• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL MASYARAKAT: STUDI KASUS DESA PESISIR Bustang. Abstrak 1. PENDAHULUAN 16 E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I /

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL MASYARAKAT: STUDI KASUS DESA PESISIR Bustang. Abstrak 1. PENDAHULUAN 16 E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I /"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

16

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

Abstrak

Penelitian ini berupaya untuk merumuskan strategi peningkatan tanggungjawab sosial dalam rangka pemberdayaan keluarga miskin di desa pesisir. Metode riset yang digunakan adalah survei lapangan ditambah dengan wawancara mendalam pada 62 orang sampel terpilih. Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai November 2006 sampai April 2007. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode korelasi analisis jalur (path analysis). Temuan tersebut menunjukkan bahwa tingkat tanggungjawab sosial masyarakat cukup tingi. Dinamika tanggungjawab sosial sebagai salah satu modal sosial dipengaruhi oleh organisasi lokal, pendapatan, dan pendidikan formal masyarakat. Berdasarkan temuan-temuan tersebut upaya peningkatan tanggungjawab sosial sebagai modal sosial memerlukan fasilitasi dan komitmen yang kuat dari pemerintah dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut diharapkan menjadi pemicu untuk mengoptimalisasikan potensi masyarakat sebagai modal sosial dalam pemberdayaan masyarakat miskin perdesaan.

Kata kunci: tanggungjawab sosial, kelembagaan lokal, keluarga miskin

1. PENDAHULUAN

Tanggungjawab sosial seringkali diasosiasikan dalam pengertian kewajiban yang mestinya dilakukan oleh pihak tertentu. Padahal secara substansial/hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari kewajiban yang mestinya dilakukan oleh semua komponen masyarakat dan pemerintah. Kondisi ini erat kaitannya dengan proses pelaksanaan dari tanggungjawab sosial sesungguhnya

PENGUATAN

TANGGUNGJAWAB

SOSIAL

MASYARAKAT:

STUDI KASUS DESA

PESISIR

Bustang

(2)

17

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

yang meliputi banyak aspek kehidupan yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dalam ajaran agamapun tanggungjawab sosial banyak disebut sebagai kewajiban-kewajiban yang mestinya dilaksanakan oleh setiap ummat beragama. Dalam konteks ini penghargaan agama ditunjukkan oleh para pemeluknya yang dengan sukarela memberikan bantuan kepada kelompok kurang mampu (miskin). Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya, konsepsi tanggungjawab sosial tidak terkait hanya pada salah satu lembaga atau komponen saja. Tanggungjawab sosial hakekatnya menjadi tanggungjawab semua pihak, yang merupakan kolektivitas dalam melakukan tindakan dan upaya-upaya menekan perilaku yang tidak etis, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengancam keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam kehidupan sosial (Anonim, 2007). Dengan demikian hakekatnya tanggungjawab sosial harus melingkupi perlindungan terhadap masyarakat atau penduduk lokal dan lingkungan fisik masyarakat dari berbagai ancaman yang dapat merugikan komuniti lokal.

Kotler dan Lee (2005) memandang bahwasanya tanggungjawab sosial merupakan suatu bentuk komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui praktek atau kegiatan tertentu yang mempergunakan sumberdaya yang mereka miliki. Dalam hal ini terdapat kebebasan yang dimiliki individu atau kelompok masyarakat untuk mewujudkan kepeduliannya kepada kelompok masyarakat sasaran, baik dalam menentukan tujuan, jenis kegiatan, kelompok sasaran, alokasi sumberdaya yang dimiliki untuk kegiatan tersebut, dan sebagainya. Seiring dengan krisis ekonomi yang mulai melanda Indonesia 1997, jumlah penduduk miskin kembali meningkat

(Bappenas,2003). Pada rentang 1997 – 2002, jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi pada tahun 1998, yakni 49,5 juta jiwa atau 24, 2 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Namun demikian, dengan kecenderungan semakin membaiknya perekonomian Indonesia, maka tingkat kemiskinan terus menerus mengalami penurunan secara bertahap. Bappenas (2005), tahun 2004 jumlah penduduk miskin sekitar 36,1 juta jiwa atau 16, 6 % dari total jumlah penduduk. Kemiskinan tersebut tersebar di perkotaan dan perdesaan dengan rincian: (a) jumlah penduduk miskin di perkotaan 11,5 juta jiwa (12,6 %); (b) jumlah penduduk miskin diperdesaan 24, 6 juta jiwa (19,5 %).

Permasalahan mengenai kemiskinan yang menjadi sasaran dari pada kegiatan pemberdayaan membutuhkan komitmen masyarakat agar dapat berkontribusi pada: pembangunan ekonomi berkelanjutan yang memerlukan kerjasama antar individu dalam suatu kelompok, antar keluarga dalam suatu masyarakat pada lingkup yang lebih besar untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Contoh bentuk kegiatan tanggungjawab sosial menurut Kotler dan Lee (2005) yaitu: bidang kesehatan, keamanan, pendidikan, dan pelatihan kerja bidang tertentu. yang diberikan dapat berupa: dana (modal), pinjaman, biaya promosi, tenaga (bimbingan teknis tenaga ahli), peralatan/ teknologi, akses informasi, dan sebagainya.

Dari berbagai latar belakang pemikiran tersebut, maka penting dipikirkan suatu upaya memampukan (empowering) kelompok miskin yang ada di dalam lingkungan masyarakat perdesaan melalui tanggungjawab sosial. Sebagaimana diyakini upaya berkelompok pada satuan individu miskin diduga lebih mengutamakan bagaimana hanya bisa bertahan untuk hidup tanpa memikirkan masa depannya. Oleh karena itu, perlu ada kearifan yang dapat melihat potensi serta faktor-faktor yang berpengaruh, mampu mendorong, memfasilitasi kesadaran

(awareness) dan memunculkan kekuatan dirinya sendiri melalui tanggungjawab sosial bersama.

Dengan demikian untuk mengubah kondisi masyarakat miskin di desa pesisir dari ketidakberdayaan menjadi berdaya melalui aktualisasi tanggungjawab sosial, maka penelitian ini penting menjawab rumusan permasalahan berikut: (1) Bagaimana tingkat aktualisasi tanggungjawab sosial masyarakat dalam membantu keluarga miskin di desa pesisir?, (2) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tanggungjawab sosial masyarakat pada keluarga miskin di desa pesisir? (3) bagaimanakah model pemberdayaan yang efektif untuk meningkatkan tanggungjawab sosial masyarakat?

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Menjelaskan tingkat aktualisasi tanggungjawab sosial masyarakat dalam membantu keluarga miskin di desa pesisir. (2) Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tanggungjawab sosial masyarakat pada keluarga miskin di desa pesisir, dan (3) Merumuskan strategi peningkatan tanggungjawab sosial masyarakat terhadap keluarga miskin di desa pesisi?

Berdasarkan penjabaran tinjauan pustaka dan

kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis

penelitian sebagai berikut:

Terdapat hubungan yang nyata antara karakteristik individu, organisasi kemasyarakatan lokal, peran organisasi pemerintah lokal dengan pemahaman terhadap kemiskinan.

(3)

18

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

Terdapat hubungan yang nyata antara pemahaman terhadap kemiskinan dengan aktualisasi tanggungjawab sosial masyarakat dalam mengatasi kemiskinan di desa pesisir.

2. METODE PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota masyarakat di desa Pesisir Kabupaten Bone, yaitu individu yang telah berusia 17 tahun atau sudah menikah yang tinggal di wilayah pedesaan di Kabupaten Bone yang diwakili oleh Desa Ancu Kecamatan Kajuara, yang merupakan desa yang terletak di pesisir. Pengumpulan data dilakukan pada bulan November 2006 sampai April 2007. Data primer diperoleh dengan mendatangi dan melakukan wawancara terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang kemudian akan diklarifikasi dengan wawancara mendalam dan wawancara bebas. Penentuan sampel dari populasi dilakukan dengan cluster sampling, jumlah sampel dihitung dengan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah 62 responden. Data dianalisis dengan: analisis tabel silang chi square, analisis korelasi product moment, dan analisis jalur.

3. PEMBAHASAN

a. Karakterisitik Responden

Karakteristik masyarakat desa pesisir di Kabupaten Bone yang direpresentasikan oleh sebagian warga masyarakat di Desa Ancu Kecamatan Kajuara, yang diamati dalam penelitian ini meliputi: (1) Jenis kelamin, (2) Umur, (3) Pendidikan formal, (4) Pendidikan non formal, (5) Jenis pekerjaan, dan (6) Tingkat pendapatan. Beberapa deskripsi responden ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Deskripsi Karakteristik Masyarakat Pesisir

Peran Kelembagaan Lokal dalam Memberdayakan Keluarga Mis kin

20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki. Posisi laki-laki dalam masyarakat merupakan tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Kelompok umur masyarakat sebagian besar diketegorikan muda, yang menggambarkan bahwa kelompok ini adalah anggota masyarakat yang berpotensi sebagai tenaga kerja produktif

di desanya. Kemudian mayoritas penduduk pedesaan adalah kelompok yang belum mampu menyelesaikan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal yang diikuti pada umumnya adalah mengaji atau belajar ilmu agama (Islam). Tingkat pendapatan mayoritas responden adalah kelompok yang berpendapatan sedang. Umumnya kebutuhan pangan berasal dari hasil produksi menanam sendiri, jadi lebih banyak tidak dihitung sebagai pendapatan.

b. Pemahaman Masyarakat Pesisir Terhadap Kemiskinan

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pada umumnya pemahaman masyarakat terhadap kemiskinan cukup baik, yang mengindikasikan bahwa kemiskinan dimaknai tidak saja pada kekurangan kebutuhan dasar manusia akan tetapi terkait juga dengan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, akan berimplikasi pada adanya kesadaran masyarakat bahwa penanganan masalah kemiskinan sebagai tanggungjawab semua pihak. Pemahaman masyarakat pesisir terhadap kemiskinan disajikan pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Sebaran Responden menurut Pemahaman terhadap Kemiskinan

Peran Kelembagaan Lokal dalam Memberdayakan Keluarga Miskin 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Peran Pemerintah Lokal Peran Organisasi

Kemasyarakatan

Dalam konteks ini pemahaman yang dimaksudkan adalah terkait dengan pemaknaan kemiskinan. Oleh karena itu, tabel tersebut di atas, menjelaskan bahwa pemahaman masyarakat mengenai kemiskinan dapat dikategorikan rendah dan sedang. Orang miskin yang dimaksud dalam pengertian ini mencakup anggota masyarakat yang kurang mampu secara ekonomis untuk memenuhi kebutuhan dasar pangan-sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, perumahan, air bersih, dan aman serta sanitasi yang baik, yang berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari baik dalam kegiatan produktif maupun sosial kemasyarakatan. Masyarakat juga memaknai pada perkembangannya, bahwa kelompok miskin terkadang tidak mendapatkan perlakuan yang cukup adil dari sebagian masyarakat, padahal kedudukan mereka sama dimata hukum. Disamping itu masyarakat juga mengetahui bahwa kelompok miskin tentu bukanlah menjadi tanggungjawab pemerintah semata dalam menanggulangi kemiskinan tetapi perlu keterlibatan aktif dari semua komponen masyarakat secara langsung maupun tidak langsung.

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data, menunjukkan bahwa sebagian besar responden meyakini bahwa proses

(4)

19

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

penanggulangan kemiskinan di desa pesisir dapat dilaksanakan. Artinya sebagian besar masyarakat optimis bahwa kemiskinan dapat diatasi atau dapat diminimalkan, yang didasarkan pada beberapa logika pemikiran, bahwa penanganan atau penanggulangan dapat dilakukan. Namun demikian,

penanganan tersebut harus dilandaskan pada: (a) perubahan perilaku dari individu kelompok miskin, (b) penguatan terhadap kemauan dan kemampuan para tetangga (komunitas) untuk membantu anggota komunitas yang butuh bantuan, dan terakhir (c) prinsip kerjasama dari semua pihak dalam mengatasi kemiskinan. Prinsip kerjasama yang dimaksud pada poin (c) adalah pemerintah, warga masyarakat dan dunia usaha untuk secara bersama-sama melaksanakan secara sungguh-sungguh dalam menanggulangi masalah kemiskinan.

c. Peran Kelembagaan Lokal dalam Mendukung Pemberdayaan Keluarga Miskin

Kelembagaan lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah organisasi-organisasi yang ada dan tumbuh dalam masyarakat Bone yang secara dinamis memberikan panduan nilai sekaligus berinteraksi dalam kehidupan masyarakat, berperan dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Bone. Kelembagaan lokal mencerminkan struktur organisasi yang ada dalam masyarakat sekaligus nilai-nilai, aturan yang terus dipelihara untuk menjaga harmoni masyarakat pedesaan. Namun fokus utama dalam penelitian ini adalah organisasi pemerintah lokal/desa dan organisasi kemasyarakatan yaitu PKK, kelompok tani, karang taruna, dan kelompok pengajian yang terdapat di Kabupaten Bone.

Deskripsi persepsi responden masyarakat pesisir terhadap peran kelembagaan lokal dalam mendukung kegiatan pemberdayaan keluarga miskin di pedesaan disajikak dalam Gambar 3.

Gambar 3. Sebaran Responden menurut Persepsi terhadap Peran Kelembagaan Lokal

Peran Kelembagaan Lokal dalam Memberdayakan Keluarga Miskin 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Peran Pemerintah Lokal Peran Organisasi

Kemasyarakatan

Peran umum pemerintah secara konsisten adalah sebagai institusi yang memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat tanpa diskriminasi, transparan, dan akuntabel. Dalam kaitan hal tersebut, maka pemerintah desa sebagai bagian dari struktur kepemerintahan di Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana salah satu tugas dan fungsinya adalah memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Dalam mendorong aktivitas desa, untuk memberdayakan keluarga miskin di perdesaan pemerintah juga senantiasa memberikan sumbangan kepada masyarakat miskin khususnya bagi petani berupa subsidi benih padi, pupuk, beras miskin dan termasuk juga dana kompensasi bahan bakar minyak (BBM). Upaya yang dilakukan pemerintah tersebut sebagai upaya untuk membantu keluarga miskin untuk meningkatkan kualitas hidup warga/masyarakat pedesaan. Sedangkan organisasi kemasyarakatan yang ada di lingkungan pedesaan, dengan berbagai kelompok sosial ikut membantu dalam kegiatan sosial, kegiatan keagamaan masyarakat secara berkelompok. Kegiatan tersebut antara lain berupa pemberian sumbangan seperti setiap rumah tangga yang ingin memasak nasi, maka senantiasa menyisihkan beras segenggam, yang kemudian disimpan pada tempat tertentu yang telah disediakan oleh kelompoknya. Dari beras segenggam tersebut kemudian setiap hari Kamis pihak organisasi sosial tersebut ada yang datang untuk mengambilnya. Namun yang dominan setiap masyarakat menyediakan antara ½ (seperdua) sampai 1 liter beras setiap bulan yang dikumpulkan oleh warga desa, kemudian ditunjuk oleh salah seorang dari anggota organisasi untuk mengumpulkan beras-beras warga tersebut setiap bulan. Demikian pula, kegiatan organisasi kemasyarakatan seperti pengajian berkelompok untuk memberikan pemahaman dalam upaya membentuk perilaku masyarakat yang mandiri yaitu masyarakat yang mampu mengelola potensinya dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Setelah beras terkumpul tersebut itulah yang dipakai untuk memberikan bantuan kepada keluarga miskin, baik yang bersifat rutin maupun kalau sewaktu-waktu mengalami musibah. Meskipun upaya ini lebih sifatnya sukarela namun memiliki manfaat bagi keluarga miskin dipedesaan.

(5)

20

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

Demikian pula dalam kaitan dengan kearifan lokal budaya gotong-royong di kalangan masyarakat masih dapat ditemukan pada masyarakat di desa. Hal tersebut terlihat kalau ada kematian, dengan penuh kesadaran warga lainnya membantu kepada warga yang terkena musibah. Bantuan tersebut baik berupa bantuan fisik maupun bantuan lainnya terhadap keluarga yang ditinggalkan, sehingga keluarga korban terkena musibah tidak harus mengeluarkan biaya untuk menangani musbah yang menimpahnya. Bantuan tersebut dikoordinasikan oleh organisasi kemasyarakatan yang ada di desa tersebut, seperti organisasi pengajian, pengurus mesjid, ibu-ibu kelompok arisan, dan PKK.

d. Aktualisasi Tanggungjawab Sosial Masyarakat Pesisir Pada Keluarga Miskin

Kondisi faktual dan aktual yang terlihat di tengah masyarakat adalah kemauan untuk menolong kelompok miskin, baik secara individu maupun kolektif. Aktivitas-aktivitas individu yang paling menonjol dalam konteks ini adalah pemberian bantuan langsung oleh individu kepada kelompok miskin. Umumnya aktivitas-aktivitas semacam ini dilakukan dalam dua bentuk kegiatan, yaitu: pemberian bantuan langsung kepada orang-orang sekitar yang membutuhkan baik dikenal maupun tidak dikenal. Bentuk kedua terutama terkait dengan pemberian bantuan langsung kepada sanak saudara yang berada pada status kurang mampu. Bentuk kedua ini umumnya sudah dilaksanakan secara turun temurun artinya sudah merupakan nilai-nilai yang diterima dalam keluarga. Selain itu terdapat perilaku membantu lain berupa implementasi nilai-nilai agama yaitu memberikan

sedekah, zakat, dan bentuk-bentuk pemberian yang bersifat individu kepada kelompok miskin.

Bentuk-bentuk kegiatan kolektif umumnya dikoordinasikan oleh lembaga di tingkat desa, terutama terkait dalam jaringan kelembagaan keagamaan. Dalam hal ini bantuan umumnya diberikan kepada seorang tokoh masyarakat atau ulama untuk kemudian didistribusikan kepada kelompok kurang mampu di tingkat desa. Namun demikian, pengelolaan yang dilakukan melalui kelompok/organisasi kemasyarakatan masih dominan hanya sekedar konsumtif saja, bukan untuk usaha-usaha produktif dalam rangka memberdayakan keluarga miskin di pedesaan. Oleh karena usaha-usaha yang telah dirintis dan dikerjakan oleh individu maupun organisasi kemasyarakatan lebih pada sekedar untuk memenuhi kebutuhan pangan saja, dan lebih bersifat jangka pendek, tidak untuk diinvestasikan sebagai modal tambahan.

Perhatian dan tanggungjawab sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktualisasi perilaku membantu dalam bentuk fisik dan non fisik untuk mengurangi beban kelompok miskin baik yang dilakukan secara sengaja/terencana maupun yang tidak terencana, oleh individu maupun kelompok, terorganisasi maupun tidak terorganisasi. Dengan kata lain perhatian tanggungjawab sosial merupakan aktivitas/tindakan individu atau kelompok untuk membantu kelompok miskin di pedesaan yang dikelompokkan dalam tiga katagori sebagai yaitu (1) tinggi, (2) sedang, (3) rendah. Selanjutnya untuk mengetahui gambaran mengenai perhatian dan tanggungjawab sosial responden terhadap kelompok miskin di perdesan ditunjukkan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Deskripsi Perhatian dan Tanggungjawab Sosial Masyarakat Pesisir 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Re nd ah Se da ng Ti ng gi To tal Re nd ah Se da ng Ti ng gi To tal Re nd ah Se da ng Ti ng gi To tal

Aktivitas Kelompok Aktivitas Individu Perhatian Dan Tanggung Jawab 0.13 0.14 0.54* 0.27* -0.15 0.29* 0.38* 0.04 0.44* -0.10 Peran Pemerintah Lokal Pendidikan Nonformal X15 Pemahaman terhadap kemiskinan Peran Organisasi Kemasyarakatan Pendidikan Formal X14 Tk Pendapatan X17 Aktualisasi Tanggungjawa b Sosial Tingkat Keberdayaan .0,00 0.12 -0.07 0.25* 0.02 0.01 -0.02 -0.11

Gambar 4 menggambarkan bahwa perhatian dan

tanggungjawab sosial masyarakat pesisir terhadap permasalahan kemiskinan sebagian besar relatif tinggi. Berbagai aktivitas yang dikategorikan sebagai aktivitas kelompok dalam memberdayakan keluarga miskin umumnnya relatif tinggi, artinya aktivitas kelompok sudah dilaksanakan cukup baik. Kondisi agak berbeda ditunjukkan pada aktivitas yang dilaksanakan secara individu. Pada aktivitas yang

dikelompokkan sebagai tindakan individu masih dikategorikan rendah, artinya aktivitas-aktivitas berupa upaya membantu dalam proses pemberdayaan kelompok kurang mampu belum cukup optimal dilaksanakan secara individu. Kedua fakta ini www.acuviarta-com

(6)

21

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

memberikan gambaran bahwa belum terjadi kesadaran individu yang sepenuhnya dan aktualisasi dalam membantu proses pemberdayaan kelompok miskin, namun kegiatan-kegiatan tersebut lebih optimal jika dikoordinasikan secara kolektif. Aktualisasi perhatian dan tanggungjawab sosial secara individu atau personal sudah dilakukan dan perlu diorientasikan secara melembaga. Proses mengorganisasikan kegiatan-kegiatan yang masih bersifat individual adalah penting mengingat beberapa dampak positif yang dapat diperoleh. Pengorganisasian kegiatan atau aksi-aksi individu dan kelompok dapat mendatangkan sinergi potensi yang dapat memberikan energi yang lebih besar dalam proses pemberdayaan keluarga miskin. Disamping itu aksi-aksi kolektif secara psikologis dapat memberikan manfaat terutama pada keluarga miskin bahwa mereka tidak merasa sendiri (teralienasi) dari lingkungan.

Hal tersebut ditunjukkan oleh aktivitas membantu keluarga miskin yang dilakukan oleh masyarakat secara individu berhubungan negatif dengan kemampuan keluarga miskin dalam berinteraksi sosial. Semakin tinggi aktivitas-aktivitas yang dilakukan secara individu dalam membantu kelompok miskin semakin rendah kemampuan kelompok miskin dalam berinteraksi sosial. Kondisi ini terkait dengan nilai-nilai yang ada pada masyarakat lokal, dimana proses atau upaya-upaya yang dilakukan oleh individu dalam membantu orang miskin kerap kali disertai dengan upaya-upaya pemberian nasehat atau saran untuk melaksanakan kegiatan produktif yang bermanfaat. Namun yang banyak ditemui dalam penelitian ini, sebagian besar penerima bantuan mempersepsi kurang positif terhadap nasehat tersebut sehingga berdampak pada meningkatnya keengganan untuk berinteraksi sosial baik kepada individu pemberi bantuan atau anggota masyarakat lain yang mengetahuinya. Kondisi ini banyak dipicu oleh perasaan minder atau kurang percaya diri, sehingga merasa terasingkan

(teralienasi) dalam sistem sosial.

Pada sisi lain bantuan secara individual yang semakin meningkat terhadap keluarga miskin, akan berdampak pada semakin menurunkan tingkat intensitas keluarga miskin dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif. Hal yang demikian, juga senantiasa dimanfaatkan oleh sebagian kecil keluarga miskin, terhadap segenap bantuan baik itu yang datangnya dari individu maupun dari pemerintah. Sehingga masih ada sebagian keluarga miskin senantiasa hanya mengharapkan bantuan, baik bantuan individu maupun bantuan dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah. Demikian halnya, upaya-upaya atau aksi-aksi anggota masyarakat yang dilakukan secara kolektif yang berupaya memfasilitasi tumbuhnya aktivitas produktif. Namun demikian, terdapat rasa keengganan dari keluarga miskin yang disebabkan oleh kondisi psikologis, bahkan merasa terasing dari komunitas yang ada di lingkungannya. Perasaaan yang demikian harus dihilangkan melalui interaksi positif melalui aksi-aksi masyarakat kepada keluarga miskin di perdesaaan.

Secara umum fakta-fakta diatas memberikan petunjuk bahwa upaya-upaya memberdayakan kelompok miskin sudah dilakukan oleh anggota masyarakat, khususnya melalui aksi-aksi individu. Namun demikian proses atau upaya penanggulangan kemiskinan tersebut belum secara sistematis, terkoordinasikan, dan terlembagakan dalam melaksanakannya. Konsekuensinya, upaya pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan perlu dikoordinasikan kembali, terutama dalam menemukan cara yang paling efektif secara kolektif dan terlembagakan dalam masyarakat. Upaya ini dilakukan agar aktivitas pemberdayaan keluarga miskin dapat berjalan secara berkesinambungan, melalui usaha produktif. Secara faktual dapat dijelaskan bahwa potensi-potensi peran masyarakat dan kelembagaan lokal dalam memberdayakan keluarga miskin sangat tinggi. Potensi tersebut terbangun melalui nilai-nilai yang terbangun dalam masyarakat yaitu pemahaman, sikap, dan kepercayaan bahwa kemiskinan pada dasarnya dapat diatasi secara bersama, dan yang paling penting adalah aktivitas-aktivitas individu maupun kelompok yang secara nyata telah melakukan upaya-upaya dalam memberdayakan keluarga miskin.

Oleh karena itu, tingkat pemahaman terhadap kemiskinan yang tepat dan positif dapat ditanggulangi, melalui upaya yang dilakukan oleh pemerintah lokal maupun oleh organisasi kemasyarakatan. Kemudian dengan pemahaman yang tepat tersebut, maka dapat meningkatkan perhatian dan tanggungjawab sosial masyarakat dalam bentuk tindakan nyata dalam rangka menanggulangi kemiskinan. Tindakan-tindakan nyata tersebut dapat berbentuk tindakan kolektif atau upaya-upaya kolektif yang dilaksanakan dalam rangka berikhtiar untuk mengatasi masalah keluarga miskin.

Hasil analisis menujukkan hubungan pemahaman terhadap kemiskinan dengan perhatian dan tanggungjawab sosial dalam mengatasi kemiskinan adalah 0,255** signifikan pada α = 0,01. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata dan positif antara kedua variabel tersebut. Artinya semakin tinggi dan positif tingkat pemahaman individu terhadap kemiskinan, maka semakin besar pula upaya-upaya yang dilaksanakan dalam kaitan dengan permasalahan kemiskinan sebagai bentuk perhatian dan tanggungjawab sosial. Oleh karena itu, tingkat pemahaman yang tinggi pada kemiskinan dan adanya kepercayaan yang positif bahwa kemiskinan dapat diatasi, mendorong dan menjadi motif bertindak masyarakat desa pesisir dalam mengaktualisasikan prilakunya untuk membantu secara individu maupun kelompok dalam menanggulangi permasalahan kemiskinan. Hal ini juga berarti bahwa upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dipandang sebagai salah satu aktivitas yang penting dalam kehidupan masyarakat Bone. Hal serupa ditunjukkan pada hubungan antara peran

kelembagaan lokal dengan perhatian dan tanggungjawab sosial dalam mengatasi kemiskinan. Persepsi yang sangat positif terhadap peran kelembagaan lokal dalam mengimplementasikan tata kepemerintahan yang baik, membantu masyarakat

untuk semakin optimis dalam melakukan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam konteks ini, kepercayaan

(7)

22

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

yang tumbuh dari individu ditopang oleh lingkungan yang mendukung semakin meningkatkan kepercayaan individu untuk melangkah membantu keluarga miskin secara kolektif.

e. Strategi Peningkatan Tanggungjawab Sosial Masyarakat Pesisir untuk Memberdayakan Keluarga Miskin Pilihan strategi peningkatan tanggungjawab sosial masyarakat miskin di desa Pesisir ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5: Model Strategi Peningkatan Tanggungjawab Sosial Masyarakat Pesisir untuk Memberdayakan pada Keluarga Miskin 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Re nd ah Se da ng Ti ng gi To tal Re nd ah Se da ng Ti ng gi To tal Re nd ah Se da ng Ti ng gi To tal

Aktivitas Kelompok Aktivitas Individu Perhatian Dan Tanggung Jawab 0.13 0.14 0.54* 0.27* -0.15 0.29* 0.38* 0.04 0.44* -0.10 Peran Pemerintah Lokal Pendidikan Nonformal X15 Pemahaman terhadap kemiskinan Peran Organisasi Kemasyarakatan Pendidikan Formal X14 Tk Pendapatan X17 Aktualisasi Tanggungjawa b Sosial Tingkat Keberdayaan .0,00 0.12 -0.07 0.25* 0.02 0.01 -0.02 -0.11

Gambar 5 menunjukkan bahwa tingkat keberdayaan masyarakat Desa Ancu dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berinteraksi dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Model tertutup sebagaimana ditunjukkan pada gambar tersebut dapat diterjemahkan bahwa tingkat keberdayaan keluarga miskin dapat ditempuh melalui strategi peningkatan perhatian dan tanggungjawab sosial yang dalam implementasinya berbentuk aktivitas individu dan kolektif. Pengembangan dan peningkatan terhadap perhatian dan tanggungjawab sosial pada dasarnya adalah upaya untuk mewujudkan suatu kondisi dimana masyarakat mau berbagi, yang teraktualkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan membantu yang dilakukan oleh individu maupun dalam bentuk kolektif. Sebagaimana diuraikan sebelumnya efektivitas bantuan akan terjadi apabila bantuan dikoordinasikan dalam bentuk kolektif, yang disusun melalui program sistematis, berdimensi jangka panjang, ditujukan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan produktif yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran (kelompok miskin), dan terkoordinasikan sehingga meminimalisir kemungkinan salah sasaran dan/atau tumpang tindih dalam memberikan bantuan pada kelompok sasaran.

Komitmen yang tinggi pada perhatian dan tanggungjawab sosial dapat dicapai melalui upaya peningkatan pemahaman yang tepat pada kemiskinan. Dalam hal ini pemahaman terkait dengan pengertian masyarakat desa bahwa kemiskinan harus diartikan tidak hanya pada kelemahan atau ketidakmampuan secara ekonomi, akan tetapi juga terkait dengan

ketidakmampuan berperan serta dalam aktivitas masyarakat, keterabaian hak-hak bersuara, dan ketidaktahuan informasi-informasi yang sebenarnya ditujukan bagi pemberdayaan kelompok miskin. Selain itu perhatian dan tanggungjawab sosial akan dapat ditingkatkan apabila upaya-upaya memberikan keyakinan dan sikap yang positif dalam mempersepsi program-program pemberdayaan atau pembangunan secara umum dapat dilakukan. Artinya apabila terdapat keyakinan yang kuat bahwa kemiskinan dapat ditanggulangi bersama melalui program-program pembangunan yang jelas, maka peningkatan perhatian dan tanggungjawab sosial dapat dicapai.

Pemahaman yang tepat terhadap kemiskinan dapat dicapai melalui upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum. Ini berarti peningkatan kesejahteraan melalui kegiatan-kegiatan produktif yang tersusun dalam program yang jelas dan berdampak luas pada masyarakat desa Ancu akan mendorong penguatan pada pemahaman yang tepat pada kemiskinan dan keyakinan bahwa kemiskinan dapat ditanggulangi bersama-sama.

Alternatif kedua, yang dapat dilakukan pada pemberdayaan keluarga miskin desa Ancu tidak terlalu berbeda dengan prioritas pertama. Tingkat keberdayaan dapat diupayakan melalui peningkatan perhatian dan tanggungjawab sosial. Kondisi perhatian dan tanggungjawab sosial dapat dicapai melalui upaya nyata dalam meningkatkan pemahaman yang tepat terhadap kemiskinan. Pada alternatif kedua ini, pemahaman terhadap kemiskinan dapat dicapai melalui peran-peran yang nyata dari kelembagaan organisasi masyarakat dan juga pendidikan formal. Peran kelembagaan lokal dalam hal ini organisasi masyarakat, merupakan insitusi sosial yang dapat memfasilitasi transfer nilai sekaligus internalisasi nilai-nilai termasuk didalamnya pemahaman terhadap kemiskinan dan kewajiban membantu kelompok miskin. Selain itu hal penting lainnya adalah bahwa kelembagaan organisasi masyarakat memberikan penguatan pada pentingnya mengkoordinasikan upaya membantu keluarga miskin melalui kegiatan kolektif yang terkoordinasikan dalam organisasi masyarakat sendiri. Pada sisi lain pemahaman juga dapat ditingkatkan apabila upaya-upaya peningkatan pendidikan formal dilaksanakan secara serius. Ini berarti program pemerintah dan lainnya harus juga diorientasikan pada peningkatan kualitas pendidikan formal yang ada di desa tersebut.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Terdapat pemahaman yang cukup tinggi bahwa kemiskinan tidak saja berdimensi fisik akan tetapi memiliki dimensi lain dalam hal ini adalah dimensi-dimensi non fisik. Sikap yang setuju bahwa kemiskinan adalah bagian dari masalah bersama sehingga kemiskinan perlu ditanggulangi secara bersama-sama. Terdapat kesepakatan bahwa kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, akan tetapi semua komponen masyarakat memiliki kewajiban dan peran yang sama pentingnya. Dengan demikian apabila kondisi kewajiban

(8)

23

E D I S I 0 1 / T A H U N X V I I / 2 0 1 1

bersama ini dapat dilaksanakan maka terdapat keyakinan yang besar bahwa kemiskinan akan dapat ditanggulangi melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin secara sistematis dan berkesinambungan.

Terdapat hubungan yang nyata antara pemahaman terhadap kemiskinan dengan perhatian dan tanggungjawab sosial dalam mengatasi kemiskinan adalah 0,255** signifikan pada α = 0,01. Artinya semakin tinggi dan positif tingkat pemahaman individu terhadap kemiskinan, maka semakin besar pula upaya-upaya yang dilaksanakan dalam kaitan dengan permasalahan kemiskinan sebagai bentuk perhatian dan tanggungjawab sosial. Terdapat aksi nyata yang umumnya dilaksanakan secara individu dalam membantu orang miskin. Pada masyarakat di ketiga desa menunjukkan bantuan-bantuan yang dilakukan secara individu telah dilaksanakan secara sukarela dalam bentuk sedekah atau bantuan langsung. Umumnya pelaksanaan bantuan tersebut tanpa koordinasi dan umumnya diberikan pada keluarga terdekat disamping kepada orang lain. Upaya-upaya bantuan secara kelompok melalui koordinasi oleh lembaga tertentu belum optimal dijalankan. Kondisi ini disebabkan antara lain oleh pemahaman bahwa yang dimaksud bantuan kepada kelompok miskin lebih efektif dilakukan sendiri, karena dapat diterima langsung kelompok miskin yang bersangkutan.

b. Saran

Permasalahan kemiskinan merupakan masalah kita bersama sehingga kemiskinan perlu ditanggulangi secara bersama-sama. Oleh karena itu pemberantasan kemiskinan harus dilakukan oleh tiga pilar yaitu pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dengan melakukan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin secara sistematis dan berkesinambungan.

Berbagai pihak terkait perlu meningkatkan pemahaman terhadap kemiskinan melalui perhatian dan tanggungjawab sosial dalam mengatasi kemiskinan. Di samping itu, perlunya lebih meningkatkan aksi nyata yang dilaksanakan secara individu dalam membantu orang miskin, dengan dilakukan secara terkoordinasi. Peningkatan peran penyuluh, bersama dengan kelembagaan lokal dalam mendorong perubahan perilaku keluarga miskin menjadi perilaku pembangunan perlu ditingkatkan. Selanjutnya upaya-upaya pemberdayaan masyarakat secara kolektif perlu didahului oleh suatu program penyuluhan menyeluruh yang mengarahkan mereka, sehingga masyarakat memahami dan memiliki kesadaran, serta memiliki kemampuan bahwa upaya kolektif akan lebih efektif dan efisien. Di samping itu, upaya-upaya menggali lebih jauh nilai-nilai kearifan lokal yang dapat digunakan untuk merajut saling kepercayaan (trust)

antar komponen masyarakat bahwa aksi-aksi individu dalam membantu masyarakat miskin selama ini akan lebih efektif bila dikelola dalam manajemen kelompok atau kolektif.n

Bustang adalah Perencana Madya pada Direktorat Aparatur Negara, Bappenas

DAFTAR PUSTAKA

Bagong S. 2003. Kemiskinan di Jawa Timur Kenapa Meningkat. [Serial Online]. http://Kompas Cyber Media. Com/342689.htm [2 Juni 2003]

Bappenas. 2003. Peta Kemiskinan di Indonesia. Bappenas: Jakarta.

………... 2005 Penerapan Tata Kepemerintahan Yang Baik. Sek PKN Tata Kepemerintahan Yang Baik. Bappenas: Jakarta.

Budi, Setia.1999. Dalam Jurnal Perencanaan Pembangunan “Aparatur Pemerintah Yang Profesional: Dapatkah Diciptakan” Jakarta: Bappenas.

Solihin, Dadang. 2004. Pembangunan Masyarakat Kota. Jakarta: LPPM STIAKIN.

Guhardja S., Herien P., Hartoyo, dan Dwi H. D. M. 1992. Manajemen Sumber Daya Keluarga: Diktat. Bogor: Jurusan GMSK Fakultas Pertanian IPB.

Hasnida. 2007. ”Teori Keluarga”; Diperoleh dari: http://library. usu.ac.id/modules.phh Diakses pada 11 Juni 2007 Kotler, Philip dan Nancy Lee, 2005. Corporate Social

Responsibility, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey. Narayan. 2000. Voices of The Poor Can Anyone Hera US.

Newyork: Oxford University Press of World Bank Slamet, M. 2003. “Pemberdayaan Masyarakat.” Dalam Bentuk

Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor: IPB Press. Steers, Richard M., Porter, Lyman W., Bigley, Gregory

A., 1991, Motivation and Leadership at Work, The Mcgraw-Hill Company, San Fransisco, USA Suadah. 2005. Sosiologi Keluarga. Jakarta: UMM Press. Syaukani. 2003. Akses dan Indikator Tata Kelola Pemerintahan

Daerah Yang Baik. Jogyakarta. PT. Lkis Pelangi Aksara.

Gambar

Gambar 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden  berjenis kelamin laki-laki. Posisi laki-laki dalam masyarakat  merupakan tulang punggung keluarga dalam mencari nafkah  untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
Gambar 3. Sebaran Responden menurut Persepsi terhadap  Peran Kelembagaan Lokal
Gambar 4. Deskripsi Perhatian dan Tanggungjawab Sosial  Masyarakat Pesisir 0102030405060708090100 Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total
Gambar 5: Model Strategi Peningkatan Tanggungjawab Sosial  Masyarakat Pesisir untuk Memberdayakan pada Keluarga  Miskin 0102030405060708090 100 Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total

Referensi

Dokumen terkait

Butir pertanyaan wawancara tersebut diantaranya adalah Apakah mahasiswa memiliki keampuan menggunakan teknologi komputer dan internet, apa saja aplikasi belajar yang

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Doris Sylvanus Palangka Raya dan untuk mengetahui resistensi bakteri yang ditemukan terhadap antibiotik yang digunakan di Poli Gigi RSUD dr.. Doris Sylvanus

Ini merupakan jantung dari pendekatan value engineering dan hasil dari spesifikasi secara detail, biasanya dalam bentuk diagram yang disebut function analysis

Area D tidak memiliki areal parkir yang sesuai standar dalam penyediaan parkir di ruang terbuka publik dan menggunakan space yang dijadikan tempat parkir, sehingga

Bengkulu Akbid HUTOMO Boyolali Akbid Poltekkes Bengkulu Akbid Mitra Adiguna STIKES Fitrah Aldar. LLG Poltekkes Palembang Poltekkes Kemenkes Bengkulu Akper

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Persiapan mengajar pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan, dengan demikian persiapan