• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

Nomor 117/PUU-XIII/2015

Pembatasan Pelaksanaan Budi Daya Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Perikanan, Kehutanan, atau Bidang Lainnya Yang Terkait Khususnya Peternakan

I. PEMOHON

1. Ashwin Pulungan (Pemohon I); 2. Ir. H. Waryo Sahru (Pemohon II); 3. AA. Suwargi (Pemohon III);

4. Ir. H. Teguh Prasetyo (Pemohon IV); 5. Surya (Pemohon V);

6. B. Sugeng Marwoto (Pemohon VI) ; 7. Alfi Zuhri (Pemohon VII) ;

8. Sugeng Wahyudi (Pemohon VIII);

9. Dudung Rahmat

10. Kadma Wijaya (Pemohon IX); 11. Saidi Sigit Parbowo (Pemohon X); 12. Ir. Alimuddin Sidi (Pemohon XI);

13. Ir. H. Teguh Sudaryatno (Pemohon XII); 14. Ir. Sunardi (Pemohon XIII);

15. Ir. Abdul Rahman Rahim (Pemohon XIV).

Selanjutnya secara bersama-sama disebut para Pemohon.

Kuasa Hukum

Syuratman Usman, SH., dkk, para advokat dari Law Office “SYURATMAN USMAN, SH & PARTNERS” berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 11 Mei 2015.

II. OBJEK PERMOHONAN

Pengujian Materiil Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU 18/2009) juncto Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU 41/2014).

(2)

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Penjelasan para Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

1. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) menyebutkan bahwa salah satu kewenangan Mahkamah Konstitusi adalah melakukan pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945”;

2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) menyatakan bahwa:

“Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang

terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”;

3. Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengatur bahwa secara hierarkis kedudukan UUD 1945 lebih tinggi dari Undang-Undang, oleh karena itu setiap ketentuan Undang-Undang tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945, jika terdapat ketentuan yang Undang-Undang yang bertentangan dengan UUD 1945 maka Undang-Undang tersebut dapat dimohonkan diuji melalui mekanisme pengujian Undang-Undang;

4. Bahwa objek permohonan adalah pengujian materiil Undang-Undang Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU 18/2009) juncto Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU 41/2014), oleh karena itu Mahkamah berwenang untuk melakukan pengujian Undang-Undang a quo.

IV. KEDUDUKAN HUKUM PEMOHON (LEGAL STANDING)

1. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU MK:

(3)

3 perorangan WNI, (b) kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan privat, atau (d) lembaga negara”.

2. Berdasarkan Putusan MK Nomor 006/PUU-III/2005 dan Nomor 010/PUU/III/2005 menyatakan bahwa kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional harus memenuhi 5 (lima) syarat yaitu:

a. adanya hak konstitusional para Pemohon yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

b. hak konstitusional para Pemohon tersebut dianggap oleh para Pemohon telah dirugikan oleh suatu Undang-Undang yang diuji.

c. kerugian konstitusional para Pemohon yang dimaksud bersifat spesifik atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut penalaran yang wajar dapat dipastikan akan terjadi.

d. adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan berlakunya Undang-Undang yang dimohonkan untuk diuji.

e. adanya kemungkinan bahwa dengan dikabulkannya permohonan maka kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi. 3. Para Pemohon adalah perorangan warga negara Indonesia yang tergabung

dalam Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia yang berusaha di bidang budi daya peternakan unggas dengan skala kecil dan merasa dirugikan secara konstitusional dengan berlakunya Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2) UU 18/2009 juncto UU 41/2014.

V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945 A. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN

Pengujian Materiil UU 18/2009 juncto UU 41/2014.: 1. Pasal 2 ayat (1):

“Peternakan dan kesehatan hewan dapat diselenggarakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilaksanakan secara tersendiri dan/atau melalui integrasi dengan budi daya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, atau bidang lainnya yang terkait.”

(4)

2. Pasal 30 ayat (2):

“Perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama dengan pihak asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.”

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945.

1. Pasal 28C ayat (1):

“Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

2. Pasal 33 ayat (1):

“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.”

3. Pasal 33 ayat (4):

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

VI. ALASAN PERMOHONAN

1. Pasal 2 ayat (1) UU 18/2009 bertentangan dengan Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 karena dengan adanya frasa “atau bidang lainnya yang terkait” memberikan keleluasaan para peternak bermodal besar untuk mendirikan usaha dalam bidang-bidang lain yang terintegrasi dengan usaha peternakan sehingga praktek monopoli, oligopoli, dan kartel terjadi. Sedangkan untuk para Pemohon yang merupakan peternak dengan modal kecil tidak dapat bersaing. Hal ini menciderai hak konstitusional para Pemohon sebagai

(5)

5

peternak unggas dengan modal kecil untuk memiliki kesempatan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya;

2. Pasal 2 ayat (1) UU 18/2009 bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 karena dengan adanya frasa “atau bidang lainnya yang terkait” menimbulkan ketidakpastian dalam bidang usaha peternakan. Dengan demikian pasal tersebut tidak memberikan kepastian hukum bagi para Pemohon. Selain itu para Pemohon, yang merupakan peternak bermodal kecil dianggap investasi penuh resiko oleh bank, sedangkan peternak bermodal besar selalu mendapatkan dukungan. Hal ini merugikan hak konstitusional para Pemohon untuk mendapatkan perlakuan yang sama. 3. Pasal 30 ayat (2) UU 18/2009 bertentangan dengan Pasal 33 ayat (1) dan

ayat (4) UUD 1945 karena pasal tersebut membuka peluang pemilik modal asing dengan dalih melakukan kerjasama dengan warga negara Indonesia untuk melakukan budidaya peternakan di Indonesia secara besar-besaran yang selain menimbulkan monopoli dan kartel juga menimbulkan liberalisme perdagangan. Jika dibiarkan hal ini dapat menimbulkan potensi budidaya ternak unggas rakyat dengan modal kecil mati dan hilang. Dengan demikian hak konstitusional pemohon sebagai peternak unggas rakyat untuk memperoleh kesejahteraan berpotensi terciderai.

VII. PETITUM

1. Menerima dan mengabulkan permohonan untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan inkonstitusional bersyarat apabila

ditafsirkan “integrasi yang dimaksud mengandung dampak monopoli

pengusahaan peternakan nasional” apabila demikian maka bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan sepanjang frasa “....dapat melakukan kerjasama dengan pihak

asing...” Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan inkonstitusional bersyarat apabila

(6)

ditafsirkan “kerjasama yang dimaksud mengandung dampak monopoli

pengusahaan peternakan nasional” apabila demikian maka bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. Menyatakan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan dan Kesehatan Hewan inkonstitusional bersyarat apabila

ditafsirkan “integrasi yang dimaksud mengandung dampak monopoli

pengusahaan peternakan nasional” apabila demikian maka tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat;

5. Menyatakan Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan inkonstitusional bersyarat apabila

ditafsirkan “kerjasama yang dimaksud mengandung dampak monopoli

pengusahaan peternakan nasional” apabila demikian maka tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat;

6. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya.

Atau, apabila Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang ada diatas adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan pretest dan posttest dengan menerapkan metode struktural

setelah dilakukan simulasi kondisi eksisting  utilisasi dari FSRU Jawa Barat sebesar 40%. jumlah gas yang tidak digunakan dalam 1 tahun adalah sebesar 2.709.000 MMSCFD (total

Selain itu, nilai baki aluminium yang diperolehi akan menentukan dos optimum bahan koagulan yang akan digunakan dalam proses rawatan air di loji.. Prosedur ujian

Harus memperhatikan regulasi kesehatan internasional yang diatur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejak moralitas publik bervariasi dari waktu ke waktu dan dari satu budaya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat sangat tinggi (83%) terhadap keberadaan RTH. Namun, masyarakat belum mengetahui bahwa menyediakan taman ataupun

Kontribusi penelitian ini adalah dalam pengembangan modul ekstensi pada qoe-monitor untuk mendukung estimasi nilai QoE layanan video menggunakan standard ITU-T G.1070, dan

Tanaman Sutra Bombay poliploid memiliki jumlah kromosom 2n=4x=36, panjang dan lebar stomata yang lebih tinggi, kerapatan stomata yang lebih rendah, serta morfologi yang lebih besar

Sedangkan yang membedakan antara penelitian diatas dengan yang akan peneliti teliti adalah fokus penelitiannya akan lebih memfokuskan pada gambaran perilaku merokok remaja putra