BUKU
PERENCANAAN PROGRAM DAN ANGGARAN
DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009
A. PENDAHULUAN
Departemen Agama mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keagamaan.
Dalam menyelenggarakan tugasnya, Departemen Agama menjalankan 5
fungsi dan 21 program, yaitu sebagai berikut :
1. Fungsi Pelayanan Umum, 6 program :
a. Program Penerapan Kepemerintahan yang baik
b. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
c. Program Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan
d. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia
e. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara
2. Fungsi Pariwisata dan Budaya, 1 program :
a. Program Pembinaan dan Peningkatan Partisipasi Pemuda
3. Fungsi Agama, 5 program :
a. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
b. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan dan
Pengembangan Nilai‐Nilai Keagamaan
c. Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama
d. Program Penelitian dan Pengembangan Agama
e. Program Pengembangan Lembaga‐Lembaga Sosial Keagamaan dan
Lembaga Pendidikan Agama
4. Fungsi Pendidikan, 8 program :
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini
b. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
c. Program Pendidikan Menengah
d. Program Pendidikan Non Formal
e. Program Pendidikan Tinggi
f. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
h. Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Keagamaan
Sesuai Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 Bab I Bagian
Ketiga Pasal 3, secara spesifik fungsi Departemen Agama dijelaskan sebagai
berikut:
1. Melakukan perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan
kebijakan teknis di bidang keagamaan
2. Melakukan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang keagamaan
3. Melakukan pengelolaan barang milik/kekayaan negara
4. Melakukan pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pembangunan
kehidupan beragama
5. Melakukan penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan
di bidang pelaksanaan tugas dan fungsi departemen kepada Presiden.
Memasuki Renstra 2010 ‐ 2014 diperkirakan pemerintah masih
menghadapi pertumbuhan ekonomi yang belum menggembirakan,
mengingat sektor riil, sektor pendidikan, sektor kesehatan dan sektor
pertambangan dan energi yang mempunyai korelasi langsung pada tingkat
kesejahteraan dan kualitas manusia Indonesia terkena dampak krisis ekonomi
global. Tahun 2009, Pemerintah masih akan memberlakukan kebijakan
penekanan pengeluaran terhadap government expenditure atau belanja
pemerintah. Kebijakan APBN 2009 tidak banyak mengalami perubahan
signifikan dari APBN 2008, kecuali untuk sektor pendidikan. Untuk sektor
pendidikan pemerintah berupaya memenuhi amanat Undang‐Undang Dasar
(amandemen) tentang penyediaan dana pendidikan sebesar minimal 20 %
dari APBN/APBD. Belanja pemerintah lainnya masih harus dicadangkan untuk
menutupi dampak bencana alam dan peningkatan hidup rakyat miskin,
mengatasi peningkatan jumlah pengangguran akibat krisis global ekonomi
serta menutup pembayaran hutang luar negeri. Oleh karena itu, secara
umum anggaran tahun 2009 kementerian/lembaga tidak banyak mengalami
peningkatan yang signifikan kecuali pada kementerian/lembaga yang
mengelola pendidikan.
Terhadap kebijakan pemerintah tentang alokasi kenaikan anggaran
pendidikan maka total anggaran Departemen Agama tahun 2009 mengalami
peningkatan signifikan yang semula sebesar Rp. 16.213.583.514.000,‐ (2008)
menjadi Rp 26.656.600.559.000,‐.(2009) atau naik 64,41 %. Data time series
anggaran Departemen Agama per tahun sejak tahun 2000 – 2009 terjadi
peningkatan yang signifikan sebagaimana terlihat dalam grafik 1 di bawah.
Kenaikan anggaran sebagaimana tersebut, atas perjuangan dan bantuan
Daerah terutama dalam membantu tersedianya bahan/data untuk
penyusunan program, anggaran dan kegiatan Departemen Agama. Grafik 1
Perkembangan Anggaran Departemen Agama Tahun 2000 – 2010
*) Pagu Definitif Depag 2008 Rp. 17.593.070.897.000,- dirubah dengan SE Menkeu Nomor : SE-375/MK.02/2008 menjadi Rp. 16.213.583.514.000,-
**) Ada tambahan anggaran Depag Tahun 2008 sebesar Rp. 25.000.000.000 yang bersumber dari bagian anggaran 69 untuk Program Pendidikan Tinggi
***) Pagu Definitif Depag 2009 sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan No. SE-1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2009.
****) Anggaran tahun 2010 adalah proyeksi usulan anggaran
Tabel 1
Perbandingan APBN-P Departemen Agama Tahun 2008 Dengan Tahun 2009
Tabel 2
Struktur Anggaran Departemen Agama Tahun 2008 dan Tahun 2009
NO. JENIS PENGELUARAN APBN-P 2008 *) APBN 2009 +/(-) 08-09
1. Belanja Pegawai Mengikat 7.852.144.605.000 10.138.048.843.000 29,11% 2. Belanja Barang Mengikat 1.425.103.296.000 1.744.427.719.000 22,41% a. Belanja barang Operasional (0002) 623.624.487.000 639.955.902.000 2,62% b. Belanja barang Tupoksi (0003) 801.478.809.000 1.104.471.817.000 37,80% 3. Prioritas RKP 5.124.087.421.000 12.650.402.192.000 146,88% 4. P/HLN 719.473.911.000 497.352.000.000 (30,87%) 5. Pendamping P/HLN 107.318.834.000 (100,00%) 6. PNBP dan BLU 274.799.674.000 404.569.752.000 47,22% 7. Prioritas Depag 710.655.773.000 1.221.800.053.000 71,93% JUMLAH 16.213.583.514.000 26.656.600.559.000 64,41%
*) APBN-P Tahun 2008 adalah sebesar Rp. 15.989.619.003.000 dan luncuran P/HLN sebesar Rp. 223.964.511.000,- sehingga total anggaran tahun 2008 adalah Rp. 16.213.583.514.000,-
Dengan memperhatikan perkembangan data time series pada grafik 1
dan tabel 1 tentang Perbandingan Anggaran Depag Tahun 2008 : 2009
seperti tersebut di atas, jika dikaji lebih jauh, penyebab kenaikan anggaran
Departemen Agama itu sangat dipengaruhi antara lain oleh 2 hal berikut:
1. Upaya pemerintah dalam memenuhi amanat UUD 1945 yang telah
diamandemen. Undang‐Undang menyebutkan bahwa anggaran belanja
pendidikan sekurang‐kurangnya 20% dari total APBN dan APBD. Hal ini
menyebabkan anggaran Fungsi Pendidikan yang berada dalam
komponen biaya APBN Departemen Agama ikut terbawa naik.
2. Adanya kenaikan komponen belanja pegawai. Departemen Agama
mempunyai jumlah pegawai yang begitu besar di antara 74
kementerian/lembaga. Data kekuatan pegawai Tahun 2007 berjumlah
201.009 pegawai yang tersebar di 33 propinsi, dari tingkat kecamatan
sampai dengan tingkat pusat. Kenaikan gaji PNS sebesar 15 %
mempengaruhi secara signifikan kenaikan angka kebutuhan belanja
pegawai Departemen Agama secara keseluruhan.
Pendekatan strategi dan kebijakan Departemen Agama dalam
penyusunan kebutuhan anggaran menggunakan pendekatan strategi
kebutuhan fungsi yaitu Pendekatan Fungsi Pendidikan dan Fungsi Agama.
Kebutuhan kedua fungsi ini tetap terus disampaikan Departemen Agama
kepada Pemerintah melalui Bappenas, Departemen Keuangan, DPR, praktisi‐
praktisi dan tokoh masyarakat untuk meyakinkan Pemerintah bahwa
2009 ‐ 2014, mengingat beban Departemen Agama dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya di era globalisasi ini cukup berat, sehingga korelasi
terhadap isu‐isu strategis pembangunan pemerintahan dewasa ini
sebagaimana disebutkan di atas bagi Departemen Agama perlu mendapat
perhatian khusus. Kedua pendekatan ini merupakan kunci keberhasilan (Key
to Sucsess) Departemen Agama dalam hal peningkatan jumlah anggaran di
samping peran serta seluruh satuan organisasi di lingkungan Departemen
pusat dan daerah dalam menyediakan data pendukung perencanaan.
Korelasi permasalahan mendasar bagi jajaran Departemen Agama
untuk pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagaimana tersebut di
bawah ini dengan menentukan langkah‐langkah progresif yang berkelanjutan.
Korelasi penjabaran permasalahan mendasar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Penanggulangan dampak negatif globalisasi, modernisasi dan reformasi
2. Internalisasi nilai‐nilai demokrasi dan HAM
3. Indikator pembangunan bidang agama
4. Peningkatan pelayanan peribadatan
5. Perluasan wawasan dan peningkatan pendalaman keagamaan
6. Pengembangan data dan informasi kegamaan
7. Pemantapan hubungan dan kerukunan antar umat beragama
8. Pemberdayaan dan peningkatan peran tempat ibadah dan lembaga
keagamaan
9. Peningkatan mutu pendidikan agama dan keagamaan
10. Peningkatan sarana keagamaan
11. Peningkatan kualitas keluarga sakinah / sukinah / hita sukaya, bahagia
dan masyarakat madani
12. Pemberdayaan umat melalui mobilisasi potensi zakat, wakaf produktif
dan dana keagamaan lainnya
13. Peningkatan fungsi budaya dan rekreasi bidang agama melalui program
pengembangan budaya dan rekreasi yang bernuansa religius
14. Penguatan kelembagaan, peningkatan pegarusutamaan gender dan
perlindungan anak.
B. DASAR HUKUM
1. UUD 1945 yang telah diamandemen;
2. UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik;
5. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
6. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
7. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah;
8. UU No. 13 Tahun 2006 tentang APBN;
9. UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN 2008.
10. UU No. 16 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang‐Undang Nomor 45
Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008.
11. UU No. 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun 2009.
12. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;
13. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RKA‐KL;
14. PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
15. PP Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan
16. Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan e‐Government;
17. Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan
Koordinasi Lintas Sektoral
18. Permenkeu No.571/KMK.06/2004 tentang Juknis Penyelesaian DIPA;
19. Permenkeu No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi & Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat;
20. KMA No. 116 Tahun 1995 tentang Sistem Perencanaan Departemen Agama;
21. PMA No. 32 Tahun 2005 tentang Renstra Departemen Agama;
22. PMA No. 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Agama;
23. PMA No. 8 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi Departemen Agama.
24. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐790/MK.02/2007 Tanggal 30
Oktober 2007 tentang Pagu Definitif Kementerian/Lembaga Tahun 2008;
25. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐375/MK.02/2007 Tanggal 11
April 2008 tentang Perubahan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga
dalam APBN‐P Tahun 2008;
26. SEB Menteri Negara PPN / Ka BAPPENAS dan Menteri Keuangan Nomor
0081/M.PPN/04/2008 dan Nomor: SE.357/MK/2008 tanggal 4 April 2008
tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga Tahun 2009.
27. SE Menkeu nomor SE‐1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober 2008 tentang
Pagu Definitif Kementerian/Lembaga Tahun 2009.
C. VISI, MISI, TUGAS DAN FUNGSI DEPARTEMEN AGAMA
Peraturan Menteri Agama No. 8 Tahun 2006 tentang Visi dan Misi
Departemen Agama dan Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama menjelaskan:
1. Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera, dan
cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
2. Misi
• Meningkatkan kualitas bimbingan, pemahaman, pengamalan, dan
pelayanan kehidupan beragama
• Meningkatkan penghayatan moral dan etika keagamaan
• Meningkatkan kualitas pendidikan umat beragama
• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji
• Memberdayakan umat beragama dan lembaga keagamaan
• Memperkokoh kerukunan umat beragama
• Mengembangkan keselarasan pemahaman keagamaan dengan wawasan
kebangsaan Indonesia
3. Tugas
Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan
di bidang keagamaan
4. Fungsi
• Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan
teknis di bidang keagamaan
• Pelaksanaan urusan pemerintah di bidang keagamaan
• Pengelolaan barang milik/kekayaan negara
• Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang pembinaan kehidupan
keagamaan
• Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang
pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen kepada Presiden.
Sebagaimana pada umumnya tipe organisasi departemen/lembaga
Selain tujuan pembangunan bidang agama sebagaimana yang telah
ditetapkan pada Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2005 tentang
Rencana Strategis (Renstra) Departemen Agama 2005 – 2009, dalam
menghadapi tugas‐tugas pembangunan yang semakin kompleks dewasa ini,
Departemen Agama diharapkan harus mampu menciptakan sesuatu yang
mempunyai Nilai Tambah (Value Added) dalam mengisi tugas‐tugas
pembangunan di setiap lini, baik pada tingkat pusat maupun jajaran tingkat
daerah. Departemen Agama harus mampu meningkatkan kinerja dan
profesionalisme serta dapat membangkitkan etos kerja yang bernuansa
agama.
Guna meningkatkan nilai tambah dari tugas dan fungsi Departemen
Agama dalam melaksanakan pembangunan bidang keagamaan dimaksud
maka setiap lini di satuan organisasi harus mampu mendayagunakan seluruh
assset atau kekuatan yang dimiliki untuk menangkap peluang yang ada
dengan cara menggali potensi‐potensi terpendam yang dimiliki, menciptakan
terobosan kegiatan strategis internal Departemen Agama dan lintas sektoral
dalam rangka melebarkan sayap mengambil manfaat melalui peningkatan
kooordinasi lintas sektoral antara lain sebagaimana ditegaskan dalam
Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 tentang peningkatan
koordinasi lintas sektoral. Salah satu contoh diketahui bahwa nilai tambah
pegawai Departemen Agama, mereka harus mampu memupuk, membina
dan meningkatkan kadar iman sumber daya aparatur dalam bekerja. Bila
kadar iman sumber daya aparatur tersebut sudah baik maka dalam
pelaksanaan pekerjaannya dapat menghindari hal‐hal yang bersifat destruktif
(merusak) seperti KKN atau menghindari inefisiensi terhadap aset negara.
Demikian pula pada siswa di madrasah atau pondok pesantren, selain mereka
menerima materi yang bersifat nasional (umum) sesuai yang digariskan
dalam Undang‐Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, mereka juga mampu mengaktualisasikan nilai‐nilai agama dalam
pembangunan dan seterusnya. Seluruh lini aparatur Departemen Agama
harus mampu memanfaatkan peluang untuk mengisi pembangunan manusia
yang berkelanjutan dan beriman.
Secara umum cakupan lingkup tugas dan fungsi Departemen Agama
itu memang cukup besar. Bila permasalahan publik bangsa ini dikorelasikan
dengan permasalahan tugas dan fungsi yang ada di Departemen Agama dan
dilihat dari faktor Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat)
maka secara spesifik terdapat 3 tantangan kondisi bagi Departemen Agama.
1. Tantangan Kondisi Lingkungan Global
Sejak ditetapkan UU No. 45 Tahun 2007 tentang APBN tahun
2008, telah terjadi perubahan dan perkembangan yang sangat berarti
pada faktor internal maupun eksternal dan berdampak signifikan pada
indikator ekonomi makro yang menjadi dasar perhitungan APBN tahun
2008 tersebut. Asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8 % turun menjadi 6,4
%, inflasi 6 % menjadi naik 6,5 %, nilai tukar rupiah Rp. 9.100,‐ per US$
naik dalam kisaran mencapai Rp 12.000,‐ per US$, asumsi harga minyak
mentah Indonesia (ICP) US$ 60,0 per barel berubah menjadi US$ 95,0 per
barel. Berdasarkan angka perubahan tersebut di atas maka perlu
dilakukan penyesuaian terhadap APBN 2008 dan ditetapkan dengan
Undang‐Undang Nomor 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang‐
Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008.
2. Tantangan Kondisi Lingkungan Nasional
Tugas dan fungsi Departemen Agama mempunyai korelasi
langsung dengan kepentingan publik, dimana situasi dan kondisi publik
khususnya pada tubuh pemerintahan saat ini tengah menghadapi
berbagai permasalahan internal dan mendasar. Dampak dari
permasalahan semua itu akan menjadi beban bagi pelaksanaan tugas
dan fungsi Departemen Agama. Diperkirakan, beban sebagaimana
tersebut akan berlangsung sampai 2014. Permasalahan yang mendasar
pada bangsa ini dan mau tidak mau turut menjadi perhatian bagi
Departemen Agama antara lain :
a. Kondisi ekonomi yang belum mapan mengakibatkan menurunnya
tingkat kesejahteraan rakyat dan munculnya berbagai masalah sosial
mendasar seperti pengangguran dan kemiskinan, kondisi politik yang
tidak stabil dan konflik sosial di berbagai daerah, kemudian
ditambah juga dengan berbagai bencana alam.
b. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang ditandai antara lain
dengan rendahnya hasil‐hasil pendidikan yang belum mampu
memenuhi hak‐hak dasar warga negara, masih tingginya angka buta
aksara dan disparitas tingkat pendidikan kelompok mampu dan
penduduk miskin kota dan desa.
c. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat yag masih rendah,
tercermin dengan masih tingginya angka kematian bayi, kematian
d. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan kuantitas penduduk,
kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan
remaja akan hak‐hak reproduksi, masih tingginya usia kawin muda
dan kurangnya penyuluhan agama terhadap calon pengantin.
e. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan, disamping
masih adanya berbagai bentuk praktek diskriminasi terhadap
perempuan dan terjadinya kesenjangan partisipasi politik kaum
perempuan yang bersumber dari ketimpangan struktur sosio‐
kultural masyarakat.
f. Munculnya konflik kepentingan antara ekonomi sumber daya alam
(pertambangan, kehutanan) dengan lingkungan yang diakibatkan
adanya kebijakan yang cenderung berpihak terhadap kegiatan
eksploitasi sumber daya alam dan berakibat lemahnya kelembagaan
pengelolaan dan penegakan hukum.
g. Kesenjangan pembangunan antar daerah yang masih lebar terutama
antara Jawa – luar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI) –
Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta antara kota – desa.
h. Terbatasnya kemampuan pemerintah dalam pembangunan
infrastruktur terutama pada daerah‐daerah terpencil termasuk
melakukan rehabilitasi terhadap kondisi infrastruktur yang telah
rusak.
3. Tantangan Kondisi internal Departemen Agama
Di lingkungan internal Departemen Agama, masih banyak faktor yang
harus dibenahi agar pembangunan bidang agama dapat mencapai
sasaran sesuai yang ditetapkan. Di bidang sumber daya manusia,
sebagian pegawai Departemen Agama belum dapat melaksanakan
tugasnya masing‐masing. Kelemahan tersebut terjadi antara lain karena
rekrutmen pegawai belum berjalan sesuai tuntutan paradigma baru yang
berkembang dan belum berdasarkan analisis jabatan yang cermat.
Penempatan pegawai yang tidak sesuai dengan skill yang dimiliki (the
right man on the wrong place) menyebabkan pegawai tidak cakap dalam
menyelesaikan tugasnya.
Selain lemahnya kualitas sumber daya manusia pegawai Departemen
Agama, dari segi kuantitas pegawai memang besar tetapi ternyata
besaran tersebut belum sesuai kebutuhan, sebagai contoh; kebutuhan
jumlah tenaga guru masih kurang. Tenaga guru untuk Madrasah
Ibtidaiyah, Tsanawiyah maupun Aliyah sejauh ini dirasakan belum
perlu ditambah. Kondisi yang sama juga dialami oleh dunia pendidikan
Kristen, Katolik, Hindu maupun Buddha. Walaupun setiap tahun
pengangkatan tenaga guru diutamakan, utamanya pengangkatan tenaga
guru honorer yang mengalami hambatan. Jumlah guru honorer yang
diangkat jauh dari yang diusulkan. Hal ini tentunya berpengaruh
terhadap mutu pendidikan anak serta mentalitas bangsa. Dari sisi lain,
permasalahan di bidang pendidikian terjadi karena distribusi atau
penyebaran tenaga administrasi kurang merata. Oleh karena itu, selain
perlunya peninjauan penyebaran tenaga administrasi, juga perlu usaha
untuk peningkatan tenaga administasi menjadi pegawai fungsional atau
sebaliknya membatasi tenaga fungsional yang akan beralih profesi ke
tenaga administrasi.
Minimnya jumlah sumber daya manusia yang melayani bidang sosial
keagamaan juga dapat dilihat pada kurangnya jumlah tenaga penyuluh
keagamaan. Padahal, di beberapa daerah terpencil dimana sarana
pendidikan agama dan keagamaan sangat terbatas, maka peran tenaga
penyuluh sangat signifikan dalam memberikan bimbingan keagamaan.
Sementara, kebijakan pembinaan kepegawaian terhadap tenaga
penyuluh yang sudah ada juga tidak mendorong terbangunnya etos
kerja. Sebagian tenaga penyuluh yang ada masih berstatus honorer dan
jumlah honor penyuluh yang mereka terima sangat kecil dan masih jauh
dari kelayakan standar upah minimum regional, sehingga
penghasilannya sangat tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Secara
manusiawi, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
sebagai penyuluh agama. Data Penyuluh Agama PNS (Pinmas 2005)
berjumlah 13.765 terdiri : Islam 2.137, Kristen 4.858, Katolik 2.547, Hindu
1.145 dan Buddha 3.078. Sementara jumlah Penyuluh Agama Non PNS
pada kegiatan prioritas RKP Departemen Agama tahun 2008 berjumlah
90.510 orang dengan honor per bulan hanya Rp. 100.000,‐.
Sementara itu jumlah umat beragama yang dilayani terus
berkembang sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus
bertambah. Jumlah pemeluk agama sampai tahun 2005 berdasarkan
data statistik yang diterbitkan BPS tahun 2005 berjumlah 213.375.287
jiwa, dengan rincian: pemeluk agama Islam 189.014.015 (88,58% ),
pemeluk agama Kristen 12.356.404 (5,79%), pemeluk agama Katolik
6.558.541 (3,07%), pemeluk agama Hindu 3.697.971 (1,73%), pemeluk
gambaran data tesebut, dilihat dari satu sisi sebagai subjek
pembangunan adalah merupakan potensi yang dapat digerakkan untuk
kemajuan pembangunan bangsa, namun dari sisi sebagai objek
pembangunan, bahwa kondisi bangsa kita itu sangat plural sehingga
memerlukan kearifan dalam penetapan kebijakan‐kebijakan termasuk
kebijakan pada sektor agama.
Tabel 3
Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005
N o A g a m a J u m l a h P e n d u d u k % 1 I s l a m 1 8 9 . 0 1 4 . 0 1 5 8 8 , 5 8 2 K r i s t e n 1 2 . 3 5 6 . 4 0 4 5 , 7 9 3 K a t h o l i k 6 . 5 5 8 . 5 4 1 3 , 0 7 4 H i n d u 3 . 6 9 7 . 9 7 1 1 , 7 3 5 B u d h a 1 . 2 9 9 . 5 6 5 0 , 6 1 6 K o n g H u C u 2 0 5 . 7 5 7 0 , 1 0 7 L a i n n y a 2 4 3 . 0 3 4 0 , 1 1 2 1 3 . 3 7 5 . 2 8 7 1 0 0 J u m l a h Sumber BPS: SUPAS 2005
Cat: Sesuai hasil SUPAS Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 218.868.791 orang, namun yang tercatat dengan karakteristiknya hanya 213.375.287 orang.
Grafik 2
Tabel 4
Jumlah Penduduk per-Propinsi Menurut Agama Tahun 2005
Islam Katholik Protestan Hindu Budha Kong hu chu Lainnya
1
Nanggroe Aceh darussalam
2Sumatera Utara 8.358.192 451.977 2.615.014 12.243 243.382 3.655 4.524 11.688.987 3Sumatera Barat 4.455.251 38.308 59.178 715 604 1.608 146 4.555.810 4Riau 4.233.592 67.024 189.709 3.097 61.896 5.333 2.755 4.563.406 5Jambi 2.523.542 22.323 62.457 324 14.718 3.852 0 2.627.216 6Sumatera Selatan 6.620.135 34.954 44.736 36.126 30.393 1.064 237 6.767.645 7Bengkulu 1.515.510 5.421 17.562 6.727 1.066 0 0 1.546.286 8Lampung 6.779.663 63.975 70.833 152.715 36.882 176 328 7.104.572 9Bangka Belitung 898.293 15.012 11.638 682 72.849 44.354 0 1.042.828 10Kepulauan Riau 1.093.678 41.563 80.854 1.771 47.337 7.746 62 1.273.011 11DKI Jakarta 7.767.369 361.308 414.393 11.367 235.111 45.839 3.860 8.839.247 12Jawa Barat 38.034.636 292.367 472.996 23.165 51.948 11.739 124 38.886.975 13Jawa Tengah 30.978.227 331.017 502.334 22.923 48.047 7.451 6.115 31.896.114 14DI Yogyakarta 3.088.209 149.927 89.718 5.036 3.962 0 243 3.337.095 15Jawa Timur 35.280.993 263.526 369.227 92.875 40.919 5.578 4.989 36.058.107 16Banten 8.639.722 109.773 135.305 4.866 92.351 2.916 23.218 9.008.151 17Bali 394.691 14.220 33.968 2.926.887 7.551 614 161 3.378.092 18Nusa Tenggara Barat 4.072.265 8.362 6.410 57.879 24.618 161 0 4.169.695 19Nusa Tenggara Timur 367.495 2.312.817 1.463.969 1.558 1.520 1.228 94.595 4.243.182 20Kalimantan Barat 2.369.403 1.040.616 363.841 2.048 212.639 53.118 1.152 4.042.817 21Kalimantan Tengah 1.409.100 34.275 335.324 75.652 0 491 58.184 1.913.026 22Kalimantan Selatan 3.172.912 20.251 23.137 33.174 16.387 1.430 4.122 3.271.413 23Kalimantan Timur 2.416.490 130.179 269.643 12.662 9.200 1.819 881 2.840.874 24Sulawesi Utara 608.192 72.812 1.403.512 25.783 1.932 426 8.360 2.121.017 25Sulawesi Tengah 1.827.896 27.311 348.172 77.097 5.522 963 4.008 2.290.969 26Sulawesi Selatan 7.509.495 132.560 701.105 61.483 36.779 2.028 13.673 8.457.123 27Sulawesi Tenggara 1.871.779 24.061 25.901 38.061 677 218 0 1.960.697 28Gorontalo 902.133 1.599 10.425 5.239 544 75 0 920.015 29Sulawesi Barat 30Maluku 570.890 79.912 583.654 3.613 316 696 10.131 1.249.212 31Maluku Utara 661.722 11.285 208.270 347 95 148 0 881.867
32Irian Jaya Barat
33Papua 592.540 399.806 1.443.119 1.856 320 1.031 1.166 2.439.838 Total 189.014.015 6.558.541 12.356.404 3.697.971 1.299.565 205.757 243.034 213.375.287 Persentase 88,58% 3,07% 5,79% 1,73% 0,61% 0,10% 0,11% 100% Propinsi Agama Total No. Sumber BPS: SUPAS 2005
Cat: 1. Sesuai hasil SUPAS Tahun 2005 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 218.868.791 orang, namun yang tercatat dengan karakteristiknya hanya 213.375.287 orang.
2)Jumlah penduduk Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam belum termasuk (ada pendataan tersendiri setelah tsunami). Dimungkinkan setelah pendataan total jumlah penduduk akan bertambah
3) Sulawesi Barat masuk ke Sulawesi Selatan dan Irian Jaya Barat masuk ke Papua
Selain masalah kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di
Departemen Agama, sarana dan prasarana kantor masih banyak yang
memprihatinkan. Sebagai gambaran, Kantor Urusan Agama, khususnya di
luar Jawa, masih banyak yang belum memiliki kantor yang memadai,
apalagi dengan adanya pemekaran wilayah maka penambahan
gedung/kantor itu merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar‐tawar
masyarakat agamis. Masyarakat melaksanakan proses administrasi
pernikahan dan bahkan akad nikah banyak juga dilakukan di gedung balai
nikah. Jadi dilihat dari sisi kebutuhan, tugas dan fungsi Kantor
Departemen Agama Kecamatan merupakan ujung tombak pelayanan
Departemen Agama yang langsung dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat bawah.
Pelayanan terhadap jamaah haji sering kali dianggap sebagai
barometer pelayanan dari Departemen Agama, di samping itu
penyelenggaraan ibadah haji juga membawa nama baik dan martabat
bangsa. Namun setiap musim haji sering kali muncul permasalahan
karena terbatasnya sarana dan prasarana, pembinaan yang masih
terbatas dan pelayanan yang belum optimal.
Berbagai kondisi yang ada di lingkungan internal Departemen Agama
seperti tergambar di atas, menjadi satu tantangan agar pembangunan
bidang agama mampu meminimalisasi kekurangan dan kelemahan yang
ada serta mempertahankan potensi yang selama ini menjadi pendukung
bagi suksesnya pembangunan bidang agama. Oleh karenanya
peningkatan anggaran Departemen Agama fungsi agama sebagai salah
satu solusi peningkatan kinerja menjadi prioritas kebutuhan.
D. KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROGRAM DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009
Dalam rangka penyusunan program Departemen Agama tahun 2009
telah dilakukan upaya sinkronisasi program dan anggaran pada jajaran eselon
I, agar program Departemen Agama dapat lebih efisien dan memenuhi asas
kesinambungan dan saling berkait menuju pencapaian visi dan misi
Departemen Agama. Tahun 2009 Departemen Agama tetap memprioritaskan
penekanan kenaikan anggaran untuk fungsi pendidikan dan fungsi agama.
Melalui surat Menteri Agama Nomor: MA/28/2008 Tanggal 25
Februari 2008 perihal Usulan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga Departemen Agama Tahun 2009 yang ditujukan
kepada Menteri Negara/Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Ketua
Komisi VIII DPR, Menteri Agama menyampaikan Usulan Program dan
Anggaran Departemen Agama Tahun 2009 sebesar Rp. 30.403.987.778.000,‐
yang terdiri dari:
• Fungsi Pelayanan Umum Rp. 3.923.491.955.000,‐
• Fungsi Pariwisata dan Budaya Rp. 3.573.772.000,‐
• Fungsi Agama RP. 2.640.532.849.000,‐
• Fungsi Pendidikan Rp. 23.823.065.778.000,‐
• Fungsi Perlindungan Sosial RP. 13.323.434.000,‐
...………
Jumlah = Rp. 30.403.987.788.000,‐
Usulan tersebut disusun dengan memperhatikan program‐program
prioritas yang tertuang dalam:
¾ Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 ‐ 2009
¾ PMA No. 32 Tahun 2005 tentang Rencana Strategis Departemen Agama
Tahun 2005 – 2009
¾ UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ¾ UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
¾ Undang ‐ Undang Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Keagamaan
¾ Instruksi Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 tentang Peningkatan
Koordinasi Lintas Sektoral.
Selain memperhatikan Peraturan dan Undang‐Undang sebagaimana
tersebut di atas, juga memperhatikan:
¾ Hasil konsultasi pimpinan satuan kerja pusat, daerah dan unit
pelaksanan teknis di lingkungan Departemen Agama yang
diselenggarakan pada tanggal 18 – 21 Februari 2008 di Batam,
Kepulauan Riau.
¾ Hasil‐hasil rapat koordinasi secara intensif dengan unit‐unit terkait.
Dasar Kebijakan yang menjadi fokus utama dalam penyusunan anggaran
Departemen Agama Tahun 2009 adalah: ¾ RPJMN 2004‐2009
¾ RKP 2009
¾ Renstra Pendidikan Nasional 2005 ‐ 2009 ¾ Renstra Departemen Agama 2005 ‐ 2009
Bagan
Proses Penetapan Anggaran Departemen Agama Tahun 2009
Tambahan Anggaran Fungsi Pendidikan Rp.
6.585.000.000.000-SE Menkeu Nomor 6.585.000.000.000-SE-1615/MK.02/2008 Tgl 31/10/2008 Penghematan Anggaran
Rp. 651.602.983.000-
Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-1615/MK.02/2008 Tanggal 31 Oktober 2008
Pagu Definitif Dep. Agama Tahun 2009 Rp.
26.656.600.559.000-Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-852/MK.02/2008 tanggal 10 Juli 2008
Dep. Agama Mendapatkan Pagu Sementara Rp.
20.723.203.542.000,-Surat Edaran Bersama Meneg PPN/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan No. 0081/M.PPN/04/2008 dan
SE-357 /MK/2008 Tanggal 4 April 2008
Dep. Agama Tahun 2009 Mendapatkan Pagu Indikatif Rp.
19.926.813.900.000,-Surat MENAG No. MA/28/2008 tanggal 25 Februari 2008
DiusulkanRAPBN Dep. Agama Tahun 2009
30.403.987.788.000,-Anggaran Fungsi Pendidikan tahun 2009 mendapat kenaikan yang
signifikan sesuai dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan melalui Surat
Edaran Menteri Keuangan Nomor SE‐1615/MK.02/2008 tanggal 31 Oktober
2008 tentang Pagu Defiitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2009 maka
Departemen Agama memperoleh tambahan anggaran Fungsi Pendidikan
menjadi sebesar Rp. 23.275.200.008.000,‐, naik Rp. 10.416.672.507.000,‐
81% dari pagu Fungsi pendidikan APBN‐P 2008. Sesuai Surat Edaran Menteri
Keuangan Tahun 2008 sebagaimana tersebut di atas total APBN 2009 untuk
Departemen Agama adalah Rp. 26.656.600.559.000,‐. Angka tersebut naik
64,41 % dari APBN‐P tahun 2008 yaitu Rp. 16.213.583.514.000,‐. Tabel 5
Perbandingan Usulan Anggaran Departemen Agama Dengan Pagu Definitif Departemen Agama Tahun 2009
Catatan:
1) Usulan Anggaran tahun 2009 melalui surat Menteri Agama Nomor:MA/28/2008 tanggal 25 Februari 2008 2) Pagu Definitif sesuai Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor : SE-1615/MK.02/2008 Tanggal 31 Oktober
2008
3) Pagu Definitif Fungsi Pendidikan tahun anggaran 2009 terdiri dari Anggaran belanja pegawai Rp.8.386.303.003.000,-, dan Belanja khusus/murni pendidikan Rp.
14.888.897.005.000,-I. PEMBANGUNAN BIDANG AGAMA
a. Fungsi Agama
1) Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
(a) Meningkatnya kualitas pemahaman, penghayatan, dan
pengalaman ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, sehingga kualitas masyarakat dari sisi
rohani semakin baik. Upaya ini juga ditujukan pada anak peserta
didik di semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan, sehingga
pemahaman dan pengamalan ajaran agama dapat ditanamkan
sejak dini pada anak‐anak;
(b) Meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat dalam
memenuhi kewajiban membayar zakat, wakaf, infak, shodaqoh,
kolekte, dana punia, dan dana paramita dalam rangka
mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat;
(c) Meningkatnya kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi
seluruh lapisan masyarakat sehingga mereka dapat memperoleh
hak‐hak dasar dalam memeluk agamanya masing‐masing dan
beribadat sesuai agama dan kepercayaannya;
(d) Meningkatnya kualitas manajemen ibadah haji dengan sasaran
penghematan, pencegahan korupsi, dan peningkatan kualitas
pelayanan terhadap jemaah haji;
(e) Meningkatnya peran lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan keagamaan sebagai agen pembangunan dalam
rangka meningkatkan daya tahan masyarakat dalam menghadapi
berbagai krisis.
Penjabaran secara rinci kegiatan‐kegiatan dari Program Peningkatan
Kualitas Pelayanan dan Pemahaman Agama serta Kehidupan
Beragama adalah sebagai berikut :
(a) Pemberian bantuan untuk pembangunan dan rehabilitasi tempat
ibadah dan pengembangan perpustakaan tempat peribadatan,
sertifikasi tanah wakaf, tanah gereja, pura dan wihara serta hibah
dan bantuan kitab suci dan lektur keagamaan;
(b) Peningkatan pelayanan pembinaan keluarga sakinah
/sukinah/hita sukaya/ bahagia, peningkatan pelayanan nikah
melalui peningkatan kemampuan dan jangkauan petugas
pencatat nikah serta pembangunan dan rehabilitasi balai nikah
dan penasehatan perkawinan (KUA), pembinaan remaja usia
(c) Peningkatan fungsi dan peran tempat ibadah sebagai pusat
pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan
untuk pengembangan SDM dan pengembangan sosial
kemasyarakatan;
(d) Perbaikan sistem penyelenggaraan haji, peningkatan kualitas
pembinaan, pelayanan, perlindungan jamaah, efisiensi,
transparansi, dan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
penyelenggaraan ibadah haji;
(e) Peningkatan pembinaan jaminan produk halal dan pelatihan bagi
pelaku usaha, auditor, meningkatkan kerja sama instansi
pemerintah dan masyarakat dalam jaminan produk halal; dan
pemantapan landasan peraturan perundang‐undangan
pelayanan kehidupan beragama;
(f) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan zakat, wakaf, infak,
shodaqoh, kolekte, dana punia dan dana paramita serta ibadah
sosial lainnya;
(g) Pengembangan sistem informasi keagamaan;
(h) Peningkatan sarana dan tenaga teknis hisab rukyat.
2) Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, Pengamalan dan
Pengembangan Nilai‐Nilai Keagamaan
(a) Peningkatan kualitas melalui bantuan operasional; menyediakan
sarana dan prasarana penerangan dan bimbingan keagamaan;
pelatihan dan orientasi bagi penyuluh/da’i/mubaligh/juru
penerang/pemuka agama; serta pemberian bantuan paket
dakwah untuk daerah tertinggal, terpencil, perbatasan, pasca
konflik dan bencana alam;
(b) Pemberian bantuan penyelenggaraan musabaqah tilawatil qur’an
(MTQ), Pesparawi, Utsawa Dharma Gita, Festival Seni Baca Kitab
Suci Agama Buddha dan kegiatan sejenis lainnya;
(c) Pembentukan jaringan dan kerjasama lintas sektor dengan tokoh
dan organisasi masyarakat untuk memberantas pornografi,
pornoaksi, praktik KKN, penyalahgunaan narkoba, perjudian,
prostitusi, dan berbagai jenis praktik asusila;
(d) Pemantapan landasan peraturan perundang‐undangan serta
pembuatan jaringan lintas sektoral penanggulangan pornografi
dan pornoaksi, praktek KKN, penyalahgunaan narkoba,
perjudian, prostitusi dan berbagai jenis praktek asusila.
3) Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama
Peningkatan kualitas kerukunan umat beragama ditekankan
pada 2 aspek, yakni kerukunan intern umat beragama dan
kerukunan antar umat beragama. Arah kebijakannya adalah :
(a) Peningkatan upaya menjaga keserasian sosial di dalam
kelompok‐kelompok keagamaan dengan memanfaatkan kearifan
lokal dalam rangka memperkuat hubungan sosial masyarakat.
(b) Pencegahan kemungkinan berkembangnya potensi konflik di
dalam masyarakat yang mengandung sentimen keagamaan
dengan mencermati secara responsif dan mengantisipasi secara
dini terjadinya konflik.
(c) Penyelesaian konflik yang berlatar belakang agama melalui
mekanisme resolusi konflik, dengan mengutamakan keadilan dan
persamaan hak untuk mendapatkan perdamaian hakiki.
(d) Pemulihan kondisi sosial dan psikologis masyarakat pasca konflik
melalui penyuluhan dan bimbingan keagamaan.
(e) Peningkatan kerjasama intern dan antar umat beragama di
bidang sosial ekonomi.
(f) Peningkatan wawasan multikultural di kalangan umat beragama.
Penjabaran secara rinci Program Peningkatan Kerukunan Umat
Beragama adalah sebagai berikut :
(a) Internalisasi ajaran agama dan sosialisasi wawasan multikultural
di kalangan umat beragama;
(b) Pembangunan hubungan antar umat beragama, majelis agama
dengan pemerintah melalui forum dialog dan temu ilmiah;
(c) Pendirian sekretariat bersama antar umat beragama di seluruh
provinsi dan penyediaan data kerukunan umat beragama;
peningkatan potensi kerukunan hidup umat beragama melalui
pemanfaatan budaya setempat dan partisipasi masyarakat
seperti kegiatan bedah kampung, perbaikan lembaga pendidikan
dan rumah ibadah; dan mendorong tumbuh kembangnya wadah‐
wadah kerukunan sebagai penggerak pembangunan;
(d) Silaturahmi/safari kerukunan umat beragama baik nasional
maupun di tingkat daerah/regional; Pembentukan Forum
Komunikasi Kerukunan Antarumat Beragama di tingkat provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan; melanjutkan pembentukan
jaringan komunikasi kerukunan antarumat beragama dan
dan silaturahmi antara pemuka agama, cendekiawan agama, dan
tokoh agama;
(e) Rekonsiliasi tokoh‐tokoh agama dan pembinaan umat beragama
di daerah pasca konflik; dan penyelenggaraan lomba kegiatan
keagamaan bernuansa kerukunan di daerah potensi konflik;
(f) Pengembangan wawasan multikultural bagi guru‐guru agama dan
peningkatan kualitas tenaga penyuluh kerukunan umat
beragama.
4) Program Penelitian dan Pengembangan Agama
(a) Pengkajian dan pengembangan dalam rangka peningkatan mutu
pembinaan dan partisipasi masyarakat untuk mendukung
peningkatan kualitas kehidupan beragama (pendidikan agama
dan keagamaan); pemberdayaan serta pemanfaatan lektur
keagamaan; dan melakukan tinjauan bagi antisipasi dampak
negatif modernisasi, globalisasi, dan perubahan sosial yang
semakin cepat dan kompleks;
(b) Identifikasi dan merumuskan indikator kinerja pembangunan
bidang agama; bidang pendidikan agama dan keagamaan;
(c) Peningkatan kreativitas masyarakat untuk menghasilkan karya
ilmiah dan karya tulis di bidang keagamaan;
(d) Kajian terhadap peraturan tentang kehidupan umat beragama
dan rancangan undang‐undang kerukunan hidup umat
beragama;
(e) Penelitian, kajian, dan pemetaan konflik sosial keagamaan;
(f) Pengembangan hasil‐hasil penelitian dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan kehidupan beragama.
5) Program Pengembangan Lembaga ‐ Lembaga Sosial Keagamaan dan
Lembaga Pendidikan Keagamaan
(a) Pemberdayaan lembaga‐lembaga sosial keagamaan, seperti
organisasi keagamaan, LP2A, BKM, LPTQ, BP4, BAZ, LAZ, BWI,
pengelola dana sosial keagamaan melalui peningkatan program
dan pembangunan sarana serta kualitas tenaga pengelola
lembaga‐lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan;
(b) Pemberian bantuan untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan
lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan;
pendidikan keagamaan; dan block‐grant dalam pengembangan
manajemen lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan;
(c) Pembangunan jaringan kerja sama dan sistem informasi lembaga
sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan; dan
melakukan kunjungan belajar antar lembaga sosial keagamaan
dan lembaga pendidikan keagamaan;
(d) Pengkajian, penelitian, dan pengembangan mutu pembinaan
lembaga‐lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan
keagamaan.
Secara umum, jumlah anggaran untuk Fungsi Agama Tahun 2005 –
2009 bobotnya mengalami penurunan. Penurunan jumlah anggaran
Departemen Agama untuk Fungsi Agama ini dirasakan implikasinya sangat
berat bagi Departemen Agama terutama dalam pelaksanaan tugas dan
Fungsi Agama di era globalisasi dengan dinamika keterkaitan antar satu
masalah dengan lainnya. Oleh karena itu ke depan, anggaran Fungsi Agama
Departemen Agama menjadi prioritas untuk ditingkatkan.
Tabel 6
Prosentase Anggaran Fungsi Agama Departemen Agama
Jumlah % 2005 6.815.723.166.000 727.247.423.000 10,67 2006 11.063.180.370.000 1.324.572.962.000 11,97 2007 14.548.801.100.000 649.271.347.000 4,46 2008 16.213.583.514.000 791.107.099.000 4,88 2009 26.656.600.559.000 830.307.389.000 3,11
Anggaran Fungsi Agama
Tahun Anggaran
Departemen Agama
Berdasarkan data time series anggaran Departemen Agama Fungsi
Agama pada tabel di atas, total alokasi anggaran untuk Fungsi Agama
Departemen Agama dari tahun 2005 sampai tahun 2009 sebagai berikut :
Proporsi anggaran Fungsi Agama pada tahun 2005 adalah sebesar
10,67% dari total APBN Departemen Agama, kemudian proporsinya sedikit
meningkat pada tahun 2006 menjadi 11,97 %. Demikian pula nilai nominalnya
dari Rp. 727.247.423.000,‐ pada tahun 2005 menjadi Rp. 1.324.572.962.000,‐
pada tahun 2006. Namun pada tahun 2007, anggaran Fungsi Agama
mengalami penurunan drastis baik secara nominal maupun proporsinya,
yaitu dari Rp. 1.324.572.962.000,‐ pada tahun 2006 menjadi Rp.
649.271.347.000,‐ pada tahun 2007. Sedangkan proporsinya turun dari
11,97% pada tahun 2006 menjadi hanya 4,46% pada tahun 2007. Pada tahun
2008 Fungsi Agama sedikit naik kembali nilainya, dari Rp. 649.271.347.000,‐
atau 4,46% pada tahun 2007 menjadi Rp. 791.107.099.000‐ atau 4,88% pada
tahun 2008. Kemudian naik kembali nominalnya untuk tahun 2009 menjadi
Rp 830.307.389.000,‐ , namun secara persentase turun menjadi hanya 3,11%
dari total anggaran tahun 2009.
Kecilnya anggaran Departemen Agama untuk fungsi agama secara
mikro menjadi beban tersendiri bagi Departemen Agama dalam
melaksanakan tugas dan fungsi agama. Secara makro berimplikasi kepada
publik atau pemerintah yang belum mencerminkan keserasian, keselarasan
dan kebersamaan masyarakat dalam pemenuhan kehidupan beragama.
Faktor implikasi negatif dari kecilnya anggaran fungsi agama bukan mustahil
akan berbias semu terhadap kinerja Departemen Agama, padahal indikator
penilaian keberhasilan Departemen Agama dalam melaksanakan tugas dan
fungsi agama bukan hanya ditentukan oleh subyektivitas Departemen Agama
itu sendiri, melainkan banyak korelasi lain yang berhubungan satu dengan
lainnya (kementerian/lembaga satu dengan lainnya) keberhasilannya saling
ketergantungan. Oleh karena itu untuk tahun‐tahun berikutnya, anggaran
Departemen Agama untuk Fungsi Agama harus menjadi prioritas utama
untuk dapat ditingkatkan.
b. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan di lingkungan Departemen Agama diarahkan
kepada Peningkatan Kualitas Pendidikan Agama dan Keagamaan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pendidikan memainkan peranan penting dan strategis
dalam pembangunan peradaban bangsa ini. Pengalaman menunjukan bahwa
pendidikan memberi manfaat yang luas bagi kemajuan bangsa, mampu
melahirkan masyarakat terpelajar dan berakhlak mulia serta membangun
Berdasarkan Visi Pendidikan Nasional dalam Undang‐Undang Nomor
20 Tahun 2003, sebagai berikut ”Terwujudnya sistim pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua
warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas
sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah”.
Adapun Misi Pendidikan Nasional :
1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia;
2) Mambantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar;
3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral;
4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global;
5) Membedayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
6) Sesuai Renstra Departemen Agama 2004 – 2009 tujuan pendidikan
agama dan keagamaan adalah untuk membina pendidik menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia dan mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan nilai‐
nilai ajaran agama.
Sedangkan Visi Pendidikan Islam ”Terselenggaranya pelayanan
pendidikan Islam yang bermutu secara adil dan merata demi terwujudnya
insan Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta
berkeunggulan intelektual, moral dan spiritual”.
Selanjutnya untuk Misi Pendidikan Islam sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas sistem pendidikan Islam sebagai pranata sistem
pendidikan Nasional melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan
pendidikan berciri Islam di madrasah, pendidikan agama di sekolah dan
pendidikan agama di lembaga‐lembaga pendidikan keagamaan dan
2) Mengupayakan terwujudnya madrasah, lembaga‐lembaga pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren dan lembaga‐lembaga pendidikan
tinggi Islam sebagai lembaga‐lembaga pendidikan berbasis ilmu dan nilai‐
nilai agama yang berkeunggulan, berkualitas dan berdaya saing;
3) Memberdayakan lembaga‐lembaga pendidikan Islam pada semua jalur
dan jenjang pendidikan, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun
swasta melalui penguatan pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam proses
pembelajaran maupun menajemen pendidikan;
4) Meningkatkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah dan
memperkuat peran lembaga‐lembaga pendidikan Islam dalam
meningkatkan kerukunan umat beragama dan memperkokoh jati diri dan
watak bangsa.
Dengan meningkatnya jumlah anggaran Departemen Agama sebesar
Rp 26.656.600.559.000,‐ (64,41%) untuk tahun 2009 maka fokus peningkatan
pada anggaran pendidikan agama dan keagamaan juga meningkat.
Peningkatan anggaran untuk pendidikan agama dan keagamaan sebagaimana
dimaksud fokus sasarannya adalah untuk :
a) Pendidikan anak usia dini (PAUD);
b) Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan;
c) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan;
d) Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, maka lembaga
pendidikan seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah mendapat
perhatian untuk ditingkatkan;
e) Perguruan Tinggi Agama;
f) Pendidikan Agama Islam pada sekolah;
g) Pengawas pendidikan agama
Secara rinci, sesuai Renstra Pendidikan Islam Ditjen Pendis 2004 ‐
2009 dijelaskan bahwa Pendayagunaan anggaran pendidikan agama tahun
2009 diperuntukan bagi program :
1) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (a) Perluasan akses RA/BA,TPQ/TKQ
(b) Peningkatan capacity building
(c) Pemanfaatan teknologi informasi
2) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (a) Pendanaan biaya operasional wajar dikdas di MI dan MTs;
(b) Penyediaan sarana dan prasarana MI, MTs;
(c) Rekruitmen pendidik dan tenaga kependidikan MI, MTs;
(d) Perluasan akses pendidikan wajar dikdas pada jalur non formal di
lembaga‐lembaga pendidikan keagamaan (PP Salafiyah Ula,
Pendidikan Diniyah Dasar, Pendidikan Diniyah Menengah Pertama
dan Pondok Pesantren);
(e) Pengembangan kurikulum dan sarana pembelajaran MI, MTs di
lembaga‐lembaga pendidikan keagamaan dan Pondok Pesantren;
(f) Pengembangan pendidikan inklusif di MI, MTs;
(g) Pengembangan MI, MTs satu atap bagi daerah terpencil;
(h) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam tingkat nasional MI,
MTs;
(i) Peningkatan capacity building;
(j) Pemanfaatan teknologi informasi
3) Program Pendidikan Menengah
(a) Perluasan akses MA;
(b) Pengembangan MA internasional di setiap propinsi;
(c) Pengembangan kurikulum dan sarana pembelajaran MA, MA
Keagamaan dan Pendidikan Diniyah Menengah Atas;
(d) Pengembangan pendidikan inklusif di MA;
(e) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam tingkat nasional MA;
(f) Peningkatan capacity building;
(g) Pemanfaatan teknologi informasi
(h) Bantuan Pengembangan Pendidikan Keterampilan pada Madrasah
4) Program Pendidikan Non Formal
(a) Perluasan akses pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia > 15
tahun di lembaga‐lembaga pendidikan. keagamaan dan pontren;
(b) Pengembangan pendidikan kecakapan hidup di lembaga‐ pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren dan PTI;
(c) Pengembangan pondok pesantren unggulan;
(d) Peningkatan capacity building;
(e) Pemanfaatan teknologi informasi
5) Program Pendidikan Tinggi
(a) Perluasan akses PTI;
(c) Pengembangan IAIN dan STAIN sebagai pusat unggulan kajian Islam
internasional dan regional;
(d) Pengembangan budaya akademik di PTI;
(e) Pengembangan lembaga PTI sebagai pusat penelitian dan
pengembangan potensi masyarakat;
(f) Pengembangan sistem akreditasi PTI swasta;
(g) Peningkatan capacity building;
(h) Pemanfaatan teknologi informasi
6) Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(a) Sertifikasi pendidik Wajar Dikdas dan Dikmen di MI, MTs dan MA;
(b) Peningkatan kesejahteraan pendidik di lembaga‐lembaga pendidikan
keagamaan non formal;
(c) Pengembangan kompentensi pendidik dan tenaga kependidikan di
MI, MTs dan MA;
(d) Peningkatan capacity building;
(e) Pemanfaatan teknologi informasi
7) Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
(a) Perbaikan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan di
lembaga‐lembaga pendidikan keagamaan dan pondok pesantren;
(b) Peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat pengelola pendidikan
pusat dan daerah;
(c) Penataan regulasi pengelolaan pendidikan pusat dan daerah;
(d) Peningkatan capacity building;
(e) Pemanfaatan teknologi informasi;
(f) Survey pemetaan mutu pendidikan di lembaga‐ lembaga pendidikan
Islam;
(g) Pengembangan quality assurance system di lembaga‐lembaga
pendidikan agama Islam;
(h) Peningkatan capacity building;
(i) Pemanfaatan teknologi informasi;
(j) Penyelenggaraan koordinasi dan konsultasi rencana dan program
kerja pendidikan;
(k) Pengembangan sistem, prosedur dan standarisasi administrasi
pendukung pelayanan pendidikan;
(l) Peningkatan fungsi manajemen pelayanan pendidikan yang efesien
dan efektif.
8) Program Peningkatan Pendidikan Agama dan Keagamaan
(a) Pengembangan kualitas pendidikan agama dan keagamaan pada
sekolah dan lembaga pendidikan agama lainnya;
(b) Evaluasi hasil belajar;
(c) Pengembangan budaya keagamaan dalam sistem pendidikan Islam di
sekolah;
(d) Rekruitmen dan distribusi guru PAI di daerah terpencil;
(e) Pengembangan sistem pemantauan dan pengawasan PAI di sekolah;
(f) Peningkatan sarana pembelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah;
(g) Evaluasi hasil belajar pendidikan agama Islam di sekolah SD, SMP dan
SLTA;
(h) Peningkatan akses dan mutu pendidikan pada Diniyah Takmiliyah
(DT), Majelis Teklim (MT), pendidikan kesetaraan paket A, B dan C
pada pondok pesantren dan Ma’had Takhassus;
(i) Pengembangan Diniyah Takmiliyah (DT), Majelis Taklim (MT,
Pendidikan Al‐Qur’an dan pengajian kitab, Pendidikan kesetaraan
paket A, B dan C pada pondok pesantren dan Ma’had Takhassus;
(j) Pengembangan community college di lembaga‐lembaga pendidikan
keagamaan dan pondok pesantren;
(k) Peningkatan pemberdayaan dan kemandirian pengelolaan Pondok
Pesantren;
(l) Peningkatan kualitas pendidik agama di masyarakat.
Berikut ini ditampilkan prosentase anggaran Departemen Agama
khusus untuk fungsi pendidikan. Penampilan khusus anggaran pendidikan
dimaksudkan ini dengan tujuan untuk mengetahui secara jelas bahwa jumlah
anggaran pendidikan agama memang cukup besar, namun kumulatif besaran
anggaran pendidikan agama itu di dalamnya masih menjadi satu dengan
belanja pegawai. Oleh karena itu, untuk lebih jelasnya penyajiannya
dipisahkan sebagaimana tersebut pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7
Prosentase Anggaran Fungsi Pendidikan Departemen Agama
Tahun Jumlah Anggaran Depag Fungsi Pendidikan Prosentase
2003 5.414.676.400.000 2.095.565.600.000 38,7 2004 5.914.458.600.000 2.094.624.000.000 35,4 2005 6.815.723.166.000 3.284.974.469.000 48,2 2006 11.063.180.370.000 4.841.829.587.000 43,8 2007 14.548.801.100.000 6.692.149.532.000 46,0 2008 16.213.583.514.000 12.858.527.501.000 79,3 2009 26.656.600.559.000 23.275.200.008.000 87,3
II. PENAJAMAN PRIORITAS FUNGSI AGAMA TAHUN 2009
Penjamanan Program pada Fungsi Agama, diprioritaskan pada beberapa
kegiatan berikut:
(a) Pembangunan dan Rehabilitasi Sarana Prasarana Peribadatan
(b)Pembangunan Sarana Balai Nikah (KUA)
(c) Rehabilitasi Sarana Balai Nikah (KUA)
(d)Pelayanan Ibadah Haji
(e) Pembinaan Agama Islam
(f) Rehabilitasi Asrama Haji
(g) Operasional KUA
(h)Tunjangan Penyuluh Agama Non PNS
(i) Bantuan Operasional FKUB
(j) Pembangunan Sekber KUB Tk. Kabupaten/Kota
(k) Kegiatan Pemulihan Pasca Konflik
(l) Bantuan Pengembangan Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga
Pendidikan Keagamaan
III. PENAJAMAN PRIORITAS FUNGSI PENDIDIKAN TAHUN 2009
Dengan mengacu kepada Renstra Pendidikan Agama Departemen Agama
Tahun 2004 – 2009, maka penajaman anggaran Departemen Agama Tahun 2009
untuk Fungsi Pendidikan Agama, prioritasnya diperuntukkan kepada :
a. Penyediaan anggaran BOS :
1) BOS Madrasah Ibtidaiyah (MI)
2) BOS Salafiyah Ula (SD)
3) BOS Madrasah Tsanawiyah (MTs)
4) BOS Salafiyah Wustha (SMP)
5) BKM Madrasah Aliyah (MA)
b. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (RA, MI, Salaf. Ula,
MTs, Salaf. Wusta, MA, PTA, Pontren dan Madin) 1) Subsidi Tunjangan Fungsional Guru Non PNS
2) Tunjangan Profesi Guru non PNS
3) Tunjangan Khusus Guru (guru daerah terpencil dan perbatasan) 4) Percepatan Sertifikasi Guru
5) Percepatan Sertifikasi Dosen
6) Bantuan Peningkatan Kualifikasi Guru Program S1 7) Bantuan Peningkatan Kualifikasi Guru Program S2 8) Beasiswa Guru Program S1
9) Bantuan Peningkatan Kualifikasi Dosen Program S2/S3 10) Beasiswa Dosen Program S2
11) Beasiswa Dosen Program S3
12) Peningkatan Kompetensi Dosen (short course)
c. Peningkatan akses pendidikan untuk :
1) Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
2) Program Pendidikan Dasar (Beasiswa Siswa Miskin MI, MTs) 3) Program Pendidikan Menengah (Beasiswa Siswa Miskin MA) 4) Program Pendidikan Tinggi Agama
‐ Beasiswa Santri Teladan
‐ Beasiswa Mahasiswa Miskin
d. Bantuan Pendidikan Keagamaan :
1) TKQ/TPQ (Islam)
2) Majlis Taklim
3) Sekolah Minggu (Kristen)
4) Sekolah Gembira dan Seminari (Katolik)
5) Pasraman (Hindu)
6) Pabbaja Samanera (Buddha).
e. Pengadaan sarana dan prasarana : 1) RA/BA
2) Madrasah Ibtidaiyah
3) Program Wajar Dikdas Salafiyah Ula
4) Madrasah Tsanawiyah
5) Program Wajar Dikdas Salafiyah Wusta
6) Madrasah Aliyah
7) Perguruan Tinggi Agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha)
8) Pondok Pesantren
Tabel 8
Alokasi Anggaran Kegiatan Prioritas Tahun 2009 Rp. 13.638.228.454.000
NO FUNGSI/PROGRAM/KEGIATAN VOLUME HARGA
SATUAN
JUMLAH
(Rp.)
I FUNGSI AGAMA 369.913.000
A Program Pelayanan Kehidupan Beragama 228.120.000
1) Operasional KUA 5.025 unit 12.000 60.300.000 2) Rehabilitasi KUA 308 unit 90.000 27.720.000 3) Pelayanan Ibadah Haji & Umrah dan
Pengawasan Haji
210.000 jamaah 140.100.000 B Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan,
Pengamalan dan Pengembangan Nilai-nilai Keagamaan 108.612.000 1) Tunjangan Penyuluh Agama Non PNS 90.510 orang 1.200 108.612.000
C Program Kerukunan Umat Beragama 14.381.000
1) Bantuan Operasional FKUB
- Tingkat Propinsi 33 FKUB 30.000 990.000
- Tingkat Kabupaten/Kota 150 FKUB 25.000 3.750.000 2) Pembangunan Sekber KUB Tk.
Kabupaten/Kota
15 unit 300.000 4.500.000 3) Bantuan Kegiatan Pemulihan Pasca Konflik 33 lokasi 5.141.000
D Program Pengembangan Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan
18.800.000
1) Bantuan Pengembangan Lembaga Sosial Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Keagamaan
1 lbg 18.800.000
II FUNGSI PENDIDIKAN 13.268.315.454
1 Program Pendidikan Anak Usia Dini 33.100.000
1) Bantuan Pengembangan Alat dan Sumber Belajar RA/BA & Lembaga Pendidikan Keagamaan
100 lokasi 50.000 5.000.000 2) Pelatihan Kepala dan Guru RA/BA dan
Lembaga Pendidikan Keagamaan
2.000 orang 2.000 4.000.000 3) Bantuan Rehabilitasi Sarana dan Prasarana
Keagamaan
4) Pemberdayaan Pengelola RA/BA dan Lembaga Pendidikan Keagamaan
440 lokasi 40.000 17.600.000
2 Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun 6.698.748.593
1) Penyediaan BOS Jenjang Pendidikan Dasar
- Madrasah Ibtidaiyah 3.100.469 siswa
* Kota 455.525 siswa 400 182.210.000
* Kabupaten/Kota 2.644.944 siswa 397 1.050.042.768
- Salafiyah Ula 176.769 siswa
* Kota 10.691 siswa 400 4.276.400
* Kabupaten/Kota 166.078 siswa 397 65.932.966
- Madrasah Tsanawiyah 2.620.050 siswa
* Kota 329.994 siswa 575 189.746.550
* Kabupaten/Kota 2.290.056 siswa 570 1.305.331.920
- Salafiyah Wustha 389.007 siswa
* Kota 22.878 siswa 575 13.154.850
* Kabupaten/Kota 366.129 siswa 570 208.693.530
- Safeguarding
* Safeguarding BOS Kanwil (monitoring, rakor & Evaluasi)
33 keg 7.923.500
* Safeguarding BOS Kandepag (monitoring, rakor & Evaluasi)
440 keg 28.632.000
* Safeguarding BOS Pusat (pedoman, monitoring, rakor & Evaluasi)
1 keg 5.500.000
2) Beasiswa untuk siswa Miskin MI 640.000 siswa 360 230.400.000 3) Beasiswa untuk siswa Miskin MTs 540.000 siswa 720 388.800.000 4) Beasiswa Anak PNS Gol I, II dan Tamtama
TNI/POLRI
- MI 8.000 orang 250 2.000.000
- MTs 10.000 orang 350 3.500.000
5) Rehabilitasi Ruang Kelas MI reguler, Feeder
dan Pasca Bencana
- Rusak Berat 24.650 ruang 92.500 2.280.125.000 6) Rehabilitasi Ruang Kelas MTs reguler,
Feeder dan Pasca Bencana