• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam sub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam sub"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

11

2.1TINJAUAN PENELITIAN SEBELUMNYA

Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Dalam sub bab ini, akan diuraikan secara singkat hasil penelitian sebelumnya, diantaranya sebagai berikut.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Suardana (2007) dengan judul

“Prosedur Pelayanan Room Section Di Sanur Beach Hotel”. Adapun hasil

penelitian ini mendeskripsikan hal-hal yang harus diperhatikan oleh room

section sebelum melakukan tugas-tugasnya adalah persiapan, pelaksanaan kerja, dan penyelesaian akhir pekerjaan.

Prasetya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Persepsi Wisatawan

Terhadap Kualitas Pelayanan Room Attendant Di Hotel Bali Hyatt Resort &

Spa Di Sanur Bali”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari 70 orang

persepsi wisatawan terhadap pelayanan room section Hotel Bali Hyatt

diperoleh: Persepsi wisatawan terhadap kebersihan room section Hotel Bali

Hyatt adalah baik, persepsi wisatawan terhadap kerapian seragam room section

Hotel Bali Hyatt adalah baik, persepsi wisatawan terhadap ketepatan dan

kecepatan room section Hotel Bali Hyatt dalam memberikan pelayanan adalah

cukup baik, persepsi wisatawan terhadap perhatian room section Hotel Bali

Hyatt kepada wisatawan adalah cukup, persepsi wisatawan terhadap

kemampuan room section Hotel Bali Hyatt dalam berbahasa asing adalah

(2)

Hyatt dalam memberikan pelayanan adalah kurang baik, persepsi wisatawan

terhadap keterampilan room section Hotel Bali Hyatt dalam membersihkan

kamar adalah cukup baik, persepsi wisatawan terhadap sikap room section

Hotel Bali Hyatt pada saat perkenalan dan perpisahan adalah baik.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

sama-sama menggunakan teknik penentuan sampel secara purposive sampling

dan quota sampling, serta menggunakan teknik analisis data deskriptif

kualitatif dan skala likert. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi waktu

pelaksanaan dan lokasi obyek penelitian.

2.2TINJAUAN KONSEP

2.2.1 Tinjauan Tentang Persepsi

Menurut Walgito (1996) mengatakan bahwa, persepsi merupakan suatu proses yang diawali oleh penginderaan yaitu suatu proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indranya (reseptor), selanjutnya rangsangan diteruskan ke pusat susunan saraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologi, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, dan sebagainya. Agar individu dapat mengadakan persepsi, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi yaitu:

1. Perhatian, adalah syarat psikologi individu melakukan persepsi yang

merupakan langkah persiapan. Perhatian merupakan pemutusan atau konsentrasi dari seluruh individu yang ditunjukkan pada suatu kelompok objek.

(3)

2. Adanya objek yang dipersepsi, objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera. Stimulus ini bisa datang dari luar, sedangkan alat indra bisa datang dari dalam yang langsung dapat mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai alat indra.

3. Adanya alat indera (reseptor), alat indra adalah alat untuk menerima

rangsangan, kenyataan membuktikan bahwa terhadap suatu objek tertentu dapat diperoleh beragam persepsi dari sekelompok individu. Perbedaan itu merupakan suatu yang hakiki sifatnya terhadap manusia, karena disadari bahwa setiap orang memiliki perbedaan dalam

penalaran keinginan (interest), serta pengetahuan tentang objek yang

dipersepsikan.

Menurut Shadely (dalam Prasetya, 2010) persepsi adalah suatu proses mental yang menghasilkan suatu bayangan pada diri individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi suatu ingatan yang terbatas, baik secara indra pengelihatan maupun indra pendengaran sehingga akhirnya bayangan itu dapat dirasakan. Jadi, pengertian persepsi dalam penelitian ini

adalah tanggapan atau penilaian wisatawan terhadap kinerja room attendant

di InterContinental Bali Resort.

Parasuraman, dkk (dalam Zeithamil dan Bitner, 1996), mengatakan bahwa konsumen dalam melakukan penilaian terhadap kualitas jasa ada lima dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu :

a. Tangible, yaitu meliputi kondisi fisik fasilitas, peralatan, perlengkapan, dan penampilan pekerja.

(4)

b. Emphaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, perhatian pribadi, menciptakan hubungan baik dan memahami kebutuhan para pelanggan.

c. Responsiveness, adalah daya tanggap dan kesiapan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan.

d. Reliability, adalah kemampuan untuk memberikan layanan yang

dijanjikan dengan segera, tepat, akurat, dan memuaskan.

e. Assurance, yaitu mencakup pengetahuan, kemampuan, keterampilan,

kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh para staff.

2.2.2 Tinjauan Tentang Wisatawan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Jadi menurut pengertian tersebut, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Adapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi.

Menurut A.J. Norwal (Yoeti, 1992) menyatakan bahwa, wisatawan adalah seseorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud dan tujuan apapun, asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha teratur melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya. Uang diperolehnya bukan di negeri tersebut, tetapi di negeri

lain. Dalam bahasa Inggris, wisatawan itu disebut dengan tourist. Oleh para

pakar pariwisata dan organisasi internasional untuk kepentingan tertentu,

(5)

a. Perjalanan dilakukan secara sukarela.

b. Perjalanan ke tempat lain diluar wilayah/daerah/negara tempat tinggalnya

c. Tidak untuk mencari nafkah.

d. Tujuannya semata-mata untuk liburan, kesehatan, belajar, keagamaan,

olahraga, kunjungan usaha, mengunjungi keluarga, tugas dan menghadiri pertemuan.

Pendit (1994) memberi batasan wisatawan sebagai berikut, “Seorang wisatawan adalah seseorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud dan tujuan apapun, asal bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjunginya, dimana uang yang diperolehnya bukan di negeri tersebut, melainkan di negeri lain”.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan wisatawan adalah setiap orang tanpa membedakan ras, kelamin, bahasa, dan agama, yang memasuki suatu wilayah baru di luar wilayah yang biasa ditinggalinya, untuk melakukan kegiatan yang membuat dirinya senang, tanpa ada tujuan untuk mencari nafkah, dan lama berkunjung kurang dari 24 jam.

Karakteristik Wisatawan

Bicara mengenai wisatawan akan didapatkan suatu cerita yang panjang tentang mereka, siapa, darimana, mau kemana, dengan apa, dengan siapa, kenapa ke sana dan masih banyak lagi. Wisatawan memang sangat beragam, ada tua-muda, miskin-kaya, asing-domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan harapan yang berbeda-beda.

(6)

Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan

karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya

(tourist descriptor) (Seaton dan Bennet, dalam Laporan Karakteristik dan

Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu

,

2009

).

a. Trip Descriptor

Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi : perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, dalam Laporan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu 2009). Smith (dalam Laporan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu, 2009) menambahkan jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain.

b. Tourist Descriptor

Memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan

Who wants what, why, when, where and how much?”. Untuk menjelaskan

hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut :

(7)

1. Karakteristik Sosio-demografis

Karakteristik sosio-demografis mencoba menjawab pertanyaan “who wants what”. Pembagian berdasarkan karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena sangat jelas definisinya dan relatif mudah

pembagiannya (Kotler, dalam Laporan Karakteristik dan Motivasi

Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu, 2009). Yang

termasuk dalam karakteristik sosio-demografis diantaranya adalah jenis

kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial, ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut.

Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain

secara tidak langsung. Misalnya tingkat pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran keluarga. Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton & Bennet, dalam Laporan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu, 2009)). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki orang tersebut, dan lebih lanjut pada “kemampuan”nya berwisata.

Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa

(8)

geografis, psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, dalam Laporan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu, 2009).

2. Karakteristik Geografis

Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi

tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desa-kota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula

dikelompokkan berdasarkan ukuran (size) kota tempat tinggal (kota kecil,

menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lain-lain.

3. Karakteristik Psikografis

Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam

kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial, life-style dan karakteristik

personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil psikografis yang sangat berbeda. Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka akan suatu produk wisata. Pengelompokan-pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran setiap kelompok, “kesetiaannya” terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang

(9)

sesuai dengan keinginan kelompok pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut (Ina Herliana Koswara, dalam Laporan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu, 2009)

2.2.3 Tinjauan Tentang Kinerja

Kinerja pada umumnya merupakan suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan (program) kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi (Sukarno, 2000). Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2008) “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Maluyu S.P. Hasibuan (2005) mengemukakan “Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.

Menurut Rivai dan Basri (2004) mengemukakan “Kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”. John

Witmore dalam Coaching for Perfomance (1997) “Kinerja adalah

pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan”.

Pengertian kinerja menurut Sulistiyani (2003), kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam

(10)

Sulistiyani (2003) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Menurut Rivai dan Basri (2004) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. Simamora (1997) mengemukakan

bahwa kinerja karyawan adalah tingkatan dimana para karyawan mencapai

persyaratan-persyaratan pekerjaan Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005) kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan

Jadi, kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.

2.2.4 Tinjauan Tentang Hotel

Menurut Hotel Proprietors (dalam Sulastiyono, 1999), hotel adalah suatu

perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus, seperti membeli barang-barang yang disertai dengan perundingan-perundingan sebelumnya. Menurut Pendit (1994), hotel adalah sebuah gedung bangunan yang menyediakan penginapan, makanan, dan pelayanan terhadap

(11)

orang yang berkepentingan dengan penginapan, serta makanan bagi orang yang mengadakan perjalanan.

Menurut Rumekso (2002), hotel adalah bangunan yang menyediakan kamar-kamar untuk menginap para tamu, makanan dan minuman, serta fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan dan dikelola secara profesional untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan pengertian hotel yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing INC (1995), menyebutkan bahwa hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat untuk menginap, makan dan

pelayanan-pelayanan lain untuk umum. United State Lodging Industry

menjelaskan bahwa, hotel terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Transient Hotel, adalah hotel yang letak atau lokasinya di tengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk keperluan bisnis dan turis.

b. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya berupa rumah-rumah yang berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya yang

disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga

menyediakan kemudahan-kemudahan seperti layaknya hotel, misalnya restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

c. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat wisata, yang menyediakan tempat-tempat-tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konfrensi untuk para tamu.

Menurut Soenarno (2000) dalam kamus pariwisata dan

(12)

hotel dimana tamu yang menginap bertujuan unutk mencari pleasure (kesenangan) dan biasanya terletak di suatu tempat peristirahatan atau tempat wisata dan memiliki fasilitas untuk bersantai. Selanjutnya,

menurut Marpaung (2002), resort adalah salah satu jenis hotel yang

berlokasi pada area yang memiliki iklim atau udara yang sejuk dan bersih atau berada pada suatu kawasan wisata, area piknik, tempat bermain anak, atau taman.

Sedangkan menurut Sihite (2000) menjelaskan bahwa resort

adalah salah satu jenis hotel yang terletak di kawasan wisata yang

sebagian besar tamunya tidak melakukan kegiatan usaha. Resort hotel

dapat dibedakan lagi sesuai dengan karakteristik daerahnya, antara

lain: mountain hotel (terletak di daerah pegunungan), beach hotel

(terletak di dekat pantai), dan lake hotel (terletak di dekat danau).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan hotel adalah suatu sarana akomodasi yang dikelola secara komersial oleh pemiliknya dan dijadikan rumah pengganti oleh wisatawan selama mereka berlibur di suatu tempat ataupun negara.

2.2.5 Tinjauan Tentang Housekeeping

Pengertian housekeeping berasal dari kata house yang artinya rumah atau

wisma atau hotel, dan keeping berarti memelihara atau merawat. Sedangkan

housekeeping dalam bahasa Indonesia yaitu tata graha yang berasal dari kata tata yang artinya mengatur atau menata, dan graha berarti rumah atau wisma

atau hotel. Sehingga arti keseluruhan dari housekeeping atau tata graha adalah

(13)

kebersihan, memperbaiki kerusakan, dan memberikan dekorasi dengan tujuan agar hotel tersebut tampak rapi, bersih, menarik, dan menyenangkan bagi penghuninya (Agusnawar, 2000). Menurut Sulastiyono (1999) bagian tata

graha (housekeeping) adalah salah satu bagian yang mempunyai peranan dan

fungsi yang cukup vital dalam memberikan pelayanan kenyamanan dan kebersihan ruang hotel.

Joan C. Brason dan Margaret Lenox (Agusnawar, 2000) berpendapat bahwa: “Kegiatan administrasi rumah tangga atau layanan akomodasi merupakan hal yang sangat diperlukan oleh semua pendiri hotel, klub-klub, rumah sakit, atau asrama, dan sebagainya, sehingga diharapkan kenyamanan, kebersihan, dan layanan serta semuanya harus menjadi perhatian atau

tanggung jawab setiap orang atau staff”.

Dapat disimpulkan bahwa bagian housekeeping yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah suatu departemen yang berada di dalam sebuah hotel yang bertanggung jawab atas kebersihan, kelengkapan, dan kerapian semua kamar hotel, agar tercipta kenyamanan, dan tamu hotel merasa betah untuk tinggal di hotel tersebut.

2.2.6 Tinjauan Tentang Room Attendant

Room Attendant adalah petugas yang mempersiapkan tempat tidur pada waktu membersihkan kamar. Harus diingat bahwa pada tamu masuk kamar, pandangan pertamanya akan ditujukan pada kerapian tempat tidur. Mereka akan mendapatkan kesan yang pertama atas hotel secara keseluruhan hanya dengan melihat kerapian tempat tidur tersebut. Oleh sebab itu, tempat tidur

(14)

harus dipersiapkan serapi mungkin sebelum tamu masuk ke kamarnya (Sulastiyono, 1994).

Menurut Rumekso (2005) menyebutkan bahwa ada beberapa definisi

tentang room attendant (pramukamar) yaitu petugas floor section yang

menjaga kebersihan, kerapian, keindahan, kenyamanan, dan kelengkapan

kamar tamu. Sedangkan menurut Rutherford (dalam Rumekso, 2005) The

Room Attendant is primarily responsible for guest room cleaning and servicing. In general, the room attendant performs the some functions in each room assigned.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa seorang room attendant

bertanggung jawab atas kebersihan dan memberikan pelayanan terhadap

ruangan yang ditempati oleh tamu hotel, room attendant juga memiliki

beberapa tugas disetiap ruangan yang dibersihkannya.

Definisi-definisi di atas menunjukan bahwa room attendant sangat

berjasa di dalam operasional hotel. Penghasilan (income) hotel pada

umumnya yang paling besar didapat dari penjualan kamar, walau ada beberapa diantaranya yang didapatkan dari penjualan makanan dan minuman.

Referensi

Dokumen terkait

Balai PATP mendukung arah dan sasaran Strategis Pembangunan Pertanian dan Pangan Lima Tahun ke depan (2020-2024), melalui upaya-upaya pengelolaan alih teknologi, invensi

yang dinyatakan dalam Y.. Variabel bebas yaitu variabel yang mendahului atau mempengaruhi.. variabel terikat. Variabel bebas

Pipit Tiyana M. Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Guru Mengelola Kelas Dan Kreativitas Siswa Dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI

Setelah menyaksikan video yang dikirim melalui WAG mengenal bangun datar, peserta didik dapat menjelaskan bentuk bidang dan warna sebagai unsur karya dekoratif yang sesuai dengan

Materi Debat Bahasa Indonesia Siswa SMK Tingkat Nasional Tahun 2016 adalah isu-isu yang aktual tentang kebahasaan dan tentang hal umum yang ada di masyarakat. Isu-isu

Hal ini disebabkan karena banyak fakta-fakta di lapangan yang memunculkan berbagai macam bentuk mainan(toys) dan permainan(game) yang berasal dari luar negeri yang

Untuk memperoleh data tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap disiplin siswa di SMA Al Islam Krian Sidoarjo, peneliti membuat 20 butir soal sebagai angket

Kegiatan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Pembantu Pada Biro Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Banten tahun anggaran 2016 harus ditunjang oleh kemudahan