umum dalam setahun

2. Komponen beban kerja dokter umum

 Aktivitas Utama  Aktivitas penunjang  Aktifitas tambahan 3. Jumlah kunjungan/pasien selama setahun Proses Analisis beban kerja menggunakan metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN) Output 1. Beban kerja dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar 2. Kebutuhan tenaga dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar 3. Distribusi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar

(41)

24

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional.

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 11 puskesmas se-Kota Denpasar dengan waktu pelaksanaan mulai bulan Oktober 2014 s/d Maret 2015.

4.3Penentuan Sumber Data

Sampel penelitian adalah total populasi dimana semua tenaga dokter umum fungsional yang berjumlah 34 orang di puskesmas se-Kota Denpasar menjadi sampel penelitian sehingga tidak diperlukan teknik pengambilan sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang didapat dari hasil wawancara dan observasi langsung terhadap aktifitas kegiatan dari masing-masing dokter umum serta analisa dari data sekunder.

4.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Mengacu pada pedoman dari WISN WHO tahun 2010, terdapat beberapa variabel yang dianalisa.

(42)

Tabel 4. 1

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Satuan Kategori/Nilai Skala

Waktu kerja tersedia (WKT)

Waktu kerja selama setahun untuk tenaga kesehatan dokter umum dalam melaksanakan pekerjaaanya dengan mempertimbangkan daftar hadir resmi dan sah. Hari Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Komponen beban kerja

Jenis aktivitas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dokter umum dalam sehari-hari meliputi aktivitas utama,

penunjang dan tambahan. - Hasil persetujuan dalam workshop Nominal Aktivitas Utama Kegiatan yang berhubungan dengan layanan kesehatan dari semua tenaga kesehatan dokter umum yang secara rutin dicatat dalam satistik tahunan antara lain pemeriksaan

pasien umum

(anamnesa,

pemeriksaan, pencatatan rekam medis, tidak termasuk pemeriksaan tensi, suhu, berat badan), melakukan visite pasien rawat inap, melakukan tindakan medis kecil, konsultasi, dan konseling. Menit Hasil pengukuran dengan stopwatch Nominal

(43)

Lanjutan tabel 4.1

Variabel Definisi Operasional Satuan Kategori/Nilai Skala

Aktivitas penunjang

Kegiatan penting yang mendukung pelayanan kesehatan dari semua tenaga kesehatan dokter umum, tetapi tidak dicatat secara rutin dalam statistik tahunan antara lain mengikuti pertemuan rutin puskesmas, melakukan kunjungan sulinggih, tim P3K, skrining anak sekolah, imunisasi anak sekolah, surveilan lapangan, kunjungan pasien (TBC/kusta/jiwa/gizi buruk), penyuluhan, mobile VCT, dan kegiatan posyandu atau posbindu.

Jam Data sekunder kegiatan penunjang dokter umum Nominal Aktifitas tambahan

Kegiatan yang tidak dikerjakan oleh semua tenaga kesehatan dokter umum dan tidak dicatat secara rutin dalam statistik tahunan antara lain supervisi pustu, mengikuti seminar/

pelatihan, dan

mengerjakan

administrasi umum (BOK / JKN / JKBM ).

Jam Data sekunder kegiatan tambahan dokter umum

(44)

Lanjutan tabel 4.1

Variabel Definisi Operasional Satuan Kategori/Nilai Skala

Aktivitas standar

Waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kesehatan dokter umum yang sudah terlatih, terampil, dan termotivasi untuk mengerjakan

pekerjaannya sesuai dengan kondisi tempat kerjanya. Kegiatan per satuan waktu (menit atau jam) Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Standar beban kerja

Jumlah kegiatan yang

terdapat dalam

komponen beban kerja layanan kesehatan yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan dokter umum dalam waktu setahun. Kegiatan per satuan waktu (menit atau jam) Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Faktor kelonggaran

Faktor yang digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga kesehatan dokter umum dalam melaksanakan kegiatan yang secara rutin tidak dicatat dalam statistik tahunan yaitu aktivitas penunjang dan aktivitas tambahan. Kegiatan per satuan waktu (menit atau jam) Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal Kebutuhan tenaga

Jumlah tenaga kesehatan dokter umum yang dibutuhkan berdasarkan

hasil perhitungan menggunakan WISN

terhadap tiga jenis komponen beban kerja.

Jumlah dokter Hasil perhitungan dengan software WISN English Version 1.1.132.0 Nominal

(45)

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pedoman observasi, stopwatch, serta formulir pencatatan untuk data sekunder.

4.6Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif yang dilakukan dengan beberapa langkah.

4.6.1 Workshop dengan tenaga kesehatan dokter umum

Langkah awal dari penelitian ini adalah dengan melakukan

workshop dengan tenaga kesehatan dokter umum fungsional dari seluruh puskesmas se-Kota Denpasar untuk merumuskan data-data terkait penelitian. Workshop dilaksanakan selama sehari pada Hari Sabtu, tanggal 13 Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Pertemuan untuk merumuskan waktu kerja yang tersedia per tahun dan komponen beban kerja atau aktivitas untuk tiap kategori dokter umum. Lebih lanjut tentang kegiatan ini dapat di lihat pada lampiran.

4.6.2 Workshop dengan tenaga observer

Tenaga observer yang direkrut sebanyak enam orang dan selanjutnya dijelaskan tentang pengantar metode WISN, jenis kegiatan dari dokter umum yang diobservasi (komponen beban kerja dokter umum), serta cara melakukan observasi. Workshop

(46)

Desember 2014 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Lebih lanjut tentang kegiatan ini dapat dilihat pada lampiran.

4.6.3 Observasi (work sampling)

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan observasi ke masing-masing puskesmas untuk memvalidasi data hasil workshop. Pengukuran gerak dan waktu aktivitas masing-masing tenaga dokter umum dengan menggunakan alat stopwatch dan pedoman observasi dilakukan oleh tenaga pengamat. Observasi dilaksanakan sebanyak tiga kali per puskesmas dengan memilih variasi kunjungan puskesmas mulai hari dengan kunjungan tertinggi (Hari Senin), sedang (Hari Rabu), dan juga hari dengan kunjungan terendah (Hari Jumat).

Waktu rata-rata yang didapat untuk setiap aktivitas sesuai komponen beban kerja yang dapat diobservasi dijadikan sebagai standar waktu dalam penghitungan beban kerja dengan menggunakan software WISN dan akan dijadikan sebagai standar waktu khusus bagi dokter umum di puskesmas se-Kota Denpasar. 4.6.4 Pengumpulan Data Sekunder

Langkah berikutnya adalah melakukan pengumpulan data sekunder dengan melihat laporan kunjungan pasien, buku rencana kerja pegawai, daftar kehadiran, dan dokumen terkait lainnya.

(47)

4.7Analisis Data

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan software WISN

English Version 1.1.132.0. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

(48)

31

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1Gambaran Umum Kota Denpasar a. Geografi

Kota Denpasar terletak pada posisi 08035‘31‖ sampai 08044‘49‖ Lintang Selatan dan 115000‘23‖ sampai 115016‘27‖ Bujur Timur dengan ketinggian 500 meter dari permukaan laut. Wilayah Kota Denpasar berbatasan langsung dengan dua Kabupaten di Bali.

Batas Utara : Kabupaten Badung Batas Selatan : Kabupaten Badung Batas Barat : Kabupaten Badung Batas Timur : Kabupaten Gianyar

Luas wilayah Kota Denpasar 127,78 km2 atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Kota Denpasar terdiri dari empat kecamatan, terdiri dari 27 desa dan 16 kelurahan dengan 405 dusun atau banjar terbagi dalam 35 Desa

Pekraman. Kecamatan Denpasar Selatan terdiri dari enam kelurahan dan empat desa, Denpasar Timur empat kelurahan dan tujuh desa, Denpasar Barat tiga kelurahan dan delapan desa dan Kecamatan Denpasar Utara tiga kelurahan dan delapan desa (Disdukcapil, 2015).

b. Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Denpasar tahun 2015, jumlah penduduk Kota Denpasar pada tahun

(49)

2014 berjumlah 729.024 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 366.558 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 362.566 jiwa.

Kecamatan Denpasar Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar yaitu 210.200 jiwa atau 28% dari seluruh penduduk Kota Denpasar, diikuti Denpasar Selatan 198.495 jiwa (27%), Denpasar Utara 182.447 jiwa (25%) dan Denpasar Timur 137.882 jiwa (18%). Dilihat dari kepadatan penduduk Kota Denpasar dibandingkan luas wilayahnya, Kecamatan Denpasar Barat merupakan wilayah dengan penduduk terpadat 8.711,14/Km2, dan Kecamatan Denpasar Selatan dengan kepadatan terendah yaitu 3970,69/Km2 (Disdukcapil Kota Denpasar, 2015). Sex rasio penduduk Kota Denpasar adalah 101,13 artinya penduduk laki-laki 0,6% lebih banyak dari penduduk perempuan.

5.2Karakteristik Peserta Workshop

Workshop dilaksanakan dua tahap yaitu tahap pertama untuk dokter umum dan tahap kedua untuk tenaga observer. Workshop dilaksanakan masing-masing pada tanggal 13 Desember 2015 dan tanggal 22 Desember 2015 bertempat di ruang pertemuan Puskesmas I Denpasar Selatan. Peserta workshop dokter umum hanya diikuti oleh 10 orang dari perwakilan puskesmas, dimana satu puskesmas tidak hadir karena tidak ada tenaga dokter saat itu. Worskhop tenaga observer melibatkan enam orang tenaga dari Center of Public Health Innovation (CPHI), Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), Universitas Udayana.

Tabel 5.1 menunjukan bahwa distribusi subyek berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar peserta workshop berjenis kelamin perempuan sebanyak delapan

(50)

orang (80%). Sedangkan berdasarkan distribusi umur, sebagian besar umur peserta 25-34 tahun sebanyak tujuh orang (70%). Karakteristik peserta dilihat dari lama bekerja, hampir semua peserta memiliki lama bekerja selama 5-10 tahun sebanyak delapan orang (80%).

Tabel 5. 1

Karakteristik Peserta Workshop Dokter Umum

Karakteristik Jumlah (f) % Jenis Kelamin Perempuan 8 80 Laki-laki 2 20 Umur <25 tahun 0 0 25-34 tahun 7 70 35-44 tahun 2 20 45-54 tahun 1 10 >55 tahun 0 0 Lama Bekerja <5 tahun 1 10 5-10 tahun 8 80 11-15 tahun 0 0 > 16 tahun 1 10

5.3Waktu Kerja yang Tersedia (WKT)

Pelaksanaan workshop dokter umum telah menyepakati waktu kerja setahun adalah 52 minggu, enam hari kerja, dan waktu kerja perhari adalah 5,8 jam. Waktu kerja setahun ini dikurangi dengan hari libur nasional dan daerah, daftar absensi dokter umum (cuti, ijin, sakit, dan tanpa keterangan), serta meninggalkan tugas karena mengikuti pelatihan/ dinas luar.

(51)

5.4Komponen Beban Kerja Dokter Umum Puskesmas dari Hasil Workshop

Isu komponen beban kerja dokter umum yang dibahas mengacu kepada Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dokter umum yang mulai berlaku semenjak tahun 2014 (BKN, 2013). Dokter umum peserta workshop menyatakan bahwa seluruh SKP dokter umum sebagai komponen beban kerja sedapat mungkin dihitung menggunakan metode WISN. Daftar komponen beban kerja hasil diskusi dan waktu yang diperlukan untuk setiap aktivitas dari komponen beban kerja dapat dilihat pada tabel 5.2. Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa komponen beban kerja pada kegiatan penunjang paling banyak dibandingkan dengan kegiatan lainnya yaitu sebanyak 10 komponen beban kerja. Pada kegiatan pelayanan utama komponen beban kerja sebanyak lima komponen, sedangkan kegiatan tambahan sebanyak tiga komponen beban kerja.

(52)

Tabel 5. 2

Komponen Beban Kerja Dokter Umum di Puskesmas

Kategori Staf Dokter Umum Kelompok Beban

Kerja Komponen Beban Kerja

Rata-Rata Waktu ( Menit atau Jam) 1. Kegiatan pelayanan kesehatan utama a. Pelayanan pasien  Ananmnesa  Pemeriksaan fisik  Pencatatan

Kasus lama : 3 menit Kasus Baru : 5 menit

b. KIE/konsultasi 5 menit

c. Tindakan medis kecil (insisi,

hecting, ektraksi kuku, eksplorasi)

15 menit

d. Visite pasien 10 menit

e. Konseling HIV/KBM 20 menit

2. Kegiatan penunjang (semua staf , catatan-)

a. Pertemuan ( rapat rutin pusk ) 2 jam b. Kunjungan rumah (sulinggih) 3 jam

c. P3K/safari kesehatan 6 jam

d. Imunisasi anak sekolah 3 jam e. Surveilans lapangan (campak) 1 jam f. Kunjungan lapangan (PPTI, gizi

buruk, kusta, jiwa)

2 jam

g. Skrining anak sekolah 3 jam

h. Penyuluhan 2 jam

i. Mobile VCT 3 jam

j. Posyandu paripurna/ posbindu 3 jam 3. Kegiatan

tambahan (beberapa staf,

catatan-)

a. Supervisi pustu 2 jam

b. Mengikuti seminar/ pelatihan 6 jam c. Administrasi umum 2 jam per minggu

5.5Pelaksanaan Observasi

Pelaksanaan observasi dimulai pada tanggal 5 Januari 2015 selama dua minggu setiap Hari Senin, Rabu, dan Jumat. Gambaran rata-rata waktu setiap aktivitas komponen beban kerja dapat dilihat pada tabel 5.3.

(53)

Tabel 5. 3

Perbandingan Rata-Rata Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Utama Hasil Kesepakatan Workshop dengan Hasil Observasi Langsung

Kategori Staf : Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar Kegiatan Pelayanan Kesehatan Utama Rata-Rata Waktu Berdasarkan Hasil Workshop (Menit) Rata-Rata Waktu Berdasarkan Hasil Observasi (Menit) Pemeriksaan Pasien Lama 3 3 Pemeriksaan Pasien Baru 5 4

Tindakan Medis Kecil 15 10

Visite Pasien 10 6

Konseling HIV/KBM 20 25

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata-rata waktu yang dihasilkan setiap kegiatan pelayanan utama dari hasil observasi langsung terdapat perbedaan dengan hasil yang disepakati dalam pertemuan workshop. Rata-rata waktu kegiatan yang berbeda yaitu kegiatan pemeriksaan pasien baru, tindakan medis dan visite pasien. Pada kegiatan pemeriksaan pasien baru seorang dokter rata-rata waktu yang dibutuhkan sesuai kesepakatan dari workshop yaitu selama lima menit, namun rata-rata waktu yang didapat dari hasil observasi langsung lebih cepat yaitu selama empat menit. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk melakukan konseling HIV ataupun konseling berhenti merokok lebih lama dari waktu yang disepakati saat workshop yaitu menjadi 25 menit setiap pasiennya.

Data diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan dan teknik observasi sudah sesuai prosedur penelitian karena hasil observasi tidak jauh berbeda dengan hasil

workshop. Berarti dokter umum tidak mengetahui sepenuhnya jika mereka diobservasi dan mereka sudah melakukan aktivitas pelayanan sesuai standar

(54)

prosedur, karena rata-rata waktu pelaksanaan kegiatan hampir sama dengan waktu yang disepakati saat workshop.

5.6Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar

Jumlah dokter umum yang diobservasi dan wawancara pada penelitian ini berjumlah 34 dokter. Pada tabel karakteristik tenaga dokter umum fungsional di puskesmas se-Kota Denpasar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tenaga dokter umum berada pada kelompok umur 35-44 tahun yaitu sebanyak 21 dokter (61,8 %). Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 25 dokter umum (73,5%). Hampir semua dokter umum adalah PNS yaitu sebanyak 33 dokter umum (97,1%) dan satu dokter umum dengan status pegawai kontrak. Berdasarkan lama bekerja, sebanyak 19 dokter umum (55,9%) sudah bekerja selama 6-10 tahun. Karakteristik program yang dipegang, sebanyak 23 dokter umum (51,1%) adalah sebagai koordinator program seperti koordinator program P2M, KIA, anak, kesehatan kerja, KB, gizi, lansia, kesehatan lingkungan, pelayanan publik, promosi kesehatan, dan klinik KTR. Selain praktek di puskesmas sebanyak 20 dokter (58,8%) memiliki praktek mandiri dan 14 dokter (41,2%) tidak memiliki praktek mandiri.

(55)

Tabel 5. 4

Karakteristik Tenaga Dokter Umum di Puskesmas Se-Kota Denpasar

Karakteristik Kecamatan Total Denpasar Timur Denpasar Barat Denpasar Utara Denpasar Selatan F % F % F % F % F % Umur 26-34 th 35-44 th 45-54 th >55 1 3 0 2 16,7 50 0 33,3 3 3 0 0 50 50 0 0 1 6 1 2 11,1 60 11,1 22,2 3 9 0 0 23,1 75 0 0 8 21 1 4 23,5 61,8 2,9 11,8 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 5 1 83,3 16.7 5 1 83,3 16.7 8 2 80 20 7 5 58,3 41,7 25 9 73,5 26,5 Status Pegawai PNS Kontrak 6 0 100 0 6 0 100 0 9 1 90 10 12 0 100 0 33 1 97,1 2,9 Lama bekerja <5 th 6-10 th 11-15 th >15 th 2 3 0 1 33,3 50 0 16.7 2 4 0 0 33,3 66.7 0 0 2 5 0 3 20 50 0 30 3 7 1 1 25 58,3 8,3 8,3 9 19 1 5 26,5 55,9 2,9 14,7 Program yang dipegang Koordinator program 4 57,1 3 33,3 7 53,8 9 56,3 23 51,1 Bendahara BOK 0 0 0 0 0 0 1 6,.3 1 2,2 Bendahara JKN 0 0 0 0 0 0 1 6,3 1 2,2 Bendahara JKBM 0 0 0 0 1 7,7 1 6,3 2 4,4 Lain-lain 3 42,9 5 55,6 5 38,5 3 18,8 16 35,6 Tidak ada 0 0 1 11.1 0 0 1 6,3 2 4,4 Praktek mandiri Ya Tidak 4 2 66,7 33,3 2 4 33,3 66,7 7 3 70 30 7 5 58,3 41,7 20 14 58,8 41,2

Gambar

Tabel 5.12 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum  di  Puskesmas  I  Denpasar  Barat
Tabel 5.18 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum  di  Puskesmas  I  Denpasar  Utara
Tabel 5.27 merupakan penjabaran hasil perhitungan kebutuhan dokter umum  di  Puskesmas  I  Denpasar  Selatan
Tabel 5.40 menunjukkan bahwa distribusi tenaga dokter umum di puskesmas  se-Kota  Denpasar  tidak  merata  karena  jumlah  kebuthan  tenaga  dokter  umum  di  setiap  puskesmas  bervariasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kasar biji buah langsat terhadap Salmonella typhi , mengetahui kandungan metabolit

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas senyawa aktif pada rimpang lengkuas tersebut dan dengan berbagai konsentrasi dapat

Dari bentuk morfologi dasar laut tersebut terlihat bahwa daerah yang mempunyai anomali negatif (biru) berada pada cekungan morfologi bagian tenggara daerah penelitian, sedangkan

Mengurus label missed asset Mengurus asset retirement outhouse area Mengurus additional found asset Mengurus latest good receipt new asset Mengurus difference between SAP and

Dari pelaksanaan zakat hasil tambak yang ada di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, maka dapat penulis analisis, bahwa dalam menentukan zakat mereka

Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan sikap positif dari petugas kesehatan saat melakukan KIE KB IUD dengan akseptor KB maka tidak akan meningkatkan pemakaian

Melakukan usaha untuk mengalihkan perasaan yang menyulitkan agar tidak memunculkan perasaan emosi yang negatif dalam melampiaskan perasaanya, kesehatan juga menjadi bagian dari

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H1) pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR secara