33
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Profil Perusahaan
PT. SI Plant T2C didirikan pada tahun 2011 sebagai salah satu plant di PT. SI yang bergerak di bidang manufacture tooling/cetakan . Pendirian plant T2C adalah
dahulu berasal dari PT. MII yang pada tahun 2010 diakuisisi oleh PT. SI. Perusahaan ini ditargetkan untuk menghasilkan produk cetakan/tooling bernilai presisi yang
tinggi, karena sebagian customernya adalah negara-negara di Eropa. Cetakan/Tooling
yang dihasilkan adalah order dari customer yang ada di luar negeri seperti negara –
negara di Asia dan Eropa. Untuk mendukung tercapainya target tersebut diatas, perusahaan ini dilengkapi dengan mesin & peralatan dengan teknologi yang terbaru serta menggunakan material standart Eropa serta proses manufacture yang tersusun
dengan baik. Berikut ini gambaran proses manufacture secara umum yang
Berikut terlampir negara-negara di Asia dan Eropa yang menjadi customer saat ini
Gambar 4.2 Peta Negara – Negara Customer Saat ini
4.1.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 4.4 Struktur Organisasi PT. SI Plant T2C
4.1.2 Produk Perusahaan
PT. SI Plant T2C telah memproduksi berbagai cetakan/tooling yang sebagian
besar diperuntukkan bagi produk electrical dengan pangsa pasar 15% domestik dan
Gambar 4.5 Produk Electrical yang dihasilkan dari Cetakan/Tooling
4.2 Sub Departemen Purchasing
Sub Departemen Purchasing merupakan bagian yang bertanggung-jawab
dalam penyediaan kebutuhan perusahaan akan material bahan baku utama dan pendukung. Kebutuhan material tersebut dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu raw material, consumable, spare parts, dan chemical/liquid . Raw material
merupakan bahan baku utama produksi yaitu besi, consumable terdiri dari alat-alat
(tools) yang memiliki umur pemakaian yang singkat, spare parts merupakan
komponen suku cadang mesin, sedangkan chemical/.liquid meliputi material
pendukung dalam proses permesinan.
Berdasarkan uraian kerja yang ditetapkan, Sub Departemen Purchasing
memiliki tugas-tugas pokok sebagai berikut :
1. Pengadaan yang berhubungan dengan penyediaan spare parts/consumble item
secara efektif, efisien, tepat waktu, spesifikasi, tepat jumlah dengan mempertimbangkan keuntungan karyawan.
2. Mengoptimalkan biaya/harga pembelian yang semurah mungkin secara langsung dapat menekan biaya operasional.
3. Meneliti permintaan pembelian/pengadaan dan memilih, mengevaluasi, negosiasi serta memutuskan calon pemasok.
4. Mengadakan audit pemasuk dalam rangka menyeleksi maupun mengevaluasi pemasok.
Sub Departemen Purchasing sebagai bagian dari Departemen Finance Controller
memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
Gambar 4.7 Struktur Organisasi Sub Department Purchasing
4.2.2 Prosedur Seleksi dan Evaluasi Pemasok
Salah satu tugas pokok sub departemen purchasing adalah untuk melakukan
seleksi dan evaluasi terhadap kinerja pemasok secara periodik. Seleksi terhadap pemasok dilaksanakan 1 tahun sekali. Tujuan dari seleksi dan evaluasi terhadap pemasok adalah untuk menyeleksi pemasok yang secara rutin memasok kebutuhan
raw material, consumable, spare parts dan chemical/liquid yang produknya berkaitan
dengan kualitas produk SI, agar teridentifikasi kemampuannya dalam menunjang tercapainya sasaran/kebijaksanaan mutu SI.
4.2.3 Metode Evaluasi Pemasok
Saat ini sub departemen purchasing pada PT. SI menggunakan metode
pembobotan nilai sebagai metode evaluasi pemasok secara rutin. Adapun item-item yang menjadi kriteria dalam evaluasi kinerja pemasok yang digunakan meliputi kualitas, delivery, harga dan service/pelayanan. Penjelasan untuk parameter penilaian
untuk tiap kriteria adalah sebagai berikut : 1. Kualitas
Penilaian untuk parameter kualitas didasarkan kepada kesesuaian barang yang akan dikirim dengan spesifikasi yang ditentukan.Tingkat kesesuaian ini dinyatakan dalam bentuk persentase barang yang tidak memenuhi spesifikasi dari seluruh
purchase order yang dikirim oleh pemasok. Berikut ini pedoman dalam
mengkonversi persentase barang yang tidak memenuhi spesifikasi kedalam interval nilai yang digunakan.
Tabel 4.1 Pedoman Penilaian Kriteria Kualitas
Persentase Ketidaksesuaian Barang ( % ) Nilai
0 5
1 - 5 4
6 - 10 3
11 - 15 2
2. Delivery
Kemampuan dalam hal pengiriman barang diukur berdasarkan ketepatan waktu pengiriman barang dengan perpedoman kepada jadwal pengiriman yang dijanjikan oleh pemasok yang bersangkutan. Ketepatan waktu pengiriman dinyatakan dalam bentuk persentase yang dikirim sesuai dengan jadwal pengiriman yang dijanjikan dari seluruh purchase order yang dikirim oleh pemasok. Berikut ini
pedoman yang digunakan dalam mengkonversi persentase barang yang dikirim sesuai jadwal kedalam interval yang digunakan.
Tabel 4.2 Pedoman Penilaian Kriteria Kemampuan Delivery Persentase Pengiriman Sesuai Jadwal (%) Nilai
100 5 90 - 99 4 75 - 89 3 60 - 74 2 < 60 1 3. Harga
Penilaian terhadap parameter harga yang digunakan dihasilkan dari penilaian yang bersifat subyektif. Penilaian didasarkan kepada pertimbangan tingkat kompetitif
dari harga yang dipasok. Berikut ini pedoman yang digunakan dalam mengkonversi harga yang ditawarkan kedalam nilai yang digunakan.
Tabel 4.3 Pedoman Penilaian Kriteria Harga
Penilaian Terhadap Harga yang ditawarkan Nilai
Harga relative standart, tetapi memiliki nilai tambah dalam hal kualitas 5 Harga sesuai dengan standart umum yang diharapkan dari barang tersebut
4
Harga relative lebih mahal dari competitor, tetapi lebih baik dari segi kualitas dan delivery
3
Harga relative mahal, tetapi tidak memiliki kompetitor 2
Harga tidak memiliki nilai tambah 1
4. Services / Pelayanan
Penilaian terhadap kemampuan pemasok dalam menyediakan services atau
pelayanan juga didasarkan kepada penilaian subyektif. Penilaian terhadap kategori ini dibagi kedalam 5 subitem penilaian dan masing-masing subitem juga dinilai dalam skala 1 sampai 5. Berikut ini subitem penilaian kategori services/pelayanan
Tabel 4.4 Pedoman Penilaian Ktriteria Services/Pelayanan
Subitem Penilaian Skala Penilaian
Kualitas layanan yang diberikan ( profesionalisme ) 1-5
Komunikasi dalam informasi teknis, delivery, spesifikasi serta
produk alternatif
1-5
Kemampuan teknikal support dalam memecahkan masalah 1-5 Pelayanan purna jual ( after sales services ) 1-5
Pelayanan emergency order melalui telepon 1-5
Setelah diperoleh nilai untuk masing-masing item evaluasi, maka nilai tersebut akan dikalikan dengan bobot masing-masing item evaluasi dan kemudian dijumlahkan. Nilai akhir evaluasi diperoleh dengan membagi jumlah nilai yang telah dikalikan bobot dengan nilai maksimal yang mungkin diperoleh. Berikut ini penjelasan perhitungan dalam bentuk tabel evaluasi.
Tabel 4.5 Contoh Lembar Evaluasi Pemasok
Dari nilai yang diperoleh maka tiap pemasok dikelompokkan kedalam beberapa kategori berdasarkan kode warna yang dicapai. Berikut ini pengkategorian yang digunakan dalam evaluasi pemasok pada PT.SI
4.3 Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data, ada beberapa tahapan atau langkah yang dilakukan penulis. Tahapan tersebut diawali dengan pendefinisian model dari obyek yang akan dinilai kinerjanya. Kemudian diikuti dengan pemilihan variabel input dan output yang akan digunakan serta penentuan model DEA yang akan digunakan . Data yang terakhir adalah penentuan sampel dan periode data yang akan diambil. Berikut ini penjelasan masing-masing tahap dalam pengumpulan data.
4.3.1 Model dari DMU
Seperti yang telah didefinisikan sebelumnya, DMU adalah obyek yang akan dinilai kinerjanya. Dalam penelitian ini obyek yang dimaksud merupakan pemasok yang bekerjasama dengan PT. SI. Untuk memenuhi syarat homogeneity dalam penggunaan DEA, maka pemasok yang akan dinilai harus dapat dibandingkan satu sama lain. Untuk itu pemasok yang dipilih adalah yang memasok material/komponen yang sama. Dari daftar pemasok yang dimiliki PT. SI, diperoleh informasi bahwa pemasok yang memenuhi kriteria tersebut adalah pemasok standart part untuk cetakan. Berikut ini daftar pemasok yang memasok standart part
Tabel 4.7 Daftar Supplier Standart Part
No Nama Pemasok Nama Merek Standart Part
1 PT. Indoseiki Sukses Makmur Misumi 2 Misumi South East Asia Pte. Ltd. Misumi 3 PT. Putra Alam Teknologi Misumi 4 CV. Berma Andalan Sukses Misumi 5 PT. Allindo Coin Mas Era Misumi
Penyusunan model produksi dari suatu DMU dapat didasarkan pada fungsi dan tujuan dari adanya DMU tersebut. Dari fungsi dan tujuan ini nantinya dapat ditentukan variabel input dan output yang digunakan dalam model. Setelah input dan output diketahui, maka dapat ditentukan indikator kinerja untuk DMU tersebut.
Tujuan utama yang diharapkan dari kinerja pemasok tentunya tidak dapat dipisahkan dari critical success factor dari suatu pemasok. Critical success factor dari
pemasok yang telah dikenal umum terdiri dari 5 yaitu : 1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Waktu Pengiriman 4. Lokasi Pengiriman 5. Harga
Kriteria-kriteria pemasok yang lebih lengkap dapat juga dilihat juga dari 23 kriteria seleksi pemasok yang diusulkan oleh Dickson (1996)
Dari sudut pandang PT. SI sendiri, critical success factor dapat tersirat dari
tugas pokok sub departemen Purchasing yaitu pengadaan material secara efektif,
efisien, tepat waktu, spesifikasi, tepat jumlah serta mengoptimalkan biaya/harga pembelian yang semurah mungkin. Dari uraian tugas tersebut dapat disimpulkan bahwa prioritas yang ditetapkan oleh PT. SI dalam hal pengadaan barang terletak pada ketepatan waktu, spesifikasi, jumlah dan yang terakhir dengan biaya yang seminimal mungkin.
4.3.2 Pemilihan Variabel Input dan Output
Nilai positif dari DEA adalah seperti yang telah diutarakan adalah memberikan fleksibilitas bagi pihak manajemen untuk memilih variabel input dan output yang akan digunakan dalam analisa yang tentunya harus memiliki dasar yang kuat. Pada dasarnya pilihan variabel input dan output bersifat unik untuk setiap kasus, tergantung pada tipe/model produktivitas yang digunakan, konteks operasi dari unit yang dianalis dan berbagai factor yang bersifat exogenous. Dalam aplikasinya
disarankan untuk memiliki sesedikit mungkin variabel input dan output yang digunakan agar pengukuran produktivitas yang dihasilkan dengan metode DEA cukup diskriminatif. Dengan pemilihan variabel-variabel input dan output yang digunakan dapat disesuaikan dengan pertimbangan fokus dari pihak manajemen khususnya sub departemen purchasing. Pada prinsipnya variabel input meliputi
sumber daya ( resources ) yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam bekerja sama dengan pihak pemasok, sedangkan variabel output meliputi parameter-parameter pengukuran kinerja yang ditetapkan perusahaan. Berikut ini variabel-variabel input dan output yang digunakan dalam model yang diusulkan
Tabel 4.8 Variabel-Variabel Input dan Output
Variabel Input Variabel Output Harga Kualitas
Delivery Services
Dalam pemilihan variabel input dan output, penulis membatasi penelitian dengan hanya menggunakan variabel input yang dapat dikontrol. Alasannya adalah bahwa variabel input yang tidak terkontrol pengaruhnya tidak signifikan dalam menggambarkan kinerja pemasok dan hasilnya pun tidak dapat ditindak-lanjuti untuk perbaikan kerja.
Penentuan variabel kinerja (output ) merupakan langkah pertama dalam
proses pembuatan model DMU, dimana variabel output tersebut mencerminkan focus dan obyektif dari perusahaan. Variabel output tersebut meliputi parameter kinerja yang diharapkan perusahaan dari para pemasoknya. Parameter kinerja ini dapat diketahui dari item evaluasi yang digunakan dalam proses evaluasi pemasok yang ada saat ini yang meliputi kriteria kualitas, kemampuan pengiriman, harga dan pelayanan. Namun dari hasil diskusi yang dilakukan pihak manajemen maka kriteria yang dipilih menjadi variabel output meliputi kualitas, kemampuan pengiriman dan pelayanan. Penyertaan kriteria pelayanan kedalam model evaluasi kinerja pemasok perlu mendapat catatan khusus mengingat penilaian terhadap kriteria pelayanan tidak dapat didefinisikan secara obyektif dalam ukuran yang kuantitatif sehingga kurang begitu sesuai dengan karakteristik DEA yang mensyaratkan penggunaan kriteria yang kuantitatif. Meskipun demikian, penggunaan data ordinal pada prinsipnya diperbolehkan dengan syarat interval antarnilai harus seragam yang berarti interval antara 1 dan 3 adalah duakali interval 1 dan 2. Penggunaan kriteria services dalam
model ini dimaksudkan agar dapat membandingkan hasil yang diperoleh dari metode DEA dengan metode yang digunakan perusahaan secara relevan dengan
menggunakan data penilaian yang ada. Sedangkan untuk kriteria harga lebih tepat dikelompokkan kedalam variabel input berdasarkan pertimbangan pertimbangan yang akan dijelaskan kemudian.
Pemilihan variabel input dalam model ini disesuaikan dengan definisi proses produksi dari suatu pemasok dilihat dari sudut pandang konsumennnya yang dalam hal ini adalah sub departemen purchasing. Pemasok pada prinsipnya
mentransformasikan seluruh resources yang dimilikinya untuk menghasilkan output
berupa produk dengan kualitas yang sesuai spesifikasinya, mampu dikirimkan sesuai waktu yang dijanjikan dan memiliki pelayanan yang baik. Resources yang
dikeluarkan oleh pemasok tersebut dapat didefinisikan secara kuantitatif sebagai total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Biaya produksi per unit produk atau cost of good sold dapat diwakili dari oleh tingkat harga per unit produk
yang ditawarkan oleh pemasok. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka tingkat harga produk dipilih sebagai ukuran yang mewakili besarnya resources yang
digunakan oleh pemasok dalam memproduksi produk yang bersangkutan.
Dalam model ini penulis memilih harga sebagai satu-satunya variabel input yang digunakan. Alasannya yang mendasari pemilihan variabel ini adalah bahwa dalam variabel harga sendiri sudah mencakup berbagai macam komponen biaya yang dikeluarkan pemasok dalam memproduksi komponen yang disuplai kepada konsumen. Komponen biaya yang dimaksud meliputi biaya yang bersifat eksplisit seperti biaya langsung maupun tidak langsung termasuk biaya material bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya kemasan, biaya pengiriman dll. Selain itu terdapat pula
komponen biaya yang bersifat implisit seperti biaya yang digunakan untuk menjaga tingkat kualitas produk sesuai standard yang diinginkan. Dari uraian diatas dapat diasumsikan bahwa peningkatan dari variabel input yaitu harga disatu sisi akan meningkatkan pula variabel output yaitu peningkatan dalam hal kualitas produk, ketepatan waktu pengiriman dan juga peningkatan kemampuan pelayanan dari pemasok.
4.3.3 Pemilihan Model DEA yang digunakan
Penggunaan model DEA dikenal adanya orientasi yaitu input minimization
dan out maximization. Model yang berorientasi pada input minimization mencoba
melihat sejauh mana input dapat dikurangi dengan tetap mempertahankan tingkat output. Sebaliknya model yang berorientasi pada output maximization mencoba
melihat sejauh mana output dapat ditingkatkan dengan tetap mempertahankan tingkat input.
Pemilihan orientasi model yang digunakan sangat bergantung kepada tujuan strategis suatu organisasi. Sebagai contoh suatu perusahaan yang sedang mencoba untuk melakukan efisiensi/pemangkasan biaya maka akan lebih tepat untuk menggunakan input minimization. Demikian halnya bagi perusahaan yang sedang
berupaya meningkatkan pangsa pasar maka fokusnya lebih tepat kepada output maximization.
Dalam penelitian ini dipilih untuk menggunakan orientasi input atau output
mengutamakan kriteria kualitas, kemampuan pengiriman dan pelayanan dari pemasok ketimbang tingkat harga yang ditawarkan. Hasil dari output maximization mungkin
dapat merekomendasikan untuk peningkatan output sekaligus pengurangan input pada saat yang bersamaan. Namun hal ini hanya menunjukkan terjadinya penggunaan input yang berlebihan dalam pencapaian output.
4.3.4 Penentuan Sampel dan Periode Data
Obyek yang menjadi sampel dalam penelitaian ini adalah para pemasok standard part untuk PT. SI yang semuanya berjumlah 5 pemasok. Penggunaan kelompok DMU yang homogeny dalam DEA sangat penting agar hasil dari DEA nantinya tidak membingungkan bagi subyek yang melakukan penilaian kinerja. Selain itu kelompok DMU yang homogeny juga diperlukan agar hasil DEA relevan untuk digunakan sebagai sarana benchmarking antara DMU yang efisien dengan
DMU yang inefisien.
Pertimbangan lain yang mendasari pemilihan DMU yang homogeny adalah agar dapat dikurangi jumlah variabel-variabel input yang digunakan dalam model khususnya yang terkait dengan variabel yang datang dari lingkungan eksternal yang homogen dimana nilai variabelnya sama maka dapat diasumsikan untuk menghapus penggunaan variabel tersebut dari model.
Pemilihan sampel DMU juga harus mempertimbangkan jumlah DMU itu sendiri. Ada beberapa ketentuan yang biasanya dijadikan pedoman dalam menentukan jumlah sampel yang dipergunakan.Dyson et al (1988) menyebutkan
jumlah DMU harus lebih besar dari perkalian jumlah variabel input dan output yang digunakan dalam model, sedangkan dalam literatur lain juga ditemui penggunaan sampel yang lebih kecil yaitu minimal tiga DMU. Pada prinsipnya penentuan jumlah DMU yang digunakan hendaknya mempertimbangkan jumlah variabel input dan output yang digunakan agar diperoleh hasil yang cukup diskriminatif untuk dapat membandingkan efisiensi antara tiap DMU dan juga untuk menginvestigasikan
production surface dari fungsi produksi yang dipergunakan dalam model.
Periode data yang dijadikan sampel, maka penulis sangat dibatasi terhadap ketersediaan data yang dimiliki oleh perusahaan. Data yang dipakai adalah data evaluasi pemasok selama periode Januari sampai Desember 2011.
4.3.5 Proses Pengumpulan Data
Berkaitan dengan pemilihan variabel input dan output yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa data yang dikumpulkan terdiri dari 4 kelompok data yaitu data mengenai harga, kualitas, kemampuan pengiriman dan services. Untuk
kriteria kualitas dan kemampuan delivery, data yang digunakan penulis berasal dari hasil evaluasi pemasok yang didokumentasikan pada tahun 2011. Berikut data pemasok untuk kriteria kualitas dan kemampuan pengiriman.
Tabel 4.9 Data Kriteria Kualitas, Delivery dan Services
Pemasok/Supplier Kualitas (%) Kemampuan
Delivery (%)
Services
PT. Indoseiki Sukses Makmur 91 87 16
Misumi South East Asia Pte. Ltd. 100 85 17
PT. Putra Alam Teknologi 100 95 20
CV. Berma Andalan Sukses 96 97 18
PT. Allindo Coin Mas Era 92 89 17
Sedangkan data untuk kriteria harga, penulis menggunakan data harga
standard part masing-masing pemasok yang dikumpulkan dari data purchase order
selama periode satu tahun. Harga rata-rata dari beberapa jenis standard part tersebut yang digunakan sebagai data harga pemasok. Berikut ini rekap data harga pemasok
4.4 Pengolahan Data
Data untuk kualitas dan kemampuan pengiriman diperoleh dalam bentuk persentase, maka data untuk kriteria harga dan services juga akan disajikan dalam
bentuk persentase mengingat persentase tergolong skala indeks. Data untuk kriteria harga masing masing pemasok diukur sebagai persentase terhadap pemasok dengan nilai tertinggi, sedangkan data kriteria services masing masing pemasok diukur
sebagai persentase terhadap nilai maksimum yang mungkin diperoleh. Berikut ini data yang dikumpulkan dari kelima pemasok selama periode Januari sampai Desember 2011.
Tabel 4.11 Data Evaluasi Pemasok PT. SI Pemasok Harga (%) Kualitas (%) Kemampuan
Pengiriman (%) Services (%) 1 100 91 87 64 2 92 100 85 68 3 95 100 95 80 4 97 96 97 72 5 98 92 89 68
4.4.1 Formulasi dan optimalisasi model DEA
Selanjutnya data dari tiap pemasok akan diformulasikan kedalam model DEA yang digunakan. Pada prinsipnya, konsep DEA tidak memerlukan adanya penentuan
bobot, namun dalam konteks evaluasi supplier maka perbedaan tingkat kepentingan
antara satu variabel dengan variabel yang lainnya yang mewakili perspektif manajemen sudah selayaknya perlu untuk diperhatikan. Berdasarkan pedoman yang dijadikan acuan bagian purchasing dalam evaluasi supplier, maka kriteria kualitas
dianggap lebih penting daripada kriteria delivery dan services dengan perbandingan
bobot 25:20:10. Untuk itu model DEA yang ada ditambah dengan adanya kendala baru yang mewakili penentuan bobot ( weight restriction). Berikut ini merupakan
contoh model DEA input oriented yang diformulasikan untuk pemasok 1. • Persamaan untuk pemasok 1
Maks z = 0.91wk + 0.87wd + 0.64ws + C Dengan kendala : 1 wh = 1 0.91wk + 0.87wd + 0.64ws – 1wh – C ≤ 0 1wk + 0.85wd + 0.68ws – 0.92wh – C ≤ 0 1wk + 0.95wd + 0.80ws – 0.95wh – C ≤ 0 0.96wk + 0.97wd + 0.72ws – 0.97wh – C ≤ 0 0.92wk + 0.89wd + 0.68ws – 0.98wh – C ≤ 0 wk – 1,25wd ≤ 0 wk – 2,5ws ≤ 0
wh, wk, wd, ws ≤ 0
dengan keterangan :
wk = bobot untuk kriteria kualitas
wd = bobot untuk kriteria kemampuan delivery
wh = bobot untuk kriteria harga
ws = bobot untuk kriteria services
Sebagaimana halnya suatu persamaan linier, maka untuk tiap permasalahan
programa linier primal maka terdapat persamaan programa linier dual. Berikut ini
permasalahan dual dari programa linier diatas untuk pemasok 1. • Persamaan untuk pemasok 1
Min θ Dengan kendala : 1λ1 + 0.92λ2 + 0.95λ3 + 0.97λ4 + 0.98λ5 ≤ 1 0.91λ1 + 1λ2 + 1λ3 + 0.96λ4 + 0.92λ5 ≤ 0.91 0.87λ1 + 0.85λ2 + 0.95λ3 + 0.97λ4 + 0.89λ5 ≤ 0.87 0.64λ1 + 0.68λ2 + 0.80λ3 + 0.72λ4 + 0.68λ5 ≤ 0.64 λ1 + λ2 + λ3 + λ4 + λ5 = 1
λ1, λ2, λ3, λ4, λ5 ≤ 0 dengan keterangan :
λn = intensitas untuk pemasok ke-n n = 1,2,3…5
θ = variabel dual, tidak terbatas ( bebas )
Kedua model baik primal maupun dual akan menghasilkan perhitungan nilai efisiensi yang sama. Namun dengan dari solusi model primal kita dapat memperoleh bobot untuk tiap kriteria, sedangkan dari solusi model dual kita dapat memperoleh intensitas pemasok yang dijadikan benchmark serta nilai slack untuk target perbaikan.
Untuk setiap pemasok, model DEA diatas akan diselesaikan untuk mencari penyelesaian yang optimal. Untuk membantu dalam perhitungan optimasi model DEA yang telah diformulasikan untuk seluruh pemasok, penulis menggunakan bantuan software DEA Frontier Software . Berikut ini tampilan dari hasil
Gambar 4.10 Hasil Perhitungan Menggunakan Software 4.4.2 Hasil Evaluasi Supplier Perusahaan
Seperti yang telah dijelaskan pada subbab 4.2.3 mengenai metode evaluasi pemasok yang dilakukan sub departemen purchasing pada PT. SI, metode evaluasi
yang digunakan saat ini adalah metode pembobotan nilai dengan menggunakan empat kriteria penilaian yaitu kualitas, kemampuan delivery, harga dan services/pelayanan.
Untuk keperluan pengklasifikasian, maka pemasok dengan hasil warna hijau dan kuning akan dipertimbangkan statusnya sebagai high performers, sedangkan pemasok
dengan hasil warna orange dan merah akan dianggap statusnya sebagai low
performers. Berikut ini hasil evaluasi pemasok yang dilakukan oleh perusahaan untuk
Tabel 4.12 Hasil Evaluasi Supplier PT. SI Tahun 2011
No Nama Supplier Nilai Kode
Warna
Status
1 PT. Indoseiki Sukses Makmur 59 Red Low performers
2 Misumi South East Asia Pte. Ltd. 79 Yellow High performers
3 PT. Putra Alam Teknologi 87 Green High performers
4 CV. Berma Andalan Sukses 78 Yellow High performers
5 PT. Allindo Coin Mas Era 65 Orange Low performers
4.4.3 Identifikasi Cluster Pemasok
Setelah hasil evaluasi pemasok menggunaka metode DEA dan hasil evaluasi
supplier yang dilakukan perusahaan diperoleh, maka pemasok dapat diklasifikasikan
Tabel 4.13 Klasifikasi Supplier Berdasarkan Efisiensi DEA dan Evaluasi Perusahaan
No Nama Supplier Nilai Efisiensi
DEA
Nilai Evaluasi perusahaan
Klasifikasi*
1 PT. Indoseiki Sukses Makmur 87 59 LI
2 Misumi South East Asia Pte. Ltd. 100 79 HE
3 PT. Putra Alam Teknologi 100 87 HE
4 CV. Berma Andalan Sukses 100 78 HE
5 PT. Allindo Coin Mas Era 90 65 LI
*Keterangan :
HE = High performers dan efisien