• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam dan dijelaskan ke dalam bahasa matematika. Karakteristik ilmu fisika seperti Ilmu Pengetahuan Alam lainnya adalah ilmu yang di dalamnya terdapat prinsip, hukum, dan konsep. Namun demikian, dalam proses untuk mendapatkan prinsip, hukum dan konsep diperlukan metode ilmiah. Metode ilmiah tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran fisika, karena dengan metode ilmiah siswa dapat dituntun untuk menemukan prinsip, hukum, dan konsep secara mandiri.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menerangkan bahwa karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah, tematik terpadu, dan tematik perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan / penelitian.

Berdasarkan gambaran dari hasil studi internasional yakni PISA

(Programme for International Student Assessment) menyatakan bahwa pada tahun

2012 skor yang dicapai anak Indonesia dalam bidang sains masih di bawah rata-rata skor internasional, yakni 382 (skor rata-rata-rata-rata internasional adalah 501). Pencapaian ranking anak Indonesia dalam bidang sains berada pada urutan ke-64

dari 65 negara peserta. Sedangkan TIMSS (Trends in International Mathematics

and Science Study) memperlihatkan bahwa pada tahun 2011 pencapaian skor sains

anak Indonesia adalah 406, sedangkan skor rata-rata internasional adalah 500. Ranking anak Indonesia dalam bidang sains berada pada posisi ke 40 dari 42 negara peserta.

Pembelajaran Fisika pada siswa SMA tidak hanya sekedar mempelajari prinsip, hukum, dan konsep saja, namun sudah mulai diberikan aplikasi-aplikasi yang dapat mereka kembangkan untuk kemajuan teknologi yang saat ini sudah semakin maju. Selain itu, dengan pembelajaran fisika, siswa dapat membiasakan diri bersikap ilmiah untuk diterapkan dalam bersikap pada kehidupan sehari-hari

(2)

commit to user

mereka. Namun demikian, agar siswa terbiasa dengan sikap ilmiah, maka pembelajaran fisika di sekolah pun harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang mendukung mereka untuk terbiasa bersikap ilmiah.

Tujuan dari setiap kurikulum adalah untuk meningkatkan seluruh aspek kemampuan siswa dengan maksimal. Dalam hal ini, aspek peningkatan kemampuan tidak hanya terkonsentrasi pada peningkatan pengetahuan saja, namun juga pada aspek sikap dan keterampilan. Untuk itu, dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran yang akan digunakan adalah keterampilan proses sains. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini, membuat siswa terbiasa bersikap ilmiah, karena proses pelaksanaan keterampilan proses sains sesuai dengan proses pelaksanaan metode ilmiah.

Hasil Ujian Nasional (BSNP SMA/MA T.P 2013/2014) di SMA Negeri 1 Sekampung tahun pelajaran 2013/2014 pada materi listrik dinamis lebih rendah dibandingkan dengan nilai provinsi Lampung dan Nasional. Hal ini terlihat dari daya serap siswa pada tingkat nasional sebesar 54,80; di tingkat provinsi (Lampung) sebesar 46,70; dan di tingkat sekolah sebesar 23,00 yang merupakan nilai terendah diantara semua kompetensi materi UN. Rendahnya hasil UN tersebut, menjadi salah satu bukti bahwa banyak siswa yang belum bisa memahami materi listrik dinamis dengan baik.

Berdasarkan analisis kebutuhan guru dengan koresponden guru Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sekampung Lampung Timur, diketahui bahwa diperlukannya bahan ajar berdasarkan kurikulum KTSP. Selain itu juga, perlu tersedianya bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum KTSP secara memadai

dalam bentuk cetak.Materi pada bahan ajar yang digunakan belum memuat materi

yang lengkap. Pembelajaran belum mengedepankan pengamatan sehingga siswa tidak terbiasa untuk memprediksi jawaban sementara. Hal ini bisa mengakibatkan siswa kurang mampu melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Kegiatan belajar tidak membiasakan siswa untuk mengukur dan mengelompokkan data, sehingga siswa kurang mampu memberikan jawaban yang tidak biasa dan juga memperinci detil-detil dari suatu gagasan agar menjadi lebih menarik. Siswa tidak dibiasakan untuk melakukan presentasi dan menyimpulkan

(3)

commit to user

materi pelajaran yang siswa dapatkan selama kegiatan pembelajaran, sehingga siswa kurang mampu mencetuskan banyak penyekesaian masalah dengan lancar. Siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru.

Penggunaan keterampilan proses sains sebagai metode yang akan digunakan dalam pembelajaran fisika pada kurikulum ini dapat mengubah pola proses

pembelajaran fisika di kelas yang selama ini teacher centered menjadi student

centered. Metode ini selain bisa membuat siswa menjadi lebih aktif juga dapat

membiasakan siswa untuk bersikap ilmiah. Sehingga diharapkan kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat dan prestasi belajar siswa juga semakin baik.

Banyak faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Guru memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam membentuk dan memahami suatu konsep serta hasil belajar siswa. Untuk mempermudah dan memfasilitasi guru dalam berinteraksi dengan siswa maka diperlukan sumber belajar yang dijadikan sebagai panduan yang sesuai dengan pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan adanya bahan ajar ini diharapkan dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Banyak sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran seperti tempat, benda, orang, bahan, buku, peristiwa, dan fakta. Itu semua tidak akan menjadi sumber belajar yang bermakna bagi siswa maupun guru apabila tidak diorganisasi melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai bahan ajar. Sehingga penting bagi guru untuk terus mengembangkan media sebagai penunjang pembelajaran. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan modul, modul berperan sebagai suplemen atau buku penunjang siswa untuk belajar mandiri. Modul berperan sebagai pelengkap sumber belajar siswa.

Faktor yang diungkapkan di atas memberi kesimpulan bahwa perlu adanya suatu inovasi dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah dengan pembuatan bahan ajar sesuai dengan karakteristik materi yang akan disampaikan. Menurut Prastowo (2014 : 16) bahwa “bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

(4)

commit to user

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran”. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa dalam suatu bahan ajar harus terdapat kesesuaian dengan karakteristik masing-masing materi.

Menurut Anderson cit. Sukiman (2012: 28) bahwa “media pembelajaran

adalah media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa”. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri adalah dalam bentuk modul. “Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik” (Prastowo, 2014:106).

Pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan keterampian proses sains akan terlaksana lebih baik jika didukung dengan modul dengan pendekatan

keterampilan proses sains, sehingga dapat dengan mudah mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Tujuan pembelajaran yang dimaksud tidak hanya mencakup kemampuan pengetahuan, namun juga mencakup kemampuan sikap dan keterampilan. Dengan demikian, diharapkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan prestasi belajar fisika semakin meningkat.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik modul fisika hasil pengembangan melalui pendekatan

keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA?

2. Bagaimana kelayakan modul fisika hasil pengembangan melalui pendekatan

keterampilan proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA?

3. Bagaimana efektivitas produk modul fisika dengan pendekatan keterampilan

proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA?

(5)

commit to user C.Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan karakteristik modul fisika melalui pendekatan keterampilan

proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA.

2. Menganalisis kelayakan modul fisika melalui pendekatan keterampilan proses

sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA.

3. Mengetahui efektivitas produk modul fisika melalui pendekatan keterampilan

proses sains untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X SMA.

D.Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul fisika dengan pendekatan keterampilan proses sains yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Spesifikasi modul adalah sebagai berikut:

1. Modul fisika dengan pendekatan keterampilan proses sains berbentuk media

cetak yang berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2. Modul fisika dengan pendekatan keterampilan proses sains pada materi listrik

dinamis

3. Standar kompetensi yang mencakup menerapkan konsep kelistrikan dalam

berbagai penyelesaian masalah dan berbagai produk teknologi.

4. Modul yang dikembangkan adalah modul yang mengintegrasikan pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, sehingga modul disusun berdasarkan komponen dari pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains yang terdiri dari 6 tahap dan modul yang dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, oleh karena itu, disajikan pula tes kemampuan berpikir kreatif untuk melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. Komponen pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains yang dimaksud adalah mengamati,

(6)

commit to user

mengklasifikasikan, mengomunikasikan, mengukur, memprediksi, dan menyimpulkan.

5. Komponen modul fisika dengan pendekatan keterampilan proses sains meliputi

(1) cover, (2) pendahuluan yang berisikan deskripsi, prasyarat, petunjuk penggunaan modul, dan tujuan akhir, (3) kegiatan belajar yang berisikan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disajikan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang harus dibuktikan melalui percobaan, materi yang digunakan untuk memperkuat kesimpulan dari percobaan, contoh soal, tes kemampuan berpikir kreatif, rangkuman, evaluasi, glosarium, (4) penutup, dan (5) daftar pustaka.

6. Modul fisika dengan pendekatan keterampilan proses sains dilengkapi dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berpendekatan keterampilan proses sains.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya pendidikan fisika, yang antara lain:

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan kajian yang berhubungan dengan modul fisika dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains, sehingga dapat memperdalam pengetahuan tentang pengembangan modul fisika dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains.

2. Bagi guru

Modul fisika dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains yang dihasilkan dapat digunakan untuk bahan ajar dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan Listrik Dinamis dan dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan modul fisika dengan pendekatan Keterampilan Proses Sains dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan yang berbeda.

3. Bagi sekolah

Sebagai bahan ajar pembelajaran fisika dan dapat digunakan sebagai contoh untuk mengembangkan modul berpendekatan Keterampilan Proses Sains dalam pembelajaran selain fisika.

(7)

commit to user

4. Bagi siswa

Diharapkan pengembangkan modul fisika melalui pendekatan Keterampilan Proses Sains dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa dan melatih siswa untuk bersikap

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

Sri Hartati : Dinamika wereng coklat tanaman padi di Indonesia | 210 Populasi hama wereng coklat dengan populasi musuh alami ( Lycosa dan Paederus ) memiliki hubungan dan

Jadi keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman atau keberagaman dari mahluk hidup yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan – perbedaan sifat, diantaranya

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Pada aspek menanya, aktivtas belajar siswa yang diobservasi dalam mengikuti berbagai kegiatan meliputi bertanya sesuai dengan cakupan materi pembelajaran dan fokus

Tässä tutkimuksessa valkuaisruokinnoilla oli kontrolliruokintaan verrattuna suurempi maitotuotos, mutta rypsiä korvattaessa lupiinilla tuotos pieneni.. Samansuuntaisen tulok-