• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, aktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, aktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi - USD Repository"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR

DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

Studi Kasus : Pada Siswa-siswi IPA dan IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh : DWI WIDIYANTO

NIM : 011334092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Seandainya layak, kupersembahkan untuk mereka yang senantiasa ada

dihati, yang telah memberikan doa dan restu, semangat serta bantuan dalam

berbagai bentuk sehingga skripsi ini memberikan kebanggaan bagi diriku dan

bagi mereka semua, yaitu :

 Kepada Bapakku

PUSIYO

dan Ibuku

WIDAYATI

tercinta yang

dengan tulus dan doa restunya, aku bisa menjadi seperti ini

Kepada kakakku

ANNARIMANINGSIH

dan adikku

AGUS

TRINUGROHO

 Kepada mbahku

ATMO DIWIRYO

(simpen)

 Kepada blik dan pak lik yang ada di nanggulan, gamping, jakarta, surakarta, jember

 Seseorang yang akan jadi bidadariku, yang akan aku cintai sepenuh hati dalam hidup dan mati, yang akan aku harapkan jadi

teman perjuangan merenda masa depan, dan menapaki jalan ilahi  Buat diriku yang satu-satunya orang yang akan terus berhubungan

(6)
(7)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, FAKTOR LINGKUNGAN BELAJAR, DAN PRESTASI BELAJAR

DENGAN MINAT MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN TINGGI

Studi Kasus : Siswa-siswi IPA dan IPS kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu

Dwi Widiyanto Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan status sosial ekonomi orang tua dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (2) hubungan faktor lingkungan belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi; (3) hubungan prestasi belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi; dan (4) hubungan status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu, yang berjumlah 80 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, digunakan analisis korelasi product moment, sedangkan untuk menjawab masalah keempat digunakananalisis korelasi ganda.

(8)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN PARENTS’ SOCIAL ECONOMY STATUS, LEARNING ENVIRONMENT FACTOR, LEARNING ACHIEVEMENT AND THE INTEREST OF CONTIUNING STUDY TO

UNIVERSITY

A Case study : The students of IPA and IPS the XI grade of SMA Pangudi Luhur Sedayu

Dwi Widiyanto Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The objective of this research are to know about: (1) parents’ economy social status and the interest of continuing study to university; (2) the relationship of learning environment factor and the interest of continuing study to university; (3) the relationship of learning achievement and the interest of continuing study to university; and (4) the relationship between parents’ economy social status, learning environment factor, learning achievement and the interest of continuing study to university.

The population of this research is 80 students of the XI grade of SMA Pangudi Luhur Sedayu. The data of this research taken by applying questionnaire and documentation. To answer the first problem, second problem, and third problem, product moment correlation analysis was applied, and to answer the fourth problemdouble correlation analysiswas used.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor Lingkungan Belajar,

dan Prestasi Belajar dengan Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi.

Dalam Penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan,

semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi

ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakartra.

2. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Universitas sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. Fx. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan

waktunya, memberikan saran, masukan, dan pengarahan-pengarahan kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.

5. Laurentinus Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan, dan

pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai dengan

(10)

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan

bimbingan selama penulis belajar di USD.

7. Drs. Markoes Padmonegoro, selaku Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur

Sedayu yang telah memberikan ijin untuk penelitian dan Blik Sri yang telah

membantu penulis dalam pencarian data.

8.

Kedua orang tuaku, Bapak PUSIYO dan Ibu WIDAYATI

yang tercinta,

dan kakakku

ANNA

dan adikku

AGUS

, yang tidak pernah lelah memberikan

doa, kasih sayang, doa restu, perhatian, dukungan baik moril maupun materiil,

serta semangat kepada penulis.

9. Teruntuk Mbahku Atmo Diwiryo ‘Simpen’, Bulik Jumini, lik Parno, lik

Sarono, blik Pur terima kasih atas dorongan dan semangatnya selama ini.

10. Buat adik sepupuku Sulis (Alm), Heni, Lyla n si kecil Ega belajar yang rajin

gapai cita-cita setinggi mungkin dengan keyakinan dan perjuangan.

11. Keluarga besarku di Nanggulan makasih atas semuanya.

12. Buat tanteku FITRI thank’s

13. Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Akuntansi ; Joko ‘suthur’,

Taryono, Heru ‘Kompos’, Allan ‘jembling’, Wawan‘bakwan’, Satya,

Heru‘Grandong’, Anry‘kontrek’, Sunu ‘Paijo n Paijem’, Beni

bendot’, Yudha ‘gudhel’, Eka ‘colly’, Diar ‘Beda’, Adi

‘Sardjoe’, Sigit ‘wewek’, Arie‘teklek’, Cipi, Remond, Andre, Anton

(11)

14. Temen-temen kampungku GIYOSO : Nardi ‘Nthit’, Waldiyono ‘tolet’,

Adam ‘klomoh’, Maman ‘Menyul’, Andi ‘Simbah’, Wawan

‘Wowok’, Agus ‘Bladus’, Supri ‘Weker’, Supri

‘Cibonk’, Heri ‘bemo’ and base campku THUNTENG,

Akhirnya aku jadi S.Pd dab!!

15. Thank’s to Rismas A l- Muminum&T unasJayaGiyoso atas kepercayaan yang

diberikan selama ini.

16. Pendidikan Akuntansi 2001 yang tidak bisa sebutkan satu persatu.

17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat

diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Yogyakarta, 2 Oktober 2007

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

(13)

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 11

3. Lingkungan Belajar ... 14

4. Prestasi Belajar ... 21

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berfikir ... 24

1. Hubungan antara status ekonomi orang tua dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 24

2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 25

3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 27

4. Hubungan antara status ekonomi orang tua faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ... 28

D. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

C. Populasi ... 31

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Pengujian Kuesioner ... 37

(14)

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Gambaran umum sekolah ... 47

B. Visi dan Misi ... 50

C. Organisasi ... 52

D. Sumber Daya Manusia ... 53

E. Siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu ... 55

F. Sarana dan Prasarana dan Fasilitas Sekolah ... 56

G. Kurikulum ... 57

H. Majelis Sekolah / Dewan Sekolah ... 58

I. Hubungan antara Sekolah dengan Masyarakat ... 59

J. Usaha Antara Sekolah Dengan masyarakat ... 59

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 61

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 71

C. Pengujian Hipotesis ... 74

D. Pembahasan ... 81

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 87

C. Saran-saran ... 88

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Pengukuran Validitas ... 38

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Penelitian ... 40

Tabel 5.1 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ayah ... 61

Tabel 5.2 Deskripsi Tingkat Pendidikan Ibu ... 62

Tabel 5.3 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ayah ... 63

Tabel 5.4 Deskripsi Pekerjaan Pokok Ibu ... 64

Tabel 5.5 Deskripsi Pendapatan Ayah ... 64

Tabel 5.6 Deskripsi Pendapatan Ibu ... 65

Tabel 5.7 Deskripsi Fasilitas Keluarga ... 66

Tabel 5.8 Deskripsi Fasilitas Keluarga ... 68

Tabel 5.9 Deskripsi Lingkungan Belajar ... 69

Tabel 5.10 Deskripsi Prestasi Belajar ... 70

Tabel 5.11 Deskripsi Minat Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi ... 71

Tabel 5.12 Tabel Uji Normalitas ... 72

Tabel 5.13 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 73

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 92

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... 97

Lampiran 3 Distribusi Frekuensi ... 102

Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... 123

Lampiran 5 Uji Normalitas dan Lineritas ... 134

Lampiran 6 Analisis Product Moment dan Regresi ... 139

Lampiran 7 Sumbangan Efektif dan Relatif ... 151

Lampiran 8 Tabel r, t, dan F ... 154

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sukses dalam hidup merupakan suatu kondisi yang selalu diinginkan

oleh setiap orang. Salah satu cara untuk menuju ke kondisi tersebut sukses

adalah melalui pendidikan. Pencapaian sukses melalui jalur pendidikan

memerlukan waktu yang panjang, dengan berbagai kendala baik eksternal

maupun internal. Kendala eksternal adalah segala hal yang berasal dari luar

individu. Contohnya adalah lingkungan sosial dan keluarga. Sedangkan untuk

kendala internal adalah segala hal yang berasal dari dalam diri individu yang

bersangkutan. Contoh kendala internal adalah kondisi fisik, minat, dan

motivasi.

Pada masyarakat yang semakin maju itu, prestasi seseorang di bidang

pendidikan dipandang amat penting. Karenanya lembaga-lembaga pendidikan

formal (sekolah) cenderung sangat menekankan proses belajar yang baik,

suasana kompetitif di kelas, dan keberhasilan siswa dalam menempuh tes atau

ujian. Persoalan prestasi atau keberhasilan siswa dalam belajar mendapat

perhatian khusus. Alasannya lulusan diharapkan mampu melihat akibat-akibat

yang mungkin timbul dihadapi dikemudian hari sebagai akibat

pilihan-pilihannya mengenai sekolah dan pekerjaan.

Pendidikan sering dipandang sebagai persiapan untuk kehidupan yang

(18)

memberikan pengorbanan yang besar untuk pendidikan anak-anaknya. Ada

harapan dari para orang tua bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang semakin besar pula kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang

lebih baik. Sayangnya, untuk memperoleh pendidikan diperlukan biaya yang

cukup banyak. Biaya pendidikan yang tinggi inilah yang kadang menjadi

kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Banyak

diantara mereka putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya untuk pendidikan.

Pada akhirnya saat siswa hendak mengambil keputusan studi lanjut, mereka

harus mempertimbangkan dua hal (W.S Winkel, 1984:31): (1) Kemampuan

intelektual, bakat khusus, arah minat, cita-cita hidup dan kemampuan finansial

dan (2) Tidak dapat diabaikan pula harapan dari keluarga serta kewajiban

keluarga.

Dalam penelitian ini penulis bermaksud menyelidiki minat studi lulusan

SMA Pangudi Luhur melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini menarik

untuk dilakukan penelitian oleh sebab lulusan SMA Pangudi Luhur

kebanyakan setelah lulus banyak yang langsung mencari kerja. Sedangkan

tujuan pendidikan SMA Pangudi Luhur bukanlah untuk itu, tetapi lulusan

diharapkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Ada banyak faktor yang menyebabkan tinggi/rendahnya minat siswa

melanjutkan studi ke perguruan tinggi, faktor-faktor tersebut antara lain status

sosial ekonomi orang tua, lingkungan belajar, prestasi belajar, motivasi, dan

(19)

ekonomi orang tua, lingkungan belajar dan prestasi belajar. Ketiga faktor

tersebut diduga kuat merupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi

tinggi/rendahnya minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Status sosial ekonomi orang tua adalah salah satu pembeda penduduk

dalam suatu masyarakat. Status sosial masyarakat menunjukkan sejumlah

tingkatan atau lapisan ekonomi yang berjenjang dalam masyarakat dari lapisan

tinggi sampai dengan lapisan bawah. Siswa dari latar belakang status sosial

ekonomi orang tua yang tinggi diduga kuat akan mempengaruhi minat siswa

melanjutkan ke perguruan tinggi yang tinggi pula, hal ini disebabkan orang tua

siswa tersebut cenderung tidak masalah biaya pendidikan. Sedangkan siswa

dari latar belakang status sosial ekonomi orang tua yang rendah minat siswa

melanjutkan ke perguruan tinggi akan rendah pula.

Terkategorikan sebagai status sosial ekonomi adalah tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Pada umumnya

orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat pendidikan yang

dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan serta pengetahuannya

dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi maka

orang tua tersebut akan mempunyai wawasan yang luas sehingga cenderung

akan mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendapatan

seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik maka pendapatan seseorang

akan tinggi pula. kedua hal ini diduga kuat akan mempengaruhi minat siswa

(20)

Faktor lingkungan belajar adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi

siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi pengaruh pada

perkembangan individu. Dengan adanya pengaruh lingkungan belajar yang

baik akan mendorong pencapaian prestasi yang semakin baik pula. Siswa yang

berasal dari lingkungan belajar yang baik akan mempunyai prestasi belajar

yang lebih baik dari pada siswa yang berasal dari lingkungan belajar yang

buruk. Siswa yang mempunyai prestasi belajar yang baik akan mempunyai

minat yang tinggi untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh sebab siswa

tersebut mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan pendidikan di

perguruan tinggi. Hal tersebut menandakan adanya pengaruh positif

lingkungan belajar dan prestasi belajar terhadap minat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi.

Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga yang

baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di rumah sehingga

prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Lingkungan sekolah yang

baik yang dicirikan sarana dan prasarana yang memadai akan mendukung

siswa dapat belajar dengan optimal, sehingga prestasi belajar yang dicapai

siswa akan baik pula. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana

siswa menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain.

Siswa yang berasal dari lingkungan masyarakat yang baik diduga kuat juga

(21)

Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa besar minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan

tinggi. Penelitian ini merupakan studi kasus di SMA Pangudi Luhur dengan

judul “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Faktor

Lingkungan, Dan Prestasi Belajar Dengan Minat Melanjutkan Studi Ke

Perguruan Tinggi”.

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa

untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, maka perlu dilakukan pembatasan

masalah dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini dikembangkan 3 (tiga)

faktor penduga diantaranya status sosial ekonomi, faktor lingkungan, dan

prestasi belajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dirumuskan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan

minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi ?

2. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi ?

3. Apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan

(22)

4. Apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor

lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi

orang tua dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor lingkungan belajar

dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara prestasi belajar dengan

minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara status sosial ekonomi

orang tua, faktor lingkungan belajar, dan prestasi belajar dengan minat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak antara lain :

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah

perbendaharaan bacaan, khususnya mengenai faktor-faktor yang

(23)

2. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan yang

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Minat Melanjutkan Studi ke Perguruan Tinggi

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu

pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor

psikologis yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan

keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan

dengan disertai minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil

yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya.

Menurut W.S Winkel (1991:30), minat adalah kecenderungan yang

agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Pendapat lain

dikemukakan oleh Bimo Walgito (1977:38), yang menyatakan minat

merupakan suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap

suatu obyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan

lebih aktif dengan obyek itu. Minat juga diartikan sebagai kesadaran

seseorang bahwa obyek, seseorang sesuatu soal atau suatu situasi

mengandung sangkut paut dengan dirinya (Whitherington, 1963:124).

Berbicara tentang minat, munculnya tidak terbetuk secara tiba-tiba,

(25)

sosialisasi, dan proses interaksi di sekolah, di masyarakat, dan di dalam

keluarga.

Kemampuan peserta didik dan pengalaman belajar yang

berbeda-beda pada peserta didik akan menimbulkan minat yang bervariasi. Peserta

didik juga mempunyai obyek minat yang berbeda-beda antara lain minat

pada sekolah, minat pada pekerjaan dimasa mendatang dan lainnya.

Adapun bahaya perkembangan minat antara lain interprestasi kesenangan

sementara sebagai minat, pengaruh teman sebaya, minat berdasarkan

konsep yang tidak realistik dan bobot emosional yang negatif terhadap

minat tertentu dan sebagainya.

Menurut Giartama (1990:6), minat dapat digolongkan menjadi 2 :

a. Minat secara intrinsik

Minat seara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu

sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena

pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan

intelegensi.

b. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh

dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena

latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

Dasarkan pendapat tersebut di atas, maka minat melanjutkan studi

ke perguruan tinggi pada siswa kelas III, dapat diartikan sebagai

(26)

sebagai kelanjutan pendidikan setelah tamat dari SMU, yang ditandai

dengan adanya perasaan senang terhadap perguruan tinggi, perasaan

tertarik, dan perasaan bahwa perguruan tinggi bersangkut paut dengan

kebutuhannya.

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang

diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademi atau profesional yang

dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan,

teknologi dan kesenian. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi,

sekolah tinggi istitut atau universitas.

Sesuai dengan Undang-Undang No, 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menetapkan perguruan tinggi berupa, akademi,

sekolah tinggi institut, universitas serta bentuk-bentuk lain yang ditetapkan

pemerintah.

a. Akademi adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

kejuruan yang lingkungannya bisa dikenal dengan pendidikan

profesional.

b. Sekolah tinggi adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang

pendidikan kejuruan yang hanya terdiri dari satu fakultas dan dapat

berdiri dari satu atau lebih jurusan.

c. Institut adalah perguruan tinggi yang melaksanakan satu bidang

(27)

Institut dapat terdiri dari sejumlah fakultas dan dapat terdiri dari satu

atau lebih jurusan.

d. Universitas adalah perguruan tinggi yang melaksanakan program

pendidikan yang bersifat keilmuan dan kejuruan dalam berbagai bidang

pengetahuan, teknologi dan seni yang terdiri dari banyak fakultas dan

jurusan.

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Stratifikasi atau status adalah pembedaan penduduk dalam suatu

masyarakat ke dalam sejumlah tingkatan atau lapisan secara

berjenjang-jenjang hierarkis dari lapisan yang tinggi sampai yang terbawah. Inti dari

pelapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya

pemerataan/keseimbangan dalam pembagian hak-hak, kewajiban dan

tanggung jawab diantara para anggota masyarakat, yang selanjutnya

mempunyai pengaruh pada pembagian kesejahteraan diantara para warga

masyarakat tersebut. Kedudukan atau status sosial bisa didefinisikan

sebagai tempat dalam hubungannya dengan orang-orang lain dalam

masyarakat, yang akan memberikan hak-hak serta kewajiban-kewajiban

tertentu kepada individu yang menempati kedudukan tersebut. Berdasarkan

cara bagaimana status diperoleh, status dapat dibedakan menjadi dua

(Soerjono, 1982:234-235) :

(28)

Kedudukan macam ini diterima oleh seseorang bukan karena usaha,

melainkan karena pengaruh adat dan kebudayaan yang berlaku, atau

corak masyarakat, dalam hal ini bisa dijumpai pada masyarakat

feodal.

b. Achieved status(status yang dicapai dengan usaha)

Kedudukan macam ini dicapai oleh seseorang berkat jerih payah

usahanya sendiri. Kedudukan macam ini bersifat terbuka bagi siapa

saja, asal mampu memenuhi persyaratan yang dituntut oleh

kedudukan tersebut.

Mengenai status sosial ekonomi Keeves (1972:67) mengatakan

bahwa status sosial ekonominya mencakup unsur pendidikan, pekerjaan,

jabatan, penghasilan, kepemilikan barang berharga seseorang di dalam

suatu masyarakat atau kelompoknya. Hopkis (1985:59) mengatakan

bahwa status sosial ekonomi dirumuskan sebagai kombinasi dari status

sosial dan ekonomi dimana di dalamnya mencakup tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan atau tempat tinggal. Kedudukan seseorang di masyarakat

banyak ditentukan oleh apa yang dia miliki, yang dipandang penting oleh

masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, dan pekerjaan seseorang

maka semakin tinggi pula status di masyarakat. Semakin tinggi

pendapatan yang diperoleh, dan kecenderungan memiliki banyak barang

(29)

Hopkins (1985:59) memberikan kesimpulan bahwa status sosial

ekonomi merupakan kedudukan seseorang dipandang dari sudut sosial

ekonomi.

Tentang status Miller (1970:169) menyatakan sebagai berikut :

Social class or status in one of the most important variables in social research. The socioecomonic position of the person affect his chances for education, income, occupation, marriage, health, friends, and even life expetancy.

Kedudukan seseorang dalam masyarakat akan mempengaruhi

kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Status sosial ekonomi

akan mempengaruhi seseorang untuk menuntut ilmu dan mempersiapkan

masa depanya. Tentang hal ini Johnson (1986:131) berpendapat :

Kegiatan individu, apakah itu diharapkan untuk sekedar memperisapkan hidup biologisnya atau memenuhi pelbagai kebutuhan manusia yang lain, dibatasi oleh kedudukan sosial ekonomi itu yang kebetulan ia miliki dalam lingkungan sosial dan material ini. Juga cara individu melihat dunia dikondisikan oleh kedudukannya yang tertentu dalam lingkungan sosial dan materialnya.

Adanya perbedaan status sosial masyarakat akan memberikan

kesempatan atau fasilitas hidup yang berbeda pula, seperti keselamatan

hidup, harta benda, standar hidup kebebasan dan tingkah laku. Di samping

itu juga akan memberikan perbedaan dalam memperoleh kesempatan

dalam menekuni jenjang pendidikan. Hal tersebut berarti bahwa keluarga

yang mendapatkan fasilitas lebih banyak akan lebih berpeluang untuk

mengenyam pendidikan yang lebih tinggi pula. Dengan adanya perbedaan

(30)

sini sekolah dihargai bukan karena nilai pendidikannya saja tapi juga

sebagai simbol status masyarakat.

Keadaan keluarga juga akan berpengaruh terhadap perkembangan

pendidikan anak. Ia dapat diartikan bahwa sikap, cita-cita, minat, motivasi

anak terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang

tuanya. Dengan kondisi ekonomi keluarga yang cukup, ia akan mendapat

kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kecakapannya yang

tidak dapat dikembangkan apabila tidak ada alatnya. Hal ini dapat diartikan

bahwa anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup,

mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan

kemampuannya dari pada anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah.

Sehingga dengan keadaan sosial yang lebih tinggi dapat meningkatkan

minat siswa dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi, lain halnya

dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, minat siswa untuk

melanjutkan studi di perguruan tinggi juga rendah karena biaya untuk

melanjutkan studi di perguruan tinggi dirasa terlalu berat. Jadi, dalam

tingkat pendidikan anak dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi

orang tuanya.

3. Lingkungan Belajar

a. Lingkungan Keluarga

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai

(31)

faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber

(1984) seperti dikutip oleh (Muhibbin Syah, 1995:138) mengatakan

bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.

Menurut Roestiyah (1982:159), faktor-faktor yang datang dari

keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menhadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Susana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.

c. Pengertian orang tua

Anak belajar pelu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Menurut W.S Winkel (1989:109), keadaan sosial-ekonomi

(32)

bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai

seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan

material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf

kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau

rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk

berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan akan,

serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya,

yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi

intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun,

akibat itu tidak harus timbul secara otomatis atau dengan sendirinya.

Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah

kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keluarga dan

bagaimana sikap anak menanggapi lingkungannya dapat menentukan

berhasil atau tidaknya pendidikan yang di tempuh. Agar anak dapat

berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu

yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

b. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang

membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal

pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar

maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua.

(33)

kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang

mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak

perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (W.S

Winkel, 1989:ix).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan

pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja

melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.

Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah

materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah

yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :

a. Interaksi guru dan murid.

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, meyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian.

Guru yang lama biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Hubungan antara murid.

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran.

(34)

perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan.

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitetnya.

f. Kurikulum.

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.

g. Keadaan Gedung.

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah.

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggung-jawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin.

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar.

(35)

waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah.

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

c. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah

bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin

hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut

terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun

dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu

bergaul dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi

perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk.

Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu

dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan

berupa buku-buku, novel, majalah, koran, sehingga kurang dapat

dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik

membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas

belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang

banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat

mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan

rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini yang

(36)

Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.

Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan

pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergualan

yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab

sendiri seorang pelajar.

Muhibbin Syah (1995:44), mengatakan bahwa kondisi sebuah

kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan

kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum

seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan

yang subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal.

Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan

untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya

kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang

demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak

dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya

rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk

rajin belajar. Roestiyah (1982:163) mengatakan bahwa di lingkungan

yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh

untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika

mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya

(37)

belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila

teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat

mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar

ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.

4. Prestasi Belajar

Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di

dalam mengarungi kehidupannya, diantara tujuan yang dicapai tersebut

antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar

adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,

lazimnya hal ini ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan

oleh guru (Mulyono, 1990:30). Senada dengan penulis ini, W.S Winkel

(1989:100) mendefinisikan prestasi belajar sebagai tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan

dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes, mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu. Sementara W.S Winkel (1991:39), menyatakan bahwa

prestasi belajar adalah hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah

melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subyek

dengan lingkungannya yang akan di simpan atau dilaksanakan menuju

kemajuan.

Prestasi merupakan kemampuan nyata seseorang sebagai hasil dari

melakukan atau usaha kegiatan tertentu dan dapat diukur hasilnya.

(38)

definisi dari prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1990:700) adalah :

Penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan pendapat di atas maka pengertian prestasi belajar

adalah hasil usaha yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes.

Apabila prestasi dikaitkan dengan belajar maka mengenal apa yang

dinamakan dengan prestasi belajar. Hal ini menyatakan seberapa jauh hasil

yang telah dicapai atau dibuktikan oleh seseorang. Belajar sendiri

merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan dengan

didapatkannya kemampuan baru yang disebabkan usaha (Sumadi

Suryobroto, 1984:324). Sehubungan dengan prestasi belajar maka ia

mengemukakan bahwa nilai rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan guru mengenai kemajuan siswa atau prestasi siswa selama masa

tertentu.

Dari beberapa pengertian tentang prestasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan kemampuan

yang dinyatakan dalam nilai rapornya, setelah siswa tersebut selesai

mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian

(39)

(mengukur) tingkat keberhasilan seseorang dalam mengikuti proses

belajar.

Apabila seseorang belajar, maka ia akan memperoleh hasilnya.

Hasil belajar adalah perubahan di dalam diri si pelajar, dimana ia dapat

mempunyai hasil yang berbeda-beda dan apa yang telah diketahui.

Keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar dapat dilihat dari prestasi

belajarnya. Evaluasi adalah usaha penilaian terhadap suatu hal, bisa dari

segi tujuan yang ingin dicapai, gagasan, cara kerja, metode pemecahan

(Nana Sudjana, 1990:28).

B. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Wahyu Yuniarti (1997:11), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua dan Prestasi Belajar dengan Minat

Siswa Melanjutkan ke Perguruan Tinggi” menunjukan bukti bahwa ada

hubungan positif dan signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dengan

minat melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa yang memiliki status sosial

ekonomi orang tua tinggi maka memiliki status sosial ekonomi orang tua

rendah maka minat utuk melanjutkan ke perguruan tinggi juga rendah.

Maria Ewaldina (2000:19), dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Antara Lingkungan belajar Siswa, Dorongan Orang Tua dan Minat Belajar

Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa” menyatakan bahwa lingkungan belajar

di keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap prestasi belajar

(40)

Dalam penelitian tersebut juga menyatakan bahwa lingkungan belajar di

sekolah juga perpengaruh terhadap prestasi siswa, karena adanya penyediaan

fasilitas belajar sekolah seperti buku-buku pelajaran, laboratorium, dan

perpustakaan.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Minat merupakan faktor psikologi yang dapat menentukan suatu

pilihan pada seorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor

psikologi yang sangat kuat dan penting untuk kemajuan dan keberhasilan

seseorang yang mengerjakan disertai minat sebelumnya pada umumnya

akan memperoleh hasil yang lebih dari pada mereka yang tidak berminat

sebelumnya.

Status sosial mencakup pendidikan orang tua, jenis pekerjaan dan

pendapatan orang tua. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk

menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,

dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada

umumnya orang-orang sependapat bahwa dengan semakin tinggi tingkat

pendidikan yang dicapai oleh seseorang, maka semakin luas wawasan

serta pengetahuannya dalam berbagai bidang. Dengan tingkat pendidikan

(41)

yang luas sehingga cenderung akan mengarahkan anaknya untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Jenis pekerjaan merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan berhubungan

dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan yang semakin baik

maka pendapatan seseorang akan tinggi pula. Kedua ini diduga hal ini

akan mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan

tinggi.

Dengan semakin tingginya status sosial ekonomi orang tua, maka

minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga tinggi. Lain

halnya dengan status sosial ekonomi orang tua yang rendah maka minat

untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga rendah. Siswa yang

orang tuanya berstatus sosial ekonomi rendah cenderung akan langsung

bekerja setelah tamat dari sekolahnya.

2. Hubungan antara faktor lingkungan belajar siswa dengan minat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang

melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi

pengaruh pada perkembangan siswa (Winkel, 2004:108). Dengan adanya

pengaruh lingkungan belajar yang baik akan diikuti oleh prestasi yang

semakin baik pula. Siswa yang berasal dari lingkungan belajar yang baik

akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa yang

(42)

prestasi belajar yang baik akan mempunyai minat yang tinggi untuk

melanjutkan ke perguruan tinggi. Oleh sebab siswa tersebut mempunyai

kemampuan untuk menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

Terkategorikan sebagai lingkungan belajar adalah lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Lingkungan

keluarga yang baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di

rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik.

Lingkungan sekolah yang dicirikan sarana dan prasarana yang memadai

akan mendukung siswa dapat belajar dengan optimal, sehingga prestasi

belajar yang dicapai siswa akan baik pula. Lingkungan masyarakat adalah

lingkungan dimana siswa menjalin hubungan atau berinteraksi dengan

anggota masyarakat lain. Oleh karena itu perlu siswa menjalin hubungan

dengan masyarakat lainnya. Dalam menjalin hubungan dengan anggota

masyarakat tersebut perlu juga dijaga jangan sampai mendapat teman

bergaul yang buruk. Oleh karena itu perlu mengontrol dengan siapa

mereka bergaul. Siswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang kumuh

dan serta kekurangan dan terdapat anak-anak pengangguran dapat

mempengaruhi aktivitas belajar mereka. Jika tidak hati-hati dalam bergaul

di lingkungan seperti itu anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar.

Sebaliknya siswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya

(43)

Siswa akan memiliki motivasi untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang

lebih tinggi lain halnya dengan kondisi masyarakat yang kurang kondusif.

3. Hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi.

Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki

seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi

belajar siswa nampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran

yang tercermin dalan rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi

belajar dapat diraih siswa akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri,

harapan, dan cita-citanya. Dengan prestasi belajar yang tinggi diperoleh di

SMA akan menjadi daya dorong minat untuk melanjutkan ke perguruan

tinggi. Semakin tinggi prestasi belajar yang diperoleh siswa maka minat

untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi juga tinggi. Hal ini

disebabkan siswa akan mampu menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

Menurut Roestiyah (1982:154), siswa yang prestasinya rendah

adalah satu yang mempengaruhinya, yaitu dia tidak mempunyai tujuan

belajar yang jelas. Berdasarkan pendapat ini dapat disimpulkan bahwa

setiap siswa yang mempunyai tujuan maka ia akan melanjutkan

sekolahnya. Namun bagi siswa yang tidak memiliki tujuan maka siswa

akan enggan untuk melanjutkan sekolahnya. Jika mereka tidak didorong

untuk melanjutkan sekolah, maka sekolah akan menjadi beban bagi

(44)

4. Hubungan antara status sosial ekonomi orang tua faktor lingkungan

belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi.

Keadaan status sosial ekonomi orang tua akan mempengaruhi

minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Dengan

pendidikan orang tua yang tinggi maka wawasan serta pengetahuan orang

tua akan luas sehingga mengarahkan anaknya untuk melanjutkan studi ke

perguruan tinggi dengan harapan setelah lulus nanti mendapat pekerjaan

yang lebih baik dibandingkan orang tuanya.

Lingkungan belajar merupakan faktor pendorong dalam

melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Bila siswa hidup di lingkungan

keluarga yang baik, maka orang tua akan mengarahkan anaknya untuk

melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Faktor lingkungan masyarakat

yang mendukung, maka minat siswa akan tertanam pada diri siswa.

Sementara faktor lingkungan sekolah yang bercirikan sarana dan prasarana

tercukupi, maka kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik.

Prestasi belajar dapat menumbuhkan minat untuk melanjutkan

studi ke perguruan tinggi karena dengan prestasi belajar yang tinggi maka

siswa akan merasa bahwa sanggup untuk melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi. Prestasi belajar ini dapat dilihat dari nilai-nilai

rapor. Bagi siswa yang memiliki prestasi yang tinggi, diduga kuat

(45)

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua dengan minat

melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

2. Ada hubungan antara faktor lingkungan belajar dengan minat melanjutkan

studi ke perguruan tinggi.

3. Ada hubungan antara prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi.

4. Ada hubungan antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan

belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke perguruan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian deskriptif,

penelitian studi kasus, dan penelitianex post facto.

1. Studi kasus

Penelitian tentang hubungan antara status sosial ekonomi orang tua faktor

lingkungan belajar dan prestasi belajar dengan minat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi ini dibatasi ruang lingkupnya, yaitu mengambil kasus

pada SMA Pangudi Luhur Sedayu.

2. Studiex post facto

Studi ex post facto yaitu penyelidikan empiris yang sistematis dimana

ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena

perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena variabel tersebut

pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Kesimpulan tentang

hubungan di antara variabel-variabel itu dilakukan, tanpa intervensi

langsung, berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel bebas dan

variabel terikat itu (Furchan, 1982:382-383). Jadi dalam penelitian ini

peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena

(47)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian lapangan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2007

2. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SMA Pangudi Luhur

Sedayu.

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang di teliti. Dalam penelitian ini,

populasinya adalah siswa-siswi kelas XI SMA Pangudi Luhur Sedayu yang

berjumlah 80 siswa.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Bebas (independent variable)

a. Status sosial ekonomi orang tua

1) Variabel tingkat pendidikan orang tua

Yang dimaksud tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat

pendidikan tertinggi yang berhasil diselesaikan oleh orang tua

siswa dalam hal ini tingkat pendidikan orang tua dikelompokan

sebagai berikut :

a) Lulus SD skor 1

b) Lulus SMP skor 2

c) Lulus SMA skor 3

(48)

e) Lulus PT skor 5

2) Jenis pekerjaan orang tua

Jenis pekerjaan orang tua yaitu bidang pekerjaan pokok yang

ditekuni orang tua setiap harinya. Dalam hal ini, penulis

menggolongkan jenis pekerjaan menurut pendapat Spillane

(1982:14). Penulis memodifikasi jenis pekerjaan orang tua menjadi

8 golongan dan memberikan penskoran, sebagai berikut :

a) Ibu RT skor 1

b) Pensiunan skor 2

c) Buruh tani skor 3

d) Petani skor 4

e) Karyawan skor 5

f) PNS skor 6

g) Guru skor 7

h) Wiraswasta skor 8

3) Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan rata-rata yang diterima orang tua

setiap bulan. Dalam penelitian penghasilan diukur dari tinggi

rendahnya pengasilan/pendapatan yang diberikan 5 alternatif awal

tentang pengeluaran dengan beberapa orang tua siswa.

Adapaun pedoman untuk memberikan alternatif jawaban adalah :

a) Penghasilan kurang dari 500.000 diberi skor 1

(49)

c) Penghasilan antara 1.500.000≤2.000.000 di beri skor 3

d) Penghasilan antara 2.000.000≤2.500.000 di beri skor 4

e) Penghasilan antara 2.500.000 ke atas di beri skor 5

4. Fasilitas khusus yang dimiliki keluarga

Fasilitas diukur dari banyak sedikitnya fasilitas khusus, benda dan

barang yang dimiliki keluarga responden. Untuk mempermudah

pengukuran, maka masing-masing fasilitas benda dan barang yang

dimiliki kelarga responden di beri skor sebagai berikut :

No Jenis Fasilitas Skor

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Mobil (Kendaraan. Roda 4)

Sepeda Motor

Video

TV Berwarna

TV Hitam Putih

Tape Recorder

Radio

Kulkas

Mesin Cuci

Pesawat Telepon

Telpon Genggam (HP)

Pager

VCD Player

Komputer

16

15

6

10

9

4

3

11

12

5

14

7

8

(50)

15

16

17

18

Langganan Surat Kabar

Langganan majalah

Rumah

Tidak punya

1

2

17

0

2. Faktor lingkungan belajar

Lingkungan belajar merupakan keseluruhan keadaan yang melingkupi

siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberikan pengaruh pada

perkembangan siswa. Dalam lingkungan belajar diberi penskoran dari skor

1 sampai skor 4.

Tabel Operasionalisasi Variabel

No butir

Variabel Indikator

Positif Negatif

Faktor Lingkungan Belajar

a. Lingkungan belajar di

keluarga

b. Lingkungan belajar di

sekolah

1. Perhatian keluarga

2. Perhatian saudara

3. Fasilitas kesediaan

belajar

4. Kedisiplinan dalam

belajar

1. Motivasi guru

2. Hubungan Guru dan

murid

3. Fasilitas sekolah

4. Kelompok belajar di

sekolah

1,2,4

5,6

7,8,9

10,11

12

15,16

17,18,19

20,21

3

(51)

c. Lingkungan belajar di

masyarakat

1. Hubungan dengan

masyarakat

2. Kegiatan di

masyarakat

3. Fasilitas di

masyarakat

22,24,25

26,27

28,29

23

Pengukuran lingkungan belajar menggunakan skala likert. Yang disajikan

dalam empat pertanyaan alternatif jawaban yang diberi tanda (V) pada

lembar yang telah disediakan yaitu sering, pernah dan tidak pernah. Bobot

yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah :

Sangat setuju diberi skor 4

Setuju diberi skor 3

Tidak setuju diberi skor 2

Sangat tidak setuju diberi skor 1

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah sejauh mana anak menguasai dan memahami

materi pelajaran yang ditunjukkan dengan adanya nilai yang berhasil

dicapai siswa, yang tampak dari nilai rapor.

4. Minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi

Minat studi ke perguruan tinggi adalah kecenderungan-kecenderungan

mengarah siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi sebagai kelanjutan

pendidikan mereka setelah tamat dari SMA, yang ditandai dengan

perasaan senang, tertarik, perhatian dan perasaan bahwa perguruan tinggi

(52)

Tabel Operasionalisasi Variabel

No butir Variabel Indikator

Positif Negatif

Minat melanjutkan studi

ke perguruan tinggi

1. Perhatian terhadap

Perguruan tinggi

2. Perhatian terhadap

bimbingan belajar

3. Motivasi diri

1,2

3,4

5,6

Untuk mengukur minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi, cara yang

digunakan penulis adalah dengan kuesioner tentang pilihan yang disusun

seperti model Likert dengan tiga alternatif jawaban. Skor bergerak dari 1

sampai dengan 3. Adapun pedoman untuk memberikan skor pada

alternatif jawaban adalah :

1. Jawaban a diberi skor 1

2. Jawaban b diberi skor 2

3. Jawaban c diberi skor 3

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan sejumlah

daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan

(53)

tentang status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar, dan

prestasi belajar dengan minat melanjutkan ke perguruan tinggi.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan

secara langsung atau lisan dengan kepala sekolah dan guru untuk

melengkapi data tentang gambaran umum sekolah.

3. Dokumentasi

Metode pengumpulan data dengan cara menyalin data yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai minat melanjutkan ke

perguruan tinggi.

F. Teknik Pengujian Kuesioner

Untuk mengenai apakah setiap item kuesioner yang digunakan sudah valid

atau belum, maka dilakukan uji statistik untuk mengukur kesahihan butir dan

keandalan butir dengan menggunakan analisis validitas dan reliabilitas.

1. Analisis validitas

Analisis validitas digunakan untuk menunjukan tingkat validitas atau

kesahihan butir dengan menggunakan rumus koefisien product moment

dari Pearson. Penulis menggunakan taraf signifikan (alpha) 0,05 atau 5%.

Uji validitas menggunakan sejumlah populasi berukuran n=80 dari 80

kuesioner yang dijawab oleh responden dengan dk=n-2. Setiap item di

(54)

 

 

  2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan : xy

r = koefisien korelasi antara x dan y

X = jumlah skor butir genap

Y = jumlah skor butir ganjil

XY = Jumlah kali x dan y

N = banyaknya sampel yang diuji

Dalam pengujian koefisien ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika r

hitung > r tabel, maka suatu butir instrumen mampu mengukur apa yang

diinginkan (valid). Sebaliknya, jika r hitung < r tabel maka suatu butir

instrumen adalah tidak valid atau sahih.

Pelaksanaan uji coba instrumen penelitian ini dilakukan pada SMK

Tamansiswa Nanggulan dengan jumlah responden 80 orang. Dari hasil uji

coba tersebut diketahui derajat kebebasan sebesar 78 (80-2), dengan harga

kritik product moment tabel (r tabel) sebesar 0,151 dengan taraf

signifikansi 5%. Adapun rangkuman hasil penelitian uji coba validitas

sebagai berikut (lampiran 2, hal 97):

Tabel 3.1

Rangkuman hasil pengukuran validitas

X1 X2 y

No

item rhit rtabel ket rhit rtabel ket rhit rtabel ket

(55)

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 0,3904 0,3319 -0,0854 0,3596 0,2255 0,6115 0,4978 0,4031 0,4517 0,0441 0,5245 0,4953 0,2455 0,3564 -0,0144 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak 0,5374 0,6053 0,6470 0,5125 -0,2645 -0,2412 0,4989 0,5793 0,5179 0,6027 0,5320 0,4558 0,6178 0,6670 0,0957 0,5249 0,1242 0,4368 0,4994 0,3998 0,6526 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 0,151 Valid Valid Valid Valid Tidak Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Prapenelitian

2. Analisis reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung reliabilitas

kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Koefisien Alpha Cronbach

dengan taraf signifikan 5% (Suharsimi Arikunto, 1987:236).

Rumus Alpha: 11 r =     1 k k        

2 2 1 b b   Keterangan: 11

r : Reliabilitas instrumen

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b : Jumlah varians butir 2

t

(56)

Reliabilitas kuesioner pada penelitian ini menggunakan teknik

Alpha Cronbach. Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan

taraf signifikan 5% maka data kuesioner tersebut reliabel. Sebaliknya

jika koefisien alpha lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikan 5%

maka data kuesioner tersebut tidak reliabel.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows

versi 11.5 dengan koefisien r tabel pada n = 80 adalah sebesar 0,151

Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut (lampiran 2,

hal 97):

Tabel 3.2

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai r hitung Nilai r tabel Status

Status sosial ekonomi

orang tua 0,7604 0,151 Andal

Faktor lingkungan belajar 0,8810 0,151 Andal

Minat melanjutkan studi

ke perguruan tinggi 0,5542 0,151 Andal

Dengan demikian berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas

tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut

dianggap sudah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur pengumpulan

(57)

G. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi data

Analisis ini dilakukan dengan cara mendiskripsikan data hasil

observasi yang sudah didapat dan penelitian di lapangan yang meliputi

responden, variabel status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan

belajar, prestasi belajar dan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk

pada setiap variabel.

2. Pengujian Prasyarat Analisis

a) Pengujian normalitas

Sebelum melangkah pada uji korelasi sederhana, terlebih dahulu

mengetahui pengujian syarat korelasi sederhana yaitu menggunakan uji

normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala

yang diteliti apakah mempunyai sebaran data yang normal atau tidak.

Uji normalitas menggunakan rumusOne-Sample Kolmogorov-Smirnov

(Sugiyono, 1999:255) yaitu:

 

 

F X1 S X1

Max

Don

Keterangan :

D = Deviasi maksimum

 

X1

Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

 

X1

Sn = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi

5%, maka distribusi data dikatakan normal. Sebaliknya, jika nilai F

(58)

b) Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel bebas mempunyai hubungan linier atau tidak dengan variabel

terikatnya. Untuk uji linieritas ini digunakan rumus persamaan regresi

dengan menguji signifikansi nilai F. Adapun rumus yang digunakan

untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Sudjana, 1996:332) :

e S

TC S

F 2

2 

Keterangan :

 

2

2

 

k TC JK TC S

 

2

2

 

k E JK e S

Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi STC = varian tuna cocok

Se = varian kekeliruan

JK(TC) = jumlah kuadrat tuna cocok JK(E) = jumlah kuadrat kekeliruan

Kita tolak hipotesis model regresi linier jika F>F1k2,nk. Untuk

distribusi f yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk

penyebut = (n-k).

3. Pengujian Hipotesis

a. Untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan ketiga tentang hubungan

antara status sosial ekonomi orang tua, faktor lingkungan belajar dan

(59)

digunakan analisis statistik koefisien korelasi Product Moment dari

pearson sebagai berikut :



 

 

2 2

2 2

Y Yi n Xi Xi

n

Yi Xi XiY

n rxy

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi variabel x terhadap y

X = jumlah nilai X

Y = jumlah nilai Y

n = jumlah subyek yang di teliti (Sudjana, 1996:369).

Koefisien korelasi yang diperoleh diintepretasikan sebagai berikut

(Sugiyono, 1999:216) :

r = 0,8 – 1,0 : berarti korelasi sangat kuat

r = 0,6 – 0,799 : berarti korelasi kuat

r = 0,4 – 0,599 : berarti korelasi sedang

r = 0,2 – 0,399 : berarti korelasi rendah

r = 0,0 – 0,199 : berarti korelasi sangat rendah

Sedangkan untuk menguji signifikan dari koefisien korelasi rxy

dilakukan uji t dengan rumus :

2

1

2

r

n

r

t

Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

- jika t hit > t tab berarti terdapat hubungan yang signifikan

(60)

b. Untuk menguji hipotesis keempat tentang hubungan antara status

sosial ekonomi orang tua faktor lingkungan belajar dan prestasi belajar

dengan minat melanjutkan studi ke perguruan tinggi digunakan teknik

korelasi ganda dengan rumus (Suharsimi Arikunto 1990:500) :

 

 

 1 1 2 22 3 3 123

y

y x a y x a y x a Rxy

Keterangan :

Rxy : koefisien korelasi antara variabel y dengan x1, x1, x3

a1 : koefisien variabel bebas x1

a2 : koefisien variabel bebas x2

a3 : koefisien variabel bebas x3

x1y : jumlah produk antara x1dan y

x2y : jumlah produk antara x2dan y

x3y : jumlah produk antara x3dan y

2

y : jumlah kuadrat kriterium y

Untuk menguji signifikan atau tidaknya koefisien korelasi ganda

tersebut digunakan uji F, dengan tingkat signifikan 0,05 sebagai

berikut :

F =

1

/ 1

/

2 2

  R n k

K R

Keterangan :

R : koefisien korelasi ganda

(61)

Kriteria pengujian :

Terima hipotesis yang menyatakan positif dan signifikan jika Fhit>F0,05

: k (n-k-1)

Tolak hipotesis tersebut jika Fhit< F0,05: k (n-k-1)

Untuk mengetahui regresi linier ganda digunakan model regresi

sebagai berikut :

Y = a0+a1X1+a2X2+a3X3

Keterangan :

a0, a1, a2, a3 : koefisien berdasarkan hasil pengamatan

X1 : status sosial ekonomi orang tua

X2 : faktor lingkungan belajar

X3 : prestasi belajar (Sudjana 1990:347)

c. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif

1. Sumbangan Relatif

Sumbangan relatif digunakan untuk mengetahui seberapa besar

sumbangan masing-masing variabel bebas dalam perbandingan

Gambar

Tabel Operasionalisasi Variabel
Tabel Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.1Rangkuman hasil pengukuran validitas
Tabel 3.2Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH ALAT PERMAINAN EDUKATIF LOGICO TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LOGIKA MATEMATIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB

Jika tingkat bunga yang disyaratkan lebih rendah daripada tingkat kupon (lihat contoh 2), harga obligasi akan lebih tinggi dari nilai parnya, atau obligasi dijual dengan

Jika agama bekerja di mana kelas subordinat berada pada posisi keduanya yakni sebagai subjek dan objek dalam sebuah masyarakat tertentu menghasilkan (mampu berkomunikasi dan

[r]

Efektivitas model CIRC dan Group to Group Exchange Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Siswa Kelas IV SD.. Program Studi S1 Pendidikan Guru

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan Ukuran Perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor industri

Dengan demikian skala adalah perbandingan antara jarak pada peta (gambar ) dengan jarak yang sebenarnya.. Foto dan

Seksi Fasilitasi Permodalan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah dalam melaksanakan fasilitasi permodalan usaha kecil menengah.