HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR
DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus : Pada Siswa-siswi IPA dan IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Disusun oleh : DWI WIDIYANTO
NIM : 011334092
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Seandainya layak, kupersembahkan untuk mereka yang senantiasa ada
dihati, yang telah memberikan doa dan restu, semangat serta bantuan dalam
berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan
bagi mereka semua, yaitu :
Kepada Bapakku
PUSIYO
dan IbukuWIDAYATI
tercinta yangdengan tulus dan doa restunya, aku bisa menjadi seperti ini
Kepada kakakkuANNARIMANINGSIH
dan adikkuAGUS
TRINUGROHO
Kepada mbahku
ATMO DIWIRYO
(simpen) Kepada blik dan pak lik yang ada di nanggulan, gamping, jakarta, surakarta, jember
Seseorang yang akan jadi bidadariku, yang akan aku cintai sepenuh hati dalam hidup dan mati, yang akan aku harapkan jadi
teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki jalan ilahi Buat diriku yang satu-satunya orang yang akan terus berhubungan
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR
DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI
Studi Kasus : Siswa-siswi IPA dan IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu
Dwi Widiyanto Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (3) hubungan prestasi belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi; dan (4) hubungan status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu, yang berjumlah 80 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi product moment, sedangkan untuk menjawab masalah keempat digunakananalisis korelasi ganda.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS’ SOCIAL ECONOMY STATUS, LEARNING ENVIRONMENT FACTOR, LEARNING ACHIEVEMENT AND THE INTEREST OF CONTIUNING STUDY TO
UNIVERSITY
A Case study : The students of IPA and IPS the XI grade of SMA Pangudi Luhur Sedayu
Dwi Widiyanto Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The objective of this research are to know about: (1) parents’ economy social status and the interest of continuing study to university; (2) the relationship of learning environment factor and the interest of continuing study to university; (3) the relationship of learning achievement and the interest of continuing study to university; and (4) the relationship between parents’ economy social status, learning environment factor, learning achievement and the interest of continuing study to university.
The population of this research is 80 students of the XI grade of SMA Pangudi Luhur Sedayu. The data of this research taken by applying questionnaire and documentation. To answer the first problem, second problem, and third problem, product moment correlation analysis was applied, and to answer the fourth problemdouble correlation analysiswas used.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar,
dan Prestasi Belajar dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi.
Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,
semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi
ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.
2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Universitas sanata Dharma Yogyakarta.
4. Drs. Fx. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan
waktunya, memberikan saran, masukan, dan pengarahan-pengarahan kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.
5. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, dan
pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan selama penulis belajar di USD.
7. Drs. Markoes Padmonegoro, selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur
Sedayu yang telah memberikan ijin untuk penelitian dan Blik Sri yang telah
membantu penulis dalam pencarian data.
8.
Kedua orang tuaku, Bapak PUSIYO dan Ibu WIDAYATI
yang tercinta,dan kakakku
ANNA
dan adikkuAGUS
, yang tidak pernah lelah memberikandoa, kasih sayang, doa restu, perhatian, dukungan baik moril maupun materiil,
serta semangat kepada penulis.
9. Teruntuk Mbahku Atmo Diwiryo ‘Simpen’, Bulik Jumini, lik Parno, lik
Sarono, blik Pur terima kasih atas dorongan dan semangatnya selama ini.
10. Buat adik sepupuku Sulis (Alm), Heni, Lyla n si kecil Ega belajar yang rajin
gapai cita-cita setinggi mungkin dengan keyakinan dan perjuangan.
11. Keluarga besarku di Nanggulan makasih atas semuanya.
12. Buat tanteku FITRI thank’s
13. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Akuntansi ; Joko ‘suthur’,
Taryono, Heru ‘Kompos’, Allan ‘jembling’, Wawan‘bakwan’, Satya,
Heru‘Grandong’, Anry‘kontrek’, Sunu ‘Paijo n Paijem’, Beni
‘bendot’, Yudha ‘gudhel’, Eka ‘colly’, Diar ‘Beda’, Adi
‘Sardjoe’, Sigit ‘wewek’, Arie‘teklek’, Cipi, Remond, Andre, Anton
14. Temen-temen kampungku GIYOSO : Nardi ‘Nthit’, Waldiyono ‘tolet’,
Adam ‘klomoh’, Maman ‘Menyul’, Andi ‘Simbah’, Wawan
‘Wowok’, Agus ‘Bladus’, Supri ‘Weker’, Supri
‘Cibonk’, Heri ‘bemo’ and base campku THUNTENG,
Akhirnya aku jadi S.Pd dab!!
15. Thank’s to Rismas A l- Muminum&T unasJayaGiyoso atas kepercayaan yang
diberikan selama ini.
16. Pendidikan Akuntansi 2001 yang tidak bisa sebutkan satu persatu.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Yogyakarta, 2 Oktober 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 11
3. Lingkungan Belajar ... 14
4. Prestasi Belajar ... 21
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 23
C. Kerangka Berfikir ... 24
1. Hubungan antara status ekonomi orang tua dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 24
2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 25
3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 27
4. Hubungan antara status ekonomi orang tua faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 28
D. Hipotesis Penelitian ... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31
C. Populasi ... 31
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ... 36
F. Teknik Pengujian Kuesioner ... 37
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. Gambaran umum sekolah ... 47
B. Visi dan Misi ... 50
C. Organisasi ... 52
D. Sumber Daya Manusia ... 53
E. Siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu ... 55
F. Sarana dan Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 56
G. Kurikulum ... 57
H. Majelis Sekolah / Dewan Sekolah ... 58
I. Hubungan antara Sekolah dengan Masyarakat ... 59
J. Usaha Antara Sekolah Dengan masyarakat ... 59
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 61
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 71
C. Pengujian Hipotesis ... 74
D. Pembahasan ... 81
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 87
C. Saran-saran ... 88
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas ... 38
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Penelitian ... 40
Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 61
Tabel 5.2 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu ... 62
Tabel 5.3 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ayah ... 63
Tabel 5.4 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ibu ... 64
Tabel 5.5 Deskripsi Pendapatan Ayah ... 64
Tabel 5.6 Deskripsi Pendapatan Ibu ... 65
Tabel 5.7 Deskripsi Fasilitas Keluarga ... 66
Tabel 5.8 Deskripsi Fasilitas Keluarga ... 68
Tabel 5.9 Deskripsi Lingkungan Belajar ... 69
Tabel 5.10 Deskripsi Prestasi Belajar ... 70
Tabel 5.11 Deskripsi Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi ... 71
Tabel 5.12 Tabel Uji Normalitas ... 72
Tabel 5.13 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 73
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 92
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 97
Lampiran 3 Distribusi Frekuensi ... 102
Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 123
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Lineritas ... 134
Lampiran 6 Analisis Product Moment dan Regresi ... 139
Lampiran 7 Sumbangan Efektif dan Relatif ... 151
Lampiran 8 Tabel r, t, dan F ... 154
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sukses dalam hidup merupakan suatu kondisi yang selalu diinginkan
oleh setiap orang. Salah satu cara untuk menuju ke kondisi tersebut sukses
adalah melalui pendidikan. Pencapaian sukses melalui jalur pendidikan
memerlukan waktu yang panjang, dengan berbagai kendala baik eksternal
maupun internal. Kendala eksternal adalah segala hal yang berasal dari luar
individu. Contohnya adalah lingkungan sosial dan keluarga. Sedangkan untuk
kendala internal adalah segala hal yang berasal dari dalam diri individu yang
bersangkutan. Contoh kendala internal adalah kondisi fisik, minat, dan
motivasi.
Pada masyarakat yang semakin maju itu, prestasi seseorang di bidang
pendidikan dipandang amat penting. Karenanya lembaga-lembaga pendidikan
formal (sekolah) cenderung sangat menekankan proses belajar yang baik,
suasana kompetitif di kelas, dan keberhasilan siswa dalam menempuh tes atau
ujian. Persoalan prestasi atau keberhasilan siswa dalam belajar mendapat
perhatian khusus. Alasannya lulusan diharapkan mampu melihat akibat-akibat
yang mungkin timbul dihadapi dikemudian hari sebagai akibat
pilihan-pilihannya mengenai sekolah dan pekerjaan.
Pendidikan sering dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang
memberikan pengorbanan yang besar untuk pendidikan anak-anaknya. Ada
harapan dari para orang tua bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang
lebih baik. Sayangnya, untuk memperoleh pendidikan diperlukan biaya yang
cukup banyak. Biaya pendidikan yang tinggi inilah yang kadang menjadi
kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Banyak
diantara mereka putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya untuk pendidikan.
Pada akhirnya saat siswa hendak mengambil keputusan studi lanjut, mereka
harus mempertimbangkan dua hal (W.S Winkel, 1984:31): (1) Kemampuan
intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup dan kemampuan finansial
dan (2) Tidak dapat diabaikan pula harapan dari keluarga serta kewajiban
keluarga.
Dalam penelitian ini penulis bermaksud menyelidiki minat studi lulusan
SMA Pangudi Luhur melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini menarik
untuk dilakukan penelitian oleh sebab lulusan SMA Pangudi Luhur
kebanyakan setelah lulus banyak yang langsung mencari kerja. Sedangkan
tujuan pendidikan SMA Pangudi Luhur bukanlah untuk itu, tetapi lulusan
diharapkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ada banyak faktor yang menyebabkan tinggi/rendahnya minat siswa
melanjutkan studi ke perguruan tinggi, faktor-faktor tersebut antara lain status
sosial ekonomi orang tua, lingkungan belajar, prestasi belajar, motivasi, dan
ekonomi orang tua, lingkungan belajar dan prestasi belajar. Ketiga faktor
tersebut diduga kuat merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi
tinggi/rendahnya minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Status sosial ekonomi orang tua adalah salah satu pembeda penduduk
dalam suatu masyarakat. Status sosial masyarakat menunjukkan sejumlah
tingkatan atau lapisan ekonomi yang berjenjang dalam masyarakat dari lapisan
tinggi sampai dengan lapisan bawah. Siswa dari latar belakang status sosial
ekonomi orang tua yang tinggi diduga kuat akan mempengaruhi minat siswa
melanjutkan ke perguruan tinggi yang tinggi pula, hal ini disebabkan orang tua
siswa tersebut cenderung tidak masalah biaya pendidikan. Sedangkan siswa
dari latar belakang status sosial ekonomi orang tua yang rendah minat siswa
melanjutkan ke perguruan tinggi akan rendah pula.
Terkategorikan sebagai status sosial ekonomi adalah tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Pada umumnya
orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang
dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan serta pengetahuannya
dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi maka
orang tua tersebut akan mempunyai wawasan yang luas sehingga cenderung
akan mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan
seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik maka pendapatan seseorang
akan tinggi pula. kedua hal ini diduga kuat akan mempengaruhi minat siswa
Faktor lingkungan belajar adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi
siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi pengaruh pada
perkembangan individu. Dengan adanya pengaruh lingkungan belajar yang
baik akan mendorong pencapaian prestasi yang semakin baik pula. Siswa yang
berasal dari lingkungan belajar yang baik akan mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik dari pada siswa yang berasal dari lingkungan belajar yang
buruk. Siswa yang mempunyai prestasi belajar yang baik akan mempunyai
minat yang tinggi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh sebab siswa
tersebut mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan pendidikan di
perguruan tinggi. Hal tersebut menandakan adanya pengaruh positif
lingkungan belajar dan prestasi belajar terhadap minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.
Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga yang
baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di rumah sehingga
prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Lingkungan sekolah yang
baik yang dicirikan sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung
siswa dapat belajar dengan optimal, sehingga prestasi belajar yang dicapai
siswa akan baik pula. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana
siswa menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain.
Siswa yang berasal dari lingkungan masyarakat yang baik diduga kuat juga
Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA Pangudi Luhur dengan
judul “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor
Lingkungan, Dan Prestasi Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi Ke
Perguruan Tinggi”.
B. Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa
untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, maka perlu dilakukan pembatasan
masalah dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini dikembangkan 3 (tiga)
faktor penduga diantaranya status sosial ekonomi, faktor lingkungan, dan
prestasi belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ?
2. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi ?
3. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan
4. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor
lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi
orang tua dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar
dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan
minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi
orang tua, faktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain :
1. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah
perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor-faktor yang
2. Bagi Sekolah
Sebagai masukan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan yang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu
pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor
psikologis yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan
keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan
dengan disertai minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil
yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya.
Menurut W.S Winkel (1991:30), minat adalah kecenderungan yang
agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat lain
dikemukakan oleh Bimo Walgito (1977:38), yang menyatakan minat
merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap
suatu obyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan
lebih aktif dengan obyek itu. Minat juga diartikan sebagai kesadaran
seseorang bahwa obyek, seseorang sesuatu soal atau suatu situasi
mengandung sangkut paut dengan dirinya (Whitherington, 1963:124).
Berbicara tentang minat, munculnya tidak terbetuk secara tiba-tiba,
sosialisasi, dan proses interaksi di sekolah, di masyarakat, dan di dalam
keluarga.
Kemampuan peserta didik dan pengalaman belajar yang
berbeda-beda pada peserta didik akan menimbulkan minat yang bervariasi. Peserta
didik juga mempunyai obyek minat yang berbeda-beda antara lain minat
pada sekolah, minat pada pekerjaan dimasa mendatang dan lainnya.
Adapun bahaya perkembangan minat antara lain interprestasi kesenangan
sementara sebagai minat, pengaruh teman sebaya, minat berdasarkan
konsep yang tidak realistik dan bobot emosional yang negatif terhadap
minat tertentu dan sebagainya.
Menurut Giartama (1990:6), minat dapat digolongkan menjadi 2 :
a. Minat secara intrinsik
Minat seara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu
sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena
pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan
intelegensi.
b. Minat secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh
dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena
latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
Dasarkan pendapat tersebut di atas, maka minat melanjutkan studi
ke perguruan tinggi pada siswa kelas III, dapat diartikan sebagai
sebagai kelanjutan pendidikan setelah tamat dari SMU, yang ditandai
dengan adanya perasaan senang terhadap perguruan tinggi, perasaan
tertarik, dan perasaan bahwa perguruan tinggi bersangkut paut dengan
kebutuhannya.
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademi atau profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi,
sekolah tinggi istitut atau universitas.
Sesuai dengan Undang-Undang No, 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi berupa, akademi,
sekolah tinggi institut, universitas serta bentuk-bentuk lain yang ditetapkan
pemerintah.
a. Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan yang lingkungannya bisa dikenal dengan pendidikan
profesional.
b. Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang
pendidikan kejuruan yang hanya terdiri dari satu fakultas dan dapat
berdiri dari satu atau lebih jurusan.
c. Institut adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang
Institut dapat terdiri dari sejumlah fakultas dan dapat terdiri dari satu
atau lebih jurusan.
d. Universitas adalah perguruan tinggi yang melaksanakan program
pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejuruan dalam berbagai bidang
pengetahuan, teknologi dan seni yang terdiri dari banyak fakultas dan
jurusan.
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Stratifikasi atau status adalah pembedaan penduduk dalam suatu
masyarakat ke dalam sejumlah tingkatan atau lapisan secara
berjenjang-jenjang hierarkis dari lapisan yang tinggi sampai yang terbawah. Inti dari
pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya
pemerataan/keseimbangan dalam pembagian hak-hak, kewajiban dan
tanggung jawab diantara para anggota masyarakat, yang selanjutnya
mempunyai pengaruh pada pembagian kesejahteraan diantara para warga
masyarakat tersebut. Kedudukan atau status sosial bisa didefinisikan
sebagai tempat dalam hubungannya dengan orang-orang lain dalam
masyarakat, yang akan memberikan hak-hak serta kewajiban-kewajiban
tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut. Berdasarkan
cara bagaimana status diperoleh, status dapat dibedakan menjadi dua
(Soerjono, 1982:234-235) :
Kedudukan macam ini diterima oleh seseorang bukan karena usaha,
melainkan karena pengaruh adat dan kebudayaan yang berlaku, atau
corak masyarakat, dalam hal ini bisa dijumpai pada masyarakat
feodal.
b. Achieved status(status yang dicapai dengan usaha)
Kedudukan macam ini dicapai oleh seseorang berkat jerih payah
usahanya sendiri. Kedudukan macam ini bersifat terbuka bagi siapa
saja, asal mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh
kedudukan tersebut.
Mengenai status sosial ekonomi Keeves (1972:67) mengatakan
bahwa status sosial ekonominya mencakup unsur pendidikan, pekerjaan,
jabatan, penghasilan, kepemilikan barang berharga seseorang di dalam
suatu masyarakat atau kelompoknya. Hopkis (1985:59) mengatakan
bahwa status sosial ekonomi dirumuskan sebagai kombinasi dari status
sosial dan ekonomi dimana di dalamnya mencakup tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan atau tempat tinggal. Kedudukan seseorang di masyarakat
banyak ditentukan oleh apa yang dia miliki, yang dipandang penting oleh
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, dan pekerjaan seseorang
maka semakin tinggi pula status di masyarakat. Semakin tinggi
pendapatan yang diperoleh, dan kecenderungan memiliki banyak barang
Hopkins (1985:59) memberikan kesimpulan bahwa status sosial
ekonomi merupakan kedudukan seseorang dipandang dari sudut sosial
ekonomi.
Tentang status Miller (1970:169) menyatakan sebagai berikut :
Social class or status in one of the most important variables in social research. The socioecomonic position of the person affect his chances for education, income, occupation, marriage, health, friends, and even life expetancy.
Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Status sosial ekonomi
akan mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu dan mempersiapkan
masa depanya. Tentang hal ini Johnson (1986:131) berpendapat :
Kegiatan individu, apakah itu diharapkan untuk sekedar memperisapkan hidup biologisnya atau memenuhi pelbagai kebutuhan manusia yang lain, dibatasi oleh kedudukan sosial ekonomi itu yang kebetulan ia miliki dalam lingkungan sosial dan material ini. Juga cara individu melihat dunia dikondisikan oleh kedudukannya yang tertentu dalam lingkungan sosial dan materialnya.
Adanya perbedaan status sosial masyarakat akan memberikan
kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda pula, seperti keselamatan
hidup, harta benda, standar hidup kebebasan dan tingkah laku. Di samping
itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan
dalam menekuni jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa keluarga
yang mendapatkan fasilitas lebih banyak akan lebih berpeluang untuk
mengenyam pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan
sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga
sebagai simbol status masyarakat.
Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan
pendidikan anak. Ia dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi
anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang
tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat
kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang
tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat diartikan
bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,
mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan
kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah.
Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan
minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya
dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk
melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk
melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam
tingkat pendidikan anak dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi
orang tuanya.
3. Lingkungan Belajar
a. Lingkungan Keluarga
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai
faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber
(1984) seperti dikutip oleh (Muhibbin Syah, 1995:138) mengatakan
bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.
Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari
keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :
a. Cara mendidik
Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.
c. Pengertian orang tua
Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.
e. Latar belakang
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
Menurut W.S Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi
bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai
seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan
material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf
kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau
rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk
berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan akan,
serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya,
yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi
intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun,
akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya.
Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah
kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keluarga dan
bagaimana sikap anak menanggapi lingkungannya dapat menentukan
berhasil atau tidaknya pendidikan yang di tempuh. Agar anak dapat
berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu
yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.
b. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang
membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal
pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar
maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.
kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang
mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak
perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W.S
Winkel, 1989:ix).
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan
pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja
melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.
Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah
yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.
Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :
a. Interaksi guru dan murid.
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b. Cara penyajian.
Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Hubungan antara murid.
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran.
perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitetnya.
f. Kurikulum.
Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.
g. Keadaan Gedung.
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.
h. Waktu sekolah.
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin.
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar.
waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k. Tugas rumah.
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
c. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah
bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin
hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut
terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun
dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu
bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi
perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk.
Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu
dikontrol dengan siapa mereka bergaul.
Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan
berupa buku-buku, novel, majalah, koran, sehingga kurang dapat
dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik
membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas
belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang
banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat
mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan
rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini yang
Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.
Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan
pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergualan
yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab
sendiri seorang pelajar.
Muhibbin Syah (1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah
kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan
kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum
seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan
yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.
Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan
untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya
kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang
demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak
dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.
Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya
rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk
rajin belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan
yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh
untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika
mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya
belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila
teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat
mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar
ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.
4. Prestasi Belajar
Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di
dalam mengarungi kehidupannya, diantara tujuan yang dicapai tersebut
antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar
adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya hal ini ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru (Mulyono, 1990:30). Senada dengan penulis ini, W.S Winkel
(1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi
pelajaran tertentu. Sementara W.S Winkel (1991:39), menyatakan bahwa
prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah
melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek
dengan lingkungannya yang akan di simpan atau dilaksanakan menuju
kemajuan.
Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari
melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya.
definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990:700) adalah :
Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar
adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes.
Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka mengenal apa yang
dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyatakan seberapa jauh hasil
yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang. Belajar sendiri
merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan
didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Sumadi
Suryobroto, 1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia
mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang
diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa
tertentu.
Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan
yang dinyatakan dalam nilai rapornya, setelah siswa tersebut selesai
mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian
(mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses
belajar.
Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya.
Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri si pelajar, dimana ia dapat
mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui.
Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi
belajarnya. Evaluasi adalah usaha penilaian terhadap suatu hal, bisa dari
segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja, metode pemecahan
(Nana Sudjana, 1990:28).
B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Wahyu Yuniarti (1997:11), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Prestasi Belajar dengan Minat
Siswa Melanjutkan ke Perguruan Tinggi” menunjukan bukti bahwa ada
hubungan positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan
minat melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa yang memiliki status sosial
ekonomi orang tua tinggi maka memiliki status sosial ekonomi orang tua
rendah maka minat utuk melanjutkan ke perguruan tinggi juga rendah.
Maria Ewaldina (2000:19), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Antara Lingkungan belajar Siswa, Dorongan Orang Tua dan Minat Belajar
Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” menyatakan bahwa lingkungan belajar
di keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap prestasi belajar
Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan belajar di
sekolah juga perpengaruh terhadap prestasi siswa, karena adanya penyediaan
fasilitas belajar sekolah seperti buku-buku pelajaran, laboratorium, dan
perpustakaan.
C. Kerangka Berpikir
1. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Minat merupakan faktor psikologi yang dapat menentukan suatu
pilihan pada seorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor
psikologi yang sangat kuat dan penting untuk kemajuan dan keberhasilan
seseorang yang mengerjakan disertai minat sebelumnya pada umumnya
akan memperoleh hasil yang lebih dari pada mereka yang tidak berminat
sebelumnya.
Status sosial mencakup pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan
pendapatan orang tua. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada
umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan
serta pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan
yang luas sehingga cenderung akan mengarahkan anaknya untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Jenis pekerjaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan berhubungan
dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik
maka pendapatan seseorang akan tinggi pula. Kedua ini diduga hal ini
akan mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi.
Dengan semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua, maka
minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga tinggi. Lain
halnya dengan status sosial ekonomi orang tua yang rendah maka minat
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga rendah. Siswa yang
orang tuanya berstatus sosial ekonomi rendah cenderung akan langsung
bekerja setelah tamat dari sekolahnya.
2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang
melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi
pengaruh pada perkembangan siswa (Winkel, 2004:108). Dengan adanya
pengaruh lingkungan belajar yang baik akan diikuti oleh prestasi yang
semakin baik pula. Siswa yang berasal dari lingkungan belajar yang baik
akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang
prestasi belajar yang baik akan mempunyai minat yang tinggi untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh sebab siswa tersebut mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan
keluarga yang baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di
rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik.
Lingkungan sekolah yang dicirikan sarana dan prasarana yang memadai
akan mendukung siswa dapat belajar dengan optimal, sehingga prestasi
belajar yang dicapai siswa akan baik pula. Lingkungan masyarakat adalah
lingkungan dimana siswa menjalin hubungan atau berinteraksi dengan
anggota masyarakat lain. Oleh karena itu perlu siswa menjalin hubungan
dengan masyarakat lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan anggota
masyarakat tersebut perlu juga dijaga jangan sampai mendapat teman
bergaul yang buruk. Oleh karena itu perlu mengontrol dengan siapa
mereka bergaul. Siswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang kumuh
dan serta kekurangan dan terdapat anak-anak pengangguran dapat
mempengaruhi aktivitas belajar mereka. Jika tidak hati-hati dalam bergaul
di lingkungan seperti itu anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar.
Sebaliknya siswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya
Siswa akan memiliki motivasi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi lain halnya dengan kondisi masyarakat yang kurang kondusif.
3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.
Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi
belajar siswa nampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran
yang tercermin dalan rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi
belajar dapat diraih siswa akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri,
harapan, dan cita-citanya. Dengan prestasi belajar yang tinggi diperoleh di
SMA akan menjadi daya dorong minat untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh siswa maka minat
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga tinggi. Hal ini
disebabkan siswa akan mampu menjalani pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut Roestiyah (1982:154), siswa yang prestasinya rendah
adalah satu yang mempengaruhinya, yaitu dia tidak mempunyai tujuan
belajar yang jelas. Berdasarkan pendapat ini dapat disimpulkan bahwa
setiap siswa yang mempunyai tujuan maka ia akan melanjutkan
sekolahnya. Namun bagi siswa yang tidak memiliki tujuan maka siswa
akan enggan untuk melanjutkan sekolahnya. Jika mereka tidak didorong
untuk melanjutkan sekolah, maka sekolah akan menjadi beban bagi
4. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua faktor lingkungan
belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.
Keadaan status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi
minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dengan
pendidikan orang tua yang tinggi maka wawasan serta pengetahuan orang
tua akan luas sehingga mengarahkan anaknya untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi dengan harapan setelah lulus nanti mendapat pekerjaan
yang lebih baik dibandingkan orang tuanya.
Lingkungan belajar merupakan faktor pendorong dalam
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Bila siswa hidup di lingkungan
keluarga yang baik, maka orang tua akan mengarahkan anaknya untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Faktor lingkungan masyarakat
yang mendukung, maka minat siswa akan tertanam pada diri siswa.
Sementara faktor lingkungan sekolah yang bercirikan sarana dan prasarana
tercukupi, maka kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.
Prestasi belajar dapat menumbuhkan minat untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi karena dengan prestasi belajar yang tinggi maka
siswa akan merasa bahwa sanggup untuk melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi. Prestasi belajar ini dapat dilihat dari nilai-nilai
rapor. Bagi siswa yang memiliki prestasi yang tinggi, diduga kuat
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat
melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
2. Ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat melanjutkan
studi ke perguruan tinggi.
3. Ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi.
4. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan
belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif,
penelitian studi kasus, dan penelitianex post facto.
1. Studi kasus
Penelitian tentang hubungan antara status sosial ekonomi orang tua faktor
lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke
perguruan tinggi ini dibatasi ruang lingkupnya, yaitu mengambil kasus
pada SMA Pangudi Luhur Sedayu.
2. Studiex post facto
Studi ex post facto yaitu penyelidikan empiris yang sistematis dimana
ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut
pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang
hubungan di antara variabel-variabel itu dilakukan, tanpa intervensi
langsung, berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan
variabel terikat itu (Furchan, 1982:382-383). Jadi dalam penelitian ini
peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2007
2. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMA Pangudi Luhur
Sedayu.
C. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang di teliti. Dalam penelitian ini,
populasinya adalah siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu yang
berjumlah 80 siswa.
D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel Bebas (independent variable)
a. Status sosial ekonomi orang tua
1) Variabel tingkat pendidikan orang tua
Yang dimaksud tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat
pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh orang tua
siswa dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua dikelompokan
sebagai berikut :
a) Lulus SD skor 1
b) Lulus SMP skor 2
c) Lulus SMA skor 3
e) Lulus PT skor 5
2) Jenis pekerjaan orang tua
Jenis pekerjaan orang tua yaitu bidang pekerjaan pokok yang
ditekuni orang tua setiap harinya. Dalam hal ini, penulis
menggolongkan jenis pekerjaan menurut pendapat Spillane
(1982:14). Penulis memodifikasi jenis pekerjaan orang tua menjadi
8 golongan dan memberikan penskoran, sebagai berikut :
a) Ibu RT skor 1
b) Pensiunan skor 2
c) Buruh tani skor 3
d) Petani skor 4
e) Karyawan skor 5
f) PNS skor 6
g) Guru skor 7
h) Wiraswasta skor 8
3) Pendapatan
Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima orang tua
setiap bulan. Dalam penelitian penghasilan diukur dari tinggi
rendahnya pengasilan/pendapatan yang diberikan 5 alternatif awal
tentang pengeluaran dengan beberapa orang tua siswa.
Adapaun pedoman untuk memberikan alternatif jawaban adalah :
a) Penghasilan kurang dari 500.000 diberi skor 1
c) Penghasilan antara 1.500.000≤2.000.000 di beri skor 3
d) Penghasilan antara 2.000.000≤2.500.000 di beri skor 4
e) Penghasilan antara 2.500.000 ke atas di beri skor 5
4. Fasilitas khusus yang dimiliki keluarga
Fasilitas diukur dari banyak sedikitnya fasilitas khusus, benda dan
barang yang dimiliki keluarga responden. Untuk mempermudah
pengukuran, maka masing-masing fasilitas benda dan barang yang
dimiliki kelarga responden di beri skor sebagai berikut :
No Jenis Fasilitas Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Mobil (Kendaraan. Roda 4)
Sepeda Motor
Video
TV Berwarna
TV Hitam Putih
Tape Recorder
Radio
Kulkas
Mesin Cuci
Pesawat Telepon
Telpon Genggam (HP)
Pager
VCD Player
Komputer
16
15
6
10
9
4
3
11
12
5
14
7
8
15
16
17
18
Langganan Surat Kabar
Langganan majalah
Rumah
Tidak punya
1
2
17
0
2. Faktor lingkungan belajar
Lingkungan belajar merupakan keseluruhan keadaan yang melingkupi
siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada
perkembangan siswa. Dalam lingkungan belajar diberi penskoran dari skor
1 sampai skor 4.
Tabel Operasionalisasi Variabel
No butir
Variabel Indikator
Positif Negatif
Faktor Lingkungan Belajar
a. Lingkungan belajar di
keluarga
b. Lingkungan belajar di
sekolah
1. Perhatian keluarga
2. Perhatian saudara
3. Fasilitas kesediaan
belajar
4. Kedisiplinan dalam
belajar
1. Motivasi guru
2. Hubungan Guru dan
murid
3. Fasilitas sekolah
4. Kelompok belajar di
sekolah
1,2,4
5,6
7,8,9
10,11
12
15,16
17,18,19
20,21
3
c. Lingkungan belajar di
masyarakat
1. Hubungan dengan
masyarakat
2. Kegiatan di
masyarakat
3. Fasilitas di
masyarakat
22,24,25
26,27
28,29
23
Pengukuran lingkungan belajar menggunakan skala likert. Yang disajikan
dalam empat pertanyaan alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada
lembar yang telah disediakan yaitu sering, pernah dan tidak pernah. Bobot
yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah :
Sangat setuju diberi skor 4
Setuju diberi skor 3
Tidak setuju diberi skor 2
Sangat tidak setuju diberi skor 1
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah sejauh mana anak menguasai dan memahami
materi pelajaran yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang berhasil
dicapai siswa, yang tampak dari nilai rapor.
4. Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi
Minat studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan-kecenderungan
mengarah siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sebagai kelanjutan
pendidikan mereka setelah tamat dari SMA, yang ditandai dengan
perasaan senang, tertarik, perhatian dan perasaan bahwa perguruan tinggi
Tabel Operasionalisasi Variabel
No butir Variabel Indikator
Positif Negatif
Minat melanjutkan studi
ke perguruan tinggi
1. Perhatian terhadap
Perguruan tinggi
2. Perhatian terhadap
bimbingan belajar
3. Motivasi diri
1,2
3,4
5,6
Untuk mengukur minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi, cara yang
digunakan penulis adalah dengan kuesioner tentang pilihan yang disusun
seperti model Likert dengan tiga alternatif jawaban. Skor bergerak dari 1
sampai dengan 3. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada
alternatif jawaban adalah :
1. Jawaban a diberi skor 1
2. Jawaban b diberi skor 2
3. Jawaban c diberi skor 3
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan sejumlah
daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan
tentang status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar, dan
prestasi belajar dengan minat melanjutkan ke perguruan tinggi.
2. Wawancara
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan
secara langsung atau lisan dengan kepala sekolah dan guru untuk
melengkapi data tentang gambaran umum sekolah.
3. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara menyalin data yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai minat melanjutkan ke
perguruan tinggi.
F. Teknik Pengujian Kuesioner
Untuk mengenai apakah setiap item kuesioner yang digunakan sudah valid
atau belum, maka dilakukan uji statistik untuk mengukur kesahihan butir dan
keandalan butir dengan menggunakan analisis validitas dan reliabilitas.
1. Analisis validitas
Analisis validitas digunakan untuk menunjukan tingkat validitas atau
kesahihan butir dengan menggunakan rumus koefisien product moment
dari Pearson. Penulis menggunakan taraf signifikan (alpha) 0,05 atau 5%.
Uji validitas menggunakan sejumlah populasi berukuran n=80 dari 80
kuesioner yang dijawab oleh responden dengan dk=n-2. Setiap item di
2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan : xyr = koefisien korelasi antara x dan y
X = jumlah skor butir genap
Y = jumlah skor butir ganjil
XY = Jumlah kali x dan yN = banyaknya sampel yang diuji
Dalam pengujian koefisien ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika r
hitung > r tabel, maka suatu butir instrumen mampu mengukur apa yang
diinginkan (valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir
instrumen adalah tidak valid atau sahih.
Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada SMK
Tamansiswa Nanggulan dengan jumlah responden 80 orang. Dari hasil uji
coba tersebut diketahui derajat kebebasan sebesar 78 (80-2), dengan harga
kritik product moment tabel (r tabel) sebesar 0,151 dengan taraf
signifikansi 5%. Adapun rangkuman hasil penelitian uji coba validitas
sebagai berikut (lampiran 2, hal 97):
Tabel 3.1
Rangkuman hasil pengukuran validitas
X1 X2 y
No
item rhit rtabel ket rhit rtabel ket rhit rtabel ket
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 0,3904 0,3319 -0,0854 0,3596 0,2255 0,6115 0,4978 0,4031 0,4517 0,0441 0,5245 0,4953 0,2455 0,3564 -0,0144 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak 0,5374 0,6053 0,6470 0,5125 -0,2645 -0,2412 0,4989 0,5793 0,5179 0,6027 0,5320 0,4558 0,6178 0,6670 0,0957 0,5249 0,1242 0,4368 0,4994 0,3998 0,6526 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Prapenelitian
2. Analisis reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas
kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach
dengan taraf signifikan 5% (Suharsimi Arikunto, 1987:236).
Rumus Alpha: 11 r = 1 k k
2 2 1 b b Keterangan: 11r : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2
b : Jumlah varians butir 2t
Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan teknik
Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan
taraf signifikan 5% maka data kuesioner tersebut reliabel. Sebaliknya
jika koefisien alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5%
maka data kuesioner tersebut tidak reliabel.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus
Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows
versi 11.5 dengan koefisien r tabel pada n = 80 adalah sebesar 0,151
Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut (lampiran 2,
hal 97):
Tabel 3.2
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r hitung Nilai r tabel Status
Status sosial ekonomi
orang tua 0,7604 0,151 Andal
Faktor lingkungan belajar 0,8810 0,151 Andal
Minat melanjutkan studi
ke perguruan tinggi 0,5542 0,151 Andal
Dengan demikian berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut
dianggap sudah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur pengumpulan
G. Teknik Analisis Data
1. Deskripsi data
Analisis ini dilakukan dengan cara mendiskripsikan data hasil
observasi yang sudah didapat dan penelitian di lapangan yang meliputi
responden, variabel status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan
belajar, prestasi belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk
pada setiap variabel.
2. Pengujian Prasyarat Analisis
a) Pengujian normalitas
Sebelum melangkah pada uji korelasi sederhana, terlebih dahulu
mengetahui pengujian syarat korelasi sederhana yaitu menggunakan uji
normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala
yang diteliti apakah mempunyai sebaran data yang normal atau tidak.
Uji normalitas menggunakan rumusOne-Sample Kolmogorov-Smirnov
(Sugiyono, 1999:255) yaitu:
F X1 S X1
Max
D o n
Keterangan :
D = Deviasi maksimum
X1Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
X1Sn = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi
5%, maka distribusi data dikatakan normal. Sebaliknya, jika nilai F
b) Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel
terikatnya. Untuk uji linieritas ini digunakan rumus persamaan regresi
dengan menguji signifikansi nilai F. Adapun rumus yang digunakan
untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:332) :
e S
TC S
F 2
2
Keterangan :
2
2
k TC JK TC S
2
2
k E JK e S
Keterangan :
F = harga bilangan F untuk garis regresi STC = varian tuna cocok
Se = varian kekeliruan
JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan
Kita tolak hipotesis model regresi linier jika F>F1k2,nk. Untuk
distribusi f yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk
penyebut = (n-k).
3. Pengujian Hipotesis
a. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga tentang hubungan
antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan
digunakan analisis statistik koefisien korelasi Product Moment dari
pearson sebagai berikut :
2 2
2 2
Y Yi n Xi Xi
n
Yi Xi XiY
n rxy
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi variabel x terhadap y
X = jumlah nilai X
Y = jumlah nilai Yn = jumlah subyek yang di teliti (Sudjana, 1996:369).
Koefisien korelasi yang diperoleh diintepretasikan sebagai berikut
(Sugiyono, 1999:216) :
r = 0,8 – 1,0 : berarti korelasi sangat kuat
r = 0,6 – 0,799 : berarti korelasi kuat
r = 0,4 – 0,599 : berarti korelasi sedang
r = 0,2 – 0,399 : berarti korelasi rendah
r = 0,0 – 0,199 : berarti korelasi sangat rendah
Sedangkan untuk menguji signifikan dari koefisien korelasi rxy
dilakukan uji t dengan rumus :
2
1
2
r
n
r
t
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
- jika t hit > t tab berarti terdapat hubungan yang signifikan
b. Untuk menguji hipotesis keempat tentang hubungan antara status
sosial ekonomi orang tua faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar
dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi digunakan teknik
korelasi ganda dengan rumus (Suharsimi Arikunto 1990:500) :
1 1 2 22 3 3 123
y
y x a y x a y x a Rxy
Keterangan :
Rxy : koefisien korelasi antara variabel y dengan x1, x1, x3
a1 : koefisien variabel bebas x1
a2 : koefisien variabel bebas x2
a3 : koefisien variabel bebas x3
x1y : jumlah produk antara x1dan y
x2y : jumlah produk antara x2dan y
x3y : jumlah produk antara x3dan y
2y : jumlah kuadrat kriterium y
Untuk menguji signifikan atau tidaknya koefisien korelasi ganda
tersebut digunakan uji F, dengan tingkat signifikan 0,05 sebagai
berikut :
F =
1
/ 1
/
2 2
R n k
K R
Keterangan :
R : koefisien korelasi ganda
Kriteria pengujian :
Terima hipotesis yang menyatakan positif dan signifikan jika Fhit>F0,05
: k (n-k-1)
Tolak hipotesis tersebut jika Fhit< F0,05: k (n-k-1)
Untuk mengetahui regresi linier ganda digunakan model regresi
sebagai berikut :
Y = a0+a1X1+a2X2+a3X3
Keterangan :
a0, a1, a2, a3 : koefisien berdasarkan hasil pengamatan
X1 : status sosial ekonomi orang tua
X2 : faktor lingkungan belajar
X3 : prestasi belajar (Sudjana 1990:347)
c. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif
1. Sumbangan Relatif
Sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui seberapa besar
sumbangan masing-masing variabel bebas dalam perbandingan