Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
PROGRAM STUDI S
SKRIPSIUntuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
VIVI KRIS ROHMAWATI NIM. S11047
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGALAMAN IBU DALAM MENANGANI ANAK TERSEDAK PADA USIA TODDLER DI POSYANDU DUSUN KALONGAN PAPAHAN
TASIKMADU
Oleh :
VIVI KRIS ROHMAWATI NIM. S11047
Telah disetujui untuk dapat dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Wahyuningsih safitri S.Kep,.Ns,.M.Kep NIK.201279102
Anissa Cindy Nurul Afni S.kep,.Ns,.M.Kep NIK.201188087
iii Nim : S.11047
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta maupun diperguruan tinggi lain.
2. Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain,kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukkan Tim Penguji.
3. Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.
Surakarta, 10 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan
Vivi Kris Rohmawati NIM.S11047
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atasrahmat dan karunia-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi denganjudul
“Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler di
Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu” Dalam penyusunanskripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagaipihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih danpenghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Ketua program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Wahyuningsih Safitri, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi.
4. Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Pembimbing
Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyusunan skripsi.
5. Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns,M.Kep selaku Penguji yang telah
memberikan bimbingannya.
6. Seluruh dosen dan staf akademik Program Studi S-1 Keperawatan STIKes
v
Suparno serta adik – adik ku, yang selalu tak henti – hentinya mendoakan dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada penulis.
9. Octavian Muhammad Sakti yang selalu senantiasa memberikan semangat
sehingga skripsi ini bisa selesai.
10.Didik Pamungkas, Merlyn Gischa Sofyana, Novita Chrussiawati, dan Teman-teman angkatan 2011 / S11 tersayang, yang saling mendukung dan membantu dalam proses pembuatan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT
.
Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.
Surakarta, 10 Agustus 2015
Vivi Kris Rohmawati NIM.S11047
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
KATA PENGHANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x ABSTRAK ... xi ABSTRACT ... xii BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Tinjauan Teori ... 6 2.1.1 Pengalaman... 6 2.1.2 Pengetahuan ... 6 2.1.3 Perilaku ... 12 2.1.4 Fase Toddler ... 13 2.1.5 Tersedak ... 14 2.2 Kerangka Teori ... 23 2.3 Fokus Penelitian ... 24 2.4 Keaslian Penelitian ... 25
BAB III METODOLOGI ... 26
3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian ... 26
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 35
4.1 Karakteristik Partisipan ... 35
4.2 Tema Hasil Penelitian ... 36
BAB V PEMBAHASAN ... 43
5.1 Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak pada Usia Toddler ... 43
5.1.1 Kegawatan respirasi ... 43
5.1.2 Penyebab tersedak ... 45
5.2Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler ... 47
5.2.1 Faktor resiko terjadi tersedak ... 47
5.2.2 Penanganan tersedak ... 49
5.2.3 Lokasi kejadian tersedak ... 50
5.3Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar Tidak Tersedak pada Anak Usia Toddler ... 51
5.3.1 Pencegahan tersedak ... 51
5.4Respon Psikologi Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler ... 52
5.4.1 Reaksi psikologis orangtua ... 52
5.4.2 Respon anak saat kejadian tersedak ... 54
BAB VI PENUTUP ... 57
6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Keaslian Penelitian 25
ix
2.2 Buka jalan nafas 20
2.3 Memberikan bantuan pernafasan 21
2.4 Hentakan diatas perut 21
2.5 Pengecekan denyut nadi. 22
2.6 Kompresi dada 22
2.7 Kerangka Teori 23
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Keterangan
1. Surat Ijin Studi Pendahuluan Penelitian
2. Surat Rekomendasi Pra Penelitian Kesbangpol
3. Surat Rekomendasi Pra Penelitian Bapeda
4. Surat Rekomendasi Pra Penelitian Dinas Kesehatan
5. Permohonan Ijin Penelitian
6. Surat Rekomendasi Penelitian Kesbangpol
7. Surat Rekomendasi Penelitian Bapeda
8. Surat Rekomendasi Penelitian Dinas Kesehatan
9. Lembar Penjelasan Penelitian
10. Lembar Persetujuan Partisipan
11. Lembar Pedoman Wawancara
12. Lembar Hasil Wawancara
13. Lembar Analisa Tematik
14. Data Demografi
15. Dokumentasi
16. Lembar Konsultasi
xi
Vivi Kris Rohmawati
Pengalaman Ibu Dalam Menangani Anak Tersedak Pada Usia Toddler Di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu
Abstrak
Tersedak merupakan sumbatan atau hambatan respirasi oleh benda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4 tahun anak sering memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Data ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 3 partisipan di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu. Data dianalisa menggunakan Colaizzi. Kemudian data dianalisa dan didapatkan kata kunci, makna – makna dan tema – tema. Hasil penelitian didapatkan beberapa tema yaitu (1) pengetahuan : (a) kegawatan respirasi; (b) penyebab tersedak. (2) pengalaman : (a) factor resiko terjadinya tersedak; (b) penanganan tersedak; (c) lokasi kejadian tersedak. (3) pencegahan : (a) pencegahan tersedak. (4) respon : (a) reaksi psikologis orangtua; (b) respon anak saat terjadi tersedak.
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi para ibu yang mempunyai anak toddler. Ibu dapat menjauhkan benda – benda yang mudah ditelan oleh anak, dan dapat melakukan pengawasan bagi anak usia toddler.
Kata kunci : Tersedak, Pengalaman, Menangani Daftar pustaka : 37 (2001-2014)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2015 Vivi Kris Rohmawati
Mothers’ Experience in Handling the Choking Toddlers at Integrated Health Center of Kalongan Village, Papahan, Tasikmadu
ABSTRACT
Choking is a blockage or obstruction of respiration by foreign objects in the internal respiratory tract, including the pharynx, hypopharynx, and trachea. The main causes of choking are food, coins, or drinks. Predisposing factor that causes choking of the children especially at the ages of 1-4 years old is that they often put things in their mouth. The objective of this research is to investigate the mothers’ experience in handling the choking toddlers.
This research used the qualitative method with phenomenological approach. The samples of research consisted of 3 participants at Integrated Health Center of Kalogan village, Papahan Tasikmadu. The data were collected through in-depth interview and were analyzed by using the Colaizzi’s method. The result of research shows that there were four themes, namely: (1) knowledge i.e (a) respiratory gravity and (b) cause of choking; (2) experience i.e. (a) choking risk factor, (b) choking handling, and (c) choking location; (3) prevention i.e (a) choking prevention; (4) response i.e. (a) psychological reaction of parents and (b) toddlers’ response while choking.
The result of this research could provide information for mothers who have toddlers. Mothers could keep far away the articles easily swallowed from their toddlers, and can conduct surveillance upon their toddlers.
Keywords: Choking, experience, handling References: 37 (2001-2014)
1 1.1Latar belakang
Usiatoddler adalah anak yang berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi (Wong, 2009). Pada usia 12 bulan, anak mampu menggenggam benda yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai keinginannya. Memasuki usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda kecil ke dalam botol berleher sempit dan melempar serta menangkap bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan toddler mampu melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan(Potter & Perry, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537 anak-anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak, sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui. (Committee on injury, 2010). Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710, terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2% terjadi pada usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4% (AAP, 2010).
Berdasarkan data dari Departemen Dinas Kesehatan Nasional menunjukkan penyebab tersedak adalah benda asing biji – bijian sejumlah 105
2
pasien, 82 pasien tersedak benda asing kacang – kacangan, sayuran 79 pasien, lainnya tersedak disebabkan oleh logam, makanan, dan tulang ikan (Depdiknas, 2007).
Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi olehbenda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan ventilasi(Smith, 2003). Aspirasi benda asing di traktus trakeobronkhial sering terjadi pada usia lebih muda dari tiga tahun (75-85%) dimana prevalensi lebih tinggi terjadi pada anak laki-laki. Gejala dan tanda yang paling sering dijumpai pada penderita aspirasi benda asing di traktus trakheobronkial adalah batuk dan rasa tercekik (54,9% - 94,4%)(Fadhlia, 2011).
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya(Dewi & Wawan, 2010). Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga) dan ibu yang tahu tentang cara penanganan anak tersedak, ibu akan lebih paham dan memiliki perilaku yang baik dan penanganan tersedak pada anak (Notoatmodjo, 2010).
Hasil wawancara secara insedintal dangan 9 ibu yang anaknya pernah tersedak pada bulan Desember 2014 didapatkan 3 ibu mengatakan tersedak karena makan permen, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak karena mainan, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak karena kelereng, 2 ibu
mengatakan anaknya tersedak karena makan kacang – kacangan, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak makanan mangga, 1 ibu mengatakan anaknya tersedak bakso. Ibu mengatakan merasa cemas dan bingung dengan kondisi anaknya yang tersedak. Tindakan yang di lakukan anatara lain memanggil tetangga untuk segera menolong anaknya, memberikan minuman, dan ada juga yang menepuk leher anaknya agar makanan atau benda asing keluar.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan ibu yang memiliki anak tersedak diberikan penanganan yang berbeda – beda. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tentang pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak di posyandu Dusun Kalongan.
1.2Rumusan masalah
Usiatoddlermerupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi dan anak lebih suka memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Apabila kurang pengawasan dari orang tua anak dapat menyebabkan tersedak. Maka rumusan masalah dalam peneliti ini adalah “Bagaiamana pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler”
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler?
4
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini:
1. Mengetahui pengetahuan ibu tentang anak tersedak pada usiatoddler? 2. Mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada
usia toddler?
3. Mengetahui tindakan yang dilakukan ibu untuk pencegahan agar tidak tersedak pada anak usiatoddler?
4. Mengetahui respon psikologi ibu dalam menangani anak tersedak pada usiatoddler?
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Masyarakat mengetahui tentang kejadian tersedak terkait dengan pengalaman orang tua dalam menangani anak yang tersedak sehingga masyarakat dapat mengantisipasi kejadian tersedak.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi Institusi Prodi S1 Keparawatan Stikes
Kusuma Husada Surakarta dalam memberikan ilmu terkait
kegawatdaruratan komunitas, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Sebagai saran menjadi acuan untuk dapat diteliti kembali dengan factor - faktor yang mempengaruhi tersedak, sehingga dapat menanbah ilmu pengetahuan dalam penanganan tersedak.
1.4.4 Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dengan masyarakat tentang mencari informasi kejadian tersedak dan peneliti terkait dengan tersedak memberikan pengetahaun bagi peneliti tentang pengalaman masyarakat dalam menangani tersedak usia toddler.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengalaman
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yangberfungsi sebagai referensi otobiografi(Alwi,2005). Pengalaman merupakan suatu sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam
proses pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil ‘’tahu” pengindraan manusia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merapakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui (Dewi & Wawan, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan antara lain:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.Dalam peneliti ini ibu tahu tentang tersedak dimana kondisi jalan nafas yang membahayakan pada anak.
8
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Dalam peneliti ini penyebab utama tersedak makanan, benda asing.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang telah diketahui tersebut pada situasi yang lain. Dalam peneliti ini ibu dapat melakukan tindakan dengan cara menepuk- menepuk dan memberikan minum.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatanalisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Dalam penelitian ini kemampuan analisis yaitu menepuk - menepuk punggung, memberi minum, mengambil menggunakan jari dan akibat apabila tidak dilakukan akan menyebabkan kematian.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.Dalam penelitian ini tindakan yang dilakukan ibu adalah melakukan menepuk – menepuk punggung pada anaknya.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri. Analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Dalam penelitian evaluasi pada ibu saat tindakan menepuk punggung belum dapat mengatasi tersedak karena ibu belum tahu mempraktekkan cara yang benar pada anak tersedak.
10
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak, (2007) ada tujuh faktor-faktor
yangmempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu :
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka mudah pula mereka menerima informasi lebih baik pengetahuan yang dimilikinya.
b. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.
c. Minat
Sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
d. Pengalaman
Adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
e. Kebudayaan
Kebudayaan dalam ruang lingkungan ini adalah dimana anak kurangnya pengawasan dan ibu juga belum mengetahuan bagaimana memberikan makanan yang dapat di cerna pada mulut anak agar tidak terjadi tersedak.
f. Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat
membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
12
2.1.3 Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiriyang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya(Notoatmodjo, 2010).
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2010), faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain:
a. Faktor predisposisi (predisposing factor), terdiri dari
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan.Pengetahuan
merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sikap merupakan reaksi ataurespon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Kepercayaan merupakan kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Keyakinan merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu (Notoadmodjo, 2010).
b. Faktor pendukung (enabling factor), terdiri dari lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat
steril dan sebagainya. Lingkungan fisik sangat mendukung terhadap kejadian tersedak pada anak dan para ibu harus sangat mengontrol benda – benda yang dapat mencederai anak. Fasilitas kesehatan dalam penelitian ini harusnya dapat di jangkau dengan mudah, misalnya panggilan darurat namun untuk panggilan darurat ibu tidak tahu nomor emergency call, sehingga para ibu hanya dapat melakukan tindakan sebisanya dengan menepuk punggung.
c. Faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sikap dalam mempengaruhi perilaku kesehatan itu penting untuk mencari informasi yang luas terhadap kualitas kesehatan yang baik. Perilaku dalam penelitian ini perilaku sangat dominan dalam mendorong terjadinya peningkatan kesehatan. Perilaku dalam menjaga diri dari berbagai penyakit yang merugikan diri sendiri.
2.1.4 Fase Toddler
1. Tumbuh Kembang Anak Usia Toddler
Tumbuh kembang anak terdiri dari beberapa tahapan dan tiap-tiap tahapan mempunyai ciri tersendiri (Hidayat, 2006). Fase toddler adalah anak yang berusia 12-36 bulan atau 1-3 tahun (Wong, 2009).Usia dimana anak pada usia ini mengalami masa eksplorasi
14
lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi (Potter & Perry, 2005).
Menurut Beth (2002), tumbuh kembang pada anak usiatoddler meliputi gerak kasar, gerak halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan bicara. Pada usia 12 – 18 bulan anak mulai latih anak naik turun tangga, bermain dengan anaka melempar dan menangkap bola besar kemudian bola kecil, latih anak menunjuk dan menyebutkan nama - nama bagian tubuh, beri kesempatan kepada anak untuk melepas pakaiannya sendiri. Pada usia 18 – 24 bulan anak mulai latih anak berdiri dengan satu kaki, ajari anak menggambar bulatan, garis setiga dan gambar wajah, latih anak mengikuti perintah sederhana, latih agar anak mau ditinggalkan untuk sementara waktu. Pada usia 2 – 3 tahun anak mulai latih anak melompat dengan satu kaki, ajak anak bermain menyusun dan menumpuk balok, latih anak mengenal bentuk dan warna, latih anak mencuci tangan dan kaki serta mengeringkannya sendiri.
2.1.5 Tersedak
1. Pengertian Tersedak
Tersedak adalah sumbatan atau hambatan respirasi olehbenda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan
ventilasi(Smith, 2003).Tersedak merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami gangguan karena terhalangnya jalur pernafasan bagian atas (Tilong, 2014).Tersedak merupakan kematian paling sering pada anak-anak di bawah satu tahun dan bahaya tersebut tetap besar sampai usia lima tahun(Shelov,2004).
2. Penyebab Tersedak
Menurut American Academy of Pediatrics(2010) penyebab
utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah misalnya, sambil berjalan, berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu cepat, atau terlalu banyakmenyuapimakananke mulutnya.Aspirasi benda asing masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak.Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup pena, serpihan sayuran (Novialdi & Sukri,2010)
3. Jenis – jenis Tersedak
Tersedak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tersedak ringan dan tersedak berat. Pada tersedak ringan, masih ada pertukaran udara dan penderita masih sadar dan dapat batuk sekeras – kerasnya sedangkan pada tersedak berat, penderita akan mengalami beberapa
16
kondisi, seperti buruknya pertukaran udara, masih bisa batuk tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali, napas bertambah cepat dan penderita juga tidak akan bisa berbicara, memegang leher, dan tidak dapat menarik napas dengan baik (Tilong, 2014).
4. Tanda – tanda Tersedak
Menurut Supartini (2004), Tersedak (tertelan suatu benda) ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Sesak nafas.
b. Pada usia balita, maka balita tersebut akanmemegang lehernya yang merasa seperti tercekik.
c. Apabila tersedak dalam kategori ringan maka ditandai dengan batuk-batuk hingga muntah.
d. Apabila tersedak dalam kategori berat maka ditandai dengan matuk-batuk yang semakin lama semakin jarang dan akhirnya tidak dapat batuk sama sekali.
e. Wajah membiru dan kemudian pingsan.
f. Penanganan keperawatan:Pada tersedak berat tengkurapkan anak
diatas lengan kiri. Kemudian telapak tangan kanan memukul punggung anak atau bayi (diantara tulang belikat) sebanyak 5 kali hingga anak tersebuk batuk, muntah , dan menangis.
Menurut American College of Emergency Physicians (2005), tanda tanda tersedak antara lain:
a. ketidakmampuan untuk berbicara.
b. kesulitan bernapas atau pernapasan bising.
c. ketidakmampuan untuk batuk secara sempurna.
d. kulit, bibir dan kuku membiru atau kehitaman. e. kehilangan kesadaran.
5. Pencegahan Tersedak
Menurut Tilong (2014), pencegahan pada anak tersedak antara lain: a. Ajari anak agar tidak memasukan sesuatu ke dalam mulut selain
makanan.
b. Jangan berikan makan yang kecil, keras dan bulat.
c. Ajari anak untuk mengunyah makanan dengan benar
d. Awasi anak ketika makan.
e. Jangan biarkan anak berlari-lari ketika makan.
f. Periksa mainan yang memiliki bagian-bagian kecil yang dapat lepas.
18
6. Penanganan anak tersedak
Menurut AAP (2010), Pertolongan pertama pada anak tersedak, lakukan RJP setelah itu menelponnomor darurat setelah
mulai mengupayakan penyelamatan. Anda harus memulai
pertolongan pertama, jika:
a. Jika anak tidak bernapas sama sekali (lihat dada tidak bergerak naik dan turun)
b. Jika jalan nafas terhalang oleh benda asing, maka dikeluarkan c. Anak tidak bisa batuk, bicara, atau membuat suara suara normal. d. Anak ditemukan tidak sadarkan diri cek nadi (lakukan RJP).
Jangan memulai pertolongan pertama jika:
a. Anak bisa bernapas, menangis, berbicara, atau bersuaranormal. b. Anak dapat batuk dengan kuat (Batuk yang kuat berarti tidak ada
Penanganan tersedak pada anak usia
1. Jika anak saat tersedak lakukan hentakan di atas perut atau saat terjadihenti jantung dapat di lakukan RJP
Penanganan tersedak pada anak usiatoddler:
Jika anak saat tersedak lakukan hentakan di atas perut atau saat terjadihenti jantung dapat di lakukan RJP
Gambar 2.1 Menekan di atas pusar
2. Resusitasi jantung digunakan saat anak bernapas atau detak jantung berhenti. a. Buka jalan nafas
1) Carilah gerakan dada dandaerah perut
2) Dengarkan suara napas
3) Merasakan napas padapipi
4) Terbuka napas seperti yang ditunjukkan 5) Hilangkan benda asingjika ada
jika
Resusitasi jantung digunakan saat anak tidak responsif atausaat bernapas atau detak jantung berhenti.
jalan nafas
Carilah gerakan dada dandaerah perut Dengarkan suara napas
Merasakan napas padapipi anda
Terbuka napas seperti yang ditunjukkan
Hilangkan benda asingjika ada, sweep keluardenga jika terlihat
Gambar 2.2 Buka jalan nafas
20
tidak responsif atausaat
3. Menyelamatkan pernapasan
a. Posisi kepala dan dagu dengankedua tangan
sepertiyangditunjukkan
b. Menutup mulut
c. Menjepit
d. Meniup udara yang
anakdan masuk dua kali
4. Melakukan hentakan
Menyelamatkan pernapasan
Posisi kepala dan dagu dengankedua tangan
sepertiyangditunjukkan
Menutup mulut anda di atasmulut anak epit bagian hidung
Meniup udara yang cukup untukmembuat peningkatan dada anakdan masuk dua kali
Gambar 2.3 Memberikan bantuan pernafasan
Melakukan hentakan di atas pusar (sampai 5 kali)
Gambar 2.4 Hentakan diatas perut
Posisi kepala dan dagu dengankedua tangan
cukup untukmembuat peningkatan dada
Memberikan bantuan pernafasan
22
5. Rasakan dalam 10 detik
a. Denyut nadi, cek nafas dalam 3 detik b. Tidak ada denyut nadi,mulai kompresi dada
Gambar 2.5 Pengecekan denyut nadi.
6. Kompresi dada
a. Kompres dada
b. Lakukan kompresi 5 : 1 kali
c. Kompres dada dalam frekuensi 100 kali per menit
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.7 Kerangka Teori
(Potter & Perry, 2005;Tilong, 2014;Notoatmodjo, 2010;Alwi, 2005) Pengetahuan ibu
Perilaku ibu
Faktor – faktor yang mempengaruhi: a. Faktor predisposisi. b. Faktor pendukung. c. Faktor pendorong.
Pengalaman ibu dalam
menangani anak tersedak pada usiatoddler
Tumbuh kembang pada anak usiatoddlermeliputi:
a. Gerak kasar b. Gerak halus. c. Bicara,bahasa dan
kecerdasan
d. Bergaul dan bicara.
Penyebab tersedak:
a. Makanan.
b. Benda asing.
c. minuman.
Jenis – jenis tersedak: a. Tersedak ringan b. Tersedak berat Tanda – tanda tersedak:
a. Tidak bisa bicara. b. Sesak nafas. c. Kulit biru.
d. Kehilangan kesadaran.
Pencegahan tersedak: a. Ajari anak agar tidak
memasukkan sesuatu ke mulut
b. Awasi anak ketika makan
c. Jangan biarkan anak berlari – lari ketika makan
24
2.3 Fokus penelitian
Gambar 2.8 Fokus Penelitian Pengetahuan
Perilaku Pengetahuan Perilaku
Pengalaman Penanganan tersedak pada anak usia toddler
Pengalaman Pengalaman
Respon
1.4Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penyusunan jurnal, didapatkan penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan peneliti, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian
Nama Peneliti
Judul Peneliti Metode
Penelitian Hasil Penelitian dr. Fadhlia 2011 Profil penderita aspirasi benda asing di traktus trakheobronkial di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2006-2010
Studi deskiptif Jumlah penderita aspirasi benda asing di traktus
trakheobronkial selama
periode 5 tahun adalah 50, 36 orang jenis kelamin laki-laki (72%) dan 14
perempuan (28%),
kelompok umur terbanyak >3–6 tahun 16 (36%), >0– 3 tahun 14 (28%), tersedak 33 (66%),jenis benda asing
yang terhirup adalah
mainan 29 (58%) lokasi
benda asing terbanyak
adalah bronkus kanan
yaitu 50%,Komplikasi
terjadi pada 5 penderita. American Academy of Pediatrics 2014 Death of a child in the emergency department Kualitatif dengan study cohort
Dari hasil ditemukan bahwa kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Oleh karena itu orang tua diharuskan mengawasi dan menjaga pengawasan dan menjaga pengawasan ektra untuk anaknya saat makan bermain dan lain – lain.
26 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang pada umumnya menjelaskan dan memberikan pemahaman dan interpretasi tentang berbagai perilaku dan pengalaman manusia (individu) dalam berbagai bentuk (Afiyanti, 2014). Fenomenologi merupakan pendekatan yang dipakai oleh peneliti.Polit dan Beck (2006), menyatakan bahwa studi fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia sepanjang hidupnya dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil daya titik yang mendalam dari peneliti, diperoleh dari data-data hasil wawancara, tulisan serta pengamatan suatu fenomena yang diteliti.
Pendekatan fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti akan berusahamemahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman ibu dalam menangani anak tersedak pada usia toddler di Posyandu Dusun Kalongan.
3.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Posyandu Dusun Kalongan Kelurahan Papahan Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar pada bulan Februari – April 2015.
3.3Populasi dan Sampel
Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Setiadi, 2013). Semua ibu-ibu yang mempunyai anak usia1 - 3 tahun dengan populasi 49 ibu di Posyandu Dusun Kalongan.
Sampel dalam penelitian yaitu sebagaian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewaliki seluruh populasi (Setiadi, 2013).Sampel yang diteliti 3 partisipan sampel yang dipilih pengalaman ibu dalam
menangani anak tersedak.Teknik pengambilan sampel dilakukan
menggunakan metode purposive sampling(teknik sampel bertujuan) yaitu sampel yang dipilih berorientasi pada tujuan penelitian individu diseleksi atau dipilih secara sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai dengan fenomena yang diteliti sampel ini menetapkan terlebih dahulu kriteria – kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Sampel berasal dari ibu-ibu yang mempunyai anak usia 1 - 3 tahun di Posyandu Dusun Kalongan dengan kriteria:
28
1. Ibu yang anak usia 1-3 tahun.
2. Ibu dengan anak yang mengalami tersedak.
3. Bersedia menjadi responden.
3.4Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Instrumen
a. Instrumen inti
Peneliti merupakan instrumen kunci pada penelitian ini.Peneliti adalah mahasiswa tingkat akhir yang telah mendapatkan materi kegawatan yang sesuai dengan penelitiannya.Peneliti termasuk warga desa kalongan sehingga peneliti mengetahui situasi daerah yang diteliti.Peneliti sebagai instrumen inti yang berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan wawancara mendalam.Usaha yang dilakukan berlatih wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan data kepada partisipan.Pada saat
latihan wawancara peneliti berusaha responsive dalam
berkomunikasi.Keterampilan wawancara kemudian diperbaiki seiring dengan seringnya melakukan wawancara pada partisipan berikutnya.
b. Instrumen penunjang
Alat bantudalam pengumpulan data yang digunakan yaitu:
1) Data demografi atau biodata meliputi nama, umur,
2) Alat tulis meliputi buku dan bolpoin.
3) Alat perekam atau smartphone yang dilengkapi program
voice recorder yang mempermudah peneliti membuat transkip wawancara. Program tersebut telah dilakukan uji coba sebelumnya dan mampu merekam suara selama 60 menit. Hasil rekaman dapat disimpan dalam bentuk file MP3. Alat perekam diisi daya penuh sebelum digunakan dan menggunakan flight mode on agar tidak terganggu pada saat proses wawancara.
4) Kamera mendokumentasikan dalam pengambilan gambar
saat wawancara dilakukan peneliti pada partisipan sebagai bukti nyata dalam pengumpulan data.
5) Peneliti juga melakukan pencatatan sebagai media observasi non verbal saat pengumpulan data dengan menggunakan lembar catatan lapangan dan observasi.
6) Pedoman wawancara terstruktur yang terdiri dari 18
pertanyaan mengenai tersedak pada anak usia toddler sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan wawancara dengan partisipan.
2. Prosedur pengumpulan data
a. Fase pra interaksi
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan ujian proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data
30
dilapangan. Peneliti mengurus surat ijin pengambilan data yang dikeluarkan oleh Program Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta kepada Direktur Badan Kesatuan Bangsa dan Politik. Pengurusan surat ijin kebagian dinas kesehatan karanganyar untuk mendapatkan ijin penelitian dilakukan pada tanggal 10 Desember 2014 selama 2 minggu ijin yang diberikan oleh Kesbangpol selanjutnya dipergunakan peneliti sebagai entery point pengambilan data melalui ibu posyandu yang mempunyai anak usia toddler.
Partisipan yang memenuhi kriteria inklusi kemudian
diberikan penjelasan dan memberikan inform consent untuk
menjadi responden penelitian terkait.
b. Fase pelaksanaan
1) Pra wawancara
Peneliti melakukan orientasi dirumah partisipan selanjutnya melakukan kontrak waktu dengan partisipan selama ± 30 menit untuk wawancara.
2) Wawancara mendalam
Informasi dari sumber data ini dikumpulkan dengan teknik wawancara. Dalam penelitian kualitatif
khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut
wawancara mendalam (in-depth interviewi)yaituwawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka di mana informan yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya, wawancara partisipan dengan pedoman wawancara pengalaman ibu dengan 17 pertanyaan selama ± 11 menit di Dusun Kalongan. Suasana saat wawancara berjalan dengan lancar tidak ada kendala apapun suasananya tenang.
c. Fase terminasi
Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang ditemukan kepada partisipan. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan, maka dilakukan terminasi dengan pemberian reward sebagai ucapan terima kasih karena telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian dan menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai.
3.5Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back 2006), metode Colaizzi dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode Colaizzi fenomena – fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan makna – makna yang didapat. adapun langkah – langkah analisa data adalah sebagai berikut :
32
1. Peneliti dengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil penelitian (transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan partisipan. 2. Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci.
3. Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci.
4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.
a. Mengumpulkan kata – kata kunci yang memiliki makna yang sama kedalam sebuah subtema.
b. Mengelompokan subtema yang sama kedalam sebuah tema
5. Peneliti mengintergrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang diteliti.
6. Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuaian dengan
fenomena yang diteliti.
7. Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan.
3.6Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2013), keabsahan data dapat dibagi menjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kredibility (validitas internal)
Merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak
sesuai dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas. 2. Transferability (validitas eksternal)
Berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menggeneralisir, karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak, atau senantiasa bersifat purposive sampling.
3. Dependebility(dependabilitas)
Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.Untuk dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan tekhnik ulang atau check recheck.
4. Confirmability (konfirmabilitas)
Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau di ”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan istilah ”confirmability”.
34
3.7Etika Penelitian
Menurut Afiyanti (2014), keabsahan data dapat dibagi menjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan menjadiresponden. Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti harus tetap menghormati hakresponden bila tidak bersedia.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti.
3. Confidentially (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok data tertentu saja.
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN
BAB IV berisi hasil penelitian dengan cara wawancara dari partisipan. Partisipan berjumlah 3 orang dan wawancaranya dilakukan dirumah masing – masing partisipan.
4.1 Karakteristik Partisipan
Tabel 4.1
Karakteristik Informan di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu
No Nomor
Kode
Pendidikan Terakhir
Usia Anak Nama
Partisipan
Nama Anak
1. Partisipan 1 SMA 2 tahun NY.W AN.S
2. Partisipan 2 SMA 2 tahun NY.P AN.N
3. Partisipan 3 SLTP 2 tahun NY.Y AN.F
Tabel 4.1 menjelaskan tentang karakteristik Partisipan dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun yang mengalami tersedak di Posyandu Dusun Kalongan Papahan Tasikmadu. Partisipan berjumlah 3 orang. Karakteristik Partisipan terdiri atas nomor, kode Partisipan, pendidikan terakhir, usia, nama Partisipan, nama anak.
Hasil wawancara berdasarkan pada tujuan khusus disusun menjadi 8 tema yaitu 1) Kegawatan respirasi 2) Penyebab tersedak 3) Faktor resiko terjadi tersedak 4) Penanganan tersedak 5) Lokasi kejadian tersedak 6) Pencegahan tersedak 7) Reaksi psikologis orangtua 8) Respon anak saat kejadian tersedak.
36
4.2 Tema Hasil Penelitian
Tema tersebut disusun oleh kata kunci dan kategori pendukung. Berikut ini hasil dari peneliti
A. Tema dari Tujuan khusus : Pengetahuan
Tema – tema yang dihasilkan dari pengetahuan: Kegawatan respirasi dan Penyebab tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
1. Kegawatan respirasi
Kegawatan respirasi dirasakan oleh anak partisipan sebagai akibat dari terjadinya sumbatan nafas oleh benda asing atau tersedak kegawatan darurat respirasi disusun oleh: Hambatan napas dan Dampak akhir tersedak.
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai hambatan bernapas :
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai dampak akhir tersedak: ''…menurut saya iya anak kecil menelen benda terus gag bisa napas tersumbat ditenggorokan…''(P1)
''...tersedak itu yang paling fatal iya bisa menghambat saluran pernafasan…''...makanan yang belum dicerna sempurna terus ketelen.''(P2)
''...kita makan terus kita ketelen terus gag nyangkut ditenggorakan jadi kayak tenggorokankan nya sakit kayak gitu lho, Iya gag bisa napas mbak kayak orang tercekek gitu lho…''(P3)
''...iya gag bisa napas darurat, mungkin bisa meninggal.''(P1, P2, P3)
2. Penyebab tersedak
Penyebab tersedak dirasakan oleh anak partisipan sebagai akibat dari terjadinya tersedak, penyebab tersedak disusun oleh: Benda asing dan Situasi tersedak
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai benda asing:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai situasi tersedak:
''...Iya itu tadi mbak dia lagi bermain main pasaran mbak…''(P3)
Ungkapan diatas merupakan dari ketiga partisipan mengenai kegawatan respirasi dan penyebab tersedak. Kegawatan respirasi akan mengakibatkan partisipan mengalami gangguan jalan nafas akibat tertelan benda asing.
B. Tema dari Tujuan khusus : Pengalaman
Tema – tema yang dihasilkan dari pengalaman: Faktor resiko terjadi tersedak, Penanganan tersedak, Lokasi kejadian tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
''…anak saya tersedak kelereng.''(P1) ''…permen coklat caca.''(P2)
''Kacang mbak, kacang atom yang warnanya putih kecil – kecil.''(P3)
38
1. Faktor resiko terjadi tersedak
pengalaman ibu mengenai faktor resiko terjadi tersedak pada anak meliputi: Kurang pendampingan dan Kurang Pengawasan
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kurang pendampingan : ‘
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kurang pengawasan : ''...Iya kurang lebihnya begitulah pada sibuk sendiri – sendiri.''...dia sedang bermain sendiri sendiri…''(P1) ''...Itu tadi maem permen sambil lari – lari maem permen sambil lari – lari terus akhirnya batuk terus tersedak…''(P2, P3)
''...Iya saya akui iya teledor mungkin karena saya asik liat anak – anak yang lain main…''(P2)
''...saya ngobrol sama ibu – ibu yang lain eh lha kok ternyata itu anak saya itu nangis terus megangi leher kayak gitu itu ternyata tersedak''(P3)
''Iya saya akui iya mbak saat itu kurang pengawasan lha disitu sebenernya juga lagi dirumahnya temen itu mbak…''(P1, P3)
''...saya asik liat anak – anak yang lain main anak saya juga asik – asik lari – lari jadi kurang perhatikan''(P2)
2. Penanganan tersedak
Pengalaman ibu mengenai penanganan tersedak pada anak meliputi: Penolong dan Pertolongan pertama
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai penolong:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai pertolongan pertama:
3. Lokasi kejadian tersedak
Pengalaman lokasi kejadian tersedak meliputi: Tempat Berikut ungkapan dari partisipan mengenai tempat:
''Iya pertama saya tolong sendiri dengan mengeluarkan berusaha mengeluarkan…''(P1, P2, P3)
''...saya dodok belakang dipunggung itu terus telunjuk jari saya masukin terus keluar kelerengnya.''(P1)
''Saya tepuk punggung ya saya tepuk – tepuk terus akhirnya permen nya bisa keluar.''(P2)
''...sambil nangis itu sambil megangi lehernya begitu saya suruh bungkuk saya tepuk punggungnyalehernya saya bawahin gitu lho mbak tepuk punggung seperti itu mbak…''(P3)
’’Dirumah.'' (P1)
40
Ungkapan diatas merupakan dari ketiga partisipan mengenai faktor resiko terjadi tersedak, penanganan tersedak dan lokasi kejadian tersedak.Resiko terjadinya tersedak diakibatkan kurang pengawasan dan kurang pendampingan ibu.Pertolongan pertama yang dapat dilakukan ibu hanya menepuk punggung.
C. Tema dari Tujuan khusus : Pencegahan
Tema yang dihasilkan dari pencegahan: Pencegahan tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
1. Pencegahan tersedak
Pencegahan tersedak pada anak meliputi: Tindakan antisipasi Berikut ungkapan dari partisipan mengenai tindakan antisipasi:
''... jelas itu diawasi yang kedua jauhkan benda – benda seperti neker, Apa iya yang membahayakan anak iya, mungkin kalau waktu makan diawasi juga suruh duduk kalau makan…''(P1) ''...mungkin mengajarkan dia untuk makan sambil duduk jangan sambil berlarian jangan sambil ngomong itu kan juga membikin tersedak.''(P2)
''...mungkin saya lebih mengawasi anaknya dari saat maen terus saya kasih tau kalau maem harus duduk dek gag boleh ketawa – ketawa iya wes pokoknya buat pengalaman…''(P3)
Ungkapan dari ketiga partisipan mengenai pencegahan tersedak. Pencegahan tersedak yang dapat dilakukan ibu hanya melakukan tindakan antisipasi dengan menjauhkan benda asing yang dapat ketelen dan mengajarkan cara makan yang baik.
D. Tema dari Tujuan khusus : Respon
Tema – tema yang dihasilkan dari respon: Reaksi psikologis orangtua dan Respon anak saat kejadian tersedak. Tema ini didapatkan dari analisa terhadap kategori - kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan dari partisipan. Berikut penjelasan mengenai beberapa tema tersebut:
1. Reaksi psikologis orangtua
Reaksi orangtua terhadap anaknya yang tersedak meliputi: Kecemasan dan Kemarahan.
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kecemasan:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kemarahan:
''...sampai tau iya pastinya marah kok bisa gitu seperti itu kalau sampai tau…''(P2, P3)
''Iya takut sekali toh iyo.Iya takut, panik, khawatir nanti bisa keluar gag.''(P1, P3)
''Panik otomatis iya sebagai seorang ibu saya iya panik tapi karena sudah tau cara mengantisipasi nya iya saya buat setenang mungkin nanti kalau saya panik anak nya panik malah jadi gag karu – karuan’’(P2)
''...Iya takut sekali iya kayaknya masih trauma sekarang.Mungkin buat pengalaman terus lebih mengawasi anak.''(P1)
42
2. Respon anak saat kejadian tersedak
Respon anak saat tersedak meliputi: Respon motorik anak dan Respon psikologis
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai respon motorik anak:
Berikut ungkapan dari partisipan mengenai respon psikologis:
Ungkapan diatas dari ketiga partisipan merupakan dari reaksi psikologis orangtua dan respon anak saat terjadi tersedak.Dalam reaksi psikologis orangtua yaitu meliputi kecemasan dan kemarahan saat anaknya mengalami tersedak benda asing dan respon anak saat terjadi tersedak mengalami kejang – kejang, menangis dan ketakutan.
‘’Iya ketakutan iya yang jelas ketakutan terus kejang – kejanggitu iya kayak gag bisa napas gitu.’’(P1)
''...kayak gitu nangisnya sampai nangis tersedak iya pokoknya nangis megap – megapmbak''(P2, P3)
''...maem permen sambil lari – lari terus akhirnya batuk terus tersedak.''(P2)
''...kayak gag bisa napas gitu,nangis terus mbak…''(P1, P2, P3)
''...Iya ketakutan iya yang jelas…''(P1, P2)
43 BAB V PEMBAHASAN
5.1Pengetahuan Ibu Tentang Anak Tersedak pada Usia Toddler
5.1.1 Kegawatan respirasi
Hasil penelitian menyatakan bahwa kegawatan respirasi merupakan gangguan jalan nafas yang meliputi hambatan bernafas berupa menelen, ketelen, tidak bisa nafas, tercekik dan menghambatan saluran pernafasan sedangkan dampak akhir tersedak berupa kematian. Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang tersedak itu hambatan saluran pernafasan yang bisa menyebabkan tidak bisa bernafas atau makanan yang ketelen ditenggorokan seperti orang tercekik. Dampak tersedak yang paling fatal kematian.
Definisi kegawatan respirasi merupakan suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani dalam situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai perubahan mulai dari gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai gangguan jalan napas dan dapat menimbulkan kematian (Harry, 2007).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia tercekik yaitu ketelen makanan yang keras sampai tersangkut di tenggorokan (KBBI, 2005). Hambatan pada jalan napas pada choking, sama halnya dengan membekap hidung anak. Dimana anak tidak dapat bernapas, karena sumbatan jalan napas oksigen tidak dapat bertukar dengan
44
karbondioksida di paru-paru, sehingga terjadi gangguan metabolisme tingkat sel(Daisy & Imral, 2003).
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Diagnosis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul rasa tercekik (Harry, 2007).
Menurut Smith (2003) tersedak merupakan sumbatan atau hambatan respirasi oleh benda asing yang menyempit pada saluran napas internal, termasuk faring, hipofaring, dan trakea. Penyempitan jalan napas bisa berakibat fatal jika itu mengarah pada gangguan serius oksigenasi dan ventilasi. Tersedak merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami gangguan karena terhalangnya jalur pernafasan bagian atas (Tilong, 2014).
Jenis tersedak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tersedak ringan dan tersedak berat. Pada tersedak ringan, masih ada pertukaran udara dan penderita masih sadar dan dapat batuk sekeras – kerasnya sedangkan pada tersedak berat, penderita akan mengalami beberapa kondisi, seperti buruknya pertukaran udara, masih bisa batuk tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali, napas bertambah cepat dan penderita juga tidak akan bisa berbicara, memegang leher, dan tidak dapat menarik napas dengan baik (Tilong, 2014).
Prevalensi di Amerika Serikat didapatkan kasus tersedak pada anak usia dibawah 4 tahun sebesar 710 kasus, terjadi pada anak dibawah usia 1 tahun sebesar 11,6%, kasus terjadi pada usia 1 hingga 2 tahun sebesar 36,2% dan usia 2 tahun hingga 4 tahun sebesar 29,4% (American Academy of Pediatrics, 2010).
Berdasarkan pernyataan mengenai kegawatan respirasi yang diungkapkan oleh partisipan sesuai dengan pernyataan yang telah ada pada teori yaitu mengungkapkan bahwa kegawatan respirasi adalah sumbatan jalan nafas yang menyebabkan gangguan jalan nafas akibat benda asing yang tertelan dan dampak yang paling fatal kematian.
5.1.2 Penyebab tersedak
Hasil penelitian menyatakan bahwa penyebab tersedak meliputi benda asing berupa kelereng, permen dan kacang dan dari situasi tersedak ibu mengatakan bahwa penyebab tersedaknya saat bermain pasaran. Dalam kasus penelitian ibu mengatakan bahwa penyebab tersedak merupakan benda asing yang berupa kacang, permen dan kelereng. Kejadian tersedak situasinya saat anak bermain dengan teman sebayanya mereka asik bermain lari – lari dan bercanda ketawa – tawa pada akhirnya tersedak.
Penyebab tersedak menurut teori American Academy of
Pediatrics (2010) penyebab utama tersedak adalah makanan, koin, atau minuman. Penyebab lainnya adalah cara makan yang salah
46
misalnya, sambil berjalan, berlari, tidur, bercanda, mengunyah terlalu cepat, atau terlalu banyak menyuapi makanan ke mulutnya. Aspirasi benda asing masih merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada anak. Aspirasi bahan makanan merupakan kasus tersering, banyak penulis telah melaporkan bermacam jenis aspirasi benda asing seperti biji-bijian, jarum, peniti, kacang, serpihan tulang, mainan, gigi, tutup pena, serpihan sayuran (Novialdi & Sukri, 2010).
Usia toddler adalah anak yang berusia 12 - 36 bulan atau 1 - 3 tahun dimana anak pada usia mengalami masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua yang dapat terjadi (Wong, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) sekitar 17.537
anak-anak berusia 3 tahun atau lebih muda sangat berbahaya karena tersedak, sebesar (59,5%) berhubungan dengan makanan, (31,4%) tersedak karena benda asing, dan sebesar 9,1% penyebab tidak diketahui (Committee on injury, 2010). Didukung penelitian dari Yadav (2007) melaporkan aspirasi benda asing paling sering ditemukan pada anak-anak adalah kacang tanah (52,3%), material makanan (12,2%), biji- bijian (5,3%), tulang (1,5%), logam (4,5%), batu (0,8%), tablet (1,2%) dan sisanya tidak ditemukan benda asing. Pengamatan dari peneliti tersedak menunjukan kejadian yang sangat banyak di lingkungan masyarakat.
Berdasarkan pernyataan dari hasil penelitian tentang penyebab tersedak sesuai dengan teori yang ada penyebab benda asing. Kejadian tersedak saat makan sambil lari – lari atau saat berbicara.
5.2Pengalaman Ibu dalam Menangani Anak Tersedak pada Usia Toddler
5.2.1 Faktor resiko terjadi tersedak
Hasil penelitian mengatakan bahwa faktor resiko terjadi tersedak meliputi kurang pendampingan dan kurang pengawasan karena dari penelitian ibu mengatakan bahwa saat anaknya bermain tidak memperhatikan pada sibuk sendiri – sendiri bahkan ngobrol dengan ibu – ibu yang lainnya sampai akhirnya anaknya tersedak dan ibu juga mengakui kalau dirinya teledor saat mengawasi anaknya bermain.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia pengertian pendamping adalah orang yang mendampingi atau menjaga sedangkan pengawasan memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi. Jadi kurang pendampingan tidak sama artinya dangan kurang pengawasan. Maka dari itu faktor resiko terjadinya tersedak karena kurang pendampingan dan kurang pengawasan (KBBI, 2005).
48
Berdasarkan teori beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tersedak. Aspirasi saluran nafas atas sering terjadi pada semua golongan umur anak tetapi lebih sering golongan umur anak dibawah usia 4 tahun. Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya tersedak terutama pada usia 1 – 4 tahun anak sering memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya, anak sangat aktif (berlari, berteriak, bermain) mudah jatuh dan menangis dengan benda didalam mulut mereka dan pertumbuhan gigi yang belum lengkap untuk menelan yang belum sempurna (Daisy & Imral, 2003).
Tersedak pada seseorang memang terjadi sewaktu - waktu, berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya tersedak. Salah satu faktor yang menyebabkan tersedak pada anak ialah perilaku ibu yang kurang tepat dalam mengasuh anaknya. Ibu yang mempunyai kebiasaan menyuapi anak sambil membiarkan anaknya bermain, berlari bahkan makan sambil berbicara maupun tertawa dapat menyebabkan makanan atau minuman masuk ke dalam saluran pernapasan, sehingga menghalangi keluar masuknya udara (Iskandar, Soepardi, 2001).Benda atau makanan ada di dalam mulut, anak tertawa atau menjerit, sehingga pada saat inspirasi, laring terbuka dan makanan, minuman atau benda asing masuk ke dalam laring. Anak tidak bersuara karena obstruksi terletak di laring, terjepit antara pita suara. Anak akan meninggal bila usaha yang dilakukannya tidak berhasil mengeluarkan benda asing tersebut (Hull & Johnston, 2008).
5.2.2 Penanganan tersedak
Hasil penelitian mengatakan bahwa penanganan tersedak meliputi penolong dan pertolongan pertama. Dari hasil penelitian saat menolong pertama kali tersedak adalah ibu karena ibu yang sangat dekat dengan anak setiap hari dan pengalaman ibu saat penanganani anak tersedak ditepuk punggungnya dan telunjuk jarinya di masukkan ke dalam mulut.
Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia penolong adalah penolong yang pertama kali tiba ditempat kejadian, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar (KBBI, 2005). Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan pertolongan medis dasar (Ade, 2011).
Penanganan saat tersedak yaitu ibu harus memberikan pertolongan pertama. Bila anak tersedak tetapi dapat bernapas (seperti ditunjukkan dengan batuk atau berbicara), ibu jangan melakukan apapun. Dorong anak untuk batuk hingga benda tersebut keluar. Jika anak tidak bernapas (berumur kurang dari satu tahun), ibu harus melakukan pukulan dipunggung lima kali dan tekanan di dada lima kali. Untuk anak yang lebih besar dari satu tahun, lakukan manuver heimlich (tekanan perut) adalah korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja lakukan penekanan pada perut bagian atas sedangkan bila anak kecil terbaring.Bila
tindakan-50
tindakan di atas tidak berhasil maka segera bawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan darurat (Tilong, 2014).Penanganan yang paling baik untuk tersedak adalah pencegahan Hal ini bisa mengurangi resiko kematian pada anak (Lansky, 2007).
Teori Menurut American Academy of Pediatrics (2010), Pertolongan pertama pada anak tersedak yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru-Paru (RJP) setelah itu menelpon nomor darurat. Pertolongan pertama dimulai jika anak tidak bernapas sama sekali (lihat dada tidak bergerak naik dan turun), pertolongan juga dimulai jika jalan nafas terhalang oleh benda asing maka dikeluarkan, anak tidak bisa batuk, bicara, atau membuat suara - suara normal, anak ditemukan tidak sadarkan diri cek nadi dan dilakukan Resusitasi Jantung Paru-Paru (RJP). Berdasarkan pernyataan dari partisipan hasil penelitian dengan teori hampir sama saat menangani anak tersedak yaitu dengan menepuk punggung dan memasukkan jari kedalam mulut untuk mengeluarkan benda asing yang menyebabkan tersedak.
5.2.3 Lokasi kejadian tersedak
Hasil penelitian bahwa ibu mengatakan saat anaknya tersedak kejadian tersedak di halaman rumah dan di rumah sendiri. Saat itu ibu mengajak anaknya untuk bermain kerumah tetangganya sebelah dan anaknya pada bermain dengan anak – anak yang lain
sambil makan. Mereka pada asik bermain lari – lari, bercanda dan ketawa – tawa tiba – tiba anaknya tersedak benda asing. Lokasi kejadian di halaman rumah tetangganya sedangkan dari partisipan yang lain mengatakan bahwa anaknya tersedak dirumahnya sendiri sama kejadiannya saat anaknya bermain dengan teman yang lain.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia lingkungan merupakan kawasan aktifitas manusia dimana untuk meningkatkan kreatifitas (KBBI, 2005). Menurut penelitian Paediatr Child Health (2012) menunjukkan bahwa kematian akibat tersedak terjadi di lingkungan rumah dengan 95% dari kasus. Orang tua yang tidak memperhatikan anaknya saat bermain dapat meningkatkan tersedak mungkin karena mainan dan benda – benda lainnya.
5.3 Tindakan yang Dilakukan Ibu untuk Pencegahan Agar Tidak Tersedak pada
Anak Usia Toddler
5.3.1 Pencegahan tersedak
Dari hasil penelitian bahwa pencegahan tersedak meliputi tindakan antisipasi yang mengatakan bahwa pencegahan saat anak tersedak yaitu makan diawasi, makan disuruh duduk jangan sambil bicara ataupun ketawa agar tidak tersedak. Kesibukan yang dilakukan anggota keluarga tidak memperhatikan anaknya sehingga saat bermain bisa mengalami tersedak sebagian besar yang mengasuh anaknya ialah seorang ibu, maka dari itu sebagai ibu lebih baik