• Tidak ada hasil yang ditemukan

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

103

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN KELELAHAN KERJA YANG DIKENDALIKAN UMUR DAN MASA KERJA PADA PERAWAT

RUMAH SAKITSWASTA X DI KOTA YOGYAKARTA Tinjauan Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

1)

Rochfika Suleiman, 2)Adi Heru, 3)Agus Surono 1)

Bagian Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Kerja FKM Unismuh Palu ABSTRAK

Latar Belakang : Perawat adalah profesi yang telah diketahui memiliki tingkat stres dan kelelahan kerja yang tinggi.Tugas-tugas yang begitu banyak serta monoton menjadi stresor bagi perawat, terkadang perawat juga harus berhadapan dengan sikap pasien yang emosional. Adapun gejala fisik yang diderita oleh perawat di Rumah Sakit Swasta X di Yogyakarta itu sendiri yaitu menderita penyakit maag, sakit kepala dan peningkatan tekanan darah sedangkan gejala psikologisnya yaitu tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan, merasa lelah dan mudah tersinggung. Tujuan Penelitian : untuk menganalisis stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja pada perawat Rumah Sakit Swasta X di Kota Yogyakarta. Metode Penelitian : Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel diambil menggunakan metode proportional

stratified random sampling.Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji

Korelasi Partial. Hasil Penelitian : Terdapat hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan umur dan masa kerja (r :0,634) dan (p : 0,000), Terdapat hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur (r : 0,629) dan (p : 0,000), Terdapat hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh masa kerja (r : 0,633) dan ( p : 0,00).

Kesimpulan : ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja, Ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur, Ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan masa kerja.

Kata Kunci : Stres Kerja, Kelelahan Kerja, Umur, Masa Kerja PENDAHULUAN

Sesuai undang-undang Kesehatan RI No.23 tahun 1992, pasal 23 tentang Kesehatan Kerja, bahwa upaya kesehatan kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

Pekerja kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

maupun jumlahnya.Dalam melaksanakan tugasnya, pekerja

rumah sakit banyak terpapar dengan

berbagai faktor yang dapat menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.Mereka selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerjanya Keberhasilan suatu Rumah Sakit ditunjang dengan adanya sumber daya manusia seperti seorang perawat.Perawat merupakan salah satu

komponen yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan

(2)

104

kesehatan di rumah sakit lebih jauh lagi perawat merupakan staf kesehatan yang mempunyai intensitas interaksi yang paling tinggi dengan pasien dan keluarga dalam memberikan pelayanan kesehatan.Intensistas yang tinggi antara pasien dengan keluarga merupakan salah satu pemicu timbulnya stres kerja pada perawat.Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,ketegangan emosi, dan lain-lain2.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang perawat salah satu Rumah Sakit Swasta X di Kota Yogyakarta diketahui bahwa perawat merasa beban kerja yang sangat banyak yaitu melaksanakan pengkajian perawatan, melaksanakan analisis data untuk merumuskan diagnosis keperawatan, merencanakan dan melaksanakan evaluasi keperawatan sederhana pada individu, melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan, melaksanakan sistem kerja yang terbagi atas tiga waktu yaitu pukul 07.00-14.00, pukul 14.00-21.00 dan pukul 21.00-07.00, memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaaan siap pakai, melakukan serah terima pasien pada saat pergantian dinas, mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang, dan melakukan droping pasien, membawa pasien untuk tindakan operasi, pemeriksaan radiologi, jauhnya jarak antara ruangan keperawatan dengan ruangan tindakan operasi dan sebagainya . Beban kerja yang begitu banyak serta monoton menjadi stresor bagi perawat, terkadang perawat juga harus berhadapan dengan sikap pasien yang emosional. Perawat yang telah mencapai usia tua serta memiliki masa kerja yang sudah cukup lama terpapar dengan aktivitas di Rumah Sakit sering mengeluhkan mengalami kelelahan setelah menjalani aktivitas di rumah sakit, kejenuhan, dan stres. Dari

kelelahan dan stres yang dialami oleh perawat berakibat pada gejala fisik yang diderita oleh perawat itu sendiri yaitu menderita penyakit maag, sakit kepala dan peningkatan tekanan darah sedangkan gejala psikologisnya yaitu tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaan, merasa lelah dan mudah tersinggung.

Stres dalam profesi keperawatan adalah masalah di seluruh dunia yang sedang berlangsung. Kesehatan pada perawat, telah di temukan bahwa memiliki tingkat stres yang tinggi.Stres kerja pada perawat dikaitkan dengan kepuasan kerja menurun, meningkatnya keluhan psikologis dan fisik dan meningkatnya absensi3.Gejala stres kerja dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu : gejala psikologis, gejala fisik, dan perilaku. Gejala psikologis seperti bingung, cemas, tegang, sensitif, mudah marah, bosan, tidak puas, tertekan, memendam perasaan, tidak konsentrasi, dan komunikasi tidak efektif.Gejala fisik seperti meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkat ekskresi adrenalin, dan non adrenalin, gangguan lambung, gangguan pernapasan, gangguan kardiovaskuler, kepala pusing, migrain, berkeringat, dan mudah lelah fisik.Gejala perilaku pada stres kerja seperti prestasi dan produktivitas kerja menurun, menghindari pekerjaan, bolos kerja, agresif, kehilangan nafsu makan, meningkat penggunaan minuman keras, bahkan perilaku sabotase4.Stres kerja yang tidak ditangani lebih lanjut akan menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda setiap individu, tetapi semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.Faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal yaitu : 1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin, usia, masa kerja, 2. Faktor

(3)

105

psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup, pengelolaan stres. Sedangkan faktor-faktor eksternal yaitu : 1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan, 2. Faktor kimia, seperti : zat beracun, 3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur, 4. Faktor ergonomik, 5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja, stres kerja5.

Efek dari kelelahan kerja, yaitu : berkurangnya kemampuan mengambil keputusan, berkurangnya kemampuan untuk membuat perencanaan yang kompleks, berkurangnya kemampuan komunikasi yang baik, berkurangnya performa kerja/produktivitas kerja, berkurangnya perhatian dan kewaspadaan, berkurangnya kemampuan menangani tekanan kerja,

berkurangnya kemampuan merespon baik dalam berfikir maupun bertindak, hilangnya kemampuan mengingat, kesalahan dalam merespon suatu informasi, tidak dapat bangun dari tidur, setiap waktu merasa sakit, absen, keluar kerja, bahkan sakit dan kecelakaan6.Kelelahan kerja dapat terjadi akibat adanya faktor individu seperti umur dan masa kerja.

Umur dapat mempengaruhi kelelahan pekerja. Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang7. Perubahan yang dialami setiap manusia karena faktor usia dapat mempengaruhi aktivitas kerjanya. Tenaga kerja yang telah mencapai usia tua mulai mengalami penurunan daya tahan tubuh, kecepatan, kelenturan, kekuatan, dan koordinasi. Adanya penurunan daya tahan tubuh tenaga kerja akibat faktor usia akan menurunkan produktivitasnya. Kondisi seperti ini dapat dianggap sebagai situasi yang penuh stres oleh pekerja8.

Menurut Munandar (2001) bahwa masa kerja baru maupun lama dapat menjadi pemicu terjadinya stres kerja dan diperberat dengan adanya beban kerja yang berat.Namun masa kerja yang mempengaruhi pekerja karena menimbulkan rutinitas dalam bekerja, sehingga pada akhirnya menimbulkan stres.Rutinitas kerja yang selalu monoton menimbulkan kebosanan disertai dengan lingkungan kerja yang terbatas membuat pekerja menjadi jenuh. Masa kerja yang lama di lingkungan kerja tertentu menuntut penyesuaian diri dari individu itu sendiri di mana individu yang bekerja dalam satu lingkungan yang lama akan mengalami bosan dan akan mengalami stres tanpa ia sadari. Masa kerja adalah waktu pekerja bekerja dihitung saat bekerja sampai pada saat dilakukanya penelitian9.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja pada perawat di Rumah Sakit Swasta X di Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja pada perawat Rumah Sakit Swasta X di Kota Yogyakarta, untuk mengetahui dan menganalisis hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur pada perawat Rumah Sakit Swasta X di Kota Yogyakarta, untuk mengetahui dan menganalisis hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh masa kerja pada perawat Rumah Sakit Swasta X di Kota Yogyakarta.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian

cross sectional. Populasi dalam

penelitian adalah semua perawat yang bekerja di RS Swasta X di Yogyakarta yang berjumlah 275 orang. Dalam

(4)

106

penelitian ini teknik sampling menggunakan metode Proportional

Stratified Random Sampling. Jumlah

sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 74 orang yang bekerja di ruangan rawat inap Pavilium Ibnu Sina, Pavilium Musdalifah, Bangsal Multazam, Bangsal Raudah, Bangsal Marwah, Bangsal Arafah. Sampel yang diambil harus sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah : sehat, sedang tidak cuti saat dilakukan penelitian, bersedia dijadikan subyek penelitian, berumur > 30 tahun, dan masa kerja > 10 tahun dan berjenis

kelamin perempuan dan laki-laki. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : sedang cuti saat dilakukan penelitian, berumur < 30 tahun, dan masa kerja < 10 tahun.

Data dianalisis dengan menggunakan analisis Univariate dan analisis

Bivariate.Analisis Univariate digunakan untuk mengetahui deskripsi perasaan kelelahan kerja, stres kerja, umur dan masa kerja.Analisis Bivariatedianalisis menggunakan uji Korelasi Partial.

HASIL

1. Hubungan Stres Kerja, Kelelahan Kerja, Umur, Dan Masa Kerja

Tabel 1.

Distribusi Perawat Berdasarkan Stres Kerja, Kelelahan Kerja, Umur, Dan Masa Kerja No Variabel f % 1 Stres Kerja Ringan Sedang Berat Jumlah 30 15 29 74 40,5 20,2 39,1 100 2 Kelelahan Kerja Ringan Sedang Berat Jumlah 24 27 23 74 32,4 36,4 30,9 100 3 Umur (Tahun) 33 – 37 38 – 42 43 – 47 48 – 53 Jumlah 20 39 9 6 74 27 52,7 12,1 8,1 100 4 Masa Kerja (Tahun)

11 – 15 16 – 20 21 – 24 25 – 31 Jumlah 23 37 8 6 74 31 50 10,8 8,1 100 Sumber : Data primer, diolah

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang mengalami stres kerja ringan sebesar 30 orang (40,5%), dan kelelahan kerja sedang sebesar 27

orang (36,4). Hal ini mengindikasikan bahwa perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengalami kelelahan kerja yang disebabkan oleh stres kerja. Sedangkan umur

(5)

107

responden di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berkisar antara 33 tahun sampai dengan 53 tahun. Dengan menggunakan interval kelas 4 tahun dari 74 responden yang dianalisis. Terlihat bahwa sebagian besar perawat berada pada usia produktif yaitu dalam interval umur 33 sampai 42 tahun (79,7 %) dan masa kerja responden berkisar antara 11 sampai dengan 31 tahun.

Dengan menggunakan interval kelas 4 tahun dari 74 responden yang dianalisis.Terlihat bahwa sebagian besar perawat berada pada masa kerja 11 sampai dengan 20 tahun (81%).

Berdasarkan analisis bivariat, hasil uji korelasi partial dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 2.

Analisis Korelasi Parsial Antara Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Dengan Umur dan Masa Kerja Sebagai Variabel Kendali

Variabel Validitas Keterangan

Kor ( r ) Sig ( p ) Umur dan

Masa Kerja

Kelelahan Kerja 0,634 0,000 Ada hubungan Stres Kerja 0,634 0,000 Ada hubungan Sumber : Data primer, diolah

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengankelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r

0,634. Artinya semakin sering stres kerja dapat mengakibatkan kelelahan kerja dengan adanya variabel kendali yaitu umur dan masa kerja yang merupakan faktor perasaan kelelahan kerja.

Tabel 3.

Analisis Korelasi Parsial Antara Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Dengan Umur Sebagai Variabel Kendali

Variabel Validitas Keterangan

Kor ( r ) Sig ( p )

Umur Kelelahan Kerja 0,629 0,000 Ada hubungan Stres Kerja 0,629 0,000 Ada hubungan Sumber : Data primer, diolah

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh

umur dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r 0,629. Artinya semakin tinggi umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang disebabkan adanya stres kerja.

Tabel 4.

Analisis Korelasi Parsial Antara Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Dengan Masa Kerja Sebagai Variabel Kendali

Variabel Validitas Keterangan

Kor ( r ) Sig ( p )

(6)

108

Kerja Stres Kerja 0,633 0,000 Ada hubungan Sumber : Data primer, diolah

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh masa kerja dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r 0,633. Artinya semakin lama masa kerja dapat menimbulkan stres kerja dan kelelahan kerja.

Hasil analisis korelasi parsial pada Tabel 2, Tabel 3, dan Tabel 4 diketahui bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengankelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r 0,634, 0,629, dan 0,633. Artinya semakin sering stres kerja dapat mengakibatkan kelelahan kerja, semakin tua umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang disebabkan adanya stres kerja, semakin lama masa kerja dapat menimbulkan stres kerja dan kelelahan kerja.

Hal ini diindikasikan bahwa perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang mengalami stres kerja ringan dikarenakan perawat tersebut mendapat dukungan dari keluarga dan suami dalam pekerjaan mereka, adanya kerjasama antara teman sejawat, kondisi lingkungan rumah sakit sangat memadai, perawat merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab sebagai seorang perawat, serta pengalaman kerja yang cukup, pemahaman seorang perawat terhadap epidemiologi penyakit yang muncul pada tahun-tahun sebelumnya dan tidak mengalami lonjakan pasien yang signifikan. Stres kerja ringan yang dirasakan perawat jika tidak ditindak lanjuti lebih lanjut akan terjadi tingkatan stres yang dimana sebagian perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta telah mengalami tingkatan stres tersebut

yang dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa perawat telah mengalami stres kerja berat.

Perawat yang mengalami stres kerja berat dikarenakan perawat merasa bahwa beban kerja yang mereka rasakan disetiap harinya secara berulang-ulang sampai bertahun – tahun merupakan faktor pencetus stres bagi mereka. Hal ini dapat terlihat juga dari angka rata-rata stres kerja (48,43) yang diperoleh dari batas maksimum yaitu 86, membuktikan bahwa perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengalami stres kerja berat. Stres kerja berat yang dialami oleh perawat harus mendapatkan perhatian khusus dari pihak rumah sakit dan jika tidak ditindak lanjuti akan merugikan pihak rumah sakit itu sendiri maupun perawat dan pasien. Hal ini didukung dengan pernyataan Nursalam (2002) yang menyatakan bahwa beban kerja menjadi stressor bagi perawat, dimana semakin berat beban kerja maka akan semakin besar stres yang dialami perawat10 dan penelitian Jhohana (2010) menyatakan bahwa beban kerja (fisik dan mental) merupakan stressor yang cukup tinggi, karena perawat setiap hari akan berhadapan dengan aspek lingkungan fisik dan aspek lingkungan psikososial yang tinggi dari pekerjaan. Sehingga kemungkinan besar akan terjadi stres kerja pada perawat yang mengalami kelelahan kerja11.

PEMBAHASAN

1. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kelelahan Kerja yang Dikendalikan oleh Umur dan Masa Kerja

Hasil analisis korelasi parsial pada Tabel 2 diketahui bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja

(7)

109

yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r 0,634. Artinya semakin sering stres kerja dapat mengakibatkan kelelahan kerja dengan adanya variabel kendali yaitu umur dan masa kerja.

Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan W. Hariyono (2012) yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI dengan taraf signifikan 0,026 < 0,05.Penelitian Jhohana (2010)menunjukkan ada hubungan kelelahan kerja dengan stres kerja merupakan hubungan yang positif, semakin berat perawat yang mengalami kelelahan kerja semakin berat pula tingkat stres kerja yang dialami perawat.Penelitian Cooper (1995) menunjukkan bahwa stres kerja banyak terjadi pada individu dengan latar belakang pekerjaan dibidang pelayanan, yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang pelayanan yang berkaitan erat dengan orang banyak atau masyarakat.Penelitian Suska (2010) diperoleh hubungan signifikan antara beban kerja, umur, dan masa kerja dengan stres kerja.

Hal ini didukung dengan pernyataan Suma’mur (2009) yang menyatakan bahwa penyebab kelelahan kerja yaitu beban kerja, beban tambahan dan faktor individu, yang dimana umur dan masa kerja dapat mempengaruhi kelelahan kerja.Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.Tarwaka (2004) yang menyatakan bahwa keluhan yang dirasakan tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun

paling banyak mengalami keluhan.Kemudian keluhan tersebut berkurang pada tenaga kerja setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun, keluhan akan meningkat pada tenaga kerja setelah bekerja pada masa kerja lebih dari 5 tahun.

2. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kelelahan Kerja yang Dikendalikan oleh Umur

Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial pada Tabel 3 diketahui bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r 0,629. Artinya semakin tua umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja yang disebabkan adanya stres kerja.

Stres kerja yang terjadi pada perawat mengakibatkan kelelahan kerja yang di rasakan oleh perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pada perawat, namun perasaan kelelahan kerja yang dirasakan oleh perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yaitu perasaan kelelahan kerja sedang. Hal ini dikarenakan umur pada perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berada pada usia produktif dimana terlihat dari kondisi, kemampuan, dan kapasitas tubuh dalam melaksanakan aktivitas di rumah sakit, sehingga kelelahan yang dialami oleh perawat tidak terlalu signifikan. Namun umur perawat yang telah mencapai usia tua lebih cepat merasakankelelahan kerja.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Setyawati (1994) menyatakan bahwa umur dapat berpengaruh terhadap perasaan lelah tenaga kerja. Pada umur tua seorang tenaga kerja mempunyai stabilitas emosional lebih baik

(8)

110

daripada usia muda yang dapat berakibat positif dalam melakukan pekerjaannya.Penelitian Vanaga et al (2004) yang menyimpulkan bahwa dampak umur terhadap ketegangan kerja meningkat pada kelompok dengan umur tua.Pekerja yang telah berumur tua (40-50 tahun) lebih banyak mengeluhkan pekerjaan mereka sebagai sumber stres.

Hasil penelitian ini didukung dengan pernyataan Suma’mur (2009) yang menyatakan bahwa secara fisiologis umur sangat mempengaruhi kerja otot fisik, semakin tua usia seseorang lebih cepat mengalami kelelahan.

3. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Kelelahan Kerja yang Dikendalikan oleh Masa Kerja

Berdasarkan hasil analisis korelasi parsial pada Tabel 4 diketahui bahwa ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh masa kerja dengan nilai p 0,000 < 0,05 dan nilai r 0,633. Artinya semakin lama masa kerja dapat menimbulkan stres kerja dan kelelahan kerja.

Perawat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

rata-rata mempunyai masa kerja berkisar antara 11 sampai 31 tahun, dimana pada masa kerja tersebut perawat sudah memasuki masa kerja dalam periode dekade. Pada masa kerja tersebut perawat merasakan kejenuhan dengan aktivitas yang mereka lakukan disetiap hatinya selama bertahun-tahun.Masa kerja yang telah memasuki periode dekade dapat berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dirasakan oleh perawat dikarenakan tingkat monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eraliesa (2009)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja dengan nilai p = 0,002. Penelitian Wahyu ( 2000) yang menyimpulkan bahwa masa kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres kerja yang dirasakan oleh pekerja wanita.Hasil penelitian ini sependapat dengan Budiono (2003) yang menyatakan bahwa masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan

berpengalaman dalam pekerjaannya. Sebaliknya akan

memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan.

KESIMPULAN

1. Ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur dan masa kerja.

2. Ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh umur.

3. Ada hubungan secara bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja yang dikendalikan oleh masa kerja.

SARAN

Sebaiknya perawat di RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta mempunyai waktu istirahat yang cukup

untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam melakukan aktivitas kerja. Karena dengan beristirahat yang cukup serta menjaga pola hidup yang sehat dapat membantu menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat jasmani dan rohani.

DAFTAR PUSTAKA

Bauer, T.K. 2004. High Performance Workplace Pratices and Job Satisfaction : Evidence from

(9)

111

Series. IZA DP No. 1265. RW1

Essen. Ruhr University of

Bochum, CEPR and IZA Bonn. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. 2006. Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Depkes RI. Jakarta. Gelsema, T. I., Doef, M., Maes, S.,

Akerboom, S., Verhoeven, C. 2005. Job Stress In The Nursing Profession: The Influence Of Organizationaland Environmental Conditions and Job Characteristics. International Jounal of Stress Management 2005. Vol 12, No 3, 222-240.

Jhohana. 2010. Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta.

Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta

Munandar, A. S. 2001. Psikologi

Organisasi dan Industri.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Nursalam. 2002. Manajemen

Keperawatan. Edisi 1. Salemba

Medika. Surabaya.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2010. Kelelahan Kerja. Kabupaten

Karangasem.Internet.http://ppni karangasem.blogspot.com/201 0/05/kelelahan-kerja.html [Akses 08 Mei 2010].

Sunaryo. 2002. Psikologi untuk

Perawat. Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Suma’mur. 1994. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, Cetakan XI. Penerbit PT Inti Idayu press. Jakarta.

Suma’mur. PK.2009. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan

Kecelakaan. CV Haji

Masagung. Jakarta.

Zulfan, S. 2012. Psikologi

Keperawatan. PT Raja

Referensi

Dokumen terkait

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,sebagai sirkuit pemutus dan penyambung ( switching ) ,stabilisasi tegangan , modulasi sinyal atau sebagai fungsi

Dari uraian latar belakang akhirnya peneliti mengambil judul penelitian yaitu “ Analisa Pengaruh Citra Diri Konsumen Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Pembelian Ulang Dengan

Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam usia 40- an; tetapi, ianya masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang terjadi adalah disebabkan peningkatan

Berdasarkan rata-rata nilai hasil post-test keterampilan vokasional anak tunadaksa SMALB-D YPAC Surabaya yaitu kemampuan mereka dalam keterampilan vokasional membuat

Sedangkan data yang digunakan oleh dinas perkebunan dan kehutanan kabupaten garut pada tahun 2002, luas kawasan hutan Garut 120.478,32 hektar atau 39,31% dari luas kabupaten

Untuk mencegah hal itu, pasangan akan memilih melakukan kawin lari, karena selain perempuan telah hamil, laki-laki juga terkendala dengan masalah biaya jika

Tenaga kerja buruh perusahaan gula juga kebanyakan berasal dari masyarakat yang tidak mempunyai tanah, sehingga mereka bekerja dengan berdasarkan sistem upah.. Diferensiasi

Sebagaimana yang diperlihatkan pada iklan kondom sutra yang menggunakan aktris yang menarik dan aktor yang maskulin. Setting pangungpun diseting sedemikian rupa