• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Menurut Damanhuri Rosadi dalam Asmani (2009: 39) perkembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau golden age pada usia 0-6 tahun. Masa keemasan ini ditandai oleh perkembangan jumlah dan fungsi sel-sel otak anak. Pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka seluruh aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal.

Pendidikan anak usia dini menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I pasal 1 Ayat 14 adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan pengertian tersebut Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bertujuan untuk membantu anak mengembangkan berbagai potensi baik fisik maupun psikis untuk siap memasuki pendidikan dasar.

Aspek-aspek yang perlu dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah perkembangan perilaku dengan pembiasaan meliputi sosial-emosional, kemandirian, nilai agama dan moral, serta perkembangan kemampuan dasar yang meliputi perkembangan kognitif, fisik motorik, seni, dan bahasa. Salah satu bidang pengembangan dasar yang penting dikembangkan sejak dini adalah perkembangan bahasa. Kemampuan berbahasa anak merupakan hal penting karena dengan berbahasa anak akan mampu mengutarakan keinginannya dan dapat berkomunikasi dengan orang lain yang ada disekitarnya.

(2)

commit to user

Tarigan (2008: 1) mengungkapkan keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa tersebut sangat erat kaitannya dengan proses berpikir yang mendasari suatu bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas jalan pikirannya. Anak yang sedang tumbuh dan berkembang mengkomunikasikan kebutuhan, pikiran, dan perasaannya melalui bahasa dengan kata-kata yang mempunyai makna.

Salah satu keterampilan bahasa yang sangat penting diterapkan pada pembelajaran anak usia dini adalah kemampuan membaca permulaan. Asmani (2009: 125) menyatakan bahwa semakin dini mengajarkan anak membaca, akan semakin baik. Hal ini didasari bahwa anak di bawah usia 5 tahun bisa dengan mudah menyerap banyak informasi, semakin banyak informasi yang diserap semakin banyak pula yang diingatnya, anak mempunyai keinginan belajar yang sangat besar dan anak pada usia ini dapat belajar membaca dan ingin belajar membaca. Yang terpenting adalah bagaimana menerapkan tahapan-tahapan membaca pada anak sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak. Membaca yang diperlukan anak adalah rangsangan untuk selalu ingin tahu, agar anak dapat mencari tahu sesuatu dengan cara membaca. Membaca merupakan fungsi yang paling penting dalam hidup karena semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di TK Siwi Peni XI Surakarta anak-anak kelompok A belum menunjukkan perkembangan dalam membaca permulaan. Hal itu ditunjukkan dengan data tentang membaca permulaan yang diperoleh yaitu dari 9 anak, 2 anak atau 22,22% mendapat nilai tuntas (●), 2 anak atau 22,22% mendapat nilai setengah tuntas (√), dan 5 anak atau 55,55% yang kemampuan membaca permulaannya masih belum tuntas (○).

Kenyataan yang demikian dapat diindikasikan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok A masih belum berkembang. Anak masih kesulitan dalam membedakan simbol-simbol yang berhubungan dengan membaca permulaan, membedakan huruf, dan membunyikan bunyi huruf yang

(3)

commit to user

dikenalkan pada anak. Hal ini disebabkan karena guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak, penerapan strategi pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran anak usia dini sangat menunjang terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna bagi anak. Rendahnya kemampuan membaca permulaan pada anak juga tidak lepas dari pengaruh minimnya media yang digunakan dalam pembelajaran yaitu guru masih menggunakan media papan tulis, kapur, dan buku tulis anak sebagai sarana pembelajaran, sehingga anak kurang tertarik mengikuti pelajaran.

Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung anak merasa bosan, tidak antusias, dan tidak bersemangat. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan pelajaran, yaitu sebagian besar anak tidak memperhatikan, ada yang sibuk bermain-main sendiri, mengganggu temannya yang lain, dan terkadang anak ingin cepat-cepat segera istirahat. Anak pada umumnya sangat peka terhadap stimulus yang diberikan guru. Kegiatan yang monoton dan diulang-ulang membuat anak pasif bahkan cenderung tidak menghargai terhadap apa yang disampaikan guru.

Berdasarkan pengamatan terhadap cara pembelajaran guru saat membaca permulaan yaitu guru cenderung menggunakan metode ceramah. Sebelum memulai kegiatan biasanya guru memberikan pengarahan agar anak mau mengikuti pelajaran sampai selesai. Ketika pembelajaran berlangsung guru bertanya kepada anak mengenai huruf-huruf yang terdapat dalam sebuah kata yang dituliskan di papan tulis. Kurangnya inovasi dalam menggunakan metode tersebut agar terciptanya pembelajaran yang menarik dan menyenangkan menyebabkan anak enggan dan kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran.

Kegiatan yang menarik dan menyenangkan merupakan modal utama dalam memberikan pembelajaran di taman kanak-kanak. Pendekatan pembelajaran dan media yang tepat merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam memaksimalkan hasil belajar yang akan dicapai. Di sinilah guru berperan penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada anak usia dini di taman kanak-kanak khususnya dalam kemampuan membaca permulaan.

(4)

commit to user

Untuk mengatasi permasalahan tersebut khususnya dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak, peneliti memilih menggunakan dan menerapkan suatu pendekatan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak dan pendekatan pembelajaran yang dipandang sesuai dengan hakikat dan fungsi bahasa, yaitu Whole Language.

Whole Language adalah bentuk pembelajaran bahasa secara terpadu berupa perpaduan antara kegiatan membaca, menulis, berbicara dan menyimak. Menurut Zulela (2012: 105) implementasi pendekatan Whole Language akan saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Hal ini akan tampak, ketika seseorang berbicara, maka pasti akan didengar. Apa yang didengar maka dituliskan. Kemudian apa yang dituliskan akan dibaca kembali. Peristiwa kebahasaan yang demikianlah sebenarnya secara kontekstual yang dimaksud dengan Whole Language.

Alamsyah dalam Hariyanto (2009: 42) menjelaskan bahwa ada delapan komponen Whole Language, yaitu: (1) Reading Aloud, (2) Journal Writing, (3) Sustained Silent Reading, (4) Shared Reading, (5) Guided Writing, (6) Guided Reading, (7) Independent Reading, dan (8) Independent Writing. Namun sesuai dengan definisi Whole Language yaitu pembelajaran bahasa yang disajikan secara utuh dan tidak terpisah-pisah, maka dalam menerapkan setiap komponen Whole Language di kelas, guru harus pula melibatkan semua keterampilan dan unsur bahasa dalam kegiatan pembelajaran.

Penelitian ini mengacu pada salah satu komponen pendekatan Whole

Language yaitu Reading Aloud (membaca dengan bersuara) yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangan anak dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca permulaan dengan mempertimbangkan langkah-langkah yang mudah diikuti. Silberman (2013: 115) menyatakan bahwa membaca teks dengan suara keras dapat membantu anak terfokus secara mental, memancing pertanyaan, dan menstimulasi diskusi. Efeknya adalah perhatian yang lebih terfokus dan terciptanya kelompok yang padu.

Strategi tersebut disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak yang dikemas ke dalam pembelajaran yang menarik, penuh keceriaan, menggunakan

(5)

commit to user

media yang menarik, tanpa membebani, dan merampas dunia anak-anak mereka. Hal tersebut akan lebih memotivasi anak agar mau mengikuti dan memperhatikan pembelajaran sampai selesai. Sehingga dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak.

Berdasarkan pertimbangan dan alasan di atas, maka akan diwujudkan dalam suatu tindakan penelitian kelas dengan judul “Peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui pendekatan Whole Language pada anak kelompok A TK Siwi Peni XI Surakarta tahun ajaran 2013/2014”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian, adalah sebagai berikut: “Apakah melalui pendekatan Whole Language dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak kelompok A TK Siwi Peni XI Surakarta tahun ajaran 2013/2014?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui pendekatan Whole Language pada anak kelompok A TK Siwi Peni XI tahun ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai penerapan pendekatan Whole Language bagi peningkatan kemampuan membaca permulaan, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(6)

commit to user

2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui pendekatan Whole Language dan menumbuhkan minat anak dalam membaca sejak dini.

b. Bagi Guru

Meningkatnya kemampuan dan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan Whole Language untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak dan dapat meningkatkan keprofesionalan guru.

c. Bagi Sekolah

Penelitian tindakan ini dilakukan sebagai tolak ukur dalam peningkatan dan perbaikan mutu pembelajaran di sekolah serta berpengaruh pada tercapainya visi dan misi sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

 Biaya produksi menjadi lebih efisien jika hanya ada satu produsen tunggal yang membuat produk itu dari pada banyak perusahaan.. Barrier

Berdasarkan hasil seleksi Panitia Rekrutmen Tenaga Pendamping LKK Dinas Penanaman Modal, Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Koperasi dan Usaha Mikro Kota Madiun Tahun

menjadi duda/janda yang melangsungkan perkawinan lagi.. 3) PNS yang akan melakukan perceraian wajib memperoleh izin atau surat keterangan lebih dahulu dari Pejabat. 4)

Untuk mengevaluasi kinerja suatu simpang bersinyal dapat dilakukan dengan memperhitungkan kapasitas (C) pada tiap pendekatan dengan seperti persamaan 1, arus

FAKTJ'-TAS PtrTERNAI'{N UNIVERSITAS

PEMBUATAN FILM PENDEK TENTANG PERNIKAHAN USIA MUDA DENGAN TEKNIK CONTINUITY EDITING SEBAGAI UPAYA.. PENYADARAN

and you can see from the radar screen – that’s the screen just to the left of Professor Cornish – that the recovery capsule and Mars Probe Seven are now close to convergence..

hubungan antara eksternal public relations terhadap brand image pada konsumen. Hal ini menunjukkan