• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

    BUKU  

PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN  

DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009 

 

A. PENDAHULUAN 

Departemen Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalam 

menyelenggarakan  sebagian  tugas  pemerintahan  di  bidang  keagamaan. 

Dalam  menyelenggarakan  tugasnya,  Departemen  Agama  menjalankan  5 

fungsi dan 21 program, yaitu sebagai berikut :   

1. Fungsi Pelayanan Umum, 6 program : 

a. Program Penerapan Kepemerintahan yang baik 

b. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur  Negara 

c. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan 

d. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia 

e. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik 

f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana  Aparatur Negara   

2. Fungsi Pariwisata dan Budaya, 1 program : 

a. Program Pembinaan dan Peningkatan Partisipasi Pemuda   

3. Fungsi Agama, 5 program : 

a. Program  Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama 

b. Program   Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan dan 

Pengembangan Nilai‐Nilai Keagamaan 

c. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama 

d. Program  Penelitian dan Pengembangan Agama 

e. Program   Pengembangan Lembaga‐Lembaga Sosial Keagamaan dan 

Lembaga Pendidikan Agama    

4. Fungsi Pendidikan, 8 program : 

a. Program Pendidikan Anak Usia Dini 

b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 

c. Program Pendidikan Menengah 

d. Program Pendidikan Non Formal 

e. Program Pendidikan Tinggi 

f. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 

g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 

h. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Keagamaan   

(2)

   Sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 Bab I Bagian 

Ketiga Pasal 3, secara spesifik fungsi Departemen Agama dijelaskan sebagai 

berikut:  

1. Melakukan perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan 

kebijakan teknis di bidang keagamaan 

2. Melakukan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keagamaan 

3. Melakukan pengelolaan barang milik/kekayaan negara 

4. Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas  di bidang pembangunan 

kehidupan beragama 

5. Melakukan penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan 

di bidang pelaksanaan tugas dan fungsi departemen kepada Presiden.   

    Memasuki  Renstra  2010  ‐  2014  diperkirakan  pemerintah  masih 

menghadapi  pertumbuhan  ekonomi  yang  belum  menggembirakan, 

mengingat  sektor  riil,  sektor  pendidikan,  sektor  kesehatan  dan  sektor 

pertambangan dan energi yang mempunyai korelasi langsung pada tingkat 

kesejahteraan dan kualitas manusia Indonesia terkena dampak krisis ekonomi 

global.  Tahun  2009,  Pemerintah  masih  akan  memberlakukan  kebijakan  

penekanan  pengeluaran  terhadap  government  expenditure  atau  belanja 

pemerintah.  Kebijakan  APBN  2009  tidak  banyak  mengalami  perubahan 

signifikan dari APBN 2008, kecuali untuk sektor pendidikan. Untuk sektor 

pendidikan pemerintah berupaya memenuhi amanat Undang‐Undang Dasar 

(amandemen) tentang penyediaan dana pendidikan sebesar minimal 20 % 

dari APBN/APBD. Belanja pemerintah lainnya masih harus dicadangkan untuk 

menutupi  dampak  bencana  alam  dan peningkatan hidup rakyat  miskin, 

mengatasi peningkatan jumlah pengangguran akibat krisis global ekonomi 

serta menutup pembayaran hutang luar negeri. Oleh karena itu, secara 

umum anggaran tahun 2009 kementerian/lembaga tidak banyak mengalami 

peningkatan  yang  signifikan  kecuali  pada  kementerian/lembaga  yang 

mengelola pendidikan.   

    Terhadap kebijakan pemerintah tentang alokasi kenaikan anggaran 

pendidikan maka total anggaran Departemen Agama tahun 2009 mengalami 

peningkatan signifikan  yang semula sebesar Rp. 16.213.583.514.000,‐ (2008) 

menjadi Rp 26.656.600.559.000,‐.(2009) atau naik 64,41 %. Data time series 

anggaran Departemen Agama per tahun sejak tahun 2000 – 2009 terjadi 

peningkatan yang signifikan sebagaimana terlihat dalam grafik 1 di bawah. 

Kenaikan anggaran sebagaimana tersebut, atas perjuangan dan bantuan 

(3)

Daerah  terutama  dalam  membantu  tersedianya    bahan/data  untuk 

penyusunan program, anggaran dan kegiatan Departemen Agama.  Grafik 1

Perkembangan Anggaran Departemen Agama Tahun 2000 – 2010

*) Pagu Definitif Depag 2008 Rp. 17.593.070.897.000,- dirubah dengan SE Menkeu Nomor : SE-375/MK.02/2008 menjadi Rp. 16.213.583.514.000,-

**) Ada tambahan anggaran Depag Tahun 2008 sebesar Rp. 25.000.000.000 yang bersumber dari bagian anggaran 69 untuk Program Pendidikan Tinggi

***) Pagu Definitif Depag 2009 sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2009.

****) Anggaran tahun 2010 adalah proyeksi usulan anggaran

Tabel 1

Perbandingan APBN-P Departemen Agama Tahun 2008 Dengan Tahun 2009

(4)

Tabel 2

Struktur Anggaran Departemen Agama Tahun 2008 dan Tahun 2009

NO. JENIS PENGELUARAN APBN-P 2008 *) APBN 2009 +/(-) 08-09

1. Belanja Pegawai Mengikat 7.852.144.605.000 10.138.048.843.000 29,11% 2. Belanja Barang Mengikat 1.425.103.296.000 1.744.427.719.000 22,41% a. Belanja barang Operasional (0002) 623.624.487.000 639.955.902.000 2,62% b. Belanja barang Tupoksi (0003) 801.478.809.000 1.104.471.817.000 37,80% 3. Prioritas RKP 5.124.087.421.000 12.650.402.192.000 146,88% 4. P/HLN 719.473.911.000 497.352.000.000 (30,87%) 5. Pendamping P/HLN 107.318.834.000 (100,00%) 6. PNBP dan BLU 274.799.674.000 404.569.752.000 47,22% 7. Prioritas Depag 710.655.773.000 1.221.800.053.000 71,93% JUMLAH 16.213.583.514.000 26.656.600.559.000 64,41%

*) APBN-P Tahun 2008 adalah sebesar Rp. 15.989.619.003.000 dan luncuran P/HLN sebesar Rp. 223.964.511.000,- sehingga total anggaran tahun 2008 adalah Rp. 16.213.583.514.000,-

  

Dengan memperhatikan perkembangan data time series pada grafik 1 

dan tabel 1 tentang Perbandingan Anggaran Depag Tahun 2008 : 2009 

seperti tersebut di atas, jika dikaji lebih jauh, penyebab kenaikan anggaran 

Departemen Agama itu sangat dipengaruhi antara lain oleh 2 hal berikut: 

1. Upaya pemerintah dalam memenuhi amanat UUD 1945 yang telah 

diamandemen. Undang‐Undang menyebutkan bahwa anggaran belanja 

pendidikan sekurang‐kurangnya 20% dari total APBN dan APBD. Hal ini 

menyebabkan  anggaran  Fungsi  Pendidikan  yang  berada  dalam 

komponen biaya APBN Departemen Agama ikut terbawa naik. 

2. Adanya  kenaikan  komponen  belanja  pegawai.  Departemen  Agama 

mempunyai  jumlah  pegawai  yang  begitu  besar  di  antara  74 

kementerian/lembaga. Data kekuatan pegawai Tahun 2007 berjumlah 

201.009 pegawai yang tersebar di 33 propinsi, dari tingkat kecamatan 

sampai  dengan  tingkat  pusat.  Kenaikan  gaji  PNS  sebesar  15  % 

mempengaruhi  secara  signifikan  kenaikan angka  kebutuhan  belanja 

pegawai Departemen Agama secara keseluruhan. 

 

    Pendekatan  strategi  dan  kebijakan  Departemen  Agama  dalam 

penyusunan  kebutuhan  anggaran  menggunakan  pendekatan  strategi 

kebutuhan fungsi yaitu Pendekatan Fungsi Pendidikan dan Fungsi Agama. 

Kebutuhan kedua fungsi ini tetap terus disampaikan Departemen Agama 

kepada Pemerintah  melalui Bappenas, Departemen Keuangan, DPR, praktisi‐

praktisi    dan  tokoh  masyarakat  untuk  meyakinkan  Pemerintah  bahwa  

(5)

2009  ‐ 2014, mengingat beban Departemen Agama dalam melaksanakan 

tugas dan fungsinya di era globalisasi ini cukup berat,   sehingga korelasi 

terhadap  isu‐isu  strategis  pembangunan  pemerintahan  dewasa  ini 

sebagaimana disebutkan di atas bagi Departemen Agama perlu mendapat 

perhatian khusus. Kedua pendekatan ini merupakan kunci keberhasilan (Key 

to Sucsess) Departemen Agama dalam hal peningkatan jumlah anggaran di 

samping peran serta seluruh satuan organisasi di lingkungan Departemen 

pusat dan daerah  dalam menyediakan data pendukung perencanaan.       

    Korelasi permasalahan mendasar bagi jajaran Departemen Agama 

untuk  pembangunan  bangsa  dapat  dijabarkan  sebagaimana  tersebut  di 

bawah ini dengan menentukan langkah‐langkah progresif yang berkelanjutan. 

Korelasi  penjabaran  permasalahan  mendasar  tersebut  adalah  sebagai 

berikut: 

1. Penanggulangan dampak negatif globalisasi, modernisasi dan reformasi 

2. Internalisasi nilai‐nilai demokrasi dan HAM 

3. Indikator pembangunan bidang agama 

4. Peningkatan pelayanan peribadatan 

5. Perluasan wawasan dan peningkatan pendalaman keagamaan 

6. Pengembangan data dan informasi kegamaan 

7. Pemantapan hubungan  dan kerukunan antar umat beragama 

8. Pemberdayaan  dan  peningkatan  peran  tempat  ibadah  dan  lembaga 

keagamaan 

9. Peningkatan mutu pendidikan agama dan keagamaan 

10. Peningkatan sarana keagamaan 

11. Peningkatan kualitas keluarga sakinah / sukinah / hita sukaya, bahagia 

dan masyarakat madani 

12. Pemberdayaan umat melalui mobilisasi potensi zakat, wakaf produktif 

dan dana keagamaan lainnya 

13. Peningkatan fungsi budaya dan rekreasi bidang agama melalui program 

pengembangan budaya dan rekreasi yang bernuansa religius 

14. Penguatan  kelembagaan,  peningkatan  pegarusutamaan  gender  dan 

perlindungan anak. 

 

B. DASAR HUKUM 

 

1.  UUD 1945 yang telah diamandemen; 

2.  UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik; 

(6)

5.  UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 

6.  UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 

7.  UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah; 

8.  UU No. 13 Tahun 2006 tentang APBN;    

9.  UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN 2008. 

10. UU No. 16 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang‐Undang Nomor 45 

Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008. 

11. UU No. 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun 2009. 

12. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP; 

13. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RKA‐KL; 

14. PP  No.  39  Tahun  2006  tentang  Tata  Cara  Pengendalian  dan  Evaluasi 

Pelaksanaan Rencana Pembangunan 

15. PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan 

16. Inpres  No.  3  Tahun  2003  tentang  Kebijakan  dan  Strategi  Nasional 

Pengembangan e‐Government; 

17. Instruksi  Menteri  Agama  Nomor  1  Tahun  2007  tentang  Peningkatan 

Koordinasi Lintas Sektoral 

18. Permenkeu No.571/KMK.06/2004 tentang Juknis Penyelesaian DIPA; 

19. Permenkeu No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi & Pelaporan 

Keuangan Pemerintah Pusat; 

20. KMA No. 116 Tahun 1995 tentang Sistem Perencanaan Departemen Agama; 

21. PMA No. 32 Tahun 2005 tentang Renstra Departemen Agama; 

22. PMA No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen 

Agama; 

23. PMA No. 8 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Departemen Agama. 

24. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐790/MK.02/2007 Tanggal 30 

Oktober 2007 tentang Pagu Definitif Kementerian/Lembaga Tahun 2008; 

25. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐375/MK.02/2007 Tanggal 11 

April  2008  tentang Perubahan  Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga 

dalam APBN‐P Tahun 2008; 

26. SEB Menteri Negara PPN / Ka BAPPENAS dan Menteri Keuangan Nomor 

0081/M.PPN/04/2008 dan Nomor: SE.357/MK/2008 tanggal 4 April 2008 

tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga Tahun 2009.  

27. SE Menkeu nomor SE‐1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang 

Pagu Definitif Kementerian/Lembaga Tahun 2009.   

       

(7)

C. VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DEPARTEMEN AGAMA   

       Peraturan Menteri Agama No. 8 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi 

Departemen Agama dan Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2006 tentang 

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama menjelaskan:   

1. Visi 

Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan 

cerdas  serta  saling  menghormati  antar  sesama  pemeluk  agama  dalam 

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara 

Kesatuan Republik Indonesia   

2. Misi 

• Meningkatkan  kualitas  bimbingan,  pemahaman,  pengamalan,  dan 

pelayanan kehidupan beragama 

• Meningkatkan penghayatan moral dan etika keagamaan 

• Meningkatkan kualitas pendidikan umat beragama 

• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji 

• Memberdayakan umat beragama dan lembaga keagamaan 

• Memperkokoh kerukunan umat beragama 

• Mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan dengan wawasan 

kebangsaan Indonesia   

3. Tugas 

Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan 

di bidang keagamaan   

4. Fungsi 

• Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan 

teknis di bidang keagamaan 

• Pelaksanaan urusan pemerintah di bidang keagamaan 

• Pengelolaan barang milik/kekayaan negara 

• Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang pembinaan kehidupan 

keagamaan 

• Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang 

pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen kepada Presiden.   

        Sebagaimana  pada  umumnya  tipe  organisasi  departemen/lembaga 

(8)

Selain  tujuan  pembangunan  bidang  agama  sebagaimana  yang  telah 

ditetapkan pada Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2005 tentang 

Rencana  Strategis  (Renstra)  Departemen  Agama  2005  –  2009,  dalam 

menghadapi tugas‐tugas pembangunan yang semakin kompleks dewasa ini, 

Departemen Agama diharapkan harus mampu menciptakan sesuatu yang  

mempunyai  Nilai  Tambah  (Value  Added)  dalam  mengisi  tugas‐tugas 

pembangunan di setiap lini, baik pada tingkat pusat maupun jajaran tingkat 

daerah.  Departemen  Agama    harus  mampu  meningkatkan  kinerja  dan 

profesionalisme  serta dapat  membangkitkan  etos  kerja  yang  bernuansa 

agama.    

        Guna meningkatkan nilai tambah dari tugas dan fungsi Departemen 

Agama dalam melaksanakan pembangunan bidang   keagamaan dimaksud 

maka setiap lini di satuan organisasi harus mampu mendayagunakan seluruh 

assset atau kekuatan yang dimiliki untuk menangkap peluang yang ada 

dengan cara menggali potensi‐potensi terpendam yang dimiliki, menciptakan 

terobosan kegiatan strategis internal Departemen Agama dan lintas sektoral 

dalam rangka melebarkan sayap mengambil manfaat melalui peningkatan 

kooordinasi  lintas  sektoral  antara  lain  sebagaimana  ditegaskan  dalam 

Instruksi  Menteri  Agama  Nomor  1  Tahun  2007  tentang  peningkatan 

koordinasi lintas sektoral. Salah satu contoh diketahui bahwa nilai tambah 

pegawai Departemen Agama, mereka harus mampu memupuk, membina 

dan meningkatkan kadar iman sumber daya aparatur dalam bekerja. Bila 

kadar  iman  sumber  daya  aparatur  tersebut  sudah  baik  maka  dalam 

pelaksanaan pekerjaannya dapat menghindari hal‐hal yang bersifat destruktif 

(merusak) seperti KKN atau   menghindari inefisiensi terhadap aset negara. 

Demikian pula pada siswa di madrasah atau pondok pesantren, selain mereka  

menerima materi yang bersifat nasional (umum) sesuai yang digariskan 

dalam Undang‐Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan 

Nasional, mereka juga mampu mengaktualisasikan nilai‐nilai agama dalam 

pembangunan dan seterusnya. Seluruh lini aparatur Departemen Agama 

harus mampu memanfaatkan peluang untuk mengisi pembangunan manusia 

yang berkelanjutan dan beriman.   

    Secara umum cakupan lingkup tugas dan fungsi Departemen Agama 

itu memang cukup besar. Bila permasalahan  publik bangsa ini dikorelasikan 

dengan permasalahan tugas dan fungsi yang ada di Departemen Agama dan 

dilihat dari faktor Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat

maka secara spesifik terdapat 3 tantangan kondisi bagi Departemen Agama. 

(9)

 

1. Tantangan Kondisi Lingkungan Global  

Sejak ditetapkan UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN tahun 

2008, telah terjadi perubahan dan perkembangan yang sangat berarti 

pada faktor internal maupun eksternal dan berdampak signifikan pada 

indikator ekonomi makro yang menjadi dasar perhitungan APBN tahun 

2008 tersebut. Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8 % turun menjadi 6,4 

%,  inflasi 6 % menjadi naik 6,5 %, nilai tukar rupiah Rp. 9.100,‐ per US$ 

naik dalam kisaran mencapai Rp 12.000,‐ per US$, asumsi harga minyak 

mentah Indonesia (ICP) US$ 60,0 per barel berubah menjadi US$ 95,0 per 

barel.  Berdasarkan  angka  perubahan  tersebut  di  atas  maka  perlu 

dilakukan penyesuaian terhadap APBN 2008 dan ditetapkan dengan 

Undang‐Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang‐

Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008.   

2. Tantangan Kondisi Lingkungan Nasional 

Tugas  dan  fungsi  Departemen  Agama  mempunyai  korelasi 

langsung dengan kepentingan publik, dimana situasi dan kondisi publik 

khususnya  pada  tubuh  pemerintahan  saat  ini  tengah  menghadapi 

berbagai  permasalahan  internal  dan  mendasar.  Dampak  dari 

permasalahan semua itu akan menjadi beban bagi pelaksanaan tugas 

dan  fungsi  Departemen  Agama.  Diperkirakan,  beban  sebagaimana 

tersebut akan berlangsung sampai 2014. Permasalahan yang mendasar 

pada  bangsa  ini dan mau  tidak mau  turut menjadi perhatian  bagi 

Departemen Agama  antara lain :   

a. Kondisi ekonomi yang belum mapan mengakibatkan menurunnya 

tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial 

mendasar seperti pengangguran dan kemiskinan, kondisi politik yang 

tidak  stabil  dan  konflik  sosial  di  berbagai  daerah,  kemudian 

ditambah juga dengan berbagai bencana alam. 

b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai antara lain 

dengan  rendahnya  hasil‐hasil  pendidikan  yang  belum  mampu 

memenuhi hak‐hak dasar warga negara, masih tingginya angka buta 

aksara dan disparitas  tingkat  pendidikan kelompok mampu dan 

penduduk miskin kota dan desa. 

c. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat yag masih rendah, 

tercermin dengan masih tingginya angka kematian bayi, kematian 

(10)

d. Tingginya laju pertumbuhan  penduduk  dan kuantitas penduduk, 

kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan 

remaja akan hak‐hak reproduksi, masih tingginya usia kawin muda 

dan kurangnya penyuluhan agama terhadap calon pengantin. 

e. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping 

masih  adanya  berbagai  bentuk  praktek  diskriminasi  terhadap 

perempuan  dan  terjadinya  kesenjangan  partisipasi  politik  kaum 

perempuan  yang  bersumber  dari  ketimpangan  struktur  sosio‐

kultural masyarakat. 

f. Munculnya konflik kepentingan antara ekonomi sumber daya alam 

(pertambangan, kehutanan) dengan lingkungan yang diakibatkan 

adanya  kebijakan  yang  cenderung  berpihak  terhadap  kegiatan 

eksploitasi sumber daya alam dan berakibat lemahnya kelembagaan 

pengelolaan dan penegakan hukum. 

g. Kesenjangan pembangunan antar daerah yang masih lebar terutama 

antara Jawa – luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) – 

Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antara kota – desa. 

h. Terbatasnya  kemampuan  pemerintah  dalam  pembangunan 

infrastruktur  terutama  pada  daerah‐daerah  terpencil  termasuk 

melakukan  rehabilitasi terhadap  kondisi  infrastruktur  yang telah 

rusak.   

3. Tantangan Kondisi internal Departemen Agama  

Di lingkungan internal Departemen Agama, masih banyak faktor yang 

harus  dibenahi  agar pembangunan  bidang  agama dapat    mencapai 

sasaran  sesuai  yang  ditetapkan.  Di  bidang  sumber  daya  manusia, 

sebagian  pegawai  Departemen  Agama  belum  dapat  melaksanakan 

tugasnya masing‐masing. Kelemahan tersebut terjadi antara lain  karena 

rekrutmen pegawai belum berjalan sesuai tuntutan paradigma baru yang 

berkembang  dan  belum  berdasarkan  analisis  jabatan  yang  cermat. 

Penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan skill yang dimiliki (the 

right man on the wrong place) menyebabkan pegawai tidak cakap dalam 

menyelesaikan tugasnya.     

Selain lemahnya kualitas sumber daya manusia pegawai Departemen 

Agama,  dari  segi  kuantitas  pegawai  memang  besar  tetapi  ternyata 

besaran tersebut belum sesuai kebutuhan, sebagai contoh; kebutuhan 

jumlah  tenaga  guru  masih  kurang.  Tenaga  guru  untuk  Madrasah 

Ibtidaiyah,  Tsanawiyah  maupun  Aliyah  sejauh  ini  dirasakan  belum 

(11)

perlu  ditambah.  Kondisi yang sama juga dialami oleh dunia pendidikan 

Kristen,  Katolik,  Hindu  maupun  Buddha.  Walaupun  setiap  tahun 

pengangkatan tenaga guru diutamakan, utamanya pengangkatan tenaga 

guru honorer yang mengalami hambatan. Jumlah guru honorer yang 

diangkat  jauh  dari  yang  diusulkan.  Hal  ini  tentunya  berpengaruh 

terhadap mutu pendidikan anak serta mentalitas bangsa. Dari sisi lain, 

permasalahan  di  bidang  pendidikian  terjadi  karena  distribusi  atau 

penyebaran tenaga administrasi kurang merata. Oleh karena itu, selain 

perlunya peninjauan penyebaran tenaga administrasi, juga perlu usaha 

untuk peningkatan tenaga administasi menjadi pegawai fungsional atau 

sebaliknya membatasi tenaga fungsional yang akan beralih profesi ke 

tenaga administrasi.     

Minimnya jumlah sumber daya manusia yang melayani bidang sosial 

keagamaan juga dapat dilihat pada kurangnya jumlah tenaga penyuluh  

keagamaan.  Padahal,  di  beberapa  daerah  terpencil  dimana  sarana 

pendidikan agama dan keagamaan sangat terbatas, maka peran tenaga 

penyuluh   sangat signifikan dalam memberikan bimbingan keagamaan. 

Sementara,    kebijakan    pembinaan  kepegawaian  terhadap  tenaga 

penyuluh yang sudah ada juga tidak mendorong terbangunnya etos 

kerja. Sebagian tenaga penyuluh yang ada masih berstatus honorer dan 

jumlah honor penyuluh yang mereka terima sangat kecil dan masih jauh 

dari    kelayakan  standar  upah  minimum  regional,  sehingga 

penghasilannya sangat tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Secara 

manusiawi, hal ini tentu akan  berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas 

sebagai penyuluh agama. Data Penyuluh Agama PNS (Pinmas 2005) 

berjumlah 13.765 terdiri : Islam 2.137, Kristen 4.858, Katolik 2.547, Hindu 

1.145 dan Buddha 3.078. Sementara jumlah Penyuluh Agama Non PNS 

pada kegiatan prioritas RKP Departemen Agama tahun 2008 berjumlah 

90.510 orang dengan honor per bulan hanya Rp. 100.000,‐.   

Sementara  itu  jumlah  umat  beragama  yang  dilayani  terus 

berkembang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus 

bertambah. Jumlah pemeluk agama sampai tahun 2005 berdasarkan 

data statistik yang diterbitkan BPS tahun 2005 berjumlah 213.375.287 

jiwa,  dengan rincian: pemeluk  agama Islam 189.014.015 (88,58%  ), 

pemeluk agama Kristen 12.356.404 (5,79%), pemeluk agama Katolik 

6.558.541 (3,07%), pemeluk agama Hindu 3.697.971 (1,73%), pemeluk 

(12)

gambaran  data  tesebut,  dilihat  dari  satu  sisi  sebagai  subjek 

pembangunan adalah merupakan potensi yang dapat digerakkan untuk 

kemajuan  pembangunan  bangsa,  namun  dari  sisi  sebagai  objek 

pembangunan, bahwa kondisi bangsa kita   itu sangat plural sehingga 

memerlukan kearifan dalam penetapan kebijakan‐kebijakan termasuk 

kebijakan pada sektor agama.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005

N o A g a m a J u m l a h P e n d u d u k % 1 I s l a m 1 8 9 . 0 1 4 . 0 1 5 8 8 , 5 8 2 K r i s t e n 1 2 . 3 5 6 . 4 0 4 5 , 7 9 3 K a t h o l i k 6 . 5 5 8 . 5 4 1 3 , 0 7 4 H i n d u 3 . 6 9 7 . 9 7 1 1 , 7 3 5 B u d h a 1 . 2 9 9 . 5 6 5 0 , 6 1 6 K o n g H u C u 2 0 5 . 7 5 7 0 , 1 0 7 L a i n n y a 2 4 3 . 0 3 4 0 , 1 1 2 1 3 . 3 7 5 . 2 8 7 1 0 0 J u m l a h Sumber BPS: SUPAS 2005

Cat: Sesuai hasil SUPAS Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 218.868.791 orang, namun yang tercatat dengan karakteristiknya hanya 213.375.287 orang.

Grafik 2

(13)

Tabel 4

Jumlah Penduduk per-Propinsi Menurut Agama Tahun 2005

Islam Katholik Protestan Hindu Budha Kong hu chu Lainnya

1

Nanggroe Aceh darussalam

2Sumatera Utara 8.358.192 451.977 2.615.014 12.243 243.382 3.655 4.524 11.688.987 3Sumatera Barat 4.455.251 38.308 59.178 715 604 1.608 146 4.555.810 4Riau 4.233.592 67.024 189.709 3.097 61.896 5.333 2.755 4.563.406 5Jambi 2.523.542 22.323 62.457 324 14.718 3.852 0 2.627.216 6Sumatera Selatan 6.620.135 34.954 44.736 36.126 30.393 1.064 237 6.767.645 7Bengkulu 1.515.510 5.421 17.562 6.727 1.066 0 0 1.546.286 8Lampung 6.779.663 63.975 70.833 152.715 36.882 176 328 7.104.572 9Bangka Belitung 898.293 15.012 11.638 682 72.849 44.354 0 1.042.828 10Kepulauan Riau 1.093.678 41.563 80.854 1.771 47.337 7.746 62 1.273.011 11DKI Jakarta 7.767.369 361.308 414.393 11.367 235.111 45.839 3.860 8.839.247 12Jawa Barat 38.034.636 292.367 472.996 23.165 51.948 11.739 124 38.886.975 13Jawa Tengah 30.978.227 331.017 502.334 22.923 48.047 7.451 6.115 31.896.114 14DI Yogyakarta 3.088.209 149.927 89.718 5.036 3.962 0 243 3.337.095 15Jawa Timur 35.280.993 263.526 369.227 92.875 40.919 5.578 4.989 36.058.107 16Banten 8.639.722 109.773 135.305 4.866 92.351 2.916 23.218 9.008.151 17Bali 394.691 14.220 33.968 2.926.887 7.551 614 161 3.378.092 18Nusa Tenggara Barat 4.072.265 8.362 6.410 57.879 24.618 161 0 4.169.695 19Nusa Tenggara Timur 367.495 2.312.817 1.463.969 1.558 1.520 1.228 94.595 4.243.182 20Kalimantan Barat 2.369.403 1.040.616 363.841 2.048 212.639 53.118 1.152 4.042.817 21Kalimantan Tengah 1.409.100 34.275 335.324 75.652 0 491 58.184 1.913.026 22Kalimantan Selatan 3.172.912 20.251 23.137 33.174 16.387 1.430 4.122 3.271.413 23Kalimantan Timur 2.416.490 130.179 269.643 12.662 9.200 1.819 881 2.840.874 24Sulawesi Utara 608.192 72.812 1.403.512 25.783 1.932 426 8.360 2.121.017 25Sulawesi Tengah 1.827.896 27.311 348.172 77.097 5.522 963 4.008 2.290.969 26Sulawesi Selatan 7.509.495 132.560 701.105 61.483 36.779 2.028 13.673 8.457.123 27Sulawesi Tenggara 1.871.779 24.061 25.901 38.061 677 218 0 1.960.697 28Gorontalo 902.133 1.599 10.425 5.239 544 75 0 920.015 29Sulawesi Barat 30Maluku 570.890 79.912 583.654 3.613 316 696 10.131 1.249.212 31Maluku Utara 661.722 11.285 208.270 347 95 148 0 881.867

32Irian Jaya Barat

33Papua 592.540 399.806 1.443.119 1.856 320 1.031 1.166 2.439.838 Total 189.014.015 6.558.541 12.356.404 3.697.971 1.299.565 205.757 243.034 213.375.287 Persentase 88,58% 3,07% 5,79% 1,73% 0,61% 0,10% 0,11% 100% Propinsi Agama Total No. Sumber BPS: SUPAS 2005

Cat: 1. Sesuai hasil SUPAS Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 218.868.791 orang, namun yang tercatat dengan karakteristiknya hanya 213.375.287 orang.

2)Jumlah penduduk Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam belum termasuk (ada pendataan tersendiri setelah tsunami). Dimungkinkan setelah pendataan total jumlah penduduk akan bertambah

3) Sulawesi Barat masuk ke Sulawesi Selatan dan Irian Jaya Barat masuk ke Papua

Selain  masalah  kuantitas  dan  kualitas  sumber  daya  manusia  di 

Departemen Agama, sarana dan prasarana kantor masih banyak yang 

memprihatinkan. Sebagai gambaran, Kantor Urusan Agama, khususnya di 

luar Jawa, masih banyak yang belum memiliki kantor yang memadai, 

apalagi  dengan  adanya  pemekaran  wilayah  maka  penambahan 

gedung/kantor itu merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar‐tawar 

(14)

masyarakat  agamis.  Masyarakat  melaksanakan  proses  administrasi 

pernikahan dan bahkan akad nikah banyak juga dilakukan di gedung balai 

nikah.  Jadi  dilihat  dari  sisi  kebutuhan,  tugas  dan  fungsi  Kantor 

Departemen Agama Kecamatan merupakan ujung tombak pelayanan 

Departemen  Agama  yang    langsung  dirasakan    manfaatnya  oleh 

masyarakat bawah.    

Pelayanan  terhadap  jamaah  haji  sering  kali  dianggap  sebagai  

barometer  pelayanan  dari  Departemen  Agama,  di  samping  itu 

penyelenggaraan ibadah haji juga membawa nama baik dan martabat 

bangsa. Namun setiap musim haji sering kali muncul permasalahan 

karena  terbatasnya  sarana  dan  prasarana,  pembinaan  yang  masih 

terbatas dan pelayanan yang belum optimal.    

Berbagai kondisi yang ada di lingkungan internal Departemen Agama 

seperti tergambar di atas, menjadi satu tantangan agar pembangunan 

bidang agama mampu meminimalisasi kekurangan dan kelemahan yang 

ada serta mempertahankan potensi yang selama ini menjadi pendukung 

bagi  suksesnya  pembangunan  bidang  agama.  Oleh  karenanya 

peningkatan anggaran Departemen Agama fungsi agama sebagai salah 

satu solusi peningkatan kinerja menjadi prioritas kebutuhan. 

   

 

 

 

D. KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROGRAM DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009 

 

Dalam rangka penyusunan program Departemen Agama tahun 2009 

telah dilakukan upaya sinkronisasi program dan anggaran pada jajaran eselon 

I, agar program Departemen Agama dapat lebih efisien dan memenuhi asas 

kesinambungan  dan  saling  berkait  menuju  pencapaian  visi  dan  misi 

Departemen Agama. Tahun 2009 Departemen Agama tetap memprioritaskan 

penekanan kenaikan anggaran untuk fungsi pendidikan dan fungsi agama.    

Melalui  surat  Menteri  Agama  Nomor:  MA/28/2008  Tanggal  25 

Februari  2008  perihal  Usulan  Rencana  Kerja  dan  Anggaran 

Kementerian/Lembaga  Departemen  Agama  Tahun  2009  yang  ditujukan 

kepada Menteri Negara/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Ketua 

Komisi  VIII  DPR,  Menteri  Agama  menyampaikan  Usulan  Program  dan 

Anggaran Departemen Agama Tahun 2009 sebesar Rp. 30.403.987.778.000,‐ 

yang terdiri dari:   

(15)

• Fungsi Pelayanan Umum  Rp.   3.923.491.955.000,‐ 

• Fungsi Pariwisata dan Budaya  Rp.     3.573.772.000,‐ 

• Fungsi Agama  RP.     2.640.532.849.000,‐ 

• Fungsi Pendidikan  Rp.   23.823.065.778.000,‐ 

• Fungsi Perlindungan Sosial  RP.     13.323.434.000,‐ 

  ...……… 

Jumlah   =    Rp.   30.403.987.788.000,‐ 

 

Usulan  tersebut  disusun  dengan  memperhatikan  program‐program 

prioritas yang tertuang dalam:  

¾ Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan 

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 ‐ 2009 

¾ PMA No. 32 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis Departemen Agama 

Tahun 2005 – 2009 

¾ UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  ¾ UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 

¾ Undang ‐ Undang Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan 

Keagamaan 

¾ Instruksi Menteri   Agama   Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan 

Koordinasi Lintas Sektoral. 

   

        Selain  memperhatikan  Peraturan  dan  Undang‐Undang  sebagaimana 

tersebut di atas, juga memperhatikan: 

¾ Hasil  konsultasi    pimpinan  satuan  kerja  pusat,  daerah  dan  unit 

pelaksanan  teknis  di  lingkungan  Departemen  Agama  yang 

diselenggarakan  pada  tanggal  18  –  21  Februari  2008  di  Batam, 

Kepulauan Riau. 

¾ Hasil‐hasil rapat koordinasi secara intensif dengan unit‐unit terkait.   

Dasar Kebijakan yang menjadi fokus utama dalam penyusunan anggaran 

Departemen Agama Tahun 2009 adalah:   ¾ RPJMN 2004‐2009 

¾ RKP 2009 

¾ Renstra Pendidikan Nasional 2005 ‐ 2009  ¾ Renstra Departemen Agama 2005 ‐ 2009 

(16)

Bagan

Proses Penetapan Anggaran Departemen Agama Tahun 2009

Tambahan Anggaran Fungsi Pendidikan Rp.

6.585.000.000.000-SE Menkeu Nomor 6.585.000.000.000-SE-1615/MK.02/2008 Tgl 31/10/2008 Penghematan Anggaran

Rp. 651.602.983.000-

Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-1615/MK.02/2008 Tanggal 31 Oktober 2008

Pagu Definitif Dep. Agama Tahun 2009 Rp.

26.656.600.559.000-Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-852/MK.02/2008 tanggal 10 Juli 2008

Dep. Agama Mendapatkan Pagu Sementara Rp.

20.723.203.542.000,-Surat Edaran Bersama Meneg PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan No. 0081/M.PPN/04/2008 dan

SE-357 /MK/2008 Tanggal 4 April 2008

Dep. Agama Tahun 2009 Mendapatkan Pagu Indikatif Rp.

19.926.813.900.000,-Surat MENAG No. MA/28/2008 tanggal 25 Februari 2008

DiusulkanRAPBN Dep. Agama Tahun 2009

(17)

30.403.987.788.000,-Anggaran Fungsi Pendidikan tahun 2009 mendapat kenaikan yang 

signifikan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan melalui Surat 

Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 

2008 tentang Pagu Defiitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2009 maka 

Departemen Agama memperoleh  tambahan  anggaran Fungsi  Pendidikan 

menjadi sebesar Rp. 23.275.200.008.000,‐, naik Rp. 10.416.672.507.000,‐ 

81% dari pagu Fungsi pendidikan APBN‐P 2008. Sesuai Surat Edaran  Menteri 

Keuangan Tahun 2008 sebagaimana tersebut di atas total APBN 2009 untuk 

Departemen Agama adalah Rp. 26.656.600.559.000,‐. Angka tersebut naik 

64,41 % dari APBN‐P tahun 2008 yaitu Rp. 16.213.583.514.000,‐.   Tabel 5

Perbandingan Usulan Anggaran Departemen Agama Dengan Pagu Definitif Departemen Agama Tahun 2009

Catatan:

1) Usulan Anggaran tahun 2009 melalui surat Menteri Agama Nomor:MA/28/2008 tanggal 25 Februari 2008 2) Pagu Definitif sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor : SE-1615/MK.02/2008 Tanggal 31 Oktober

2008

3) Pagu Definitif Fungsi Pendidikan tahun anggaran 2009 terdiri dari Anggaran belanja pegawai Rp.8.386.303.003.000,-, dan Belanja khusus/murni pendidikan Rp.

(18)

14.888.897.005.000,-I. PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA    

a. Fungsi Agama  

1) Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama 

(a) Meningkatnya  kualitas  pemahaman,  penghayatan,  dan 

pengalaman  ajaran  agama  dalam  kehidupan  bermasyarakat, 

berbangsa dan bernegara, sehingga kualitas masyarakat dari sisi 

rohani semakin baik. Upaya ini juga ditujukan pada anak peserta 

didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, sehingga 

pemahaman dan pengamalan ajaran agama dapat ditanamkan 

sejak dini pada anak‐anak; 

(b) Meningkatnya  kepedulian  dan  kesadaran  masyarakat  dalam 

memenuhi kewajiban membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh, 

kolekte,  dana  punia,  dan  dana  paramita  dalam  rangka 

mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat; 

(c) Meningkatnya  kualitas  pelayanan  kehidupan  beragama  bagi 

seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka dapat memperoleh 

hak‐hak dasar dalam memeluk agamanya masing‐masing dan 

beribadat sesuai agama dan kepercayaannya; 

(d) Meningkatnya kualitas manajemen ibadah haji dengan sasaran 

penghematan, pencegahan korupsi,  dan peningkatan  kualitas 

pelayanan terhadap jemaah haji;  

(e) Meningkatnya peran lembaga sosial keagamaan dan lembaga 

pendidikan  keagamaan  sebagai  agen  pembangunan  dalam 

rangka meningkatkan daya tahan masyarakat dalam menghadapi 

berbagai krisis.  

 

Penjabaran secara rinci kegiatan‐kegiatan dari Program Peningkatan 

Kualitas  Pelayanan  dan  Pemahaman  Agama  serta  Kehidupan 

Beragama adalah sebagai berikut : 

(a) Pemberian bantuan untuk pembangunan dan rehabilitasi tempat 

ibadah dan pengembangan perpustakaan tempat peribadatan, 

sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pura dan wihara serta hibah 

dan bantuan kitab suci dan lektur keagamaan;  

(b) Peningkatan  pelayanan  pembinaan  keluarga  sakinah 

/sukinah/hita  sukaya/  bahagia,  peningkatan  pelayanan  nikah 

melalui  peningkatan  kemampuan  dan  jangkauan  petugas 

pencatat nikah serta pembangunan dan rehabilitasi balai nikah 

dan  penasehatan perkawinan (KUA), pembinaan remaja usia 

(19)

(c) Peningkatan  fungsi  dan  peran  tempat  ibadah sebagai  pusat 

pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan 

untuk  pengembangan  SDM  dan  pengembangan  sosial 

kemasyarakatan; 

(d) Perbaikan  sistem  penyelenggaraan  haji,  peningkatan  kualitas 

pembinaan,  pelayanan,  perlindungan  jamaah,  efisiensi, 

transparansi, dan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam 

penyelenggaraan ibadah haji; 

(e) Peningkatan pembinaan jaminan produk halal dan pelatihan bagi 

pelaku  usaha,  auditor,  meningkatkan  kerja  sama  instansi 

pemerintah dan masyarakat dalam jaminan produk halal; dan 

pemantapan  landasan  peraturan  perundang‐undangan 

pelayanan kehidupan beragama; 

(f) Peningkatan  pelayanan  dan  pengelolaan  zakat,  wakaf,  infak, 

shodaqoh, kolekte, dana punia dan dana paramita serta ibadah 

sosial lainnya; 

(g) Pengembangan sistem informasi keagamaan; 

(h) Peningkatan sarana dan tenaga teknis hisab rukyat.   

2) Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan dan 

Pengembangan Nilai‐Nilai Keagamaan 

(a) Peningkatan kualitas melalui bantuan operasional; menyediakan 

sarana dan prasarana penerangan dan bimbingan keagamaan; 

pelatihan  dan  orientasi  bagi  penyuluh/da’i/mubaligh/juru 

penerang/pemuka  agama;  serta  pemberian  bantuan  paket 

dakwah untuk daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, pasca 

konflik dan bencana alam; 

(b) Pemberian bantuan penyelenggaraan musabaqah tilawatil qur’an 

(MTQ), Pesparawi, Utsawa Dharma Gita, Festival Seni Baca Kitab 

Suci Agama Buddha dan kegiatan sejenis lainnya; 

(c) Pembentukan jaringan dan kerjasama lintas sektor dengan tokoh 

dan  organisasi  masyarakat  untuk  memberantas  pornografi, 

pornoaksi,  praktik  KKN,  penyalahgunaan  narkoba,  perjudian, 

prostitusi, dan berbagai jenis praktik asusila;  

(d) Pemantapan   landasan   peraturan   perundang‐undangan serta 

pembuatan jaringan lintas sektoral penanggulangan pornografi 

dan  pornoaksi,  praktek  KKN,  penyalahgunaan  narkoba, 

perjudian, prostitusi dan berbagai jenis praktek asusila.  

(20)

3) Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama 

Peningkatan  kualitas  kerukunan  umat  beragama  ditekankan 

pada  2  aspek,  yakni    kerukunan  intern  umat  beragama  dan 

kerukunan antar umat beragama. Arah kebijakannya adalah :   

(a) Peningkatan  upaya  menjaga  keserasian  sosial  di  dalam 

kelompok‐kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan 

lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat. 

(b) Pencegahan  kemungkinan  berkembangnya  potensi  konflik  di 

dalam  masyarakat  yang  mengandung  sentimen  keagamaan 

dengan mencermati secara responsif dan mengantisipasi secara 

dini terjadinya konflik. 

(c) Penyelesaian  konflik  yang  berlatar  belakang  agama  melalui 

mekanisme resolusi konflik, dengan mengutamakan keadilan dan 

persamaan hak untuk mendapatkan perdamaian hakiki. 

(d) Pemulihan kondisi sosial dan psikologis masyarakat pasca konflik 

melalui penyuluhan dan bimbingan keagamaan. 

(e) Peningkatan  kerjasama  intern  dan  antar  umat  beragama  di 

bidang sosial ekonomi. 

(f) Peningkatan wawasan multikultural di kalangan umat beragama.   

Penjabaran  secara  rinci  Program  Peningkatan  Kerukunan  Umat 

Beragama adalah sebagai berikut : 

(a) Internalisasi ajaran agama dan sosialisasi wawasan multikultural 

di kalangan umat beragama; 

(b) Pembangunan hubungan antar umat beragama, majelis agama 

dengan pemerintah melalui forum dialog dan temu ilmiah; 

(c) Pendirian sekretariat bersama antar umat beragama di seluruh 

provinsi  dan  penyediaan  data  kerukunan  umat  beragama; 

peningkatan potensi kerukunan hidup umat beragama melalui 

pemanfaatan  budaya  setempat  dan  partisipasi  masyarakat 

seperti kegiatan bedah kampung, perbaikan lembaga pendidikan 

dan rumah ibadah; dan mendorong tumbuh kembangnya wadah‐

wadah kerukunan sebagai penggerak pembangunan; 

(d) Silaturahmi/safari  kerukunan  umat  beragama  baik  nasional 

maupun  di  tingkat  daerah/regional;  Pembentukan  Forum 

Komunikasi Kerukunan Antarumat Beragama di tingkat provinsi, 

kabupaten/kota  dan  kecamatan;  melanjutkan  pembentukan 

jaringan  komunikasi  kerukunan  antarumat  beragama  dan 

(21)

dan silaturahmi antara pemuka agama, cendekiawan agama, dan 

tokoh agama; 

(e) Rekonsiliasi tokoh‐tokoh agama dan pembinaan umat beragama 

di daerah pasca konflik; dan penyelenggaraan lomba kegiatan 

keagamaan bernuansa kerukunan di daerah potensi konflik; 

(f) Pengembangan wawasan multikultural bagi guru‐guru agama dan 

peningkatan  kualitas  tenaga  penyuluh  kerukunan  umat 

beragama.     

4) Program Penelitian dan Pengembangan Agama  

(a) Pengkajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu 

pembinaan  dan  partisipasi  masyarakat  untuk  mendukung 

peningkatan kualitas kehidupan beragama (pendidikan agama 

dan  keagamaan);  pemberdayaan  serta  pemanfaatan  lektur 

keagamaan;  dan melakukan  tinjauan  bagi  antisipasi dampak 

negatif  modernisasi,  globalisasi,  dan  perubahan  sosial  yang 

semakin cepat dan kompleks; 

(b) Identifikasi dan  merumuskan  indikator  kinerja pembangunan 

bidang agama; bidang pendidikan agama dan keagamaan;  

(c) Peningkatan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan karya 

ilmiah dan karya tulis di bidang keagamaan; 

(d) Kajian terhadap peraturan tentang kehidupan umat beragama 

dan  rancangan  undang‐undang  kerukunan  hidup  umat 

beragama; 

(e) Penelitian, kajian, dan pemetaan konflik sosial keagamaan; 

(f) Pengembangan hasil‐hasil penelitian dalam rangka peningkatan 

kualitas pelayanan kehidupan beragama.   

5) Program Pengembangan Lembaga ‐ Lembaga Sosial Keagamaan dan 

Lembaga Pendidikan Keagamaan 

(a) Pemberdayaan  lembaga‐lembaga  sosial  keagamaan,  seperti 

organisasi keagamaan, LP2A, BKM, LPTQ, BP4, BAZ, LAZ, BWI, 

pengelola dana sosial keagamaan melalui peningkatan program 

dan  pembangunan  sarana  serta  kualitas  tenaga  pengelola 

lembaga‐lembaga  sosial keagamaan  dan  lembaga  pendidikan 

keagamaan; 

(b) Pemberian bantuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan 

lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; 

(22)

pendidikan keagamaan; dan block‐grant dalam pengembangan 

manajemen lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan 

keagamaan; 

(c) Pembangunan jaringan kerja sama dan sistem informasi lembaga 

sosial  keagamaan  dan  lembaga  pendidikan  keagamaan;  dan 

melakukan kunjungan belajar antar lembaga sosial keagamaan 

dan lembaga pendidikan keagamaan;  

(d) Pengkajian,  penelitian,  dan  pengembangan mutu pembinaan 

lembaga‐lembaga  sosial keagamaan  dan  lembaga  pendidikan 

keagamaan.   

Secara umum, jumlah anggaran untuk Fungsi Agama Tahun 2005 – 

2009  bobotnya  mengalami  penurunan.  Penurunan  jumlah  anggaran 

Departemen Agama untuk Fungsi Agama ini dirasakan implikasinya sangat 

berat  bagi Departemen Agama  terutama dalam pelaksanaan tugas  dan 

Fungsi Agama di era globalisasi dengan dinamika keterkaitan antar satu 

masalah dengan lainnya.  Oleh karena itu ke depan, anggaran Fungsi Agama 

Departemen Agama menjadi prioritas untuk ditingkatkan. 

Tabel 6

Prosentase Anggaran Fungsi Agama Departemen Agama

Jumlah % 2005 6.815.723.166.000 727.247.423.000 10,67 2006 11.063.180.370.000 1.324.572.962.000 11,97 2007 14.548.801.100.000 649.271.347.000 4,46 2008 16.213.583.514.000 791.107.099.000 4,88 2009 26.656.600.559.000 830.307.389.000 3,11

Anggaran Fungsi Agama

Tahun Anggaran

Departemen Agama

Berdasarkan data time series anggaran Departemen Agama Fungsi 

Agama  pada tabel  di  atas, total  alokasi anggaran untuk Fungsi  Agama 

Departemen Agama dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebagai berikut :   

(23)

 Proporsi anggaran Fungsi Agama pada tahun 2005 adalah sebesar 

10,67% dari total APBN Departemen Agama, kemudian proporsinya sedikit 

meningkat pada tahun 2006 menjadi 11,97 %. Demikian pula nilai nominalnya 

dari Rp. 727.247.423.000,‐ pada tahun 2005 menjadi Rp. 1.324.572.962.000,‐ 

pada  tahun  2006.  Namun  pada  tahun  2007,  anggaran  Fungsi  Agama 

mengalami penurunan drastis baik secara nominal maupun proporsinya, 

yaitu  dari  Rp.  1.324.572.962.000,‐  pada  tahun  2006  menjadi  Rp. 

649.271.347.000,‐  pada  tahun  2007.  Sedangkan  proporsinya  turun  dari 

11,97% pada tahun 2006 menjadi hanya 4,46% pada tahun 2007. Pada tahun 

2008 Fungsi Agama sedikit naik kembali nilainya, dari Rp. 649.271.347.000,‐ 

atau 4,46% pada tahun 2007 menjadi Rp. 791.107.099.000‐ atau 4,88% pada 

tahun 2008. Kemudian naik kembali nominalnya untuk tahun 2009 menjadi 

Rp 830.307.389.000,‐ , namun secara persentase turun menjadi hanya 3,11% 

dari total anggaran tahun 2009.   

Kecilnya anggaran Departemen Agama untuk fungsi agama secara 

mikro  menjadi  beban  tersendiri  bagi  Departemen  Agama  dalam 

melaksanakan tugas dan fungsi agama. Secara makro berimplikasi kepada 

publik atau pemerintah yang belum mencerminkan keserasian, keselarasan 

dan  kebersamaan  masyarakat  dalam  pemenuhan  kehidupan  beragama. 

Faktor implikasi negatif dari kecilnya anggaran fungsi agama bukan mustahil 

akan berbias semu terhadap kinerja Departemen Agama,  padahal indikator 

penilaian keberhasilan Departemen Agama dalam melaksanakan tugas dan 

fungsi agama bukan hanya ditentukan oleh subyektivitas Departemen Agama 

itu sendiri, melainkan banyak korelasi lain yang berhubungan satu dengan 

lainnya (kementerian/lembaga satu dengan lainnya) keberhasilannya saling 

ketergantungan. Oleh karena itu untuk tahun‐tahun berikutnya, anggaran 

Departemen Agama untuk Fungsi Agama harus menjadi prioritas utama 

untuk dapat ditingkatkan. 

   

b.  Fungsi Pendidikan  

   Fungsi  pendidikan  di  lingkungan  Departemen  Agama  diarahkan 

kepada  Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan. Tidak dapat 

dipungkiri bahwa  pendidikan  memainkan peranan penting  dan strategis 

dalam pembangunan peradaban bangsa ini. Pengalaman menunjukan bahwa 

pendidikan  memberi manfaat yang luas bagi kemajuan  bangsa, mampu 

melahirkan masyarakat terpelajar dan berakhlak mulia serta membangun 

(24)

   Berdasarkan Visi Pendidikan Nasional dalam Undang‐Undang Nomor 

20 Tahun 2003, sebagai berikut     ”Terwujudnya sistim pendidikan sebagai 

pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan  semua 

warga  negara  Indonesia berkembang  menjadi  manusia  yang  berkualitas 

sehingga  mampu  dan  proaktif  menjawab tantangan  zaman  yang  selalu 

berubah”.   

Adapun Misi Pendidikan Nasional : 

1) Mengupayakan  perluasan dan pemerataan  kesempatan memperoleh 

pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia; 

2) Mambantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara 

utuh  sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan 

masyarakat belajar; 

3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk 

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral; 

4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga  pendidikan 

sebagai  pusat  pembudayaan  ilmu  pengetahuan,  ketrampilan, 

pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global; 

5) Membedayakan  peran  serta  masyarakat  dalam  penyelenggaraan 

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan 

Republik Indonesia. 

6) Sesuai Renstra Departemen  Agama 2004 –  2009  tujuan pendidikan 

agama dan keagamaan adalah untuk membina pendidik menjadi manusia 

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak 

mulia dan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat 

yang memahami atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan nilai‐

nilai ajaran agama. 

 

Sedangkan  Visi  Pendidikan  Islam  Terselenggaranya  pelayanan 

pendidikan Islam yang bermutu secara adil dan merata demi terwujudnya 

insan  Indonesia  yang  beriman  dan  bertaqwa  kepada  Allah  SWT  serta 

berkeunggulan intelektual, moral dan spiritual”.   

Selanjutnya untuk Misi Pendidikan Islam sebagai berikut : 

1) Meningkatkan kualitas sistem pendidikan Islam sebagai pranata sistem 

pendidikan Nasional melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan 

pendidikan berciri Islam di madrasah, pendidikan agama di sekolah dan 

pendidikan  agama  di  lembaga‐lembaga  pendidikan  keagamaan  dan 

(25)

2) Mengupayakan  terwujudnya madrasah,  lembaga‐lembaga  pendidikan 

keagamaan dan pondok pesantren dan lembaga‐lembaga pendidikan 

tinggi Islam sebagai lembaga‐lembaga pendidikan berbasis ilmu dan nilai‐

nilai agama yang berkeunggulan, berkualitas dan berdaya saing; 

3) Memberdayakan lembaga‐lembaga pendidikan Islam pada semua jalur 

dan jenjang pendidikan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun 

swasta melalui penguatan pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam proses 

pembelajaran maupun menajemen pendidikan; 

4) Meningkatkan  fungsi  pendidikan  agama  Islam  di  sekolah  dan 

memperkuat  peran  lembaga‐lembaga  pendidikan  Islam  dalam 

meningkatkan kerukunan umat beragama dan memperkokoh jati diri dan 

watak bangsa.   

Dengan meningkatnya jumlah anggaran Departemen Agama sebesar 

Rp 26.656.600.559.000,‐ (64,41%) untuk tahun 2009 maka fokus peningkatan 

pada  anggaran  pendidikan  agama  dan  keagamaan  juga  meningkat. 

Peningkatan anggaran untuk pendidikan agama dan keagamaan sebagaimana 

dimaksud fokus sasarannya adalah untuk : 

a) Pendidikan anak usia dini (PAUD); 

b) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; 

c) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan; 

d) Pelaksanaan Peraturan  Pemerintah Nomor  55  Tahun  2007  tentang 

Pendidikan  Agama  dan  Pendidikan  Keagamaan,  maka  lembaga 

pendidikan seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah mendapat 

perhatian untuk ditingkatkan; 

e) Perguruan Tinggi Agama; 

f) Pendidikan Agama Islam pada sekolah; 

g) Pengawas pendidikan agama    

   Secara rinci, sesuai Renstra Pendidikan Islam Ditjen Pendis 2004  ‐

2009 dijelaskan bahwa Pendayagunaan anggaran pendidikan agama tahun 

2009 diperuntukan bagi program :   

1) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)  (a) Perluasan akses RA/BA,TPQ/TKQ 

(b) Peningkatan capacity building 

(c) Pemanfaatan teknologi informasi   

(26)

2) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun  (a) Pendanaan biaya operasional wajar dikdas di MI dan MTs; 

(b) Penyediaan sarana dan prasarana MI, MTs; 

(c) Rekruitmen pendidik dan tenaga kependidikan MI, MTs; 

(d) Perluasan akses pendidikan wajar dikdas pada jalur non formal di 

lembaga‐lembaga  pendidikan  keagamaan  (PP  Salafiyah  Ula, 

Pendidikan Diniyah Dasar, Pendidikan Diniyah Menengah Pertama 

dan Pondok Pesantren); 

(e) Pengembangan kurikulum dan  sarana  pembelajaran MI,  MTs  di 

lembaga‐lembaga pendidikan keagamaan dan Pondok Pesantren; 

(f) Pengembangan pendidikan inklusif di MI, MTs; 

(g) Pengembangan MI, MTs satu atap bagi daerah terpencil; 

(h) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam tingkat nasional MI, 

MTs; 

(i) Peningkatan capacity building

(j) Pemanfaatan teknologi informasi   

3) Program Pendidikan Menengah 

(a) Perluasan akses MA; 

(b) Pengembangan MA internasional di setiap propinsi; 

(c) Pengembangan  kurikulum  dan  sarana  pembelajaran  MA,  MA 

Keagamaan dan Pendidikan Diniyah Menengah Atas; 

(d) Pengembangan pendidikan inklusif di MA; 

(e) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam tingkat nasional MA; 

(f) Peningkatan capacity building

(g) Pemanfaatan teknologi informasi 

(h) Bantuan Pengembangan Pendidikan Keterampilan pada Madrasah   

4) Program Pendidikan Non Formal 

(a) Perluasan akses pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia > 15 

tahun di lembaga‐lembaga  pendidikan. keagamaan dan pontren; 

(b) Pengembangan pendidikan kecakapan hidup di lembaga‐ pendidikan 

keagamaan dan pondok pesantren dan PTI; 

(c) Pengembangan pondok pesantren unggulan; 

(d) Peningkatan capacity building

(e) Pemanfaatan teknologi informasi   

5) Program Pendidikan Tinggi 

(a) Perluasan akses PTI; 

(27)

(c) Pengembangan IAIN dan STAIN sebagai pusat unggulan kajian Islam 

internasional dan regional; 

(d) Pengembangan budaya akademik di PTI; 

(e) Pengembangan  lembaga  PTI  sebagai  pusat  penelitian  dan 

pengembangan potensi masyarakat; 

(f) Pengembangan sistem akreditasi PTI swasta; 

(g) Peningkatan capacity building

(h) Pemanfaatan teknologi informasi   

6) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan 

(a) Sertifikasi pendidik Wajar Dikdas dan Dikmen di MI, MTs dan MA; 

(b) Peningkatan kesejahteraan pendidik di lembaga‐lembaga pendidikan 

keagamaan non formal; 

(c) Pengembangan kompentensi pendidik dan tenaga kependidikan di 

MI, MTs dan MA; 

(d) Peningkatan capacity building

(e) Pemanfaatan teknologi informasi    

7) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 

(a) Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di 

lembaga‐lembaga pendidikan keagamaan dan pondok pesantren; 

(b) Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat pengelola pendidikan 

pusat dan daerah; 

(c) Penataan regulasi pengelolaan pendidikan pusat dan daerah; 

(d) Peningkatan capacity building

(e) Pemanfaatan teknologi informasi; 

(f) Survey  pemetaan mutu pendidikan di lembaga‐ lembaga  pendidikan 

Islam; 

(g) Pengembangan  quality  assurance  system  di  lembaga‐lembaga 

pendidikan agama Islam; 

(h) Peningkatan capacity building

(i) Pemanfaatan teknologi informasi; 

(j) Penyelenggaraan koordinasi dan konsultasi rencana dan program 

kerja pendidikan; 

(k) Pengembangan  sistem,  prosedur  dan  standarisasi  administrasi 

pendukung pelayanan pendidikan; 

(l) Peningkatan fungsi manajemen pelayanan pendidikan yang efesien 

dan efektif.   

(28)

8) Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Keagamaan 

(a) Pengembangan kualitas pendidikan  agama dan keagamaan pada 

sekolah dan lembaga pendidikan agama lainnya; 

(b) Evaluasi hasil belajar; 

(c) Pengembangan budaya keagamaan dalam sistem pendidikan Islam di 

sekolah; 

(d) Rekruitmen dan distribusi guru PAI di daerah terpencil; 

(e) Pengembangan sistem pemantauan dan pengawasan PAI di sekolah; 

(f) Peningkatan  sarana  pembelajaran  pendidikan  agama  Islam  di 

sekolah; 

(g) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam di sekolah SD, SMP dan 

SLTA; 

(h) Peningkatan akses dan mutu pendidikan pada Diniyah Takmiliyah 

(DT), Majelis Teklim (MT), pendidikan kesetaraan paket A, B dan C 

pada pondok pesantren dan Ma’had Takhassus; 

(i) Pengembangan  Diniyah  Takmiliyah  (DT),  Majelis  Taklim  (MT, 

Pendidikan Al‐Qur’an dan pengajian kitab, Pendidikan kesetaraan 

paket A, B dan C pada pondok pesantren dan Ma’had Takhassus; 

(j) Pengembangan community college di lembaga‐lembaga pendidikan 

keagamaan dan pondok pesantren; 

(k) Peningkatan pemberdayaan dan kemandirian pengelolaan Pondok 

Pesantren; 

(l) Peningkatan kualitas pendidik agama di masyarakat. 

 

   Berikut ini ditampilkan prosentase anggaran  Departemen Agama 

khusus untuk fungsi pendidikan. Penampilan khusus anggaran pendidikan 

dimaksudkan ini dengan tujuan untuk mengetahui secara jelas bahwa jumlah 

anggaran pendidikan agama memang cukup besar, namun kumulatif besaran 

anggaran pendidikan agama itu di dalamnya masih menjadi satu dengan 

belanja  pegawai.  Oleh  karena  itu,  untuk  lebih  jelasnya  penyajiannya 

dipisahkan sebagaimana tersebut pada tabel  7 di bawah ini. 

(29)

Tabel 7

Prosentase Anggaran Fungsi Pendidikan Departemen Agama

Tahun Jumlah Anggaran Depag Fungsi Pendidikan Prosentase

2003 5.414.676.400.000 2.095.565.600.000 38,7 2004 5.914.458.600.000 2.094.624.000.000 35,4 2005 6.815.723.166.000 3.284.974.469.000 48,2 2006 11.063.180.370.000 4.841.829.587.000 43,8 2007 14.548.801.100.000 6.692.149.532.000 46,0 2008 16.213.583.514.000 12.858.527.501.000 79,3 2009 26.656.600.559.000 23.275.200.008.000 87,3    

II. PENAJAMAN PRIORITAS FUNGSI AGAMA TAHUN 2009   

Penjamanan Program pada Fungsi Agama, diprioritaskan pada beberapa 

kegiatan berikut: 

(a) Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Prasarana Peribadatan 

(b)Pembangunan Sarana Balai Nikah (KUA) 

(c) Rehabilitasi Sarana Balai Nikah (KUA) 

(d)Pelayanan Ibadah Haji 

(e) Pembinaan Agama Islam 

(f) Rehabilitasi Asrama Haji 

(g) Operasional KUA 

(h)Tunjangan Penyuluh Agama Non PNS 

(i) Bantuan Operasional FKUB 

(j) Pembangunan Sekber KUB Tk. Kabupaten/Kota 

(k) Kegiatan Pemulihan Pasca Konflik 

(l) Bantuan Pengembangan Lembaga Sosial Keagamaan  dan Lembaga 

Pendidikan Keagamaan           

(30)

III.  PENAJAMAN PRIORITAS FUNGSI PENDIDIKAN TAHUN 2009 

Dengan mengacu kepada Renstra Pendidikan Agama Departemen Agama 

Tahun 2004 – 2009, maka penajaman anggaran Departemen Agama Tahun 2009 

untuk Fungsi Pendidikan Agama, prioritasnya diperuntukkan kepada :   

a. Penyediaan anggaran BOS : 

1)  BOS Madrasah Ibtidaiyah (MI) 

2)  BOS Salafiyah Ula (SD) 

3)  BOS Madrasah Tsanawiyah (MTs) 

4)  BOS Salafiyah Wustha (SMP) 

5)  BKM Madrasah Aliyah (MA)   

b. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (RA, MI, Salaf. Ula, 

MTs, Salaf. Wusta, MA, PTA, Pontren dan Madin)    1) Subsidi Tunjangan Fungsional Guru Non PNS 

2) Tunjangan Profesi Guru non PNS 

3) Tunjangan Khusus Guru (guru daerah terpencil dan perbatasan)  4) Percepatan Sertifikasi Guru 

5) Percepatan Sertifikasi Dosen 

6) Bantuan Peningkatan Kualifikasi Guru Program S1   7) Bantuan Peningkatan Kualifikasi Guru Program S2   8) Beasiswa Guru Program S1 

9) Bantuan Peningkatan Kualifikasi Dosen Program S2/S3  10) Beasiswa Dosen Program S2 

11) Beasiswa Dosen Program S3 

12) Peningkatan Kompetensi Dosen (short course) 

 

 c.  Peningkatan akses pendidikan untuk : 

1) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 

2) Program Pendidikan Dasar (Beasiswa Siswa Miskin MI, MTs)  3) Program Pendidikan Menengah (Beasiswa Siswa Miskin MA)  4) Program Pendidikan Tinggi Agama  

‐ Beasiswa Santri Teladan 

‐ Beasiswa Mahasiswa Miskin     

(31)

d.   Bantuan Pendidikan Keagamaan : 

1) TKQ/TPQ (Islam) 

2) Majlis Taklim 

3) Sekolah Minggu (Kristen) 

4) Sekolah Gembira dan Seminari (Katolik) 

5) Pasraman (Hindu) 

6) Pabbaja Samanera (Buddha). 

 

e.  Pengadaan sarana dan prasarana :    1)  RA/BA 

2) Madrasah Ibtidaiyah 

3) Program Wajar Dikdas Salafiyah Ula 

4) Madrasah Tsanawiyah 

5) Program Wajar Dikdas Salafiyah Wusta 

6) Madrasah Aliyah 

7) Perguruan Tinggi Agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha) 

8) Pondok Pesantren 

(32)

Tabel 8

Alokasi Anggaran Kegiatan Prioritas Tahun 2009 Rp. 13.638.228.454.000

NO  FUNGSI/PROGRAM/KEGIATAN  VOLUME  HARGA 

SATUAN 

JUMLAH 

(Rp.) 

I FUNGSI AGAMA 369.913.000

A Program Pelayanan Kehidupan Beragama 228.120.000

1) Operasional KUA 5.025 unit 12.000 60.300.000 2) Rehabilitasi KUA 308 unit 90.000 27.720.000 3) Pelayanan Ibadah Haji & Umrah dan

Pengawasan Haji

210.000 jamaah 140.100.000 B Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan,

Pengamalan dan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan 108.612.000 1) Tunjangan Penyuluh Agama Non PNS 90.510 orang 1.200 108.612.000

C Program Kerukunan Umat Beragama 14.381.000

1) Bantuan Operasional FKUB

- Tingkat Propinsi 33 FKUB 30.000 990.000

- Tingkat Kabupaten/Kota 150 FKUB 25.000 3.750.000 2) Pembangunan Sekber KUB Tk.

Kabupaten/Kota

15 unit 300.000 4.500.000 3) Bantuan Kegiatan Pemulihan Pasca Konflik 33 lokasi 5.141.000

D Program Pengembangan Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan

18.800.000

1) Bantuan Pengembangan Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan

1 lbg 18.800.000

II FUNGSI PENDIDIKAN 13.268.315.454

1 Program Pendidikan Anak Usia Dini 33.100.000

1) Bantuan Pengembangan Alat dan Sumber Belajar RA/BA & Lembaga Pendidikan Keagamaan

100 lokasi 50.000 5.000.000 2) Pelatihan Kepala dan Guru RA/BA dan

Lembaga Pendidikan Keagamaan

2.000 orang 2.000 4.000.000 3) Bantuan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana

(33)

Keagamaan

4) Pemberdayaan Pengelola RA/BA dan Lembaga Pendidikan Keagamaan

440 lokasi 40.000 17.600.000

2 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun 6.698.748.593

1) Penyediaan BOS Jenjang Pendidikan Dasar

- Madrasah Ibtidaiyah 3.100.469 siswa

* Kota 455.525 siswa 400 182.210.000

* Kabupaten/Kota 2.644.944 siswa 397 1.050.042.768

- Salafiyah Ula 176.769 siswa

* Kota 10.691 siswa 400 4.276.400

* Kabupaten/Kota 166.078 siswa 397 65.932.966

- Madrasah Tsanawiyah 2.620.050 siswa

* Kota 329.994 siswa 575 189.746.550

* Kabupaten/Kota 2.290.056 siswa 570 1.305.331.920

- Salafiyah Wustha 389.007 siswa

* Kota 22.878 siswa 575 13.154.850

* Kabupaten/Kota 366.129 siswa 570 208.693.530

- Safeguarding

* Safeguarding BOS Kanwil (monitoring, rakor & Evaluasi)

33 keg 7.923.500

* Safeguarding BOS Kandepag (monitoring, rakor & Evaluasi)

440 keg 28.632.000

* Safeguarding BOS Pusat (pedoman, monitoring, rakor & Evaluasi)

1 keg 5.500.000

2) Beasiswa untuk siswa Miskin MI 640.000 siswa 360 230.400.000 3) Beasiswa untuk siswa Miskin MTs 540.000 siswa 720 388.800.000 4) Beasiswa Anak PNS Gol I, II dan Tamtama

TNI/POLRI

- MI 8.000 orang 250 2.000.000

- MTs 10.000 orang 350 3.500.000

5) Rehabilitasi Ruang Kelas MI reguler, Feeder

dan Pasca Bencana

- Rusak Berat 24.650 ruang 92.500 2.280.125.000 6) Rehabilitasi Ruang Kelas MTs reguler,

Feeder dan Pasca Bencana

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengaruh yang tidak langsung secara simultan antara kompensasi, iklim kerja, semangat kerja dan karakteristik berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja

Dari penelitian yang dilakukan menghasilkan model sistem yaitu : “Model m- Government di Pemerintah Kota Yogyakarta” yang dapat memberikan kemudahan komunikasi dari

Satu hal yang membuat ‘Bank Keliling’ menjadi tujuan atau tempat yang di manfaatkan pedagang untuk meminjam uang adalah nasabah dapat menentukan jangka waktu

Piet Blom adalah arsitek dari struktur yang unik.Rumah-rumah itu awalnya dibangun di Helmond nanti penduduk asli Rotterdam ini juga diberkati dengan hutan yang luar biasa dari

1 |Husein Tampomas, Soal dan Solusi Ujian Penghabisan Sekolah Menengah Tingkat Atas, 2015 Mengenang Jejak Sebagian Kecil Bangsa Indonesia Yang Pernah Mengikuti Ujian1. Sekolah

Untuk meminimalisir penyebaran api ketika terjadi kebakaran maka perencanaan bangunan pasar klewer memperhatikan penataan pola tata ruang yang terkait dengan

Sedangkan untuk pemahamannya tentang Pembelajaran Organisasi, Carol mengutip pendapat Schwandt yang mendefinisikan Pembelajaran Organisasi sebagai sebuah sistem tindakan, pelaku,