• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA

MARJINAL DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Agustinus Kristanto Ari Prayogi NIM: 134114014

Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma

(2)

i

TOPIK DAN TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA

MARJINAL DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Agustinus Kristanto Ari Prayogi NIM: 134114014

Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2019

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi

PERSEMBAHAN

Penelitian ini saya persembahkan kepada

keluarga,

rekan-rekan,

setiap orang yang saya panggil dengan sebutan „Nona‟,

(8)

vii

MOTO

... أرقا

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur karena telah menyelesaikan studi S-1 dan tugas akhirnya. Atas semua bantuannya, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak. Pertama, keluarga yang telah mendukung studi dan terselesaikannya tugas akhir ini. Tanpa mereka, penulis tidak akan sampai ke posisi ini.

Kedua, dosen pembimbing, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. yang telah bersedia membimbing penulis. Beliau juga memotivasi penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Ketiga, dosen pembimbing akademik, Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. yang senantiasa membimbing mahasiswa Sasindo 2013. Beliau juga selalu memotivasi setiap ada kesempatan. membimbing dan memberi pengetahuan penulis selama belajar di Program Studi Sastra Indonesia.

Kelima, segenap staf sekretariat Fakultas Sastra dan staf BAA yang telah membantu kelancaran studi. Keenam, segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu menyediakan buku-buku referensi. Ketujuh, rekan-rekan Sastradimrican dan Linguistics Brotherhood, yang telah memberi inspirasi bagi penulis.

Akhirnya, dengan penuh kesadaran, penulis menyadari segala kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Segala bentuk kesalahan dan kekurangan yang ada dalam skripsi ini merupakan tanggung jawab penulis. Untuk itu, demi perbaikan tugas akhir ini, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

(10)

ix

ABSTRAK

Prayogi, Agustinus Kristanto Ari. 2019. “Topik dan Tindak Tutur dalam Lirik

Lagu Karya Marjinal dalam Album Termarjinalkan Tahun 2003”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Objek penelitian ini adalah topik dan tindak tutur dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan (i) topik dan (ii) apa saja tindak tutur yang terdapat dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pragmatik mengenai tindak tutur. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Metode simak dilakukan dengan menyimak lirik lagu. Selanjutnya, peneliti mengklasifikasi data berupa topik dan tindak tuturnya. Analisis data dilakukan dengan metode padan referensial dan metode padan pragmatis. Metode padan referensial digunakan untuk mendeskripsikan topik dalam lirik lagu. Metode padan pragmatis digunakan untuk menentukan tindak tutur yang terdapat pada lirik lagu.

(11)

x

ABSTRACT

Prayogi, Agustinus Kristanto Ari. 2019. “Topics and Speech Act on Marjinal’s Songs in Termarjinalkan on 2003”. Thesis. Yogyakarta: Department of Indonesian Literature Studies, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This research‟s object is what topics and what speech act on Marjinal‟s songs in

Termarjinalkan on 2003. This research is proposed to explain (i) what topics and (ii)

what speech act that used by Marjinal in their songs on Termarjinalkan.

Pragmatic theory about speech act is used on this research. This research‟s datas is gathered by observe attentively method and taking a note technique. Observe attentively method is done by observing songs‟ lyrics. Then, the datas are classified by their topics and speech act. Data analysis is done by referential match method and pragmatic match method. Referential match method is used to describe the topics by Marjinal on their songs. Pragmatic match method is used to decide what kind of speech act they use.

(12)
(13)

xii

1.6.2 Pragmatik ... 6

1.6.3 Tindak Tutur ... 6

1.6.3.1 Tindak Lokusi ... 7

1.6.3.2 Tindak Ilokusi ... 7

1.6.3.3 Tindak Perlokusi ... 7

1.6.4 Jenis-Jenis Tindak Tutur ... 8

1.6.4.1 Tindak Tutur Berdasarkan Modus ... 8

1.6.4.1.1 Tindak Tutur Langsung ... 8

1.6.4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung ... 8

1.6.4.2 Tindak Tutur Berdasarkan Makna ... 9

1.6.4.2.1 Tindak Tutur Literal ... 9

1.6.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Literal ... 9

1.6.5 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur ... 10

1.6.5.1 Tindak Tutur Langsung Literal ... 10

1.6.5.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal ... 10

1.6.5.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal ... 10

1.6.5.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal ... 11

1.6.6 Aspek Tutur ... 11

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 12

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 12

1.7.2 Metode Analisis Data ... 12

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 13

1.8 Sumber Data... 13

(14)

xiii

BAB II TOPIK DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL DALAM

ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003………...….14

2.1 Pengantar……….14

2.2 Hukum ………...………...………..13

2.3 Pendidikan …...………...………....20

2.4 Kekerasan ……...………...……….22

2.5 Cinta …………...………...……….36

2.6 Stigma …………...………...………..…………39

BAB III TINDAK TUTUR DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL

DALAM ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003 ......……….….……..43

3.1 Pengantar ..………43

3.2 Hukum... 43

3.2.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum ………...45

3.2.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum ……….…...45

3.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum ………46

3.2.1.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakadilan Pelaksanaan Hukum….………47

3.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang

(15)

xiv

3.2.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa ... 48

3.2.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa ……….48

3.2.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang

Bertopik Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa ………49

3.2.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kendali Hukum oleh Orang Berkuasa ………...49

3.2.3 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kasus Hukum Tidak

Terselesaikan ... 50

3.2.3.1 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang

Bertopik Kasus Hukum Tidak Terselesaikan ……….50

3.3 Pendidikan... 51

3.3.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan dalam

Masyarakat ... 53

3.3.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal Dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan

dalam Masyarakat ………...53

3.3.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan dalam Masyarakat ………..54

3.3.1.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan dalam Masyarakat ………...…...54

3.3.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas ... 55

3.3.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas ………55

(16)

xv

3.3.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas ………..…..56

3.3.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Gelar Pendidikan yang Hanya Sebagai Formalitas………...…57

3.4 Kekerasan ... 58

3.4.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Tatanan Tanpa Penindasan

………...66

3.4.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Tatanan

Tanpa Penindasan ………66

3.4.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Tatanan Tanpa Penindasan ………..……….67

3.4.1.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Tatanan Tanpa Penindasan ………...68

3.4.2 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat ………...69

3.4.2.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat ………...…...69

3.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat ………..70

3.4.2.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat ………..70

3.4.2.4 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Rakyat ………...71

(17)

xvi

3.4.3.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme ……….72

3.4.3.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme ……….73

3.4.3.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang

Bertopik Penderitaan yang Disebabkan Sistem Kapitalisme ……….……..73

3.4.4 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan pada Marsinah

………...74

3.4.4.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan pada Marsinah ………..74

3.4.4.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Kekerasan pada Marsinah ………75

3.4.5 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Perlawanan pada Penindasan ………..……75

3.4.5.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Perlawanan

pada Penindasan ………...………76

3.4.5.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Perlawanan pada Penindasan ………76

3.4.6 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pemboman Rumah-Rumah

Ibadah ………...77

3.4.6.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pemboman

Rumah-Rumah Ibadah ………..77

(18)

xvii

3.4.7 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara Penguasa

Menutupi Persoalan ……….78

3.4.7.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara Penguasa Menutupi Persoalan ……….79

3.4.7.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara Penguasa Menutupi Persoalan ………80

3.4.7.3 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Cara-Cara Penguasa Menutupi Persoalan ……….……80

3.4.8 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Buruh, Rakyat, dan Petani ………81

3.4.8.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Penindasan pada Buruh, Rakyat, dan Petani ………81

3.4.8.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Penindasan pada Buruh, Rakyat, dan Petani ………81

3.4.9 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Konflik Sampit …………..82

3.4.9.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Konflik Sampit ………...82

3.4.9.2 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Konflik Sampit ……….83

3.4.10 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pembodohan dan Kekerasan yang Dilakukan Penguasa ………..…...84

3.4.10.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik

Pembodohan dan Kekerasan yang Dilakukan Penguasa ……..………84

(19)

xviii

3.5 Cinta ... 85

3.5.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta ………...87

3.5.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta ………...87 3.5.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal dalam Lirik Lagu yang Bertopik Ketidakmatangan dalam Menyikapi Cinta ………88 3.6 Stigma ... 89

3.6.1 Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Stigma …...90

3.6.1.1 Tindak Tutur Langsung Literal dalam Lagu yang Bertopik Stigma ………90

3.6.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Lagu yang Bertopik Stigma ………..91

BAB IV PENUTUP ………93

4.1 KESIMPULAN……….93

4.2 SARAN ……….94

DAFTAR PUSTAKA ……….96

LAMPIRAN ………...………98

(20)

xix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Penggolongan Tindak Tutur Berdasarkan Modus ………..8

Tabel 2: Lirik Bertopik Hukum ………...14

Tabel 3: Lirik Bertopik Pendidikan ………...……….20

Tabel 4: Lirik Bertopik Kekerasan ………... …..….23

Tabel 5: Lirik Bertopik Cinta ………...37

Tabel 6: Lirik Bertopik Stigma …………...………...39

Tabel 7: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Hukum ………...44

Tabel 8: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Pendidikan ……….51

Tabel 9: Tindak Tutur dalam Lirik Lagu yang Bertopik Kekerasan ………..59

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Marjinal berawal dari sebuah forum kebebasan berpendapat dan berekspresi pada masa Soeharto masih menjabat sebagai presiden. Forum tersebut bernama Anti Facist Racist Action (AFRA). Pada tahun 1997, dari forum tersebut, lahirlah sebuah kelompok bermusik bernama Anti Military (AM) atau Anti ABRI (AA). Pada tahun 2001, kelompok bermusik tersebut berganti nama menjadi Marjinal.

Sejak awal terbentuk, Marjinal menyuarakan ide antifasisme. Marjinal telah mengeluarkan beberapa album, yaitu Termarjinalkan (2003), “Predator” (2005),

“Partai Marjinal” (2009), “Sejajar” (2014), dan “Anti Facist and Racist Action”

(2016). Marjinal umumnya mengusung punk sebagai aliran bermusiknya.

Marjinal digawangi oleh Mike dan Bob, serta rekan-rekan dari Komunitas Taring Babi. Komunitas Taring Babi adalah komunitas anak-anak punk. Marjinal bersama Komunitas Taring Babi kerap mengadakan gig, diskusi, dan workshop dengan prinsip DIY atau do it yourself.

Marjinal lebih kondang di kalangan aktivis ketimbang pecinta musik awam karena beraliran punk dan berada di jalur independen. Selain itu, karena konten kritik sosial yang diangkatnya. Marjinal sering mengangkat isu pelanggaran HAM, perlawanan pada penguasa, korupsi, dan berbagai perjuangan orang tertindas. Berikut disajikan contoh isu yang diangkat:

(1) (i) Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000 (ii) Banyak rakyat kecil yang jadi korban

(22)

Tuturan (1i-ii) adalah contoh lirik lagu yang mengangkat isu kekerasan yaitu sebuah kejadian pemboman beberapa gereja yang terjadi pada hari Natal tahun 2000 yang menimbulkan banyak korban.

Selain topik yang diangkat, penelitian ini juga membahas tindak tutur yang digunakan oleh Marjinal. Berikut disajikan contoh tindak tutur yang digunakan dalam lirik lagu:

(2) Ooo Marsinah kau Termarjinalkan

(Marjinal, “Marsinah”, 2003)

Tuturan (2) adalah tuturan tidak langsung tidak literal. Dengan mempertimbangkan aspek penutur adalah aktivis kemanusiaan dan mitra tutur adalah pejabat hukum; konteksnya adalah kasus Marsinah tidak dilanjutkan sampai selesai; tujuan tuturannya adalah menuntut penyelesaian kasus Marsinah.

Tuturan tersebut dikatakan tidak langsung karena menggunakan modus berita untuk menyuruh, dalam hal ini pejabat hukum bukan Marsinah. Tuturan tersebut dikatakan tidak literal karena kata-kata penyusunnya tidak sama dengan maksud

penuturnya. Kata „termarjinalkan‟ yang dimaksudkan penutur adalah „kasus yang tidak terselesaikan‟. Tuturan (2), jika dituturkan secara langsung literal, tuturan ini

akan berbunyi, “Selesaikan kasus hukum Marsinah!”

Alasan peneliti memilih topik kritik dan tindak tutur dalam empat belas (14) lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan adalah (i) belum ada pembahasan linguistik pragmatik mengenai tindak tutur mengenai karya-karya Marjinal, (ii) penelitian linguistik mengenai lirik lagu masih kurang diperhatikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalan yang dibahas dalam penelitian ini adalah:

(23)

1.2.2. Bagaimana tindak tutur yang ada dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album

Termarjinalkan tahun 2003?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1. Mendeskripsikan topik dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album

Termarjinalkan tahun 2003.

1.3.2. Mendeskripsikan tindak tutur yang ada dalam lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah deskripsi topik dan tindak tutur pada lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003. Hasil penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis.

Manfaat teoretis hasil penelitian ini adalah menambah referensi kajian pragmatik mengenai topik dan tindak tutur. Manfaat praktisnya adalah membantu pembaca memahami isi lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003.

1.5 Tinjauan Pustaka

(24)

Nugroho (2017), dalam skripsinya “Kritik dan Tindak Tutur Mengkritik

Dalam Tiga Lagu Iwan Fals Versi Konser” memaparkan berbagai topik dalam lagu Iwan Fals versi konser tahun 1978-2000. Dalam penelitiannya, Nugroho meneliti lagu

berjudul “Demokrasi Nasi”, “Semar Mendem”, dan “Kisah Sapi Malam”. Dia menemukan kritik-kritik yang terdapat dalam ketiga lagu tersebut dan mengelompokkannya ke dalam tiga tema, yaitu (i) hukum, (ii) ekonomi, dan (iii) sosial. Dia menemukan sepuluh hal yang dikritik dalam lirik-liriknya, yaitu (i) ketidakadilan pelaksanaan hukum, (ii) lemahnya penegakan hukum, (iii) pencitraan pemerintah, (iv) tekanan oleh pemerintah, (v) intimidasi oleh pemerintah, (vi) penyalahgunaan kekuasaan, (vii) mahalnya harga, (viii) prostitusi, (ix) kesenjangan ekonomi, dan (x) kebohongan. Selain itu, dia memaparkan interseksi tindak tutur yang terdapat dalam masing-masing topik yang ditemukannya.

Putra (2017), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Kritik Sosial

Lirik lagu Marjinal – Negeri Ngeri”, meneliti penyampaian makna yang terdapat dalam lagu berjudul Negeri Ngeri. Dia menerapkan teori semiotika menggunakan metode kuantitatif untuk menjelaskan keterkaitan nilai-nilai moral kemasyarakatan dan nilai-nilai ketuhanan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut.

Harsini (2009), dalam skripsinya yang berjudul “Teknik Propaganda Dalam

Lirik Lagu Band Punk Marjinal”, meneliti berbagai teknik propaganda yang

digunakan band Marjinal. Dia menjelaskan pengertian dan teknik propaganda dan hubungannya dengan punk. Dalam uraiannya, teknik propaganda yang digunakan band Marjinal adalah teknik name calling, teknik testimonials, teknik plain folk, teknik using all forms of persuations, dan teknik gabungan.

Ariesta (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Ideologi dan Musik (Studi

(25)

Utomo (2016), dalam skripsinya yang berjudul “Wacana Kritik Sosial Korupsi

Dalam Lagu Hukum Rimba dan Kita Perangi Korupsi Karya Grup Musik Marjinal”, menjelaskan musik sebagai media massa. Dia menggunakan critical discourse

analysis Norman Fairclough untuk menjelaskan berbagai kritik sosial dalam lagu

band Marjinal berjudul Hukum Rimba dan Kita Perangi Korupsi.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, objek formal penelitian ini terkait dengan penelitian pragmatik mengenai tindak tutur seperti yang telah dilakukan oleh Nugraha dan Nugroho. Selain itu, objek material penelitian ini terkait dengan penelitian kelompok bermusk Marjinal seperti yang telah dilakukan oleh Putra, Harsini, Ariesta, dan Utomo.

1.6 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai topik wacana, pragmatik, tindak tutur, dan aspek tutur.

1.6.1 Topik Wacana

Baryadi (2002:54) menyatakan topik adalah perihal yang dibicarakan dalam wacana. Hal ini berarti topik menjiwai seluruh bagian wacana dan topik menyebabkan lahirnya wacana. Wacana berfungsi dalam proses komunikasi verbal karena wacana akan lahir jika ada yang dibicarakan dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi jika mengandung sesuatu yang dibicarakan.

(26)

dan dipahami serta ditanggapi. Topik menjadi arah utama seseorang untuk memahami wacana (Baryadi, 2002:55).

Topik wacana yang terdapat dalam lirik lagu Marjinal dalam album

Termarjinalkan tahun 2003 akan dibahas pada Bab II.

1.6.2 Pragmatik

Menurut Morris (dalam Schiffrin, 2007), pragmatik adalah studi tentang hubungan tanda-tanda dan interpreter. Dengan demikian, pragmatik adalah studi tentang bagaimana interpreter menggunakan atau mengikutsertakan pemakai tanda atau penerima tanda pada saat memaparkan (pengkronstruksian dari interpretan) tanda itu sendiri. Tarigan (1986) memaparkan bahwa pragmatik menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama sekali memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Menurut Parker (1986:11), pragmatics is the study of how language is used to communicate.

Pragmatics is distict from grammar, which is the study of internal structure of

language.

Pragmatik adalah studi bagaimana bahasa digunakan. Dalam penelitian ini, teori pragmatik digunakan untuk menentuka tindak tutur apa yang digunakan dalam suatu ujaran.

1.6.3 Tindak Tutur

Teori tindak tutur bertujuan mengutarakan pada kita, bila kita mengemukakan pertanyaan padahal yang dimaksud adalah menyuruh, atau bila kita mengatakan sesuatu hal dengan intonasi khusus (sarkastis) padahal yang dimaksud justru sebaliknya. (Tarigan, 1986) J. L. Austin membagi tindak tutur menjadi tiga jenis, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

(27)

1.6.4.1Tindak Lokusi

Tindak lokusi adalah tidak tutur berfungsi menyatakan sesuatu. Wijana (1996:17-18), mengutip Nababan, menyatakan bila diamati, konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat, dalam hal ini dipandang sebagai satuan yang terdiri dari subjek dan predikat. Berikut contoh tindak lokusi:

(3) Jari tangan jumlahnya lima

Tuturan (3) diutarakan semata-mata untuk menyampaikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk memengaruhi lawan tuturnya.

1.6.4.2Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi terbentuk sebab sebuah tuturan tidak hanya menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara saksama. Tindak ilokusi sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan, di mana dan sebagainya tindak tutur terjadi. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral memahami tindak tutur (Wijana. 1996:19). Berikut contoh tindak ilokusi:

(4) Ujian sudah dekat.

Tuturan (4) mungkin dimaksudkan untuk menasihati agar lawan tutur tidak hanya bepergian menghabiskan waktu sia-sia.

1.6.4.3Tindak Perlokusi

(28)

1.6.4 Jenis-Jenis Tindak Tutur

Wijana (1996:29) mengemukakan empat jenis tindak tutur yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan modusnya (yaitu langsung dan tidak langsung) dan maknanya (yaitu literal dan tidak literal).

1.6.4.1Tindak Tutur Berdasarkan Modus

Berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif).

Tabel 1: Penggolongan Tindak Tutur Berdasarkan Modus

Modus Tindak Tutur

Langsung Tidak langsung

Berita Memberitakan Menyuruh

Tanya Bertanya Menyuruh

Perintah Memerintah -

1.6.4.1.1Tindak Tutur Langsung

Tindak tutur langsung adalah tuturan yang menggunakan modusnya secara konvensional. Dalam hal ini, kalimat berita digunakan untuk memberi tahu, kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, dan permohonan. Contoh tindak tutur langsung:

(5) Rambutmu sudah panjang.

Tuturan (5) dapat mengandung arti yang sebenarnya, dan berfungsi untuk menyatakan informasi secara langsung karena modusnya adalah kalimat berita.

(29)

Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang menggunakan modus berita atau tanya untuk memerintah lawan tuturnya. Dalam hal ini, tuturan (5) dapat menjadi tuturan tidak langsung bila diucapkan oleh ibu kepada anaknya. Tuturan (5)

merupakan tuturan tidak langsung dari “Potonglah rambutmu itu!”

1.6.4.2Tindak Tutur Berdasarkan Makna

Berdasarkan maknanya, tindak tutur dibedakan menjadi tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

1.6.4.2.1 Tindak Tutur Literal

Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Berikut contoh tindak tutur literal:

(6) Penyanyi itu suaranya bagus.

Tuturan (6) bila diutarakan untuk maksud memuji atau mengagumi suara penyanyi yang dibicarakan merupakan tindak tutur literal.

1.6.4.2.2 Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Berikut contoh tindak tutur tidak literal:

(7) Suaramu bagus, (tapi tak usah menyanyi saja)

Maksud yang terkandung dalam tuturan (7) tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Penutur memaksudkan suara mitra tuturnya tidak bagus dengan

mengatakan “tak usah menyanyi saja”. Tuturan (8) merupakan tindak tutur tidak

(30)

1.6.5 Interseksi Berbagai Jenis Tindak Tutur

Bila tindak tutur langsung dan tidak langsung diinterseksikan (digabungkan) dengan tindak tutur literal dan tidak literal, didapatkan tindak tutur-tindak tutur sebagai berikut: i) tindak tutur langsung literal, ii) tindak tutur tidak langsung literal, iii) tindak tutur langsung tidak literal, iv) tindak tutur tidak langsung tidak literal.

1.6.5.1Tindak Tutur Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya.

(8) Buka mulutmu!

Tuturan (8) adalah contoh tindak tutur langsung literal. Modus tuturannya sesuai dan maknanya sama dengan maksud pengutaraannya yaitu menyuruh mitra tuturnya membuka mulut.

1.6.5.2Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan penutur.

(9) Lantainya kotor.

Tuturan (9) merupakan contoh tindak tutur tidak langsung literal. Modus tuturan (7) adalah berita, sedangkan maksudnya sebagai perintah. Makna kata-katanya sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Dalam konteks ibu rumah tangga berbicara pada pembantunya, tuturan (9) tidak hanya berisi informasi, tetapi juga perintah.

(31)

Tindak tutur langsung tidak literal adalah tidak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak sesuai dengan yang dimaksudkan penutur.

(10) Kalau makan biar sopan, buka saja mulutmu!

Tuturan (10) adalah contoh tindak tutur langsung tidak literal. Modusnya sama dengan maksud tuturan, sedangkan makna kata-katanya tidak sesuai dengan yang dimaksudkan. Konteks tuturan (10) adalah penutur menyuruh mitra tuturnya menutup mulut agar sopan.

1.6.5.4Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penutur.

(11) Lantainya bersih sekali.

Modus pada tuturan (11) tidak sesuai dan makna kata-katanya tidak sesuai dengan maksud penutur. Pada tuturan (11) modusnya adalah berita, sedangkan maksudnya sebagai perintah. Konteks tuturan (11) adalah penutur menyuruh pembantunya membersihkan lantai yang kotor.

1.6.6 Aspek Situasi Tutur

Menurut Leech (1983:13), since pragmatics studies meaning in relation to speech situation, reference to one or more of the following aspects of the spreech

situation will be criterion. Karena pragmatik mempelajari hubungan makna dengan

(32)

Dalam penelitian ini, aspek (i) penutur dan lawan tutur, (ii) konteks tuturan, dan (iii) tujuan tuturan dijadikan sebagai patokan untuk menganalisis tindak tutur yang dibahas pada Bab III.

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam bagian ini dijelaskan metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Menurut Sudaryanto (2015:9) metode adalah cara yang harus dilaksanakan, sedangkan teknik adalah cara melaksanakan metode. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat (Sudaryanto. 2015:203;205-208). Peneliti menyimak dengan cara mendengarkan dan membaca lirik lagu karya Marjinal dalam album Termarjinalkan tahun 2003, kemudian mencatat data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, data-data yang diperlukan adalah tuturan kunci yang merujuk pada konteks tertentu.

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan pragmatis. Menurut Sudaryanto (2015:17-18), metode padan adalah metode analisis yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bahasa yang bersangkutan. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya adalah mitra wicara. Bila orang sampai pada penentuan bahwa kalimat perintah ialah kalimat yang bila diucapkan menimbulkan reaksi tindakan tertentu dari mitra wicaranya dan kata afektif ialah kata yang bila diucapkan menimbulkan akibat emosional tertentu pada mitra wicaranya maka orang yang bersangkutan berada dalam jalur kerja metode padan pragmatis.

(33)

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data akan dilakukan dengan metode informal dan formal (Sudaryanto. 1993:145). Melalui metode informal, hasil analisis data akan disajikan dengan kata-kata denotatif. Melalui metode formal, hasil analisis akan disajikan dalam tabel.

1.8 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah lirik lagu karya Marjinal dalam album

Termarjinalkan tahun 2003, yaitu: Marsinah, CintaPembodohan, Mahakebo, Godam

Rakyat, Manusia Bersenjata, Mayday, Bergerak, Natal Berdarah, Hukum Rimba,

Sampit, Lawan Diktator, Belajar Sama-Sama, Anarki Bukan Barbar, dan Politik

Kekuasaan.

1.9 Sistematika Penyajian

(34)

14

BAB II

TOPIK DALAM LIRIK LAGU KARYA MARJINAL DALAM

ALBUM TERMARJINALKAN TAHUN 2003

2.1 Pengantar

Pada bab ini dibahas topik oleh Marjinal dalam lagu-lagunya. Topik-topik tersebut meliputi: (i) hukum, (ii) pendidikan, (iii) kekerasan, (iv) cinta, dan (v) stigma. Lagu yang bertopik hukum adalah “Hukum Rimba” dan “Marsinah”. Lagu yang bertopik pendidikan adalah “Belajar Sama-Sama” dan “Mahakebo”. Lagu yang bertopik kekerasan adalah “Bergerak”, “Godam Rakyat”, “Lawan Diktator”, “Manusia Bersenjata”, “Marsinah”, “Mayday”, “Natal Berdarah”, “Politik

Kekuasaan”, “Sampit”. Lagu yang bertopik cinta adalah “Cinta Pembodohan”. Lagu

yang bertopik stigma adalah “Anarki Bukan Barbar”.

2.2 Hukum

Hukum adalah undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (Sugono dkk. 2008:531). Lirik bertopik hukum terdapat dalam lagu “Hukum Rimba” dan “Marsinah”. Topik spesifik dalam lagu “Hukum Rimba” adalah ketidakadilan pelaksanaan hukum dan kendali hukum oleh orang berkuasa. Sementara pada lagu “Marsinah”, topik spesifiknya adalah kasus hukum yang tidak terselesaikan. Berikut pemaparannya:

Tabel 2: Lirik Bertopik Hukum

(35)

12 Hukum Rimba (i) Hukum adalah lembah hitam

(ii) Tak mencerminkan keadilan

(iii) Maling-maling kecil dihakimi

(iv) Maling-maling besar dilindungi

(v) Di manakah adanya keadilan bila masih memandang golongan

Ketidakadilan pelaksanaan hukum

13 Hukum Rimba (i) Pengacara juri hakim jaksa masih ternilai dengan angka (uang)

(ii) Hukum telah dikuasai oleh orang-orang beruang

(iii) Hukum adalah permainan tuk menjaga kekuasaan

(iv) Hukum adalah komoditas

(v) Barangnya para tersangka

(vi) Ada uang kau dimenangkan

(vii) Ga ada uang you say goodbye

(viii) Yang kuat selalu berkuasa

(ix) Yang lemah pasti merana

Kendali hukum oleh orang berkuasa

(36)

Topik spesifik dalam lagu “Hukum Rimba” adalah ketidakadilan pelaksanaan hukum. Berikut lirik berisi topik ketidakadilan pelaksanaan hukum:

(12) (i) Hukum adalah lembah hitam (ii) Tak mencerminkan keadilan (iii) Maling-maling kecil dihakimi (iv) Maling-maling besar dilindungi

(v) Di manakah adanya keadilan bila masih memandang golongan

(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)

Pada tuturan (12i), frasa lembah hitam memiliki makna „lembah nista‟ (Sugono, dkk. 2008:809). Tuturan (12i) menggambarkan „hukum sebagai sesuatu yang nista‟. Gambaran kenistaan yang dimaksud dijelaskan pada tuturan selanjutnya (12ii-v).

Pada tuturan (12ii), kata mencerminkan memiliki makna „menggambarkan keadaan‟ (Sugono, dkk. 2008:264). Jadi, tuturan (12ii) bermakna „tidak menggambarkan keadilan‟.

Pada tuturan (12iii), terdapat frasa maling-maling kecil dan kata dihakimi. Frasa

maling-maling kecil mengacu pada „pencuri yang mengambil dalam jumlah sedikit‟.

Frasa maling-maling kecil terdiri dari kata maling dan kecil. Kata maling bermakna „pencuri‟ (Sugono, dkk. 2008:868). Kata kecil bermakna „sedikit‟ (Sugono, dkk. 2008:644). Kata dihakimi bermakna „diadili‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:475). Jadi, tuturan (12iii) bermakna „pencuri yang mengambil dalam jumlah sedikit diadili‟.

Pada tuturan (12iv), terdapat frasa maling-maling besar dan kata dilindungi. Frasa maling-maling besar mengacu pada „pencuri yang mengambil dalam jumlah banyak‟. Frasa maling-maling besar terdiri dari kata maling dan besar. Kata besar bermakna „lebih dari ukuran sedang; lawan dari kecil‟ (Sugono, dkk. 2008:182). Kata

(37)

dkk. 2008:830). Jadi, tuturan (12iv) bermakna „pencuri yang mengambil dalam jumlah banyak diselamatkan dari marabahaya‟. Dalam hal ini, „marabahaya‟ mengacu pada „pengadilan dan hukuman‟.

Pada tuturan (12v), terdapat frasa di manakah, kata memandang dan golongan. Frasa di manakah adalah „kata tanya untuk menerangkan tempat‟ (Sugono, dkk. 2008:869). Kata memandang bermakna „melihat dan memperhatikan‟ (Sugono, dkk. 2008:1010). Kata golongan bermakna „kelompok‟ (Sugono, dkk. 2008:457). Tuturan (12v) merupakan pertanyaan „di mana adanya keadilan bila masih memperhatikan kelompok‟.

Topik spesifik lain dalam lagu “Hukum Rimba” adalah kendali hukum oleh orang berkuasa. Berikut lirik berisi topik kendali hukum oleh orang berkuasa:

(13) (i) Pengacara juri hakim jaksa masih ternilai dengan angka (uang) (ii) Hukum telah dikuasai oleh orang-orang beruang

(iii) Hukum adalah permainan tuk menjaga kekuasaan (iv) Hukum adalah komoditas

(v) Barangnya para tersangka (vi) Ada uang kau dimenangkan (vii) Ga ada uang you say goodbye (viii) Yang kuat selalu berkuasa (ix) Yang lemah pasti merana

(Marjinal, “Hukum Rimba”, 2003)

(38)

Pada tuturan (13ii), terdapat kata kunci dikuasai dan beruang. Kata dikuasai bermakna „dipengaruhi oleh seseorang‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:745). Kata beruang bermakna „mempunyai uang‟ (Sugono, dkk. 2008:1513). Jadi, tuturan (13ii)

bermakna „hukum telah dipengaruhi oleh orang-orang yang mempunyai uang.

Pada tuturan (13iii), terdapat kata kunci permainan dan menjaga. Kata

permainan bermakna „barang atau sesuatu yang dipermainkan‟ (Sugono, dkk.

2008:858). Kata menjaga bermakna „mempertahankan keselamatan‟ (Sugono, dkk. 2008:555). Jadi, tuturan (13iii) bermakna „hukum adalah barang yang dipermainkan untuk mempertahankan keselamatan kekuasaan‟.

Pada tuturan (13iv), terdapat kata kunci komoditas. Kata komoditas bermakna „barang dagangan utama‟ (Sugono, dkk. 2008:555). Jadi, tuturan (13iv) bermakna „hukum adalah barang dagangan utama‟.

Pada tuturan (13v), terdapat kata barangnya dan tersangka. Kata barangnya terdiri dari kata barang (Sugono, dkk. 2008:139) dan imbuhan -nya yang bermakna „varian pronomina ia/dia dan pronomina benda yang menyatakan milik, pelaku, atau penerima‟ (Sugono, dkk. 2008:791). Kata barangnya bermakna „barang milik (dia)‟. Kata tersangka bermakna „diduga, dicurigai‟. Kata tersangka mengacu pada „orang yang dicurigai melanggar hukum‟. Jadi, tuturan (13v) bermakna „hukum adalah barang milik orang yang dicurigai melanggar hukum‟.

Pada tuturan (13vi), terdapat frasa ada uang, kata kau dan dimenangkan. Frasa

adauang bermakna „mempunyai uang‟. „Mempunyai uang‟ mengacu pada „memberi

suap pada para pejabat hukum‟. Kata kau mengacu pada „tersangka‟. Kata

dimenangkan (bdk. Sugono, dkk. 2008:898) bermakna „dijadikan menang‟. Dalam

hal ini, „menang‟ yang dimaksud adalah „menang dalam pengadilan‟. Jadi, tuturan (13vi) bermakna „tersangka yang memberi suap pada para pejabat hukum akan dimenangkan.

(39)

„tersangka‟. Sedangkan kata say goodbye mengacu pada „kalah dalam pengadilan‟. Dalam hal ini, „tidak punya uang‟ mengacu pada „tidak memberi uang suap pada para pejabat hukum‟. Jadi, tuturan (13vii) bermakna „tersangka yang tidak memberi uang suap pada para pejabar hukum akan kalah dalam pengadilan‟.

Pada tuturan (13viii), terdapat frasa yang kuat dan kata berkuasa. Frasa yang

kuat mengacu pada „orang yang memiliki pengaruh‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:746).

Pengaruh yang dimaksud adalah jabatan, kuasa, atau uang. Kata berkuasa bermakna „mempunyai kuasa‟ (Sugono, dkk. 2008:746). Jadi, tuturan (13viii) bermakna „orang -orang yang memiliki pengaruh selalu mempunyai kuasa‟.

Pada tuturan (13ix), terdapat frasa yang lemah dan kata merana. Frasa yang

lemah mengacu pada orang yang memiliki pengaruh‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:807).

Kata merana bermakna „selalu menderita sedih‟ (Sugono, dkk. 903). Jadi, tuturan (13ix) bermakna „orang-orang yang tidak memiliki pengaruh pasti selalu menderita.

Topik spesifik dalam lagu “Marsinah” adalah kasus hukum yang tidak terselesaikan. Berikut lirik berisi topik kasus hukum yang tidak terselesaikan:

(14) Ooo Marsinah kau termarjinalkan

(Marjinal, “Marsinah”, 2003)

Tuturan (14) berisi lirik bertopik tidak diselesaikannya suatu kasus hukum. Pada tuturan (14), terdapat kata kunci termarjinalkan. Termarjinalkan mengacu pada kata termarginalisasikan. Termarginalisasikan bermakna termarginalisasi.

Termarginalisasi bermakna „terkena pembatasan‟ (bdk. Sugono, dkk. 879).

(40)

2.3 Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (bdk. Sugono dkk. 2008:352). Lirik bertopik pendidikan terdapat dalam lagu “Belajar Sama-sama” dan “Mahakebo”. Topik spesifik dalam lagu “Belajar Sama-sama” adalah pendidikan dalam masyarakat. Sementara pada lagu

“Mahakebo”, topik spesifiknya adalah gelar pendidikan yang hanya sebagai

formalitas. Berikut pemaparannya:

Tabel 3: Lirik Bertopik Pendidikan

No. Judul Tuturan Kunci Topik

15 Belajar Sama-Sama

(i) Semua orang itu guru

(ii) Alam raya sekolahku

Pendidikan dalam masyarakat

16 Mahakebo (i) Cobalah lihat ada yang wisuda

(ii) Yang disahkan menjadi seorang sarjana

(iii) Tuk dapatkan formalitas saja

Gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas

Topik spesifik dalam lagu “Belajar Sama-Sama” adalah kasus pendidikan dalam masyarakat. Berikut lirik berisi topik pendidikan dalam masyarakat:

(41)

(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)

Tuturan (15) berisi lirik bertopik pendidikan dalam masyarakat. Pada tuturan (15i), terdapat kata kunci guru. Kata guru bermakna „orang yang pekerjaannya mengajar‟ (Sugono, dkk. 2008:469). Jadi, tuturan (15i) bermakna „semua orang merupakan orang yang mengajar‟.

Pada tuturan (15ii), terdapat kata kunci alam raya dan sekolahku. Kata alam raya bermakna „jagat raya‟. Kata sekolahku terdiri dari kata sekolah yang bermakna „bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran‟ (Sugono, dkk. 2008:1244) dan imbuhan -ku yang bermakna „(aku) pemilik‟ (Sugono, dkk. 2008:744). Jadi, tuturan (15ii) bermakna „jagat raya adalah tempat si „aku‟ belajar dan mengajar‟.

Topik spesifik dalam lagu “Mahakebo” adalah gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas. Berikut lirik berisi topik gelar pendidikan yang hanya sebagai formalitas:

(16) (i) Cobalah lihat ada yang wisuda

(ii) Yang disahkan menjadi seorang sarjana (iii) Tuk dapatkan formalitas saja

(Marjinal, “Mahakebo”, 2003)

Tuturan (16) berisi lirik bertopik gelar pendidikan yang hanya sebagai sebagai formalitas. Pada tuturan (16i), terdapat kata kunci wisuda. Kata wisuda bermakna „peresmian atau pelantikan yang dilakukan dengan upacara khidmat‟ (Sugono, dkk. 2008:1563).

Pada tuturan (16ii), terdapat kata kunci disahkan dan sarjana. Kata disahkan

(42)

dkk. 2008:1200). Kata sarjana bermakna „gelar strata satu yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan tingkat terakhir di perguruan tinggi‟.

Pada tuturan (16iii), terdapat kata dapatkan dan formalitas. Kata dapatkan

mengacu pada kata „memperoleh‟ (Sugono, dkk. 2008:293). Kata formalitas

bermakna „bentuk (peraturan, tata cara, prosedur, kebiasaan) yang berlaku‟ atau „sekadar mengikuti tata cara‟ (Sugono, dkk. 2008:396).

2.4 Kekerasan

Kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain; paksaan (bdk. Sugono dkk. 2008:698). Lirik bertopik kekerasan terdapat dalam lagu “Bergerak”, “Godam Rakyat”, “Lawan Diktator”, “Manusia

Bersenjata”, “Marsinah”, “Mayday”, “Natal Berdarah”, “Politik Kekuasaan”,

“Sampit”.

Topik spesifik dalam lagu “Bergerak” adalah tatanan tanpa penindasan. Pada lagu “Godam Rakyat”, topik spesifiknya adalah pemerasan pada rakyat. Pada lagu “Lawan Diktator”, topik spesifiknya adalah penindasan pada rakyat. Pada lagu “Manusia Bersenjata”, topik spesifiknya adalah penderitaan yang disebabkan sistem kapitalisme. Pada lagu “Marsinah”, topik spesifiknya adalah kekerasan pada

Marsinah. Pada lagu “Mayday”, topik spesifiknya adalah perlawanan pada

(43)

Tabel 4: Lirik Bertopik Kekerasan

No. Judul Tuturan Kunci Topik

17 Bergerak (i) Bergerak bersama rakyat tertindas

(ii) Membangun tatanan masyarakat adil

(ii) Hanya dijadikan sapi-sapi perahan

(iii) Tanpa mengenal belas kasihan

(iv) Dijadikan alat mesin pengumpul uang

(ii) Pengangguran kriminalitas dan kesenjangan sosial

(iii) Pengekangan pembantaian lahir dari penguasa

(44)

20 Manusia Bersenjata

(i) Banyak orang yang menderita

(ii) Semuanya telah dikuasai penguasa

(iii) Dengan manusia bersenjata

(iv) Sompret sistem negara Amerika

(45)

korban

(v) Metode lama selalu dia gunakan menutupi persoalan

(vi) Black propaganda doktrinasi rakyat terilusi

26 Sampit (i) Darah-darah berceceran

(ii) Bangkai-bangkai hitam berserakan

(iii) Kobaran api tangisan jiwa melengkapi jeritan di Sampit

(46)

(iv) Cobalah lihat di sana mati

(v) Pembantaian penjagalan pembakaran

(vi) Tetesan air mata tak henti membanjiri tanah di Sampit

(vii) Gemuruh genta kematian menghantui tidur mereka

27 Sampit (i) Hentikan pembodohan yang menciptakan banyak korban

(ii) Hentikan kekerasan yang telah membunuh saudara-saudara kita

(iii) Diadu domba jadi alat tuk penguasa

Pembodohan dan kekerasan yang dilakukan penguasa

Topik spesifik dalam lagu “Bergerak” adalah tatanan tanpa penindasan. Berikut lirik berisi topik tatanan tanpa penindasan:

(17) (i) Bergerak bersama rakyat tertindas (ii) Membangun tatanan masyarakat adil (iii) Bila penindasan telah dihancurkan

(47)

Tuturan (17) berisi lirik bertopik tatanan tanpa penindasan. Pada tuturan (17i), terdapat kata kunci bergerak dan tertindas. Kata bergerak bermakna „(mulai) melakukan suatu usaha‟ (Sugono, dkk. 2008:443). Kata tertindas bermakna „disengsarakan; teraniaya‟. Jadi, tuturan (17i) bermakna „mulai melakukan sesuatu bersama rakyat yang teraniaya‟ (Sugono, dkk. 2008:1467).

Pada tuturan (17ii), terdapat kata kunci tatanan. Kata tatanan bermakna „sistem‟ (Sugono, dkk. 2008:1410). Jadi, tuturan (17ii) bermakna „membangun sistem masyarakat yang adil‟.

Pada tuturan (17iii), terdapat kata kunci bila dan penindasan. Kata bila bermakna „kata tanya untuk menanyakan waktu‟ (Sugono, dkk. 2008:191). Kata

penindasan bermakna „proses, cara, perbuatan menindas‟ (Sugono, dkk. 2008:1467).

Jadi, tuturan (17iii) bermakna „sewaktu perbuatan menindas telah dihancurkan‟.

Topik spesifik dalam lagu “Godam Rakyat” adalah pemerasan pada rakyat. Berikut lirik berisi topik pemerasan pada rakyat:

(18) (i) Banyak sekali rakyat yang jadi korban (ii) Hanya dijadikan sapi-sapi perahan (iii) Tanpa mengenal belas kasihan

(iv) Dijadikan alat mesin pengumpul uang

(Marjinal, “Godam Rakyat”, 2003)

(48)

Pada tuturan (18ii), terdapat idiom sapi-sapi perahan. Idiom sapi-sapi perahan mengacu pada „orang yang diperas tenaganya (penghasilannya, dan sebagainya) oleh orang lain; orang yang dimanfaatkan secara terus-menerus oleh orang lain‟ (Sugono, dkk. 2008:1225). Jadi, tuturan (18ii) bermakna rakyat hanya dimanfaatkan secara terus-menerus‟.

Pada tuturan (18iii), terdapat frasa belas kasihan. Frasa belas kasihan bermakna „rasa belas dan kasihan‟ (Sugono, dkk. 2008:162). Jadi, tuturan (18ii) bermakna „orang yang memanfaatkan rakyat tidak mengenal rasa belas dan kasih‟.

Pada tuturan (18iv), terdapat kata kunci alat dan mesin. Kata alat bermakna „benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu‟ (Sugono, dkk. 2008:36). Kata mesin bermakna „perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam‟ (Sugono, dkk. 2008:906). Jadi, tuturan (18iv) bermakna „rakyat dijadikan perkakas untuk mengumpulkan uang‟.

Topik spesifik dalam lagu “Lawan Diktator” adalah penindasan pada rakyat. Berikut lirik berisi topik penindasan pada rakyat:

(19) (i) Di bawah kaki penguasa yang selalu menindas kita semua (ii) Pengangguran kriminalitas dan kesenjangan sosial

(iii) Pengekangan pembantaian lahir dari penguasa

(Marjinal, “Lawan Diktator”, 2003)

(49)

Pada tuturan (19ii), terdapat kata kunci pengangguran, kriminalitas, dan

kesenjangan. Kata pengangguran bermakna „hal atau perbuatan menganggur‟

(Sugono, dkk. 2008:65). Kata menganggur bermakna „tidak bekerja‟ (Sugono, dkk. 2008:65). Kata kriminalitas bermakna „perbuatan yang melanggar hukum pidana‟ (Sugono, dkk. 2008:741). Kata kesenjanganbermakna „ketidakseimbangan‟ (Sugono, dkk. 2008:1274).

Pada tuturan (19iii), terdapat kata kunci pengekangan, pembantaian, dan lahir. Kata pengekangan bermakna „pembatasan kebebasan‟ (Sugono, dkk. 2008:650). Kata

pembantaian bermakna „proses, cara, perbuatan membantai‟ (Sugono, dkk.

2008:136). Kata lahir bermakna „keluar dari kandungan‟ atau „muncul di dunia (masyarakat)‟ (Sugono, dkk. 2008:771). Jadi, tuturan (19ii-iii) bermakna „pengangguran, kriminalitas, kesenjangan sosial, pengekangan, dan pembantaian yang muncul dalam masyarakat berasal dari penguasa‟.

Topik spesifik dalam lagu “Manusia Bersenjata” adalah penderitaan yang disebabkan sistem kapitalisme. Berikut lirik berisi topik penderitaan yang disebabkan sistem kapitalisme:

(20) (i) Banyak orang yang menderita (ii) Semuanya telah dikuasai penguasa (iii) Dengan manusia bersenjata

(iv) Sompret sistem negara Amerika

(Marjinal, “Manusia Bersenjata”, 2003)

(50)

Pada tuturan (20ii), terdapat kata kunci semuanya. Kata semuanya bermakna „segala-galanya‟ (Sugono, dkk. 2008:1265). Pada tuturan (20iii), terdapat kata kata kunci dengan dan bersenjata. Kata dengan bermakna „memakai (menggunakan) suatu alat‟ (Sugono, dkk. 2008:312). Kata bersenjata bermakna „berlengkapkan senjata‟ (Sugono, dkk. 2008:1274). Jadi, tuturan (20ii-iii) bermakna „segala-galanya telah dikuasai penguasa menggunakan kekuatan orang-orang berlengkapkan senjata‟.

Pada tuturan (20iv), terdapat frasa sistem negara Amerika. Frasa sistem negara

Amerikamengacu pada „sistem kapitalisme‟.

Topik spesifik dalam lagu “Marsinah” adalah kekerasan pada Marsinah. Berikut lirik berisi topik kekerasan pada Marsinah:

(21) (i) Ada darah rintih caci maki kau hadapi

(ii) Hanya tetes darah dan air mata yang kau terima (iii) Ooo Marsinah matimu tak sia-sia

(Marjinal, “Marsinah”, 2003)

Tuturan (21) berisi lirik bertopik kekerasan pada Marsinah. Pada tuturan (21i), terdapat kata kunci darah, rintih, caci maki, kau, dan hadapi. Kata darah, rintih, dan

caci maki mengacu pada „penderitaan‟. Kata kau mengacu pada „Marsinah‟. Kata

hadapi mengacu pada kata menghadapi. Kata „menghadapi‟ bermakna „mengalami‟

(Sugono, dkk. 2008:472).

Pada tuturan (21ii), terdapat frasa tetes darah dan air mata. Frasa tetes darah

dan air matamengacu pada „penderitaan‟. Jadi, tuturan (21i-ii) bermakna „Marsinah

mengalami berbagai macam penderitaan‟.

(51)

Topik spesifik dalam lagu “Mayday” adalah kasus perlawanan pada penindasan. Berikut lirik berisi topik perlawanan pada penindasan:

(22) (i) Menghancurkan segala penghisapan (ii) Derap langkah kaum-kaum pekerja (iii) Menolak ditindas

(Marjinal, “Mayday”, 2003)

Tuturan (22) berisi lirik bertopik perlawanan pada penindasan. Pada tuturan (22i), terdapat kata kunci penghisapan. Kata penghisapan mengacu pada kata

pengisapan. Kata pengisapan mengacu pada „pengisapan yang menindas‟ (Sugono,

dkk. 2008:548). Jadi, tuturan (22i) bermakna „menghancurkan segala pengisapan yang menindas‟.

Pada tuturan (22ii), terdapat idiom derap langkah. Idiom derap langkah mengacu pada „usaha‟. Pada tuturan (22iii), terdapat kata ditindas. Kata ditindas

bermakna „diperlakukan dengan sewenang-wenang‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:1467).

Jadi, tuturan (22ii-iii) bermakna „usaha kaum-kaum pekerja menolak diperlakukan dengan sewenang-wenang‟.

Topik spesifik dalam lagu “Natal Berdarah” adalah pemboman rumah-rumah ibadah. Berikut lirik berisi topik pemboman rumah-rumah ibadah:

(23) (i) Natal berdarah 25 Desember di akhir tahun 2000

(ii) Pemboman rumah-rumah ibadah bermotifkan adu domba (iii) Banyak rakyat kecil yang jadi korban

(52)

Tuturan (23) berisi lirik bertopik pemboman rumah-rumah ibadah. Pada tuturan (23i), terdapat kata kunci berdarah. Kata berdarah bermakna „mengeluarkan darah‟ (Sugono, dkk. 2008:294). Kata berdarah mengacu pada „peristiwa nahas‟. Tuturan (23i) bermakna „sebuah peristiwa nahas terjadi pada hari Natal tanggal 25 Desember 2000‟.

Pada tuturan (23ii), terdapat kata kunci pemboman. Kata pemboman mengacu pada kata pengeboman. Kata pengeboman terdiri dari kata bom dan imbuhan penge --an. Kata bom bermakna „senjata peledak yang bentuknya seperti peluru besar yang berisi bahan peledak‟. Imbuhan penge--an bermakna „proses, cara, perbuatan‟ (Sugono, dkk. 2008:1045). Kata pengebomanbermakna „penyerangan (penghancuran dan sebagainya) dengan bom‟.

Pada tuturan (23iii), terdapat kata kunci korban. Kata korban bermakna „orang yang menderita akibat suatu kejadian‟ (Sugono, dkk. 2008:733).

Topik spesifik lain dalam lagu “Natal Berdarah” adalah cara-cara penguasa menutupi persoalan. Berikut lirik berisi topik cara-cara penguasa menutupi persoalan:

(24) (i) Pemboman mengadu domba sudah biasa (ii) Perang SARA rekayasa

(iii) Rekayasa para penguasa (iv) Inilah kebiadaban

(v) Metode lama selalu dia gunakan menutupi persoalan (vi) Black propaganda doktrinasi rakyat terilusi

(Marjinal, “Natal Berdarah”, 2003)

(53)

Pada tuturan (24ii-iii), terdapat kata kunci rekayasa. Kata rekayasa bermakna „rencana jahat atau persekongkolan untuk merugikan dan sebagainya pihak lain‟ (Sugono, dkk. 2008:1157).

Pada tuturan (24iv), terdapat kata kunci inilah dan kebiadaban. Kata inilah mengacu pada „rekayasa yang dilakukan penguasa‟. Kata kebiadabanbermakna „sifat biadab (kejam)‟ (Sugono, dkk. 2008:194)

Pada tuturan (24v), terdapat frasa metode lama dan kata menutupi. Frasa

metode lama mengacu pada „rekayasa yang dilakukan penguasa‟. Kata menutupi

bermakna „menyelubungi‟ (Sugono, dkk. 2008:1510).

Pada tuturan (24vi), terdapat frasa black propaganda, kata doktrinasi dan

terilusi. Frasa black propaganda mengacu pada propaganda gelap. Propaganda

gelap bermakna „propaganda yang dilakukan untuk melemahkan moral‟ (bdk.

Sugono, dkk. 1106). Kata doktrinasi bermakna „pengajaran (tentang asas suatu aliran politik)‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:338). Kata terilusi terdiri dari kata ilusi yang bermakna „pengamatan yang tidak sesuai dengan pengindraan‟ (Sugono, dkk. 2008:526) dan imbuhan ter- yang bermakna „telah mengalami‟ (Sugono, dkk. 2008:1447).

Topik spesifik dalam lagu “Politik Kekuasaan” adalah penindasan pada buruh, rakyat, dan petani. Berikut lirik berisi topik penindasan pada buruh, rakyat, dan petani:

(25) (i) Buruh ditindas (ii) Rakyat ditindas (iii) Petani ditindas (iv) Politik mencari uang (v) Politik tuk kekuasaan

(54)

Tuturan (25) berisi topik tentang penindasan pada buruh, rakyat, dan petani. Pada tuturan (25i-iii), terdapat kata ditindas. Kata ditindas bermakna

„memperlakukan dengan sewenang-wenang‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:1467).

Pada tuturan (25iv), terdapat kata politik dan mencari. Kata politik bermakna „cara bertindak; kebijakan‟ (Sugono, dkk. 2008:1091). Kata mencari bermakna „berusaha mendapatkan‟ (Sugono, dkk. 2008:245).

Pada tuturan (25v), terdapat kata kekuasaan. Kata kekuasaan bermakna „kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, karisma, atau kekuatan fisik (Sugono, dkk. 2008:746).

Topik spesifik dalam lagu “Sampit” adalah konflik Sampit. Berikut lirik berisi topik konflik Sampit:

(26) (i) Darah-darah berceceran

(ii) Bangkai-bangkai hitam berserakan

(iii) Kobaran api tangisan jiwa melengkapi jeritan di Sampit (iv) Cobalah lihat di sana mati

(v) Pembantaian penjagalan pembakaran

(vi) Tetesan air mata tak henti membanjiri tanah di Sampit (vii) Gemuruh genta kematian menghantui tidur mereka

(Marjinal, “Sampit”, 2003)

(55)

Pada tuturan (26ii), terdapat kata bangkai dan berserakan. Kata bangkai bermakna „tubuh yang sudah mati‟ (Sugono, dkk. 2008:132). Kata berserakan bermakna „berantakan; porak poranda; terletak tidak beraturan‟ (Sugono, dkk. 2008:1282).

Pada tuturan (26iii), terdapat frasa kobaran api, tangisan jiwa, dan kata jeritan. Frasa kobaran api mengacu pada „peristiwa konflik yang terjadi di Sampit‟. Frasa

tangisan jiwa dan kata jeritan mengacu pada „penderitaan yang dirasakan korban‟.

Kata jeritanbermakna „teriakan‟ (Sugono, dkk. 2008:582).

Pada tuturan (26iv), terdapat kata mati. Kata mati bermakna „tidak hidup lagi‟ (Sugono, dkk. 2008:888).

Pada tuturan (26v), terdapat kata pembantaian, penjagalan, dan pembakaran. Kata pembantaian bermakna „pembunuhan secara kejam dengan korban lebih dari

seseorang‟ (Sugono, dkk. 2008:136). Kata penjagalan bermakna „pembantaian‟

(Sugono, dkk. 2008:556). Kata pembakaran bermakna „perbuatan membakar‟ (Sugono, dkk. 2008:121).

Pada tuturan (26vi), terdapat kata air mata dan membanjiri. Kata air mata mengacu pada „kesedihan yang dirasakan korban‟. Kata membanjiri bermakna „menggenangi‟ (Sugono, dkk. 2008:135). Tuturan (26vi) bermakna „duka yang dirasakan korban tidak henti-henti‟.

Pada tuturan (26vii), terdapat kata gemuruh, idiom genta kematian, dan kata

menghantui. Kata gemuruh bermakna „menderu-deru seperti bunyi guruh atau suara

ombak besar mengalun menepis pantai‟ (Sugono, dkk. 2008:438). Idiom genta

kematian mengacu pada „sesuatu yang mendatangkan maut‟. Kata menghantui

(56)

Topik spesifik lain dalam lagu “Sampit” adalah pembodohan dan kekerasan yang dilakukan penguasa. Berikut lirik berisi topik pembodohan dan kekerasan yang dilakukan penguasa:

(27) (i) Hentikan pembodohan yang menciptakan banyak korban (ii) Hentikan kekerasan yang telah membunuh saudara-saudara kita (iii) Diadu domba jadi alat tuk penguasa

(Marjinal, “Sampit”, 2003)

Tuturan (27) berisi lirik bertopik pembodohan dan kekerasan yang dilakukan penguasa. Pada tuturan (27i), terdapat kata pembodohan. Kata pembodohan bermakna „proses, cara, perbuatan membodohkan‟ (Sugono, dkk. 2008:203).

Pada tuturan (27ii), terdapat kata kekerasan. Kata kekerasan bermakna „perbuatan seseorang atau kelompok orang uang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain‟ (Sugono, dkk. 2008:677).

Pada tuturan (27iii), terdapat idiom diadu domba. Idiom diadu domba bermakna „dijadikan berselisih di antara pihak yang sepaham‟ (bdk. Sugono, dkk. 2008:12).

2.5 Cinta

(57)

Tabel 5: Lirik Bertopik Cinta

No. Judul Tuturan Kunci Topik

28 Cinta

Pembodohan

(i) Mati karena cinta stres karena cinta

(ii) Sedikit-dikit cinta

(iii) Cinta pembodohan

(iv) Karena cinta membuat manusia tak karuan

(v) Karena cinta itu berlebihan

(vi) Cinta itu rancu

(vii) Cinta adalah alat untuk gapai keinginan

(viii) Mau ML atau mau jadi presiden

(ix) Membunuh karena cinta cinta cinta cinta ta

Ketidakmatangan dalam menyikapi cinta

Topik spesifik dalam lagu “Cinta Pembodohan” adalah ketidakmatangan dalam menyikapi cinta. Berikut lirik berisi topik ketidakmatangan dalam menyikapi cinta:

(58)

(ii) Sedikit-dikit cinta (iii) Cinta pembodohan

(iv) Karena cinta membuat manusia tak karuan (v) Karena cinta itu berlebihan

(vi) Cinta itu rancu

(vii) Cinta adalah alat untuk gapai keinginan (viii) Mau ML atau mau jadi presiden

(ix) Membunuh karena cinta cinta cinta cinta ta

(Marjinal, “Cinta Pembodohan”, 2003)

Tuturan (28) berisi lirik bertopik ketidakmatangan dalam menyikapi cinta. Pada tuturan (28i), terdapat kata kunci mati, stres, dan cinta. Kata mati bermakna „tidak hidup lagi‟ (Sugono, dkk. 2008:888). Kata stres bermakna „gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar‟ (Sugono, dkk. 2008:1341). Kata cinta bermakna „suka sekali‟ atau „terpikat‟ (Sugono, dkk. 2008:268). Jadi, tuturan (28i) bermakna „kondisi mati dan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh cinta‟.

Pada tuturan (28ii), terdapat kata sedikit-dikit. Kata sedikit-dikit mengacu pada kata sedikit-sedikit. Kata sedikit-sedikit bermakna „setiap kali sedikit‟ atau „barang sedikit‟ (Sugono, dkk. 2008:1239).

Pada tuturan (28iii), terdapat kata pembodohan. Kata pembodohan bermakna „proses, cara, perbuatan membodohkan‟ (Sugono, dkk. 2008:203). Jadi, tuturan (28iii) bermakna „cinta adalah cara membodohkan‟.

(59)

Pada tuturan (28v), terdapat kata berlebihan. Kata berlebihanbermakna „aneh -aneh atau tidak sewajarnya (tentang tingkah laku)‟ (Sugono, dkk. 2008:801). Jadi, tuturan (28v) bermakna „karena cinta itu tidak sewajarnya‟.

Pada tuturan (28vi), terdapat kata rancu. Kata rancu bermakna „tidak teratur; campur aduk; kacau (tentang berpikir, berbahasa)‟ (Sugono, dkk. 2008:1139). Jadi, tuturan (28vi) bermakna „cinta itu tidak teratur‟.

Pada tuturan (28vii), terdapat kata alat. Kata alatbermakna „yang dipakai untuk mencapai maksud‟ (Sugono, dkk. 2008:36). Jadi, tuturan (28vii) bermakna „cinta adalah sesuatu yang dipakai untuk mencapai keinginan‟.

Pada tuturan (28viii), terdapat kata ML dan presiden. Kata ML adalah singkatan dari „making love‟ atau „bersanggama‟. Kata presiden mengacu pada kata „pejabat‟. Jadi, tuturan (28viii) bermakna „cinta dapat dipakai untuk mencapai keinginan bersanggama atau menjadi pejabat‟.

Pada tuturan (28ix), terdapat kata membunuh. Kata membunuh bermakna „menghilangkan (menghabisi; mencabut) nyawa‟ (Sugono, dkk. 2008:225). Jadi, tuturan (28ix) bermakna „cinta dapat dijadikan alasan untuk menghilangkan nyawa‟.

2.6 Stigma

Stigma adalah ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya (Badudu. 2003:332). Lirik bertopik stigma terdapat dalam lagu “Anarki Bukan Barbar”. Topik spesifik dalam lagu “Anarki Bukan Barbar” adalah stigma mengenai „anarki‟. Berikut pemaparannya:

Tabel 6: Lirik Bertopik Stigma

(60)

29 Anarki Bukan Barbar

(i) Sering kita mendengar

(ii) Anarkisme adalah suatu yang menakutkan

(iii) Sebuah ancaman, bayangan ketakutan

(iv) Anarkisme adalah suatu kerusuhan

(v) Gerakan tak terorgan biang kekerasan

(vi) Anarki bukan barbar

(vii) Anarki bukan vandal

(viii) Anarki adalah persamaan hak

(ix) Anarki adalah tanpa paksaan

(x) Penyamarataan hak sejahtera bersama

Stigma mengenai „anarki‟

Topik spesifik dalam lagu “Anarki Bukan Barbar” adalah stigma mengenai „anarki‟. Berikut lirik berisi topik stigma mengenai „anarki‟:

(29) (i) Sering kita mendengar

(61)

(iv) Anarkisme adalah suatu kerusuhan (v) Gerakan tak terorgan biang kekerasan (vi) Anarki bukan barbar

(vii) Anarki bukan vandal

(viii) Anarki adalah persamaan hak (ix) Anarki adalah tanpa paksaan

(x) Penyamarataan hak sejahtera bersama

(Marjinal, “Anarki bukan Babar”, 2003)

Tuturan (29) berisi lirik bertopik stigma mengenai „anarki‟. Tuturan tersebut terbagi menjadi 2 bagian, (29i-v) menceritakan stigma yang sering ditemui mengenai „anarki yang rusuh dan kacau‟ dan (29vi-x) menceritakan „seperti apa seharusnya anarki itu‟. Pada tuturan (29i), terdapat kata kunci mendengar. Kata mendengar bermakna „mendapat kabar‟ (Sugono, dkk. 2008:312). Jadi, tuturan (29i) bermakna „kita sering mendapat kabar‟.

Pada tuturan (29ii), terdapat kata kunci anarkisme dan menakutkan. Kata

anarkisme bermakna „ajaran (paham) yang menentang setiap kekuatan negara; teori

politik yang tidak menyukai adanya pemerintahan dan undang-undang‟ (Sugono, dkk. 2008:59). Kata menakutkan bermakna „menjadikan takut akan‟ (Sugono, dkk. 2008:1382). Jadi, tuturan (29ii) bermakna „anarkisme adalah sesuatu yang menjadikan seseorang takut‟.

Pada tuturan (29iii), terdapat kata ancaman, bayangan, dan ketakutan. Kata

ancaman bermakna „usaha yang dilaksanakan secara konsepsional melalui tindak

politik dan atau kejahatan yang diperkirakan dapat membahayakan tatanan serta kepentingan negara dan bangsa‟ (Sugono, dkk. 2008:60). Kata bayangan bermakna

bayang-bayang. Kata bayang-bayang bermakna „rupa (wujud) yang kurang jelas

Gambar

Tabel 1: Penggolongan Tindak Tutur Berdasarkan Modus
Tabel 2: Lirik Bertopik Hukum
Tabel 3: Lirik Bertopik Pendidikan
Tabel 4: Lirik Bertopik Kekerasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Retak kotak – kotak iasanya di tandai oleh aspal atau perkerasan retak halus dan juga biasanya terjadi pada bagian yang lebih halus dipermukaan tersebut, tetapi kadang

Kelompok kontrol negatif yang digunakan adalah tikus yang diinduksi STZ 60 mg/kg BB tikus dan nicotinamide (NA) 120 mg/kg BB. Kontrol negatif ini berfungsi untuk

Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt Yang telah memberikan segala limpahanrahmat, taufiq, dan hidayah sehingga penulis dapatdapat menyelesaiakan penyusunan skripsi

Pengalaman dengan covid 19 ini tentu menimbulkan penderitaan dalam hidup manusia karena ada banyak orang yang meninggal bahkan yang lebih menyakitkan lagi, ada yang

Ciri-ciri yang dimaksud antara lain: di dalam sebuah tangga nada terdapat whole tone di bawah tonika yang jelas bukan tangga nada mayor (yaitu modus

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity (CAMEL) dan pengungkapan sukarela pada tingkat

Hal ini sejalan dengan visi dan misi Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Provinsi Jawa Tengah yaitu dalam mewujudkan

Pada penelitian sebelumnya juga mengalami hal serupa, dimana nilai kadar air semakin rendah terdapat pada bakso ayam yang menggunakan tepung biji nangka lebih