• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA KOTA BANJAR - DOCRPIJM c10572d6d5 BAB VIIBab 7 RPIJM Kota Banjar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA KOTA BANJAR - DOCRPIJM c10572d6d5 BAB VIIBab 7 RPIJM Kota Banjar"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

7 -

1

7.1

Pengembangan Permukiman

7.1.1 Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Penjabaran isu-isu strategis ini difokuskan pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Isu-isu strategis pengembangan permukiman di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.1

Isu-isu Strategis Pengembangan Permukiman Kota Banjar

No Isu Strategis Keterangan

1 Terdapat rumah tidak layak huni baik di kawasan permukiman

perkotaan maupun di permukiman pedesaan

-

2 Terdapat permukiman swadaya yang semakin padat, tidak teratur,

cenderung kumuh di pusat kota

-

3 Terpencarnya lokasi kawasan permukiman menyebabkan sukarnya

terpenuhi pelayanan infrastuktur dan prasarana lainnya

-

4

Masih terdapat permukiman pedesaan dengan karakter khusus yang menyebabkan kebutuhan pengembangan standar infrastruktur berbeda

-

5

Terdapat permukiman di sekitar sempadan sungai, sempadan rel KA, dan daerah rawan bencana (banjir, longsor, putting beliung).

-

6 Rumah dan lingkungan berarsitektur khas yang mengalami

penurunan kualitas dan kehilangan ciri identitasnya

-

7.1.2 Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh permukiman yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Untuk mencapai hal tersebut terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat Kota Banjar (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

BAB 7

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

(2)

7 -

2

Tabel 7.2

Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya terkait Pengembangan Permukiman

No

Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Bupati/Peraturan Lainnya Keterangan

No. Peraturan Perihal Tahun

1 Perda No. 17 Bangunan Gedung 2013

2 Perda No. 16 Pengelolaan Ruang

Terbuka Hijau 2013

3 Perda No 15

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

2013

4

SK Walikota Banjar No.

650/Kpts.119-DCKTLH/2014

Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Banjar

2014

Berdasarkan SK Walikota Banjar No. 650/Kpts. 119-DCKTLH/2014 tentang Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Banjar diketahui luas kawasan kumuh sebesar 187,95 Ha. Kawasan kumuh di Kota Banjar tersebar di 4 (empat) kecamatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.3

Kawasan Kumuh Kota Banjar

No Kelurahan Kecamatan

Luas Kawasan Kumuh

(Ha)

1 Neglasari Banjar 2,7

2 Cibeureum Banjar 3,9

3 Balongkang Banjar 1,9

4 Banjar Banjar 14,71

5 Mekarsari Banjar 6,6

6 Karangpanimbal Purwaharja 15,06

7 Pataruman Pataruman 22,58

8 Hegarsari Pataruman 7,4

9 Sinartanjung Pataruman 26,7

10 Kujangsari Langensari 25,3

11 Bojongkantong Langensari 7,4

12 Rejasari Langensari 8,9

13 Muktisari Langensari 24,2

14 Waringinsari Langensari 20,6

Jumlah 187,95

(3)

7 -

3

Tabel 7.4

Identifikasi Jumlah Rumah Pada Kawasan Kumuh Kota Banjar

No Lokasi Kawasan Kumuh Luas Kawasan

Jumlah Rumah Permanen

(Unit)

Jumlah Rumah Semi

Permanen (Unit)

1 Kecamatan Banjar 29,81 9.642 2.727

2 Kecamatan Purwaharja 15,06 4.184 1.084 3 Kecamatan Pataruman 56,68 9.182 3.874 4 Kecamatan Langensari 86,40 10.165 9.399

Jumlah 187,95 33.173 17.084

Berdasarkan data dari Desa dan Kelurahan se-Kota Banjar tahun 2013 jumlah rumah tidak layak huni mencapai 8,9% dari rumah keseluruhan. Hal Tersesebut mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat yang hidup tidak layak huni secara fisik maupun kesehatan.Tidak seluruh masyarakat yang tinggal di rumah tidak layak huni di tanah milik sendiri tetapi ada sebagian kecil terpaksa menggunakan lahan-lahan bukan miliknya (tumpang karang) di lahan-lahan kosong milik orang lain, di sempadan sungai, , Sempadan jalan dan sempadan jalur kereta api (aktif dan yang akan diaktifkan jalur Banjar- Cijulang) dengan kualitas perumahan yang jauh di bawah standar. Perumahan sawadaya juga ada yang terletak dikawasan rawan bencana patahan tanah di lingkungan Cipadung. Pengembangan pembangunan perumahan belum menyentuh pada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Perkembangan pembangunan perumahan dan permukiman yang dilakukan oleh developer ataupun swadaya masyarakat sampai saat ini belum menunjukan pola yang terpadu dengan penyehatan / sanitasi lingkungan. Pembangunan Perumahan oleh developer/pengembang dalam perencanaan dan pembangunan kurang memperhatikan lingkungan terutama dengan pembangunan drainase limbah rumah tangga dan septik tank secara komunal, Drainase yang dibangun belum memperhatikan perbedaaan elevasi saluran sehingga terjadi genangan dan ditunjang lagi dengan kemampuan drainase untuk menanggakap limpasan air hujan. Isu strategisnya belum terbangunnya pengelolaan limbah rumah tangga dan septik tank komunal yang menjadi permasalahan adalah faktor kesiapan dari manusia, ketersediaan lahan dan teknologi pengolahan limbah yang berwawasan lingkungan,

Pembangunan rumah swadaya yang dilakukan oleh masyarakat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan kota di beberapa kawasan terutama di pusat kota dengan kepadatan penduduk dan kepadatan bangunan yang tinggi diperlukan sarana dan prasarana di perumahan atau permukiman padat yang cenderung kumuh. Penurunan kualitas hidup yang terjadi antara lain terjadi dalam bentuk, penurunan kesehatan akibat lingkungan yang tidak sehat. Implikasinya biaya kesehatan juga akan mengalami peningkatan.

(4)

7 -

4

publik. Secara keseluruhan dampak tersebut terakumulasi menjadi social cost (biaya sosial). Setiap tambahan biaya sosial sebagai dampak kepadatan penggunaan barang publik akan menjadi beban baru pengembangan kawasan yang akan mengurangi nilai kota dari waktu ke waktu.

7.1.3 Permasalahan Dan Tantangan

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Banjar dirinci berdasarkan aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peran serta masyarakat/swasta dan aspek lingkungan permukiman. Untuk lebih jelasnya mengenai permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.5

Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman di Kota Banjar

No

Aspek Pengembangan

Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

1 Aspek Teknis

1. Terdapat rumah tidak layak huni baik di kawasan permukiman perkotaan maupun di permukiman pedesaan. 2. Masih banyak rumah yang

tidak sesuai dengan aspek keselamatan teknis

1.Kordinasi dan kerjasama penyelenggaraan infrastruktur perkotaan 2.Penguatan kapasitas

kelembagaan masyarakat

3 Aspek Pembiayaan

Kurangnya pendanaan untuk kegiatan pengembangan permukiman

Meningkatkan kerjasama pendanaan dalam penyediaan permukiman layak huni antara pemerintah, swasta, kelompok aspek ekonomi yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok

2. Peran serta masyarakat terbatas akibat kurangnya

5 Aspek Lingkungan

Permukiman

(5)

7 -

5

No

Aspek Pengembangan

Permukiman

Permasalahan yang Dihadapi Tantangan

Pengembangan Alternatif Solusi

kota.

2. Terpencarnya lokasi kawasan permukiman menyebabkan sukarnya terpenuhi pelayanan infrastuktur dan prasarana lainnya.

3. Masih terdapat

permukiman pedesaan dengan karakter khusus yang menyebabkan kebutuhan pengembangan standar infrastruktur berbeda.

4. Terdapat permukiman di sekitar sempadan sungai, sempadan rel KA, dan daerah rawan bencana (banjir, longsor, putting beliung).

5. Rumah dan lingkungan berarsitektur khas yang mengalami penurunan kualitas dan kehilangan ciri identitasnya

7.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Analisis kebutuhan juga harus mengacu pada target pengembangan permukiman yang termuat dalam RPIJM, RTRW maupun Renstra SKPD.

Kebutuhan pengembangan permukiman Kota Banjar diprioritaskan sesuai dengan arahan RPJMN tahun 2015 – 2019 yaitu penuntasan kawasan permukiman kumuh hingga 0% di tahun 2019. Berdasarkan hal tersebut maka disusunlan roadmap penuntasan kawasan kumuh seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.6

Analisis Pengurangan Kawasan Kumuh Kota Banjar Tahun 2015 – 2019

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Luas Kawasan Kumuh (Ha) 187,95 140,96 93,98 46,99 -

Roadmap Penanganan Kawasan

Per Tahun (Ha) 16,48 16,48 16,48 16,48

Roadmap Gerakan 100-0-100 100% 75% 50% 25% 0%

(6)

7 -

6

7.1.5 Kriteria Persiapan Daerah

Dalam pengembangan permukiman di Kota Banjar, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. SK Walikota Banjar No. 650/Kpts. 119-DCKTLH/2014 tentang Penetapan Lokasi Permukiman Kumuh di Kota Banjar

2. Dokumen DED Kawasan Kumuh Sumanding dan Kawasan Kumuh Cibulan pada Tahun 2017

7.1.6 Usulan Program Dan Kegiatan

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan, maka disusunlah usulan program dan kegiatan. Usulan program dan kegiatan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kriteria kesiapan daerah. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan dan prioritas program infrastruktur permukiman Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.7

Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kota Banjar

No Kegiatan Vol Satuan Biaya

(x Rp 1.000.-) Lokasi

1 Perencanaan dan DED Kawasan Kumuh

1 Dok 100.000 Kawasan Kumuh Sumanding 1 Dok 100.000 Kawasan Kumuh Cibulan

2 Penataan Kawasan Kumuh

26,4 Ha 6.000.000 Kawasan Kumuh Babakansari Kelurahan Pataruman

15,04 Ha 6.000.000 Kawasan Kumuh Cikadu Kelurahan Karangpanimbal

2 Ha 4.500.000 Kawasan Kumuh Pangadegan Kelurahan Hegarsari

2 Ha 4.000.000 Kawasan Kumuh Bantaran Sungai Ciroas

51 Ha 5.000.000 Kawasan Permukiman Kumuh Sindanggalih Rejasari

13,6 Ha 5.000.000

Kawasan Permukiman Kumuh Margasari Sasagaran

Bojongkantong

1,1 Ha 5.000.000 Kawasan Kumuh Jadimulya Kel. Hegarsari

12,7 Ha 5.000.000 Kawasan Kumuh Cikadu Karangpanimbal

8,6 Ha 5.000.000 Kawasan Kumuh Lingkungan Sukarame

42,3 Ha 500.000 Kawasan Pemukiman Kumuh Sukanegara Waringinsari

(7)

7 -

7

No Kegiatan Vol Satuan Biaya

(x Rp 1.000.-) Lokasi

22,1 Ha 5.000.000 Penataan Kawasan Permukiman Kumuh Cibulan

3 Peningkatan Kualitas Permukiman

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

B. Usulan Pembiayaan Pembangunan Permukiman

Usulan pembiayaan dapat dijabarkan baik yang bersumber dari APBD Kota Banjar, APBD Provinsi Jawa Barat, APBN, maupun masyarakat dan swasta. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan pembiayaan program infrastruktur permukiman Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.8

Usulan Pembiayaan Program Infrastruktur Permukiman Kota Banjar

No Kegiatan APBN

1 Perencanaan dan DED

Kawasan Kumuh - - 200 - - - 200

2 Penataan Kawasan

Kumuh 47.000 4.500 4.500 - - - 56.000

3 Peningkatan Kualitas

Permukiman 3.000 - 700 - - - 3.700

Jumlah 59.900

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Usulan program pembangunan Pengembangan Permukiman Kota Banjar secara rinci telah tertuang dalam Indikasi Program RPIJM. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 1 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Pengembangan Permukiman Kota Banjar.

7.2

Penataan Bangunan Dan Lingkungan

7.2.1 Isu Strategis Penataan Bangunan Dan Lingkungan

(8)

7 -

8

Tabel 7.9

Isu Strategis Penataan Bangunana dan Lingkungan Kota Banjar

No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis

1

Aspek Penyelenggaraan Bangunan Gedung Dan

Rumah Negara

1. Pengelolaan data dan informasi pembangunan di kawasan pusat pemerintahan belum optimal

2. Perlunya pemeliharaan gedung-gedung pemerintahan secara berkala

2 Aspek Teknis

1. Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan

2. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang perijinan

3 Aspek Sumber Daya

Manusia (SDM)

1. Keterbatasan SDM dalam perencanaan dan pengawasan bangunan gedung seringkali tidak dapat mengimbangi volume pekerjaan

7.2.2 Kondisi Eksisting Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Kondisi eksisting penataan bangunan dan lingkungan di Kota Banjar belum dapat dipaparkan secara mendetail. Hal ini dikarenakan hingga saat ini Kota Banjar belum memiliki dokumen perencanaan pendukung yang dapat menjelaskan mengenai kondisi eksisting Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Dalam ketersediaan peraturan mengenai Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Banjar telah memiliki peraturan daerah terkait sektor ini. Adapun peraturan daerah yang mengatur mengenai Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Banjar yaitu :

1. Perda No 17 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung

2. Perda No 16 Tahun 2013 tentang pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.

Ketersediaan ruang terbuka dan Ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan oleh Kota Banjar Regulasi yang mengatur batasan minimal sebesar 30% RTH harus dipenuhi secara bertahap. Proses pelaksanannya memerlukan strategi terobosan untuk dapat membangun RTH publik di Kota Banjar dengan diiringi kualitas`dan sebarannya dari tiingkat kota, kecamatan, desa kelurahan sampai dusun/lingkungan yang ideal bagi lingkungan yang seimbang. RTH di permukiman padat di pusat kota atau lingkungan cepat tumbuh menjadi kendala karena ketersediaan lahan.

7.2.3 Permasalahan Dan Tantangan

(9)

7 -

9

1. Masih kurangnya Dokumen Perencanaan Bidang Penataan Bangunan dan

Lingkungan Kota Banjar

2. Keterbatasan SDM dalam perencanaan dan pengawasan bangunan gedung seringkali tidak dapat mengimbangi volume pekerjaan

3. Pengelolaan data dan informasi pembangunan di kawasan pusat pemerintahan belum optimal

4. Sarana dan prasarana yang masih terbatas dalam pengendalian dan pengawasan

5. Kurangnya sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang perijinan 6. Perlunya pemeliharaan gedung-gedung pemerintahan secara berkala.

7.2.4 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Analisis kebutuhan program dan kegiatan sektor penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada lingkup tugas Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk sektor penataan bangunan dan lingkungan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, dijabarkan bahwa kegiatan penataan bangunan dan lingkungan meliputi:

1. Peraturan Penataan Bangunan Lingkungan 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung 3. Penataan Bangunan

4. Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) 5. Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan 6. Pengembangan Kawasan Destinasi Wisata 7. Rawan Bencana

8. Kawasan Tematik Perkotaan dan Khusus Lainnya 9. Pos Lintas Batas Negara

Adapun berdasarkan peraturan diatas maka dapat diidentifikasi kebutuhan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Banjar. Untuk lebih jelasnya mengenai kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.10

Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Banjar

No Uraian Unit Tahun I Tahun II

Tahun III

Tahun IV

Tahun V

Tahun

VI Ket Lokasi

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1. Penyusunan

RTBL

Dok Kawasan

Langensari

(10)

7 -

10

7.2.5 Kriteria Persiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Banjar, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kawasan Langensari pada tahun 2018.

7.2.6 Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan prioritas program dan kegiatan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Banjar telah tertuang dalam indikasi program RPIJM Bidang Cipta Karya tahun 2017 - 2022. Untuk lebih jelasnya mengenai usulan program tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Kota Banjar.

7.3

Sistem Penyediaan Air Minum (Spam)

7.3.1 Isu Strategis Pengembangan Spam

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu-isu strategis tersebut adalah::

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 2. Pengembangan Pendanaan

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum

6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat

7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Sedangkan untuk Kota Banjar isu strategis pembangunan bidang air minum, meliputi :

1. Cakupan pelayanan perpiaan PDAM 27,45% dan Non PDAM 59% dimana belum semua daerah terlayani perpipaan perkotaan baik perpipaan pedesaan

2. Penggunaan air yang tidak layak mencapai 33%. (tidak layak karena sumur gali tidak terlindungi)

3. Terdapat daerah rawan air di beberapa kelurahan dan desa

(11)

7 -

11

7.3.2 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Pelayanan air bersih untuk Kota Banjar terdiri dari sistem perpipaan dan sistem non perpipaan seperti sumur gali, sumur bor, sungai dan sebagainya. Sistem pelayanan air bersih perpipaan di Kota Banjar dikelola oleh PDAM Tirta Anom Kota Banjar yang dibentuk berdasarkan Perda no.23 Tahun 2004, awalnya perusahaan ini merupakan Cabang dari PDAM Kabupaten Ciamis.

A. Sistem Pelayanan

Saat ini PDAM Kota Banjar baru mampu melayani 29,09% ( 59.204 jiwa) dari jumlah penduduk Kota Banjar 203.512 jiwa. Sedangkan penduduk di wilayah teknis yang terlayani sebanyak 59.204 jiwa atau 36,94% dari jumlah penduduk yang ada jaringan pipa PDAM sebanyak 160.268 jiwa. Cakupan pelayanan tahun 2012 menurun 0,01% dibanding cakupan pelayanan tahun 2011 yang mencapai 36,95%.

Cakupan pelayanan masih dibawah target RPJMN tahun 2012 sebesar 62,5% disebabkan prosentase kenaikan jumlah pelanggan lebih kecil dibandingkan dengan prosentase pertumbuhan laju penduduk, kondisi wilayah geografis yang sulit untuk pemasangan jaringan pipa, jaringan pipa transmisi sudah terpasang namun pipa distribusinya belum ada, masih rendahnya kesadaran masyarakat menggunakan air bersih dari PDAM Tirta Anom, serta masih banyaknya sumber alternatif air lainnya khususnya di wilayah Banjar Barat, Banjar Timur, Cisaga dan Langensari, sementara debit air baku yang diolah PDAM hanya sebesar 170 l/det.

Wilayah pelayanan PDAM Kota Banjar dibagi atas 5 (empat) wilayah pelayanan, yang mencakup:

1. Wilayah Pusat Kota (Banjar Kota) , dengan jumlah sambungan 4.983 SR;

2. Wilayah Banjar Barat, dengan jumlah sambungan 1.993 SR; 3. Wilayah Banjar Timur, dengan jumlah sambungan 1.605 SR; 4. Wilayah Cisaga, dengan jumlah sambungan 567 SR;

5. Wilayah Langensari, dengan jumlah sambungan 435 SR.

Tabel 7.11

Jumlah Sambungan Awal Sambungan Rumah (SR) Di Kota Banjar

No Unit Kerja Jumlah

1 Cabang Pelayanan Banjar Barat 1,993

2 Cabang Pelayanan Banjar Kota 4,983

3 Cabang Pelayanan Banjar Timur 1,605

4 IKK Langensari 435

5 Unit Pelayanan Cisaga 567

JUMLAH 9,583

(12)

7 -

12

Tabel 7.12

Jumlah Rencana Pemutusan Sambugan Sambungan Rumah (SR) Di Kota Banjar

NO UNIT KERJA JUMLAH

1 Cabang Pelayanan Banjar Barat 300

2 Cabang Pelayanan Banjar Kota 720

3 Cabang Pelayanan Banjar Timur 300

4 IKK Langensari 24

5 Unit Pelayanan Cisaga 48

JUMLAH 1,392

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

Tabel 7.13

Jumlah Rencana Penyambungan Sambungan Sambungan Rumah (SR) Di Kota Banjar

NO UNIT KERJA JUMLAH

1 Cabang Pelayanan Banjar Barat 300

2 Cabang Pelayanan Banjar Kota 720

3 Cabang Pelayanan Banjar Timur 300

4 IKK Langensari 24

5 Unit Pelayanan Cisaga 48

JUMLAH 1,392

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

B. Aspek Teknis

1. Sumber Air Baku dan Unit Produksi

Sumber air baku yang diproses berasal dari Sungai Citanduy yang telah dimanfaatkan sebagai sumber air dalam system pelayanan air minum di Kota Banjar dengan total debit minimal 4.180 l/dt. Saat ini terdapat 4 (empat) unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang dimiliki oleh PDAM Tirta Anom Kota Banjar dengan kapasitas terpasang 120 l/dt, seluruh IPA tersebut berada dalam satu kompleks yang terletak di Desa Purwaharja. Bangunan IPA Beton Purwaharja, merupakan sarana pengolahan lengkap dari beton bertulang (instalasi konvensional), dengan kapasitas nominal (perencanaan) sebesar 60 l/dt. Bangunan ini terdiri dari unit koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan filtrasi. Pembubuhan koagulan dilakukan secara gravitasi pada bak dimana pipa inlet air baku berada, dan kaporit pada outlet filtrat yang menuju ke reservoir 100 m3 , tidak terdapat sarana pembubuhan kapur sebagai netralisator air bersih.

(13)

7 -

13

yang diatur secara gradual disesuaikan berdasarkan rencana gradasi Nilai G, sistem ini umum disebut horizontal baffle channel flows, maksud dari pembentukan saluran tersebut agar air proses yang melalui saluran tersebut memperoleh nilai gradien kecepatan (G value) sesuai dengan kriteria flokulator. Fenomena air proses yang terjadi di unit ini adalah proses pertumbuhan flok yang sifatnya terakumulasi menjadi ukuran (size) dan berat (density) tertentu. Hal ini memungkinkan karena ditetapkannya nilai gradien kecepatan secara gradual dari besar ke kecil.

Unit sedimentasi terdapat zona pengaliran vertikal dilengkapi plate settler berupa high rate settling, juga stilling basin yang letaknya pada zone inlet. Selain itu lamella ini terbuat dari asbes yang diletakan dengan sudut 60o, dan jarak efektif plate adalah sebesar 2,5 cm dari masing-masing plate. Pada zone outlet terdapat 3 buah talang air (launder) berupa pipa pvc untuk mengkoleksi supernatan (supernatant water) pada masing-masing saluran dilengkapi lubang (orifice hole) berdimensi ND 25 mm.

Supernatan dari unit sedimentasi menuju proses selanjutnya yaitu ke unit saringan (filter), kriteria filter yang digunakan adalah filter cepat (rapid sand filter) tipe gravitasi (gravity filter), pada unit ini diharapkan mikroflok yang ada dalam air proses dapat disisihkan sehingga efluen yang dihasilkan adalah air bersih (clear water) yang selanjutnya ditampung pada bak air bersih (reservoir 100 m3). Filter terdiri 4 unit dilengkapi launder untuk backwash, media pasir setebal 75 cm dengan effective size butir pasir 0,60-0,80 mm sebagai media filtrasi, disamping itu pada underdrain terdapat media support krikil dan manifold dan lateral pipe yang dilengkapi orifice hole. Backwash yang dilakukan berupa backwash menggunakan pompa sentrifugal.

Tabel 7.14

Instalasi PDAM Tirta Anom Kota Banjar

No. Wtp Sumber Air Operasi Tahun

(14)

7 -

14

Gambar 7.1

Skematik Sistem Penyediaan Air Bersih Eksisting PDAM Tirta Anom Kota Banjar

Unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang digunakan untuk melayani Kota Banjar terdiri dari 4 (empat) unit dan 1 (satu) unit UF, dimana sumber air baku berasal dari sungai Citanduy.

1. IPA Purwaharja

Instalasi Purwaharja memiliki kapasitas 60 L/dt, 20 L/dt dan 20 L/dt dimana sumber air baku yang diolah berasal dari Sungai Citanduy..

2. IPA Langensari

(15)

7 -

15

3. UF (Ultra Filtration)

Unit Filtration memiliki kapasitas 50 L/dt dimana sumber air baku yang diolah berasal dari Sungai Citanduy

Proses pengolahan air baku menjadi air bersih yang siap didistribusikan ke konsumen adalah sebagai dari kapasitas sumber air baku yang ada yaitu sebesar 4.180 L/dt sudah terpasang IPA sebesar 150 L/dt.

2. Unit Distribusi

Sistem pendistribusian air minum ke daerah pelayanan terdiri dari beberapa sistem, yaitu:

a. Sistem jaringan pipa

Sistem pendistribusian air melalui jaringan pipa dengan cara pemompaan ke daerah pelayanan;

b. Sistem Hidran Umum

Merupakan sarana pelayanan air bersih untuk daerah pemukiman tertentu dan sebagian penduduknya yang belum mampu menjadi pelanggan air minum melalui sambungan rumah dan menggunakan tarif sosial.

C. Aspek Pendanaan

Memperhatikan SK Menteri Dalam Negeri No.: 47 Tanggal 31 Mei 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Air Minum dan hasil audit BPKP mengenai tingkat kesehatan PDAM Kota Banjar pada tahun 2012, PDAM Kota Banjar mendapatkan skor 61,67; berarti masuk dalam kategori ” BAIK” dibanding dengan tahun 2011 (49,10), nilai skor tahun 2012 tersebut mengalami peningkatan sebesar 12,15 poin.

Dibandingkan dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh BPP-SPAM, hasilnya tidak jauh berbeda; BPP- SPAM menyatakan bahwa PDAM Kota Banjar pada tahun yang sama masuk kategori “ SEHAT”.

(16)

7 -

16

1. Tarif – Retribusi

Tarif dasar air minum ditetapkan berdasarkan realisasi pemakaian riel untuk tiap kelompok yaitu kelompok rumah tangga, badan sosial, niaga, industri, instansi pemerintah/ABRI, serta Kran Umum, yang mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007.

Tabel 7.15

Pendapatan Air dalam Meter (M3)

No Uraian 2012

1

Rumah Tangga

- Kelompok A 3. 279

- Kelompok B 1.671.290

- Kelompok C 22.591

2 Sosial Umum 7.780

3 Sosial Khusus 94.277

4 Niaga 1 154.890

Niaga 2 19.145

5 Industri 2.792

6 Instansi Pem/ABRI 396.050

7 Tangki Air 888

Pendapatan Air ( 𝐦𝟑) 2.372.982

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

2. Pendapatan

Melihat pendapatan air didapat untuk tahun 2011 dan 2012, dari tahun tersebut terlihat peningkatan sumbangan sektor domestik dan sosial, namun diikuti penurunan peran serta sektor lain seperti industri dan umum.

Tabel 7.16

Pendapatan Air dalam Rupiah

No Uraian 2012 2011

1 Rumah Tangga 6.139.334.500 4.722.326.850 2 Instansi Pemerintah 1.967.469.500 883.242.000 3 Niaga Kecil 859.170.800 367.442.000 4 Niaga Besar 115.159.850 57.577.450

5 Industri 27.011.100 -

6 Badan Sosial 253.171.000 477.596.750 7 Kran Umum 18.513.200 19.291.400 8 Tangki Air 16.355.000 26.410.100 Pendapatan Air ( 𝐦𝟑) 9.396.184.950 6.553.886.450

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

3. Pengeluaran

(17)

7 -

17

operasionalnya walaupun pada tahun 2008 mengalami kenaikan kembali tetapi tidak sebesar tahun 2006.

Walaupun dengan keterbatasan data yang didapat dari tabel tersebut terlihat bahwa harga pokok air masih lebih tinggi dari harga air terjual, yang mengindikasikan neraca rugi/ laba yang negatif yang membuat PDAM Kota Bandung tergolong PDAM “sakit”.

D. Kelembagaan

Struktur Organisasi PDAM Tirta Anom ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota Banjar Nomor 14 tahun 2010 tanggal 16 Agustus 2010 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Anom Kota Banjar.

Untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan selanjutnya diterbitkan Surat Keputusan Direktur PDAM Tirta Anom Kota Banjar Nomor 18/Kpts/PDAM/Bjr/VIII/2010 tanggal 31 agustus 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PDAM Tirta Anom Kota Banjar. Dalam Struktur tersebut, tugas Direktur dibantu olah :

 Kepala Bagian Administrasi Keuangan  Kepala Bagian Teknik

 Kepala Cabang/Unit (3 Cabang dan 1 unit)

Jumlah Karyawan PDAM Tirta Anom Kota Banjarper 31 Desember 2012 adalah sebanyak 75 orang yang melayani 9.583 sambungan langganan (SL), sehingga rasio karyawan dengan jumlah sambungan adalah 1 : 127,77 masih di bawah rasio ( 1 : 167) yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Dalam Negri Nomor 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja. Di bawah ini diuraikan kelompok tenaga kerja/ karyawan berdasarkan beberapa kategori seperti profil karyawan berdasarkan status, berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 7.17

Profil Karyawan PDAM berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012

NO TINGKAT PENDIDIKAN

31 DESEMBER 2012 (ORANG)

30 DESEMBER 2012 (ORANG)

PERUBAHAN (ORANG)

1 Pasca Sarjana 1 1 -

2 Sarjana 13 13 -

3 Sarjana Muda 2 2 -

4 SLTA 41 37 4

5 SLTP 8 8 -

6 SD 9 9 -

JUMLAH 75 71 4

(18)

7 -

18

Tabel 7.18

Profil Karyawan PDAM berdasarkan Golongan Tahun 2012

NO GOLONGAN

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

Tabel 7.19

Profil Karyawan PDAM berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012

NO TINGKAT

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

7.3.3 Permasalahan Dan Tantangan

Permasalahan yang dihadapi oleh Kota Banjar dalam pengembangan SPAM meliputi :

a. Aspek teknis

B.

Masih rendahnya tingkat pelayanan PDAM karena masih terbatasnya

kemampuan PDAM terutama dari segi pembiayaan khsususnya dalam

menambah kapasitas daerah pelayanan.

C.

Durasi pengaliran rata-rata baru mencapai 19 jam/hari.

D.

Program pengelolaan air bersih Kota Banjar belum terintegrasi. Hal ini

disebabkan oleh Kota Banjar belum mempunyai Rencana Induk (

master plan

)

pelayanan air bersih.

1. Cakupan pelayanan yang masih rendah

2. Assesories dan kualitas bahan masih kurang optimal

3. Full Pumping, karena membutuhkan supply energy listrik untuk operasional system, baik produksi maupun distribusi, yang berdampak terhadap ongkos produksi dan distribusi yang relative lebih mahal.

(19)

7 -

19

b. Aspek Pembiayaan

Pendapatan Air (termasuk beban tetap) per kelompok tarif pada PDAM Tirta Anom Kota Banjar Tahun 2012 sebesar Rp. 9.396.184.950,00. Dari rata-rata harga jual air per 𝑚2 adalah sebesar 134,29% dari rata-rata harga pokok air per 𝑚2 atau lebih tinggi 34,29% dari titik impas (break event point) yang berarti perusahaan masih untung sebesar Rp. 647,16 per 𝑚2 air terjual. Namun pada kenyataannya NRW distribusi PDAM Tirta Anom Kota Banjar tahun 2012 adalah 33,53% dengan jumlah biaya keseluruhan (full cost) Rp. 9.928.628.536, maka harga pokok air per 𝑚2 yang sebenarnya adalah sebesar Rp. 4.184,03. Dengan demikian PDAM Tirta Anom Kota Banjar mengalami kerugian sebesar Rp. 224,38 atau 5,36% dari harga pokok. Kondisis demikian mengakibatkan kemampuan perusahaan untuk melakukan investasi dalam rangka rehabilitasi dan ekspansi usaha menjadi sangat rendah.

7.3.4 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

a. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

Proyeksi kebutuhan air bersih secara domestik didasarkan pada jumlah penduduk. Menurut Permen PU No. 18 tahun 2007, kebutuhan air domestik di perkotaan adalah sebesar 120-190 liter/orang/hari. Sedangkan kebutuhan air bersih non domestik yaitu kebutuhan air untuk kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial yang berupa industri, perkantoran, dan lain-lain, maupun kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan tempat ibadah. Sesuai dengan Permen PU No. 18 tahun 2007 perhitungan kebutuhan air non domestik dengan menambahkan 20% dari kebutuhan domestik yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah.

Pada saat ini penyedian air bersih lebih terfokus pada pelayanan sistem perpipaan. Pelayanan air Bersih perpipaan di Kota Banjar selama ini melayani 21% sedangkan untuk pelayan air bersih untuk wilayah administratif Kota Banjar 38%. Kondisi pelayanan air perpipaan tersebut masih cukup rendah karena belum terpasangnya seluruh jaringan distribusi.

(20)

7 -

20

Tabel 7.20

Tingkat Pelayanan Penduduk Kota Banjar Tahun 2013-2028

Sumber : RISPAM Kota Banjar Tahun 2013

b. Kebutuhan Pengembangan SPAM

Realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel analisis kebutuhan oengembangan SPAM berikut ini.

Tabel 7.21

Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

No Output Satuan

Kebutuhan

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun

IV

Tahun V

1

Pembangunan SPAM Kws. Perkotaan

Terfasilitasi

Paket Optimalisasi IPA Purwaharja Tahap II

(21)

7 -

21

Paket Reposisi Pipa Distribusi Utama dia.300 mm

Pekerjaan Jaringan dan Sambungan SR

Paket Reposisi Pipa Distribusi Utama dia.250 mm

Paket Reposisi Pipa Distribusi Utama dia.200 mm

Paket Reposisi Pipa Distribusi Utama dia.150 mm

Paket Reposisi Pipa Distribusi Utama dia.110 mm Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.3.5 Kriteria Persiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengembangan SPAM di Kota Banjar, kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

E.

Dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM) Kota

Banjar yang telah disusun pada tahun 2013.

7.3.6 Usulan Program Dan Kegiatan

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan.

(22)

7 -

22

7.4

Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1 Air Limbah

A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah

Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain:

1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah). 2. Peran Masyarakat

Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.

3. Peraturan perundang-undangan

Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan

Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan

Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah di Kota Banjar meliputi :

1. Di kota Banjar mayoritas penduduk sudah mempunyai jamban pribadi yaitu sebesar 75% dan 51% mengaku menggunakan tangki septik, akan tetapi sebesar 89% tidak pernah dikosongkan

2. Masih terdapat penduduk yang membuang air limbah domestik langsung ke selokan.

(23)

7 -

23

4. Lemahnya penegakan hukum.

5. Kurang sosialisasi kepada masyarakat.

6. Septik tank tidak memenuhi syarat teknis (kurang sosialisasi dan pengetahuan).

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah 1. Aspek Teknis

Sistem pembuangan limbah cair di Kota Banjar saat ini masih belum mengenal sewerage system. Sewerage system adalah sistem pembuangan air limbah di mana semua air kotor di suatu wilayah, baik air bekas cucian, air dari dapur, air dari kamar mandi, maupun air dari kakus disalurkan bersama ke suatu tempat untuk diolah. Sewerage system ini bersifat tertutup dan dipisahkan dari sistem pembuangan air hujan (drainase).

Kondisi saat ini air limbah yang berasal dari air bekas cucian, air dari dapur, air kamar mandi, dan air limpahan dari tangki septik dibuang ke saluran drainase bergabung dengan air hujan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran alami dan saluran buatan. Jaringan air limbah rumah tangga mengikuti saluran air kota yang tersedia. Pengolahan air limbah terjadi secara alami ketika air mengalir. Air limbah rumah tangga di Kota Banjar sebagian besar berakhir di Sungai Citanduy yang merupakan sungai terbesar di Kota Banjar.

Pengolahan air limbah domestik Kota Banjar umumnya menggunakan sistem sanitasi setempat (on site system) dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola secara individu maupun secara komunal, yang dilengkapi dengan tangki septik atau cubluk. Disamping itu dengan adanya sungai-sungai yang mengalir melalui Kota Banjar dapat dimanfaatkan sebagai tempat buangan air limbah. Namun untuk menghindari terjadinya pencemaran air sungai maka jenis air limbah yang dapat di buang ke sungai-sungai tersebut berupa air limbah cair, sedangkan penggunaan sistem sanitasi terpusat (off site system) sampai saat ini belum bisa ada dikarenakan biaya tinggi.

Pembuangan limbah domestik yang berupa air limbah padat di kota Banjar dilakukan dengan beberapa cara. Pada daerah permukiman yang terstruktur, penduduk mengunakan tangki septik individual atau tangki septik komunal. Pada permukiman yang tidak terstruktur, sebagian penduduknya menggunakan tangki septik individual maupun cubluk dan masih banyak penduduknya menggunakan aliran sungai dan saluran irigasi sebagai pembuangan air limbah. Air bekas cucian, dapur dan kamar mandi disalurkan langsung kesaluran drainase, kali dan saluran lainnya. Sistem pelelolaan air limbah domestik di Kota Banjar secara teknis dilayani oleh :

 Sistem setempat (on site system)

(24)

7 -

24

1. septic tank

2. cubluk 3. plengsengan

Dari tempat penampungan tersebut, kemudian yang dilanjutkan pengangkutan dengan mobil tanki tinja dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Untuk lebih jelasnya mengenai distem sanitasi onsite di Kota Banjar dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 7.2

Diagram system sanitasi on site

 Sistem Terpusat (offsite system)

Sistem terpusat (offsite system) adalah sistem suatu pengolahan air limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk selanjutnya diolah. Pengolahan dimaksudkan untuk mengkondisikan air limbah agar siap untuk diolah pada pengolahan tahap selanjutnya yaitu :

1. pengolahan primer, dimaksudkan untuk memisahkan secara fisik partikel tersuspensi (SS) sehingga beban pada unit pengolahan selanjutnya dapat dikurangi, prosesnya menggunakan system pengendapan dan pengapungan.

(25)

7 -

25

Gambar 7.3

Diagram system sanitasi off site

Tabel 7.22

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik

Input User

permukiman Bak Kontrol

Saluran Tersier,

Rumah Sakit Tidak ada data

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

Tabel 7.23

Sistem Pengelolaan Air Limbah Yang Ada Di Kota Banjar

Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan

Jenis Data

Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data User Interface WC Sentor Jumlah

(kuantitas 13.500 WC

Dinas Kesehatan, kecamatan/kelurahan KK

Tersambung 13.000 KK

Dinas Kesehatan, kecamatan/kelurahan

Penampungan

Awal Tangki Septik

Jumlah

(kuantitas) 13.500 Tangki

Dinas Kesehatan, kecamatan/kelurahan

Pembuangan/Daur

Ulang Sungai Nama Sungai

Saliran Sungai Besar

(26)

7 -

26

Tabel 7.24

Pembuangan Limbah di Kota Banjar

No URAIAN JUMLAH/VOLUME KETERANGAN

1 Jumlah Timbulan Tinja/Black Water

- Pengguna tangki septic dan Umum (Rumah) 47.340 unit - Standar timbulanTinja/Org/Hr 0,4 kg/hari

- Jumlah Timbulan (kg) 75.744 kg Rata-rata 1 septik tank 4 orang

2 Jumlah Timbulan Grey Water

- Standar timbulan Org/Hr 2 lt/orang/hari

- Jumlah Timbulan (m3) 396,6 m3

3 Jumlah Tinja terangkut

- Mobil tinja Milik Pemerintah (unit)

Jumlah Mobil tinja (unit) 2 unit

Kapasitas tangki (m3) 3 m3

Jumlah Rit 3 rit/minggu

- Mobil Tinja Milik Swasta

Tidak ada operator swasta

Jumlah Mobil tinja (unit) -

Kapasitas tangki (m3) -

Jumlah Rit / 1 hari -

4 Kapasitas IPLT

- Dibangun (tahun) 2010

- Umur Pakai (tahun)

- Kapasitas terpasang (m3) 15

- Kapasitas terpakai (m3) 9

5 Kapasitas IPAL Tidak tersedia

fasilitas IPAL

- Dibangun (tahun) -

- Umur Pakai (tahun) -

- Kapasitas terpasang (m3) -

- Kapasitas terpakai (m3) -

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

2. Pendanaan

Biaya pelayanan penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Dan Retribusi Penyediaan Dan/Atau Penyedotan Kakus. Yang terdiri dari klasifikasi sebagai berikut :

a. Komersial sebesar Rp 175.000 per m³

- Industri

- Hotel/penginapan - Perkantoran swasta - Pertokoan

- Pasar

(27)

7 -

27

b. Non komersial sebesar Rp 100.000 per m³

- Rumah tinggal

c. Sosial Rp 75.000,- per m³ yang terdiri dari

- rumah ibadah - gedung sekolah - panti asuhan - asrama sekolah

C. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan utama dalam pengelolaan air limbah di Kota Banjar adalah limbah domestik. Hal ini dikarenakan belum sadarnya masyarakat dengan ancaman yang dapat di timbulkan akibat limbah domestik itu, berikut berbagai permasalahan yang sangat mendesak dalam bidang limbah domestik. Permasalahan pengelolaan air limbah yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah Kota Banjar dari aspek teknis dan non teknis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.25

Permasalahan Mendesak Di Sub Sector Pembuangan Limbah Kota Banjar Tahun

No Uraian Isu Strategis dan Permasalahan

Non Teknis Teknis

1 on site system

 User interface (kloset)

Kurang sosialisasi kepada masyarakat

masih banyak penduduk yang

membuang air limbah domestik

langsung ke selokan

Lemahnya penegakan

hukum

 Pengumpulan/penampungan

kurangnya kesadaran masyarakat

dalam pengelolaan limbah domestik  IPLT

Kurangnya SDM dalam pengelolaan IPLT

X X

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

D. Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kota Banjar kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi: 1. Dokumen Strategi Sanitsi Kota (SSK) Kota Banjar disusun tahun 2012

(28)

7 -

28

3. Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Banjar disusun

tahun 2013

E. Analisis Kebutuhan Pengembangan Air Limbah

Kebutuhan komponen pengelolaan air limbah adalah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Sedangkan analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis kebutuhan dan target pencapaian pengelolaan air limbah Kota Banjar dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.26

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Air Limbah

No Uraian Kondisi Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.4.2 Persampahan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2-4% per tahun.

(29)

7 -

29

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPA

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Banjar meliputi:

a. Terbatasnya sumber daya manusia sebagai pelaku pelayanan pada bidang Kebersihan

b. Cakupan pelayanan : 11,18%, dengan pelayanan hanya menjangkau pusat kota

(30)

7 -

30

d. Teknologi tepat guna belum ada yang menjadi pelopor dalam penanganan

sampah.

e. Dana pengelolaan sampah masih terbatas.

f. Belum adanya Norma/Piranti yang berbentuk Peraturan Daerah yang mengatur tentang Pengelolaan Persampahan di Kota Banjar.

g. 3R program pemerintah tidak berkesenimbungan

h. Budaya atau perilaku masyarakat terhadap sampah masih bersifat apatis • Partisipasi masyarakat kurang dalam pengelolaan sampah.

• Pemilahan sampah disumbernya belum dilakukan.

• System 3R (reduce, reuse dan recycle) di sumber sampah belum dilakukan.

• Sampah masih ada yang dibuang ke badan air, kebun, dibakar atau dimana saja.

• Sebagian masyarakat sulit untuk membayar retribusi sampah (buang lari).

• Perilaku dan dukungan masyarakat belum mendukung pengelolaan sampah ramah lingkungan

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan 1. Aspek Teknis

Cakupan pelayanan persampahan meliputi seluruh wilayah di Kota Banjar yang terdiri dari 25 desa kelurahan dimana sekitar 59% lebih dari luas wilayah administrasi merupakan daerah pertanian dan selebihnya yaitu pemukiman di pusat kota, sepanjang jalan protokol dan pasar. Hanya sebagian kecil daerah yang tidak terlayani terutama daerah-daerah pinggiran sungai karena sulitnya akses ke lokasi.

Tahun 2011, baru sekitar 30% penduduk yang terlayani pengangkutan sampahnya. Dengan demikian masih terdapat kurang lebih 54,02% sampah yang belum terangkut (sampah liar); dan sisanya 15,98% dikelola oleh masyarakat. Sampah yang belum terangkut adalah sampah yang berserakan pada lokasi tertentu dimana masyarakat membuang sampah sembarangan dan pada tempat yang disediakan (TPS) tetapi dibuang di lahan-lahan kosong.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Kota Banjar juga meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011, total timbulan yang dihasilkan di Kota Banjar diperkirakan sebesar 25.550,98 ton/hari.

(31)

7 -

31

sampai dengan pembuangan akhir namun hanya sebagian saja masyarakat yang sadar akan sistem sanitasi tersebut.

Sistem sanitasi pengelolaan persampahan yang ada di kota Banjar saat ini, sebagai user interface motor roda dilanjutkan dengan penampungan awal landasan kontainer di lanjutkan dengan arm rool dan berakhir di TPA. Berikut tabel diagram sistem sanitasi pengelolaan persampahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Gambar 7.4

Diagram system sanitasi Persampahan Kota Banjar

Tabel 7.27

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan

Input User Interface

Penampungan

Awal Pengaliran

Pengolahan Akhir

Pembuangan /Daur Ulang

Kode/Nama Aliran

Sampah

Motor Roda TPS Arm Rool TPA Sel TPA

Roda Sampah

Landasan

Kontainer Arm Rool Komposting

Penyapu

Jalan Tong Smpah Dump Truk Peletasi

Motor Roda Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

(32)

7 -

32

Tabel 7.28

Sistem Pengelolaan Persampahan yang ada di Kota Banjar

Kelompok Fungsi Teknologi yang Jenis Data

(Perkiraan)

Nilai Sumber Data

Digunakan Sekunder Data

User Interface

Motor Roda Jumlah 12 unit DKPPLH

Roda Sampah Jumlah 5 unit DKPPLH

Penyapu Jalan Jumlah 52 orang DKPPLH

Penampungan Awal

TPS Jumlah 10 unit DKPPLH

Landasan Kontainer Jumlah 9 unit DKPPLH Tong Sampah Jumlah ± 100 unit DKPPLH

Pengolahan Akhir TPA (sanitary

landfill) Luas ± 4 Ha DKPPLH

Pembuangan/Daur Ulang

- Sel TPA Luas/Jumlah - DKPPLH

- Komposting Jumlah Sampah 1 ton/hari DKPPLH - Peletasi Plastik Jumlah Sampah - DKPPLH

User Interface

WC Sentor Jumlah (Kuantitas) 13.500 WC Dinas Kesehatan, Kecamatan/Kelurahan

KK Tersambung 13.000 KK Dinas Kesehatan, Kecamatan/Kelurahan

Penampungan

Awal Tangki Septik Jumlah (Kuantitas)

13.500 Tangki

Dinas Kesehatan, Kecamatan/Kelurahan

Pembuangan/Daur

Ulang Sungai Nama Sungai Citanduy Dinas Ciptakarya

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

Tabel 7.29 Pelayanan Persampahan

No Uraian Teknik Operasional Volume Keterangan A Jumlah Timbulan

- Standar Timbulan sampah/Org/hr

- Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah (ton) 25.550,984 ton/hari

B Pelayanan Sampah

1 Cakupan Pelayanan (-sampah terangkut +

diolah/-timbulan)

30%

2 Perkiraan KK yang dilayani 3.015 KK

3 Perkiraan Sampah Terangkut - permukiman

- Non permukiman

- total 25,550 ton/hari

4 kapasitas pelayanan TPS

5 Kapasitas pelayanan TPA 30 ton/hari

6 Kapasitas Pelayanan pengumpul

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

(33)

7 -

33

rusak berat. Pengumpulannya berupa gerobak sampah dan motor sampah, penampungan sementara TPS. Pengangkutan menggunakan Dump truk dan Amroll truck yang kemudian diolah dan diproses TPA cibeureum.

Tabel 7.30

Teknis Pengelolaan Persampahan Oleh Pemerintah

No Sarana/parasarana Jumlah (unit) Kapasitas Kondisi Keterangan 1 a.Pewadahan

Jumlah tong sampah ± 100 unit

2 b.Pengumpulan

Gerobak sampah 5 unit

Motor sampah 12 unit

Penyapu Jalan 52 orang

3 c.Penampungan sementara

TPS 10 unit

Landasan Kontainer 9 unit

Tong Sampah ± 100 unit

4 d.Pengangkutan

Dump truk 5 unit 6 m3/unit

Arm roll truk 5 unit 6 m3/unit

5 e.Pengolahan

Pengomposan 1 ton/hari

Daur Ulang -

6 f.Pembuangan Akhir

Luas Area ± 5,5 Ha

Buldozer M3

Excavator M3

Loader M3

7 g.Pengend. Pencemaran

Leachate treatment - Buffer zone (wil

penyangga)

-

Saluran pengumpul -

Drainasae air hujan -

Sumur kontrol -

8 h.Sarana penunjang

Kantor ada

Bengkel Ada

Alat dan tempat cuci Ada

Alat timbang ada

dll

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

2. Pendanaan

(34)

7 -

34

jelasnya mengenai pendapatan dan belanja dari subsektor pengelolaan persampahan Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.31

Ringkasan Pendapatan dan Belanja dari Subsektor Pengelolaan Persampahan

No Subsektor/SKPD n-4 n-3 n-2 n-1 n Rata-rata Pertumbuhan (%)

1 Persampahan

2 Retribusi Sampah 2.000 2.000 2.000 2.500 2.500 2.200 20

*) Dalam Juta

3. Peraturan Perundangan

Pedoman yang digunakan mengenai persampahan di Kota Banjar diatur dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2011. Selain itu mengenai peraturan yang memiliki substansi tentang Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA sudah tersedia dalam Rencana Kerja Bulanan. Untuk pemungutan retribusi sampah atau kebersihan sudah efektif dilakukan untuk mencapai Target Pendapatan Asli Daerah (PAD).

C. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan pengelolaan persampahan di Kota Banjar terbagi atas permasalahan teknis dan non teknis. Untuk isu-isu permasalahan non teknis yang ditemui pada sub sektor persampahan di Kota Banjar menyangkut masalah kebijakan daerah, kelembagaan, anggaran/pendanaan, sosialisasi dan pendekatan (informasi) terhadap masyarakat. Sedangkan permasalahan teknis biasanya berupa masalah sistem dan kontruksi, perlu ada standard yang berlaku berkaitan sistem dan kontruksi agar dapat berfungsi dengan baik dan terkoordinir dalam hal pemeliharaannya.

Tabel 7.32

Permasalahan Mendesak di sub sector Persampahan Kota Banjar

No Uraian Isu Strategis dan Permasalahan

Non Teknis Teknis

1 Pewadahan

Komunikasi (Kurangnya kegiatan Sosialisasi ttg

persampahan kpd masyarakat dengan memanfaatkan media)

Perilaku dan dukungan Masyarakat (Belum

mendukung pengelolaan sampah ramah

lingkungan)

4 Pengangkutan Pelayanan sampah hanya menjangkau pusat kota

x Pelayanan sampah hanya menjangkau

(35)

7 -

35

No Uraian Isu Strategis dan Permasalahan

Non Teknis Teknis

5 Pengolahan 3R program pemerintah tidak berkesenimbungan

6 Pembuangan akhir Belum ada Perda persampahan

Kurang lahan TPA untuk melayani 25

kel/desa Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

D. Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan persampahan di Kota Banjar kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi:

1. Dokumen Strategi Sanitsi Kota (SSK) Kota Banjar disusun tahun 2012 2. Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar disusun tahun 2012

3. Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Banjar disusun tahun 2013

E. Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

Kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Untuk lebih jelasnya mengenai analisis kebutuhan dan target pencapaian pengelolaan persampahan di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.33

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Persampahan

(36)

7 -

36

No Uraian Kondisi

Eksisting

Kebutuhan

Ket

2017 2018 2019 2020 2021 2022

Pengadaan Alat Berat

Wheel Loader Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.4.3 Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara lain:

1.Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.

2.Pengendalian debit puncak

Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan- penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3.Kelengkapan perangkat peraturan

Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase permukiman di daerah adalah:

 Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan.

 Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.  Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan

swasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.  Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang

(37)

7 -

37

4.Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.

5.Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6.Penanganan Drainase Belum Terpadu

Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan drainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.

Sedangkan isu-isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di Kota Banjar yaitu :

1. Peran serta masyarakat dalam pemeliharaan drainase masih kurang, pembuangan sampah ke saluran drainase masih terjadi

2. Masih bercampurnya saluran draianse dengan saluran air limbah

3. Masih kurangnya pemeliharaan drainase sehingga drainase yang ada tidak semua berfungsi dengan baik

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase 1. Aspek Teknis

Sistem jaringan drainase perkotaan Kota Banjar terbagi menjadi 2 (dua) bagian. Adapun pembagian sistem jaringan drainase perkotaan Kota Banjar meliputi :

(38)

7 -

38

B. Sistem drainase Mikro, sistem mikro yaitu sistem saluran dan bangunan

pelengkap drainase tang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan. Secara keseluruhan yang termasuk kedalam sistem drainase mikro adalah saluran disepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan disekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tat guna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai siste drainase mikro. Dalam PPSP, sistem drainase yang menjadi tanggung jawab daerah (kota Banjar) adalah sistem drainase mikro. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kondisi sistem sanitasi drainase di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Gambar 7.5

Diagram Sistem Sanitasi Drainase

Tabel 7.34

Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan Kota Banjar

Input User Interface

Pengumpulan

Awal Pengaliran

(Semi) Pengolahan

Akhir Terpusat

Pembuangan Akhir/ Daur

Ulang

Kode/Nama Aliran

Air Hujan

Saluran Halaman

Rumah

Saluran Drainase

Tersier

Saluran Primer Perkotaan

Sungai Citanduy

Bak Kontrol di Trotoar

Saluran Drainase Sekunder

Saluran

Pembuang Sungai Ciseel

(39)

7 -

39

C. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan subsektor drainase di Kota Banjar terbagi atas aspek teknis dan non teknis. Untuk Saluran primer isu/permasalahan pada aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, pada saluran sekunder isu/permasalahan non teknis berupa aspek keuangan, pastisipasi dunia usaha dan partisipasi masyarakat dan PMJK sedangkan pada aspek teknis berupa sistem dan konstruksi. Saluran tersier isu/permasalahan pada aspek keuangan, pastisipasi dunia usaha dan partisipasi masyarakat dan PMJK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 7.35

Permasalahan Pengelolaan Drainase Kota Banjar

No Uraian Isu Strategis dan Permasalahan

Non Teknis Teknis

1 Saluran hal ini terlihat dari kabiasaan

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar Tahun 2012

D. Kriteria Kesiapan Daerah

Untuk mendukung program dan kegiatan pengelolaan drainase di Kota Banjar kriteria kesiapan daerah yang sudah ada dan yang akan dilaksanakan meliputi: 1. Dokumen Strategi Sanitsi Kota (SSK) Kota Banjar disusun tahun 2012

2. Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Banjar disusun tahun 2012

3. Dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Banjar disusun tahun 2013

E. Analisis Kebutuhan Pengembangan Drainase

(40)

7 -

40

Tabel 7.36

Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Pengelolaan Drainase

No Uraian Kondisi

Eksisting

Kebutuhan

Ket 2017 2018 2019 2020 2021 2022

I Aspek Non Teknik

1

Sistem pengolahan Drainase

Kawasan/Lingkungan

Kondisi Drainase di Kota Banjar sebagian besar belum dapat berfungsi secara layak

Pembangunan Drainase Primer Lingkungan di seluruh Kota Banjar

Pembuatan dan Perbaikan Drainase Lingkungan di seluruh Kota Banjar

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

7.4.3 USULAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan.

Gambar

Tabel 7.3 Kawasan Kumuh Kota Banjar
Tabel 7.4 Identifikasi Jumlah Rumah Pada Kawasan Kumuh
Tabel 7.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Tabel 7.6 Analisis Pengurangan Kawasan Kumuh Kota Banjar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Kabupaten Sambas

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur data, menurut arikunto (2002:126) yang dikutip oleh Herdian (2009:40) menjelaskan, bahwa “ instrument adalah alat ukur

BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran mempunyai kebijakan bahwa pemberian bonus kepada nasabah yang mempunyai tabungan wadi’ah adalah separuh dari ER tabungan Amanah.. BPRS

Karena itik, entog dan mandalung merupakan unggas air diduga pengukuran produksi panas pada saat pemberian pakan produksi uap air (H 2 O) meningkat, kelembaban dan

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia, terlihat bahwa proporsi kejadian anemia lebih tinggi pada kelompok usila yang

Pesan-pesan yang disampaikan dalam novel ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dalam dunia pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang maha esa, penulis sudah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Motif pembaca Suplemen Khusus Persebaya di Koran Jawa Pos

Peneliti memilih kegiatan employee relations untuk diteliti, hal tersebut karena belum ada penelitian mengenai employee relations dalam hal family gathering di