• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN EKSEKUTIF. Ringkasan Eksekutif-1"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Salah satu lembaga di Indonesia yang peduli terhadap persoalan yang dihadapi remaja seperti yang telah diungkap beberapa penelitian di atas adalah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). PKBI telah lama, yaitu sejak awal tahun 1970-an menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah remaja, antara lain ketidaktahuan mereka tentang kesehatan reproduksi. Salah satu bentuk pelayanan kepada remaja adalah berbentuk youth center.

Youth Center didirikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan remaja mengenali, memahami dan mengatasi permasalahan kesehatan reproduksi. Pada tahun 2001 dengan bantuan dari United Nations Populations Fund (UNFPA), PKBI akan mengembangkan lagi beberapa Pusat Pelayanan Remaja di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya. Supaya dapat berfungsi secara tepat dan optimal maka pengelola Youth Center harus terlebih dulu mendefinisikan secara tepat kebutuhan, kondisi dan situasi, pengetahuan, sikap dan perilaku reproduksi sehat remaja. Needs assessment ini dilakukan untuk menjembatani kesenjangan informasi tentang kehidupan remaja dalam konteks kesehatan reproduksi.

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui (1) pengetahuan, sikap dan perilaku reproduksi sehat remaja SLTA dan Perguruan Tinggi; (2) kebutuhan dan harapan tentang strategi dan media KIE yang sesuai bagi remaja sebagai media komunikasi dan informasi, untuk kelompok umur 15 – 24 tahun, baik yang berada di sekolah, maupun bekerja di pabrik maupun industri kecil; (3) kebutuhan dan harapan akan lokasi, pelayanan, dan personnel Youth Center dan (4) mendapatkan informasi tentang latar belakang dan karakteristik psikologi, sosial dan ekonomi remaja SLTA dan Perguruan Tinggi serta pekerja pabrik.

Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai masukan dalam rangka merancang dan melaksanakan proyek agar sesuai dengan lingkungan setempat serta kebutuhan dan keinginan remaja yang menjadi sasaran (target group), misalnya bagaimana merancang suatu Pusat Pelayanan Remaja yang bersahabat, menentukan stasiun radio lokal yang akan dilibatkan dalam proyek, menentukan lokasi yang efektif untuk menyebarkan materi KIE, dan lain-lain.

Penelitian dilaksanakan di lima kota, yakni Kupang di Nusa Tenggara Timur, Palembang di Sumatera Selatan, Singkawang di Kalimantan Barat serta Cirebon dan Tasikmalaya di Jawa Barat. Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah 2.479 orang yang terdiri dari orang muda berusia 15 - 24 tahun.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengumpulan data di lapangan serta data sekunder yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian

(2)

terdahulu, liputan media massa, serta dokumen-dokumen penting seperti Pedoman Proyek milik Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa cara yaitu wawancara berstruktur yaitu dengan menggunakan kuesioner, wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara serta Focus Group Discussion dengan menggunakan pedoman diskusi.

Temuan-temuan penting penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan dasar responden tentang kesehatan reproduksi tidak memadai. Tingkat pengetahuan yang rendah disebabkan sumber informasi utama tentang pengetahuan dasar kesehatan reproduksi adalah teman (52,67%) yang tidak mempunyai pengetahuan yang baik dan cukup tentang kesehatan reproduksi.

2. HIV/AIDS adalah jenis IMS yang paling dikenal responden (72,77%). Jenis IMS lain yang juga banyak dikenal adalah Sifilis dan Gonorhoe. Pengetahuan responden

tentang cara penularan PMS dan HIV/AIDS cukup baik. Sumber informasi tentang

IMS dan HIV/AIDS sebagian besar berasal dari media cetak dan elektronik (68,88%). Sumber lain adalah lingkungan pergaulan. Pengetahuan responden tentang cara pencegahan PMS dan HIV/AIDS masih bercampur antara pengetahuan yang benar dengan mitos yang keliru. Sebagian besar responden menjawab tidak melakukan hubungan seks (65,2%) sebagai cara untuk mencegah terjadinya penularan. Cara lain yang juga dikenal adalah menggunakan kondom.

3. Sebagian besar responden tidak setuju dilakukannya aborsi karena dianggap

sebagai tindakan yang sangat berdosa karena tidak sesuai dengan ajaran agama dan tidak berperikemanusiaan (60,52%). Hal ini didukung dengan temuan lain, yaitu 63,44% responden (dari 227 orang responden yang telah melakukan hubungan seksual) menjawab akan meneruskan kehamilan dan menikah. Akan tetapi, sebanyak 23,79% (dari n=227) justru memilih untuk melakukan aborsi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak setuju terhadap tindakan aborsi, namun kebutuhan terhadap hal tersebut secara riil ada, terutama jika seseorang dihadapkan pada kehamilan yang tidak dikehendaki.

4. Menurut sebagian besar responden, alasan orang melakukan hubungan seksual sebelum menikah adalah karena pengaruh lingkungan (58,14%), tidak taat pada agama, tidak ada bimbingan dari orangtua dan karena kebutuhan biologis. Sebagian responden juga berpendapat bahwa orang melakukan hubungan seksual sebelum menikah untuk membuktikan cintanya kepada pacar (15,85%). Lagi-lagi ini menunjukkan persepsi yang keliru tentang pacar dan “cinta”.

5. Sebagian besar responden mulai berpacaran pada usia antara 15-17 tahun, sebagian lagi mulai pacaran pada usia yang relatif muda, yaitu antara usia 12-14 tahun

(3)

(14,63%), bahkan ada yang mulai pacaran sebelum usia 12 tahun (6,94%). Perilaku berpacaran para responden sangat bervariasi, mulai dari yang hanya mengobrol sampai yang sudah melakukan hubungan seksual. Responden yang melakukan

hubungan seksual saat berpacaran berjumlah 14,73%. Sebagian besar responden

berpacaran di rumah (61,54%), di sekolah atau kampus, di tempat rekreasi, bioskop, tempat bekerja, di rumah teman dan di rumah saudara. Sebagian kecil ada yang berpacaran di rumah kos dan sebagian kecil lainnya berpacaran di hotel/motel/losmen. Jumlah responden yang pernah melakukan hubungan

seksual adalah 227 orang (16,46%). Kebanyakan melakukannya dengan pacar

(74,89%). Ada juga yang melakukannya dengan pekerja seks, teman, perek dan ada

sebagian kecil (1,34%) yang melakukannya dengan saudara. Frekuensi melakukan hubungan seksual, ada yang hanya melakukannya satu kali saja, ada juga yang,

secara rutin melakukannya antara 1-2 kali sebulan (46,26%), 1 sampai 2 kali

seminggu. Beberapa orang responden bahkan ada yang melakukannya setiap hari. Alasan responden melakukan hubungan seksual pertama kali karena suka sama

suka atau dilandasi cinta (68,72%), ada yang karena ingin tahu rasanya,

melakukannya karena pengaruh obat, melakukannya karena terpaksa, dan sebagian kecil (6,17%) ada yang melakukannya karena alasan ekonomi.

6. Sebagian besar responden (61,64%) pernah menggunakan media pornografi. Jenis-jenis media pornografi yang banyak digunakan responden adalah film (VCD)

70,59%. Selain itu juga ada yang menggunakan majalah, foto dan internet. Hampir

setengah jumlah responden (44,67%) pernah melakukan onani. Onani/masturbasi sebagian besar dilakukan oleh responden laki-laki dengan frekuensi yang bervariasi mulai dari melakukannya satu kali saja sampai ada yangmelakukannya lebih dari satu kali sehari.

7. Dari 227 orang responden yang sudah berhubungan seksual, hanya 91 orang

(40,09%) yang menggunakan alat kontrasepsi. Sebagian besar (59,91%) justru

tidak menggunakan alat kontrasepsi karena merasa tidak nyaman, tidak mau repot, tidak ada pikiran untuk menggunakannya, merasa malu dan sulit untuk mendapatkannya.

8. Jenis alat kontrasepsi dan cara KB yang paling dikenal responden adalah

kondom (70,39%). Jenis lain yang juga dikenal adalah pil, spiral dan susuk.

Sedangkan cara-cara tradisional dan mitos yang diyakini dapat mencegah terjadinya kehamilan adalah minum jamu (59,65%), loncat-loncat setelah bersenggama, berjongkok setelah bersenggama dan makan nanas muda. Tempat pelayanan kontrasepsi yang paling banyak diketahui responden adalah Rumah Sakit, Dokter/Bidan dan Puskesmas.

(4)

9. Jika hubungan seksual yang dilakukan membuahkan kehamilan, sebagian besar responden (64,44%) memilih untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya

dengan cara meneruskan kehamilannya dan menikah. (23,79%) memilih untuk

melakukan aborsi. Ada juga responden yang memilih untuk melarikan diri dari

tanggungjawab, menyatakan bersikap masa bodoh, dan ada pula yang memilih untuk memberikan anak kepada orang lain untuk diadopsi.

10. Pengertian keluarga yang dimiliki responden cukup bervariasi. Sebagian besar responden (72,98%) memahami keluarga dalam bentuk keluarga batih (nuclear family), ada juga yang memahami keluarga sebagai bentuk keluarga luas (extended family).

11. Untuk melangsungkan pernikahan, pertimbangan utamanya lebih pada kesiapan ekonomi (49,42%). Pertimbangan lain adalah kesiapan mental dan mencapai umur tertentu dan kesiapan fisik. Usia ideal untuk menikah bagi laki-laki adalah antara usia 24-26 tahun (35,16%) sedangkan bagi perempuan adalah antara 24-26 tahun (41,84%). Namun ada juga yang menyebutkan bahwa usia ideal bagi perempuan untuk menikah adalah sebelum usia 18 tahun (2,68%).

12. Waktu yang paling tepat untuk mempunyai anak, tergantung kepada kesepakatan antara suami istri (47,84%). Ada yang berpendapat bahwa mempunyai anak dapat ditunda beberapa saat setelah menikah dan ada juga yang berpendapat segera setelah menikah. Namun yang berpendapat bahwa mempunyai anak sebaiknya setelah siap secara ekonomi hanya sebagian kecil.

13. Suami dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sedangkan merawat, mendidik dan mengasuh anak lebih menjadi tanggungjawab istri. Sebagian besar responden (34,66%) berpendapat bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada hak dan kewajibannya yang berbeda. Laki-laki mempunyai kewajiban untuk mencari nafkah (public sector), sedangkan perempuan berkewajiban untuk mendidik, merawat dan mengasuh anak-anak (domestic sector). Yang menjawab bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan “hanya secara fisik” sebesar 24,2%; 5,66% responden “tidak tahu” perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

14. Jenis media yang paling banyak digunakan oleh remaja adalah televisi dan radio (38,4%). Sebagian lainnya senang membaca majalah, koran dan buku. Waktu yang paling banyak untuk menggunakan media informasi, sebagian besar adalah pada waktu sore dan malam hari.

15. Acara radio yang paling disukai responden adalah talk show & musik (72,44%), acara interaktif (27%). Sedangkan acara talk show (tanpa selingan musik) dan iklan layanan masyarakat kurang digemari.

(5)

16. Media yang efektif menurut responden untuk mempromosikan acara Pusat Pelayanan remaja adalah melalui media elektronik dan media cetak (terutama majalah).

17. Sebagian besar responden (51,08%) senantiasa mengatasi persoalan yang

dihadapi seorang diri. Jika mereka merasa tidak mampu mengatasi persoalan yang

dihadapi, maka paling banyak meminta bantuan kepada teman (47,69%). Ini menunjukan bahwa belum ada tempat yang youth friendly dan comfortable bagi responden untuk menyampaikan masalahnya.

18. Hanya 23,42% responden yang menyatakan pernah menggunakan jasa

pelayanan Pusat Pelayanan Remaja. Meskipun baru sebagian kecil saja responden

yang sudah pernah menggunakan jasa Pusat Pelayanan Remaja, namun sebagian besar responden, yaitu sebanyak 94,56% yang menyatakan bahwa mereka

membutuhkan suatu Pusat Pelayanan Remaja untuk membantu mereka mengatasi

persoalan-persoalan yang dihadapi sehari-hari. Kecilnya jumlah responden yang menggunakan jasa pelayanan Pusat Pelayanan Remaja bukan disebabkan karena tidak ada kebutuhan namun karena kurang dikenalnya Pusat Pelayanan Remaja itu sendiri.

19. Jenis pelayanan Pusat Pelayanan Remaja yang paling dibutuhkan responden adalah konsultasi psikologis (75,65%). Sisanya menyatakan butuh informasi tentang masalah remaja dan pelayanan medis.

20. Pengelola Pusat Pelayanan Remaja yang disukai responden adalah profesional seperti psikolog, dokter dan lain-lain (64,41%), pengelola dewasa yang berjiwa muda, serta melibatkan remaja itu sendiri. Lokasi yang dianggap ideal bagi suatu Pusat Pelayanan Remaja adalah aksesibilitasnya. Selanjutnya tata ruang yang dianggap

ideal, hal utama yang harus diperhatikan adalah kebersihan, memberikan rasa betah

kepada para pengelola dan remaja yang datang, menimbulkan rasa nyaman dan

betah berada di Pusat Pelayanan Remaja. Ruangan konsultasi dan pelayanan medis

dibuat tersendiri, dengan pintu yang dapat ditutup. Tembok sebaiknya dicat dengan warna-warna lembut agar tercipta suasana damai dan sesuai dengan selera remaja. Sirkulasi udara perlu diperhatikan supaya ruangan tidak pengap.

21. Dari wawancara dengan Sampel Kelompok B diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tahu tempat-tempat yang memberikan pelayanan kepada remaja, termasuk remaja yang sudah melakukan hubungan seksual.

22. Kegiatan peer education yang digemari responden adalah diskusi kelompok,

ceramah dan pelatihan. Sedangkan kegiatan yang kurang diminati adalah seminar.

23. Jenis pelayanan konsultasi yang disukai remaja adalah tatap muka, yang dipilih oleh 66,11% responden.

(6)

24. Beraneka macam pelayanan yang dibutuhkan para responden adalah Konseling, Kursus komputer, Pengembangan hobby/bakat remaja, Pelayanan Kesehatan serta Penyediaan Komputer/ Warnet/Internet.

25. Jenis pelayanan kesehatan yang paling dibutuhkan responden adalah pemeriksaan kesehatan umum (72,44%). Sisanya menyebutkan bahwa mereka membutuhkan tes IMS/HIV, konsultasi gizi, tes kehamilan, pelayanan kontrasepsi dan imunisasi. 26. Informasi yang perlu ditambahkan dalam Booklet Youth Center adalah informasi

tentang lapangan kerja (57%), alamat lembaga yang menyalurkan dana beasiswa (23%) serta nomor telephone penting (20%)

Referensi

Dokumen terkait

Sistem tenaga dengan PSOPSS dan GAPSS mampu menggeser nilai eigen kearah kiri sumbu imajiner sehingga nilainya semakin negatif sehingga dihasilkan peredaman yang

• Prinsipnya adalah membuat gambar-gambar tersebut (edit & hapus) menjadi link, yang kalau di klik akan mengirim kolom id data ke halaman lain (mis editData.php

Sejumlah 100 gram daun sirih merah kering yang telah halus direndam dalam pelarut organik (n-heksana) sampai terendam selama tiga hari, kemudian disaring. Filtrat yang

Tujuan khusus penelitian ini (1) mengetahui karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga contoh pada siswa ekonomi atas dan siswa ekonomi bawah, (2) mengetahui persepsi

pasca penennya, potensi peternakan sapi dengan keunikan penjantan yang diliarkan yang disebut wadak, dan diversifikasi kopi luwak arabika khas Desa Catur, (2)

Dengan adanya asumsi seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa game yang mengimplementasikan kecerdasan buatan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sehingga

Sementara itu, seiring dengan intermediasi perbankan secara industri, penyaluran kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga tumbuh melambat disertai

 Metode penyimpulan : Jika nilai indikator yang diperoleh dari hasil pemantauan termasuk sedang dan buruk, maka kegiatan pengelolaan di kawasan yang memiliki NKT1.2 yang