• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial

Modal sosial merupakan suatu cara untuk membangun hubungan dengan sesama dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat mereka lakukan sendirian. Orang berhubungan melalui serangkaian jaringan dan mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lain dalam jaringan tersebut, sejauh jejaringan tersebut menjadi sumber daya, dia dapat dipandang sebagai modal. Menurut Pierre Bourdieu, modal sosial adalah jumlah sumber daya, aktual atau maya yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit banyak terintitusionalisasikan. Bourdie juga menjelaskan bahwa modal sosial dapat bertahan nilainya, individu harus mengupayakannya. Pokok perhatian Bourdie tentang modal sosial dahulu dan sekarang adalah pemahaman atas hierarki sosial.

Sedangkan menurut James Coleman dalam (Field,2003) modal sosial adalah merepresentasikan sumber daya karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas (timbal balik) dan melampaui individu mana pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama. Dia juga menjelaskan bahwa konsep modal sosial adalah sarana untuk menjelaskan bagaimana orang berusaha bekerja sama.

(2)

Menurut Robert Putnam dalam (Field, 20003) modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan terkoordinasi. Putnam menjelaskan ada dua bentuk dasar modal sosial yaitu menjembatani (inklusif) dan mengikat (eksklusif).

Berdasarkan pengertian modal sosial dari ketiga ahli tersebut yang sesuai dengan penelitian ini adalah menurut Coleman dan Putnam (Field, 20003). Dimana modal sosial merupakan sarana untuk bagaimana pengrajin kerawang gayo berusaha bekerja sama, dengan jaringan yang merupakan aset terpenting karena jaringan memberikan dasar bagi kohesi sosial yang mendorong orang bekerja satu dengan yang lain dan tidak sekedar dengan orang yang mereka kenal secara langsung untuk memperoleh manfaat timbal balik. Jaringan yang digunakan pengrajin kerawang gayo dengan sesama pengrajin, pengrajin dengan pemerintah serta pengrajin dengan masyarakat.

Akhir-akhir ini modal sosial menjadi sangat populer sebagai salah satu isu pembangunan yang menuntut perhatian seksama.Modal sosial adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut sumber daya (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan dan diinvestasikan.Sumber daya yang digunakan untuk diinvestasi disebut sebagai modal (capital), dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada

(3)

jaringansosial, norma, nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma dalam kelompok.

Di Indonesia, studi tentang modal sosial secara formal masih merupakan hal yang baru. Namun meskipun secara eksplisit belum menggunakan terminology modal sosial, sebenarnya telah ada beberapa studi terutama berupa kajian tentang hubungan kerja sama saling menguntungkan antar warga masyarakat didaerah pedesaan yang pada esensinya memiliki keterkaitan erat dengan modal sosial terdiri dari norma, jaringan dan kepercayaan, maka sebenarnya hal tersebut secara historis bukan merupakan fenomena baru dan asing bagi masyarakat Indonesia dan hal tersebut lebih berakar kuat dan terinstitusikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan. Semangat dan implementasi dari kemauan untuk saling bekerjasama dalam upaya memenuhi kepentingan sosial dan kepentingan individu atau personal telah termanivestasikan dalam berbagai bentuk aktivis bersama yang secara umum dikenal dengan kegiatan “saling tolong menolong” atau secara luas terwadahi dalam tradisi “gotong royong”. Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati bersama (norma), menghargai prinsip timbal balik dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward sebagai bentuk dari resiprositas, ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masing-masing akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust), serta kegiatan kerjasama tersebut diikat oleh hubungan-hubungan spesifik Antara lain mencakup kekerabatan, pertetanggaan, dan pertemanan sehingga saling menguatkan jaringan antar pelaku.

(4)

Tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan),

reciprocal (timbal balik), dan interaksi sosial. 1. Trust (kepercayaan)

Menurut Giddens (dalam Damsar, 2009) Trust (kepercayaan) pada dasarnya terikat, bukan kepada resiko namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan di tengah-tengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem. Kepercayaan dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang produktif. Rasa percaya menjadi pilar kekuatan dalam modal sosial. Seseorang akan mau melakukan apa saja untuk orang lain kalau ia yakin bahwa orang tersebut akan membawanya ke arah yang lebih baik atau ke arah yang ia inginkan.

2. Reciprocal (Timbal balik)

Unsur penting kedua dari modal sosial reciprocal (timbal balik), dapat dijumpai dalam bentuk memberi, saling menerima dan saling membantu yang dapat muncul dari interaksi sosial. Modal sosial selalu diwarnai oleh kecenderungan saling bertukar kebaikan di antara individu-individu yang menjadi bagian atau anggota jaringan. Hubungan timbal balik ini juga dapat diasumsikan sebagai saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain.

3. Interaksi sosial (jaringan)

Unsur yang selanjutnya yakni interaksi sosial, interaksi yang semakin meluas akan menjadi semacam jaringan sosial yang lebih memungkinkan semakin meluasnya lingkup kepercayaan dan lingkup hubungan timbal balik. Jaringan yang dimiliki dipandang sebagai sebagian dari hubungan dan norma yang lebih luas yang memungkinkan orang mencapai tujuan-tujuan mereka dan juga mengikat masyarakat bersama sebagai sarana untuk menjelaskan bagaimana orang berusaha bekerja sama (Field,2003).

Perusahaan-perusahaan kecil akan sangat tergantung pada tingkat kepercayaan dan modal sosial yang tercipta dalam masyarakat luas. Masyarakat berkepercayaan tinggi seperti Jepang berhasil menciptakan berbagai jaringan dengan baik sebelum revolusi informasi memasuki kecepatan yang lebih tinggi. Sedangkan masyarakat yang berkepercayaan rendah mungkin tidak akan pernah mampu untuk meningkatkan efisiensi yang ditawarkan oleh teknologi informasi (Fukuyama, 2001). Artinya masyarakat yang telah memiliki kepercayaan tinggi

(5)

(High-Trust) akan lebih mudah dalam membangun jaringan dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki kepercayaan yang rendah (Low-Trust). Seperti pengrajin kerawang gayo yang telah memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi baik terhadap pengrajin maupun terhadap supliernya dengan begitu mereka telah mampu membangun modal sosial dalam membangun usaha yang mereka miliki.

Berdasarkan hasil obervasi terdapat jaringan sosial yang terjadi antara pengrajin di kecamatan Bebesen dengan pemerintah, antara pengrajin dan pembeli, dan antara pengrajin dengan sesama pengrajin. Pada jaringan sosial yang terjadi antara pengrajin dengan pemerintah, terlihat bahwa pemerintah kurang memperhatikan pengrajin kerawang gayo, baik dari segi dana maupun melakukan pemberdayaan terhadap pelestarian kerawang gayo dengan melakukan pelatihan-pelatihan.

Sedangkan antara pengrajin dengan pengrajin lain telah memiliki jaringan yang cukup baik. Jika pengrajin yang satu kebanyakan pesanan dia akan meminta bantuan kepada pengrajin lain, artinya disini mereka telah membangun jaringan sosial yang baik dengan saling membantu atau bergotong royong. Sedangkan cara pengrajin membangun jaringan dengan pembeli yaitu dengan memberikan kualitas barang bagus dan tetap menjaga keramah tamahan dalam berjualan. Karena dengan begitu pembeli akan senang membeli dan akan memberitahu dan secara sukarela akan mempromosikan kepada calon pembeli lain mengenai kualitas barang yang dihasilkan.

Pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan didalamnnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan

(6)

disegala bidang kehidupan dan terutama bagi kestabilan pembangunan ekonomi dan demokrasi. Pada masyarakat secara tradisional telah terbiasa dengan gotong royong serta bekerjasama denga kelompok atau organisasi yang besar cenderung akan merasakan kemajuan dan akan mampu secara efesien dan efektif, memberikan kontribusi penting bagi kemajuan masyarakat. Modal sosial dalam bentuknya menyumbang terhadap pembangunan ekonomi, sosial dan politik melalui pembagian informasi, memberikan kesempatan dan memfasilitasi kelompok pembuat keputusan.

Menurut Lesser (dalam Barus, 2009) modal sosial sangat penting bagi komunitas karena :

1. Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas

2. Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas 3. Mengembangkan solidaritas

4. Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas 5. Memungkinkan pencapaian bersama dan

6. Membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi komunitas.

2.2 Potensi Lokal dan Sikap Inovatif Masyarakat Lokal

Setiap daerah tentunya memiliki ciri khas, cirri khas yang positif merupakan keunggulan local daerah. Apa saja yang bisa menjadi keunggulan lokal adalah aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi dan dikembangkan dari potensi daerah. Potensi daerah adalah potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah yang merupakan bagian dari ruang lingkup perencanaan pembangunan wilayah tersebut. Potensi tersebut dapat diangkat menjadi keunggulan local sehingga ekonomi dapat berkembang dengan

(7)

baik. Konsep pengembangan keunggulan local diinspirasikan dari berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), geografis, budayadan historis. Uraian masing-masing sebagai berikut:

a. SumberDayaAlam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang tersedia di alam dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.Sumber daya alam dibagi menjadi dua, yaitu: sumber daya alam yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Sumber daya alam yang dapat diperbarui ialah sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus.

b. SumberDayaManusia

Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformative dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan. Pengertian adaptif artinya mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan alam, perubahan IPTEK dan perubahan social budaya. SDM secara kualitas dan kuantitas merupakan penentu utama dalam pemberdayaan semua potensi keunggulan lokal. SDM sebagai sumber daya, bisa bermakna positif dan negatif, tergantung kepada paradigma, kultur dan etos kerja. Dengan kata lain tidak ada realisasi dan implementasi konsep keunggulan local tanpa melibatkan dan memposisikan manusia dalam proses pencapaian keunggulan. SDM dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDA mencirikan identitas suatu budaya.

(8)

c. Geografis

Geografis berhubungan dengan lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Pendekatan studi geografi bersifat khas. Pengkajian keunggulan local dari aspek geografi dengan demikian perlu memperhatikan pendekatan studi geografi. Pendekatan itu meliputi (1) pendekatan keruangan (spatial approach), (2) pendekatan lingkungan (ecological approach) dan (3) pendekatan kompleks wilayah (integrated approach). Pendekatan keruangan mencoba mengkaji dan perbedaan tempat melalui penggambaran letak distribusi, relasi dan interrelasinya. Pendekatan lingkungan berdasarkan interaksi organism dengan lingkungannya, sedangkan pendekatan kompleks wilayah memadukan kedua pendekatan tersebut. Tentu saja tidak semua objek dan fenomena geografi berkait dengan konsep keunggulan lokal, karena keunggulan local dicirikan oleh nilai guna fenomena geografis bagi kehidupan dan penghidupan yang memiliki, dampak ekonomis dan pada gilirannya berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

d. Budaya

Budaya adalah segala kegiatan orang atau masyarakat yang melampaui dirinya dan melakukan pembaharuan terus, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealism dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai kebudayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.

(9)

e. Historis

Historis (Sejarah) berhubungan dengan riwayat kejadian masalampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Keunggulan local dalam konsep historis merupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan local dari suatu daerah tertentu.

Pada potensi ini, diperlukan akulturasi terhadap nilai-nilai tradisional dengan memberi cultural baru agar terjadi perpaduan antara kepentingan tradisional dan kepentingan modern, sehingga aset atau potensi sejarah bisa menjadi aset/potensi keunggulan lokal, dalam web

Adanya pertumbuhan industri pada masyarakat desa merupakan bentuk dari pembangunan yang menitik beratkan pada aspek sumber daya manusia, kemampuan masyarakat untuk membuat suatu usaha berangkat dari potensi-potensi sumber daya manusia yang dimilikinya, yaitu masyarakat yang memiliki kreatifitas, inovatif, berani menghadang resiko, hidup secara berencana, menghargai waktu, dan sebagainya.

Hagen (dalam mahari, 2008) menyatakan bahwa suatu bangsa akan tetap tertinggal di belakang jika terlalu sedikit anggotanya yang memiliki nilai dan sikap mental inovatif, sedangkan masyarakat pedesaan-pertanian yang pada umumnya beku dan didominasi oleh authotarian personality, yaitu

(10)

dalammasyarakat ini orang merasa puas apabila mereka telah member kewenangan dan tunduk pada penguasa, sedangkan inovasi memerlukan kreativitas. Ciri-ciri masyarakat yang mempunyai daya kreasi atau sikap inovatif adalah antara lain : terbuka pada pengalaman-pengalaman baru, cenderung untuk menganggap bahwa setiap masalah dapat dicari hubungan sebab akibatnya secara rasional, imajinatif, kreatif, percaya kepada penilaian sendiri, merasa puas bila dapat menemukan persoalan hidup dan menyelesaikan persoalan tersebut, merasa punya tanggung jawab untuk meraih suatu kemajuan, inteligen dan lain-lain.

2.3 Home Industri di Pedesaan

Home industri merupakan unit kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dalam ruang lingkup kegiatan ekonomi rumah tangga memanfaatkan modal pribadi, home industri adalah salah satu industri kecil yang bergerak dalam bidang perekonomian. Ada dua definisi usaha kecil yang dikenalkan di Indonesia. Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha keciladalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

Kedua, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga, menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

(11)

industri rumah tangga atau home industri memiliki pekerja 1-4 orang (maharani, 2008).

Industri rumah tangga pada umumnya adalah golongan industri tradisional dengan beberapa ciri khas utamanya, yakni antara lain :

1. Sebagian besar dari pekerja adalah anggota keluarga (istri dan anak) dari pengusaha atau pemilik usaha (family workers) yang tidak bayar

2. Proses produksinya dilakukan secara manual dan kegiatannya sehari-hari berlangsung di dalam rumah

3. Kegiatan produksi sangat musiman mengikuti kegiatan produksi disektor pertanian sifatnya juga musiman

4. Jenis produk yang dihasilkan pada umumnya adalah dari kategori barang-barang konsumsi sederhana seperti misalnya alat-alat dapur dari kayu dan bambu, pakaian jadi dan alas kaki (Tambunan, 1999)

Menurut Departemen Perdagangan, Industri kreatif merupakan berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif merupakan bagian dari

home industry yang terdapat pada pengrajin kerawang gayo di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Industri kreatif muncul dari pemanfaatan oleh masyarakat berupa produk kerajinan kerawang gayo,yang merupakan suatu kebudayaan yang memiliki nilai luhur oleh masyarakat suku Gayo.Masyarakat atau pengrajin disini bisa melihat bahwa motif kerawang gayo memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan, dimana motif kerawang gayo yang dahulunya hanya ditemukan dari bebatuan dan kayu kini diaplikasikan kepada bentuk kain dengan

(12)

berbagai bentuk mulai dari gantungan kunci, dompet sampai pakaian. Selain itu keberadaan industri kerawang gayo juga mampu membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat yang mampu meminimalisir jumlah pengangguran.

Menurut Betrand setiap masyarakat mempunyai suatu sejarah dan sebagian sejarah dan sebagian besar produk dari suatu proses evolusioner. Masyarakat pedesaan adalah suatu masyarakat yang bersifat homogen, tertib dan tenteram dalam kehidupan sosialnya, menerima keadaan dan hidup tanpa ada perselisihan serta menolak segala bentuk pembaharuan, meskipun dalam kenyataannya anggapan-anggapan tersebut tidak selalu benar.Menurut Redfield masyarakat pedesaan adalah masyarakat tradisional dengam memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Jumlahnya kecil, dengan tempat tinggal yang terpencil, jauh dari keramaian kota

b. Relatif bersifat homogeny dengan rasa persatuan yang kuat

c. Memiliki system sosial yang teratur dengan perilaku tradisionalnya. d. Rasa persaudaran yang sangat kuat

e. Taat pada ajaran-ajaran agama dan menurut kepada pemuka masyarakat (Wisadirana, 2004)

Pertumbuhan industri di lingkungan pedesaan memungkinkan terjadinya penambahan atau penyusutan jenis-jenis relasi sosial yang ada. Bila terjadi penambahan relasi sosial berarti akan menambah variasi jenis sosial yang telah ada di lingkungan masyarakat kawasan industri. Dengan demikian bentuk-bentuk jalinan sosial akan menjadi lebih heterogen. Sebaliknya bila terjadi penyusutan

(13)

relasi sosial berarti semakin bekurangnya jenis-jenis relasi sosial yang telah terjalin di kalangan masyarakat tersebut (Maharani, 2008).

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Durkheim, bahwasanya apabila masyarakat bergerak semakin maju, dalam ukuran waktu yang ditandai dengan masuknya unsur-unsur baru untuk mengakibatkan adanya peningkatan interaksi, kerumitan hubungan sosial atau meningkatkan kualitas ikatan sosial, perubahan ini ditandai dengan adanya ikatan yang berakhir dalam peran dan pekerjaan yang sangat beragam, kerja sama, saling melengkapi, dan saling memerlukan (Sztompka,1993).

2.4 Motivasi Berprestasi Pengusaha Home Industri

Keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjakakn melalui penampilan kerja yang baik, dengan selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya. Sikap inilah yang ada di dalam diri pengrajin kerawang gayo yang berada di kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Mereka memiliki sikap wiraswasta yang tinggi dimana mereka mampu melihat potensi dan nilai jual yang ada di kerawang gayo yang merupakan suatu kebudayaan suku Gayo hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh McClelland.

Seperti yang dikatakan oleh McClelland (dalam Suwarsono, 1990) bahwa kaum wiraswastawan domestiklah dan bukan para politikus atau para penasehat ahli yang didatangkan dari Negara maju yang memegang peran kritis dan bertanggung jawab terhadap pencapaian kemajuan Negara dunia ketiga. Tujuan kegiatan para wiraswastawan tersebut tidak hanya sekedar mencari dan

(14)

mengumpilkan laba. Dengan tidak mengurangi arti pentingnya laba bagi kehidupan dunia usaha, McClelland menegaskan, bahwa dalam hal ini laba lebih merupakan indikator dari keinginan pencapaian tujuan yang lain. Apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh para wiraswastawan tersebut adalah keinginan yang kuat untuk mencapai prestasi gemilang yang dikerjakakn melalui penampilan kerja yang baik, dengan selalu berpikir dan berusaha untuk menemukan cara-cara baru untuk memperbaiki kualitas kerja yang dicapainya. Inilah yang oleh McClelland disebut sebagai motivasi berprestasi atau juga sering disebut sebagai kebutuhan berprestasi.

Setiap manusia memiliki waktu luang, jika seseorang menggunakan waktu luangnya tersebut untuk kenikmatan hidup seperti misalnya untuk tidur dan bersenang-senang maka orang tersebut memiliki motivasi berprestasi yang amat rendah. Jika seseorang berpikir tentang bagaimana meningkatkan situasi sekarang kearah yang lebih baik dan hendak melaksanakan tugas-tugas yang dihadapinya dengan cara yang lebih baik maka orang itu barulah bisa disebut memiliki kebutuhan berprestasi yang amat kuat. Menurut McClelland cara untuk menaikkan skala kebutuhan berprestasi dapat dilihat dari lingkungan keluarganya, khususnya pada tahap proses pembimbingan anak :

1. Orang tua hendaknya menentukan standar motivasi yang tinggi pada anak-anaknya, misalnya melalui pengharapan agar anaknya memiliki prestasi yang gemilang disekolah kemudian memiliki pekerjaan yang mapan dan menjadi dikenal di masyarakat.

2. Hendaknya orang tua lebih menggunakan metode memberikan dorongan dan hubungan yang hangat dalam sosialisasi dengan anak-anak mereka.

(15)

Orang tua hendaknya memberikan dorongan dan perhatian yang cukup dan meberikan ganjaran yang memadai jika memang anak-anak mereka mampu mencapai dan menyelesaikan beban yang diberikan oleh orang tua mereka.

3. Orang tua hendaknya tidak otoriter, mereka tidak diharapkan memanjakan atau berinisiatif sendiri demi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh anaknya, tetapi justru sebaliknya mereka hendaknya memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk mengambil inisiatif dan menentukan cara-caranya sendiri untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.

Bagi McClelland Negara dunia ketiga seharusnya mempunyai sekelompok wiraswastawan yang memiliki kebutuhan tinggi untuk prestasi yang diharapkan mampu mengubah bantuan asing menjadi investasi produkstif. Selain itu bahwa semakin tinggi interaksi Negara dunia ketiga dengan Negara barat dengan jalan pendidikan atau pengenalan budaya, maka akan semakin mempermudah dan mempercepat Negara Dunia ketiga untuk menyerap ciri-ciri motivasi berprestasi tinggi yang dimiliki oleh Negara Barat (Suwarsono, 1990).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jawaban dari responden dapat diinterpretasikan bahwa pihak- pihak yang terlibat lansung dalam program Soft Skills siswa yakni kepala sekolah, guru, semua stakeholder

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendiri atas nama Perseroan yang belum memperoleh status badan hukum, perbuatan hukum tersebut menjadi tanggung jawab pendiri yang

Perangkapan kepemimpinan dapat dengan mudah digunakan pemimpin untuk mengakumulasi kekuasaan dengan alasan demi kepentingan masyarakat, sehingga munculnya

Pengujian terhadap objek dengan latar belakang yang berbeda ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana latar belakang memberikan pengaruh terhadap proses deteksi

Pada awal tahun 1956, selama perayaan Tahun Baru Tibet (Losar), saya mengalami pertemuan yang sangat menarik dengan ramalan Nechung, yang berbunyi: “Permata yang memenuhi harapan

Untuk menjawab permasalahan yang telah disebutkan, peneliti ingin merancang arsitektur microservice yang akan digunakan dalam sistem informasi perpustakaan pusat dengan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata antara spesies kerabat manggis yang digunakan dengan model sambung terhadap semua peubah yang diamati,

Kinerja Individu pengguna Core Banking System di Bank BPD Bali. Hal ini berarti semakin tinggi faktor kemanfaatan Core Banking System maka menghasilkan kinerja individu yang