• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2015 - 2019"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 1

BAB VI

ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

6.1 Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu setiap warga negara harus mempunyai akses untuk memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Dalam rangka mendukung upaya mewujudkan permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial tersebut, dirumuskan beberapa program, yang dalam pelaksanaannya harus diselenggarakan secara bersinergi. Dalam konteks itulah, Rencana program investasi sektor pengembangan permukiman di Kota Bengkulu perlu dirumuskan.

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan 6.1.1.1 Arahan Kebijakan

Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan. Secara struktural, kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman dirumuskan atas 3 (tiga) aspek utama yaitu; kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman. Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan agar substansi strategis dari masing-masing kebijakan dapat diwujudkan secara signifikan. Selengkapnya tentang rumusan kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan permukiman adalah:

1. Kebijakan dan strategi (1)

Kebijakan (1) : Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama.

Strategi (1) : Pengembangan peraturan perundang-undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta fasilitasi pelaksanaan

penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif, melalui strategi operasional sebagai berikut :

1). Penyusunan, pengembangan dan sosialisasi berbagai produk peraturan perundang-undangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman, yang meliputi :

(2)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 2 Pedoman, standar dan petunjuk teknis di bidang perumahan dan permukiman, serta bangunan gedung dan lingkungan.

2). Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif di lingkungan kelembagaan meliputi :

Pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota), Badan Usaha (BUMN, BUMD, Swasta),

Masyarakat (orang dan kelompok atau perkumpulan).

2. Kebijakan dan strategi (2)

Kebijakan (2) : Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan (papan) bagi seluruh lapisan masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia.

Strategi (2) : Pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah, melalui strategi operasional sebagai berikut :

1). Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (pasar primer dan pasar sekunder), yang meliputi :

Peningkatan kualitas pasar primer, seperti melalui penyederhanaan perijinan pembangunan perumahan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan perundang-undangan terkait, seperti tentang hak tanggungan dan pertanahan.

Pelembagaan pasar sekunder, seperti melalui upaya-upaya pelembagaan SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, kustodian, lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan pemantapan lembaga sita jaminan.

2). Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu kepada keswadayaan masyarakat, yang meliputi :

Pelembagaan pembangunan perumahan yang bertumpu pada kelompok masyarakat (P2BPK).

Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan masyarakat. Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya.

(3)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 3 3). Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, yang meliputi :

Pengembangan pengaturan subsidi perumahan. Pengembangan subsidi pembiayaan perumahan.

Pengembangan subsidi prasarana dan sarana dasar perumahan. 4). Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, yang meliputi :

Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif.

Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya.

Penyediaan prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin.

Pelatihan yang berkaitan dengan teknologi tepat guna dan pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan pendukung lainnya.

5). Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, yang meliputi :

Penanganan tanggap darurat.

Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman.

Pemukiman kembali pengungsi.

6). Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, yang meliputi :

Pembinaan teknis penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara. Pengelolaan asset bangunan gedung dan rumah negara.

3. Kebijakan dan strategi (3)

Kebijakan (3) : Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutanguna mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan

produktivitasmasyarakat.

Strategi (3) : Perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan,melalui strategi operasional sebagai berikut :

1). Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukim-an kumuh di perkotaan dan daerah pesisir/nelayan, yang meliputi :

(4)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 4 Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di perkotaan.

2). Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman,

yang meliputi :

Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba).

Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.

3). Penerapan tata lingkungan permukiman, yang meliputi :

Pelembagaan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman di daerah,

Pelestarian bangunan yang dilindungi dan lingkungan permukiman tradisional,

Revitalisasi lingkungan permukiman strategis,

Pengembangan penataan lingkungan permukiman dan pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman.

Kebijakan dan strategi pengembangan permukiman tersebut di atas adalah merupakan norma-norma penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Namun dalam pelaksanaan-nya, penyelenggaraan perumahan dan permukiman berdasarkan karakteristiknya dapat dibedakan menjadi dua kategori kawasan permukiman yaitu :

 Kawasan Perkotaan, secara fungsional diartikan sebagai tempat terkonsentrasinya sejumlah penuduk dengan berbagai aktivitasnya, biasanya dicirikan oleh kegiatan jasa dan perdagangan. Karakteristik umum dari kawasan perkotaan ini, secara hirarkis diperlihatkan oleh adanya besaran penduduk dan sejumlah prasarana dan sarana. Makin tinggi jumlah penduduk, prasarana dan sarana yang terkonsentrasi pada suatu tempat/lokasi, maka akan memperlihatkan karakteristik perkotaannya.

(5)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 5 Meningat peran strategis perkotaan, yaitu sebagai mesin pertumbuhan (engine of grouth), dalam penyelenggaraan permukiman perkotaan, pemerintah secara nasional merumuskan suatu kebijakan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNP – Kota)

Kebijakan Strategi

Pemantapan peran dan fungsi kota dalam pembangunan nasional

Penyiapan prasarana dan sarana perkotaan nasional. Kota sebagai simpul pelayanan dalam wilayah.

Pengembangan kota-kota berfungsi nasional/internasional.

Pengembangan kota-kota khusus – berkembang cepat dan kawasan tertinggal. Panduan bagi daerah untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

Pengembangan permukiman yang layak huni sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial

Prasarana dan sarana serta pelayanan dasar yang memadai dan berkeadilan. Perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau.

Pengembangan pendanaan dan penyediaan tanah bagi pembangunan permukiman secara partisipatif.

Pengembangan ekonomi yang berdaya saing global.

Penciptaan iklim kehidupan sosial budaya yang saling menghargai, mendukung, serta mengapresiasi budaya dan warisannya.

Peningkatan kapasitas manajemen pembangunan perkotaan

Peningkatan kapasitas SDM & kelembagaan pusat/daerah dalam pengelolaan pembangunan perkotaan.

Peningkatan kapasitas pembiayaan pemerintah daerah.

Peningkatan pola dan mekanisme pelibatan stakeholders dalam pembangunan perkotaan. Sistem informasi perkotaan secara nasional dan daerah.

Selaras dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan perkotaan tersebut, dalam hal pembangunannya, kawasan permukiman baik di perkotaan maupun diperdesaan ditujukan untuk :

a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai tempat hunian dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

b. memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang proporsional c. menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang

lainnya.

d. menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan permukiman;

(6)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 6 Berdasarkan uraian tersebut di atas, strategi program pengembangan kawasan permukiman, diarahkan dalam rangka mewujudkan tujuan sebagai berikut:

1. Pengembangan dan implementasi produk pengaturan tentang pengembangan permukiman perkotaan.

2. Pemantapan dan peningkatan pemahaman dan kemampuan aparat pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengembangan permukiman perkotaan (pembangunan baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh)

3. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan (permukiman baru dan esksiting) yang berwawasan lingkungan dan mengutamakan keberpihakan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam mendapatkan pelayanan infrastruktur

4. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan social dan ekonomi masyarakat perdesaan.

6.1.1.2 Lingkup Kegiatan

Dalam rangka merealisasikan kebijakan dan strategi pengembangan permukiman sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu, rumuskan sasaran program pengembangan kawasan permukiman adalah sebagai berikut:

Tersedianya produk pengaturan bidang pengembangan permukiman sebagai acuan pelaksanaan pengembangan permukiman baru dan atau penataan kawasan permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.

Terpenuhinya pelayanan infrastruktur yang memadai bagi kawasan per-mukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan.

Terciptanya aparat pemerintah daerah yang handal dalam pengembangan permukiman perkotaan, perdesaan dan kawasan perbatasan di wilayahnya.

Sasaran program tersebut dijabarkan dalam bentuk kegiatan pengembangan perumahan dan permukiman sebagaimana yang diperlihatkan seperti pada Gambar VI.1.

(7)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 7 1. Pengembangan Permukiman Baru

Perkotaan : Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan Siap Bangun (Lisiba) Berdiri Sendiri serta kawasan permukiman baru lainnya

Perdesaan : Kawasan Terpadu Mandiri (KTM), Agropolitan-Minapolitan, kawasan perbatasan.

Gambar VI.1

Lingkup Kegiatan Pengembangan Permukiman

2. Peningkatan Kualitas Permukiman

Perkotaan : peremajaan, pemugaran, pemeliharaan berkelanjutan Perdesaan : desa tertinggal, terisolir, terpencil, dll

3. Penanggulangan Bencana Alam, Rehabiltasi dan Rekontruksi Pasca Bencana Alam . 4. Pembangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa)

Pembangunan Rusunawa merupakan bagian dari penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dengan peremajaan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab didalam pemanfaatan, pengelolaan dan penghunian.

(8)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 8 5. Penyediaan Prasarana dan Sarana pada kawasan Agropolitan-Minapolitan

Meningkatkan pembangunan infrastruktur pada kawasan agropolitan-minapolitan untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agribisnis di kawasan agropolitan-minapolitan.

6. Pembinaan Teknis Penataan Lingkungan Permukiman.

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan 6.1.2.1 Isu Strategis

Terminologi Kawasan Permukiman (UU No.4 Tahun 1992) adalah kawasan yang diperuntukan bagi permukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Berdasarakan pengertian tersebut, permukiman dibentuk oleh 5 elemen dasar yaitu: lingkungan hidup/alam (nature), kelompok rumah (shells), dan prasarana, sarana serta utilitas (network), dan melibatkan adanya jalinan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang terkait dengan perikehidupan dan penghidupan (man and society) di dalamnya. Karena itu maka pengembangan kawasan permukiman merupakan manifestasi dari rencana tata ruang yang mengatur mengenai kawasan lindung dan kawasan budidaya serta pengembangan tata ruang. Dalam konteks ini, fungsi ruang wilayah yang termasuk kategori kawasan permukiman adalah ruang wilayah yang dimungkinkan untuk pengembangan lingkungan hunian di dalam kawasan budidaya. Oleh karenanya istilah Perumahan dan Permukiman dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam hal pembangunannya, kawasan perumahan dan permukiman ditujukan untuk :

f. Memenuhi kebutuhan dasar manusia sebagai tempat hunian dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan Masyarakat.

g. memberikan arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang proporsional

h. menunjang pembangunan dibidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang lainnya.

(9)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 9 j. mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan perumahan

yang telah ada di dalam atau di sekitarnya

Dalam manifestasinya, pengembangan kawasan permukiman dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

 Permukiman Perkotaan, secara fungsional diartikan sebagai tempat terkonsentrasinya sejumlah penuduk dengan berbagai aktivitasnya, biasanya dicirikan oleh kegiatan jasa dan perdagangan. Karakteristik umum dari kawasan perkotaan ini, secara hirarkis diperlihatkan oleh adanya besaran penduduk dan sejumlah prasarana dan sarana. Makin tinggi jumlah penduduk, prasarana dan sarana yang terkonsentrasi pada suatu tempat/lokasi, maka akan memperlihatkan karakteristik perkotaannya.

 Permukiman Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan konsentrasi penduduk, prasarana dan sarana yang relaif rendah.

Berdasarkan uraian tersebut maka, isu strategis pengembangan kawasan perumahan dan permukiman secara umum adalah:

1. Alokasi ruang yang tidak sesuai dengan fungsi yang ditetapkan, sebagai implikasi dari pasar tanah dan pasar perumahan yang cenderung mempengaruhi tata ruang.

2. Terjadi kesenjangan pelayanan dan perbedaan peluang antar pelaku pembangunan perumahan dan permukiman, khususnya bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan terjadinya disparitas kesejahteraan antar wilayah dan golongan. 3. Terjadi konflik kepentingan, berupa kebijakan yang memihak kepada kepentingan

suatu kelompok, serta belum sepenuhnya keberpihakan untuk kepentingan masyarakat setempat.

4. Beberapa persoalan lingkungan pada kawasan perumahan dan permukiman, yang umumnya muncul karena dipicu oleh:

a. tingginya tingkat urbanisasi dan industrialisasi,

b. kurang terkendalinya dampak pemanfaatan sumber daya dan teknologi, c. kelangkaan prasarana, sarana, dan utilias umum,

d. ketidakmampuan memelihara dan memperbaiki lingkungan permukiman, secara fisik maupun fungsional,

(10)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 10 f. Penurunan kondisi dan kualitas lingkungan (degradasi lingkungan)

5. Isu manajemen pembangunan, yang umumnya karena dipengaruhi oleh:

a. keterbatasan kinerja tata pemerintahan di seluruh tingkatan, yang berdampak pada lemahnya implementasi kebijakan yang telah ditetapkan,

b. inkonsistensi di dalam pemanfaatan lahan untuk perumahan dan permukiman, c. munculnya dampak negatif terhadap lingkungan,

d. terjadinya proses marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global, yang berdampak potensial terhadap meningkatnya kemiskinan serta terbatasnya peluang usaha bagi komunitas informal setempat.

Adapun isu spesifik yang perlu diantisipasi terkait dengan perkembangan Perumahan dan Permukiman adalah:

1. Urbanisasi di daerah yang tumbuh cepat, perlu diakomodasi agar tidak berimplikasi luas.

2. Perkembangan tak terkendali dari daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh, memunculkan gejala terjadinya/terbentuknya kawasan kumuh.

3. Marjinalisasi Sektor Lokal oleh sektor nasional dan global, karenanya harus ada keberpihakan, yang diwujudkan dalam bentuk fungsi-fungsi kegiatan tradisional/lokal. 4. Isu tersebut juga menjadi lebih berkembang dikaitkan dengan belum diterapkannya secara optimal pencapaian standar pelayanan minimal perumahan dan permukiman yang berbasis indeks pembangunan berkelanjutan di masing-masing daerah.

6.1.2.2 Kondisi Eksisting

Mengingat keterbatasan data dan informasi yang terkait dengan kawasan permukiman, baik pada kawasan perkotaan maupun perdesaan, maka dalam penyajian profil pembangunan permukiman kali ini akan disajikan secara ilustratif dengan merujuk pada titik (node) dari lokasi desa/kelurahan.

(11)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 11

A. Permukiman Perkotaan

Profil pembangunan permukiman perkotaan yang akan disajikan pada bagian ini adalah menyangkut kondisi eksisting kawasan perumahan dan permukiman dengan berbagai tipologinya yang ada saat ini. Adapun batasan/limitasi kawasan perkotaan yang akan dikaji didasarkan pada deliniasi kawasan perkotaan yang diindikasikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Tabel 6.2

Arahan Fungsi Kawasan di Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan

No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama

1. Manna

(Kecamatan Kota Manna) PKW

 Pusat Pemerintahan

 Pusat Perdagangan dan jasa

 Pusat Pelayanan Pendidikan ,Kesehatan.

 Permukiman perkotaan

 Industri Pengolahan hasil Pertanian dan Rumah Tangga

 Pertambangan Batu Hias

2.

Pasar Bawah

(Kecamatan Pasar Manna) PKW

 Pariwisata

 Permukiman perkotaan

 Pengembangan sub sektor Perikanan

 Industri pengolahan hasil Pertanian dan Rumah Tangga

 Perkebunan dan sub sektor pertanian

 Pariwisata

 Indutri pertanian dan pengolahan rumah tangga.

`4.

(Kecamatan Pino Raya) PKL

(12)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 12 No Ibukota Kecamatan Hirarki Fungsi Fungsi Utama

7. Simpang Pino

(Kecamatan Ulu Pino) PPK

 Perkebunan

 Pariwisata buatan

 Industri pengolahan hasil pertanian

 Permukiman pedesaan

 Pertambangan Golongan C

8. Lubuk Ladung

(Kecamatan Kedurang Ilir) PPK

 Pertanian

10. Tanjung Negara (Kecamatan Kedurang) PPL

 Perkebunan

Berdasarkan RTRW Kabupaten Bengkulu Selatan, kawasan yang dideliniasi sebagai Kawasan Perkotaan adalah Kota Manna yang secara administrasi meliputi tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Kota Manna, Kecamatan Pasar Manna dan Kecamatan Manna. Kota Manna ini adalah merupakan satu-satunya Kawasan Perkotaan, yang secara fungsional kawasan tersebut cukup menonjol, yang ditandai oleh makin beragam dan intensifnya pemanfaatan ruang menurut masing-masing kegiatan. Secara administratif, wilayah yang dideliniasi sebagai Kawasan Perkotaan dapat dilihat pada

Gambar VI.2 dan Tabel 6.3.

(13)
(14)
(15)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 15

Tabel 6.3

Jumlah Penduduk dan KK Desa/Kelurahan Yang Dideliniasi Sebagai Kawasan Perkotaan Di Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Jumlah

(16)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 16 Dengan telah dideliniasinya Kawasan Perkotaan maka, kawasan permukiman di luar kawasan perkotaan adalah merupakan kawasan perdesaan. Secara administratif, wilayah yang termasuk Kawasan Perdesaan dapat diperlihatkan seperti pada Tabel 6.4. Didalam RTRW, ditetapkan Kawasan Permukiman yang mempunyai peran sebagai Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa (KTP2D) adalah: Simpang Pino; Tanjung Negara; Suka Negeri; Pasar Baru – Seginim; Masat; Pasar Pino; Gindo Suli dan Lubuk Ladung. Secara administratif, Desa/Kelurahan tersebut adalah merupakan Kota Ibukota Kecamatan.

Mengingat penetapan kawasan tersebut belum didasarkan atas pertimbangan aksesibilitas dan potensi andalan maka, dalam pengembangannya masih perlu pengkajian, terutama dalam hal penetapan klaster kawasan pengembangan yang didukung oleh basis andalan pada masing-masing klaster kawasan.

Dalam upaya pengembangan kawasan perdesaan, karena permukiman bersifat koeksistensi maka, pendekatan yang digunakan adalah pengembangan perdesaan terpadu (Integrated rural development). Secara konsepsional, model yang dapat dipilih dalam penerapan pengembangan perdesaan terpadu adalah:

1) Model pengembangan Agropolitan, yaitu model pengembangan perdesaan terpadu yang didasarkan pada kegiatan basis yang menjadi andalannya adalah Pertanian (Agro),. Spesifik komoditasnya berdasarkan kegiatan yang telah berkembang dan didukung oleh daya dukung lahan yang memadai.

(17)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 17

Tabel 6.4

Jumlah Penduduk dan KK Desa/Kelurahan Yang Dideliniasi Sebagai Kawasan Perdesaan Di Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012

No Kecamatan Desa/Kelurahan

(18)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 18 Lanjutan Tabel 6.4

No Kecamatan Desa/Kelurahan

(19)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 19 Lanjutan Tabel 6.4

No Kecamatan Desa/Kelurahan

Jumlah

TOTAL PENDUDUK & KK DI KAWASAN

PERDESAAN 170.395 43.338

(20)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 20 2) Model pengembangan Minapolitan, yaitu model pengembangan perdesaan

terpadu yang didasarkan pada kegiatan basis yang menjadi andalannya adalah Perikanan (Mina), baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Oleh karena itu spesifik kegiatan didasarkan pada kegiatan yang telah berkembang dan didukung oleh sumberdaya yang memungkinkan untuk pengembangan perikanan. Secara konsepsional, Minapolitan ini relatif sama dengan Agropolitan. Perbedaannya hanya pada kegiatan andalannya saja.

3) Model Pengembangan Kawasan Andalan Terpadu, yaitu model pengembangan perdesaan terpadu yang basis kegiatan andalannya relative beragam. Misalnya ada Pertanian, ada perikanan, ada pariwisata dan lainnya. Berbagai kegiatan andalan yang dimiliki tersebut, dikembangkan secara terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah merupakan upaya mengintegrasikan sistem wilayah yang mempunyai beragam andalan, yang secara kumulatif saling mendukung dan bersinergis.

6.1.2.3 Permasalahan dan Tantangan A. Permasalahan Permukiman Perkotaan

Pertumbuhan suatu kota dicikan oleh adanya intensitas pemanfaatan ruang, yang semakin intensif seiring dengan perkembangan penduduk beserta dinamika sosial dan ekonominya. Sejalan dengan hal tersebut, kebutuhan perumahan dengan sejumlah sarana dan prasarananya juga akan mengalami peningkatan. Apabila tingkat pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan penyediaan kebutuhan perumahan dan permukiman, maka akan memicu timbulnya gejala berkembangnya kawasan hunian yang tidak/kurang layak huni beserta permasalahan-permasalahan ikutannya. Persoalan ini perlu diantisipasi sejak dini agar tidak makin meluas.

Atas dasar itu, terdapat tiga faktor utama yang perlu diantisipasi dalam kaitannya dengan pengembangan permukiman perkotaan, yaitu :

(21)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 21 2) Secara fisik lingkungan, akan memicu berkembangnya kawasan perumahan dan

permukiman yang melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. Selain dari itu juga akan menimbulkan dampak ketidak saling terkaitannya dengan skala kawasan yang lebih luas, serta masalah keterpaduannya dengan sistem prasarana dan sarana.

3) Secara visual wujud lingkungan, akan terdapat kecenderungan yang kurang positif yang ditandai oleh munculnya gejala perkembangan kawasan perumahan dan permukiman menjadi tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat, serta nilai-nilai arsitektural yang baik dan benar.

Dalam konteks kebijakan pengembangan permukiman, peran pemenrintah yang sangat diperlukan adalah dalam rangka pengendalian dan keterpaduan prasarana kawasan, yang secara fungsional mempunyai fungsi yang berbeda, yaitu :

 Fungsi pelayanan; yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan dengan mengarahkan pembangunan prasarana untuk melayani kawasan-kawasan yang sudah berkembang atau kawasan-kawasan yang sudah ditetapkan untuk dikembangkan

 Fungsi mengarahkan pembangunan; yang menekankan pada upaya untuk mengarahkan pengembangan pada kawasan tertentu.

Masalah keterpaduan prasarana menjadi sangat penting karena pengembangan prasarana yang berkembang sendiri-sendiri akan cenderung menimbulkan berbagai persoalan inefisiensi, khususnya dalam pemanfaatan sumber daya, penciptaan biaya dampak serta potensi penurunan kualitas lingkungan.

Terkait dengan permasalahan tersebut, dalam penanganan, seharusnya Pemerintah Kab./Kota mempunyai instrument yang dapat dijadikan rujukan dalam pengendalian.

(22)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 22

B. Permasalahan Permukiman Perdesaan

Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu bahwa, kawasan permukiman perdesaan bersifat terselip/koeksistensi dengan kegiatan pertanian, maka dalam pengembangan-nya, kawasan permukiman perdesaan ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pengembangan pertanian. Karena itu dalam penyediaan infrastrukturnya perlu memperhatikan sistem wilayah. Dalam kenyataannya, penyediaan infrastruktur pada kawasan perdesaan seringkali dipadang dalam pengertian sempit, yaitu hanya sebatas unit-unit perumahan saja, sehingga infrastruktur yang dibangun bersifat parsial. Sebagai konsekuensinya pembangunan yang dilakukan tidak menyelesaikan masalah secara tuntas.

Penomena yang disinyalir tersebut dapat dicontohkan seperti pelaksanaan pembangunan Penyediaan Air Bersih non PDAM, bila hanya dipandang penyediaan air bersih pada unit-unit permukiman di perdesaan yang umumnya terdiri dari claster kecil, maka dalam penyediaannya hanya SPAM skala kecil. Pada hal claster-claster permukiman yang dimaksud tersebut dapat diintegrasikan dengan SPAM IKK. Contoh kasus semacam inilah yang mendasari bahwa penyediaan air minum di Kabupaten/kota harus diawali dengan perencanaan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI SPAM). Melalui RI SPAM, diharapkan dalam penetapan skala prioritasnya didasari oleh pertimbangan orientasi pembangunan Kabupaten/Kota.

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Tuntutan pembangunan dan pengembangan perumahan akan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dengan berbagai aktivitasnya. Karena itu dalam penyediaannya, didasarkan atas asumsi bahwa idealnya setiap KK mempunyai rumah, yang luas lahan minimum untuk layak huni adalah; 51,0 M²/orang, yang dikonversikan dalam bentuk luas versil/kavling menurut tiga tipe yaitu:

400 m2 untuk tipe besar; 300 m2 untuk tipe sedang; 150 m2 untuk tipe kecil.

(23)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 23 Berdasarkan pola penyediaan perumahan, terdapat dua pola pengadaan yaitu; penyediaan yang dilakukan secara mandiri oleh masyarakat dan penyediaan yang dilakukan oleh developer/pengembang. Terkait dengan pola pengadaan perumahan tersebut, pola penyediaan infrastrukturnya juga berbeda.

Penyediaan Oleh Masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, pengadaan perumahan dapat juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat sendiri. Namun demikian agar secara fungsional kawasan perumahan tetap mengindahkan kaidah-kaidah penataan, selain harus mempunyai ketegasan dalam pengendalian penataan ruang, pemerintah juga diharapkan mengambil peran aktif secara langsung. Peran aktif yang dimaksud, disamping dalam rangka pengendalian pertumbuhan kota, juga ikut berpartisipasi dalam membantu memudahkan masyarakat dalam pengadaan rumah.

Pola penyediaan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat ini karena memang pengadaan perumahan merupakan beban dan tanggung jawab masyarakat secara mandiri. Sedangkan peran pemerintah hanya bersifat memberikan kemudahan atau regulasi dan penyediaan infrastruktur secara komunal.

Mengingat beban pembiayaan pengadaan rumah secara ekonomi membutuhkan pembiayaan yang relatif besar maka, pengadaan rumah yang dapat dilakukan secara mandiri ini hanya dapat dilakukan oleh Masyarakat yang termasuk kategori mampu. Sedangkan Masyarakat miskin mempunyai kesulitan dalam hal pengadaannya.

(24)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 24 ada, sehingga, kurung didukung oleh infrastruktur yang memadai . Gejala ini Nampak terlihat pada kawasan-kawasan pingiran kota.

Penyediaan Oleh Developer

Pengadaan perumahan oleh developer ini terkait dengan suplay dan diman. Karena tingginya permintaan (diman) akan perumahan, kehadiran developer sebagai penyedia (suplay) menjadi pilihan bagi masyarakat dalam membantu pengadaan perumahan. Namun demikian, kehadiran developer ini mempunyai motif ekonomi, sehingga nilai jual rumah seringkali hanya mampu dijangkau oleh Masyarakat yang mempunyai penghasilan relative tinggi.. Terkait dengan hal ini, sebagai regulator, Pemerintah penetakpan kebijakan yang mengatur tentang komposisi pengadaan perumahan yang dilakukan oleh developer, yaitu komposisi 1 : 3 : 6. Yaitu pengaturan pengadaan perumahan 1 Tipe Besar; 3 Tipe Sedang dan 6 Tipe Kecil. Pengaturan ini dimaksudkan agar pihak developer tetap menyediakan perumahan yang mampu dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan kecil. Melalui kebijakan semacam ini, pemerintah dapat membantu dalam hal penyediaan infrastrukturnya.

Sebagaimana yang dijelaskan terdahulu, bahwa kehadiran developer dalam pengadaan perumahan lebih didasari oleh motif ekonomi, yaitu mencari keuntungan. Dalam kaitan ini biasanya developer memilih kawasan yang nilai lahannya relatif murah. Biasanya relatif berjauhan atau tidak menempel pada kawasan permukiman yang telah ada. Karena itu, dukungan pemerintah tetap diperlukan, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur pada kawasan perumahan yang dibangun oleh developer, sepanjang mematuhi kebijakan tentang komposisi pengadaan yang dimaksud terdahulu.

6.1.3.1 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Perkotaan

Dalam rangka pengembangan permukiman, agar perkembangan permukiman kedepan dapat sesuai dengan yang diharapkan, perlu upaya pengendalian. Secara fisik, perkembangan permukiman diarahkan agar tetap menempel (contiguous) dengan permukiman yang telah ada. Hal ini diperlukan agar stadia perkembangan tetap selaras dengan orientasi pelayanan sarana dan prasarana yang ada.

Permasalahan secara umum pada kawasan perkotaan Kota Manna ini antara lain adalah : 1. Sebagai kota utama yang menjadi satu-satunya orientasi pelayanan di Wilayah

(25)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 25 daerah hinterlannya. Sebagai orientasi pelayanan, kedudukan kota akan sangat strategis dalam mendorong pertumbuhan wilayah. Penomena perkembangan yang akan terjadi akan berimplikasi cukup luas.

2. Pemanfaatan ruang wilayah (kawasan perkotaan) akan semakin intensif, yang dalam konteks ini sangat diperlukan pengendalian. Instrumen pengendalian adalah berupa Rencana Tata Ruang, yang secara lebih teknis adalah berupa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

3. Penyediaan infrastruktur pada kawasan yang diperkirakan akan makin intensif tersebut, perlu mempertimbangkan unsur keterpaduannya dengan faktor internal dan juga eksternal sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu.

4. Keterpadauan faktor-faktor internal adalah upaya untuk mensinergiskan pengembangan infrastruktur. Misalnya, penyediaan ornament semisalnya lampu jalan, harus diawali dengan pembangunan Taman, yang prasyaratnya adalah harus tersedia Masterplan dan DED Ruang Terbuka Hijau (RTH).

5. Keterpadauan faktor-faktor eksternal adalah upaya untuk pengembangan infrastruktur menurut kerangka sistem. Misalnya, pembangunan Drainase Sekunder dan Tersier, harus diawali dengan pembangunan Drainase Primer, yang prasyaratnya adalah harus tersedia Masterplan dan DED Drainase Skala Kota atau Kawasan.

6. Pertimbangan factor-faktor internal dan juga eksternal, didasarkan atas orientasi pengembangan kota yang didesign dan ditetapkan oleh kebijakan tata ruang yang lebih atas.

Sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu tentang penetapan fungsi wilayah, yang dalam pengelolaannya, kawasan perkotaan ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi dan perannya sebagai pusat pelayanan bagi daerah belakang (hinterland). Dalam pengelolaan, kawasan perkotaan (urban area), akan berkenaan dengan 3 (tiga) aspek utama kawasan perkotaan, yaitu: fungsi (function), bentuk (form), dan ukuran (size). Tiga aspek utama yang terkait dengan pengelolaan Kawasan Perkotaan akan diuraikan sebagai berikut.

1. Fungsi Kawasan Perkotaan, secara umum terdapat 4 (empat) fungsi dasar yaitu: 1) Sebagai pusat pelayanan wilayah belakang (hinterland services)

(26)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 26 administrasi pemerintahan, dan sebagainya. Sebagai pusat pelayanan, telah ditetapkan hirarkinya yaitu: Pusat Kegiatan Wilayah yaitu Kota Manna.

2) Komunikasi perhubungan antar wilayah (interregional communication)

Fungsi ini termanifestasikan dalam bentuk kegiatan pengumpulan barang produksi untuk diangkut ke daerah lain, serta kegiatan pengangkutan orang yang akan bergerak ke daerah lain. Terkait dengan fungsi ini, kawasan perkotaan didukung oleh infrastruktur jaringan transportasi wilayah dan didukung oleh prasarana terminal. RTRW Kabupaten Bengkulu Selatan menetapkan Kota Manna sebagai fungsi komunikasi perhubungan antar wilayah.

3) Industri pengolahan/manufaktur (goods processing/manufacturing)

Fungsi ini diperlihatkan oleh adanya kegiatan industri pengolahan bahan baku dari (hinterland) atau manufaktur yang didukung oleh fasilitas, prasarana dan jasa bisnis pada simpul perkotaan tersebut.

4) Sub-pusat permukiman (residential sub-center)

Fungsi ini diperlihatkan oleh adanya sub-pusat-pusat di pinggir atau sekitar kota yang berfungsi sebagai tempat tinggal masyarakat yang berkegiatan di dalam kawasan perkotaan. Munculnya sub-pusat permukiman yang dimaksud, merupakan gejala perkembangan fisik yang mencerminkan perkembangan kota pada tingkat yang lebih besar. Fungsi ini (sub pusat permukiman) merupakan penekanan penyediaan infrastruktur yang akan dilakukan oleh Bidang Cipta Karya.

2. Bentuk Kawasan Perkotaan, sangat ditentukan oleh kondisi fisik wilayah, yang dalam pengelolaannya terkait dengan Bentuk Kota, yaitu : memanjang (linier), kotak-kotak (grid), pita (ribbon), dan konsentrik (concentric). Salah satu bentuk dasar kawasan perkotaan tersebut akan mengawali perkembangan kota pada tahap selanjutnya.

Bentuk Kota Manna saat ini telah mulai bergeser ke arah Bentuk Konsentrik, yang semula diawali oleh bentuk Linier.

3. Ukuran Kawasan Perkotaan (size), yang sering digunakan adalah jumlah penduduk dan luas kawasan.

(27)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 27 Kota Manna, adalah kawasan perkotaan yang termasuk klasifikasi kota kecil yang bergeser menuju kota sedang. Terhadap Kota Manna ini perlu disusun Strategi Pengembangan Pembangunan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang terintegrasi dengan Rencana Detail Tata Ruang Kotanya.

Desa/Kelurahan yang saat ini ditetapkan menjadi ibukota kecamatan adalah merupakan kawasan permukiman yang bergeser dan mencirikan karakterstik perkotaan, seperti: Kayu Kunyit, Gindo Suli, Suka Negeri, Masat, Simpang Pino dan Pasar Pino..

Berdasarkan fungsi dasar tersebut, bentuk pengelolaan kawasan perkotaan di Kabupaten Bengkulu Selatan yang perlu dikendalikan antara lain :

1) Fungsi utama kawasan adalah permukiman perkotaan dengan segala sarana dan prasarana yang memungkinkan kehidupan dan penghidupan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.

2) Kegiatan perekonomian yang dikembangkan adalah: industri pengolahan dan manufaktur, perdagangan dan jasa.

3) Pengembangan kegiatan dan penyediaan sarana dan prasarana yang akan dilakukan di dalam kawasan perkotaan harus diselaraskan dengan hirarki kota yang telah ditetapkan sebagai PKW

4) Penyediaan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kota Manna disesuaikan dengan fungsi dan peran serta jangkauan pelayanan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

5) Pengendalian perkembangan fisik kawasan agar selalu tetap membentuk pola yang menempel (contiguous), yang diperlukan dalam rangka pengarahan perkembangan fisik

agar, pemanfaatan ruang daerah terbangun berkembang secara bertahap (gradually) dalam bentuk ekstensifikasi yang membentuk pola yang menempel (contiguous buil up area). Manifestasinya diwujudkan dalam bentuk intensifikasi daerah terbangun dilakukan secara bertahap meluas ke daerah pinggiran, agar penyediaan sarana dan prasarana dapat lebih efisien dan efektif.

(28)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 28 adanya fungsi yang telah berkembang (telah ada), berbeda dengan fungsi yang di rencana. Bentuk pengendalian konflik semacam ini antara lain:

 Melakukan penyesuaian fungsi secara total sesuai dengan fungsi yang telah berkembang tersebut.

 Tetap mempertahankan fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi yang telah ada dilakukan pemindahan (relokasi).

 Fungsi yang diharapkan tetap dipertahankan, sedangkan fungsi yang telah ada dibatasi perkembangannya.

 Berkembangnya fungsi kegiatan yang saling mengganggu pada lokasi yang berdekatan. Konflik ini tidak mungkin terjadi apabila rencana tata ruang dijadikan rujukan dalam pemberian izin lokasi. Bentuk pengendalian bila terjadinya konflik semacam ini adalah dalam bentuk penegakan hukum.

6.1.3.2 Kebutuhan Pembangunan Permukiman Perdesaan

Dalam upaya pengembangan kawasan perdesaan, karena permukiman bersifat terselip/koeksistensi maka, pendekatan yang digunakan adalah pengembangan perdesaan terpadu (Integrated rural development). Dalam kaitan ini terdapat 2 (dua) komponen pengembangan kawasan perdesaan yaitu:

 Sasaran pengembangan perdesaan, dan  Komponen-komponen pengembangan.

Untuk pengembangan lebih lanjut, pengembangan perdesaan ini direkomendasikan beberapa model yang berpeluang untuk diterapkan di Kabupaten Bengkulu Selatan.

1. Sasaran Pengembangan Perdesaan

1) Peningkatan produksi di perdesaan

(29)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 29  Ekstensifikasi pertanian

 Intensifikasi pertanian  Diversifikasi pertanian.

2) Peningkatan pendapatan (incam) penduduk perdesaan

Dengan adanya peningkatan produksi pertanian, akan disertai pula peningkatan pendapatan. Untuk menjamin adanya peningkatan pendapatan sebagai manifestasi dari adanya peningkatan produksi, terdapat 4 (empat) pokok pengembangan yang perlu mendapat perhatian, yaitu :

 Kegiatan ekonomi produksi yang dikembangkan adalah merupakan usahatani petani itu sendiri.

 Jaminan pemasaran komoditas yang diusahakan dengan harga yang dapat memberikan nilai ekonomis yang pantas.

 Meningkatkan kualitas produksi.

 Penerapan teknologi yang tepat, yang memungkinkan terjadinya peningkatan kuantitas dan kulitas produksi.

 Bila memungkinkan, diupayakan transformasi produksi yang dapat menciptakan nilai tambah, seperti: industri pengolahan produksi menjadi barang jadi atau setengah jadi

3) Mengurangi kesenjangan dengan kawasan perkotaan

Upaya mengurangi kesenjangan dapat dilakukan melalui beberapa kebijakan yang mendukungnya, antara lain yaitu :

 Memberikan peluang berusaha di wilayah perdesaan sendiri, yang kebijakan pendukungnya antara lain dapat berupa :

 Pemberian bantuan, baik dalam hal permodalan maupun dalam hal pembinaan pengelolaan usahatani.

 Penyediaan fasilitas pendukung yang memungkinkan usahatani dapat berkembang secara lebih baik.

 Memberikan porsi yang sepadan pada kawasan perdesaan sebagai produsen menurut skala ekonomi yang dimungkinkan, yang kebijakan pendukungnya antara lain dapat berupa :

(30)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 30  Memutus mata rantai tata niaga, yang kebijakan pendukungnya dapat

berupa pengembangan Koperasi, bila telah ada, dilakukan revitalisasi.  Menciptkan nilai tambah produksi, dalam bentuk transformasi kegiatan dan

atau menjalin kemitraan dengan industri terkait.

4) Menjaga kestabilan dan keberlanjutan kegiatan ekonomi perdesaan

Kegiatan ekonomi yang telah berkembang harus dijaga kestabilan dan keber-lanjutannya, dengan terus menerus melakukan upaya efisiensi dan intensifikasi, serta menangkap peluang-peluang baru sejalan dengan perkembangan yang terjadi (diversifikasi). Kebijakan pendukung yang terkait dengan menjaga kestabilan dan berkelanjutan ekonomi perdesaan (rakyat) antara lain adalah :

 Menjaga konsistensi kebijakan pengembangan ekonomi agar selalu mempunyai keberpihakan kepada ekonomi rakyat. Dalam konteks ini, pengembangan usaha konglomerasi (usaha besar) perlu dibatasi atau dirumuskan pola kemitraannya.  Kemungkinan berkembangnya ekonomi baru harus diseleksi secara cermat agar

tidak mengganggu/menyebabkan penurunan eksistensi ekonomi rakyat.

 Pengembangan kebijakan lain yang mendukung/keberpihakan kepada perkembangan ekonomi rakyat.

2. Komponen-Komponen Pengembangan Perdesaan

Untuk mengaktualisasikan sasaran yang dirumuskan di atas, terdapat komponen-komponen kegiatan sebagai wujud pengembangan desa secara terpadu, yaitu :

 Pengembangan kegiatan pertanian, yang meliputi upaya-upaya ekstensifikasi, intensifikasi, diversivikasi yang diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan petani.

 Pengembangan kegiatan non-pertanian, yang dapat memberikan peluang kesempatan kerja dan atau usaha sampingan.

 Pengembangan pusat-pusat perdesaan, yang dapat berperan sebagai simpul pemasaran hasil produksi (koleksi) disatu sisi, dan disisi yang lain sebagai simpul distribusi kebutuhan dan pelayanan sosial masyarakat perdesaan.

(31)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 31 kawasan perkotaan seperti: listrik, air bersih, telekomunikasi dan lainnya yang diperlukan, sesuai cakupan pelayanan kawasan.

 Pengembangan fasilitas sosial, terutama yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat perdesaan, seperti: fasilitas pendidikan, kesehatan, rekreasi dan lainnya. Dalam penyediaannya disesuaikan dengan cakupan pelayanan.

 Peningkatan partisipasi dan kepedulian masyarakat, terutama terhadap pengem-angan perdesaan dengan segala bentuk dan komponennya. Dengan adanya partisipasi dan kepedulian masyarakat, peran pemerintah secara bertahap dapat dikurangi, karena masing-masing pihak mengambil peran sesuai dengan bentuk dan kemampuan yang dapat dilakukan.

6.1.4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan

Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan program sebagaimana yang telah dijelaskan tersebut di atas, terdapat beberapa komponen kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman yang perlu direalisasikan di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan sebagaimana terilihat pada Tabel 6.5.

6.2. Rencana Investsi Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pembina teknis Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota agar mampu melaksanakan amanat UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Selain dari itu, Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang harus disusun oleh pemerintah daerah secara komprehensive, akomodatif dan responsif.

(32)
(33)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 33 TABEL 6.5

KEBUTUHAN PROGRAM DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2015 - 2019

No Sektor/

Program Rincian Kegitan Lokasi Volume Satuan Tahun

APBN

1 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh

Pasar Kutau Kec.Kota

Manna 1

Kawas

an 2016 1.500.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh

Pasar Ampera Kec.Pasar

Manna 1

Kawas

an 2017 1.500.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh

Pasar Bawah Kec.Pasar

Manna 1

Kawas

an 2018 1.500.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh

Pagar Dewa Kec.Kota

Manna 1

Kawas

an 2019 1.500.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh Kws. Kota Manna 1

Kawas

an 2015 1.300.000 65.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh Bandar Agung 1

Kawas

an 2016 1.000.000 50.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Kumuh Pagar Gading 1

Kawas

an 2017 2.000.000 100.000

2 INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG MENINGKAT KUALITASNYA

Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Perumnas Pagar Dewa 1

Kawas

an 2015 1.000.000 50.000

Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Perumnas Pagar Dewa 1

Kawas

an 2016 1.000.000 50.000

Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Perumnas Pagar Dewa 1

Kawas

(34)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 34

Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH

Perumnas Ketaping dan

Perumahan Nelayan 3 kawasa

n

2016

3.500.000 175.000

Penataan/Peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Pintu Langit 1 kawasa

n

2017

1.500.000 75.000

3 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Kws. Permukiman Perdesaan Potensial Kws Seginim (Air Nipis) 1

Kawas

an 2015

950.000 47.500

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Kws. Permukiman Perdesaan Potensial Pasar Bawah 1

Kawas

an 2016

1.000.000 50.000

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Kws. Permukiman Perdesaan Potensial Kedurang, Kedurang Ilir 2 Kawasan 2017 2.500.000 125.000

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Kws. Permukiman Perdesaan Potensial Bunga Mas, Pino Raya 2 kawasa

n

2018

2.500.000 125.000

4 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN RAWAN BENCANA

Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD

(35)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 35 Kebijakan 1: Menyelenggarakan Penataan Bangunan Gedung Agar Tertib, Fungsional,

Andal, dan Efisien

Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya.

Sasaran : 1) Tersusunnya Rencana Detai Tata Ruang dan RTBL kawasan-kawasan strategis pada tahun 2019

2) Terwujudnya bangunan gedung untuk umum yang laik fungsi pada tahun 2019.

3) Terselenggaranya pengawasan penyelenggaraan bangunan gedung yang efektif dengan melakukan pemantauan dan evaluasi penerapan peraturan bangunan gedung pada tahun 2019.

4) Terwujudnya tertib pengelolaan asset, berupa tanah dan bangunan gedung.

5) Terlaksananya sosialisasi, fasilitasi, pelatihan, bantuan teknis dan pengawasan dan pengendalian kegiatan penataan bangunan dan lingkungan di wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2018. 6) Terbentuknya kelembagaan penataan bangunan di Kabupaten Bengkulu

Selatan yang didukung oleh SDM dan prasarana dan sarana kerja pendukungnya pada tahun 2019.

7) Terlaksananya Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Kebijakan 2 : Menyelenggarakan Penataan Lingkungan Permukiman Agar Produktif dan Berjatidiri

Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan pada lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, produktif dan berkelanjutan.

Sasaran : 1) Terlaksananya revitalisasi kawasan permukiman tradisional di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2019.

2) Terperbaikinya dan terpenuhinya sarana parsarana kawasan permukiman kumuh dan nelayan di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2019

(36)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 36 4) Terlaksananya pembangunan sarana penunjang di kawasan

pariwisata tahun 2019.

Kebijakan 3 : Menyelenggarakan Penataan dan Revitalisasi Kawasan Bangunan Agar Dapat Memberi Nilai Tambah Fisik, Sosial, dan Ekonomi

Tujuan : Terwujudnya revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas fisik, sosial, ekonomi masyarakat yang menjadi penunjang tercapainya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik Sasaran : 1) Terlaksananya revitalisasi kawasan strategis pada tahun 2019.

2) Terlaksananya pemberdayaan bagi masyarakat untuk menyeleng-garakan revitalisasi kawasan.

Kebijakan 4 : Menyelenggarakan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk mewujud-kan Arsitektur Perkotaan dan Pelestarian Arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan lokal

Tujuan : Terwujudnya bangunan gedung yang memiliki kualitas fungsional, visual dan kualitas lingkungan yang seimbang, serasi, dan selaras dengan memunculkan ciri arsitektur kota yang berwawasan budaya lokal yang menjadi teladan bagi lingkungannya, serta yang dapat secara arif mengakomodasikan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Sasaran : Terlaksananya penataan bangunan dan lingkungan serta pelestarian bangunan bersejarah yang mendukung terwujudnya kualitas arsitektur perkotaan di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2019

Kebijakan 5 : Mengembangkan Teknologi dan Rekayasa Arsitektur Bangunan Gedung untuk Menunjang Regional/Internasional yang Berkelanjutan.

Tujuan : Terwujudnya perencanaan fisik bangunan dan lingkungan yang mengedepankan teknologi dan rekayasa arsitektur yang memenuhi standar internasional untuk menarik masuknya investasi di bidang bangunan gedung dan lingkungan secara internasional.

(37)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 37 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG), serta pedoman pelaksanaan lebih detail dibawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan Bangunan Gedung merupakan kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat. Namun dalam pelaksanaannya, secara faktual masih banyak daerah yang belum menindak lanjuti sebagaimana mestinya. Indikasinya terlihat dari:

1. Masih belum mempunyai Perda Bangunan Gedung, yang dalam penyusunannya perlu disesuaikan dengan Undang-Undang Bangunan Gedung.

2. Belum memiliki dan melembagakan institusi/kelembagaan dan Tim Ahli Bangunan Gedung yang bertugas dalam pembinaan penataan bangunan dan lingkungan;

3. Belum melakukan pendataan terhadap bangunan gedung;

4. Belum adanya kelembagaan yang memberikan Sertifikat Layak Fungsi (SLF) bagi seluruh bangunan gedung.

5. Masih banyak bangunan gedung yang belum dilengkapi sarana dan prasarana bagi penyandang cacat;

6. Belum menyusun manajemen pencegahan kebakaran atau belum melakukan pemeriksaan berkala terhadap prasarana dan sarana penanggulangan bahaya kebakaran agar selalu siap pakai setiap saat;

7. Dalam pengembangan fungsi bangunan dan lingkungan masih belum didasarkan pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

8. Terdapat kawasan yang memperlihatkan kecenderungan dan berdampak destruktif, yang seharusnya diantisipasi secara dini.

9. Belum mengientifikasi kawasan kumuh, kawasan nelayan, kawasan tradisional, dan kawasan bersejarah yang menjadi kewenangan, tugas dan tanggung jawab Kabupaten. Demikian juga dengan rencana tindak penanganannya, juga masih belum ada.

6.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalan dan Tantangan 6.2.2.1 Isu Strategis

(38)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 38 Atas dasar pengertian tersebut maka, kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan dalam kaitannya dengan penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya ini ditujukan dalam upaya merumuskan bentuk penanganan yang harus dilakukan agar wujud fisik bangunan gedung dan lingkungan dapat sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tujuannya adalah agar bangunan gedung yang fungsional dan memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, serta serasi dan selaras dengan lingkungannya. Secara lebih spesifik, tujuan penataan terhadap bangunan dan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan

Peningkatan kualitas hidup Masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang public

Perwujudan perlindungan lingkungan Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan

Fokus utama penataan bangunan dan lingkungan adalah untuk meningkatkan kualitas bangunan dan lingkungan agar layak huni, nyaman dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam konteks ini, kawasan/lingkungan binaan yang akan dilakukan pengendalian adalah banunan dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kualitas atau memburuk, baik secara fisik, sosial ekonomi, maupun sosial budaya bagi penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuni benar-benar berada dalam lingkungan yang sangat membahayakan hidup.

Menurut persfektif penataan ruang, kawasan yang perlu dilakukan penataan terhadap bangunan dan lingkungan adalah kawasan yang tidak teratur dan tidak terencana tanpa konsep penataan yang jelas (biasanya dibangun oleh masyarakat secara spontan dan kurang memperhatikan kualitas lingkungan). Kawasan yang tidak teratur dan tidak terencana yang dimaksud diperlihatkan oleh adanya kawasan kumuh (slums area) dan kawasan liar (squaters).

Kondisi bangunan dan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh yang dimungkinkan untuk dilakukan penataan adalah :

Kualitas struktur bangunan rendah Kepadatan bangunan tinggi

(39)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 39 Penggunaan luas/lantai bangunan yang relatif kecil/sempit

Prasarana dan sarana lingkungan permukiman yang tidak memadai

Mayoritas rumah tidak memenuhi kriteria rumah sehat dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat.

Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, peranserta masyarakat sangat diperlukan karena, kebijakan yang terkait dengan upaya penataan bangunan dan lingkungan akan berdampak secara langsung kepada masyarakat.

6.2.2.2 Kondisi Eksisting

Bagunan gedung tidak hanya menekankan aspek fisik, tetapi juga mengekspresikan budaya. Karena itu dapat dikatakan bahwa kualitas bangunan dan lingkungan mencerminkan budaya setempat/local. Bagi kawasan perkotaan, kualitas bangunan dan lingkungan ini juga mengekspresikan kondisi ekonomi serta kemampuan manajemen pengelolaan pembangunan.

Dalam kaitannya dengan upaya pengendalian terhadap Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Bengkulu Selatan, secara umum terdapat tiga faktor utama yang dapat dikenali, yaitu :

1) Secara fungsional, sebagian besar kualitas Bangunan Gedung dan Lingkungan masih terbatas dan belum memenuhi standar pelayanan yang memadai sesuai dengan skala kawasan yang ditetapkan, baik sebagai kawasan perumahan maupun sebagai kawasan permukiman yang berkelanjutan/lestari.

2) Secara fisik lingkungan, masih banyak ditemui bangunan gedung dan lingkungan yang tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan. Hal ini terlihat dari segi letak bangunan yang berada pada kawasan yang tidak diperkenankan, semisal; berada pada zona sempadan pantai dan sungai.

3) Secara visual wujud bangunan dan lingkungan cenderung bergeser menjadi lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan kurang memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai sosial budaya setempat, serta nilai-nilai arsitektural yang baik dan benar.

(40)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 40 Penataan Bangunan, adalah suatu upaya untuk mengatur perletakan bangunan dalam konfigurasi ruang wilayah yang serasi dan seimbang dalam rangka menciptakan bangunan yang sehat, aman, dan harmonis.

Penataan Lingkungan, adalah suatu upaya untuk memperbaiki, mengubah, dan mengatur kembali lingkungan tertentu yang sesuai dengan prinsip pemanfaatan ruang secara optimal.

Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kota Manna sebagai ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan mempunyai peranan yang sangat strategis sebagai orientasi pergerakan dan pelayanan. Karena perannya yang sangat strategis tersebut, Kota Manna akan mengalami pertumbuhan dan berkembang yang sangat signifikan. Perkembangan yang dimasud ditandai oleh adanya perluasan fisik kawasan terbangun (built up area) dan pemanfaatan fungsinya yang juga semakin intensifikasi, berupa pengisian ruang yang masih kosong atau penyisipan dan perkembangan bangunan bertingkat.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap penomena perkembangan dalam kaitannya dengan kondisi yang ada saat ini, Kawasan Kota Manna dapat dikenali karakter perkembangannya berdasarkan tiga klasifikasi; 1) Urban Area (Urbanized Area); 2) Semi Urban Area (Transisi Perdesaan ke Perkotaan); 3) Non Urban Area (non Urbanized Area) yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Urban Area (Urbanized Area), yaitu kawasan yang telah memperlihatkan karakter perkotaan. Klasifikasi ini ditandai oleh adanya karakteristik sebagai berikut :

 Kepadatan bangunan relatif tinggi, yang mengindikasikan bahwa pemanfaatan ruang telah makin intensif.

 Karakteristik kegiatan ekonomi yang lebih menonjol adalah kegiatan jasa dan perdagangan.

(41)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 41 Kawasan urban area ini adalah merupakan perkembangan kawasan terbangun yang lebih awal dan telah intensif pemanfaatan ruangnnya. Secara administratif, urban area ini tercakum dalam wilayah Administrasi Kecamatan Pasar Manna dan Kecamatan Kota Manna.

2. Semi Urban Area (Transisi Perdesaan ke Perkotaan), yaitu kawasan yang pada prinsipnya masih memperlihatkan karakteristik perdesaan, namun terdapat kecenderungan yang memperlihatkan karakteristik perkotaan. Klasifikasi ini ditandai oleh adalah karakteristik sebagai berikut :

 Terdapat sebagian wilayah yang memmpunyai kecenderungan pemanfaatan lahan semakin intensif, yang ditandai oleh adanya perkembangan pemanfaatan ruang yang tidak lagi meloncat (skipping). Karakter ini ditandai oleh adanya perkembangan pemanfaatan lahan untuk daerah terbangun cenderung memperlihatkan pola yang menempel (contigous buil up area). Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan ruang telah memperlihatkan kecenderungan yang semakin intensif.

 Karakteristik kegiatan ekonomi masyarakat telah memperlihatkan keberagaman, namun kegiatan pertanian masih relatif menonjol.

Kawasan semi urban area ini adalah merupakan perkembangan kawasan terbangun secara lebih lanjut, yang pemanfaatan ruangnnya semakin lebih intensif dan bersifat menempel (contigous) dengan urban area. Wilayah yang termasuk kedalam klasifikasi ini adalah Kecamatan Manna.

3. Non Urban Area (non Urbanized Area), yaitu kawasan yang masih memperlihatkan karakteristik perdesaan. Klasifikasi ini ditandai oleh adanya karakteristik sebagai berikut :

 Kepadatan bangunan relatif belum tinggi, yang mengindikasikan bahwa pemanfaatan ruang relatif belum intensif.

 Kegiatan ekonomi masyarakat yang paling dominant adalah pertanian.

(42)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 42

6.2.2.3 Permasalahan dan Tantangan Parameter Teknis

Proses mengenali masalah terdiri dari 2 kegiatan yaitu, mendefinisikan dan menegaskan adanya permasalahan. Mendefenisikan telah dilakukan sebagaimana yang dijelaskan pada awal bahasan substansi ini. Adapun Penegasan Masalah adalah merupakan upaya mengidetifikasi berdasarkan klasifikasi masalah berdasarkan sifat, karakteristik dan resiko yang muncul (implikasi). Dalam konteks ini, untuk mampu mengenali masalah kita perlu membedakan antara; Gejala, Masalah, Kendala dan Penyebab seperti yang tersajikan berikut ini:

Permasalahan Bangunan dan Lingkungan

Berdasarkan karakter perkembangan Kota Manna sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu, terdapat 2 aspek utama yang perlu dicermati dalam kaitannya dengan Penataan Bangunan dan Lingkungan yaitu : Persoalan yang perlu ditangani dengan segera dan persoalan yang perlu diantisipasi.

 Persoalan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang perlu ditangani dengan segera di Kota Manna yang berkaitan dengan karakter perkembangan di atas, adalah Permasalahan perkembangan permukiman kumuh yang gejalanya mulai muncul pada kawasan urban area. Indikasi ini terlihat dari adanya :

 perkembangan bangunan yang tidak tertata dengan baik dan makin tidak terkendali.

 Ditinjau dari segi kesehatan, kualitas lingkungan permukiman termasuk kategori tidak layak huni.

Gejala : adalah keadaan suatu peristiwa yang terjadi tanda-tanda akan timbulnya (terjadinya) sesuatu.

Masalah : adalah kesengajaan antara harapan dan kenyataan.

Kendala : adalah faktor-faktor atau keadaan yang membatasi, menghalangi pencegah pencapaian tujuan/sasaran; Kekuatan yang memaksa pembatalan pelaksanaan suatu kegiatan.

(43)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 43  Ditinjau dari segi keamanan, kawasan permukiman berada pada kawasan rawan

bencana, yang di Kota Manna terdapat permukiman yang berada di bantaran sungai (rawan banjir) dan berada pada kelerengan terjal (rawan longsor), serta jarak antar bangunan yang rapat (rawan kebakaran).

 Ditinjau dari segi visual, kondisi Bangunan dan Lingkungan sangat mengganggu estetika lingkungan kota secara keseluruhan

 Persoalan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang perlu diantisipasi

Persoalan bangunan gedung dan lingkungan yang perlu diantisipasi adalah gejala-gejala munculnya persoalan yang makin destruktif, antara lain :

 Perkembangan bangunan yang makin tidak tertata dengan baik, yang indikasinya terlihat dari adanya bangunan yang tidak teratur, tidak berjati diri dan lain-lain  Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang

Perlunya perhatian terhadap aspek penataan bangunan gedung dan lingkungan karena didasari oleh berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain:

1) Kurang ditegakkannya aturan tata bangunan dan keandalan pada Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

2) Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

3) Banyaknya bangunan gedung negara yang belum memenuhi perasyaratan keselamatan, kesehatan keamanan dan kenyamanan;

4) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; 5) Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik;

6) Masalah hukum terkait Rumah Negara.

7) Terdapat kawasan permukiman yang cenderung kumuh

8) Kurang diperhatikannya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata;

9) Terjadinya degradasi kawasan strategis, padahal punya potensi ekonomi untuk mendorong pertumbuhan kota;

10) Sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga, dll. kurang diperhatikan.

(44)

Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun Anggaran 2014 | 6 - 44

6.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sasaran utama kegiatan penataan bagunan gedung dan lingkungan adalah sebagai berikut : a. Tersusunnya Perda bangunan gedung

Undang-Undang Bangunan Gedung mengamanatkan perlunya peraturan pelaksanaan di daerah dalam bentuk Peraturan Daerah. Dalam UU Pemerintahan Daerah meng-amanatkan kepada kabupaten/kota sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan harus melaksanaan pengaturan, pembinaan, dan pengendalian di wilayahnya.

b. Terwujudnya Bangunan Gedung Umum yang laik fungsi, yang diwujudkan dalam bentuk program sebagai berikut:

Penguatan kelembagaan dalam penyelenggaraan BG di daerah; Pembentukan Tim Ahli Bangunan Gedung (TABG);

Peningkatan kualitas pelayanan publik, seperti perizinan (IMB) dan SLF; c. Terlaksananya fasilitas aksesibilitas bangunan gedung umum

Fasilitas aksesibilitas bangunan gedung umum dimaksudkan untuk melengkapi sarana pendukung bangunan gedung umum agar dapat diakses oleh seluruh klasifikasi kelompok masyarakat, antara lain; Penyandang cacat (Penca) yang juga merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama di dalam segala segi kehidupan dan penghidupan, termasuk juga untuk lanjut usia. Fasilitas umum yang telah tersedia harus “aksesibel” bagi semua, artinya dapat dengan mudah dicapai dan digunakan secara aman dan nyaman bagi semua orang; Kriteria Penanganan :

- Bangunan Gedung Pemerintah yang melayani kepentingan umum ; - Ruang-ruang publik;

d. Terlaksananya pendataan bagunan gedung.

Gambar

Gambar VI.1
Gambar VI.2 dan Tabel 6.3.
Gambar VI.2 Peta Deliniasi Kawasan Perkotaan
Tabel 6.3 Jumlah Penduduk dan KK Desa/Kelurahan Yang Dideliniasi Sebagai Kawasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kode Kegiatan/ Output/ Sub Output/ Paket/ Sub Paket Vol Satuan Pemanfaat Atribut DED

pengembangan sektor bidang Cipta karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand ataupun target pencapaian sesuai dengan tujuan dan sasaran

Perubahan bentang alam dan bentuk lahan, eksploitasi sumber daya alam, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial ekonomi, budaya, penerapan teknologinya

Perkotaan Semuli Jaya yang berada di Kecamatan Abung Semuli berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat kegiatan industri pertanian, perdagangan skala

Matriks Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Tarakan.. Berdasarkan tabel usulan program dan kegiatan

perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima. tahun ke depan sesuai jangka waktu

Kondisi saluran drainase atau saluran air hujan di Perkotaan Atambua terutama di daerah permukiman padat dengan kompleksitas aktifitas dan kegiatan yang beragam menimbulkan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menegah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya Kota Bengkulu tahun 2015-2019 disusun dengan maksud agar tersedianya dokumen