• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

33   

 

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Profil Perusahaan

PT. SI Plant T2C didirikan pada tahun 2011 sebagai salah satu plant di PT. SI yang bergerak di bidang manufacture tooling/cetakan . Pendirian plant T2C adalah

dahulu berasal dari PT. MII yang pada tahun 2010 diakuisisi oleh PT. SI. Perusahaan ini ditargetkan untuk menghasilkan produk cetakan/tooling bernilai presisi yang

tinggi, karena sebagian customernya adalah negara-negara di Eropa. Cetakan/Tooling

yang dihasilkan adalah order dari customer yang ada di luar negeri seperti negara –

negara di Asia dan Eropa. Untuk mendukung tercapainya target tersebut diatas, perusahaan ini dilengkapi dengan mesin & peralatan dengan teknologi yang terbaru serta menggunakan material standart Eropa serta proses manufacture yang tersusun

dengan baik. Berikut ini gambaran proses manufacture secara umum yang

(2)
(3)

Berikut terlampir negara-negara di Asia dan Eropa yang menjadi customer saat ini

Gambar 4.2 Peta Negara – Negara Customer Saat ini

(4)

4.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. SI Plant T2C

4.1.2 Produk Perusahaan

PT. SI Plant T2C telah memproduksi berbagai cetakan/tooling yang sebagian

besar diperuntukkan bagi produk electrical dengan pangsa pasar 15% domestik dan

(5)

Gambar 4.5 Produk Electrical yang dihasilkan dari Cetakan/Tooling

(6)

4.2 Sub Departemen Purchasing

Sub Departemen Purchasing merupakan bagian yang bertanggung-jawab

dalam penyediaan kebutuhan perusahaan akan material bahan baku utama dan pendukung. Kebutuhan material tersebut dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu raw material, consumable, spare parts, dan chemical/liquid . Raw material

merupakan bahan baku utama produksi yaitu besi, consumable terdiri dari alat-alat

(tools) yang memiliki umur pemakaian yang singkat, spare parts merupakan

komponen suku cadang mesin, sedangkan chemical/.liquid meliputi material

pendukung dalam proses permesinan.

Berdasarkan uraian kerja yang ditetapkan, Sub Departemen Purchasing

memiliki tugas-tugas pokok sebagai berikut :

1. Pengadaan yang berhubungan dengan penyediaan spare parts/consumble item

secara efektif, efisien, tepat waktu, spesifikasi, tepat jumlah dengan mempertimbangkan keuntungan karyawan.

2. Mengoptimalkan biaya/harga pembelian yang semurah mungkin secara langsung dapat menekan biaya operasional.

3. Meneliti permintaan pembelian/pengadaan dan memilih, mengevaluasi, negosiasi serta memutuskan calon pemasok.

4. Mengadakan audit pemasuk dalam rangka menyeleksi maupun mengevaluasi pemasok.

(7)

Sub Departemen Purchasing sebagai bagian dari Departemen Finance Controller

memiliki struktur organisasi sebagai berikut :

Gambar 4.7 Struktur Organisasi Sub Department Purchasing

4.2.2 Prosedur Seleksi dan Evaluasi Pemasok

Salah satu tugas pokok sub departemen purchasing adalah untuk melakukan

seleksi dan evaluasi terhadap kinerja pemasok secara periodik. Seleksi terhadap pemasok dilaksanakan 1 tahun sekali. Tujuan dari seleksi dan evaluasi terhadap pemasok adalah untuk menyeleksi pemasok yang secara rutin memasok kebutuhan

raw material, consumable, spare parts dan chemical/liquid yang produknya berkaitan

dengan kualitas produk SI, agar teridentifikasi kemampuannya dalam menunjang tercapainya sasaran/kebijaksanaan mutu SI.

(8)
(9)

4.2.3 Metode Evaluasi Pemasok

Saat ini sub departemen purchasing pada PT. SI menggunakan metode

pembobotan nilai sebagai metode evaluasi pemasok secara rutin. Adapun item-item yang menjadi kriteria dalam evaluasi kinerja pemasok yang digunakan meliputi kualitas, delivery, harga dan service/pelayanan. Penjelasan untuk parameter penilaian

untuk tiap kriteria adalah sebagai berikut : 1. Kualitas

Penilaian untuk parameter kualitas didasarkan kepada kesesuaian barang yang akan dikirim dengan spesifikasi yang ditentukan.Tingkat kesesuaian ini dinyatakan dalam bentuk persentase barang yang tidak memenuhi spesifikasi dari seluruh

purchase order yang dikirim oleh pemasok. Berikut ini pedoman dalam

mengkonversi persentase barang yang tidak memenuhi spesifikasi kedalam interval nilai yang digunakan.

Tabel 4.1 Pedoman Penilaian Kriteria Kualitas

Persentase Ketidaksesuaian Barang ( % )  Nilai

0 5

1 - 5 4

6 - 10 3

11 - 15 2

(10)

2. Delivery

Kemampuan dalam hal pengiriman barang diukur berdasarkan ketepatan waktu pengiriman barang dengan perpedoman kepada jadwal pengiriman yang dijanjikan oleh pemasok yang bersangkutan. Ketepatan waktu pengiriman dinyatakan dalam bentuk persentase yang dikirim sesuai dengan jadwal pengiriman yang dijanjikan dari seluruh purchase order yang dikirim oleh pemasok. Berikut ini

pedoman yang digunakan dalam mengkonversi persentase barang yang dikirim sesuai jadwal kedalam interval yang digunakan.

Tabel 4.2 Pedoman Penilaian Kriteria Kemampuan Delivery Persentase Pengiriman Sesuai Jadwal (%) Nilai

100 5 90 - 99 4 75 - 89 3 60 - 74 2 < 60 1 3. Harga

Penilaian terhadap parameter harga yang digunakan dihasilkan dari penilaian yang bersifat subyektif. Penilaian didasarkan kepada pertimbangan tingkat kompetitif

(11)

dari harga yang dipasok. Berikut ini pedoman yang digunakan dalam mengkonversi harga yang ditawarkan kedalam nilai yang digunakan.

Tabel 4.3 Pedoman Penilaian Kriteria Harga

Penilaian Terhadap Harga yang ditawarkan Nilai

Harga relative standart, tetapi memiliki nilai tambah dalam hal kualitas 5 Harga sesuai dengan standart umum yang diharapkan dari barang tersebut

4

Harga relative lebih mahal dari competitor, tetapi lebih baik dari segi kualitas dan delivery

3

Harga relative mahal, tetapi tidak memiliki kompetitor 2

Harga tidak memiliki nilai tambah 1

4. Services / Pelayanan

Penilaian terhadap kemampuan pemasok dalam menyediakan services atau

pelayanan juga didasarkan kepada penilaian subyektif. Penilaian terhadap kategori ini dibagi kedalam 5 subitem penilaian dan masing-masing subitem juga dinilai dalam skala 1 sampai 5. Berikut ini subitem penilaian kategori services/pelayanan

(12)

Tabel 4.4 Pedoman Penilaian Ktriteria Services/Pelayanan

Subitem Penilaian Skala Penilaian

Kualitas layanan yang diberikan ( profesionalisme ) 1-5

Komunikasi dalam informasi teknis, delivery, spesifikasi serta

produk alternatif

1-5

Kemampuan teknikal support dalam memecahkan masalah 1-5 Pelayanan purna jual ( after sales services ) 1-5

Pelayanan emergency order melalui telepon 1-5

Setelah diperoleh nilai untuk masing-masing item evaluasi, maka nilai tersebut akan dikalikan dengan bobot masing-masing item evaluasi dan kemudian dijumlahkan. Nilai akhir evaluasi diperoleh dengan membagi jumlah nilai yang telah dikalikan bobot dengan nilai maksimal yang mungkin diperoleh. Berikut ini penjelasan perhitungan dalam bentuk tabel evaluasi.

(13)

Tabel 4.5 Contoh Lembar Evaluasi Pemasok

Dari nilai yang diperoleh maka tiap pemasok dikelompokkan kedalam beberapa kategori berdasarkan kode warna yang dicapai. Berikut ini pengkategorian yang digunakan dalam evaluasi pemasok pada PT.SI

(14)

4.3 Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data, ada beberapa tahapan atau langkah yang dilakukan penulis. Tahapan tersebut diawali dengan pendefinisian model dari obyek yang akan dinilai kinerjanya. Kemudian diikuti dengan pemilihan variabel input dan output yang akan digunakan serta penentuan model DEA yang akan digunakan . Data yang terakhir adalah penentuan sampel dan periode data yang akan diambil. Berikut ini penjelasan masing-masing tahap dalam pengumpulan data.

4.3.1 Model dari DMU

Seperti yang telah didefinisikan sebelumnya, DMU adalah obyek yang akan dinilai kinerjanya. Dalam penelitian ini obyek yang dimaksud merupakan pemasok yang bekerjasama dengan PT. SI. Untuk memenuhi syarat homogeneity dalam penggunaan DEA, maka pemasok yang akan dinilai harus dapat dibandingkan satu sama lain. Untuk itu pemasok yang dipilih adalah yang memasok material/komponen yang sama. Dari daftar pemasok yang dimiliki PT. SI, diperoleh informasi bahwa pemasok yang memenuhi kriteria tersebut adalah pemasok standart part untuk cetakan. Berikut ini daftar pemasok yang memasok standart part

(15)

Tabel 4.7 Daftar Supplier Standart Part

No Nama Pemasok Nama Merek Standart Part

1 PT. Indoseiki Sukses Makmur Misumi 2 Misumi South East Asia Pte. Ltd. Misumi 3 PT. Putra Alam Teknologi Misumi 4 CV. Berma Andalan Sukses Misumi 5 PT. Allindo Coin Mas Era Misumi

(16)

Penyusunan model produksi dari suatu DMU dapat didasarkan pada fungsi dan tujuan dari adanya DMU tersebut. Dari fungsi dan tujuan ini nantinya dapat ditentukan variabel input dan output yang digunakan dalam model. Setelah input dan output diketahui, maka dapat ditentukan indikator kinerja untuk DMU tersebut.

Tujuan utama yang diharapkan dari kinerja pemasok tentunya tidak dapat dipisahkan dari critical success factor dari suatu pemasok. Critical success factor dari

pemasok yang telah dikenal umum terdiri dari 5 yaitu : 1. Kualitas

2. Kuantitas

3. Waktu Pengiriman 4. Lokasi Pengiriman 5. Harga

Kriteria-kriteria pemasok yang lebih lengkap dapat juga dilihat juga dari 23 kriteria seleksi pemasok yang diusulkan oleh Dickson (1996)

Dari sudut pandang PT. SI sendiri, critical success factor dapat tersirat dari

tugas pokok sub departemen Purchasing yaitu pengadaan material secara efektif,

efisien, tepat waktu, spesifikasi, tepat jumlah serta mengoptimalkan biaya/harga pembelian yang semurah mungkin. Dari uraian tugas tersebut dapat disimpulkan bahwa prioritas yang ditetapkan oleh PT. SI dalam hal pengadaan barang terletak pada ketepatan waktu, spesifikasi, jumlah dan yang terakhir dengan biaya yang seminimal mungkin.

(17)

4.3.2 Pemilihan Variabel Input dan Output

Nilai positif dari DEA adalah seperti yang telah diutarakan adalah memberikan fleksibilitas bagi pihak manajemen untuk memilih variabel input dan output yang akan digunakan dalam analisa yang tentunya harus memiliki dasar yang kuat. Pada dasarnya pilihan variabel input dan output bersifat unik untuk setiap kasus, tergantung pada tipe/model produktivitas yang digunakan, konteks operasi dari unit yang dianalis dan berbagai factor yang bersifat exogenous. Dalam aplikasinya

disarankan untuk memiliki sesedikit mungkin variabel input dan output yang digunakan agar pengukuran produktivitas yang dihasilkan dengan metode DEA cukup diskriminatif. Dengan pemilihan variabel-variabel input dan output yang digunakan dapat disesuaikan dengan pertimbangan fokus dari pihak manajemen khususnya sub departemen purchasing. Pada prinsipnya variabel input meliputi

sumber daya ( resources ) yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam bekerja sama dengan pihak pemasok, sedangkan variabel output meliputi parameter-parameter pengukuran kinerja yang ditetapkan perusahaan. Berikut ini variabel-variabel input dan output yang digunakan dalam model yang diusulkan

Tabel 4.8 Variabel-Variabel Input dan Output

Variabel Input Variabel Output Harga Kualitas

Delivery Services

(18)

Dalam pemilihan variabel input dan output, penulis membatasi penelitian dengan hanya menggunakan variabel input yang dapat dikontrol. Alasannya adalah bahwa variabel input yang tidak terkontrol pengaruhnya tidak signifikan dalam menggambarkan kinerja pemasok dan hasilnya pun tidak dapat ditindak-lanjuti untuk perbaikan kerja.

Penentuan variabel kinerja (output ) merupakan langkah pertama dalam

proses pembuatan model DMU, dimana variabel output tersebut mencerminkan focus dan obyektif dari perusahaan. Variabel output tersebut meliputi parameter kinerja yang diharapkan perusahaan dari para pemasoknya. Parameter kinerja ini dapat diketahui dari item evaluasi yang digunakan dalam proses evaluasi pemasok yang ada saat ini yang meliputi kriteria kualitas, kemampuan pengiriman, harga dan pelayanan. Namun dari hasil diskusi yang dilakukan pihak manajemen maka kriteria yang dipilih menjadi variabel output meliputi kualitas, kemampuan pengiriman dan pelayanan. Penyertaan kriteria pelayanan kedalam model evaluasi kinerja pemasok perlu mendapat catatan khusus mengingat penilaian terhadap kriteria pelayanan tidak dapat didefinisikan secara obyektif dalam ukuran yang kuantitatif sehingga kurang begitu sesuai dengan karakteristik DEA yang mensyaratkan penggunaan kriteria yang kuantitatif. Meskipun demikian, penggunaan data ordinal pada prinsipnya diperbolehkan dengan syarat interval antarnilai harus seragam yang berarti interval antara 1 dan 3 adalah duakali interval 1 dan 2. Penggunaan kriteria services dalam

model ini dimaksudkan agar dapat membandingkan hasil yang diperoleh dari metode DEA dengan metode yang digunakan perusahaan secara relevan dengan

(19)

menggunakan data penilaian yang ada. Sedangkan untuk kriteria harga lebih tepat dikelompokkan kedalam variabel input berdasarkan pertimbangan pertimbangan yang akan dijelaskan kemudian.

Pemilihan variabel input dalam model ini disesuaikan dengan definisi proses produksi dari suatu pemasok dilihat dari sudut pandang konsumennnya yang dalam hal ini adalah sub departemen purchasing. Pemasok pada prinsipnya

mentransformasikan seluruh resources yang dimilikinya untuk menghasilkan output

berupa produk dengan kualitas yang sesuai spesifikasinya, mampu dikirimkan sesuai waktu yang dijanjikan dan memiliki pelayanan yang baik. Resources yang

dikeluarkan oleh pemasok tersebut dapat didefinisikan secara kuantitatif sebagai total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Biaya produksi per unit produk atau cost of good sold dapat diwakili dari oleh tingkat harga per unit produk

yang ditawarkan oleh pemasok. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka tingkat harga produk dipilih sebagai ukuran yang mewakili besarnya resources yang

digunakan oleh pemasok dalam memproduksi produk yang bersangkutan.

Dalam model ini penulis memilih harga sebagai satu-satunya variabel input yang digunakan. Alasannya yang mendasari pemilihan variabel ini adalah bahwa dalam variabel harga sendiri sudah mencakup berbagai macam komponen biaya yang dikeluarkan pemasok dalam memproduksi komponen yang disuplai kepada konsumen. Komponen biaya yang dimaksud meliputi biaya yang bersifat eksplisit seperti biaya langsung maupun tidak langsung termasuk biaya material bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya kemasan, biaya pengiriman dll. Selain itu terdapat pula

(20)

komponen biaya yang bersifat implisit seperti biaya yang digunakan untuk menjaga tingkat kualitas produk sesuai standard yang diinginkan. Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa peningkatan dari variabel input yaitu harga disatu sisi akan meningkatkan pula variabel output yaitu peningkatan dalam hal kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman dan juga peningkatan kemampuan pelayanan dari pemasok.

4.3.3 Pemilihan Model DEA yang digunakan

Penggunaan model DEA dikenal adanya orientasi yaitu input minimization

dan out maximization. Model yang berorientasi pada input minimization mencoba

melihat sejauh mana input dapat dikurangi dengan tetap mempertahankan tingkat output. Sebaliknya model yang berorientasi pada output maximization mencoba

melihat sejauh mana output dapat ditingkatkan dengan tetap mempertahankan tingkat input.

Pemilihan orientasi model yang digunakan sangat bergantung kepada tujuan strategis suatu organisasi. Sebagai contoh suatu perusahaan yang sedang mencoba untuk melakukan efisiensi/pemangkasan biaya maka akan lebih tepat untuk menggunakan input minimization. Demikian halnya bagi perusahaan yang sedang

berupaya meningkatkan pangsa pasar maka fokusnya lebih tepat kepada output maximization.

Dalam penelitian ini dipilih untuk menggunakan orientasi input atau output

(21)

mengutamakan kriteria kualitas, kemampuan pengiriman dan pelayanan dari pemasok ketimbang tingkat harga yang ditawarkan. Hasil dari output maximization mungkin

dapat merekomendasikan untuk peningkatan output sekaligus pengurangan input pada saat yang bersamaan. Namun hal ini hanya menunjukkan terjadinya penggunaan input yang berlebihan dalam pencapaian output.

4.3.4 Penentuan Sampel dan Periode Data

Obyek yang menjadi sampel dalam penelitaian ini adalah para pemasok standard part untuk PT. SI yang semuanya berjumlah 5 pemasok. Penggunaan kelompok DMU yang homogeny dalam DEA sangat penting agar hasil dari DEA nantinya tidak membingungkan bagi subyek yang melakukan penilaian kinerja. Selain itu kelompok DMU yang homogeny juga diperlukan agar hasil DEA relevan untuk digunakan sebagai sarana benchmarking antara DMU yang efisien dengan

DMU yang inefisien.

Pertimbangan lain yang mendasari pemilihan DMU yang homogeny adalah agar dapat dikurangi jumlah variabel-variabel input yang digunakan dalam model khususnya yang terkait dengan variabel yang datang dari lingkungan eksternal yang homogen dimana nilai variabelnya sama maka dapat diasumsikan untuk menghapus penggunaan variabel tersebut dari model.

Pemilihan sampel DMU juga harus mempertimbangkan jumlah DMU itu sendiri. Ada beberapa ketentuan yang biasanya dijadikan pedoman dalam menentukan jumlah sampel yang dipergunakan.Dyson et al (1988) menyebutkan

(22)

jumlah DMU harus lebih besar dari perkalian jumlah variabel input dan output yang digunakan dalam model, sedangkan dalam literatur lain juga ditemui penggunaan sampel yang lebih kecil yaitu minimal tiga DMU. Pada prinsipnya penentuan jumlah DMU yang digunakan hendaknya mempertimbangkan jumlah variabel input dan output yang digunakan agar diperoleh hasil yang cukup diskriminatif untuk dapat membandingkan efisiensi antara tiap DMU dan juga untuk menginvestigasikan

production surface dari fungsi produksi yang dipergunakan dalam model.

Periode data yang dijadikan sampel, maka penulis sangat dibatasi terhadap ketersediaan data yang dimiliki oleh perusahaan. Data yang dipakai adalah data evaluasi pemasok selama periode Januari sampai Desember 2011.

4.3.5 Proses Pengumpulan Data

Berkaitan dengan pemilihan variabel input dan output yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa data yang dikumpulkan terdiri dari 4 kelompok data yaitu data mengenai harga, kualitas, kemampuan pengiriman dan services. Untuk

kriteria kualitas dan kemampuan delivery, data yang digunakan penulis berasal dari hasil evaluasi pemasok yang didokumentasikan pada tahun 2011. Berikut data pemasok untuk kriteria kualitas dan kemampuan pengiriman.

(23)

Tabel 4.9 Data Kriteria Kualitas, Delivery dan Services

Pemasok/Supplier Kualitas (%) Kemampuan

Delivery (%)

Services

PT. Indoseiki Sukses Makmur 91 87 16

Misumi South East Asia Pte. Ltd. 100 85 17

PT. Putra Alam Teknologi 100 95 20

CV. Berma Andalan Sukses 96 97 18

PT. Allindo Coin Mas Era 92 89 17

Sedangkan data untuk kriteria harga, penulis menggunakan data harga

standard part masing-masing pemasok yang dikumpulkan dari data purchase order

selama periode satu tahun. Harga rata-rata dari beberapa jenis standard part tersebut yang digunakan sebagai data harga pemasok. Berikut ini rekap data harga pemasok

(24)
(25)

4.4 Pengolahan Data

Data untuk kualitas dan kemampuan pengiriman diperoleh dalam bentuk persentase, maka data untuk kriteria harga dan services juga akan disajikan dalam

bentuk persentase mengingat persentase tergolong skala indeks. Data untuk kriteria harga masing masing pemasok diukur sebagai persentase terhadap pemasok dengan nilai tertinggi, sedangkan data kriteria services masing masing pemasok diukur

sebagai persentase terhadap nilai maksimum yang mungkin diperoleh. Berikut ini data yang dikumpulkan dari kelima pemasok selama periode Januari sampai Desember 2011.

Tabel 4.11 Data Evaluasi Pemasok PT. SI Pemasok Harga (%) Kualitas (%) Kemampuan

Pengiriman (%) Services (%) 1 100 91 87 64 2 92 100 85 68 3 95 100 95 80 4 97 96 97 72 5 98 92 89 68

4.4.1 Formulasi dan optimalisasi model DEA

Selanjutnya data dari tiap pemasok akan diformulasikan kedalam model DEA yang digunakan. Pada prinsipnya, konsep DEA tidak memerlukan adanya penentuan

(26)

bobot, namun dalam konteks evaluasi supplier maka perbedaan tingkat kepentingan

antara satu variabel dengan variabel yang lainnya yang mewakili perspektif manajemen sudah selayaknya perlu untuk diperhatikan. Berdasarkan pedoman yang dijadikan acuan bagian purchasing dalam evaluasi supplier, maka kriteria kualitas

dianggap lebih penting daripada kriteria delivery dan services dengan perbandingan

bobot 25:20:10. Untuk itu model DEA yang ada ditambah dengan adanya kendala baru yang mewakili penentuan bobot ( weight restriction). Berikut ini merupakan

contoh model DEA input oriented yang diformulasikan untuk pemasok 1. • Persamaan untuk pemasok 1

Maks z = 0.91wk + 0.87wd + 0.64ws + C Dengan kendala : 1 wh = 1 0.91wk + 0.87wd + 0.64ws – 1wh – C ≤ 0 1wk + 0.85wd + 0.68ws – 0.92wh – C ≤ 0 1wk + 0.95wd + 0.80ws – 0.95wh – C ≤ 0 0.96wk + 0.97wd + 0.72ws – 0.97wh – C ≤ 0 0.92wk + 0.89wd + 0.68ws – 0.98wh – C ≤ 0 wk – 1,25wd ≤ 0 wk – 2,5ws ≤ 0

(27)

wh, wk, wd, ws ≤ 0

dengan keterangan :

wk = bobot untuk kriteria kualitas

wd = bobot untuk kriteria kemampuan delivery

wh = bobot untuk kriteria harga

ws = bobot untuk kriteria services

Sebagaimana halnya suatu persamaan linier, maka untuk tiap permasalahan

programa linier primal maka terdapat persamaan programa linier dual. Berikut ini

permasalahan dual dari programa linier diatas untuk pemasok 1. • Persamaan untuk pemasok 1

Min θ Dengan kendala : 1λ1 + 0.92λ2 + 0.95λ3 + 0.97λ4 + 0.98λ5 ≤ 1 0.91λ1 + 1λ2 + 1λ3 + 0.96λ4 + 0.92λ5 ≤ 0.91 0.87λ1 + 0.85λ2 + 0.95λ3 + 0.97λ4 + 0.89λ5 ≤ 0.87 0.64λ1 + 0.68λ2 + 0.80λ3 + 0.72λ4 + 0.68λ5 ≤ 0.64 λ1 + λ2 + λ3 + λ4 + λ5 = 1

(28)

λ1, λ2, λ3, λ4, λ5 ≤ 0 dengan keterangan :

λn = intensitas untuk pemasok ke-n n = 1,2,3…5

θ = variabel dual, tidak terbatas ( bebas )

Kedua model baik primal maupun dual akan menghasilkan perhitungan nilai efisiensi yang sama. Namun dengan dari solusi model primal kita dapat memperoleh bobot untuk tiap kriteria, sedangkan dari solusi model dual kita dapat memperoleh intensitas pemasok yang dijadikan benchmark serta nilai slack untuk target perbaikan.

Untuk setiap pemasok, model DEA diatas akan diselesaikan untuk mencari penyelesaian yang optimal. Untuk membantu dalam perhitungan optimasi model DEA yang telah diformulasikan untuk seluruh pemasok, penulis menggunakan bantuan software DEA Frontier Software . Berikut ini tampilan dari hasil

(29)

Gambar 4.10 Hasil Perhitungan Menggunakan Software 4.4.2 Hasil Evaluasi Supplier Perusahaan

Seperti yang telah dijelaskan pada subbab 4.2.3 mengenai metode evaluasi pemasok yang dilakukan sub departemen purchasing pada PT. SI, metode evaluasi

yang digunakan saat ini adalah metode pembobotan nilai dengan menggunakan empat kriteria penilaian yaitu kualitas, kemampuan delivery, harga dan services/pelayanan.

Untuk keperluan pengklasifikasian, maka pemasok dengan hasil warna hijau dan kuning akan dipertimbangkan statusnya sebagai high performers, sedangkan pemasok

dengan hasil warna orange dan merah akan dianggap statusnya sebagai low

performers. Berikut ini hasil evaluasi pemasok yang dilakukan oleh perusahaan untuk

(30)

Tabel 4.12 Hasil Evaluasi Supplier PT. SI Tahun 2011

No Nama Supplier Nilai Kode

Warna

Status

1 PT. Indoseiki Sukses Makmur 59 Red Low performers

2 Misumi South East Asia Pte. Ltd. 79 Yellow High performers

3 PT. Putra Alam Teknologi 87 Green High performers

4 CV. Berma Andalan Sukses 78 Yellow High performers

5 PT. Allindo Coin Mas Era 65 Orange Low performers

4.4.3 Identifikasi Cluster Pemasok

Setelah hasil evaluasi pemasok menggunaka metode DEA dan hasil evaluasi

supplier yang dilakukan perusahaan diperoleh, maka pemasok dapat diklasifikasikan

(31)

Tabel 4.13 Klasifikasi Supplier Berdasarkan Efisiensi DEA dan Evaluasi Perusahaan

No Nama Supplier Nilai Efisiensi

DEA

Nilai Evaluasi perusahaan

Klasifikasi*

1 PT. Indoseiki Sukses Makmur 87 59 LI

2 Misumi South East Asia Pte. Ltd. 100 79 HE

3 PT. Putra Alam Teknologi 100 87 HE

4 CV. Berma Andalan Sukses 100 78 HE

5 PT. Allindo Coin Mas Era 90 65 LI

*Keterangan :

HE = High performers dan efisien

Gambar

Gambar 4.1 Proses Manufacture Cetakan/ tooling
Gambar 4.2 Peta Negara – Negara Customer Saat ini
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. SI Plant T2C
Gambar 4.6 Salah Satu Contoh Produk Cetakan/Tooling yang dihasilkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara kualitatif juga dapat dijelaskan, mengapa suami yang di teliti dalam penelitan ini, karena hal ini sesuai dengan teori Proverawati (2010) yang menyatakan bahwa

i. Mempererat hubungan antar bangsa. Pasal 144 Pengangkut bertanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak

ulang di PPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 223 ayat (2) dan Pasal 225 dilaksanakan paling lama 5 (lima) hari setelah hari/tanggal pemungutan suara

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

 Audit Program PPI sangat penting di dalam pelaksanaan PPI di rumah sakit, dengan audit terhadap semua aktifitas pelayanan dan fasilitas penunjang akan terjadi perubahan

Ternyata Jepang mampu berperan serta dalam menjaga stabilitas Internasional dan dibuktikannya dengan mengirim dua kapal angkatan lautnya ke Teluk Aden pada 13 Maret 2009,

Rancangan Jadual dan Mekanisme pembahasan 4 (empat) RUU tentang Pembentukan Pengadilan Tinggi Agama di Provinsi Maluku Utara, Banten, Bangka Belitung dan Gorontalo

Untuk mengedit nomor plat truk, langkahnya adalah mengambil teks yang ada dalam EditText setelah user mengisikan nomor platnya. Namun belum ada aturan yang melarang