• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN IBU SAAT MELAHIRKAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN USIA KEHAMILAN IBU SAAT MELAHIRKAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN IBU SAAT MELAHIRKAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

(Di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan)

ANALYZE THE RELATIONSHIP OF THE GESTATIONAL AGE OF MOTHER AT CHILDBIRTH WITH EVENTS ASPHYXIA NEONATORUM

(In The Hospital Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan)

HAMIMATUS ZAINIYAH*) JUM’ATIN HASANAH *)

*)Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Ngudia Husada Madura

P E N E L I T I A N I L M I A H

ABSTRACT

Asphyxia neonatorum is a state where baby cannot sithe spontaneously and regularly following birth.Ideally when born baby crying spontaneous can stimulate breathing, but the fact remains there are a newborn infant who influenced undergone asphyxia gestational age mother during childbirth.The purpose of this research is analyzing the gestational age mother during childbirth to events asphyxia neonatorum in hospital syarifah ambami rato ebu bangkalan. The research design used was analytic with Cross sectional approach. The dependent variable in this study was asphyxia neonatorum, while its independent variable is the gestational age of mother at childbirth. The population was based on estimation of midwife 45 newborn, with total sample 30 the newborn at the hospital Syarifa Rato Ambami Ebu Bangkalan in may 2014, the way of sampling non probability sampling for use accidental sampling, data retrieval using documentation and statistical tests using Lambda. The results showed that infants born to mothers with gestational age prematurely entirely subjected to asphyxiation, i.e. 11 respondents (100%), newborn babies born to mothers with gestational age aterm almost entirely does not suffer asphyxia, i.e. 5 people (83.3 %), while the new-born babies born to mothers with gestational age postmatur almost entirely subjected to asphyxiation, i.e. 11 respondents (84.6 %). Based on statistical tests with Lambda, found that the P value < alpha (0000 < 0.05) so that H0 is rejected and accepted that there are relationship Ha gestational age the mother during childbirth with asphyxia neonatorum events. A midwife is expected to provide counselling and midwifery care is needed at a time when expectant mothers especially when entering the 3rd trimester, where mothers need information about the relationship of the gestational age of mother at childbirth

asphyxia neonatorum with Genesis.. Key word: Asphyxia Neonatorum, The

Gestational Age Of Mother At Childbirth.

(2)

PENDAHULUAN

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksi dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ bayi dalam menjalankan fungsinya seperti pengembangan paru (Alimul, 2008). Beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukkan gejala tonus otot yang menurun dan tidak menangis sesaat setelah lahir, hal ini menunjukkan bayi mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar, bayi-bayi ini mengalami pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan ventilasi paru-paru, bayi-bayi ini akan gagal bernafas secara sepontan dan terarur segera setelah lahir yang akan menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 di sertai dengan penurunan frekuensi jantung serta di ikuti oleh pernafasaan yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2006).

Idealnya saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120-140x/menit dan asidosis central menghilang dengan cepat (Prawirohardjo, 2006). Kenyataannya masih ada bayi yang tidak menangis segera setelah lahir bahkan meninggal katika lahir, hal ini terbukti menurut WHO, Sedikitnya 6.860 bayi yang baru lahir, meninggal dunia setiap hari terjadi di negara-negara miskin di dunia atau sekitar 98 persen dari 7.000 bayi baru lahir meninggal dunia. Setiap tahunnya kira – kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia neonatorum. Sedangkan hingga tahun 2008, angka kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR) di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian neonatus di Indonesia antara lain asfiksia neonatorum (37%), prematuritas (34%), dan sepsis (12%) (Rinawati, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan tentang asfiksia yang dilakukan pada tanggal 03 Maret 2014 di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan, di dapatkan angka kejadian asfiksia neonatorum pada bulan Januari-Februari sebanyak 28 bayi dari 67 persalinan. Setelah dilihat Dari status pasien pada 10 bayi dari bayi yang mengalami asfiksia, 5 bayi dilahirkan oleh ibu dengan usia kehamilan premature, 1 bayi dilahirkan oleh ibu dengan usia kehamilan aterm dan 4 bayi dilahirkan oleh ibu dengan usia kehamilan postmatur.

Asfiksia neonatorum dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah adanya kelainan pada faktor ibu, faktor placenta, faktor fetus. Pada faktor ibu, kejadian asfiksi dapat terjadi karena ibu mengalami hipoksia dan gangguan aliran darah dalam uterus. Pada faktor plasenta dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Pada faktor fetus dipengaruhi adanya kompresi umbilikus (Prawirohardjo, 2007). Selain ketiga faktor tersebut, usia kehamilan juga dapat memengaruhi keadaan janin. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan dini dengan berat lahir yang sangat rendah berpotensi terkena berbagai komplikasi. Hal tersebut dikarenakan perkembangan alat vital belum sempurna sehingga dapat berpotensi terjadi gangguan pernapasan seperti asfiksi neonatorum (Manuaba, 2004).

Asfiksia neonatorum memiliki dampak negatif bagi bayi, dimana keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan fisik dan mental bayi di kemudian hari (Prawirohardjo, 2007). Asfiksi dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian karena terjadi nekrosis berat dan difus pada jaringan otak. Asfiksi juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Prawirohardjo, 2007).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya asfiksia neonatorum yaitu dengan melakukan pengawasan antenatal yang adekuat dan melakukan koreksi sedini mungkin terhadap setiap kelainan yang terjadi. Selain itu penolong persalinan juga harus mengetahui factor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Keadaan asfiksia pada bayi baru lahir perlu mendapat perhatian utama agar persiapan dapat dilakukan dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir. Dengan demikian dapat diharapkan kelangsungan hidup yang sempurna untuk bayi tanpa gejala sisa.

Tujuan akhir Dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis hubungan usia kehamilan ibu saat melahirkan dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini merupakan penelitian Analitik Korelasi dengan pendekatan

(3)

penelitian ini adalah usia kehamilan ibu saat melahirkan.

. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah asfiksia neonatorum.

populasi pada penelitian ini adalah semua bayi baru lahir di Rumah Sakit Sarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014 berdasarkan estimasi bidan sebanyak 36 responden.

penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014.

. pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Dokumentasi. Dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variabel dari data sumber berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Yang diamati dalam study dokumentasi adalah benda mati. Peneliti perlu checklist untuk mencatat variabel yang sudah dirtentukan. Signifikansi 0,05

HASIL PENELITIAN

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan responden. Hasil penelitian karakteristik umum responden adalah :

Tabel 1

Distribusi frekuensi bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014 berdasarkan pendidikan

ibu

Pendidikan Frekuensi (f) Presentase (%) Tidak sekolah 1 3.3 SD 13 43.3 SMP 8 26.7 SMA 5 16.7 Perguruan Tinggi 3 10 Total 30 100

Sumber : Data sekunder penelitian, 2014

Tabel 1 menunjukan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu berpendidikan SD, yakni 13 orang (43.3%).

Tabel 2

Distribusi frekuensi bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014 berdasarkan pekerjaan

ibu. Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%) Tidak bekerja (IRT) 10 33.3 Swasta 6 20 Wiraswasta 6 20 Tani 6 20 PNS 2 6.7 Total 30 100

Sumber : Data sekunder penelitian, 2014

Tabel 2 menunjukan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu tidak bekerja, yakni 10 orang (33.3%).

Tabel 3

Distribusi frekuensi bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014 berdasarkan usia ibu

Umur Frekuensi (f) Persentase (%) <20 tahun 9 30 20-35 tahun 21 70 >35 tahun 0 0 Total 30 100

Sumber : Data sekunder penelitian, 2014 `Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu dengan pekerjaan swasta, yakni 21 orang (70%)

(4)

Tabel 4

Distribusi frekuensi bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan

pada bulan Mei 2014 berdasarkan paritas.

Paritas Frekuensi (f) Persentase (%) Primi 13 43.3 Multi 11 36.7 Grande 6 20 Total 30 100

Sumber : Data sekunder penelitian, 2014

Tabel 4 menunjukan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu dengan status paritas primipara, yakni 13 orang (43.3%).

Usia kehamilan ibu saat melahirkan.

Hasil penelitian tentang usia kehamilan ibu saat melahirkan bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014.:

Tabel 5

Distribusi frekuensi usia kehamilan ibu saat melahirkan bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada

bulan Mei 2014. Usia kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%) Prematur 11 36.7 Aterm 6 20 Post matur 13 43.3 Total 30 100

Sumber : Data sekunder penelitian, 2014

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu dengan usia kehamilan postmatur, yakni 13 orang (43.3%). Pemanjangan kehamilan atau kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang terus berlanjut melebihi 42 minggu (294 hari) dari

hari pertama haid terakhir (Moore, 2001). Ibu melahirkan dengan usia kehamilan postmatur akan memiliki dampak negatif bagi ibu dan janin, karena pada kehamilan postmatur akan terjadi penurunan fungsi placenta dan pengurangan volume cairan ketuban. Hal ini terjadi karena kesalahan dalam menentukan HPHT dan kurangnya pengetahuan ibu akan pentingnya mengingat HPHT, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti usia kehamilan ibu, kurangnya pengetahuan ibu dikarenakan pendidikan ibu yang rendah.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu berpendidikan SD, yakni 13 orang (43.3%). Sehingga ini akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu dalam merawat kehamilan utamanya dalam mengingat HPHT dan menghadapi proses persalinan. Masyarakat didesa kebanyakan masih berpedoman pada budaya seorang wanita tidak perlu sekolah sampai jenjang yang tinggi, mereka lebih mengutamakan pelajaran agama, mengaji dan mengurus rumah tangga. Hal ini didukung oleh teori Notoatmodjo (2003) yang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi baik dari orang lain maupun media massa sehingga banyak pula pengetahuan yang dimiliki termasuk pengetahuan tentang kesehatan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian kecil bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu dengan usia kehamilan aterm, yakni 6 orang (20%). Kehamilan berumur 37 sampai 42 minggu disebut aterm. Ibu yang melahirkan dengan usia kehamilan aterm akan lebih sedikit mengalami komplikasi baik bagi ibu dan janin, karena pada bayi dengan usia kehamilan aterm organ-organ tubuhnya sudah terbentuk dengan sempurna. Hal ini terjadi berdasarkan analisis item kuesioner, ibu berpendidikan S1, sehingga ibu memeiliki pengetahuan yang lebih dan ibu tahu akan pentingnya mengingat HPHT dan pentingnya memperhatikan usia kehamilan.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu dengan usia

(5)

kehamilan prematur, yakni 11 orang (36.7%). Persalinan prematur adalah salah satu persalinan yang tidak normal dari segi usia kehamilan, yaitu persalinan yang terjadi pada usia kandungan kurang dari normal (kurang dari 37 minggu atau 259 hari). Ibu yang melahirkan dengan usia kehamilan prematur akan berdampak negatif bagi ibu dan janin, karena pada usia kehamilan prematur organ-organ tubuh janin belum sempurna, sehingga bayi beresiko akan mengalami komplikasi saat persalinan. Hal ini terjadi karena ibu kurang mampu dalam merawat dan menjaga kehamlannya, dimana berdasarkan analisis lembar observasi menunjukkan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu rumah tangga, yakni 10 orang (33.3%). Pekerjaan akan mempengaruhi tingkat kesibukan ibu dan tingkat stress ibu, sehingga akan mepengaruhi kehamilan ibu, ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga akan memiliki banyak beban dan tingkat stress yang tinggi, sehingga akan mempengaruhi kondisi kehamilan ibu, karena stress dan pekerjaan yang terlalu berat akan menyebabkan persalinan prematurus. Hal ini didukung oleh teori (Sulistyawati, 2009) yang mengatakan bahwa pekerjaan seseorang akan menggambarkan aktivitas dan stress serta tingkat kesejahteraan ekonomi yang akan didapatkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih baik daripada ibu yang tidak bekerja, karena pada ibu yang bekerja akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga lebih mempunyai banyak peluang untuk mendapatkan informasi seputar keadaannya.

Gambaran Kejadian Asfiksia Neonatorum

Hasil penelitian tentang Kecepatan penyembuhan luka jahitan di Wilayah Kerja Puskesmas Tambelangan Kecamatan Tambelangan kabupaten Sampang bulan Juni-Juli 2010 adalah :

Tabel 6

Distribusi frekuensi kejadian asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan

pada bulan Mei 2014.

Keadaan bayi Frekuensi (f) Persentase (%) Asfiksia 23 76.7 Tidak asfiksia 7 23.3 Total 30 100

Sumber : Data sekunder penelitian, 2014

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa hampir seluruhnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan mengalami asfiksia, yakni 23 orang (76.7%). Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Pernapasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan (FKUI, 2007). Bayi dikatakan mengalami asfiksia sedang apabila nilai APGAR Skor 4-6 dalam 1 menit pertama, sedangkan dikatakan mengalami asfiksia berat apabila nilai APGAR Skor 0-3 dalam 1 menit pertama (Mansjoer, 2000). Asfiksia berat dapat terjadi jika bayi tidak dapat menangis spontan segera setelah lahir, disertai usaha bernafas yang lambat, nadi lambat, tonus otot menurun dan badan tidak merah. Sedangkan asfiksia sedang terjadi jika bayi menangis spontan tapi tidak adekuat, usaha nafas normal, nadi agak lambat, tonus otot menurun dan badan kemerahan. Apabila bayi dilahirkan dengan komplikasi saat persalinan dan kehamilan, kemungkinan bayi tidak akan bernafas spontan sesaat ketika bayi lahir, sehingga bayi dapat dikategorikan bayi yang mengalami asfiksia, apabila asfiksia ini tidak segera di tangani maka bayi akan terjatuh ke asfiksia berat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan tidak mengalami asfiksia, yakni 7 orang (23.3%). Bayi dikatakan tidak mengalami asfiksia jika nilai apgar 7-10 (Mansjoer, 2000). Bayi yang dilahirkan dengan proses persalinan normal dan dengan kehamilan normal, maka bayi akan bernafas secara spontan sesaat ketika bayi lahir, sehingga bayi akan terlahir normal dan tidak akan mengalami asfiksia sehingga tidak akan mengakibatkan trauma pada otak bayi kecuali pada bayi yang mengalami kelainan kongenietal.

(6)

Hubungan Usia Kehamilan Ibu Saat Melahirkan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum.

Hasil analisis Hubungan Usia Kehamilan Ibu Saat Melahirkan Dengan

Kejadian Asfiksia Neonatorum. di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada

bulan Mei 2014.:

Tabel 7

TTabulasi silang usia kehamilan ibu saat melahirkan dengan kejadian asfiksia neonatorum di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan pada bulan Mei 2014 :

Usia kehamilan

Kejadian asfiksia neonatorum

Asfiksia Tidak asfiksia Total

F % F % Σ %

Prematur 11 100 0 0 11 100

Aterm 1 16.7 5 83.3 6 100

Postmatur 11 84.6 2 15.4 13 100

Total 23 7 30

Berdasarkan uji statistik Lambda P value=0.028 dan α=0.05 Hasil penelitian menunjukkan bahwa

bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan prematur seluruhnya mengalami asfiksia, yaitu 11 responden (100%), bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan aterm hampir seluruhnya tidak mengalami asfiksia, yaitu 5 orang (83.3%). Sedangkan bahwa bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan postmatur hampir seluruhnya mengalami asfiksia, yaitu 11 responden (84.6%). Berdasarkan uji statistik dengan Lambda, ditemukan bahwa α=0.05

dan P valuenya 0.000, dengan demikian P value < alpha (0.000<0.05) sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yakni Ada hubungan usia kehamilan ibu saat melahirkan dengan kejadian asfiksia neonatorum. Usia kehamilan berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum, usia kehamilan ibu akan mempengaruhi kematangan organ-organ vital bayi, kematangan organ ini akan mempengaruhi fungsi dari pada organ tersebut, apabila bayi dilahirkan oleh ibu dengan usia kehamilan prematur atau postmature maka fungsi organ pernafasannya akan terganggu, sehingga bayi tersebut akan mengalami asfiksia neonatorum (Manuaba, 2005). Hal ini terjadi karena setiap kondisi pada bayi baru lahir itu tergantung pada kondisi kehamilan ibu, apabila bayi terlahir dari ibu dengan usia kehamilan aterm dan tanpa komplikasi, maka kemungkinan bayi akan terlahir normal dengan tidak disertai asfiksia,

namun bagi bayi yang terlahir dari ibu dengan usia kehamilan prematur dan postmatur kemungkinan terjadinya asfiksia sangat besar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan prematur seluruhnya mengalami asfiksia, yaitu 11 responden (100%). Kehamilan premature merupakan masalah besar karena dengan kehamilan prematur berat badan janin yang dilahirkan menjadi kurang (BBLR) (Prawirohardjo, 2007). Bayi yang terlahir dari ibu dengan usia kehamilan prematur berat badannya akan kurang, selain itu organ-organ vital bayi belum terbentuk sempurna, sehingga dapat terjadi asfiksi pada bayi sesaat ketika lahir (asfiksia neonatorum).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan aterm sebagian kecil mengalami asfiksia, yaitu 1 responden (16.7%). Pada kehamilan aterm pertumbuhan organ-organ bayi sudah sempurna dan siap untuk hidup di ekstrauterin (Manuaba, 2004). Ibu dengan usia kehamilan aterm, organ-organ tubuh janinnya sudah terbentuk secara sempurna sehingga bayi tidak akan mengalami asfiksia ketika lahir. Namun kenyataannya masih ada bayi baru lahir dari ibu dengan usia kehamilan aterm mengalami asfiksia, hal ini terjadi karena terjadinya perpanjangan kala 2, sehingga bayi terlalu lama di jalan lahir saat persalinan,

(7)

akibatnya suplai oksigen dari ibu ke janin tidak lancar atau terhambat, sehingga bayi akan mengalami akfiksia neonatorum.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan postmatur hampir seluruhnya mengalami asfiksia, yaitu 11 responden (84.6%). Kehamilan lewat waktu akan menyebabkan fungsi placenta menurun, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan placental lactogen. Rendahnya fungsi placenta merupakan pemicu kejadian gawat janin dan asfiksia dengan resiko 3 kali, selain itu kehamilan lewat waktu dapat menurunkan volume cairan ketuban (Winkjosastro, 2005). Penurunan fungsi placenta dapat menyebabkan penurunan pasokan oksigen dan nutrisi pada bayi, sehingga bayi akan mengalami asfiksia saat persalinan. Selain itu penurunan volume cairan ketuban dapat menyebabkan amnion akan berubah menjadi kental karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterine (gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai APGAR rendah, sindrom gawat paru, bronkus baru tersumbat sehingga menimbulkan ateletaksis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang lahir dari ibu dengan usia kehamilan postmatur sebagian kecil tidak mengalami asfiksia, yaitu 2 responden (15.4%). Asfiksia pada kehamilan lebih bulan 8% dapat terhindari jika tidak terjadi prolong aktif phase serta air ketuban tidak bercampur mekonium (Leny, 2009). Ibu dengan usia kehamilan postmatur pada umumnya bayi yang dilahirkan akan mengalami asfiksia, namun kenyataannya masih ada bayi yang tidak mengalami asfiksia. Hal ini terjadi karena tidak terjadi perpanjangan kala 2 akibatnya suplai oksigen dari ibu ke janin tidak terganggu, sehingga bayi tidak akan mengalami asfiksia. Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ini adalah faktor paritas.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa hampir setengahnya bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari ibu multipara, yakni 11 orang (36.7%). Ibu yang pernah melahirkan akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih dari pada ibu yang belum pernah melahirkan, serta memiliki pengalaman dalam menghadapi persalinan. Selain itu ibu yang pernah melahirkan jalan lahirnya lebih elastis karena pernah dilewati bayi sebelumya, sehingga tidaka akan terjadi prolong aktif phase dan bayi tidak akan mengalami asfiksia. Hal ini

didukung oleh teori Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman tentang kesehatan seperti kehamilan dan persalinan bisa diperoleh jika ibu pernah mengalami sendiri sebelumnya.

KESIMPULAN

Bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan hampir setengahnya usia kehamilan adalah postmatur.

Bayi baru lahir di Rumah Sakit Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan hampir seluruhnya mengalami asfiksia neonatorum

Ada hubungan usia kehamilan ibu saat melahirkan dengan kejadian asfiksia neonatorum

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Bidan. Jakrta : EGC

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.

Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:Salemba Medika. Manuaba. 2004. Ilmu Kebidanan Penyakit

Kandungan Dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

________. 2005. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

________. 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

Moore and hacker. 2003. Essensial Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 2. Jakarta : hipokartes

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : EGC

________. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : EGC

________. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBPSP

Rinawati. 2009. Asuhan Kebidanan Maternal Dan Neonatal Bagi Bidan. Jakarta : EGC

(8)

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula. Jogjakarta : Mitra Cendekia

Siswono. 2004. Buku acuan bagi bidan perawat. Surabaya : Mitra Cendekia

Soekidjo, Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

________. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

________. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Sugiono. 2007. Statistik Untuk Penelitian.

Bandung : Alfabeta.

Towel. 2004. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta : EGC

Varney. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. jakarta : EGC

Winkjosastro. 2005. Patologis Persalinan Dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Gambar

Tabel  1  menunjukan  bahwa  hampir  setengahnya  bayi  baru  lahir  di  Rumah  Sakit  Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari  ibu berpendidikan SD, yakni 13 orang (43.3%)
Tabel  4  menunjukan  bahwa  hampir  setengahnya  bayi  baru  lahir  di  Rumah  Sakit  Syarifa Ambami Rato Ebu Bangkalan lahir dari  ibu  dengan  status  paritas  primipara,  yakni  13  orang (43.3%)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pemodelan Sistem Informasi Akademik menggunakan TOGAF 9.1, hasil dari pemodelan berupa blueprint yaitu pendokumentasian yang bertujuan untuk dijadikan

Hasil yang dari pengabdian ini adalah komitmen bersama dari phak Desa Batu Menyan, Puskesmas Teluk Pandan untuk berkomitmen dalam menerapkan gerakan ABC.. Kata kunci:

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) pengguna layanan pengadilan di Pengadilan Negeri Tegal, berdasarkan peringkat ruang lingkupnya, diperoleh kepuasan responden paling

Hasil uji analisa data menggunakan uji Nonparametrik Kruskall-Wallis dengan p &lt; 0.05 menunjukkan signifikasi 0.001 yang berarti terdapat pengaruh ekstrak etanol

Uji larvasida menunjukkan ekstrak dari Desa Simpang Agung lebih berpotensi sebagai larvasida dibandingkan ekstrak dari Desa Rengas Bandung, kemungkinan dikarenakan senyawa

Hasil pengujian menunjukkan PAD, DAK, dan SiLPA berpengaruh positif dan signifikan pada IPM sedangkan DAU tidak berpengaruh pada IPM di Kabupaten/Kota di Provinsi

Diantara variabel Debt to Equity Ratio (DER) dan Total Asset Turnover (TAT) mana yang paling dominan mempengaruhi Return on Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur

Tersedia program sekolah dalam bentuk RKJM, RPJP, program khusus pengembangan diri dalam bahasa Indonesia dan Inggris dan dapat diakses melalui internet. Tersedia program