• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD INPRES BIME KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD INPRES BIME KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN FASILITAS SEKOLAH, ORANG TUA, DAN PENDIDIK,

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD INPRES

BIME KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun Oleh:

Obeth Lepitalen

NIM: 081324027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAUHAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Pertama-tama saya mengucap syukur kepada Tuhan

Yesus Kristus atas berkat dan anugrah-Nya sehigga,

saya dapat menyelesaikan gelar sarjana.

Bapa yang tercinta, membuat saya sampai

menyelesaikan sarjana atas dorongan bapa, ada satu

kata yang keluar dari mulut bapa dan itu menjadi

motivasi saya adalah “ KAMU MENJADI PEMBANTU

MEREKA & CUCI PIRING”. Tiada kata yang lebih indah

(5)

HALAMAN MOTTO

Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka

semuanya itu ditambahkan kepadamu (Matius 6: 33)

Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat

dan pengetahuan (Kolose 2: 3)

Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan Ku tidak

akan berlalu (Matius 24: 35)

Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang

membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah

tengah

orang bijak .

Siapa yang mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri,

tetapi siapa yang mendengarkan teguran memperoleh akal budi

Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat,

dan kerendahan hati mendahului kehormatan .

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PERAN FASILITAS SEKOLAH, ORANG TUA, DAN PENDIDIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD INPRES BIME

DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA.

Obeth Lepitalen

081324027

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran fasilitas sekolah, orang tua, dan pendidik terhadap hasil belajar siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.

Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Jumlah populasi 124 siswa dari SD Inpres Bime dan jumlah sampel yang digunakan 95 siswa. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode proporsional random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa cara yaitu kuisioner,dan dokumentasi. Teknik menganalisis data yang digunakan analisis regresi berganda.

(9)

ABSTRACT

THE ROLE OF SCHOOL FACILITIES, PARENTS, AND TEACHERS IN

IMPROVING THE STUDENTS’ STUDY ACHIEVEMENT OF BIME INPRES

ELEMENTARY SCHOOL IN PEGUNUNGAN BINTANG REGENCY, PAPUA

Obeth Lepitalen

081324027

Sanata Dharma University Yogyakarta

2014

This study aimed to discover the role of school facilities, parents, and teachers towards the students’ study achievement of Bime INPRES elementary school in Pegunungan Bintang regency, Papua in 2013.

This study is a descriptive study. The number of population were 124 students of Bime INPRES elementary school and the number of sample used were 95 students. The technique of data collection used in this study was the random sampling proportional method. The data were collected by using several instruments, such as questionnaire and documentation. The technique of analyzing data was double regression analysis.

(10)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “PERAN FASILITAS SEKOLAH, ORANG TUA,

DAN PENDIDIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD

INPRES BIME DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,

program study pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih

sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Kaprodi pendidikan ekonomi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang

membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai.

4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.

5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., yang telah memberikan segala dukungan dan

(11)

dalam kuliah sehingga merai gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

7. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam

mengerjakan skripsi

8. Ibu Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama

perkuliahan.

9. Bapak Frans Malo,. A.Ma.Pd.SD Selaku Kepala Sekolah SD Inpres Bime, yang

telah memberikan kesempatan untuk penelitiaan dan kerja samanya.

10.Mas Agus, Mas Anto, Ibu Agnes selaku karyawan FKIP yang selalu membantu

mengelolah keuangan perkuliaan dan biaya hidup selama kuliah Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

11.Teman –teman PE angkatan 2008, khusunya anak-anak Papua, Aminus Dolame,

Isep G.Wijangge, Yosep Werke, Arry Yupini, Arim .Mbisikbo,dan Kelvin Yikwa,

dan Zeki Wijangge. Atas dukungan dan kerja sama teman-teman menyelesaikan

penulisan skripsi.

12.Teman- teman “KOMAPO” yang seslalu memberikan dorongan dan motivasi

dalam penyusunan skripsi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.

13.Bapak Pdt. Yopi Pelamonia, sebagai pendeta saya dan mendorong, memotivasi

serta doa, saya bisa menyelesaikan skripsi terima kasih.

14.Ibu Pdt. Helen Aritonang yang mendukung dalam doa, memberikan semangat

dan motivasi sehingga menyelesaikan skripsi dan merai gelar sarjana.

15.Teman-teman PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang

(12)

sehingga menyelesaikan skripsi dengan baik.

17. Brother dan Sister komsel “ Breaghtrogh” Aan, Deli, Silvi, Desi, Priska, Andir,

Latius, Alex, Maikel, Ike, Pilip, Niko atas dukungan doa dan berikan semangat,

motivasi sehingga menyelesaikan skripsi dengan baik.

18.Brother kontrakan Paingan Dion, Isto, Dola, Yandi, Pilip, Ardian Faustin, atas

motivasi, semangat dan dorongan saya menulis skripsi dengan baik dan merai

gelar sarjana.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera selalu

menyertai setiap saat.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan

sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga nantinya penulis

dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 28 Februari 2014

Obeth Lepitalen

(13)

PERNYATAANKEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA vii

F. Definisi Operasional... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Siswa... 10

1. Pengertian hasil belajar siswa... 10

2. Faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa... 16

(14)

1. Pengertian fasilitas sekolah ... 21

2. Macam-macam fasilitas sekolah... 21

C. Dukungan Orang Tua... 26

1. Pengertian dukungan orang tua ... 26

2. Fungsi dukungan orang tua ... 27

3. Bentuk –bentuk dukungan orang tua ... 31

4. Jenis- jenis dukungan orang tua ... 33

D. Kualitas Pendidik ... 37

E. Hasil Penelitian Yang Relevan... 50

F. Kerang Berpikir... 51

G. Hipotesis... 54

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 55

B. Subjek, Objek Penelitian, dan Tempat Waktu Penelitian... 55

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 57

D. Variabel Indikator, Definisi Operasional, dan Cara Penguuranya 59 E. Data Yang Di Cari... 64

F. Teknik Pengumpulan Data... 65

G. Teknik Pengujian Instrumen... 67

H. Tenik Analisis Data... 72

BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Identitas Sekolah... 81

B. Visi dan Misi Sekolah SD Inpres Bime... 81

(15)

E. Keadaan Peserta Didik... 85

F. Anak –anak Yang Sekolah SD Inpres Bime... 85

G. Standar Sekolah Dasar (SD) Variabel Penelitian Fasilitas Sekolah,

Orang Tua, Dan Hasil Belajar Siswa... 88

BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian... 92

B. Pengujian Hipotesis... 93

C. Pembahasan... 109

BAB. VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

A. Kesimpulan... 116

B. Keterbatasan Penelitian... 117

C. Saran... 118

DAFTAR PUSTAKA

(16)

Tabel III.1 Populasi Siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan Bintang

Papua... 56

Tabel III.2 Populasi dan Sampel Siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan Bintang Papua... 58

Tabel III.3 Instrumen untuk mengukur peran fasilitas sekolah, trang tua dan kualitas pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunnungan Bintang Papua... 59

Tabel III.4 Skoring Berdasarkan Skala Likert... 62

Tabel III.5 Kisi-kisi instrumen untuk mengukur peran fasilitas sekolah, dari orang tua, dan pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua... 65

Tabel III.6 Rangkuman Uji Validitas Variabel Fasilitas Sekolah... 67

Tabel III.7 Rangkuman Uji Validitas Variabel Orang Tua... 68

Tabel III.8 Rangkuman Uji Validitas VariabelPendidik.. ... 69

Tabel III.9 Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian... 70

Tabel III.10 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Fasilitas Sekolah, Orang Tua, dan Pendidik... 71

Tabel III.11 Uji Statistik Durbin-Watson d... 78

Tabel IV.1 Keadaan Tanah Sekolah SD Inpres Bime... 83

Tabel IV.2 Keadaan Gedung Sekolah SD Inpres Bime... 84

Tabel IV.3 Data Guru-Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap SD Inpres Bime 84

Tabel IV.4 Jumlah Peserta Didik SD Inpres Bime... 85

Tabel IV.5 Nama-nama Kepala Desa Distrik Bime... 86

Tabel IV.6 Standar Fasilitas Sekolah... 88

Tabel IV. 7 Standar Orang tua... 89

(17)

Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Angkata 92

Tabel V.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes... 94

Tabel V.3 Rangkuman Uji Normalitas... 94

Tabel V.4 Linieritas Fasilitas Sekolah... 95

Tabel V.5 Linieritas Orang Tua... 96

Tabel V.6 Linieritas Kualitas Pendidik ... 96

Tabel V.7 Rangkuman Uji Linieritas ... 97

Tabel V.8 Uji Multikolinieritas ... 98

Tabel V.9 Uji Heteroskedasitas ... 100

Tabel V.10 Uji Autokorelasi... 101

Tabel V.11 Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik... 102

Tabel V.12 Uji Regresi Berganda... 102

Tabel V.13 ANOVAb ... 107

Tabel V.14 Model Summary... 108

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar III. Paradigma Ganda dengan tiga variabel Independen ... 53

Gambar IV. 1 Dokumentassi kondisi fisik sekolah dan siswa SD Inpres Bime 87

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Kuesioner ... 124

2. Lampiran Uji Validitas dan Uji Reablitas ... 129

3. Lampiran Uji Prasyarat (Uji Normalitas Dan Uji Linieritas) ... 132

4. Uji Asumsi Klasik (Multikolineritas, Hetrokasidasitas Dan Autokorelasi. 134

5. Lampiran Uji Regresi Berganda , Uji F, Dan Model Sumary ... 136

6. Lampiran Data Induk Penelitian ... 137

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional (PN) adalah tujuan yang bersifat paling

umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap

usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus

dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan

yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun

nonformal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk

prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan filsafat suatu bangsa yang

dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang. PN merupakan

sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.

Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem

nilai Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan untuk

mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan

(21)

Prestasi belajar siswa dapat diukur melalui tes yang sering dikenal

dengan tes prestasi belajar. Menurut Anwar (2005:8-9) mengemukakan tentang

tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan

siswa dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar siswa

berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi

maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah

diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat

berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan

ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang

dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar

siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses

pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan pengalaman, dan

keterampilan.

Menurut Mohammad (2000:19), kualitas pendidikan dapat dilihat dari

seberapa banyak outcame yang didapatkan oleh peserta didik, yang disebut

dengan kompetensi. Rosiada (1998: 20) mengatakan bahwa kualitas pendidikan

adalah cermin dari kualitas kebijakan pendidikan, baik secara makro maupun

mikro. Kebijakan makro berangkat dari tujuan pendidikan secara nasional,

kurikulum nasional, dan kebijakan daerah sedangkan kebijakan mikro adalah

kebijakan terhadap proses pendidikan yang dilaksankan oleh sekolah, keluarga,

(22)

Peningkatan kualitas tenaga kependidikan di daerah dapat dilaksanakan

dengan beberapa langkah :

1. Menata kembali kebijakan kependidikan di daerah di antaranya pemerataan

tenaga kependidikan, seperti penempatan tenaga pendidik (guru) yang

profesional, tepat dan efektif.

2. Menata orientasi kualitas guru dengan meluruskan niat guru dalam

melaksanakan tugasnya secara totalitas, kesungguhan dedikasi dan loyalitas

yang tinggi.

3. Meningkatkan kinerja kerja, dengan belajar kembali, artinya guru tidak

bosan untuk belajar dan terus belajar guna meningkatkan wawasan

pengetauhan dan profesinya.

4. Meningkatkan niat dan semangat pengabdian, karena profesi guru adalah

perkerjaan mulia untuk mendidik anak jangkah panjang dan sebaliknya

perlu ingat bahwa profesi guru juga bisa menjadi ladang dosa yang

berkepanjangan apabila guru salah dalam mengajar sesuatu pada anak didik.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimulkan bahwa kebijakan

kependidikan nasional, pada akibatnya adalah untuk menciptakan sumber daya

manusia yang baik, berakhlak, dan handal (Akbar, 2008).

Sebagaimana ditetapkandalam undang–undang sikdinas no. 20 tahun

2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

(23)

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Syaibanyialah, (1998:86) perubahan-perubahan yang di

inginkan yang diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk

mencapainya, baik pada tingkahlaku individu dan pada kehidupan pribadinya,

atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitar individu itu hidup atau

pada prosespendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas

asasi dan sebagai proporsi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

Dengan demikian, setelah kualitas pendidikan itu diperbaiki disesuaikan dengan

perkembangan zaman maka semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik

selaku generasi penerus bangsa akan maju dan berkembang sesuai dengan

potensi masing-masing melalui aktivitas belajar di sekolah, sehingga apa yang

menjadi tujuan belajar tersebut dapat tercapai yang terwujud dalam suatu

prestasi belajar. (Harunwira, 2012).

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Pasal 1 ayat 1)

dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara (Pasal 2 Ayat 2), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang

(24)

Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk

mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar

Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik

dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional

Pendidikan Indonesia (Kurniawan, 2003)

1. Standar Kompetensi Lulusan

2. Standar Isi

3. Standar Proses

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pengelolaan Pendidikan

7. Standar Pembiayaan Pendidikan

8. Standar Penilaian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ini berjudul

“Peran Fasilitas Sekolah, Orang Tua, Dan Pendidik Dalam meningkatkan hasil

Belajar Siswa SD Inpres Bime Di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Tahun

(25)

B. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Seberapa besar dan signifikasi peran fasilitass sekolah dalam meningkatkan

hasil belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang

Papua tahun 2013?

2. Seberapa besar dan signifikasi peran orang tua dalam meningkatkan hasil

belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua

tahun 2013?

3. Seberapa besar dan signifikasi peran pendidik dalam meningkatkan hasil

belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua?

C. Batasan Masalah

Masalah yang dikaji dalam penelitian dibatasi pada hal–hal:

1. Peran fasilitas sekolah di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun

2013.

2. Peran orang tua di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.

3. Peran pendidik di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.

(26)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peran fasilitas sekolah dalam meningkatkan hasil belajar siswa

SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013

2. Mengetahui peran orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD

Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013

3. Mengetahui peran pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD

Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi peran fasilitas sekolah dalam meningkatkan hasil

belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua

tahun 2013.

2. Memberikan informasi kepada pemerintah di Kabupaten Pegunungan Bintang

Papua Dinas Pendidikan untuk dapat menanggani masalah keterbatasan

fasilitas sekolah, orang tua, serta pendidik SD Inpres Bime tahun 2013.

3. Memberikan informasi kepada orang tua pentingnya pendidikan kepada anak–

anak sekolah SD Inpres Bime di Kabupaten PenunganBintang Papua tahun

(27)

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dapat dibagi menjadi empat (4) bagian yaitu:

1. Peran fasilitas sekolah adalah kualitas dan kuantitas sarana -prasarana yang

disediakan oleh sekolah dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan

mendukung proses belajar mengajar (KBM). Fasilitas belajar sangat

dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar secara formal yang pada

umumnya berlangsung di sekolah.

2. Peran orang tua adalah memberikan semangat, memotivasi dalam belajar

anak dan memfasilitasi anak belajar. Orang tua merupakan contoh dekat dari

anak-anaknya. Segala sesuatu yang di perbuat orang tua tanpa disadari akan

di tiru oleh anak –anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas–malas

tidak baik, hendaknya di buang jauh-jauh demkian juga dengan belajar

memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab

belajar, tumbuh pada diri anak.

3. Pendidik/guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain

komponen lainnya seperti tujuan, tujuan kurikulum, metode, sarana, dan

prasarana, lingkungan dan evaluasi. Guru juga berperan penting dalam

kaitanya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung

berhubungan dengan murid. Demikian guru berperan penting dalam hal

sarana, lingkungan, dan evaluasi karena seorang gurulah yang mampu

(28)

4. Hasil belajar adalah merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahaan dalam diri seseorang. Perubahan yang diperoleh ini sebagai hasil

proses belajar, perubahan itu meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku yang diperoleh siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian prestasi belajar siswa

Selama proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Hal ini berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan.

Untuk mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar

Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik

dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional

Pendidikan Indonesia:

a. Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan

kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi

standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan

menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran,

dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.

b. Standar Isi

Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat

(30)

jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat

kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat

satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

c. Standar Proses

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu,

dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap

satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan

pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses

pembelajaran yang efektif dan efisien.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi

akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal

yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan

ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan

(31)

pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta

pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi

Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.

e. Standar Sarana dan Prasarana

Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi

perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang

diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang

meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang

pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,

ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya

dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat

berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

f. Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar

pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh

Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.

g. Standar Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya

(32)

biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya

manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya

pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa

mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya

operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga

kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau

peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak

langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan

prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain

sebagainya.

h. Standar Penilaian

Pendidikan Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar

dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik,

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar

oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi

terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil

belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang

pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh

masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang

berlaku. (Kurniawan, 2003) .

Untuk mengetahui apa itu belajar, berikut ini definisi–definisi

(33)

Menurut Sudjana (1990: 28) belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahaan dalam diri seseorang. Perubahan yang

diperoleh ini sebagai hasil proses belajar, perubahan itu meliputi pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku. Sedangkan Menurut Masidjo (2010 : 11)

dalam modul di Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pembejaran Remedial,

belajar adalah proses perubahan aktivitas mental yang sadar tujuan, yang

terjadi dalam interaksi aktif dengan lingkungan ( keluarga, sekolah ) dalam

jangka waktu tertentu sehingga diperoleh tingkah laku baru/ penyempurnaan

tingkah laku yang lama bersifat menetap.

Menurut Winkel (1987: 36) belajar merupakan suatu aktivitas

mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,

yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemanhaman, keterampilan nilai dan sikap. Perubahan yang terjadi ini

biasanya bersifat relative konstann dan berbekas. Ketika seorang siswa hadir

di dalam kelas belum berarti siswa itu sedang belajar. Selama siswa itu tidak

melibatkan diri, maka siswa itu tidak akan belajar.oleh karena itu, proses

belajar membutuhkan keterlibatan dan interaksi aktif dari siswa itu sendiri.

Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

(34)

diri individu itu tentu saja mengarah pada hal yang lebih baik. Perubahan ini

diharapkan akan membawa dampak yang positif bagi mereka.

Hergenhahn (1997:12) Menjelaskan, learnig is a reatifly permanent

chage in behavior or behavioral potentiality that comes from experience and

cannot attributed to temporary body states such as illness, fatigue,or drugs.

Belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif menetap yang di dapat dari

pengalaman yang telah didapatkanya. Misalnya, seorang siswa akan bisa

melakukan praktek mencangkok bila siswa itu sudah mendapat pengetahuan

bagaimana cara mencangkok yang benar.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar hanya semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi ataupun materi pelajaran. Anggapan sebagian orang ini tentu saja

salah, karena belajar bukan hanya sekedar mengumpulkanatau menghafal

fakta-fakta. Belajar sendiri merupakan suatu proses untuk mengubah sesuatu.

Syah (2002:92) menjelaskan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetaf sebagai hasil

pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses

kognitif.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan aktivitas mental/psikis yang melibatkan

proses kognitif dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan

(35)

secara instan, tetapi harus dilakukan dengan bertahap –tahap tertentu.

Perubahan yang ditimbulkan akibat dari proses belajar diharapkan memiliki

dampak yang positif, sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik

menjadi yang lebih baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor yang

berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar siswa (eksternal) itu

sendiri. Keduannya berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

(Ahmadi dan Supriyono, 1991:130-131):

a. Faktor internal, yang meliputi:

1) Faktor jasmaniah (fisikologis)

Faktor jasmaniah bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang

termasuk faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur

tubuh, dan sebagainya. Keaadaan jasmani melatarbelakangi

aktivitas belajar. Fisik yang segar akan berbeda dengan fisik yang

kurang segar. Apabila siswa memiilki fisik yang sehat, motivasi

belajar pun semakin baik dari pada siswa yang kondisi fisiknya

kurang baik.

2) Faktor-faktor psikologis

a) Faktor intelektif yang meliputi:

(36)

Kecerdasan dan bakat siswa berpengaruh pada

tingkat usia siswa yang memiliki kecerdasan dan

bakat pada suatu bidang akan menekuni bidang

tersebut dengan senang hati. Pada siswa yang

memiliki bakat menggambar, ia akan senang dengan

pelajaran tersebut. Ia menganggap menggambar

adalah mudah. Hal inilah yang membuat semangat

siswa dalam menggambar menjadi lebih tinggi.

 Faktor kecapan nyata yaitu prestasi yang telah

memilki Siswa yang prestasinya baik berbeda

dengan siswa yang memiliki prestasi yang kurang

baik. Prestasi siswa dapat menentukan bagaimana ia

akan mempelajari suatu hal nantinya. Siswa yang

prestasi belajarnya tinggi, belum tentu memilki

motivasi yang tinggi dalam belajar. Bisa saja karena

ia sudah merasa “ bisa”, siswa tersebut menjadi

malas untuk belajar. Begitu pula sebaliknya.

b) Faktor nonitelektif

Faktor non intelektif meliputi unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi, penyesuaian diri. Siswa yang memiliki

(37)

penyesuaian diri yang baik ketika belajar akan berpengaruh

dengan cara belajarnya. Apabila hal tersebut dapat

dikendalikan dengan baik, siswa akan lebih konsentrasi

dalam belajar. Konsentrasi yang baik membuat siswa dapat

mnyerap informasi dengan baik. Hal tersebut dapat

membuat siswa mampu menuangkan dengan maksimal apa

yang telah dipelajarinya ketika menghadapi ujian sehingga

nilainya baik.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis

Saat ini muncul anggapan bahawa sekolah dengan usia muda

dianggap pintar. Hal tersebut justru kurang baik bagi psikologi

siswa tersebut. Siswa yang sebenarnya belum siap mengikuti

kegiatan belajar tetapi sudah harus mengalami pembelajaran yang

sebenarnya belum waktunya harus ia pelajari. Misalnya ada siswa

berumur empat tahun sudah duduk di kelas satu sekolah dasar.

Umur tersebut sebenarnya belum boleh duduk di kelas satu.

Kondisi psikisnya belum siap untuk menghadapi kegitan belajar

yang formal. Pada umur tersebut anak pada tingkat perkembangan

para operasional (2 sampe 7 tahun) dimana pada umur tersebut

anak belum bisa berpikir secara obyektif. Anak masih

(38)

b. Faktor eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas :

a) Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis menciptakan

lingkungan yang kondusif bagi belajar siswa. Dengan

lingkungan yang kondusif, siswa dapat belajar dengan baik.

b) Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah memilki pengaruh yang besar bagi

prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah yang bising

dapat menganggu aktivitas belajar di dalam kelas. Guru

tidak dapat menyampaikan materi dengan baik karena

konsentrasi siswa terganggu oleh suasana yang bising dari

luar kelas. Untuk itu, lingkungan sekolah hendaknya

mampu menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan

aman bagi siswa agar dapat belajar dengan baik.

c) Lingkungan masyarakat

Masyarakat juga berpenagruh pada siswa. Lingkungan

masyarakat yang baik, dapat berpengaruh pada kegiatan

belajar masyarakat biasanya dijumpai, dapat berpenagruh

(39)

d) Lingkungan kelompok

Lingkungan kelompok juga berpengaruh pada proses

belajar siswa. Kelompok yang memiliki kegiatan positif,

akan membuat anggota bersikap positif. Sedangkan

kelompok yang perilakunya cenderung negatif, anggotanya

pun juga akan bersikap negatif juga.

2) Faktor budaya

Faktor budaya meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan

iklim.

Ketersediaan fasilitas belajar yang memadai dapat memanjang

proses belajar siswa. Fasilitas belajar siswa seperti buku dapat

menunjang siswa untuk belajar. Ketersediaan buku dapat

membuat siswa memperoleh informasi dengan mudah.

4) Faktor lingkungan spritual dan keamanan

Lingkungan yang tidak aman dapat menciptakan rasa was-was

dalam diri siswa. Hal ini menyebabkan siswa merasa tidak tenang

dalam belajar. Sebaiknya, jika lingkungan siswa aman, siswa akan

dapat belajar dengan tenang dan penuh konsentrasi. Rasa aman ini

(40)

B. Fasilitas Belajar

1. Pengertian Fasilitas Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi belajar, salah satu diantara faktor-

faktor tersebut adalah fasilitas belajar. Meskipun fasilitas belajar hanya

sebagian kecil dari faktor- faktor yang mempengaruhi belajar, namun

keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab, tanpa adanya fasilitas

belajar kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak akan dapat terlaksana dengan

baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Fasilitas belajar sangat

dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar secara formal yang pada

umumnya berlangsung di sekolah. Ketika berbicara masalah fasilitas belajar

dan sebelum membahas lebih dalam mengenai fasilitas belajar, maka perlu

diketahui terlebih dahulu mengenai definisi atau pengertian fasilitas belajar.

Menurut Bahri (2000: 150) mengemukakan bahwa, fasilitas belajar

merupakan kelengkapan belajar yang harus dimiliki oleh sekolah.

2. Macam Macam Fasilitas Belajar

Menurut Sanjaya (2009: 20) membagi fasilitas belajar menjadi dua

macam, yaitu: sarana dan prasarana. Lebih lanjut Wina Sanjaya

mengungkapkan definisi dari sarana adalah segala sesuatu yang berkaitan

secara langsung dengan peserta didik dan mendukung kelancaran serta

keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi media pembelajaran,

alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain- lain. Sedangkan Prasarana

(41)

peserta didik, namun dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan proses

belajar peserta didik yang meliputi jalan menuju ke sekolah, penerangan

sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.

Menurut Idris dan Jamal (1992:39) menyebutkan bahwa, sarana

pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan pendidik dalam

pelaksanaan pendidikan. Adapun penjelasan secara terperinci mengenai

sarana adalah sebagai berikut:

a. Media Pembelajaran

Menurut Bafadal (2003:14) mengungkapkan bahwa media pembelajaran

yang perlu disiapkan untuk kepentingn efektifitas proses belajar mengajar

di kelas dapat dikelompokkan menjadi empat macam antara lain:

1) Media pandang yang diproyeksikan, seperti projector opaque,

overhead projector, slide, projector filmstrip.

2) Media pandang yang tidak diproyeksikan, seperti gambar diam, grafis,

model dan benda asli.

3) Media dengar, seperti piringan hitam, open reel tape, pita kaset dan

radio.

4) Media pandang dengar, seperti televisi dan film.

b. Alat-alat Pelajaran

Menurut Amir Daien (1973: 139-140) mengemukakan bahwa

yang termasuk kedalam alatalat pelajaran adalah buku-buku, alat peraga,

(42)

dari alat-alat pelajaran, mau tidak mau mempunyai pengaruh yang besar

pada berhasilnya pengajaran dan pendidikan. Lebih lanjut Amir Daien

mengungkapkan bahwa alat-alat pelajaran yang lengkap dapat memberikan

kesempatan bagi anak untuk pembentukan materiil (pembentukan ilmu

pengetahuan) dan pembentukan formal (pembentukan sikap-sikap belajar

dan berpikir) yang baik.

c. Perlengkapan Sekolah

Menurut Bahri (2000: 149) mengungkapkan bahwa salah satu

persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung

sekolah yang di dalamnya meliputi ruang kelas, kantor, laboratorium.

Lebih lanjut Bahri mengungkapkan “suatu sekolah yang kekurangan ruang

kelas, akan banyak menemukan masalah seperti kegiatan belajar mengajar

menjadi kurang kondusif, pengelolaan kelas kurang efektif dan konflik

antar siswa sulit dihindari”. Pelajaran yang bersifat praktikum sangat

membutuhkan laboratorium untuk menunjang penyampaian materi. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Widodo Supriyono bahwa

tidak adanya laboratorium menyebabkan guru cenderung menggunakan

metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa, sehingga tidak

mustahil timbul kesulitan belajar. Begitu pula dengan pelajaran lain yang

membutuhkan praktikum seperti: kesenian dan olahraga. Adapun pejelasan

(43)

1) Jalan menuju sekolah

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 91) mengungkapkan

bahwa letak sekolah yang jauh dari keramaian (pasar, bengkel, pabrik,

dan lainlain) akan memudahkan anak berkonsentrasi dalam belajarnya.

Jalan menuju sekolah berhubungan dengan letak sekolah. Jalan yang

jauh dan sulit di tempuh oleh siswa membutuhkan tenaga yang lebih

besar untuk dapat sampai ke sekolah. Hal ini tentu akan sangat

mempengaruhi keadaan siswa ketika hendak menerima pelajaran.

Sebab, siswa datang ke sekolah dalam keadaan lelah, sehingga

konsentrasi berkurang dan pada akhirnya siswa kurang optimal dalam

menerima pelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan

oleh Purwanto (2012:105) bahwa faktor yang juga dapat

mempengaruhi hasil belajar adalah jarak antara rumah dengan sekolah

yang terlalu jauh, sehingga melelahkan. Dengan demikian, hal tersebut

dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2) Penerangan

Menurut Daien (1973:138) mengungkapkan bahwa di waktu

siang, cahaya matahari harus bisa masuk ke dalam ruang-ruang kelas

dengan leluasa, sehingga ruangan kelas cukup terang untuk keperluan

membaca dan menulis. Pemberian penerangan di dalam kelas dapat

dilakukan dengan cara membuka jendela-jendela yang ada pada kelas

(44)

dalam kelas, sirkulasi udara yang di dalam kelas menjadi lancar

sehingga kelas tidak pengap dan dapat menerangi siswa ketika menulis

ataupun menbaca pada waktu kegiatan belajar berlangsung.

Adapun kelengkapan fasilitas yang dimilki oleh sekolah haruslah

dapat membantu terselenggaranya proses belajar mengajar seperti

tersedianya buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan yang tersedia di

perpustakaan, alat tulis menulis, alat-alat peraga, serta alat-alat didik

lainnya yang tersedia baik di perpustakaan maupun di laboratorium. Proses

belajar mengajar diharapkan dapat bergairah dan dapat membantu anak

didik dalam berprestasi dengan peran sekolah yang membantu anak didik,

seperti menyediakan sejumlah buku yang sesuai dengan kurikulum di

perpustakaan, menyediakan segala macam alat yang digunakan untuk

praktikum, menyediakan media pembelajaran, menyediakan ruangan kelas

yang sesuai dengan ketentuan kesehatan, dan sebagainya. Berbicara

mengenai masalah fasilitas yang terkait dengan proses belajar peserta didik,

sesungguhnya tidak hanya sekolah saja sebagai lembaga formal yang

berperan aktif dalam menyediakan fasilitas yang menunjang keberhasilan

peserta didik. Akan tetapi, orang tua juga ikut berperan dalam

menyumbang tersedianya fasilitas belajar peserta didik.

Menurut Baharuddin dan Esa (2007: 38) mengungkapkan bahwa

manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang tidak berpengetahuan,

(45)

psikis agar manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan ilmu

pengetahuan guna kepentingan dan kemaslahatan manusia. Dengan

demikian, manusia memerlukan fasilitas untuk belajar dan memperoleh

pengetahuan. Begitu juga dengan peserta didik yang memerlukan fasilitas

belajar untuk memperoleh pengetahuan. Sebab, tanpa adanya fasilitas

belajar, akan ada banyak sekali hambatan-hambatan yang dialami oleh

perserta didik dalam menyerap materi pelajaran seperti yang telah

dikemukakan pada pembahasan di atas.

C. Dukungan Orang Tua

1. Pengertian dukungan orang tua

Dalam dunia pendidikan, peranan orang tua sangatlah dibutuhkan

sebagai penunjang prestasi akademik anak di sekolah. Seperti diketahui

banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seseorang anak,

salah satunya adalah dukungan orang tua, yaitu suatu bentuk perlakuan orang

tua dalam memberikan perhatian serta bantuan dalam masalah-masalah

dibidang pendidikan guna mencapai prestasi akademik yang dihadapi

anaknya.

Menurut Admin, (1990: 14-15) mengemukakan bahwa orang tua

adalah komponen sekeluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, merupakam hasil

dari sebuah perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.

(46)

membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang

mengantarkan anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat.

Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian

keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian

besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan

anak-anak. Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku

pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung

jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam.

Konteknya dengan tanggung jawab rang tua dalam pendidikan, maka orang

tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.

Bagi anak orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani.

Sebagai model seharusnya orang tua memberikan contoh yang terbaik bagi

anak dalam kelurga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak

yang mulia.

2. Fungsi Dukungan Orang tua

Menurut Ahmadi (2007:246) menjelaskan bahwa keluarga adalah

kelompok sosial yang utama dimana anak belajar menjadi manusia sosial.

Perhatian orang tua merupakan faktor yang paling penting dalam membina

suksesnya belajar. Keluarga perhatian dan dukungan dari orang tua dapat

menyebabkan anak malas, acuh dan kurang minat dalam belajar. Orang tua

(47)

terhadap anak dalam sangat kurang dapat menyebabkan anak kurang

bergairah dalam belajar. Anak membutuhkan rangsangan, motivasi,

bimbingan atau dukungan dari orang tua. Untuk memberikan dukungan ini

hendaknya orang tua melakukan berbagai usaha, diantaranya membimbing

anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimilki, memberikan

pujian dan kasih sayang. Dukungan dari orang tua sangat penting dalam

membangkitkan minat dan rangsangan anak untuk belajar.

Orang tua memegang peranan penting sebagai penyambung dan

penafsir kehidupan masyarakat dan kebuadayaan terhadap anaknya. Anak

mempelajari status sosialnya dalam lingkungan keluarganya melalui

perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orang tuanya. Ketidakberdayaan

anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak bergantung pada orang di

sekitarnya. Pada saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja,

lingkungan keluarga tetap memegang peranan penting, sebagai pembentuk

karakter, moral, akhlak, dan kepribadian anak.

Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung

jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Oleh karena itu,

sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala

uasaha yang di lakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan

informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta

(48)

Orang tua merupakan contoh dekat dari anak-anaknya. Segala

sesuatu yang di perbuat orang tua tanpa disadari akan di tiru oleh anak –

anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas–malas tidak baik,

hendaknya di buang jauh-jauh demkian juga dengan belajar memerlukan

bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar,

tumbuh pada diri anak. Menurut ahmadi menyatakan bahawa “ Orang tua

yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti

anak tidak didapatkan pengawan atau bimbingan dari orang tua, hingga

kemungkinan anak banyak mengalami kesulitan belajar”.

Berhasil membimbing anak dalam belajar dan menjadikannya sukses

adalah sebuah kebanggaan tersendiri oleh orang tua, bahkan orang tua akan

rela berusaha maksimal mungkin dan melakukan apa saja demi membantu

anak sukses dalam belajarnya. Tapi bagaimana dan caranya yang paling tepat,

ini yang sering menjadi masalah bagi orang tua.

Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan

selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti

dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga

inilah yang akan di contoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk

mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.

Mengingat tanggung jawab pendidikan anak di tanggung oleh

(49)

pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap

dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan

kepribadian. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya,

yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamanya dan menghargai

segala usahanya serta harusdapat menunjukkan kerja sesamanya dalam

mengarahkan cara anak belajar dirumah, memuat pekerjaan rumahnya, tidak

menyita waktu anak dengan mengerjakan perkerjaan rumah tangga, orang tua

harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

Banyak pasangan suami- istri disekiling kita yang tidak menjalankan

tugas mereka sebagai orang tua dengan baik. Mereka sering menganggap

bahwa pengasuhan anak adalah tidak begitu penting. Oleh karena itu,

orangtua seperti itu cenderung mengabaikan apa yang menjadi kebutuhan

dasar anak, terutama kebutuhan rohaninya. Orang tua seperti itu boleh jadi

tidak pernah memberikan perhatian, tidak mau mendidik anak, dan tidak

perna mau memberikan dukungan kepada anak mereka. Mereka tidak mau

melibatkan diri dalam pengasuhan dan pendidikan anak.

Dengan kondisi orang tua sperti diatas, maka tidak heran jika banyak

anak terjerumus pada tindakan kriminalitas yang dapat merugikan dirinya

sendiri, tetapi juga merugikan kelurga dan masyarakat di sekitarnya. Beberapa

tindakan negatif yang sering dilakukan oleh anak karena ia kurang dukungan

(50)

terlarang, seks bebas, pemerkosaan, hamil diluar nikah, penipuan, dan

tindakan bunuh diri.

Seyogyanya, perlu orang tua sadari bahwa pada dasarnya setiap saat,

dalam keadaan apapun anak sangat memerlukan dukungan, perhatian, dan

cinta dari orangtuanya. Kebutuhan tersebut perlu orangtua berikan kepada

anak sepanjang hidupnya.mulai dari mendukung untuk hal-hal kecil seperti

ketika ia mulai belajar jalan, bermain sepeda, mengancingkan baju hingga

hal-hal besar yang sangat penting bagi hidupnya di masa mendatang. Seperti

belajar hidup disiplin dan tanggung jawab.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dukungan

orang tua dalam pendidikan anak sangat besar pengaruhnya. Oleh karena itu

bila orang tua menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah adalah

kesalahan mereka para orang tua. Karena itu lebih banyak waktu yang

dihabiskan anak bersama keluarga di banding dengan waktu anak disekolah,

sehingga anak lebih dapat perhatian dan dukungan dari orang tua dalam

3. Bentuk Dukungan Orang tua

Menurut Musbihin (2009: 129) menjelaskan bahwa dukungan yang

diberikan orang tua bagi anaknya dalam belajar dapat mendukung nilai belajar

siswa serta niat siswa untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.

(51)

a. Menciptakan suasana belajar

Orang tua juga belajar untuk memahami keadaan pada saat anak sedang

belajar. Anak membutuhkan suasana yang tenang dan hening agar dapat

berkonsentrasi. Orang tua juga mendukung dengan tidak terlalu berisik

anak belajar bahkan sebaiknya juga ikut membaca koran atau majalah

untuk menciptakan suasana belajar bersama.

b. Memprioritaskan tugas sekolah

Orang tua ikut berperan aktif mendukung pembelajaran siswa di sekolah

dan saat di rumah orang tua mengutamakan tugas sekolah anaknya dari

pada tugas di rumah.

c. Mendorong aktif kegiatan di sekolah

Saat terdapat waktu luang pada anaknya, seharusnya mendukung anak

mengikuti kegiatan di sekolahnya seperti mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler ataupun pelajaran tambahan dari pada kegiataan serupa

tetapi dengan peserta atau lingkungan tidak jelas

d. Menciptakan stratergi diskusi di rumah

Menciptakan situasi adanya kondisi saling berargumentasi dengan anak.

Dengan adanya sistuasi saling berdialog maka hal itu akan mendorong

(52)

e. Orang tua perlu mengetahui pengalaman anak di sekolah

Sangat penting bahwa orang tua datang ke sekolah secara berkala untuk

melihat perkembangan anaknya serta menjalin hubungan dengan pihak

sekolah.

f. Menyediakan sarana belajar

Keperluan anak untuk belajar seperti buku, alat tulis, dan berbagai

keperluan pembiayaan sekolah harus dicukupi oleh orang tua siswa.

4. Jenis-jenis Dukungan Orang Tua

Menurut Ahmadi (2004 : 87) menjelaskan bahwa orang tua yang

tidak mau memberikan dukungan kepada anak dengan baik maka besar

kemungkinan anak menemukan masalah yang cukup besar kelak. Anak yang

tidak dipedulikan oleh orang tuanya akan berusaha mencari dukungan dari

luar rumah. Yang sangat dikhawatirkan, anak akan ikut terbawa arus negatif

yang dilakukan oleh teman-teman atau” keluarga barunya”. Oleh karena itu

sangat penting orang tua untuk selalu memberikan dukungan berupa

perhatian, pengertian, dan rasa cinta kepada anak. Sikap orang tua sperti itu

dapat menghindarkan anak terjerumus kepada tindakan kriminalitas yang akan

merugikan kita sebagai orangtuanya dan juga masyarakat umum.

Pendidikan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk

(53)

sangat baik maka prestasi akademik anak akan baik, tetapi apabila dukungan

kelauarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada

dirinya yang dapat mengganggu prestasi akademik anak. Pada dasarnya

dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya menyangkut tiga hal pokok

yaitu dukungan moral, dukungan spritual dan materi.

a. Dukungan moral

Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anak dapat

berupa perhatian terhadap pembunuhan kebutuhan psikis yang meliputi

kasih sayang keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan

menamkan rasa percaya diri. Dengan perhatian orang tua yang berupa

pemenuhan kebutuhan psikis tersebut diharapkan dapat memberikan

semangat belajar dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagi cara

misalnya:

1) Selalu mengingat anaknya barang kali mendapat tugas yang harus di

selesaikan di rumah

2) Memantau aktivitas anak selama dirumah baik mengenai aktitvitas

belajar maupun pergaulanya.

3) Memperhatikan buku-buku bacaan yang dimiliki oleh anaknya.

Dengan adanya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pskis

(54)

mengawasi atau membantu aktivitas belajar anaknya selama di rumah

sebagai penunjang aktivitas belajar di sekolah.

Dengan demikian berarti bahwa orang tua tersebut telah

melaksanakan kewajiban dan tanggungg jawabnya dengan baik dalam

mengasuh anak-anaknya ditengah-tenagh keluarga yang dibinanya dalam

rangka mempersiapkan masa depan anak-anaknya di kehidupan yang lebih

cemerlang.

Namun, berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat tidak

semua orang atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan pskis tersebut

karena adanya berbagai macam susunan keluarga tersebut, probbins

membagikan menjadi tiga macam yaitu:

1) Keluarga yang bersifat otoriter

Di sini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang

tuanya sifat pribadi anak yang otoriter suka menyendiri, mengalami

kemunduran kematangannya, ragu-ragu di dalam semua tindakan serta

lambat berinisiatif

2) Keluarga Demokrasi

Disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya

(55)

menerima kritik dengan terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih

stabil, serta rasa tanggung jawab.

3) Keluarga Liberal

Menurut Ahmadi (2004:87) menyatakan bahwa “ di sini anak –anak

bebas bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya

bersifat agresif, tak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar

menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu

curiga”. Perbedaan pola asuh dari setiap keluarga akan berdampak

pada sifat atau tingkah laku anak masing-masing keluarga. Hal ini

merupakam hasil pola asuh dari prhatian yang telah di tunjukkan

kepada anak, sebagai contoh dalam belajar di sekolah.

b. Keluarga Religius

Disini orang tua menanamkan nilai-nilai keagamaan ke dalam

pribadi anak, anak-anak seharusnya dibiasakan ikut gereja/masjid

bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khtotbah

atau cerama-ceramah keagamaan, kegiatan seperti ini besar sekali

pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Menurut Hasbullah (2001:

43) berpendapat dalam bukunya yang berjudul” Dasar-dasar Ilmu

Pendidikan “ menyatakan bahwa: “ Kenyataan membuktikan, bahwa

anak yang semasa kecilnya tidak tau menahu dengan hal-hal yang

(56)

orang tuanya ke gereja/ masjid atau tempat ibadah untuk

melaksanakan ibadah, mendengar khotbah atau ceramah-ceramah dan

sebaginya, maka setelah dewasa mereka itu pun tidak perhatian

terhadap hidup keagamaan”.

Jadi meskipun terdapat keanekaragaman bentuk atau susunan

keluarga yang ada di masyarakat, namun kesadaran akan tanggung

jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu

dikembangkan pada setiap orang tua maka generasi mendatang telah

mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahaan dalam

masyarakat.

D. Pendidik

Guru adalah seorang yang harus dan harus ditiru oleh semua muridnya.

Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa di

percaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu

pengetahuan yang datangnya dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran

yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru,

artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya. Mulai dari

cara bepikir, cara berbicara hingga cara berprilaku sehari-hari sebagai seorang

yang harus digugu dan ditiru seorang dengan dirinya memilki peran yang luar

biasa dominanya bagi murid.

Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen

(57)

kurikulum, metode, sarana, dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Dianggap

sebagai komponen yang paling penting karena yang mampu memahami,

mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah

guru. Guru juga berperan penting dalam kaitanya dengan kurikulum, karena

gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid. Demikian guru

berperan penting dalam hal sarana, lingkungan, dan evaluasi karena seorang

gurulah yang mampu memanfaatkannya sebagai media pendidikan secara

langsung bagi muridnya. (Darwan, 2004:7).

Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang

peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi

dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan

Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalahsebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi

bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus

memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,

mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,

bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab

(58)

perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang

bersifat personal dan spiritual.

2. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan

belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat

kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika

faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat

belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi

peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam

pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,

Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,

Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji

materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada

perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru

harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan

semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang

berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas

(59)

menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral

dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing

perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan

empat hal berikut. Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan

mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat

keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa

peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,

tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai

kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.

4. Guru sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan.

Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.

5. Guru sebagai pengelola pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain

itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan

agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak

ketinggalan zaman.

6. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan

semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan

yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang,

(60)

guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya

yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang

harus diperhatikan oleh guru: Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan

bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan

kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan,

Kesehatan, Gaya hidup secara umum.

Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik

harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik

adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa

yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang

bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk

tidak mengulanginya.

7. Guru sebagai anggota masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang

guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang

yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada

bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk

berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui

kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus

dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat

Gambar

Gambar 2:9  Paradigma Ganda dengan tiga variabel Independen
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari perusahaan yang menjadi objek penelitian yaitu Koperasi Karyawan KIBAR PT. PLN (Persero)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat antara siswa yang belajar menggunakan strategi

Istilah logam berpori adalah sebutan umum yang mengacu pada logam dengan porositas yang tinggi, sedangkan istilah logam busa berlaku untuk logam berpori yang

Abstrak— Becak wisata kota Blitar adalah sarana transportasi wisata dalam berkeliling mengunjungi objek wisata kota Blitar, sebagai transportasi utama dalam tujuan wisata maka

The Map of bird species found at research site role of bird species on food secure in Margasari village Labuhan Maringgai subdistrict Lampung Timur District, Lampung

Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa faktor memiliki hubungan bermakna dengan pemilihan persalinan di fasilitas kesehatan, yaitu: pendidikan ibu, pengetahuan

Kawasan Cina Benteng Kota Lama Tangerang juga menyimpan bangunan ± bangunan yang bernilai sejarah, salah satunya adalah Masjid -DPL¶.DOLSDVLU \DQJ PHUXSDNDQ

Sten dan Howard dalam Ginanjar (2003:51), mengindikasikan kecerdasan emosional dengan; jujur kepada semua orang, menerapkan disiplin, bergaul baik dengan orang