• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Listyana Natalia R

INTISARI

Latar Belakang : Anak yang menjalani perawatan di rumah sakit rentan mengalami kecemasan terutama disebabkan karena perubahan fungsi anak, lingkungan fisik rumah sakit serta berbagai perawatan yang harus dijalani anak. Kecemasan dapat diatasi diantaranya dengan melakukan perilaku caring perawat. Hasil studi awal di RSUD Panembahan Senopati sampai November 2011 diketahui jumlah anak yang dirawat sebanyak 348 dan 50% diantaranya mengalami kecemasan.

Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah pasien anak usia sekolah yag dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan rata-rata 21 orang per bulan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan besar sampel sebanyak 39 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Maret- 18 Mei 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Spearman Rank.

Hasil: Perilaku caring perawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam kategori baik sebesar (71,8%). Tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak dalam kategori tidak cemas sebesar (66,7%). Hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi () sebesar 0,703 dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). (koefisien korelasi () sebesar 0,703).

Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Kata Kunci: Perilaku caring, tingkat kecemasan, anak usia sekolah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak merupakan sumber daya manusia suatu bangsa. Jika ditinjau dari proporsi penduduk, 40% dari total populasi adalah anak dan remaja berusia 0-16 tahun. Masalah kesehatan pada anak di negara-negara berkembang masih sedikit sekali diperhatikan, mengingat kondisi perekonomian yang belum stabil. Di Indonesia sendiri ini semakin memperburuk tingkat kesehatan

penduduk terutama pada populasi anak, mereka akan sangat rentan terhadap penyakit (Huriah, 2000). Menurut Fitri (2008) anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Berbagai upaya dilakukan orang tua untuk anak-anaknya. Kedua orang tua akan merasa senang bila dapat memenuhi kebutuhan anaknya, begitu juga sebaliknya, terutama masalah kesehatan. Orang tua

(2)

akan merasa panik dan stres jika anaknya mengalami masalah kesehatan. Orang tua tidak mengharapkan anaknya mengalami sakit, karena hal ini akan mengganggu atau mempengaruhi keadaan biologis, psikologis, sosisal serta ekonomi. Kesehatan anak tidak hanya dalam lingkup keluarga, tetapi juga menjadi perhatian pemerintah. Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui wawancara dengan kepala ruangan di ruang perawatan anak Bangsal Anggrek, didapatkan hasil bahwa 50 % anak usia sekolah yang baru pertama kali dirawat di rumah sakit menolak untuk mendapatkan tindakan medis yang dilakukan oleh petugas kesehatan rumah sakit. Anak juga ketakutan dan menangis ketika perawat memasuki ruangan tempat mereka dirawat sambil membawa alat-alat pengobatan dan juga menolak untuk diajak kerja sama dalam melakukan prosedur pengobatan. Selain itu juga dari hasil pengamatan, sebagian anak menolak ketika anak akan dibantu kebutuhannya oleh perawat, biasanya yang memenuhi kebutuhan anak adalah orang tua yang menemani anak saat itu. Dan didapatkan data bahwa jumlah pasien anak masuk pada Bangsal Anggrek bulan Januari sampai dengan bulan November 2011 sebanyak 348 orang anak. Dimana anak menjalani rawat inap di bangsal Anggrek RSUD Panembahan Senopati Bantul lebih dari 50 % ditunggui oleh orang tuanya. Dan dididapatkan hasil bahwa 50% anak usia sekolah yang dirawat mengalami cemas. Berdasarkan permasalah dan fenomena yang didapat, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu Bangsal Anggrek.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan oleh penulis diatas, dapat disusun rumusan masalah penelitian yaitu “Adakah hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul?” C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur perilaku caring perawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul. b. Untuk mengukur tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

b. Untuk menganalisa hubungan perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non eksperimen karena peneliti tidak memberikan perlakuan kepada subyek penelitian. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan cross sectional. Menurut Nursalam (2008) penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat dan tidak ada tindak lanjut. Pada penelitian ini peneliti menganalisa hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang

(3)

dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19 maret sampai dengan tanggal 18 mei 2012 di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul, yaitu Bangsal Anggrek. C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian dilaksanakan tanggal 19 maret sampai dengan 18 mei 2012 dengan jumlah pasien 39 orang anak.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2009).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling yaitu semua pasien anak usia usia sekolah (6-12 tahun ) yang memenuhi kriteria inklusi selama penelitian dilakukan. Kriteria inklusi pada penelitian ini antara lain:

a. Anak usia sekolah (6-12 tahun) yang pertama kali dirawat di rumah sakit

b. Dapat berkomunikasi dengan baik

c. Kondisi anak tidak dalam keadaan gawat dan sakit kronis

d. Dirawat minimal 3 hari e. Bersedia menjadi responden f. Dapat membaca dan menulis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN D. Hasil Penelitian

1.Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Rumah sakit berlokasi di Jl. Wahidin Sudiro Husodo No 14 Bantul. Ijin pendirian RSUD Panembahan Senopati Bantul berdasarkan surat No 445/9539/V.2 Tanggal 21 Desember 2009. Ijin penyelenggaraan berdasarkan surat No 445/1835/V.2 tanggal 22 Desember 2009.

Visi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat Kabupaten Bantul

dan sekitarnya. Misi RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah memberikan pelayanan prima, meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia, melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan, meningkatkan jalinan kerjasama dengan institusi terkait dan melengkapi sarana prasarana secara bertahap.

Pelayanan kesehatan yang ada diantaranya adalah rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat, laboratorium, radiologi, instalasi farmasi, nedah sentral, gizi dan pemulasaraan jenazah. Tenaga kesehatan yang ada di RSUD Panembahan Senopati Bantul yaitu dokter sebanyak 37 orang, paramedis sebanyak 190 orang. Dibantu tenaga struktural

(4)

sebanyak 21 orang, tenaga fungsional sebanyak 123 orang, tenaga non kesehatan 58 orang, tenaga kontrak 191 orang dan tenaga part time sebanyak 7 orang. Total perawat di Bangsal Anggrek sebanyak 20 orang yaitu 1 orang kepala ruangan, 19 perawat pelaksana(D3), perawat S1 1 orang. Rawat inap RSUD Panembahan Senopati Bantul terdiri dari 13 jenis yaitu edelwies (VVIP), wijaya kusuma dan mawar (VIP), nusa indah (Klas utama), isolasi, alamanda (nifas), anggrek (rawat anak), perinatal (rawat bayi risiko tinggi), bakung (rawat penyakit dalam), bougenvile (rawat penyakit dalam), flamboyan (rawat penyakit

dalam) dan melati (rawat kasus bedah). Penelitian ini difokuskan pada ruang perawatan anak yaitu di ruang anggrek (Profil RSUD Panembahan Senopati Bantul, 2011).

2.Deskripsi Karakteristik Responden

Responden penelitian ini adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Karakteristik responden diteliti berdasarkan umur, jenis kelamin, dan jenis penyakit. Hasil analisis deskriptif karakteristik responden penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Anak Usia Sekolah yang Dirawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Karakteristik Respoden Frekuensi Persentase (%) Usia 6-8 tahun 30 76,9 9-11 tahun 9 23,1 Jenis kelamin Laki-laki 18 46,2 Perempuan 21 53,8 Jenis Penyakit Asma 3 7,7 Abdominal 6 15,4 Tifus 5 12,8 ISPA 15 38,5 Anemia 1 2,6 Apendisitis 6 15,4 Febris 3 7,7 Jumlah 39 100,0

Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan Tabel 4.1, menunjukkan karakteristik berdasarkan umur responden diketahui sebagian besar responden berumur 6-8 tahun sebanyak 30 anak (76,9%), sisanya sejumlah 9 anak (23,1%) berumur 9-11 tahun. Karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, diketahui sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 anak (53,8%), sisanya sejumlah 18 anak (46,2%) berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik responden berdasarkan jenis penyakit

(5)

diketahui sebagian besar anak menderita sakit ISPA sejumlah 15 anak (38,5%).

3.Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu perilaku caring perawat dan kecemasan. Hasil analisis univariat variabel penelitian adalah sebagai berikut.

a. Perilaku Caring Perawat Perilaku caring perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul dikategorikan dalam skala ordinal menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Distribusi frekuensi data perilaku caring perawat dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Perilaku Caring Perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Perilaku Caring Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup 28 11 71,8 28,2 Jumlah 39 100,0

Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui sebagian besar responden mendapatkan perilaku caring kategori baik, yaitu sebanyak 28 anak (71,8%).

b. Kecemasan

Data tingkat kecemasan dikategorikan dalam skala ordinal dalam 5 kategori

menjadi tidak ada kecemasan, kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan kecemasan berat sekali/panik. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak di RSUD Panembahan Senopati Bantul dapat dilihat pada Tabel 4.3 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Dirawat di Ruang Perawatan Anak RSUD Panembahan Senopati Bantul

Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)

Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat 26 7 2 4 66,7 17,9 5,1 10,3 Jumlah 39 100,0

Sumber: Data primer diolah 2012 Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui sebagian besar responden tidak mengalami

kecemasan, yaitu sebanyak 26 anak (66,7%).

4.Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk pembuktian hipotesis penelitian, atau untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perilaku caring

perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

(6)

Tabel 4.4. Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Sekolah yang Dirawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul Perilaku caring Tingkat Kecemasan Tidak cemas Cemas ringan Cemas

sedang Cemas berat

Cemas

berat sekali Total

f % f % f f f % f % f % Baik Cukup 24 2 61, 55, 1 4 3 10, 37, 7 0 2 0,0 5,1 0 4 0,0 10, 3 0 0 0,0 0,0 28 11 71, 828 ,2 Total 26 66, 7 7 17, 9 2 5,1 4 10, 3 0 0,0 39 100 Sumber: Data primer diolah 2012

Dari Tabel 4.4, diketahui bahwa sebanyak 24 anak

(61,5%) anak yang

mendapatkan perilaku caring kategori baik, tidak mengalami kecemasan. Sedangkan sebagian besar anak yang mendapatkan perilaku caring kategori cukup, memiliki tingkat kecemasan pada kategori cemas berat sebanyak 4 orang (10,3%).

Pembuktian hipotesis untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2012 dilakukan dengan uji Spearman Rank. Hasil analisis korelasi Spearman Rank dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank

Hubungan Koefisien korelasi () p-value Perilaku caring perawat dengan

tingkat kecemasan anak 0,703 0,000

Sumber: Data primer diolah tahun 2012 Berdasarkan hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi () sebesar 0,703 dengan p value sebesar 0,000. Oleh karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), artinya ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul,

sehingga hipotesis penelitian ini diterima.

Nilai koefisien korelasi sebesar 0,703 berdasarkan intepretasi koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan kategori kuat. Artinya keeratan hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD

(7)

Panembahan Senopati Bantul, dalam kategori kuat.

B. Pembahasan 1. Perilaku Caring Perawat

Hasil penelitian menunjukkan perilaku caring perawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagaian besar dalam kategori baik sebesar 71,8%. Hasil ini dapat diartikan bahwa perawat telah menerapkan perilaku caring dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak. Perilaku caring menunjukkan bahwa perawat tidak hanya sekedar merawat anak tetapi juga memberikan bantuan, dorongan, dan perhatian serta kasih sayang kepada anak.

Perilaku merupakan aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang dapat dilihat secara langsung. Caring sendiri didefinisikan sebagai kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, antisipasi atau pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi individu atau kehidupan, Leininger dalam Nuryani (2011). Perilaku caring perawat merujuk pada aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan

bantuan, dukungan,

pemenuhan kebutuhan dan perhatian kepada pasien yang sedang menjalani perawatan.

Perilaku caring merupakan bagian dari

pelaksanaan asuhan

keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Perilaku caring perawat sangat dibutuhkan diantaranya dalam melakukan perawatan kepada anak.

Perawatan anak membutuhkan kemampuan dan keterampilan khusus agar anak dapat bersikap kooperatif dalam menjalani perawatan. Perilaku caring perawat dapat membantu mempercepat proses kesembuhan anak. Sesuai dengan Sitorus (2006) menyebutkan bahwa sikap care juga akan meningkatkan kepercayaan klien dan mengurangi kecemasan klien. Kedua hal tersebut dapat memperkuat mekanisme koping klien sehingga memaksimalkan proses penyembuhan.

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak

membutuhkan adanya

perlakuan yang lebih dari perawat. Hal ini disebabkan karena karakteristik anak masih bergantung kepada orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya, sulit untuk mengemukakan perasaan dan anak sudah mempunyai perasaan takut. Pada saat kondisi sakit anak cenderung akan mudah marah, rewel dan mengalami kecemasan apabila menjalani perawatan, sehingga membutuhkan penanganan yang ekstra. Sesuai dengan Nelson dalam Laily (2006) yang menyebutkan pada usia sekolah anak sudah mengalami perubahan emosi seperti timbulnya perasaan takut dan cemas karena kondisi sakit yang dialami dan ketika menjalani perawatan di rumah sakit.

Perilaku caring perawat di RSUD Panembahan Senopati

(8)

Bantul dalam kategori baik menunjukkan bahwa perawat telah melakukan komponen caring meliputi kesediaan menerima, membina hubungan dan kesediaan mendengarkan, Noddings dalam Wahyuni, (2009). Kesediaan menerima ditunjukkan dengan perilaku perawat yang bersedia terlibat dalam proses perawatan anak, memberikan kekuatan dan memberikan perhatian selama anak menjalani perawatan.

Membina hubungan

ditunjukkan perawat dengan kesediaan perawat untuk

menjalin hubungan,

berkomunikasi dengan baik, tidak memberikan jarak, menunjukkan kesabaran dan kepedulian dalam merawat anak. Kesediaan mendengarkan diwujudkan dalam bentuk

bertanggung jawab,

mendengarkan keluhan, tanggap dalam memenuhi permintaan anak selama perawatan.

Kemampuan perawat dalam berperilaku caring dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Semakin baik tingkat pendidikan perawat maka akan semakin baik penguasaan pengetahuan,

kompetensi dan

kemampuannya dalam

pelaksanaan asuhan

keperawatan.

Menurut data di lapangan diketahui sebagian besar perawat yang bertugas di RSUD Panembahan Senopati Bantul minimal berpendidikan D III keperawatan, sehingga telah mempunyai bekal pendidikan

yang memadai untuk menjalankan tugasnya dengan baik.

Pelaksanaan asuhan keperawatan anak akan lebih efektif apabila disertai perilaku caring. Perawat yang melakukan perilaku caring akan mampu menjalin hubungan baik dengan anak, memberikan perhatian secara emosional sehingga dapat meningkatkan rasa aman

dan menumbuhkan

kepercayaan. Hal ini akan berdampak pada terbentuknya rasa nyaman, senang dan kooperatif dalam menjalani perawatan sehingga akan berdampak pada proses kesembuhan anak. Didukung dengan pendapat yang

menyebutkan bahwa

lingkungan yang penuh caring sangat berpotensial untuk mendukung perkembangan seseorang dalam memilih yang terbaik untuk dirinya menurut Watson dalam Nuryani (2011). 2. Tingkat Kecemasan Anak

Hasil análisis menunjukkan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagaian besar dalam kategori tidak cemas sebesar 66,7%. Hasil ini dapat diartikan bahwa anak tidak mengalami kecemasan berkaitan dengan perawatan yang dijalani anak di rumah sakit. Hal ini terlihat dari tidak adanya gejala fisik maupun psikologis anak yang mengarah pada indikasi terjadinya kecemasan.

Kecemasan sendiri merupakan sebuah keadaan yang tidak menyenangkan

(9)

sebagai bentuk respon emosional yang disebabkan karena adanya ketakutan, kekhawatiran maupun ancaman. Stuart & Sundeen

(2007) menyebutkan

kecemasan adalah

kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan biasanya dapat diamati dari gejala yang terlihat dari perubahan fisiologis maupun perilaku sebagai upaya untuk melawan kecemasan.

Kecemasan dapat terjadi pada siapa saja tidak terbatas pada usia. Kecemasan bahkan dapat dialami oleh anak-anak. Pemicu kecemasan pada anak disebabkan pada proses perkembangannya anak sudah mampu merasakan rasa takut, cemas, khawatir terutama ketika menghadapi lingkungan yang baru. Kecemasan juga rentan dialami oleh anak ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Seperti yang dikemukakan oleh Supartini (2004) menyebutkan anak sering mengalami kecemasan pada saat sakit dan kecemasan pada anak semakin meningkat bila anak harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Proses perawatan di rumah sakit yang dijalani anak dapat menjadi faktor pemicu timbulnya kecemasan anak. Keadaan proses perawatan yang dapat memicu kecemasan diantaranya adalah ketakutan memasuki rumah sakit yang merupakan lingkungan baru bagi anak, dan berada dengan

orang-orang asing yang tidak dikenal anak. Kecemasan juga timbul karena anak harus berpisah dengan keluarga, teman dan lingkungan yang membuatnya nyaman. Anak juga sering mengalami kecemasan karena proses perawatan penyakit yang harus dijalaninya. Sesuai dengan Wong dalam Tampubolon (2007) yang menyebutkan kecemasan anak yang berada di rumah sakit akan muncul karena adanya tantangan-tantangan seperti mengatasi perpisahan, penyesuaian diri dengan lingkungan, dan pengalaman terapi yang menyakitkan.

Kecemasan yang dialami anak disebabkan karena anak tidak mampu mengatasi faktor pemicu kecemasan. Setiap

individu mempunyai

kemampuan koping yang berbeda dalam menghadapi faktor pemicu kecemasan. Sesuai dengan Suliswati (2005)

mengemukakan bahwa

kecemasan terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan diri untuk menghadapi ancaman. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kecemasan yang dialami oleh anak.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa anak yang menjalani perawatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul tidak mengalami kecemasan. Hal ini dapat diartikan bahwa anak-anak telah mampu menghadapi dan merasionalisasikan sumber atau faktor pemicu kecemasan. Reaksi pada proses perawatan

(10)

di rumah sakit sangat bergantung pada usia

perkembangan anak,

pengalaman yang pernah dialami sebelumnya, adanya dukungan serta kemampuan koping yang dimiliki anak.

Dilihat dari karakteristik anak diketahui sebagian besar anak berusia 6 – 8 tahun sebesar 76,9%. Anak usia

sekolah banyak

mengembangkan kemampuan interaksi sosial, belajar tentang moral dan budaya dari lingkungan selain keluarga. Anak sudah mulai mampu mengambil bagian dalam kelompok, belajar tentang nilai sosial dalam kelompok Supartini (2004). Pada rentang usia ini anak sudah dapat diajak berkomunikasi dan diberi pengertian sehingga dapat menurunkan berbagai

ketakutan maupun

kekhawatiran dalam menjalani perawatan di rumah sakit.

Berdasarkan jenis penyakit diketahui sebagian besar anak menderita ISPA sebesar 38,5%. Bentuk terapi dan penanganan terhadap penyakit yang diderita anak sering kali menjadi faktor yang dapat memicu timbulnya kecemasan. Tidak terjadinya kecemasan pada anak, disebabkan karena terapi pada penyakitnya tidak menakutkan untuk anak. Selain itu dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam melakukan pendekatan terhadap anak ketika melakukan terapi.

Tidak adanya kecemasan pada anak dipengaruhi juga

oleh faktor dukungan orang tua, dimana orang tua selalu memberikan pendampingan kepada anak selama proses perawatan. Orang tua mempunyai peran untuk menguatkan anak, memberikan dukungan dan serta perhatian pada anak. Orang tua juga berperan untuk memberikan rasa aman selama perawatan sehingga akan menurunkan kecemasan yang dirasakan. Didukung pendapat dari Friedman dalam Wahuni (2009) menyebutkan dukungan keluarga dalam bentuk sikap, perilaku yang bersifat mendukung, siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan akan menurunkan terjadinya kecemasan.

Keadaan anak yang tidak cemas akan lebih kooperatif dalam menjalani proses perawatan sehingga akan

mempercepat proses

kesembuhan. Anak yang mengalami kecemasan akan cenderung mengalami berbagai gangguan seperti gangguan

emosional maupun

psikomotorik yang akan berdampak pada proses perawatan yang dijalani oleh anak. Hasil penelitian ini berimplikasi sangat penting dilakukannya penanganan pada anak yang mengalami kecemasan dalam menjalani

proses perawatan

menggunakan metode yang tepat sesuai dengan karakteristik anak.

3. Hubungan Antara Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Anak yang Dirawat

(11)

di Ruang Perawatan Anak RSUD Panembahan Senopati Bantul

Hasil análisis

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul. Dibuktikan dengan hasil analisis Spearman Rank diperoleh nilai koefisien korelasi () sebesar 0,703 dengan p value sebesar 0,000 (p<0,05). Dapat diartikan bahwa perilaku caring perawat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penurunan kecemasan pada anak yang menjalani perawatan di rumah sakit.

Proses perawatan anak di rumah sakit membutuhkan adanya adanya pendekatan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring oleh perawat. Perilaku caring perawat akan membentuk pola hubungan yang membuat anak dan perawat dapat berinteraksi dengan nyaman, memberikan kesempatan perawat untuk membagi pengetahuan dan informasi tentang proses perawatan yang dijalani sehingga anak merasa diperhatikan walaupun ia dalam keadaan sakit . Sikap caring juga

akan meningkatkan

kepercayaaan anak terhadap perawat. Didukung pendapat dari Sitorus (2006) menyebutkan pada umumnya klien merasa cemas saat kontak dengan perawat, sehingga sikap perawat yang memperhatikan,

mau membantu dan

menghargai klien akan membantu mengurangi kecemasan klien. Sikap caring juga akan menigkatkan kepercayaan klien terhadap perawat.

Hasil tabulasi silang penelitian ini diketahui sebagian besar anak yang mendapatkan perilaku caring kategori baik, tidak mengalami kecemasan dengan persentase (61,5%). Sedangkan sebagian besar anak yang mendapatkan perilaku caring kategori cukup, memiliki tingkat kecemasan pada kategori cemas berat dengan persentase (10,3%). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik perilaku caring yang diperoleh anak, maka akan

semakin menurunkan

kecemasan pada anak dengan keeratan hubungan kategori kuat. Diartikan perilaku caring memberikan kontribusi yang tinggi terhadap penurunan kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit.

Perawat merupakan petugas yang memberikan penanganan dan perawatan secara langsung kepada anak selama proses perawatan. Perilaku perawatan yang dilakukan oleh perawat sangat berpengaruh terhadap keadaan anak. Asuhan keperawatan yang didukung dengan penguasaan terhadap keterampilan intelektual, teknikal disertai dengan kepedulian sosial dan pendekatan interpersonal yang merupakan cerminan dari perilaku caring akan mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan secara

(12)

maksimal. Dampak nyata yang dirasakan anak adalah menurunnya kecemasan yang dirasakan karena anak merasa diperhatikan, diberi dukungan, diberi informasi yang jelas tentang tindakan perawatan yang dilakukan serta merasa aman dalam menjalani perawatan.

Hal ini didukung juga

dengan teori yang

menyebutkan perilaku caring merupakan media untuk

memberikan asuhan

keperawatan kepada klien yang

dapat membantu

menghilangkan kecemasan dan kegelisahan sehingga anak merasa nyaman dalam menjalani perawatan (Roach dalam Nuryani, 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perilaku caring perawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar dalam kategori baik.

2. Tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar dalam kategori tidak cemas.

3. Ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul.

4. Keeratan hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Panembahan Senopati Bantul dalam kategori kuat. B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Bagi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Meningkatkan pelayanan terutama dalam penanganan kecemasan di ruang perawatan anak dengan mempertahankan perilaku caring perawat yang sudah baik di unit pelayanan anak, menciptakan suasana yang menyenangkan, membuat setting ruangan yang ceria sehingga dapat menurunkan kecemasan pada anak yang menjalani perawatan.

2. Bagi Perawat

Melakukan perilaku caring dalam memberikan asuhan keperawatan sebagai salah satu upaya untuk menurunkan tingkat kecemasan pada anak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk melakukan penelitian dengan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kecemasan anak usia sekolah dan dengan melibatkan populasi yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Adiyanti. (2006). Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Kanisius

(13)

Ali, Z. (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika

Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Asih, Y. (2010). Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Jakarta: EGC

Bahiyatun. (2011). Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC

Basari, F, M. (2011). Tingkat Kecemasan Usia Produktif Paska Meletus Gunung Merapi dan Perubahan Pola Tidur di Ngancar Glagaharjo Cangkringan Sleman. Skripsi FIK UNRIYO. Tidak Dipublikasikan

Cahayaningsih, T, N. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Pra Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Anak Kenanga dan Melati I RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi FIK UNRIYO. Tidak Dipublikasikan

Fitri. (2008). Pengertian Anak Tinjauan Secara Kronologis dan Psikologis.

Http://duniapsikologi.dagdigdu g.com/category/psikologianak/ page/4. 20/11/2011

Hidayat, A, A. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

Huriah, T. (2000). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Anak Usia Sekolah yang

Dirawat di Bangsal Perawatan Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Skripsi PSIK UGM. Tidak Dipublikasikan

Laily, I, E. (2006). Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Kecemasan pada Anak Sekolah yang Dirawat di Instalasi Kesehatan Anak (Inska) RSUP Dr. Sardjito Yogyaka

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Musrenbang tingkat Kabupaten adalah musyawarah pembangunan yang dilakukan dengan tujuan untuk menghimpun apa yang menjadi hasil dari musrenbang tingkat desa dan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan masukan untuk pengembangan penelitian mendalam dan lebih lanjut tentang pengaruh Economic

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.. Hutan

Dengan membaca pesan motivasi yang positif dan beberapa kisah hidup pada buku motivasi, remaja dapat mengambil pesan positif yang akan menjadi pengingat, pegangan, penyemangat,

 Lima dari tujuh kelompok pengeluaran yang ada mengalami kenaikan indeks, yakni berturut-turut: kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 0,19 persen;

Penelitian terdahulu yang dijadikan bahan rujukan yang ketiga dilakukan oleh Fitria (2016) yang mengangkat penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Kualitas

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada parameter tinggi, berat basah serta luas daun tanaman sawi ( Brassica juncea L. ) memiliki hasil yang lebih baik pada perlakuan

Berdasarkan paparan data pada BAB IV, dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan LAPAS Kelas II B Tulungagung untuk membina narapidana yang berbeda-beda karakteristik