STRATEGI BELAJAR BERBASIS MASALAH BERPENGARUH
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS V GUGUS I SUKAWATI
Ni Kd. Anggarayani
1,
I Wyn. Wiarta
2, Ni Wyn. Suniasih
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail : kadekanggara@ymail.com
1, wayan.wiarta@yahoo.com
2,
wyn.suniasih@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat antara siswa yang belajar menggunakan strategi belajar berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Sukawati Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian Non Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus I Sukawati tahun pelajaran 2013/2014, yang banyaknya 194 orang siswa, kemudian sampel ditentukan menggunakan teknik random sampling
dengan mengacak kelas. Sampel dalam penelitian ini kelas V SD Negeri 5 Sukawati sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Sukawati sebagai kelompok kontrol. Jumlah masing-masing kelompok pada kelas eksperimen 31 siswa dan pada kelas kontrol sebanyak 30 siswa. Data tentang hasil belajar Matematika dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda biasa berjumlah 30 butir tes yang telah divalidasi. Data hasil belajar matematika dianalisis dengan t-test. Hasil analisis menunjukkanbahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat antara siswa yang belajar menggunakan strategi belajar berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus I Sukawati tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil thitung = 5,433 > ttabel = 2,000 dengan db = 59 taraf signifikansi 5%. Demikian
pula diperoleh nilai rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih dari pada kelas kontrol yaitu X =83,68 > X =76,46. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa strategi belajar
berbasis masalah berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat siswa kelas V SD Negeri Gugus I Sukawati tahun Pelajaran 2013/2014.
Kata kunci : strategi belajar berbasis masalah, hasil belajar
Abstract
This study aims to determine significant differences in learning outcomes math concepts integer between students who learn to use problem-based learning strategies with students who learn using conventional learning in class V SD Force I Sukawati Academic Year 2013/2014. The study was quasi-experimental research design research using non Equivalent Control Group Design. The study population was all students in fifth grade elementary Cluster I Sukawati school year 2013/2014, the number of 194 students, then the sample is determined using a random sampling technique to randomize the class. The sample in this study class V SD Negeri 5 Sukawati as the experimental group and class V SD Negeri 1 Sukawati as a control group. With the number of each group of 31 students in the experimental class and the control class of 30 students. Mathematics learning outcome data collected by instruments in the form of regular multiple choice test items were 30 valid and reliable. This data analysis by t-test. The analysis showed that
there were significant differences in learning outcomes with the concept of integer math among students who learn to use problem-based learning strategies with students who learn using conventional learning fifth grade elementary school lesson Cluster I Sukawati year 2013/2014. This is evidenced by the results tvalue = 5.433> ttable = 2.000 with db = 59
and a significance level of 5%. Similarly, the average values obtained experimental class learning outcomes more than the control class that is equal to 83.68 > 76.46. It can be concluded that the problem-based learning strategies affect learning outcomes integer math on the concept Elementary School fifth grade students Force Lessons I Sukawati year 2013/2014.
Keywords: a problem-based learning strategies, learning outcomes
PENDAHULUAN
Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap
manusia karena dengan pendidikan
manusia dapat meningkatkan taraf
kehidupan yang mereka inginkan.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan
untuk menghasilkan manusia yang
berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti luhur dan moral yang baik.
Meningkatkan kualitas pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama. Salah satu pemegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan yaitu guru, khususnya guru sekolah dasar. Guru selain sebagai pembelajar juga memiliki peran sebagai pendidik, karena itu diharapkan guru sekolah dasar mampu
memberikan pengetahuan kepada
siswanya agar dapat menjadi seorang siswa yang cerdas serta memiliki kualitas dan daya saing yang tinggi di era globalisasi ini.
Menghadapi era globalisasi dan
tantangan dunia yang semakin mengglobal mengharuskan manusia berpikir secara global terhadap masa depan pendidikan. Berbagai konsep dan wawasan baru tentang pembelajaran di sekolah telah muncul dan berkembang seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Guru sebagai pendidik yang
menduduki posisi strategis dalam
pengembangan sumber daya manusia,
dituntut untuk terus mengikuti
perkembangan konsep-konsep baru dalam dunia pendidikan” (Suryosubroto, 2009).
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memungkinkan semua pihak
dapat memperoleh informasi dengan
melimpah, cepat dan mudah melalui berbagai sumber dan tempat di dunia ini. Dengan demikian, siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi untuk bertahan pada
keadaan yang selalu berubah
(kesemrawutan) dan penuh dengan
persaingan. Kemampuan untuk
memperoleh, memilih dan mengolah
informasi membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika, karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil berpikir rasional (Depdiknas, 2005). Matematika sebagai ilmu eksak yang bersifat deduktif, untuk mempelajarinya tidak cukup dengan hafalan dan membaca, tetapi memerlukan pemikiran dan pemahaman (Sujono, 1998).
Pendidikan di tingkat sekolah dasar merupakan pendidikan tahap awal. Di tahap awal inilah dibangun konsep-konsep dasar tentang pendidikan. Penanaman konsep pada tahap awal hendaknya
dilakukan dengan tepat dan benar
sehingga menjadi fondasi yang kuat untuk nantinya dikembangkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Seorang guru harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan siswa dalam belajar. Guru-guru harus mengetahui apa yang telah dimiliki dan kemampuan apa yang belum dimiliki anak. Situasi yang
memungkinkan terjadinya kegiatan
pembelajaran yang optimal adalah suatu situasi seorang siswa dapat berinteraksi dengan komponen lain secara optimal dalam rangka mencapai tujuan.
Menurut kurikulum KTSP SD/MI
disebutkan bahwa, tujuan pelajaran
matematika di SD agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: 1.
Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika. 3.
Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah,
merancang strategi dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram
atau media lain untuk memperjelas
masalah atau keadaan. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Begitu pentingnya peranan
matematika seperti yang diuraikan di atas seharusnya mampu membuat matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang menyenangkan dan diminati oleh siswa. Namun pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri lagi mata pelajaran matematika masih merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, membosankan, dan sering menjadi masalah dalam belajar. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan mata
pelajaran matematika tidak disenangi
bahkan tidak diperdulikan. Di satu sisi matematika mempunyai peranan yang amat
penting dalam kehidupan sehari-hari,
meningkatkan nalar, berpikir logis,
sistematis, realistis, dan kreatif. Di sisi lain banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran matematika.
Hal tersebut ditegaskan oleh
pendapat yang menyatakan bahwa dalam
pembelajaran konvensional, guru
merupakan atau dianggap sebagai gudang
ilmu, guru bertindak otoriter, guru
mendominasi kelas sehingga siswa kurang dalam hal kemampuan kerjasama, berpikir kritis dan bersikap sosial (Ruseffendi, 2005:17) Selain itu, model ini juga
membuat siswa merasa jenuh karena siswa tidak bisa menumbuhkan kerjasama dan mengembangkan sikap sosial dalam
kegiatan belajar mengajar, kurangnya
kemampuan tersebut dapat berdampak pada hasil belajar konsep bilangan bulat
pada pelajaran matematika siswa.
Kejenuhan siswa di SD itu perlu diatasi
dengan adanya perubahan model
pembelajaran yang digunakan guru.
Strategi pembelajaran yang mampu
menjadikan situasi belajar-mengajar di sekolah sebagai kegiatan yang lebih mengaktifkan siswa untuk membaca dan
memecahkan masalah di bawah
pengawasan dan bimbingan guru.
Pemilihan strategi ini dapat dilakukan melalui kerjasama yang aktif dan kreatif antara guru dengan siswa. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah strategi pembelajaran aktif yang humanis, partisipatif dan memperhatikan keragaman siswa dalam belajar-mengajar.
Guru dalam pembelajaran masih
cenderung berorientasi pada transfer
pengetahuan semata dengan model yang
monoton tanpa adanya variasi dan
pengembangan media pembelajaran. Hal
inilah yang mengakibatkan kegagalan
prestasi belajar siswa. Selain itu
pembelajaran yang diterapkan masih
menganut perspektif pembelajaran
tradisional, yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru dan menjadikan siswa sebagai objek pasif yang harus banyak diisi informasi, kurangnya penggunaan sumber belajar dan media pembelajaran. Pada hal kenyataannya, siswa yang mempunyai karakter beragam memerlukan sentuhan-sentuhan khusus dari guru. Untuk itu, guru harus mampu menjadikan mereka semua
terlibat dan merasa senang selama
pembelajaran.
Bertumpu pada kenyataan tersebut
untuk merangsang dan meningkatkan
peran aktif siswa baik secara individual dan kelompok terhadap pembelajaran, maka
masalah ini harus ditangani dengan
mencari beberapa alternatif tipe
pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang diajarkan sebagai penunjang pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru tidak hanya
pelajaran, akan tetapi harus mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk watak siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku (Aunurrahman, 2009).
Berdasarkan observasi dan
wawancara dengan seorang guru kelas V SD Gugus I Sukawati (8 November 2012) diketahui bahwa hasil belajar matematika
siswa dengan indikator menentukan
bilangan bulat tidak memenuhi target yang telah ditentukan. Pada tahun pelajaran 2012/2013 pada khususnya nilai rata-rata ulangan harian siswa untuk pokok bahasan pengerjaan operasi hitung bilangan bulat adalah 58. Dari hasil observasi dan pengalaman pembelajar di kelas V SD Gugus I Sukawati, siswa pada umumnya masih mengganggap bahwa pelajaran
matematika khususnya pada konsep
bilangan bulat merupakan mata pelajaran
yang menakutkan. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya pemahaman konsep
bilangan bulat siswa terhadap mata
pelajaran matematika dan kurangnya
latihan dalam mengerjakan latihan soal-soal matematika.
Berdasarkan hasil pengamatan
ditemukan beberapa kelemahan yang
mempengaruhi hasil belajar matematika di kelas V SD Gugus I Sukawati yaitu sebagai berikut: a) pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat seperti metode ceramah yang mengakibatkan pembelajaran banyak berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran, b) guru sering memberikan rumus matematika yang sudah jadi tanpa ada penjelasan atau mengajak siswa untuk menemukan rumus tersebut, c) kurangnya kesempatan berinteraksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, hal ini menyebabkan siswa kurang mendapatkan pengalaman belajar dari temannya ataupun guru, d) kurangnya waktu yang diberikan kepada siswa untuk
berinteraksi dengan media/sumber
belajar/alat peraga.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya solusi yang tepat untuk perbaikan dalam pembelajaran di kelas V SD Gugus I Sukawati tahun pelajaran 2013/2014 yaitu perlu adanya perbaikan di dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini dilakukan dengan mengaplikasikan
suatu strategi pembelajaran yang interaktif antara guru dengan siswa, pemahaman konsep, serta pemberian media/alat peraga yang optimal.
Salah satu strategi pembelajaran yang diperkirakan dapat mengoptimalkan hasil belajar Matematika adalah Strategi Belajar Berbasis Masalah (PBL). Menurut Eggen dan Kauchak (2012:307) Strategi
belajar berbasis masalah merupakan
seperangkat model membelajarkan yang menggunakan masalah sebagai fokus
untuk mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, materi, dan
pengaturan diri. Strategi ini digunakan
karena dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis siswa, aktif dalam pembelajaran, serta memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka
bisa memperoleh kepuasan dengan
menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. Di samping strategi belajar berbasis masalah dalam pembelajaran akan lebih bermakna apabila didukung oleh
media pembelajaran konkret. Media
pembelajaran konkret adalah media
pembelajaran yang murah dan terjangkau, dapat menarik minat dan motivasi siswa untuk lebih mempelajari materi. Media ini dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan melihat dan mengevaluasi apa yng dilihat, menyiapkan variasi yang menarik dan perubahan tingkat kecepatan belajar mengenai suatu pokok bahasan atau masalah.
METODE
Variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu Strategi Belajar Berbasis Masalah dan variabel terikat yaitu hasil belajar Matematika yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy eksperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Nonequivalent Control Group
Design (Setyosari, 2012:177). Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor
post test saja yang dilakukan pada akhir penelitian atau dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pree test. Hanya saja pree test dalam rancangan penelitian ini digunakan untuk uji kesetaraan.
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V SD
Gugus I Sukawati Tahun Pelajaran
2013/2014 yang berjumlah 194 orang
siswa. Untuk pengambilan sampel
menggunakan teknik Random Sampling
dengan mengacak kelas. Didapatkan kelas V SD N 5 Sukawati yang berjumlah 31 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SD N 1 Sukawati yang
berjumlah 30 orang siswa sebagai
kelompok kontrol.
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar Matematika pada konsep bilangan bulat. Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes ini diberikan setelah dilakukan treatment (perlakuan) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada akhir perlakuan yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa disusun berdasarkan kisi-kisi atau
blue print yang telah dibuat.
Data tentang nilai akhir hasil belajar Matematika merupakan nilai post test yang diberikan pada akhir penelitian. Untuk uji
prasyarat analisis menggunakan uji
normalitas sebaran data dengan
menggunakan uji Chi-Kuadrat, uji
homogenitas varians dengan menggunakan
uji F, dan uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t. Dalam analisis data
menggunakan bantuan Microsoft Office
Excel 2007.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil setelah perhitungan diperoleh rata-rata nilai hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat dari nilai kognitif yaitu nilai post test untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi belajar berbasis masalah adalah 83,68 dengan Median 83, Modus 87, Varians sebesar 32,55 dan Standar Deviasi sebesar 4,57. Sedangkan rata-rata nilai hasil belajar konsep bilangan bulat dari nilai kognitif yaitu nilai post test
untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 76,46 dengan Median 77, Modus
77, Varians sebesar 20,94 dan Standar Deviasi sebesar 4,57. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi belajar berbasis masalah memiliki rata-rata lebih tinggi daripada kelompok
kontrol yang dibelajarkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi belajar berbasis masalah dan data kelompok kontrol yang
dibelajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor akhir hasil belajar konsep bilangan bulat post test yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas
sebaran data dilakukan dengan
menggunakan Chi-Kuadrat (X2) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-1. Untuk langkah-langkah uji Chi-Kuadrat
(X2) kelompok eksperimen yang
dibelajarkan dengan menggunakan strategi belajar berbasis masalah dan kelompok
kontrol yang dibelajarkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Dari tabel kerja diperoleh X2hitung =
∑ = 4,36 sedangkan untuk taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2Tabel =
X2(0,05;5) = 11,07. Karena X2hitung < X2Tabel, ini
berarti sebaran data nilai post test siswa kelompok eksperimen berdistribusi Normal. Untuk kelompok kontrol diperoleh X2hitung =
∑ = 8,10 sedangkan untuk taraf
signifikan 5%(α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2Tabel =
X2(0,05;5) = 11,07. Karena X2hitung < X2Tabel, ini
berarti sebaran data nilai post test siswa kelompok kontrol berdistribusi Normal.
Hasil uji homogenitas varians
menunjukkan hasil bahwa Fhitung = 1,55 <
Ftabel = 1,84. Ini berarti bahwa varians antar
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.
Hipotesis penelitian yang diuji adalah Ha: Ada perbedaan yang signifikan hasil
belajar matematika pada konsep bilangan bulat antara siswa yang mengikuti strategi belajar berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus I Sukawati Tahun Pelajaran 2013/2014. H0: Tidak ada
perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat antara siswa yang mengikuti strategi belajar berbasis masalah dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa
kelas V SD Gugus I Sukawati Tahun Pelajaran 2013/2014. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji t), dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung t(1) , di
mana t(1) didapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak
jika
t
hitung
t
(1). Hasil uji hipotesis penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel hasil uji t
Kelompok Penelitian Thitung Nilai Ttabel Keterangan
SD N 5 Sukawati dan SD N 1 Sukawati 5,433 2,000 H0 ditolak
Untuk mengetahui signifikansi hasil
perhitungan uji-t, maka perlu
dikonsultasikan dengan nilai ttabel. Dengan
db = 59 dan taraf signifikansi adalah 5% diperoleh ttabel = 2,000. Karena thitung lebih
dari nilai ttabel (5,433 > 2,000), maka
hipotesis (H0) ditolak. Ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika pada konsep bilangan bulat antara siswa yang belajar menggunakan strategi belajar berbasis masalah dengan
siswa yang belajar menggunakan
pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus I Sukawati tahun Pelajaran 2013/2014.
Untuk mengetahui pengaruh strategi belajar berbasis masalah pada pelajaran matematika siswa kelas V Sekolah Dasar, dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dengan nilai rata-rata kelompok kontrol. Karena nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen X =83,68 lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol X = 76,46, maka dapat
disimpulkan bahwa strategi belajar berbasis
masalah berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika pada konsep bilangan bulat siswa kelas V SD Gugus I Sukawati tahun Pelajaran 2013/2014.
Strategi belajar berbasis masalah (PBL) merupakan strategi pembelajaran
dengan menghadapkan siswa pada
permasalahan-permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar atau dengan
kata lain siswa belajar melalui
permasalahan-permasalahan. Menurut
Fogarty (1997) strategi belajar berbasis
masalah (PBL) merupakan suatu
pendekatan pembelajaran dengan
membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis melalui stimulus dalam belajar.
Eggen dan Kauchak (2012:307)
mengatakan pembelajaran berbasis
masalah adalah seperangkat model
membelajarkan yang menggunakan
masalah sebagai fokus untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri.
Dari berbagai pandangan tersebut, dapat disimpulkan pengertian strategi belajar berbasis masalah (PBL) adalah suatu pendekatan yang menggunakan
masalah sebagai fokus untuk
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan.
Savoie dan Hughes (1994)
menyatakan bahwa strategi belajar
berbasis masalah (PBL) memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut. 1)
Belajar dimulai dengan suatu
permasalahan, kegiatan pembelajaran
berbasis masalah bermula dari satu maslah
dan memecahkannya adalah fokus
diberikan harus berhubungan dengan dunia
nyata siswa. 3) Mengorganisasikan
pembelajaran di seputar permasalahan,
bukan di seputar disiplin ilmu. 4)
Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara langsung belajar mereka sendiri. 5) Menggunakan kelompok kecil. 6) Menuntut siswa untuk mendemostrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk
dan kinerja. Eggen dan Kauchak
(2012:307) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah: a)
Pelajaran berfokus pada pemecahan
masalah, belajar dimulai dengan suatu
permasalahan, kegiatan pembelajaran
berbasis masalah bermula dari satu masalah dan memecahkannya adalah fokus pelajarannya. b) Tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa, penerapan strategi belajar
berbasis masalah biasanya dilakukan
secara berkelompok, yang cukup kecil (tidak lebih dari empat) sehingga siswa
bertanggung jawab untuk menyusun
strategi dan memecahkan masalah. c) Guru mendukung saat siswa mengerjakan masalah, guru menuntun upaya siswa
dengan mengajukan pertanyaan dan
memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta pertimbangan yang
sangat profesional untuk memastikan
kesuksesan penerapan strategi belajar berbasis masalah.
Keunggulan Strategi belajar berbasis masalah: a) Mengembangkan jawaban yang bermakna bagi suatu masalah yang akan membawa siswa mampu menuju pemahaman lebih dalam mengenai suatu materi. b) Strategi belajar berbasis masalah
memberikan tantangan pada siswa
sehingga mereka bisa memperoleh
kepuasan dengan menemukan
pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. c) Strategi belajar berbasis masalah membuat siswa selalu aktif dalam pembelajaran. d)
Strategi belajar berbasis masalah
membantu siswa untuk mempelajari
bagaimana cara untuk mentransfer
pengetahuan mereka ke dalam masalah dunia nyata. e) Strategi belajar berbasis
masalah dapat mengembangkan
keterampilan berpikir kritis setiap siswa
serta kemampuan mereka untuk
beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru. f) Strategi belajar berbasis masalah memberikan peluang bagi siswa untuk melibatkan kecerdasan majemuk siswa. g) Strategi belajar berbasis masalah
dapat mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang dicapai dengan menggunakan strategi belajar berbasis masalah berbeda dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, kelompok yang belajar menggunakan strategi belajar berbasis masalah yaitu Sekolah Dasar Negeri 5 Sukawati diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 83,68 sedangkan
kelompok yang belajar menggunakan
pembelajaran konvensional yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 Sukawati memiliki nilai rata-rata hasil belajar sebesar 76,46. Jadi dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan
strategi belajar berbasis masalah dengan
kelompok siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Perbedaan
tersebut disebabkan karena adanya
perbedaan sintaks, sumber belajar dan metode ajar dari kedua pembelajaran.
Sintak pembelajaran Strategi belajar
berbasis masalah sangat jelas dan
konsisten yaitu; Fase 1: Identifikasi Masalah, pada tahap ini bermula saat
mengidentifikasi satu masalah yang
diniatkan untuk menarik perhatian dan
memberikan tantangan bagi siswa.
Pertanyaan ini dapat tumbuh secara ilmiah dari kegiatan belajar. Atau, guru bisa memikirkan masalah-masalah di depan dan
membimbing siswa mengidentifikasi
masalah. Bisa juga guru yang memberikan masalah. Dalam hal ini, guru memberikan permasalahan yang diangkat dari latar kehidupan sehari-hari siswa. selain itu, masalah yang diberikan harus bersifat ( ill-defined) tidak terdefinisikan dengan jelas. Adapun kegiatan siswa dalam kegiatan ini
adalah berusaha menemukan
permasalahan dengan cara melakukan kajian dan analisis secara cermat terhadap permasalahan yang diberikan. Fase 2:
Mendefinisikan Masalah, merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa
tentang-tentang isu-isu hangat yang
menarik untuk dipecahkan dan
membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan intrapersonal dan kemampuan awal (prior knowledge) untuk memahami masalah serta membimbing siswa secara bertahap untuk mendefinisikan masalah. Kegiatan siswa pada fase ini adalah
dengan menggunakan kecerdasan
intrapersonal dan kemampuan awal
berusaha memahami masalah dan
memahami masalah dengan menggunakan
parameter yang jelas. Fase 3:
Mengumpulkan Fakta, dalam fase ini kegiatan guru adalah membimbing siswa untuk melakukan pengumpulan fakta dan membimbing siswa melakukan pencarian informasi dengan berbagai cara/metode. Kegiatan siswa pada fase ini yaitu melakukan pengumpulan fakta dengan
menggunakan pengalaman-pengalaman
yang sudah diperolehnya dan melakukan pencarian informasi dengan berbagai cara serta melakukan pengelolaan informasi yang telah diperoleh, dengan berpatokan pada: a. know, yaitu informasi apa yang diperoleh, b. need to know, yaitu informasi apa yang dibutuhkan, c. need to do, yaitu apa yang akan dilakukan dengan informasi yang ada. Fase 4: Menyusun Hipotesis (dugaan sementara), kegiatan guru pada fase ini yaitu membimbing siswa untuk
menyusun jawaban/hipotesis (dugaan
sementara) terhadap permasalahan yang dihadapi dan membimbing siswa untuk menggunakan kecerdasan majemuk dalam menyusun hipotesis. Kegiatan siswa pada fase ini yaitu menyusun jawaban/hipotesis
(dugaan sementara) terhadap
permasalahan yang dihadapi, membuat hubungan-hubungan antarberbagai fakta yang ada dan menggunakan berbagai kecerdasan majemuk untuk menyusun hipotesis. Dalam hal ini siswa dibimbing untuk menggunakan kecerdasan majemuk
dalam menyusun hipotesis. Serta
menggunakan kecerdasan interpersonal dalam mengungkapkan pemikirannya. Fase
5: Melakukan Penyelidikan, kegiatan guru pada fase ini adalah membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan terhadap informasi dan data yang diperolehnya. Dalam membimbing siswa melakukan penyelidikan, guru membuat struktur belajar
yang memungkinkan siswa dapat
menggunakan berbagai cara untuk
mengetahui dan memahami dunianya. Dalam kegiatan ini siswa melakukan penyelidikan terhadap informasi dan data
yang telah diperoleh. Fase 6:
Menyempurnakan Permasalahan yang
telah Didefinisikan, kegiatan guru pada fase ini adaah membimbing siswa melakukan penyempurnaan terhadap masalah yang telah didefinisikan. Kegiatan siswa pada fase ini yaitu melakukan penyempurnaan masalah yang telah dirumuskan. Fase 7:
Menyimpulkan Alternatif Pemecahan
Masalah secara Kolaboratif, kegiatan guru pada fase ini yaitu membimbing siswa untuk menyimpulkan alternatif pemecahan masalah secara kolaboratif. Kegiatan siswa pada fase ini yaitu membuat kesimpulan alternative pemecahan masalah secara kolaboratif. Fase 8: Melakukan Pengujian
Hasil (solusi) Pemecahan Masalah,
kegiatan guru pada fase ini yaitu
membimbing siswa melakukan pengujian
hasil (solusi) pemecahan masalah.
Kegiatan siswa pada fase ini yaitu
melakukan pengujian hasil (solusi)
pemecahan masalah.
Hal tersebut sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang lebih banyak mengarah pada aktivitas belajar
siswa dalam memenuhi kepentingan
pencapaian dan hasil belajar. Strategi
belajar berbasis masalah merupakan
strategi belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna, artinya siswa dituntut selalu berpikir tentang suatu persoalan dan
mereka mencari sendiri cara
penyelesaiannya, dengan demikian mereka
akan lebih terlatih untuk selalu
menggunakan keterampilan
pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang lama. Dengan melakukan strategi belajar berbasis masalah sesuai yang diuraikan di atas, diharapkan setiap siswa akan aktif dan
mampu mengembangkan keterampilan
berpikir kritis setiap siswa serta
mengembangkan kemampuan mereka untuk beradaptasi untuk belajar dengan situasi yang baru. Oleh karena itu, strategi
belajar berbasis masalah dapat
memberikan kontribusi yang baik, yaitu
berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika. Sedangkan pembelajaran
konvensional tidak menggunakan sintaks yang konsisten, yang hanya menyesuaikan
dengan keinginan guru pada saat
membelajarkan siswa, sehingga siswa cenderung hanya sebagai pelaku belajar yang pasif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa hasil penelitian diantaranya yang dilakukan oleh Mayasari (2012) yang menunjukkan bahwa dengan penerapan
model Pembelajaran Problem Based
Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa Kelas IV SD Negeri 4 Abiantuwung Tabanan. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Artayasa
(2012) yang menunjukkan bahwa
penerapan Model Problem Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah) dapat meningkatkan minat dan hasil belajar matematika siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubud Tahun Ajaran 2012/2013. Dengan demikian, hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis di
pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika pada konsep bilangan
bulat antara siswa yang belajar
menggunakan strategi belajar berbasis masalah dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Gugus I Sukawati tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian yang menunjukkan thitung = 5,433 > ttabel(α = 0,05,59) =
2,000 dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa
yang menggunakan strategi belajar
berbasis masalah X = 83,68 > X = 76,46 hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, strategi belajar berbasis masalah
berpengaruh terhadap hasil belajar
matematika pada konsep bilangan bulat siswa kelas V SD Gugus I Sukawati tahun Pelajaran 2013/2014.
Strategi belajar berbasis masalah sebaiknya dikembangkan dan dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah agar pembelajaran berkualitas dan hasil belajar siswa optimal.
Dalam pembelajaran di kelas
khususnya pembelajaran matematika
hendaknya dikembangkan strategi belajar berbasis masalah karena model ini dapat mengaitkan masalah yang kontekstual atau nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menantang, di samping itu strategi pembelajaran ini dapat mengembangkan ide siswa dan konsepnya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Sekolah sebaiknya menyediakan fasilitas
penunjang pembelajaran yang dapat
membantu terlaksananya pembelajaran
yang inovatif, sehingga mampu
memberikan dampak positif bagi hasil belajar siswa. Sebagai bahan pertimbangan
bagi pemerintah dalam meningkatkan
profesionalisme guru terkait pengembangan pembelajaran, pembekalan dan pelatihan
penggunaan strategi belajar berbasis
masalah yang telah terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa akan menambah wawasan guru terkait model pembelajaran inovatif.
DAFTAR RUJUKAN
Artayasa. 2012. Penerapan Model Problem Based Learning (Pembelajaran
Berbasis Masalah) untuk
meningkatkan hasil Belajar matematika Siswa Kelas VB SD Negeri 1 Ubud Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha.
Aunurrahman. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta.
Depdiknas. 2005. Matematika (Materi
Latihan Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Eggen, Paul dan Don Kauchak. 2012.
Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta:PT. Indeks.
Fogarty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curriculum Models for Multiple intelligences classroom. Arlington Height Illinois: Sky Light.
Mayasari. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 4 Abiantuwung Tabanan.
Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha.
Ruseffendi.2005. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Jakarta : Tarsito.
Savoie,J.M. dan Hughes, A.S. 1994.
Problem Based Learning as a Classroom Solution. Educational Leadership.November, 1994, 54-57. Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Suryosubroto. 2009. Belajar
Membelajarkan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Winataputra, Udin S. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.