• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motor Induksi Tiga Fasa [1]

Motor induksi 3 fasa adalah mesin yang merubah energi listrik 3 fasa menjadi energi

mekanik. Motor induksi sering disebut motor asinkron atau motor tidak serempak.

Gambar 2. 1. Motor Induksi 3 Fasa

1. Kontruksi Motor Induksi Tiga Fasa [2]

Motor induksi dibagi dua komponen utama yaitu stator dan rotor yang dipisahkan oleh

(2)

sedangkan pada rotor mendapat arus secara tidak langsung melalui arus induksi stator, hal

seperti ini sama pada transformator. Maka dari itu bagian stator dianggap kumparan

primer dan rotor dianggap kumparan sekunder.

Stator motor induksi 3 fasa adalah bagian yang diam mengalirkan arus 3 fasa. Stator terdiri

atas barisan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan

terpisah sebesar 120 derajat listrik yang berbentuk silindris.Sedangkan rotor terdiri dari 2

jenis diantaranya rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor).

- Rotor sangkar tupai (squirrel-cage rotor)

Rotor sangkar tupai terdiri dari lapisan-lapisan konduktor yang tersusun sejajar dengan

poros dan melingkari permukaan inti besi. Konduktor rotor jenis ini tidak terisolasi dari

inti, ini mengakibatkan arus rotor secara induksi akan mengalir melalui tahanan yang

paling kecil, yaitu konduktor rotor. Pada setiap ujung rotor, semua konduktor rotor

dihubung singkat dengan cincin ujung (shorting rings).

Gambar 2. 2. Motor Tipe Rotor Sangkar Tupai (squirrel-cage rotor)

- Rotor belitan (wound rotor)

Rotor belitan merupakan belilitan, dimana belitan tiga fasa tersusun secara seragam pada

(3)

dengan slip-ring yang berada pada poros rotor. kemudian dihubungkan dengan sikat yang

diam (stationary brushes), dengan demikian maka motor bisa diberi resistor dari luar

sehinga kecepatan motor dapat diatur dengan mengubah-ubah nilai tahanan resistor luar.

Gambar 2. 3. Motor Tipe Rotor Belitan (wound rotor)

2. Prinsip Kerja Motor Induksi [1]

Motor induksi pada bagian rotor mendapat arus tidak langsung dari sumber listrik akan

tetapi didapat dari arus induksi yang dihasilkan dari bagian stator. Kondisi seperti ini

sama dengan motor DC, dimana konduktor rotor yang mengalirkan arus medan magnetik

maka timbul adanya gaya menggerakkan ke arah medan yang tegak lurus. Pada saat

bagian stator dialiri arus, sehingga menghasilkan medan magnet putar dengan kecepatan

tertentu dapat dihitung menggunakan persamaan:

p f

Ns 120 (2-1)

Dari hasil medan magnet putar tersebut memotong batang-batang konduktor pada rotor.

Akibatnya, pada bagian stator menghasilkan tegangan induksi (ggl) sebesar:

2 2 2 4,44 f N

(4)

dimana 𝐸2𝑠 adalah tegangan induksi saat rotor berputar, karena pada saat bagian rotor

menghasilkan tegangan induksi dan rotor tersebut merupakan rangakaian tertutup,

sehingga pada bagian rotor timbul arus (I). Adanya arus (I) didalam medan magnet, akan

menimbulkan gaya (F) pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada

rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan

medan putar stator. Agar tegangan terinduksi dibutuhkan adanya perbedaan antara

kecepatan medan putar stator (𝑛𝑠) dengan kecepatan berputarnya rotor (𝑛𝑟). Perbedaan

kecepatan antara 𝑛𝑟 dan 𝑛𝑠 disebut slip (s) dinyatakan dengan persamaan berikut:

% 100    s r s n n n s (2-3)

Apabila nrns, maka tidak adanya timbul tegangan yang terinduksi dan arus tidak mengalir pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel

motor akan ditimbulkan apabila 𝑛𝑟 lebih kecil dari 𝑛𝑠. Setiap perubahan kecepatan motor

induksi (𝑛𝑟) mengakibatkan perubahanya harga slip dari 100% pada saat start sampai 0% sedangkan pada saat diam (nrns). Hubungan dari frekuensi dengan slip dapat dilihat pada persamaan (2-1). Pada rotor berlaku hubungan:

120 2 r s n n p f   (2-4)

dimana 𝑓2adalah frekuensi arus rotor.

s r s s n n n n p f     120 2 (2-5)

(5)

Sedangkan untuk frekuensi arus rotor adalah: 120 1 s n p f   (2-6) Maka: s f f21 (2-7)

pada saat start slip bernilai 100% f2f1. [4]

Gambar 2. 4. Prinsip Kerja Motor Induksi 3 fasa

- Saat sudut 0𝑜. Arus I1 bernilai positip dan arus I2 dan arus I3 bernilai negatif dalam

hal ini belitan V2 , U1 dan W2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca),

sedangkan belitan V1, U2 dan W1 bertanda titik (arus listrik menuju pembaca). terbentuk fluk magnet pada garis horizontal sudut 0𝑜.

- Saat sudut 120𝑜. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan arus I3 bernilai

(6)

pembaca), sedangkan kawat W1, V2 dan U1bertanda titik (arus menuju pembaca).

Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 120𝑜 dari posisi awal.

- Saat sudut 240𝑜 Arus I3 bernilai positip dan I1 dan I2 bernilai negatip, belitan U2, W1

dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan kawat U1, W2dan V1 bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser

sebesar 120𝑜dari posisi kedua.

- Saat sudut 360𝑜. posisi ini sama dengan saat sudut 0𝑜. dimana kutub S dan N kembali

keposisi awal.

-3. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi [3]

Motor induksi dapat dianalogikan sebagai transformator dengan sisi sekunder yang bergerak. Rangkaian ekivalen per fasa dari motor induksi ditunjukkan pada gambar 2.5 di bawah ini.

(7)

dimana:

1

R dan X1= resistansi stator dan reaktansi stator s

R2' dan X2'= resistansi rotor dan reaktansi rotor ditinjau dari stator

1 V = tegangan sumber c R = rugi-rugi inti m X = reaktansi magnetisasi 1

I dan I2' = arus stator dan arus rotor ditinjau dari stator

c

I dan Im = arus pada inti dan arus magnetisasi dan s R a s R 2 2 ' 2  (2-8) 2 2 ' 2 a X X  (2-9) 2 2 ' 2 a I I  (2-10)

dimana a adalah perbandingan belitan stator, N1 dan rotor, N2, atau:

r s N N

(8)

Daya rata-rata per fasa yang melewati celah udara (air gap) adalah:

 

' 2 2'

 

2' 2 2'

   

2' 2 1 2' 2 R s s I R I s R I Pg     (2-12)

dimana bagian pertama dari persamaan 2-8 merupakan rugi-rugi tembaga (rugi-rugi ohm), Prcu, dan bagian kedua merupakan torsi yang dibangkitkan untuk memutar rotor, Pd, dan masing dinyatakan dengan persamaan:

 

I2' 2R2' Prcu  (2-13)

   

2' 2 1 R2' s s I Pd   (2-14)

Gambar 2.6 di bawah ini menunjukkan rugi-rugi gesekan dan angin per fasa, 3

/

FW

P dan daya keluaran pada poros (shaft) per fasa, Ps 3.

Gambar 2. 6. Rangkaian ekivalen per fasa mengilustrasikan konversi daya

(9)

Torsi yang dibangkitkan dapat dirumuskan dengan persamaan:

  

s R I s P T m m d d ' ' 1 2 2 2      (2-15) Karena, s r s s r s n n n s        (2-16)

dimana

r

m adalah kecepatan sudut rotor, maka:

m s s    1 1 (2-17) Sehingga,

 

s d s R I T  ' ' 2 2 2  (2-18)

Untuk mencari torsi yang lebih spesifik, rangkaian ekivalen Thevenin dari motor induksi dibuat seperti gambar 2.8.

(10)

Dengan pembagian tegangan, tegangan Thevenin dari rangkaian ekivalen adalah:

 

1 1 1 1 1 1 1 1 || || V X R X R X R j X X R R X jR V jX R jX R jX R V m c c m m c m c m c m c TH (2-19)

dan impedansi Thevenin adalah:

 

 

2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 || || X R X R X R X X R R X X R R X R R X R X R X R X X R j X R X R X R X X R R X X R R X X R X R X R X R X R R jX R jX R jX R Z c m m c m c m c m c c m m c m c c m m c m c m c m c c m m c m c m c TH TH TH                       (2-20)

Persamaan-persamaan menunjukkan hubungan yang tidak tergantung kecepatan slip dan kecepatan. Arus rotor kemudian dapat ditentukan dengan persamaan:

 

2 2 2 2 2 2 ' ' ' X X s R R V I TH TH TH          (2-21)

Sehingga torsi yang dibangkitkan menjadi:

                 2 2 2 2 2 ' ' X X s R R V T TH TH s TH d  (2-22)

dan torsi total yang dibangkitkan adalah:

                 2 2 2 2 2 ' ' 3 3 X X s R R V T TH TH s TH d  (2-23)

Bila a1 dan resistansi inti Rcdiabaikan, maka

s R s R2' 2

(11)

dan rangkaian ekivalen per fasa dari motor induksi ditunjukkan pada gambar 2.9.

Gambar 2. 9. Rangkaian ekivalen per fasa motor induksi

Arus yang mengalir pada rotor:

1 2 2 2 I X X j s R jX I m m    (2-24)

Tegangan rangkaian ekivalen VTH:

1 1 1 V X X j R jX V m m TH

dan impedansi rangkaian ekivalen Thevenin:

TH TH m m TH R jX jX jX R jX R jX Z       1 1 1 1 (2-25)

Slip maksimum (pull-outslip) terjadi bila:

2

2 R j X X s R TH TH    (2-26)

2

12 2 2 2 2 2 max X X R R X X j R R s TH TH TH TH       (2-27)

(12)

dan torsi maksimum (pull-out torque) adalah:

s TH TH TH s R X X s R R V T  1 3 2 2 2 2 2 2 max          (2-28) atau,

2 12

2 2 2 max 2 3 X X R R V T TH TH TH s TH      (2-29)

Torsi start dapat diperoleh pada saat s1, yakni:

TH

 

TH

s TH start R X X R R V T 2 2 2 2 2 2 3     (2-30)

4. Klasifikasi Motor Induksi [5]

Motor induksi bisa kita klasifikasi menjadi dua diantaranya:

- Motor induksi satu fasa, motor yang sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari seperti kipas angin, mesin cuci, dan pengering pakaian. Motor induksi satu fasa terdiri dari satu belitan stator, bekerja dengan pasokan daya satu fasa dan memiliki rotor sangkar tupai.

- Motor induksi tiga fasa, merupakan motor yang digunakan pada mesin produksi dengan daya yang besar. Motor induksi tiga fasa memiliki belitan stator dengan jenis rotor sangkar tupai dan rotor belitan, walaupun 90% pada umumnya yang digunakan pada mesin produksi adalah motor jenis rotor sangkar tupai. Penguatan pada motor ini adalah penguatan sendiri sendiri,

(13)

sebagai contoh: pompa, kompresor, belt conveyor, dan gerinder dengan daya 1/3 sampai ratusan horse power.

-B. Starting (Pengasutan) Hubungan Bintang (Y)-Segitiga (∆) Pada Motor Induksi 3 Fasa

Motor induksi 3 fasa yang digunakan pada mesin produksi di pabrik memiliki masalah utama dalam starting, karena jika dihidupkan secara langsung akan mengalami drop tegangan sebesar lima sampai tujuh arus nominal. Kapasitas motor yang kecil sampai 5 KW, pengaruh tidak besar pada drop tegangan. Motor 30KW sampai 100 KW berpengaruh pada drop tegangan yang besar dan membuat sistem kelistrikan menurun bahkan merusak peralatan listrik yang lain. Untuk memperkecil drop dilakukan pengasutan motor induksi. Pengasutan motor induksi adalah cara menjalankan pertama kali motor, tujuannya agar arus starting kecil dan drop tegangan masih dalam batas toleransi. Ada beberapa cara teknik pengasutan, diantaranya : hubungan langsung (Direct On Line = DOL), tahanan depan stator (Primary Resistor), Transformator, bintang-segitiga (Star-Delta), Pengasutan Soft starting, dan tahanan rotor lilit. Akan tetapi disini penulis hanya membahas pengasutan bintang (Y) - segitiga (∆). [1]

Jenis pengasutan yang sering digunakan bintang (Y) - segitiga (∆). Hubungan bintang digunakan untuk menurunkan tegangan yang masuk ke kumparan stator, sedangkan pada saat motor berjalan normal, kumparan stator dihubung segitiga. [6]

(14)

Hubungan bintang-segitiga dapat dibuat dengan gambar dibawah ini:

Gambar 2. 10. Diagram Starting Bintang-Segitiga Motor Induksi. [4]

Keterangan : 𝐼𝑠𝑐= Arus hubung singkat

𝐼𝑠𝑡= Arus starting

(15)

Gambar a. Karakteristik Arus-Kecepatan Gambar b. Karakteristik Torsi-Kecepatan

StartingY/∆ Starting Y/∆ a

Gambar 2. 11. Karakteristik Starting Motor Y/∆ [9]

C. Kontaktor Magnit [5]

Kontaktor magnit adalah saklar bersifat magnit, saklar ini bekerja adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh sumber pasokan yang terhubung mengaliri arus dan inti menjadi magnit yang menarik kontak pada kontak normaly open (NO) sedangkan kotak normaly close (NC) akan membuka, sehingga perlu dilakukan perencanaan dalam menggunakan kontaktor magnit untuk mengkonfigurasi input yang masing-masing dapat kita lihat pada gambar berikut ini:

(16)

Dapat kita lihat prinsip dari kerja dari kontaktor magnit pada gambar 2.6 menunjukan kontak utama 1, 3, 5, sebagai terminal tiga fasa dan 2, 4, 6, kontak yang mengaliri sumber daya ketika kontak normaly open bekerja. kumparan inti sebagai manet yang menarik kontak-kontak mangnit , saat arus menglir A1 dan A2 dan kontak normaly open akan mengliri arus listrik ke beban saat itu juga normaly close membuka.

Gambar 2. 13. Belahan Kontaktor Magnit

(17)

D. ADC (Analog to Digital Converter) [13]

Analog to Digital Converter (ADC) merupakan sebuah piranti elektronik yang dapat mengubah besaran dari bentuk analog menjadi bentuk digital. ADC sangat diperlukan dalam proses pembacaan sensor, sebagai contoh sensor cahaya, sensor suhu dan lain-lain. Pada umumnya sensor, hasil pengukuran masih berupa besaran analog, sehingga agar dapat dibaca komputer besaran tersebut harus diubah menjadi bentuk digital dengan bantuan sebuah ADC. Banyak jenis ADC yang digunakan, salah satunya adalah ADC MCP3008. ADC jenis ini memiliki resolusi 10bit, resolusi ini mempengaruhi hasil pengukuran, semakin besar nilai resolusi sebuah ADC maka tingkat akurasinya semakin tinggi. Sedangkan untuk sistem komunikasi data, MCP3008 menggunakan SPI serial interface yang dapat dihubungkan secara langsung GPIO Rasspberry Pi.

(18)

Untuk menentukan nilai tegangan input digunakan persamaan berikut :

Vin = ( Data digital x 3,3 ) / 1023 (2-37)

Dimana :

Vin = Nilai tegangan yang diukur (Volt) Data digital = Nilai digital hasil konversi ADC 3,3 = Tegangan referensi MCP3008 (3,3 V) 1023 = Nilai resolusi 10 bit MCP3008

E. Single Board Computer BCM2835 (Raspberry Pi)[8]

Single Board Computer BCM2835 atau biasa diberi nama Raspberry Pi adalah komputer berukuran kartu kredit yang dikembangkan oleh Raspberry Pi Foundation, yang mempunyai fungsi yang hampir sama dengan PC kebanyakan. Jenis PC ini dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Perbedaan dari keduanya hanya terletak pada memory, jumlah port USB, dan network adaptor. Dalam Penggunaan Raspberry Pi, kita membutuhkan beberapa peralatan seperti dibawah ini :

Keyboard

Mouse

(19)

 Kabel power untuk Raspberry Pi

 Kabel HDMI untuk monitor atau RCA

 SDHC card untuk penyimpanan sistem operasi Raspberry Pi (minimal 4 GB)

 Kabel UTP untuk menghubungkan LAN

Gambar 2. 16. GPIO Raspberry Pi

Raspberry Pi dilengkapi dengan General Purpose Input/Output (GPIO), setiap pin dari GPIO ini dapat diatur sebagai masukan atau keluaran. Melalui GPIO, Raspberry Pi dapat sebagai penerima berbagai macam masukan untuk dilakukan pemrograman, masukan dapat berupa berbagai macam sensor seperti sensor suhu, sensor cahaya, sensor tegangan dan banyak lagi lainnya .

F.Transformator Satu Fasa

Transformator adalah suatu alat listrik yang sifatnya statis dan memiliki fungsi mengubah dan memindahkan pasokan daya bolak-balik baik arus dan tegangan

(20)

dari satu rangkaian ke rangkain lainnya yang lebih besar atau kecil pada frekuensi yang sama, saat dimana gandengan magnet berdasarkan induksi elektromagnetik. Kontruksi transformator ada dua diantaranya inti besi yang terbuat dari besi berlapis dan dua kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Untuk perubahan tegangan dan arus ditentukan dari jumlah belitan pada kedua kumparan tersebut. [7]

Transformasi berasal dari kata transformation yang diartikan perubahan dan sering disebut trafo. Trafo satu fasa tidak berbeda dengan trafo tiga fasa hanya berbeda aplikasinya pada kapasitas kecil seperti contohnya rangkaian elektronik. Berikut persamaan untuk trafo satu fasa. [5]

𝑉1 𝑁1

=

𝑉2 𝑁2

=

𝐼2 𝐼1 (2-38) Dimana:

𝑉1= Tegangan pada sisi primer (V)

𝑉2= Tegangan pada sisi sekunder (V)

𝑁1= Jumlah kumparan pada sisi Primer (Lilit)

𝑁2= Jumlah lilitan sisi sekunder (Lilit)

𝐼1= Arus pada sisi primer (A)

(21)

Prinsip Kerja Trafo Satu Fasa

Saat kumparan primer diberi sumber energi, maka akan mengalir arus 𝐼1 pada kumparan tersebut. Dengan adanya inti dan arus 𝐼1akan menghasilkan fluks magnit yang juga berubah-ubah terhadap waktu. Hal ini akan menyebabkan fluks yang dihasilkan pada kumparan sekunder akan menghasilkan GGL induksi 𝑒𝑝. [5]

Untuk mencari nilai GGL yang dibangkitkan digunakan persamaan sebagai berikut ini:

𝐸1 =𝐸𝑝 = 4,44.f. 𝑁𝑝.∅∅𝑚𝑚. 10−8𝑉𝑜𝑙𝑡 (2-39)

𝐸2 =𝐸𝑠 = 4,44.f. 𝑁𝑠.∅∅𝑚𝑚. 10−8𝑉𝑜𝑙𝑡 (2-40)

G. Relay [5]

Relay merupakan saklar otomatis yang bekerja berdasarkan magnet permanen yang berada disisi kontak relay, sehingga apabila kumparan pada relay dihubungkan dengan sumber tegangan maka relay akan bekerja. Pada relay terdapat dua kondisi yaitu kondisi normaly open (NO) dan normaly close (NC). Saat relay bekerja akan berlaku kondisi yang sebaliknya. Relay terdisi dari 3 bagian utama diantaranya:

1. Koil: Lilitan

(22)

3. Kontak: Terdiri dari NO dan NC. Jenis-jenis dari relay yaitu:

1. SPST: single pole single throw

2. SPDT: single pole double throw, ada 5 buah pin yaitu: koil (2), common(1), NC (1), NO (1).

3. DPST: double pole single throw, sebanding dengan 2 buah saklar atau relay SPST.

4. DPDT: double pole double throw, sebanding dengan 2 buah saklar atau relay DPDT.

5. QPDT: quadruple pole double throw, atau 4 PDT, sebanding dengan relay SPDT atau 2 buah relay DPDT. Terdiri dari 14 pin, termasuk 2 buah koil

(23)

Gambar 2. 18. Jenis Relay Menurut Jumlah Terminal Kontak

H. Pengukuran Arus AC [10]

Untuk mendapatkan pengukuran arus di butuhkan beban resistor shunt merupakan resistor yang dirangkai seri pada beban dan megubah arus menjadi tegangan. Tegangan tersebut biasanya di umpankan ke current transformer terlebih dahulu sebelum masuk kerangkaian pengkondisi sinyal. Teknologi hall effect yang diterapkan oleh perusahaan Allegro menggantikan resistor shunt dan current transformer menjadi sebuah sensor yang ukuran yang relatif jauh lebih kecil yaitu ACS712 yang ditunjukkan pada gambar 2.15.

(24)

Istilah dari Hall Effect dikenal setelah Edwin H. Hall (1855-1938) menemukan bahwa jika arus listrik mengalir melalui penghantar yang ditempatkan pada tranverse medan magnet yang kuat, akan menghasilkan beda potensial yang melewati penghantar pada kedua sudut penghantar itu. Hall Effect Sensor adalah suatu transduser yang dapat mengubah besaran medan magnet menjadi besaran listrik yaitu berupa tegangan. Sensor Hall effect digunakan untuk mendeteksi kedekatan, keberadaan atau ketiadaan medan magnet dari suatu objek dengan kritis. Sensor Hall effect digunakan untuk sensor perpindahan, sensor letak atau jarak, sensor kecepatan dan sensor arus.

Konduktor atau Hall Effect elemen berbentuk lempengan pipih. Mengalirkan arus di dalamnya didorong ke tepi atas oleh gaya magnet yang bekerja padanya. Gaya ini merupakan gaya nonelektrostatik, besar medan nonelektrostatik sama dengan gaya satuan muatan. Jika pembawa muatan itu elektron, akan ada muatan lebih menumpuk di pinggir atas lempengan dan meninggalkan muatan lebih menumpuk di pinggir bawah, sampai medan elektrostatik tranverse dalam konduktor sama dan berlawanan dengan nonelektrostatik.

Arus tranversal akhir sama dengan nol, maka konduktor itu berada pada “rangkaian terbuka” dalam arah tranversal, dan beda potensial antara tepi-tepi lempeng, yang dapat diukur dengan meter, sama dengan GGL Hall dalam lempeng. Ketika konduktor yang dialiri arus diletakkan di dalam suatu medan magnet, akan dihasilkan tegangan yang tegak lurus dengan arus dan medan magnet.

(25)

Material semikonduktor (Hall Element) dilewati arus. Tegangan keluaran tegak lurus dengan arah arus. Ketika tidak ada medan magnet, penyaluran arus sama besar dan tidak ada tegangan seperti pada gambar 2.16(a) Pada saat terdapat medan magnet tegak lurus terhadap bidang seperti gambar 2.16(b) gaya Lorentz mendesak arus. Gaya ini mengganggu penyebaran arus, menghasilkan tegangan pada output. Tegangan ini adalah tegangan Hall( VH).

(a)

(b)

(26)

I. Kesalahan Dalam Pengukuran (Error) ) [11]

Pengukuran yang sangat sulit yaitu untuk melihat hasil pengukuran yang benar, sebagai contoh yang sering dilakukan dalam pengukuran hanya berdasar nilai perkiraan. Maka dari itu untuk merancang sebuah alat ukur diperlukan nilai pembanding antara nilai pengukuran pada alat ukur yang ada dengan nilai perhitungan berdasarkan persamaan-persamaan yang berlaku. Nilai pengukurang yang didapat tersebut dibandingkan untuk megetahui besar kesalahan dalam pengukurang (Error), sehingga dapat diketahui tingkat ketelitian alat ukur yang dibuat yang selanjutnya akan menentukan kualitas dari alat ukur tersebut. Klasifikasi alat ukur listrik menurut Standar IEC No. 13B-23 menspesifikasikan bahwa ketelitian alat ukur dibagi menjadi 8 kelas yaitu : 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; 1,0; 1,5; 2,5; dan 5.Kelas-kelas tersebut artinya bahwa besarnya kesalahan alat ukur masing-masing adalah ±0,05%, ±0,1%, ±0,2%, ±0,5, ±1,0%, ±1,5%, ±2,5%, dan ±5%. Dari 8 kelas alat ukur tersebut digolongkan menjadi 4 golongan sesuai dengan daerah pemakaiannya, yaitu :

1) Golongan dari kelas 0,05, 0,1 dan 0,2 termasuk alat ukur presisi yang tertinggi, biasa digunakan pada laboratorium yang standar.

2) Golongan dari kelas 0,5 memiliki ketelitian dan tingkat presisi berikutnya dari 0,2. Alat ukur ini biasa digunakan pada pengukuran-pengukuran presisi. Alat ukur ini biasanya portabel.

3) Golongan dari kelas 1,0 memiliki ketelitian dan tingkat presisi yang lebih rendah dari alat ukur kelas 0,5. Alat ini biasa digunakan pada alat-alat ukur portabel yang kecil atau alat ukur yang digunakan pada panel.

(27)

4) Golongan dari kelas 1,5, 2,5 dan 5. Alat ukur ini biasa digunakan pada panel-panel yang tidak begitu memperhatikan presisi dan ketelitian.

Ada beberapa cara dalam menentukan kesalahan, namun yang umum digunakan adalah dengan menentukan persentasi kesalahan (percent of error menggunakan persamaan berikut :

persen error =|nilai pengukuran − nilai pembanding|

nilai pembanding x 100% (2 − 41)

J. Proteksi Motor Induksi 3 Fasa [5]

Proteksi atau pengaman merupakan suatu alat pendukung dalam sebuah sistem kelistrikan untuk menghindari perubahan yang dapat merugikan peralatan yang ada. Sebagai contoh generator, motor listrik, transformator, jaringan terlindungi adanya peralatan ini terhindar kondisi abnormal berupa hubung singkat, tegangan lebih, beban lebih, frekuensi rendah dan kesalahan dalam pengkopelan rangkaian tiga fasa yang mengakibatkan ketidak seimbangan sistem 3 fasa yang biasa disebut unbalance. Dapat kita simpulkan bahwa pengamanan suatu sistem kelistrikan sangat pengting untuk mengatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Mencegah gangguan yang terjadi secara tiba-tiba ataupun bersifat lambat. 2. Pengaman diharapkan dapat melokalisir gangguan, maka ganguan tidak mengenai sistem dan peralatan lainnya.

(28)

Persyaratan Sistem Proteksi [5]

Persyaratan suatu sistem proteksi berlaku syarat-syarat dengan perencanaan yang bersifat efektit sebagai berikut:

a. Selektivitas

Selektivitas merupakan sistem proteksi dapat dilihat dari kinerja sisitem dan melokalisir bagian yang mengalami gangguan.

b. Stabilitas

Sifat yang tetap bila terjadi gangguan terjadi diluar lokasi yang dilindungi dan memiliki kemampuan yang konstan seiring dengan waktu.

c. Kecepatan operasi

Pengamanan harus memiliki tingkat kecepatan yang tinggi dalam menangani gangguan yang terjadi pada peralalatan yang dilindungi.

d. Sensitivitas

Pepngaman harus memiliki tingkat kepekaan terhadap ganguan yang terjadi sehingga dapat dengan cepat melokalisir gangguan.

e. Ekonomis

Pengaman harus dilihat dari segi ekonomis sesuai dengan pengguan alat proteksi pada sistem perlu dipertimbangkan untuk meminimalisir pengadaan biaya

(29)

peralatan. Pegaman yang digunakan harus bernilai kecil dari peralatan yang diamankan.

f. Handal

Handal yang dimaksudkan pada alat proteksi ialah mampu bekerja dalam kondisi konstan sekalipun terjadi ganguan yang terjadi.

Gambar

Gambar 2. 1. Motor Induksi 3 Fasa
Gambar 2. 2. Motor Tipe Rotor Sangkar Tupai (squirrel-cage rotor)
Gambar 2. 3. Motor Tipe Rotor Belitan (wound rotor)
Gambar 2. 4. Prinsip Kerja Motor Induksi 3 fasa
+7

Referensi

Dokumen terkait

6 4.2 Pengujian system secara keseluruhan Yang harus dilakukan pertama kali dalam pengujian secara keseluruhan ini adalah memastikan bahwa seluruh komponen output

7 Ansietas dan depresi memiliki prevalensi paling tinggi dari 19% gangguan mood yang dijumpai pada pasien sirosis HCV (Hepatitis C Virus), masing-masing 24% dan

Laporan tentang hasil survei kepuasan mahasiswa terhadap layanan kegiatan kemahasiswaan yang: (1) komprehensif, (2) dianalisis dengan metode yang tepat, (3)

Hasil berat basah tanaman paling tinggi akibat perlakuan pupuk NPK lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang, yang seharusnya pupuk kandang memiliki pengaruh lebih

Dengan berlandaskan Visi Misi Kabupaten Samosir serta Rencana Strategis ( Renstra ) Bappeda tahun 2011-2015 dapat diketahui bagaimana peranan lembaga tersebut dalam

User masuk menu laporan dan memilih menu laporan penerimaan poli, maka akan menampilkan laporan kunjungan pasien pada semua poli dimana tabel tersebut terdapat kode

Dari tabel terlihat bahwa hasil uji statistik parametrik (Uji T-test berpasangan/ uji paired sample t-test) di dapatkan nilai ρ -value=0,005 karena probabilitas

Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju..