PERAN FASILITAS SEKOLAH, ORANG TUA, DAN PENDIDIK,
DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD INPRES
BIME KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh:
Obeth Lepitalen
NIM: 081324027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAUHAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Pertama-tama saya mengucap syukur kepada Tuhan
Yesus Kristus atas berkat dan anugrah-Nya sehigga,
saya dapat menyelesaikan gelar sarjana.
Bapa yang tercinta, membuat saya sampai
menyelesaikan sarjana atas dorongan bapa, ada satu
kata yang keluar dari mulut bapa dan itu menjadi
motivasi saya adalah “ KAMU MENJADI PEMBANTU
MEREKA & CUCI PIRING”. Tiada kata yang lebih indah
HALAMAN MOTTO
Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka
semuanya itu ditambahkan kepadamu (Matius 6: 33)
Sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat
dan pengetahuan (Kolose 2: 3)
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan Ku tidak
akan berlalu (Matius 24: 35)
Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang
membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah
–
tengah
orang bijak .
Siapa yang mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri,
tetapi siapa yang mendengarkan teguran memperoleh akal budi
Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat,
dan kerendahan hati mendahului kehormatan .
ABSTRAK
PERAN FASILITAS SEKOLAH, ORANG TUA, DAN PENDIDIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD INPRES BIME
DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA.
Obeth Lepitalen
081324027
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran fasilitas sekolah, orang tua, dan pendidik terhadap hasil belajar siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Jumlah populasi 124 siswa dari SD Inpres Bime dan jumlah sampel yang digunakan 95 siswa. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode proporsional random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan beberapa cara yaitu kuisioner,dan dokumentasi. Teknik menganalisis data yang digunakan analisis regresi berganda.
ABSTRACT
THE ROLE OF SCHOOL FACILITIES, PARENTS, AND TEACHERS IN
IMPROVING THE STUDENTS’ STUDY ACHIEVEMENT OF BIME INPRES
ELEMENTARY SCHOOL IN PEGUNUNGAN BINTANG REGENCY, PAPUA
Obeth Lepitalen
081324027
Sanata Dharma University Yogyakarta
2014
This study aimed to discover the role of school facilities, parents, and teachers towards the students’ study achievement of Bime INPRES elementary school in Pegunungan Bintang regency, Papua in 2013.
This study is a descriptive study. The number of population were 124 students of Bime INPRES elementary school and the number of sample used were 95 students. The technique of data collection used in this study was the random sampling proportional method. The data were collected by using several instruments, such as questionnaire and documentation. The technique of analyzing data was double regression analysis.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “PERAN FASILITAS SEKOLAH, ORANG TUA,
DAN PENDIDIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SD
INPRES BIME DI KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
program study pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih
sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghormatan kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Kaprodi pendidikan ekonomi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan kritik dan saran yang
membangun mulai dari perencanaan sampai skripsi selesai.
4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah
membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai.
5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S., yang telah memberikan segala dukungan dan
dalam kuliah sehingga merai gelar sarjana di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
7. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam
mengerjakan skripsi
8. Ibu Titin, yang selalu membantu dalam administrasi dan kelancaran selama
perkuliahan.
9. Bapak Frans Malo,. A.Ma.Pd.SD Selaku Kepala Sekolah SD Inpres Bime, yang
telah memberikan kesempatan untuk penelitiaan dan kerja samanya.
10.Mas Agus, Mas Anto, Ibu Agnes selaku karyawan FKIP yang selalu membantu
mengelolah keuangan perkuliaan dan biaya hidup selama kuliah Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
11.Teman –teman PE angkatan 2008, khusunya anak-anak Papua, Aminus Dolame,
Isep G.Wijangge, Yosep Werke, Arry Yupini, Arim .Mbisikbo,dan Kelvin Yikwa,
dan Zeki Wijangge. Atas dukungan dan kerja sama teman-teman menyelesaikan
penulisan skripsi.
12.Teman- teman “KOMAPO” yang seslalu memberikan dorongan dan motivasi
dalam penyusunan skripsi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
13.Bapak Pdt. Yopi Pelamonia, sebagai pendeta saya dan mendorong, memotivasi
serta doa, saya bisa menyelesaikan skripsi terima kasih.
14.Ibu Pdt. Helen Aritonang yang mendukung dalam doa, memberikan semangat
dan motivasi sehingga menyelesaikan skripsi dan merai gelar sarjana.
15.Teman-teman PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang
sehingga menyelesaikan skripsi dengan baik.
17. Brother dan Sister komsel “ Breaghtrogh” Aan, Deli, Silvi, Desi, Priska, Andir,
Latius, Alex, Maikel, Ike, Pilip, Niko atas dukungan doa dan berikan semangat,
motivasi sehingga menyelesaikan skripsi dengan baik.
18.Brother kontrakan Paingan Dion, Isto, Dola, Yandi, Pilip, Ardian Faustin, atas
motivasi, semangat dan dorongan saya menulis skripsi dengan baik dan merai
gelar sarjana.
Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera selalu
menyertai setiap saat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan
sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga nantinya penulis
dapat memperbaikinya.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 28 Februari 2014
Obeth Lepitalen
PERNYATAANKEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA vii
F. Definisi Operasional... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Siswa... 10
1. Pengertian hasil belajar siswa... 10
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa... 16
1. Pengertian fasilitas sekolah ... 21
2. Macam-macam fasilitas sekolah... 21
C. Dukungan Orang Tua... 26
1. Pengertian dukungan orang tua ... 26
2. Fungsi dukungan orang tua ... 27
3. Bentuk –bentuk dukungan orang tua ... 31
4. Jenis- jenis dukungan orang tua ... 33
D. Kualitas Pendidik ... 37
E. Hasil Penelitian Yang Relevan... 50
F. Kerang Berpikir... 51
G. Hipotesis... 54
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 55
B. Subjek, Objek Penelitian, dan Tempat Waktu Penelitian... 55
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 57
D. Variabel Indikator, Definisi Operasional, dan Cara Penguuranya 59 E. Data Yang Di Cari... 64
F. Teknik Pengumpulan Data... 65
G. Teknik Pengujian Instrumen... 67
H. Tenik Analisis Data... 72
BAB IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Identitas Sekolah... 81
B. Visi dan Misi Sekolah SD Inpres Bime... 81
E. Keadaan Peserta Didik... 85
F. Anak –anak Yang Sekolah SD Inpres Bime... 85
G. Standar Sekolah Dasar (SD) Variabel Penelitian Fasilitas Sekolah,
Orang Tua, Dan Hasil Belajar Siswa... 88
BAB V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian... 92
B. Pengujian Hipotesis... 93
C. Pembahasan... 109
BAB. VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan... 116
B. Keterbatasan Penelitian... 117
C. Saran... 118
DAFTAR PUSTAKA
Tabel III.1 Populasi Siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan Bintang
Papua... 56
Tabel III.2 Populasi dan Sampel Siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan Bintang Papua... 58
Tabel III.3 Instrumen untuk mengukur peran fasilitas sekolah, trang tua dan kualitas pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunnungan Bintang Papua... 59
Tabel III.4 Skoring Berdasarkan Skala Likert... 62
Tabel III.5 Kisi-kisi instrumen untuk mengukur peran fasilitas sekolah, dari orang tua, dan pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua... 65
Tabel III.6 Rangkuman Uji Validitas Variabel Fasilitas Sekolah... 67
Tabel III.7 Rangkuman Uji Validitas Variabel Orang Tua... 68
Tabel III.8 Rangkuman Uji Validitas VariabelPendidik.. ... 69
Tabel III.9 Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian... 70
Tabel III.10 Rangkuman Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Fasilitas Sekolah, Orang Tua, dan Pendidik... 71
Tabel III.11 Uji Statistik Durbin-Watson d... 78
Tabel IV.1 Keadaan Tanah Sekolah SD Inpres Bime... 83
Tabel IV.2 Keadaan Gedung Sekolah SD Inpres Bime... 84
Tabel IV.3 Data Guru-Guru Tetap dan Guru Tidak Tetap SD Inpres Bime 84
Tabel IV.4 Jumlah Peserta Didik SD Inpres Bime... 85
Tabel IV.5 Nama-nama Kepala Desa Distrik Bime... 86
Tabel IV.6 Standar Fasilitas Sekolah... 88
Tabel IV. 7 Standar Orang tua... 89
Tabel V.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Angkata 92
Tabel V.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes... 94
Tabel V.3 Rangkuman Uji Normalitas... 94
Tabel V.4 Linieritas Fasilitas Sekolah... 95
Tabel V.5 Linieritas Orang Tua... 96
Tabel V.6 Linieritas Kualitas Pendidik ... 96
Tabel V.7 Rangkuman Uji Linieritas ... 97
Tabel V.8 Uji Multikolinieritas ... 98
Tabel V.9 Uji Heteroskedasitas ... 100
Tabel V.10 Uji Autokorelasi... 101
Tabel V.11 Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik... 102
Tabel V.12 Uji Regresi Berganda... 102
Tabel V.13 ANOVAb ... 107
Tabel V.14 Model Summary... 108
DAFTAR GAMBAR
Gambar III. Paradigma Ganda dengan tiga variabel Independen ... 53
Gambar IV. 1 Dokumentassi kondisi fisik sekolah dan siswa SD Inpres Bime 87
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Kuesioner ... 124
2. Lampiran Uji Validitas dan Uji Reablitas ... 129
3. Lampiran Uji Prasyarat (Uji Normalitas Dan Uji Linieritas) ... 132
4. Uji Asumsi Klasik (Multikolineritas, Hetrokasidasitas Dan Autokorelasi. 134
5. Lampiran Uji Regresi Berganda , Uji F, Dan Model Sumary ... 136
6. Lampiran Data Induk Penelitian ... 137
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional (PN) adalah tujuan yang bersifat paling
umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap
usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus
dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun
nonformal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk
prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan filsafat suatu bangsa yang
dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang. PN merupakan
sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.
Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem
nilai Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan untuk
mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan
Prestasi belajar siswa dapat diukur melalui tes yang sering dikenal
dengan tes prestasi belajar. Menurut Anwar (2005:8-9) mengemukakan tentang
tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan
siswa dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar siswa
berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi
maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah
diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat
berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan
ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang
dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar
siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses
pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan pengalaman, dan
keterampilan.
Menurut Mohammad (2000:19), kualitas pendidikan dapat dilihat dari
seberapa banyak outcame yang didapatkan oleh peserta didik, yang disebut
dengan kompetensi. Rosiada (1998: 20) mengatakan bahwa kualitas pendidikan
adalah cermin dari kualitas kebijakan pendidikan, baik secara makro maupun
mikro. Kebijakan makro berangkat dari tujuan pendidikan secara nasional,
kurikulum nasional, dan kebijakan daerah sedangkan kebijakan mikro adalah
kebijakan terhadap proses pendidikan yang dilaksankan oleh sekolah, keluarga,
Peningkatan kualitas tenaga kependidikan di daerah dapat dilaksanakan
dengan beberapa langkah :
1. Menata kembali kebijakan kependidikan di daerah di antaranya pemerataan
tenaga kependidikan, seperti penempatan tenaga pendidik (guru) yang
profesional, tepat dan efektif.
2. Menata orientasi kualitas guru dengan meluruskan niat guru dalam
melaksanakan tugasnya secara totalitas, kesungguhan dedikasi dan loyalitas
yang tinggi.
3. Meningkatkan kinerja kerja, dengan belajar kembali, artinya guru tidak
bosan untuk belajar dan terus belajar guna meningkatkan wawasan
pengetauhan dan profesinya.
4. Meningkatkan niat dan semangat pengabdian, karena profesi guru adalah
perkerjaan mulia untuk mendidik anak jangkah panjang dan sebaliknya
perlu ingat bahwa profesi guru juga bisa menjadi ladang dosa yang
berkepanjangan apabila guru salah dalam mengajar sesuatu pada anak didik.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimulkan bahwa kebijakan
kependidikan nasional, pada akibatnya adalah untuk menciptakan sumber daya
manusia yang baik, berakhlak, dan handal (Akbar, 2008).
Sebagaimana ditetapkandalam undang–undang sikdinas no. 20 tahun
2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Syaibanyialah, (1998:86) perubahan-perubahan yang di
inginkan yang diusahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk
mencapainya, baik pada tingkahlaku individu dan pada kehidupan pribadinya,
atau pada kehidupan masyarakat dan pada alam sekitar individu itu hidup atau
pada prosespendidikan sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan sebagai proporsi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Dengan demikian, setelah kualitas pendidikan itu diperbaiki disesuaikan dengan
perkembangan zaman maka semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik
selaku generasi penerus bangsa akan maju dan berkembang sesuai dengan
potensi masing-masing melalui aktivitas belajar di sekolah, sehingga apa yang
menjadi tujuan belajar tersebut dapat tercapai yang terwujud dalam suatu
prestasi belajar. (Harunwira, 2012).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Pasal 1 ayat 1)
dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Pasal 2 Ayat 2), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk
mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
Pendidikan Indonesia (Kurniawan, 2003)
1. Standar Kompetensi Lulusan
2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan Pendidikan
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
8. Standar Penilaian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ini berjudul
“Peran Fasilitas Sekolah, Orang Tua, Dan Pendidik Dalam meningkatkan hasil
Belajar Siswa SD Inpres Bime Di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua Tahun
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Seberapa besar dan signifikasi peran fasilitass sekolah dalam meningkatkan
hasil belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang
Papua tahun 2013?
2. Seberapa besar dan signifikasi peran orang tua dalam meningkatkan hasil
belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua
tahun 2013?
3. Seberapa besar dan signifikasi peran pendidik dalam meningkatkan hasil
belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua?
C. Batasan Masalah
Masalah yang dikaji dalam penelitian dibatasi pada hal–hal:
1. Peran fasilitas sekolah di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun
2013.
2. Peran orang tua di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.
3. Peran pendidik di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui peran fasilitas sekolah dalam meningkatkan hasil belajar siswa
SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013
2. Mengetahui peran orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD
Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013
3. Mengetahui peran pendidik dalam meningkatkan hasil belajar siswa SD
Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi peran fasilitas sekolah dalam meningkatkan hasil
belajar siswa SD Inpres Bime di Kabupaten Pegunungan Bintang Papua
tahun 2013.
2. Memberikan informasi kepada pemerintah di Kabupaten Pegunungan Bintang
Papua Dinas Pendidikan untuk dapat menanggani masalah keterbatasan
fasilitas sekolah, orang tua, serta pendidik SD Inpres Bime tahun 2013.
3. Memberikan informasi kepada orang tua pentingnya pendidikan kepada anak–
anak sekolah SD Inpres Bime di Kabupaten PenunganBintang Papua tahun
F. Definisi Operasional
Definisi operasional dapat dibagi menjadi empat (4) bagian yaitu:
1. Peran fasilitas sekolah adalah kualitas dan kuantitas sarana -prasarana yang
disediakan oleh sekolah dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan
mendukung proses belajar mengajar (KBM). Fasilitas belajar sangat
dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar secara formal yang pada
umumnya berlangsung di sekolah.
2. Peran orang tua adalah memberikan semangat, memotivasi dalam belajar
anak dan memfasilitasi anak belajar. Orang tua merupakan contoh dekat dari
anak-anaknya. Segala sesuatu yang di perbuat orang tua tanpa disadari akan
di tiru oleh anak –anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas–malas
tidak baik, hendaknya di buang jauh-jauh demkian juga dengan belajar
memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab
belajar, tumbuh pada diri anak.
3. Pendidik/guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain
komponen lainnya seperti tujuan, tujuan kurikulum, metode, sarana, dan
prasarana, lingkungan dan evaluasi. Guru juga berperan penting dalam
kaitanya dengan kurikulum, karena gurulah yang secara langsung
berhubungan dengan murid. Demikian guru berperan penting dalam hal
sarana, lingkungan, dan evaluasi karena seorang gurulah yang mampu
4. Hasil belajar adalah merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahaan dalam diri seseorang. Perubahan yang diperoleh ini sebagai hasil
proses belajar, perubahan itu meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap dan
tingkah laku yang diperoleh siswa SD Inpres Bime Kabupaten Pegunungan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian prestasi belajar siswa
Selama proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan
yang paling pokok. Hal ini berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
Pendidikan Indonesia:
a. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi
standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran,
dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
b. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat
jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat
satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.
c. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu,
dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap
satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi
akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal
yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan
ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi
Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.
e. Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber
belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang
meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium,
ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya
dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
f. Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar
pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh
Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.
g. Standar Pembiayaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya
biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya
operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga
kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
h. Standar Penilaian
Pendidikan Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik,
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar
oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi
terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh
masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. (Kurniawan, 2003) .
Untuk mengetahui apa itu belajar, berikut ini definisi–definisi
Menurut Sudjana (1990: 28) belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahaan dalam diri seseorang. Perubahan yang
diperoleh ini sebagai hasil proses belajar, perubahan itu meliputi pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku. Sedangkan Menurut Masidjo (2010 : 11)
dalam modul di Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pembejaran Remedial,
belajar adalah proses perubahan aktivitas mental yang sadar tujuan, yang
terjadi dalam interaksi aktif dengan lingkungan ( keluarga, sekolah ) dalam
jangka waktu tertentu sehingga diperoleh tingkah laku baru/ penyempurnaan
tingkah laku yang lama bersifat menetap.
Menurut Winkel (1987: 36) belajar merupakan suatu aktivitas
mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemanhaman, keterampilan nilai dan sikap. Perubahan yang terjadi ini
biasanya bersifat relative konstann dan berbekas. Ketika seorang siswa hadir
di dalam kelas belum berarti siswa itu sedang belajar. Selama siswa itu tidak
melibatkan diri, maka siswa itu tidak akan belajar.oleh karena itu, proses
belajar membutuhkan keterlibatan dan interaksi aktif dari siswa itu sendiri.
Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
diri individu itu tentu saja mengarah pada hal yang lebih baik. Perubahan ini
diharapkan akan membawa dampak yang positif bagi mereka.
Hergenhahn (1997:12) Menjelaskan, learnig is a reatifly permanent
chage in behavior or behavioral potentiality that comes from experience and
cannot attributed to temporary body states such as illness, fatigue,or drugs.
Belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif menetap yang di dapat dari
pengalaman yang telah didapatkanya. Misalnya, seorang siswa akan bisa
melakukan praktek mencangkok bila siswa itu sudah mendapat pengetahuan
bagaimana cara mencangkok yang benar.
Sebagian orang beranggapan bahwa belajar hanya semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk
informasi ataupun materi pelajaran. Anggapan sebagian orang ini tentu saja
salah, karena belajar bukan hanya sekedar mengumpulkanatau menghafal
fakta-fakta. Belajar sendiri merupakan suatu proses untuk mengubah sesuatu.
Syah (2002:92) menjelaskan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetaf sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan aktivitas mental/psikis yang melibatkan
proses kognitif dan berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
secara instan, tetapi harus dilakukan dengan bertahap –tahap tertentu.
Perubahan yang ditimbulkan akibat dari proses belajar diharapkan memiliki
dampak yang positif, sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik
menjadi yang lebih baik.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: faktor yang
berasal dari dalam diri siswa (internal) dan dari luar siswa (eksternal) itu
sendiri. Keduannya berpengaruh pada tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
(Ahmadi dan Supriyono, 1991:130-131):
a. Faktor internal, yang meliputi:
1) Faktor jasmaniah (fisikologis)
Faktor jasmaniah bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang
termasuk faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur
tubuh, dan sebagainya. Keaadaan jasmani melatarbelakangi
aktivitas belajar. Fisik yang segar akan berbeda dengan fisik yang
kurang segar. Apabila siswa memiilki fisik yang sehat, motivasi
belajar pun semakin baik dari pada siswa yang kondisi fisiknya
kurang baik.
2) Faktor-faktor psikologis
a) Faktor intelektif yang meliputi:
Kecerdasan dan bakat siswa berpengaruh pada
tingkat usia siswa yang memiliki kecerdasan dan
bakat pada suatu bidang akan menekuni bidang
tersebut dengan senang hati. Pada siswa yang
memiliki bakat menggambar, ia akan senang dengan
pelajaran tersebut. Ia menganggap menggambar
adalah mudah. Hal inilah yang membuat semangat
siswa dalam menggambar menjadi lebih tinggi.
Faktor kecapan nyata yaitu prestasi yang telah
memilki Siswa yang prestasinya baik berbeda
dengan siswa yang memiliki prestasi yang kurang
baik. Prestasi siswa dapat menentukan bagaimana ia
akan mempelajari suatu hal nantinya. Siswa yang
prestasi belajarnya tinggi, belum tentu memilki
motivasi yang tinggi dalam belajar. Bisa saja karena
ia sudah merasa “ bisa”, siswa tersebut menjadi
malas untuk belajar. Begitu pula sebaliknya.
b) Faktor nonitelektif
Faktor non intelektif meliputi unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi, penyesuaian diri. Siswa yang memiliki
penyesuaian diri yang baik ketika belajar akan berpengaruh
dengan cara belajarnya. Apabila hal tersebut dapat
dikendalikan dengan baik, siswa akan lebih konsentrasi
dalam belajar. Konsentrasi yang baik membuat siswa dapat
mnyerap informasi dengan baik. Hal tersebut dapat
membuat siswa mampu menuangkan dengan maksimal apa
yang telah dipelajarinya ketika menghadapi ujian sehingga
nilainya baik.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis
Saat ini muncul anggapan bahawa sekolah dengan usia muda
dianggap pintar. Hal tersebut justru kurang baik bagi psikologi
siswa tersebut. Siswa yang sebenarnya belum siap mengikuti
kegiatan belajar tetapi sudah harus mengalami pembelajaran yang
sebenarnya belum waktunya harus ia pelajari. Misalnya ada siswa
berumur empat tahun sudah duduk di kelas satu sekolah dasar.
Umur tersebut sebenarnya belum boleh duduk di kelas satu.
Kondisi psikisnya belum siap untuk menghadapi kegitan belajar
yang formal. Pada umur tersebut anak pada tingkat perkembangan
para operasional (2 sampe 7 tahun) dimana pada umur tersebut
anak belum bisa berpikir secara obyektif. Anak masih
b. Faktor eksternal
1) Faktor sosial yang terdiri atas :
a) Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga yang harmonis menciptakan
lingkungan yang kondusif bagi belajar siswa. Dengan
lingkungan yang kondusif, siswa dapat belajar dengan baik.
b) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah memilki pengaruh yang besar bagi
prestasi belajar siswa. Lingkungan sekolah yang bising
dapat menganggu aktivitas belajar di dalam kelas. Guru
tidak dapat menyampaikan materi dengan baik karena
konsentrasi siswa terganggu oleh suasana yang bising dari
luar kelas. Untuk itu, lingkungan sekolah hendaknya
mampu menciptakan suasana yang tenang, nyaman, dan
aman bagi siswa agar dapat belajar dengan baik.
c) Lingkungan masyarakat
Masyarakat juga berpenagruh pada siswa. Lingkungan
masyarakat yang baik, dapat berpengaruh pada kegiatan
belajar masyarakat biasanya dijumpai, dapat berpenagruh
d) Lingkungan kelompok
Lingkungan kelompok juga berpengaruh pada proses
belajar siswa. Kelompok yang memiliki kegiatan positif,
akan membuat anggota bersikap positif. Sedangkan
kelompok yang perilakunya cenderung negatif, anggotanya
pun juga akan bersikap negatif juga.
2) Faktor budaya
Faktor budaya meliputi adat istiadat, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan
iklim.
Ketersediaan fasilitas belajar yang memadai dapat memanjang
proses belajar siswa. Fasilitas belajar siswa seperti buku dapat
menunjang siswa untuk belajar. Ketersediaan buku dapat
membuat siswa memperoleh informasi dengan mudah.
4) Faktor lingkungan spritual dan keamanan
Lingkungan yang tidak aman dapat menciptakan rasa was-was
dalam diri siswa. Hal ini menyebabkan siswa merasa tidak tenang
dalam belajar. Sebaiknya, jika lingkungan siswa aman, siswa akan
dapat belajar dengan tenang dan penuh konsentrasi. Rasa aman ini
B. Fasilitas Belajar
1. Pengertian Fasilitas Belajar
Banyak faktor yang mempengaruhi belajar, salah satu diantara faktor-
faktor tersebut adalah fasilitas belajar. Meskipun fasilitas belajar hanya
sebagian kecil dari faktor- faktor yang mempengaruhi belajar, namun
keberadaannya tidak bisa diabaikan begitu saja. Sebab, tanpa adanya fasilitas
belajar kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak akan dapat terlaksana dengan
baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Fasilitas belajar sangat
dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar secara formal yang pada
umumnya berlangsung di sekolah. Ketika berbicara masalah fasilitas belajar
dan sebelum membahas lebih dalam mengenai fasilitas belajar, maka perlu
diketahui terlebih dahulu mengenai definisi atau pengertian fasilitas belajar.
Menurut Bahri (2000: 150) mengemukakan bahwa, fasilitas belajar
merupakan kelengkapan belajar yang harus dimiliki oleh sekolah.
2. Macam Macam Fasilitas Belajar
Menurut Sanjaya (2009: 20) membagi fasilitas belajar menjadi dua
macam, yaitu: sarana dan prasarana. Lebih lanjut Wina Sanjaya
mengungkapkan definisi dari sarana adalah segala sesuatu yang berkaitan
secara langsung dengan peserta didik dan mendukung kelancaran serta
keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi media pembelajaran,
alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain- lain. Sedangkan Prasarana
peserta didik, namun dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan proses
belajar peserta didik yang meliputi jalan menuju ke sekolah, penerangan
sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.
Menurut Idris dan Jamal (1992:39) menyebutkan bahwa, sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan pendidik dalam
pelaksanaan pendidikan. Adapun penjelasan secara terperinci mengenai
sarana adalah sebagai berikut:
a. Media Pembelajaran
Menurut Bafadal (2003:14) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
yang perlu disiapkan untuk kepentingn efektifitas proses belajar mengajar
di kelas dapat dikelompokkan menjadi empat macam antara lain:
1) Media pandang yang diproyeksikan, seperti projector opaque,
overhead projector, slide, projector filmstrip.
2) Media pandang yang tidak diproyeksikan, seperti gambar diam, grafis,
model dan benda asli.
3) Media dengar, seperti piringan hitam, open reel tape, pita kaset dan
radio.
4) Media pandang dengar, seperti televisi dan film.
b. Alat-alat Pelajaran
Menurut Amir Daien (1973: 139-140) mengemukakan bahwa
yang termasuk kedalam alatalat pelajaran adalah buku-buku, alat peraga,
dari alat-alat pelajaran, mau tidak mau mempunyai pengaruh yang besar
pada berhasilnya pengajaran dan pendidikan. Lebih lanjut Amir Daien
mengungkapkan bahwa alat-alat pelajaran yang lengkap dapat memberikan
kesempatan bagi anak untuk pembentukan materiil (pembentukan ilmu
pengetahuan) dan pembentukan formal (pembentukan sikap-sikap belajar
dan berpikir) yang baik.
c. Perlengkapan Sekolah
Menurut Bahri (2000: 149) mengungkapkan bahwa salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan gedung
sekolah yang di dalamnya meliputi ruang kelas, kantor, laboratorium.
Lebih lanjut Bahri mengungkapkan “suatu sekolah yang kekurangan ruang
kelas, akan banyak menemukan masalah seperti kegiatan belajar mengajar
menjadi kurang kondusif, pengelolaan kelas kurang efektif dan konflik
antar siswa sulit dihindari”. Pelajaran yang bersifat praktikum sangat
membutuhkan laboratorium untuk menunjang penyampaian materi. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Widodo Supriyono bahwa
tidak adanya laboratorium menyebabkan guru cenderung menggunakan
metode ceramah yang menimbulkan kepasifan bagi siswa, sehingga tidak
mustahil timbul kesulitan belajar. Begitu pula dengan pelajaran lain yang
membutuhkan praktikum seperti: kesenian dan olahraga. Adapun pejelasan
1) Jalan menuju sekolah
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 91) mengungkapkan
bahwa letak sekolah yang jauh dari keramaian (pasar, bengkel, pabrik,
dan lainlain) akan memudahkan anak berkonsentrasi dalam belajarnya.
Jalan menuju sekolah berhubungan dengan letak sekolah. Jalan yang
jauh dan sulit di tempuh oleh siswa membutuhkan tenaga yang lebih
besar untuk dapat sampai ke sekolah. Hal ini tentu akan sangat
mempengaruhi keadaan siswa ketika hendak menerima pelajaran.
Sebab, siswa datang ke sekolah dalam keadaan lelah, sehingga
konsentrasi berkurang dan pada akhirnya siswa kurang optimal dalam
menerima pelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
oleh Purwanto (2012:105) bahwa faktor yang juga dapat
mempengaruhi hasil belajar adalah jarak antara rumah dengan sekolah
yang terlalu jauh, sehingga melelahkan. Dengan demikian, hal tersebut
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2) Penerangan
Menurut Daien (1973:138) mengungkapkan bahwa di waktu
siang, cahaya matahari harus bisa masuk ke dalam ruang-ruang kelas
dengan leluasa, sehingga ruangan kelas cukup terang untuk keperluan
membaca dan menulis. Pemberian penerangan di dalam kelas dapat
dilakukan dengan cara membuka jendela-jendela yang ada pada kelas
dalam kelas, sirkulasi udara yang di dalam kelas menjadi lancar
sehingga kelas tidak pengap dan dapat menerangi siswa ketika menulis
ataupun menbaca pada waktu kegiatan belajar berlangsung.
Adapun kelengkapan fasilitas yang dimilki oleh sekolah haruslah
dapat membantu terselenggaranya proses belajar mengajar seperti
tersedianya buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan yang tersedia di
perpustakaan, alat tulis menulis, alat-alat peraga, serta alat-alat didik
lainnya yang tersedia baik di perpustakaan maupun di laboratorium. Proses
belajar mengajar diharapkan dapat bergairah dan dapat membantu anak
didik dalam berprestasi dengan peran sekolah yang membantu anak didik,
seperti menyediakan sejumlah buku yang sesuai dengan kurikulum di
perpustakaan, menyediakan segala macam alat yang digunakan untuk
praktikum, menyediakan media pembelajaran, menyediakan ruangan kelas
yang sesuai dengan ketentuan kesehatan, dan sebagainya. Berbicara
mengenai masalah fasilitas yang terkait dengan proses belajar peserta didik,
sesungguhnya tidak hanya sekolah saja sebagai lembaga formal yang
berperan aktif dalam menyediakan fasilitas yang menunjang keberhasilan
peserta didik. Akan tetapi, orang tua juga ikut berperan dalam
menyumbang tersedianya fasilitas belajar peserta didik.
Menurut Baharuddin dan Esa (2007: 38) mengungkapkan bahwa
manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang tidak berpengetahuan,
psikis agar manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan ilmu
pengetahuan guna kepentingan dan kemaslahatan manusia. Dengan
demikian, manusia memerlukan fasilitas untuk belajar dan memperoleh
pengetahuan. Begitu juga dengan peserta didik yang memerlukan fasilitas
belajar untuk memperoleh pengetahuan. Sebab, tanpa adanya fasilitas
belajar, akan ada banyak sekali hambatan-hambatan yang dialami oleh
perserta didik dalam menyerap materi pelajaran seperti yang telah
dikemukakan pada pembahasan di atas.
C. Dukungan Orang Tua
1. Pengertian dukungan orang tua
Dalam dunia pendidikan, peranan orang tua sangatlah dibutuhkan
sebagai penunjang prestasi akademik anak di sekolah. Seperti diketahui
banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik seseorang anak,
salah satunya adalah dukungan orang tua, yaitu suatu bentuk perlakuan orang
tua dalam memberikan perhatian serta bantuan dalam masalah-masalah
dibidang pendidikan guna mencapai prestasi akademik yang dihadapi
anaknya.
Menurut Admin, (1990: 14-15) mengemukakan bahwa orang tua
adalah komponen sekeluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, merupakam hasil
dari sebuah perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.
membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang
mengantarkan anak untuk siap dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian
keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian
besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak. Kesadaran orang tua akan peran dan tanggung jawabnya selaku
pendidik pertama dan utama dalam keluarga sangat diperlukan. Tanggung
jawab orang tua terhadap anak tampil dalam bentuk yang bermacam-macam.
Konteknya dengan tanggung jawab rang tua dalam pendidikan, maka orang
tua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.
Bagi anak orang tua adalah model yang harus ditiru dan diteladani.
Sebagai model seharusnya orang tua memberikan contoh yang terbaik bagi
anak dalam kelurga. Sikap dan perilaku orang tua harus mencerminkan akhlak
yang mulia.
2. Fungsi Dukungan Orang tua
Menurut Ahmadi (2007:246) menjelaskan bahwa keluarga adalah
kelompok sosial yang utama dimana anak belajar menjadi manusia sosial.
Perhatian orang tua merupakan faktor yang paling penting dalam membina
suksesnya belajar. Keluarga perhatian dan dukungan dari orang tua dapat
menyebabkan anak malas, acuh dan kurang minat dalam belajar. Orang tua
terhadap anak dalam sangat kurang dapat menyebabkan anak kurang
bergairah dalam belajar. Anak membutuhkan rangsangan, motivasi,
bimbingan atau dukungan dari orang tua. Untuk memberikan dukungan ini
hendaknya orang tua melakukan berbagai usaha, diantaranya membimbing
anak dalam belajar, membelikan buku-buku yang belum dimilki, memberikan
pujian dan kasih sayang. Dukungan dari orang tua sangat penting dalam
membangkitkan minat dan rangsangan anak untuk belajar.
Orang tua memegang peranan penting sebagai penyambung dan
penafsir kehidupan masyarakat dan kebuadayaan terhadap anaknya. Anak
mempelajari status sosialnya dalam lingkungan keluarganya melalui
perbuatan dan pola berpikir dan perbuatan orang tuanya. Ketidakberdayaan
anak pada waktu kecil membuatnya lebih banyak bergantung pada orang di
sekitarnya. Pada saat anak menginjak usia kanak-kanak ataupun remaja,
lingkungan keluarga tetap memegang peranan penting, sebagai pembentuk
karakter, moral, akhlak, dan kepribadian anak.
Orang tua adalah orang yang pertama dan utama yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya. Oleh karena itu,
sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap segala
uasaha yang di lakukan oleh anaknya serta dapat memberikan pendidikan
informal guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut serta
Orang tua merupakan contoh dekat dari anak-anaknya. Segala
sesuatu yang di perbuat orang tua tanpa disadari akan di tiru oleh anak –
anaknya. Karenanya sikap orang tua yang bermalas–malas tidak baik,
hendaknya di buang jauh-jauh demkian juga dengan belajar memerlukan
bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar,
tumbuh pada diri anak. Menurut ahmadi menyatakan bahawa “ Orang tua
yang sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti
anak tidak didapatkan pengawan atau bimbingan dari orang tua, hingga
kemungkinan anak banyak mengalami kesulitan belajar”.
Berhasil membimbing anak dalam belajar dan menjadikannya sukses
adalah sebuah kebanggaan tersendiri oleh orang tua, bahkan orang tua akan
rela berusaha maksimal mungkin dan melakukan apa saja demi membantu
anak sukses dalam belajarnya. Tapi bagaimana dan caranya yang paling tepat,
ini yang sering menjadi masalah bagi orang tua.
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan
selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti
dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga
inilah yang akan di contoh oleh anak sebagai dasar yang digunakan untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Mengingat tanggung jawab pendidikan anak di tanggung oleh
pendidikan formal, maka orang tua harus berperan dalam menanamkan sikap
dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan
kepribadian. Selain itu, orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya,
yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamanya dan menghargai
segala usahanya serta harusdapat menunjukkan kerja sesamanya dalam
mengarahkan cara anak belajar dirumah, memuat pekerjaan rumahnya, tidak
menyita waktu anak dengan mengerjakan perkerjaan rumah tangga, orang tua
harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Banyak pasangan suami- istri disekiling kita yang tidak menjalankan
tugas mereka sebagai orang tua dengan baik. Mereka sering menganggap
bahwa pengasuhan anak adalah tidak begitu penting. Oleh karena itu,
orangtua seperti itu cenderung mengabaikan apa yang menjadi kebutuhan
dasar anak, terutama kebutuhan rohaninya. Orang tua seperti itu boleh jadi
tidak pernah memberikan perhatian, tidak mau mendidik anak, dan tidak
perna mau memberikan dukungan kepada anak mereka. Mereka tidak mau
melibatkan diri dalam pengasuhan dan pendidikan anak.
Dengan kondisi orang tua sperti diatas, maka tidak heran jika banyak
anak terjerumus pada tindakan kriminalitas yang dapat merugikan dirinya
sendiri, tetapi juga merugikan kelurga dan masyarakat di sekitarnya. Beberapa
tindakan negatif yang sering dilakukan oleh anak karena ia kurang dukungan
terlarang, seks bebas, pemerkosaan, hamil diluar nikah, penipuan, dan
tindakan bunuh diri.
Seyogyanya, perlu orang tua sadari bahwa pada dasarnya setiap saat,
dalam keadaan apapun anak sangat memerlukan dukungan, perhatian, dan
cinta dari orangtuanya. Kebutuhan tersebut perlu orangtua berikan kepada
anak sepanjang hidupnya.mulai dari mendukung untuk hal-hal kecil seperti
ketika ia mulai belajar jalan, bermain sepeda, mengancingkan baju hingga
hal-hal besar yang sangat penting bagi hidupnya di masa mendatang. Seperti
belajar hidup disiplin dan tanggung jawab.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa fungsi dukungan
orang tua dalam pendidikan anak sangat besar pengaruhnya. Oleh karena itu
bila orang tua menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah adalah
kesalahan mereka para orang tua. Karena itu lebih banyak waktu yang
dihabiskan anak bersama keluarga di banding dengan waktu anak disekolah,
sehingga anak lebih dapat perhatian dan dukungan dari orang tua dalam
3. Bentuk Dukungan Orang tua
Menurut Musbihin (2009: 129) menjelaskan bahwa dukungan yang
diberikan orang tua bagi anaknya dalam belajar dapat mendukung nilai belajar
siswa serta niat siswa untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.
a. Menciptakan suasana belajar
Orang tua juga belajar untuk memahami keadaan pada saat anak sedang
belajar. Anak membutuhkan suasana yang tenang dan hening agar dapat
berkonsentrasi. Orang tua juga mendukung dengan tidak terlalu berisik
anak belajar bahkan sebaiknya juga ikut membaca koran atau majalah
untuk menciptakan suasana belajar bersama.
b. Memprioritaskan tugas sekolah
Orang tua ikut berperan aktif mendukung pembelajaran siswa di sekolah
dan saat di rumah orang tua mengutamakan tugas sekolah anaknya dari
pada tugas di rumah.
c. Mendorong aktif kegiatan di sekolah
Saat terdapat waktu luang pada anaknya, seharusnya mendukung anak
mengikuti kegiatan di sekolahnya seperti mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler ataupun pelajaran tambahan dari pada kegiataan serupa
tetapi dengan peserta atau lingkungan tidak jelas
d. Menciptakan stratergi diskusi di rumah
Menciptakan situasi adanya kondisi saling berargumentasi dengan anak.
Dengan adanya sistuasi saling berdialog maka hal itu akan mendorong
e. Orang tua perlu mengetahui pengalaman anak di sekolah
Sangat penting bahwa orang tua datang ke sekolah secara berkala untuk
melihat perkembangan anaknya serta menjalin hubungan dengan pihak
sekolah.
f. Menyediakan sarana belajar
Keperluan anak untuk belajar seperti buku, alat tulis, dan berbagai
keperluan pembiayaan sekolah harus dicukupi oleh orang tua siswa.
4. Jenis-jenis Dukungan Orang Tua
Menurut Ahmadi (2004 : 87) menjelaskan bahwa orang tua yang
tidak mau memberikan dukungan kepada anak dengan baik maka besar
kemungkinan anak menemukan masalah yang cukup besar kelak. Anak yang
tidak dipedulikan oleh orang tuanya akan berusaha mencari dukungan dari
luar rumah. Yang sangat dikhawatirkan, anak akan ikut terbawa arus negatif
yang dilakukan oleh teman-teman atau” keluarga barunya”. Oleh karena itu
sangat penting orang tua untuk selalu memberikan dukungan berupa
perhatian, pengertian, dan rasa cinta kepada anak. Sikap orang tua sperti itu
dapat menghindarkan anak terjerumus kepada tindakan kriminalitas yang akan
merugikan kita sebagai orangtuanya dan juga masyarakat umum.
Pendidikan anak juga sangat ditentukan keberadaannya bentuk
sangat baik maka prestasi akademik anak akan baik, tetapi apabila dukungan
kelauarga anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada
dirinya yang dapat mengganggu prestasi akademik anak. Pada dasarnya
dukungan orang tua terhadap pendidikan anaknya menyangkut tiga hal pokok
yaitu dukungan moral, dukungan spritual dan materi.
a. Dukungan moral
Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anak dapat
berupa perhatian terhadap pembunuhan kebutuhan psikis yang meliputi
kasih sayang keteladanan, bimbingan dan pengarahan, dorongan
menamkan rasa percaya diri. Dengan perhatian orang tua yang berupa
pemenuhan kebutuhan psikis tersebut diharapkan dapat memberikan
semangat belajar dalam keluarga dapat dilakukan dengan berbagi cara
misalnya:
1) Selalu mengingat anaknya barang kali mendapat tugas yang harus di
selesaikan di rumah
2) Memantau aktivitas anak selama dirumah baik mengenai aktitvitas
belajar maupun pergaulanya.
3) Memperhatikan buku-buku bacaan yang dimiliki oleh anaknya.
Dengan adanya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pskis
mengawasi atau membantu aktivitas belajar anaknya selama di rumah
sebagai penunjang aktivitas belajar di sekolah.
Dengan demikian berarti bahwa orang tua tersebut telah
melaksanakan kewajiban dan tanggungg jawabnya dengan baik dalam
mengasuh anak-anaknya ditengah-tenagh keluarga yang dibinanya dalam
rangka mempersiapkan masa depan anak-anaknya di kehidupan yang lebih
cemerlang.
Namun, berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat tidak
semua orang atau keluarga dapat memenuhi kebutuhan pskis tersebut
karena adanya berbagai macam susunan keluarga tersebut, probbins
membagikan menjadi tiga macam yaitu:
1) Keluarga yang bersifat otoriter
Di sini perkembangan anak itu semata-mata ditentukan oleh orang
tuanya sifat pribadi anak yang otoriter suka menyendiri, mengalami
kemunduran kematangannya, ragu-ragu di dalam semua tindakan serta
lambat berinisiatif
2) Keluarga Demokrasi
Disini sikap pribadi anak lebih dapat menyesuaikan diri, sifatnya
menerima kritik dengan terbuka, aktif di dalam hidupnya, emosi lebih
stabil, serta rasa tanggung jawab.
3) Keluarga Liberal
Menurut Ahmadi (2004:87) menyatakan bahwa “ di sini anak –anak
bebas bertindak dan berbuat. Sifat-sifat dari keluarga ini biasanya
bersifat agresif, tak dapat bekerja sama dengan orang lain, sukar
menyesuaikan diri, emosi kurang stabil serta mempunyai sifat selalu
curiga”. Perbedaan pola asuh dari setiap keluarga akan berdampak
pada sifat atau tingkah laku anak masing-masing keluarga. Hal ini
merupakam hasil pola asuh dari prhatian yang telah di tunjukkan
kepada anak, sebagai contoh dalam belajar di sekolah.
b. Keluarga Religius
Disini orang tua menanamkan nilai-nilai keagamaan ke dalam
pribadi anak, anak-anak seharusnya dibiasakan ikut gereja/masjid
bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khtotbah
atau cerama-ceramah keagamaan, kegiatan seperti ini besar sekali
pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Menurut Hasbullah (2001:
43) berpendapat dalam bukunya yang berjudul” Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan “ menyatakan bahwa: “ Kenyataan membuktikan, bahwa
anak yang semasa kecilnya tidak tau menahu dengan hal-hal yang
orang tuanya ke gereja/ masjid atau tempat ibadah untuk
melaksanakan ibadah, mendengar khotbah atau ceramah-ceramah dan
sebaginya, maka setelah dewasa mereka itu pun tidak perhatian
terhadap hidup keagamaan”.
Jadi meskipun terdapat keanekaragaman bentuk atau susunan
keluarga yang ada di masyarakat, namun kesadaran akan tanggung
jawab mendidik dan membina anak secara terus menerus perlu
dikembangkan pada setiap orang tua maka generasi mendatang telah
mempunyai kekuatan mental menghadapi perubahaan dalam
masyarakat.
D. Pendidik
Guru adalah seorang yang harus dan harus ditiru oleh semua muridnya.
Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa di
percaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu
pengetahuan yang datangnya dari guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran
yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Seorang guru juga harus ditiru,
artinya seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya. Mulai dari
cara bepikir, cara berbicara hingga cara berprilaku sehari-hari sebagai seorang
yang harus digugu dan ditiru seorang dengan dirinya memilki peran yang luar
biasa dominanya bagi murid.
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan salah satu komponen
kurikulum, metode, sarana, dan prasarana, lingkungan dan evaluasi. Dianggap
sebagai komponen yang paling penting karena yang mampu memahami,
mendalami, melaksanakan dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan adalah
guru. Guru juga berperan penting dalam kaitanya dengan kurikulum, karena
gurulah yang secara langsung berhubungan dengan murid. Demikian guru
berperan penting dalam hal sarana, lingkungan, dan evaluasi karena seorang
gurulah yang mampu memanfaatkannya sebagai media pendidikan secara
langsung bagi muridnya. (Darwan, 2004:7).
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang
peran guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi
dan dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan
Weinstein (1997). Adapun peran-peran tersebut adalahsebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus
memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,
bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang
bersifat personal dan spiritual.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan
belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi,
kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika
faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu : Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji
materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada
perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru
harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing
perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan
empat hal berikut. Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan
mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa
peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Ketiga, guru harus memaknai
kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan.
Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru sebagai pengelola pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain
itu ,guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan
agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak
ketinggalan zaman.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan
semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan
yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang,
guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya
yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh guru: Sikap dasar, Bicara dan gaya bicara, Kebiasaan
bekerja, Sikap melalui pengalaman dan kesalahan, Pakaian, Hubungan
kemanusiaan, Proses berfikir, Perilaku neurotis, Selera, Keputusan,
Kesehatan, Gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik
harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik
adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa
yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk
tidak mengulanginya.
7. Guru sebagai anggota masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang
guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang
yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada
bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk
berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui
kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus
dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat