ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KELANCARANPENGEMBALIAN
PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA USAHA
MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM)
DI BMT TARUNA SEJAHTERA
(FEBRUARI-AGUSTUS 2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana S1
Oleh
TRI ANDINA RAHAYU
NIM 21310007
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
PROGRRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
MOTTO
Anda tidak bisa mengubah orang lain,
PERSEMBAHAN
Dalam segala proses hidup serta proses penyelesaian Skripsi, penyusun
memperoleh dukungan dan doa dari berbagai pihak. Sebagai bentuk apresiasi,
saya persembahkan Skripsi ini kepada:
1. Kedua orangtua, Bapak Mursidi dan Ibu Kalimah, serta kakakku (Riana dan
Winarti, S.T) yang telah memberikan motivasi dan dukungan penuh dalam
penulisan skripsi ini.
2. BMT Taruna Sejahtera yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian
di sana sampai selesai.
3. Teman-teman Kampus lainnya, serta teman-teman S1 Perbankan Syariah yang
kepanjangan jika disebut satu per satu. Terima kasih untuk segala
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT atas
segalarahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera”.
Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw
yangsenantiasa kita harapkan syafaatnya kelak dihari kiamat. Terselesaikannya
skrisi ini merupakan sebuah apresiasi bagi berbagai pihak yang selama ini
turutmembimbing penyusun dalam perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
Penyusun menyadari bahwa proses pembuatan skripsi ini tidaklahmudah
dan memiliki banyak kendala. Sehingga penyusunan skripsi inisangatlah jauh dari
kesempurnaan dan tak luput dari kekurangan-kekurangan.Dengan rendah hati,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifatmembangun dan
memperbaiki karya ilmiah ini sehingga menjadi lebih baik dalampenyusunan di
masa mendatang.
Banyak bimbingan serta arahan yang diperoleh dari beberapa pihak
demiterwujudnya skripsi ini sebagai syarat lulus dari Sekolah Tinggi Agama
IslamNegeri (STAIN) Salatiga. Untuk itu, penyusun ingin mengucapkan banyak
terima kasihkepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi
1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Benny Ridwan, M. Hum selaku Ketua Jurusan Syariah Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
3. Fetria Eka Yudiyana, SE,.M.Si selaku Ketua Program Studi Perbankan
Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
4. Dr. Faqih Nabhan, M.M selaku Pembimbing Skripsi, terima kasih atas saran,
koreksi, arahan, dan motivasinya.
5. Bapak/Ibu Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga
yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.
6. Annas A. Badawi selaku Kepala Cabang Banyubiru, Dede selaku Acoount
Officer dan juga kepada segenap Staf yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitiandi BMT Taruna Sejahtera.
7. Ayahanda dan Ibunda (Mursidi dan Kalimah) beserta kakakku(Riana dan
Winarti, S.T) sertakeluarga terdekat yang penuh kasih sayang telah berusaha
memberikanmotivasi, doa serta dalam menempuh kehidupan
khususnyaperkuliahan ini. Semoga Allah memberi rahmat dan
hidayahnyakepada mereka. Amin.
8. Kekasihku Alfian Hadiyanto, S.Pd yang selalu memberiku semangat dan
inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Progdi Perbankan Syariah, terima kasih telah memberikan
motivasi serta kesan yang tidakakan pernah terlupakan dalam hidup penyusun
10. Semua pihak yang penyusun tidak bisa disebutkan satu persatu yangselama
ini telah membantu penyusun, semoga amal ibadah merekadijadikan sebagai
amal kebajikan oleh Allah SWT. Amin.
Akhir kata, penyusun harap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagipenyusun
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga segala bantuan,do’a dan
motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini
mendapat ridha dari Allah SWT. Amin.
Salatiga, 21 Agustus 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Rumusan Masalah ...
2. Baitul Maal Wattamwil (BMT) ...
a. Ciri-Ciri BMT ...
b. Fungsi BMT ...
c. Tujuan dan Analisis Pembiayaan BMT ...
d. Prinsip BMT ...
f. Pembiayaan Murabahah...
g. Manfaat dan Resiko Murabahah ...
3. Analisis Pembiayaan...
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran
Pengembalian Pembiayaan Murabahah ...
C. Kerangka Penelitian ...
D. Hipotesis ...
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...
C. Populasi dan Sampel ...
1. Populasi Penelitian ...
2. Sampel Penelitian ...
D. Teknik Pengumpulan Data ...
E. Skala Pengukuran ...
F. Definisi Konsep dan Operasional ...
G. Instrumen Penelitian ...
H. Uji Instrumen Penelitian ...
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...
2. Uji Asumsi Klasik ...
3. Regresi Linier Berganda ...
I. Alat Analisis ...
BAB IV : ANALISA PENELITIAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian ...
2. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera ...
3. Sistem dan Produk Pembiayaan yang Diberikan
Kepada UMKM ...
B. Analisa Data ...
1. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas ...
2. Uji Asumsi Klasik ...
a. Uji Multikolinearitas ...
b. Uji Heteroscedasticity ...
c. Uji Normalitas ...
d. Uji Linieritas ...
e. Uji Statistik ...
3. Uji Regresi Linier Berganda ...
4. Hasil Uji Hipotesis...
a. Pengujian Hipotesis Nilai Pinjaman (X1) ...
b. Pengujian Hipitesis Pengalaman
Usaha (X2) ...
c. Pengujian Hipotesis Omzet Usaha (X3) ...
d. Pengujian Hipotesis TingkatPendidikan (X4) ...
e. Pengujian Hipotesis Usia(X5) ...
f. Pengujian Hipotesis TanggunganKeluarga (X6) ...
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Pertumbuhan Sektor UMKM di Kab. Semarang ...
Tabel 1.2 : Pembiayaan Murabahah dari BMT Taruna Sejahtera ...
Tabel 1.3 : Research Gap ...
Tabel 2.1 : Hipotesis Penelitian ...
Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas ...
Tabel 4.2 : Hasil Uji Reliabilitas ...
Tabel 4.3 : Coefficientsa... Tabel 4.4 : Coefficient Correlations ...
Tabel 4.5 : ANOVAa ... Tabel 4.6 : Output Viewer Variables Entered/Removed ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Akad Murabahah ...
Gambar 2.2 : KerangkaPemikiran Operasional ...
Gambar 2.3 : Model Penelitian Empirik ...
Gambar 4.1 : Scatterplot ...
Gambar 4.2 : Output Viewer Regression Standarized Residual ...
Gambar 4.3 : Grafik Normal Plot ... 42
65
73
99
100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Konsultasi Skripsi
Lampiran 2 : Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 : Hasil Data Kuesioner
Lampiran 5 : Output Analisis
Lampiran 6 : Tabel Durbin - Waston
ABSTRAK
Permasalahan yang sering muncul dari penyaluran pembiayaan adalah
adanya kasus penunggakan pengembalian pembiayaan yang dapat mengganggu
likuiditas dan profitabilitas lembaga keuangan. Salah satu BMT yang berprestasi
di Kab. Semarang adalah BMT Taruna Sejahtera denganpersentase nilai
tunggakan beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Prestasiini tentu harus
dipertahankan dan ditingkatkan hingga masalah tersebut bisadihilangkan.
Penelitian ini dilakukan di BMT Taruna Sejahtera pada bulan Februari
hingga Agustus 2014. dengan menggunakan sampel purposivesebanyak 85
debitur. Semua faktor yang diduga berpengaruh dengan tingkat pengembalian
pembiayaan dianalisis dengan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda.
Sebagai variabel respon dalam analisis tersebut yaitu tingkat kelancaran
pengembalian pembiayaan (Y) dimana variabel-variabel prediktornya yaitu
karakteristik personal terdiri atas tingkat pendidikan dan usia, karakteristik usaha
terdiri atas omzet usaha dan pengalaman usaha, karakteristik pembiayaan terdiri
atas nilai pinjaman.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan adalah nilai pinjaman, omzet
usaha, dan tingkat pendidikan. Artinya, semakin tinggi nilai pinjaman, omzet
usaha, dan tingkat pendidikan debitur maka semakin besar pula peluang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peran penting
dalam pembangunan ekonomi, karena tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang
relatif tinggi dan kebutuhan modal investasinya yang kecil. Hal ini membuat
UMKM tidak rentan terhadap berbagai perubahan eksternal sehingga
pengembangan pada sektor UMKM dapat menunjang pertumbuhan ekonomi
yang digunakan sebagai penunjang pembangunan ekonomi jangka panjang yang
stabil dan berkesinambungan. Rendahnya tingkat investasi dan produktivitas, serta
rendahnya pertumbuhan usaha baru di Indonesia perlu memperoleh perhatian
yang serius pada masa mendatang dalam rangka mengembangkan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) menuju usaha yang berdaya saing tinggi.
Keberadaan UMKM hendaknya diharapkan dapat memberi konstribusi
yang cukup baik terhadap upaya penanggulangan masalah-masalah yang sering
dihadapi seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran,
ketimpangan distribusi pendapatan dan segala aspek yang tidak baik. Peranan
UMKM di Indonesia, yang merupakan salah satu komponen dari sektor industri
pengolahan, secara keseluruhan mempunyai andil yang sangat besar dalam
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Disamping banyak potensi,
juga banyak permasalahan yang dihadapi oleh UMKM karena sifat usahanya yang
dihadapi usaha ini antara lain masalah permodalan dan pemasaran. Permasalahan
lain yang dihadapi adalah penguasaan teknologi yang rendah, kekurangan modal,
akses pasar yang terbatas, kelemahan dalam pengelolaan usaha dan lain
sebagainya. Daerah Kab. Semarang mempunyai potensi industri yang cukup
tinggi, sektor industri mempunyai kontribusi terbesar kedua setelah sektor
perdagangan, hotel dan restoran dalam perolehan produk domestik regional bruto
(PDRB).
Linkage dari sektor tersebut ternyata mampu berpengaruh cukup besar
bagi pertumbuhan sektor usaha mikro,kecil,dan menengah di Kab. Semarang.
Laju pertumbuhan sektor UMKM tersebut dari tahun ke tahun mengalami
fluktuasi.
Tabel 1.1
Pertumbuhan Sektor UMKMdi Kab. Semarang
Tahun 2010-2012 (Unit)
Pengusaha Mikro dan Kecil
No Bidang Usaha 2010 2011 2012
1. Bidang Aneka Jasa 1.261 1.265 1.285
2. Bidang Perdagangan 1.676 1.768 1.781
3. Bidang Industri Pertanian 1.196 1.266 1.270
4. Bidang Industri Non Pertanian 1.174 1.264 1.266
5. Bidang Pertanian 776 864 876
Jumlah 6.083 6.427 6.478
Tabel 1.1 (dilanjutkan)
Pengusaha Menengah
No Bidang Usaha 2010 2011 2012
1. Bidang Aneka Jasa 37 41 41
2. Bidang Perdagangan 62 70 70
3. Bidang Industri Pertanian 15 24 24
4. Bidang Industri Non Pertanian 19 23 23
5. Bidang Pertanian 2 76 76
Jumlah 138 234 234
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM dan Perindag Kab. Semarang
Dari Tabel 1.1. dapat dilihat beberapa jenis usaha mikro kecil dan
menengah di atas hampir semua usaha mengalami tingkat kenaikan dari tahun ke
tahun, sehingga pertumbuhannya menunjukkan angka yang positif. Bidang usaha
yang mengalami pertumbuhan terbesar pada pengusaha mikro dan kecil adalah
bidang perdagangan pada tahun 2010 sebesar 27,55% mengalami kenaikan pada
tahun 2012 sebesar 27,49%. Sedangkan bidang perdagangan pada pengusaha
menengah juga mengalami pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 44,92%
mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 29,91%. Selain bidang
perdagangan, jenis usaha pertanian pada pengusaha menengah juga mengalami
kenaikan yang cukup pesat dari tahun 2010 sebesar 1,45% mengalami kenaikan
pada tahun 2012 sebesar 32,47%. Sedangkan pada pengusaha menengah selain
bidang usaha pertanian, tidak mengalami kenaikan dari tahun 2011-2012 lainnya
mengalami peningkatan dari tiap tahunnya. Sehingga dapat di simpulkan bahwa,
Hal ini mengindikasikan bahwa potensi daerah Kab. Semarang akan usaha mikro
kecil dan menengah sangat potensial.
Salah satu ciri umum yang melekat pada Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) di Indonesia adalah permodalan yang masih lemah. Padahal
modal merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung peningkatan
produksi dan kinerja Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) itu sendiri,
terlebih pada pengusaha mikro maupun pedagang golongan ekonomi lemah
(usaha kecil). Pada kalangan ekonomi lemah ini biasanya terdapat masalah yaitu
kekurangan modal, sehingga seringkali mengalami hambatan dan kesulitan dalam
mengembangkan usahanya. Pengusaha atau pedagang kecil kerap kali terjebak
dengan kebutuhan permodalan dan untuk mengambil cara cepat pedagang
maupun pengusaha mikro akan meminta bantuan permodalan dana atau kredit
usaha kepada rentenir atau praktek lintah darat tersebut.
Banyak dari pengusaha atau pedagang kecil ini tidak terlalu
memperhatikan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi kepada si renternir
sebelum meminjam sejumlah uang atau modal karena kebutuhan yang sangat
mendesak. Pada akhirnya pengusaha mikro dan pedagang kecil ini terjerat hutang
yang makin lama makin bertambah banyak serta bunga pinjamannya menjadi
tinggi karena belum dapat atau tidak dapat melunasi apa saja yang menjadi
kewajiban dan tanggung jawab atas perjanjian terhadap renternir tersebut sesuai
tempo waktu yang telah ditetapkan. Akhirnya akan berdampak negatif pada hasil
bidang usahanya yang lama kelamaan akan menjadi kurang produktif dan
Saat ini banyak sekali dijumpai lembaga pembiayaan yang ditawarkan di
pedesaan hanya saja hasil kerja lembaga pembiayaan desa dengan berbagai
pelayanan yang ditawarkan belum begitu mencapai sasaran seperti yang
diharapkan. Pentingnya permodalan bagi masyarakat pedesaan dan kota kecil
sementara lembaga pembiayaan yang ada belum begitu sukses mengatasinya
maka sangat perlu dipikirkan lembaga dan pola pembiayaan yang mampu
menyentuh golongan ekonomi lemah di pedesaan dan kota kecil yang benar-benar
membutuhkan tambahan modal untuk meningkatkan usaha dan pendapatan
mereka.
Dengan berdirinya BMT akan memberikan kemudahan pelayanan jasa
semi perbankan, terutama bagi pengusaha atau pedagang golongan ekonomi
lemah sehingga akan mampu menggali potensi, meningkatkan produktivitas,
meningkatkan pendapatan serta mengembangkan perekonomian di Indonesia.
Upaya meningkatkan profesionalisme membawa BMT kepada berbagai inovasi
kegiatan usaha dan produk usaha.
BMT pada awalnya berdiri sebagai suatu lembaga ekonomi rakyat yang
membantu masyarakat yang kekurangan, yang miskin dan nyaris miskin (poor
and near poor). Kegiatan utama yang dilakukan dalam BMT ini adalah
pengembangan usaha mikro dan usaha kecil, terutama mengenai bantuan
permodalan. Untuk melancarkan usaha pembiayaan (financing) tersebut, BMT
berupaya menghimpun dana sebanyak-banyaknya yang berasal dari masyarakat
lokal di sekitarnya. Sebagai lembaga keuangan Syariah, BMT harus berpegang
untuk mampu tumbuh dan berkembang. Hampir semua BMT yang ada memilih
koperasi sebagai badan hukum, atau dipakai sebagai konsep pengorganisasiannya.
Sejak adanya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Taruna Sejahtera, UMKM
yang menjadi anggotanya mendapatkan kemudahan untuk dapat mengembangkan
usahanya. Berdirinya BMT ini mampu menggerakkan ekonomi di daerah Kab.
Semarang. Sebelum adanya BMT Taruna Sejahtera jumlah UKMM di daerah
Kab.Semarang belum cukup banyak. Dengan adanya BMT ini dapat membantu
UMKM untuk menambah modal usahanya. Peran dari BMT mendapat sambutan
yang baik dari masyarakat yang menjadi anggota BMT Taruna Sejahtera, hal ini
diungkapkan karena UMKM yang merupakan anggota BMT Taruna Sejahtera
mendapatkan dana bergulir untuk penambahan modal usaha UMKM yang terdiri
dari sektor perdagangan dan sektor jasa.
Mencermati perkembangan BMT hingga pada masa sekarang ini dalam
mencapai kesejahteraan bersama dan dalam rangka menjalankan peran BMT
sebagai pelaku atau lembaga ekonomi rakyat, kiprah dari BMT terhadap
perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kab. Semarang
sangatlah berpengaruh karena dipercaya lebih dari 10 tahun oleh masyarakat
khususnya untuk rakyat kecil dalam hal kredit modal usaha dengan bagi hasil
yang bersaing sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Dari tahun 2010
hingga tahun 2012, terjadi perkembangan UMKM yang meningkat dikarenakan
adanya pemberian pinjaman modal serta kemudahan dalam permohonan kredit
usaha yang diberikan kepada masyarakat guna mengelola usaha mikro hinggga
saja, BMT Taruna Sejahtera juga melayani simpanan berjangka (deposito) dengan
jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Tujuannya tidak hanya untuk
melayani kredit modal usaha saja, tetapi juga bagi pengusaha mikro atau
pedagang kecil ingin menabung atau menyimpan hasil keuntungan dari usaha
mikronya. Dengan pelayanan yang multi-fungsi ini, diharapkan akan semakin
berpengaruh bagi perkembangan usaha mikro yang ada di Kab. Semarang.
Tabel 1.2
Pembiayaan Murabahah dari BMT Taruna Sejahtera Tahun 2012
(Dalam SatuanRupiah)
Pinjaman 10 Bulan 12 Bulan 18 Bulan 20 Bulan
500.000 60.000 52. 000 - -
1.000.000 120.000 103.500 75.600 70.000
2.000.000 240.000 207.000 151.2000 140.000
3.000.000 360.000 310.000 226.700 210.000
4.000.000 480.000 413.000 302.300 280.000
5.000.000 587.500 504.500 365.300 337.500
10.000.000 1.175.000 1.008.500 730.000 675.000
15.000.000 1.762.500 1.512.500 1.096.000 1.012.500
20.000.000 2.350.000 2.017.000 1.461.200 1.350.000
25.000.000 2.937.500 2.521.000 1.826.500 1.687.500
Sumber : Data primer yang diolah
Dari data tabel 1.2 menjelaskan tentang mayoritas pembiayaan murabahah
dari BMT Taruna Sejahtera yang diajukan oleh para pengusaha atau pedagang
yang bergerak dalam UMKM sesuai dengan bidang usahanya. Bagi hasil yang
diberlakukan di BMT Taruna Sejahtera yaitu mulai 1,75% hingga 2% per
diajukan dan diambil oleh debitur tersebut. Pembiayaan usaha s/d Rp. 5.000.000,-
tidak diwajibkan menggunakan jaminan, bagi hasil (mark up) minimal 2% per
bulan dan pembiayaan usaha di atas Rp. 5.000.000,- diharuskan menggunakan
jaminan, bagi hasil (mark up) minimal 1,75% per bulan.
Sebagai lembaga keuangan dalam menyalurkan dananya akan menghadapi
risiko pembiayaan. Supaya lembaga keuangan tersebut berhasil dalam mengatasi
risiko pembiayaan maka perlu dianalisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan agar tidak terjadi
banyaknya kredit macet dan bisa menekan NPL bank pada suatu titik terendah
agar prestasi bank tersebut terus meningkat.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran
pengembalian pembiayaan dari penelitian terdahulu diantaranya adalah mengenai
variabel nilai pinjaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muhammamah
(2008), mengatakan bahwa nilai pinjaman diduga mempengaruhi kelancaran
pengembalian kredit. Anna dan Dwi (2011) dalam penelitiannya menunjukkan
hasil bahwa variabel nilai pinjaman berpengaruh positif terhadap kelancaran
pengembalian kredit, namun pengaruhnya tidak signifikan. Sementara Handoyo
(2009), menunjukkan hasil bahwa variabel nilai pembiayaan diketahui tidak
berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel nilai pinjaman tidak berpengaruh signifikan terhadap
kelancaran pengembalian kredit.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Renggani (1998),
kelancaran pengembalian kredit. Asih (2007) dalam penelitiannya, menunjukkan
bahwa besarnya nilai pinjaman berpengaruh positif dan signifikan pada
kelancaran pengembalian pembiayaan. Kemudian Agustania (2009),
menyimpulkan bahwa besarnya nilai pinjaman memiliki pengaruh positif terhadap
kelancaran pengembalian kredit. Dari beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variabel nilai pinjaman mempunyai
pengaruh signifikan positif terhadap kelancaran pengembalian pembiayaan,
karena apabila nilai pinjaman yang digunakan untuk modal usaha meningkat,
maka akan mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan.
Variabel pengalaman usaha, penelitian yang dilakukan oleh Hidayati
(2003), hasil penelitiannya menyatakan “variabel pengalaman usaha tidak
berpengaruh signifikan pada tingkat kelancaran pengembalian kredit”. Asih
(2007) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa variabel pengalaman usaha
tidak mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat kelancaran pengembalian
kredit. Sementara Muhammamah (2008) dalam penelitiannya menunjukkan hasil
bahwa variabel pengalaman usaha tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran
pengembalian kredit. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel
pengalaman usaha tidak mempunyai pengaruh terhadap kelancaran pengembalian
pembiayaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (1996) mengatakan bahwa
pengalaman usaha nasabah berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian
kredit. Dan penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2009), menyimpulkan
pengembalian pembiayaan.Dari penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel pengalaman usaha akan mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian
pembiayaan murabahah, sebab di dalam mengembangkan UMKM juga
diperlukan pengelaman usaha.
Variabel omzet usaha, penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handoyo
(2009) menyimpulkan bahwa variabel omzet usaha tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat pengembalian pembiayaan. Sedangkan Samti (2011) dalam
penelitiannya menunjukkan menunjukkan hasil bahwa variabel omzet usaha tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelancaran pengembalian kredit.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Asih (2007) menunjukkan
bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh mitra binaan
maka semakin besar pula pengembalian kreditnya. Agustania (2009) menyatakan
bahwa besarnya omzet usaha berpengaruh nyata terhadap kelancaran
pengembalian kredit. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Triwibowo
(2009) menyimpulkan bahwa Semakin tinggi omzet usaha maka semakin baik
tingkat kesadaran seorang nasabah untuk mengembalikan kredit. Dari beberapa
penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variabel omzet usaha akan
mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian pembiayaan murabahah, karena
jika omzet usaha meningkat maka akan mempengaruhi kelancaran dalam
pengembalian pembiayaan.
Penelitian mengenai variabel tingkat pendidikan dilakukan oleh Asih
(2007) menjelaskan tingkat pendidikan bukanlah jaminan, bahwa dengan semakin
baik (lancar). Kemudian Muhammamah (2008) menyimpulkan bahwa, variabel
tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian
kredit.
Tetapi Renggani (1998) menjelaskan bahwavariabel tingkat pendidikan
berpengaruh signifikan negatif terhadap kelancaran pengembalian kredit. Serta
penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2009) menyimpulkan bahwa variabel
tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian
kredit. Sementara penelitian Anna dan Dwi (2011) menunjukkan bahwa variabel
tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kelancaran
pengembalian KUR-Kupedes.Dari hasil penelitian di atas dapat diambil
kesimpulan, semakin tinggi pendidikan yang dicapai, nasabah mempunyai dasar
yang kuat untuk mengelola usahanya dengan baik, sehingga pendidikan dapat
dipandang berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.
Variabel usia, penelitian yang dilakukan oleh Asih (2007)yang hasil
penelitiannya menyatakan mitra binaan yang berusia 30-35 tahun cenderung
memiliki tanggung jawab yang besar untuk mengembalikan kredit dibandingkan
dengan usia yang lainnya. Sementara Muhammamah (2008) dalam penelitiannya
menunjukkan hasil bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kelancaran pengembalian KUR-Kupedes.Penelitian yang
dilakukan oleh Triwibowo (2009), menyimpulkan bahwa bertambahnya usia
responden menyebabkan responden semakin lancar dalam pengembalian
kredit.Sedangkan Hidayati (2003) menyimpulkan bahwa usia berpengaruh
Dari beberapa hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa, usia
seseorang dapat mempengaruhi tingkat kemampuan yang dimiliki dalam
melakukan aktivitas atau usaha. Seseorang yang masih berusia muda lebih aktif
dan lebih bersemangat dalam menjalankan pekerjaannya dibandingkan seseorang
yang memiliki usia lebih tua yang kondisi fisik dan energinya semakin menurun,
sehingga grafik untuk menjalankan pekerjaannya pun akan semakin menurun.
Seseorang yang mempunyai usia muda cenderung menyukai tantangan dan
bersikap lebih aktif terhadap tantangan daripada seseorang yang mempunyai usia
lebih tua yang cenderung pasif terhadap tantangan.
Variabel tanggungan keluarga, pada penelitian yang dilakukan oleh
Hidayati (2003), menyimpulkan bahwa tanggungan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kelancaran pengembalian kredit. Penelitian mengenai variabel
tanggungan dilakukan oleh Asih (2007) yang menunjukkan bahwa dengan
banyaknya tanggungan keluarga mitra binaan maka pengembalian kreditnya
semakin tidak lancar. Kemudian penelitian Muhammamah (2008) menyatakan
bahwa tanggungan dalam keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap kelancaran
pengembalian kredit. Sedangkan Triwibowo (2009) menyimpulkan bahwa
semakin banyak tanggungan keluarga responden, menyebabkan responden
semakin tidak lancar dalam pengembalian kredit.
Sehingga dapat diambil kesimpulan, semakin banyaknya tanggungan
keluarga maka tingkat pengeluaran sehari-harinya pun akan semakin bertambah
dan hal tersebut berdampak negatif bagi para tulang punggung keluarga. Jika para
mereka akan menempuh cara meminjam kredit demi mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya.
Tabel 1.3
Research Gap
Variabel Isu Penulis dan
Tahun Hasil Penelitian Asih (2007) Besarnya nilai pinjaman
berpengaruh positif dan signifikan Asih (2007) Dalam penelitiannya menunjukkan
Tabel 1.3 (dilanjutkan)
Omzet Usaha Variabel omzet usaha tidak
Samti (2011) Dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa variabel omzet usaha tidak berpengaruh signifikan
Asih (2007) Dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya penghasilan usaha yang diterima oleh mitra binaan maka semakin besar pula pengembalian
Semakin tinggi omzet usaha maka semakin baik tingkat kesadaran seorang nasabah untuk
mengembalikan kredit.
Tabel 1.3 (dilanjutkan)
Asih (2007) Dapat disimpulkan tingkat pendidikan bukanlah jaminan,
Tabel 1.3 (dilanjutkan) Asih (2007) Disimpulkan bahwa dengan
Berdasarkan permasalahan yang mendasari penelitian ini karena
ditemukan perbedaan pendapat (research gap) antara hasil penelitian terdahulu
dan adanya research problem mengenai lembaga keuangan agar bisa mengatasi
risiko pembiayaan sehingga dapat menghilangkan kasus penunggakan agar
kinerja, profitabilitas, dan likuiditas bank semakin baik dan semakin dapat
menekan tingkat NPL. Berdasarkan beberapa teori dan penelitian terdahulu maka
penulis mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
(UMKM) DI BMT TARUNA SEJAHTERA (FEBRUARI-AGUSTUS 2014)”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah (research problem) dalam penelitian ini adalah adanya
perbedaan hasil penelitian terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pengembalian pembiayaan dan ada fenomena yang menarik untuk
diteliti karena fenomena tersebut berbeda dengan kondisi biasanya. BMT Taruna
Sejahtera perlu mempertahankan kondisi tersebut dan bisa mengatasi risiko
pembiayaan sehingga dapat menghilangkan kasus penunggakan agar kinerja,
profitabilitas, dan likuiditas bank semakin baik dan semakin dapat menekan
tingkat NPL pembiayaan. Maka perlu dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kelancaran pengembalian pembiayaan mudharabah pada UMKM di BMT Taruna
penelitian (research gap) dan researchproblem tersebut, maka penulis membuat
pertanyaan penelitian (researchquestion), sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh variabel nilai pinjaman terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera?
2. Bagaimanakah pengaruh variabel pengalaman usaha terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera?
3. Bagaimanakah pengaruh variabel omzet usaha terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera?
4. Bagaimanakah pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera?
5. Bagaimanakah pengaruh variabel usia terhadap kelancaran pengembalian
pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna Sejahtera?
6. Bagaimanakah pengaruh variabel tanggungan keluarga terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka penelitian ini mempunyai
tujuan yang diharapkan.Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini,
dengan berdasarkanmasalah-masalah yang tercantum dalam identifikasi masalah
adalah sebagaiberikut :
1. Menganalisis pengaruh variabel nilai pinjaman terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera.
2. Menganalisis pengaruh variabel pengalaman usaha terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera.
3. Menganalisis pengaruh variabel omzet usaha terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera.
4. Menganalisis pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap kelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
Sejahtera.
5. Menganalisis pengaruh variabel usia terhadap kelancaranpengembalian
pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna Sejahtera.
6. Menganalisis pengaruh variabel tanggungan keluarga terhadapkelancaran
pengembalian pembiayaan murabahah pada UMKM di BMT Taruna
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut :
1. Bagi pihak BMT
Hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai gambaran tentang keadaan
pembiayaan murabahah bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembiayaan, khususnya dalam
menyalurkan pembiayaan yang lebih efektif bagi UMKM. Berguna untuk
manajemen BMT Taruna Sejahtera agar mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan pada UMKM, sehingga
bisa meningkatkan kualitas pembiayaan dan bisa menekan NPL sampai titik
terendah.
2. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya sebagai salah satu sumber informasi.
Diharapkan penelitian ini juga memberikan manfaat bagi masyarakat pada
umumnya dan dapat juga dijadikan sebagai bahan perbandingan serta bahan
kepustakaan guna menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan.
3. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan di bidang perbankan,
dapat menerapkan disiplin ilmu yang di dapat saat kuliah, berpikir kritis dan
E. Sistematika Penulisan
Untuk kejelasan dan ketetapan arah pembahasan dalam skripsi ini penulis
menyusun sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II : Kajian Pustaka
Menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan
penelitian terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik
penelitian, kerangka penelitian yang berisi telaah kritis untuk
menghasilkan hipotesis dan model penelitian yang akan diuji,
serta hipotesis penelitian yang menjadi pedoman dalam analisis
data.
BAB III : Metode Penelitian
Bab Metode Penelitian berisi variabel penelitian yang digunakan,
penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, skala
pengukuran, definisi operasional variabel, metode pengumpulan
BAB IV : Analisan Penelitian
Menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, serta analisa
data.
BAB V : Penutup
Mencakup uraian yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
Penelitian terdahulu merupakan kumpulan hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan mempunyai kaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan
murabahah telah diteliti pada berbagai penelitian terdahulu. Asih (2007) hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa besarnya pinjaman, tingkat pendidikan, usia,
tanggungan keluarga, pengalaman usaha dan penghasilan bersih berpengaruh
positif sehingga peluang pengembalian kredit lancar akan semakin besar. Tingkat
suku bunga, dummy lama menempati tempat tinggal dan dummy pendapatan lain
diluar usaha berpengaruh negatif sehingga peluang pengembalian kredit lancar
akan semakin kecil. Metode yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah
analisis deskriptif melalui crosstabulations menggunakan software SPSS 13 dan
analisis statistik melalui analisis model binary (probit) pada software E-views 4.1.
Anna dan Dwi (2011) melakukan penelitian dengan menggunakan model
analisis linier berganda pada faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi KUR
Kupedes. Sedangkan, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian
KUR Kupedes menggunakan model analisis regresi logistik biner. Dari hasil
pendapatan bersih per bulan, jenis usaha, kredit yang diajukan, dan nilai agunan
berpengaruh terhadap realisasi KUR Kupedes pada BRI Unit X. Sedangkan
faktor-faktor yang berpengaruh siginifikan terhadap pengembalian KUR adalah
jenis kelamin, kewajiban per bulan, jangka waktu pengembalian, dan tingkat
pendidikan.
Adapun penelitian Handoyo (2009) dengan menggunakan model analisis
regresi logistik mengemukakan bahwa omzet usaha, pengalaman usaha, serta
frekuensi peminjaman memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat
pengembalian pinjaman tersebut. Sementara itu faktor yang sebelumnya diduga
berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti tingkat pendidikan,
besarnya nilai pinjaman, jangka waktu pengembalian, pola penagihan pinjaman
serta penggunaan pinjaman ternyata tidak berperan dalam menentukan
kemampuan pengembalian kredit.
Hidayati (2003) melakukan penelitian menggunakan uji Rank Spearman
untuk melihat hubungan antar variabel-variabel yang diamati dan untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pola penggunaan dan pengembalian
kredit digunakan analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitiannya tentang
pola pengembalian kredit disebutkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata
terhadap pola pengembalian kredit adalah umur dan pengalaman mengambil
kredit. Semakin tua umur pengusaha maka akan semakin lancar pengembalian
kreditnya. Kemudian semakin sering pengusaha mengambil kredit maka akan
mengambil kredit akan meningkatkan pengalaman dalam peminjaman dan lebih
berani mengambil resiko menunggak.
Muhammah (2008) hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet
usaha serta frekuensi peminjaman kredit memberikan pengaruh yang nyata
terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor
yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit
seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga, jarak rumah
dengan kantor unit lama usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga
ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.
Prasetyo (1996) melakukan penelitian dan menunjukkan bahwa penyebab
lemahnya pengembalian kredit oleh petani dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:
a) Prosedur yang berbelit; b) Penyimpangan penggunaan kredit; c) Tidak adanya
hukuman atas keterlambatan pengembalian kredit; d) Kurangnya perangsang
pengembalian; e) Adanya permintaan kredit fiktif; f) Rendahnya efektivitas
penagihan oleh petugas kredit.
Renggani (1998) dalam penelitiannya yang menggunakan analisis Regresi
Linier Berganda menunjukkan bahwa nilai pinjaman, biaya transportasi,
borrowing cost, jangka waktu realisasi pembiayaan dan intensitas hubungan
dengan pengurus berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian kredit.
Semakin besar nilai pinjaman, biaya transportasi, dan borrowing cost
menyebabkan tingkat pengembalian kredit akan semakin rendah. Jangka waktu
realisasi pembiayaan yang semakin lama juga menyebabkan pengembalian kredit
sedangkan faktor intensitas hubungan dengan pengurus yang diukur dengan
banyaknya pengurus BMT yang dikenal ternyata menunjukkan bahwa semakin
banyak pengurus yang dikenal justru membuat tingkat pengembalian kredit
semakin rendah. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap
tingkat pengembalian kredit yaitu jumlah selisih pendapatan dan pengeluaran
keluarga, tingkat pendidikan nasabah dan jenis penggunaan pembiayaan. Semakin
besar pendapatan bersih keluarga dan semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah
maka tingkat pengembalian kredit akan semakin tinggi. Penggunaan kredit
berpengaruh positif untuk penggunaan kegiatan produktif, bukan konsumtif.
Triwibowo (2009) melakukan penelitian menggunakan data primer dan
data sekunder. Analisis datanya menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi
logistik. Berdasarkan hasil penelitiannya tentang Faktor-faktor yang berpengaruh
nyata terhadap pengembalian kredit pada sektor perdagangan agribisnis yang
mengalami kredit bermasalah adalah tanggungan keluarga, pengalaman
pengambilan kredit, omzet usaha, dan beban bunga.
Secara umum, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pengembalian
pembiayaan pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut mewakili karakteristik
personal, karakteristik usaha, dan karakteristik pembiayaan. Karakter personal
meliputi usia, jenis kelamin, jarak rumah nasabah dengan bank, tanggungan
keluarga, tingkat pendidikan, serta pembinaan. Karakter usaha meliputi
pengalaman usaha, omzet usaha, serta pengalaman/frekuensi peminjaman
pembiayaan. Sedangkan karakter pembiayaan meliputi jumlah peminjaman, beban
pola penagihan. Masing-masing penelitian tidak menggunakan seluruh faktor,
melainkan hanya faktor-faktor yang dianggap peneliti relevan terhadap objek
penelitian.
Walaupun berbagai penelitian dengan objek pembiayaan kepada golongan
ekonomi lemah ini telah banyak dilakukan, penelitian terkait dengan objek serupa
akan perlu terus dilakukan. Hal ini berkaitan dengan berkembangnya inisiatif
pemerintah untuk terus mendukung pengembangan golongan ekonomi lemah
tersebut dan kajian serta evaluasi mengenai keadaan yang terjadi di lapangan akan
dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak untuk melakukan perbaikan secara
terus-menerus.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu. Kesamaan
terdapat pada beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian
pembiayaan. Faktor-faktor yang di dalam penelitian ini diduga mempengaruhi
tingkat pengembalian pembiayaan murabahah terdiri dari tanggungan dalam
keluarga, tingkat pendidikan, dan usia yang merupakan karakteristik personal.
Karakteristik usaha yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian
pembiayaan adalah pendapatan/omzet usaha, dan pengalaman usaha. Sementara
itu, Karakteristik pembiayaan yaitu besarnya nilai pinjaman yang diterima.
Kesamaan juga terdapat pada alat analisis yang digunakan dalam penelitian
terdahulu, yaitu penggunaan analisis regresi linier untuk menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelancaran pengembalian pembiayaan
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
penelitian ini meneliti tentang Pembiayaan Murabahah yang pembiayaannya
rentan terhadap pembiayaan macet, selain itu obyek penelitiannya yaitu di BMT
Taruna Sejahtera yang obyeknya tergolong baru dan belum pernah ada yang
meneliti.
B. Landasan Teori
Beberapa landasan teori yang di pakai dalam penelitian ini, antara lain:
1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM )
Definisi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki beberapa
pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya, yakni sebagai berikut :
1.) Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) :
a. Usaha Mikro
Adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha mikro dapat dilihat pada
Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
1. Usaha mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
Ciri-ciri usaha mikro menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
1. Jenis barang/ komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu
dapat berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun,
dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;
Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa
wirausaha yang memadai.
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.
5. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari
mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh usaha mikro :
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;
2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu
dan rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar;
5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan
penjahit (konveksi).
b. Usaha Kecil
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha
kecil dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
1. Usaha kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00
(dua miliyar lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak
berpindah-pindah;
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan
keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;
4. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP;
5. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha;
6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal;
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
Contoh usaha kecil :
1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga
kerja;
2. Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;
3. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu
dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan
industri kerajinan tangan;
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
c. Usaha Menengah
Adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Adapun kriteria usaha
menengah dapat dilihat pada Pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa:
1. Usaha menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
miliyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00, (lima puluh milyar rupiah).
Ciri-ciri usaha menengah menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003:
1. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas
yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan,
telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan;
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan;
5. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;
6. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan
terdidik.
Contoh usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh
sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:
1. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala
menengah;
2. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;
3. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa
transportasi taxi dan bus antar profinsi;
4. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;
5. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer
2.) Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah
karyawan merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) untuk menilai usaha mikro, kecil dan menengah, sebagai
berikut :
a. Usaha Mikro : Memiliki 1 – 4 orang tenaga kerja.
b. Usaha Kecil : Memiliki 5 – 19 orang tenaga kerja.
c. Usaha Menengah : Memiliki 20 – 99 orang tenaga kerja.
d. Usaha Besar : Memiliki di atas 99 orang tenaga kerja.
2. Baitul Maal Wattamwil (BMT)
BMT adalah sebuah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang memadukan
kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Dalam definisi operasional, BMT
adalah lembaga usaha ekonomi rakyat kecil yang beranggotakan orang-seorang
atau badan hukum berdasarkan prinsip syariah (Pinbuk, 2008).
Sedangkan menurut Muhammad (2004), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa yang tidak menggunakan bunga tetapi menggunakan sistem bagi
hasil yang produknya sendiri berlandaskan pada Al-Qura’an dan Hadits Nabi
a. Ciri-Ciri BMT
Baitul Maal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Visi dan misinya sosial
2. Mempunyai fungsi sebagai mediator
3. Tidak boleh mengambil profit apapun
4. Pembiayaan operasi diambil 12,5 % dari total zakat yang diterima, yang
merupakan bagian amil zakat.
5. Penyalurannya dialokasikan pada mereka yang berhak menerima atau disebut
Mustahik.
Sedangkan Baitut Tamwil mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Visi dan misinya ekonomi dan profit motif
2. Dijalankan dengan prinsip ekonomi islam
3. Berfungsi sebagai mediator atau financial intermediary antar pihak kelebihan
dana dengan pihak yang kekurangan dana.
4. Merupakan wajib zakat.
b. Fungsi BMT
Ridwan (2004) menyatakan, dalam rangka mencapai tujuannya, BMT
berfungsi:
a. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota dan daerah
b. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan islami
sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan.
c. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
d. Menjadi perantara keuangan antara aghniya (orang-orang kaya) dengan
du’afa, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf,
hibah.
e. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal
maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha
produktif.
c. Tujuan dan Analisis Pembiayaan BMT
Pembiayaan yang diberikan BMT kepada pengusaha mikro dan kecil
dalam Muhammad(2004), diberikan dalam rangka untuk :
1. Upaya memaksimalkan laba
Artinya: setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu
menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha menginginkan mampu mencapai
laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu
dukungan dana yang cukup.
2. Upaya meminimalkan resiko
Artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal,
Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan
pembiayaan.
3. Pendayagunaan sumber ekonomi
Artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan
mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber
daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan
sumber modal tidak ada. Maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan
demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna
sumber-sumber daya ekonomi.
4. Penyaluran kelebihan dana
Artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan
sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah
dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam
penyeimbangan dan penyaluran kelebihan (surplus) kepada pihak yang
kekurangan (minus) dana.
Sehubungan dengan aktivitas BMT, maka pembiayaan merupakan sumber
pendapatan bagi BMT. Oleh karena itu, tujuan pembiayaan yang dilaksanakan
BMT adalah untuk memenuhi kepentingan stakeholder menurut Muhammad
(2004), yaitu:
1. Pemilik
Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan
2. Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari BMT yang
dikelolanya.
3. Masyarakat
a) Pemilik dana
Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang
diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
b) Debitur yang bersangkutan
Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna
menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan
barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif).
c) Masyarakat umumnya atau konsumen
Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkannya.
4. Pemerintah
Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan
pembangunan Negara, di samping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak
penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan juga
perusahaanperusahaan).
5. BMT
Bagi BMT yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan
BMT dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap bertahan
dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang
d. Prinsip BMT
Menurut Ridwan (2004) dalam melaksanakan usahanya BMT, berpegang
teguh pada prinsip utama sebagai berikut:
1. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan
mengimplementasi-kannya pada prinsip-prinsip Syariah dan mu’amalah Islam kedalam
kehidupan nyata.
2. Keterpaduan, yakni nilai-nilai spiritual dan moral menggerakkan dan
mengarahkan etika bisnis yang dinamis, proaktif, progresif adil dan berakhlaq
mulia.
3. Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi.
4. Kebersamaan, yakni kesatuan pola pikir, sikap dan cita-cita antar semua
elemen BMT.
5. Kemandirian, yakni mandiri diatas semua golongan politik, tidak tergantung
pada dana-dana pinjaman tetapi senantiasa proaktif untuk menggalang dana
masyarakat sebanyak-banyaknya.
6. Profesionalisme, yakni semangat kerja yang tinggi, dengan bekal
pengetahuan, dan keterampilan yang senantiasa ditingkatkan yang dilandasi
keimanan. Kerja yang tidak hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja,
tetapi juga kenikmatan dan kepuasan rohani dan akherat.
7. Istiqomah, yakni konsisten, konsekuen, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti
Prinsip analisis pembiayaan BMT didasarkan pada rumus 5C, yaiitu :
1. Character artinya sifat atau karakter anggota pengambil pinjaman.
2. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil.
3. Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.
4. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam
kepada BMT.
5. Condition artinya keadaan usaha atau anggota prospek atau tidak.
e. Sistem Pembiayaan BMT
Menurut Antonio (2008) pembiayaan merupakan salah satu tugas BMT,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan
dapat dibagi menjadi dua hal yaitu :
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk pemenuhan
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi,
maupun
b. Secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; untuk
keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place darisuatu barang.
c. Pembiaayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
f. Pembiayaan Murabahah
Adalah kegiatan menjual suatu barang dengan modal asli bersama
tambahan keuntungan yang jelas. Dalam penerapannya BMT bertindak sebagi
pembeli sekaligus penjual barang halal tertentu yang dibutuhkan anggota.
Besarnya keuntungan yang diambil oleh BMT atas transaksi murabahah bersifat
konstan. Keadaan ini berlangsung sampai akhir pelunasan utang oleh anggota
kepada BMT. Menurut Ahmad Sumiyanto (2008) akad murabahah dapat dilihat
Gambar 2.1 Akad Murabahah
Secara umum murabahah memiliki syarat-syarat :
a) BMT memberitahu biaya modal (harga pokok) kepada anggota.
b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c) Kontrak harus bebas dari riba.
d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya pembelian dilakukan secara hutang.
g. Manfaat dan Resiko Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat
dan resiko. Manfaat murabahah adanya keuntungan yang muncul dari selisih
harga beli dari penjualan dengan harga jual kepada nasabah. Sedangkan resiko
yang harus diantisipasi antara lain (Antonio, 2008):
1. Default/kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran. Apabila
nasabah mampu akan tetapi tidak mau membayar angsuran (tidak mempunyai
mulai dari surat peringatan sampai sita jaminan. Bahkan bank dapat
memberikan ta’widatas perilakuwanprestasi nasabah ini. Untuk memberikan
kepatian hukum dalam hal ini maka dalam akta murabahah yang
ditandatangani nasabah dan bank harus diadaptasi dengan baik sehingga
segala langkah dan solusi yang diambil oleh bank tidak cacat hukum.
Dalam hal pemberian ta’wid misalnya, maka bank harus membuat draft
perjanjian yang mengakomodir seluruh langkah dan konsekwensi hukum dari
akad murabahah yang telah disepakati dengan nasabah. Sehingga tidak akan
terjadi permasalahan hukum yang melemahkan bagi pihak bank dan nasabah
karena perilaku yang dibuatnya. Sementara apabila yang menjadi penyebab
nasabah tidak mampu membayar angsuran karena memang
ketidakmampuannya maka demi mencari jalan keluar yang terbaik antara
bank dan nasabah dapat memutuskan dengan jalan musyawarah dengan cara
yang terbaik.Hal ini sebagai mana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah
ayat 280:
َنوُمَلْعَت ْمُتْنُك ْنِإ ْمُكَل ٌرْيَخ اوُقَّدَصَت ْنَأَو ٍةَرَسْيَم ىَلِإ ٌةَرِظَنَف ٍةَرْسُع وُذ َناَك ْنِإَو
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai Dia berkelapangan dan menyedekahkan (sebagian atau
semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”.
Namun apabila musyawarah pun tidak memberikan jalan keluar yang terbaik
maka salah satu pihak boleh mengajukan perkaranya ke Pengadilan Agama
dibiarkan berlarut-larut maka akan merugikan bank karena bank harus
menjaga rentabilitasnya.
2. Fluktuasi harga komparatif. Bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank
membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa menaikkan harga karena
berbagai sebab. Rusak diperjalanan sehingga nasabah tidak mau
menerimanya karena itu besaiknnya dilindungi oleh asuransi. Kemungkinan
lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda dengan yang
ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan
penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. Bank mempunyai
risiko untuk menjualnya kepada pihak lain
3. Dijual, karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka ketika
kontrak ditandatangani barang itu akan menjadi milik nasabah. Nasabah
bebas melakukan apapun terhadap asset miliknya tersebut termasuk untuk
menjualnya. Jika terjadi demikian maka resiko untuk terjadinya default
semakin besar.
3. Analisis Pembiayaan
Pihak bank harus berhati-hati, teliti, dan cermat apabila akan
meminjamkan pembiayaan sebaiknya dinilai dulu calon debiturnya. Meskipun
sifat kehati-hatian dan ketelitian tidak menghilangkan seratus persen
ketidakpastian, namun dengan kecermatan setidaknya dapat membantu
memperkecil risiko.Memperkecil risiko dapat dilakukan dengan menggunakan
pembiayaan yang berarti suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau
menilai suatu permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur
pembiayaan sehingga dapat memberikan keyakinan kepadapihak bank bahwa
proyek yang akan dibiayai nantinya cukup layak.
a. Analisis 5C
Analisis pembiayaan bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan
nasabahdalam memenuhi kewajibannya untuk melunasi pembiayaan yang
diterimanya yangmencakup angsuran pokok dan bagi hasil pinjaman yang sudah
disepakatisebelumnya. Menurut Kasmir (2000), analisis 5C dianggap sebagai
analisis yang cukupefektif digunakan pada Perbankan karena analisis initerbukti
telah cukup mendiskripsikan keadaan nasabahpembiayaan. Analisa ini dapat
dijabarkan ke dalam poin-poindi bawah ini:
1) Character
Character disini adalah watak atau sifat calon debitur. Tujuannya
adalah untuk memberikankeyakinan kepada bank syariah bahwa sifat
atauwatak dari debitur benar-benar dapatdipercaya.Keyakinan ini tercermin
dari tercermindari latar belakang calon debitur baik pekerjaannyamaupun
kepribadiannya.
Menurut Kasmir (2000), Character merupakan ukuran untuk menilai
kemauan nasabah untuk membayar pembiayaan. Orang yang memiliki