BAB IV
PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR
KABUPATEN/KOTA
4.1. Rencana Pengembangan Permukiman
4.1.1. Petunjuk Umum
Pertumbuhan penduduk kota yang semakin pesat dari tahun ke
tahun menuntut pula perkembangan fasilitas kota guna memenuhi fungsi
pelayanan kota terhadap penghuninya. Pemanfaatan ruang kota dan
pedesaan yang sangat terbatas mendorong pengaturan pembangunan kota
semakin tidak efisien dan tidak efektif sehingga menimbulkan masalah
perkotaan, disinilah pentingnya perencanaan pembangunan perkotaan.
Pengembangan perkotaan dan pedesaan pada dasarnya
merupakan salah satu wujud dari tugas pelayanan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, ini
berarti pembangunan merupakan implementasi dari tugas pelayanan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan Permukiman, pertimbangan atas upaya pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat harus menjadi perhatian utama, oleh karena
itu salah satu indikator untuk melihat atau mengukur berhasil tidaknya suatu
proses pengembangan Permukiman adalah sampai sejauh mana atau
seberapa besar tingkat kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dilihat dari
bagaimana masyarakat dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dengan
sehat, aman, serasi dan teratur yang merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia (Undang-Undang RI No.4 Tahun 1992).
Dari segi kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar
lingkungan masih terdapat banyak kawasan yang tidak dilengkapi dengan
berbagai prasarana dan sarana pendukung utamanya pada daerah
perdesaan, fasilitas sosial dan fasilitas umum, secara fisik lingkungan,
masih banyak ditemui kawasan perumahan dan permukiman yang telah
melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan. Dampak dari semakin
terbatasnya atau menurunnya daya dukung lingkungan diantaranya adalah
timbulnya lingkungan yang tidak layak. Keadaan ini umumnya terjadi pada
daerah perkotaan dan kawasan perumahan masyarakat menegah ke
bawah.
Pembangunan perumahan dan permukiman yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta mampu
meningkatkan kemandirian dan kesetiakawanan sosial masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman.
Dalam rangka mewujudkan berbagai sasaran dan melaksanakan
berbagai kebijaksanaan tersebut maka dikembangkan berbagai program
pokok dan program penunjang yang terdiri atas :
1. Program Penataan Kota
2. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman
3. Program Perbaikan Perumahan
4. Program Penataan Bangunan
5. Program Penyehatan Lingkungan
Ketersediaan prasarana (infrastruktur) kemudian diharapakan
mampu menjadi landasan pemenuhan kebutuhan dasar dan sosial ekonomi
dalam pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja dan
pengembangan wilayah.
Prasarana permukiman adalah prasarana dasar yang utama bagi
berfungsinya suatu lingkungan. Prasarana dasar tersebut terdiri dari :
1. Prasarana Transportasi ; guna kepentingan mobilitas orang dan barang
dan menciptakan ruang dan bangunan yang teratur.
2. Air Bersih ; untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
3. Saluran Air Kotor dan Tempat Pembuangan Sampah ; untuk menjaga
kesehatan lingkungan.
4. Drainase ; sebagai drainase lingkungan dan mencegah banjir.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan suatu lingkungan permukiman dapat berfungsi dengan baik
4.1.2. Profil Pengembangan Permukiman
4.1.2.1. Kondisi Umum
4.1.2.1.1. Gambaran Umum
Tolak ukur keberasilan pembangunan daerah adalah memadukan usaha-usaha pembangunan permukiman yang diikuti dengan penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa infrastruktur kota misalnya jalan lingkungan, air limbah, persampahan, air bersih dan sebagainya. Jumlah penduduk Kabupaten Soppeng pada tahun 2008 sebanyak 229.502 jiwa yang tersebar di 8 kecamatan dengan kepadatan penduduk 153 jiwa/km2 dan pertumbuhan sekitar 0,61% per tahun.
diperkirakan akan mengakibatkan suatu konsekuensi permintaan masyarakat akan permukiman terutama di daerah perkotaan. Pembangunan permukiman di kota Watansoppeng dibangun oleh pihak Perumnas, developer swasta dan masyarakat secara mandiri yang mengikuti arah perkembangan kota.
Berdasarkan atas survey pada tahun 2007 oleh Kantor Lingkungan Hidup dalam Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Soppeng Tahun 2008 dijelaskan bahwa jumlah rumah yang ada di kota Watansoppeng sebanyak + 4.750 unit rumah yang tersebar di 6 kelurahan dalam wilayah kota Watansoppeng. Untuk kawasan permukiman di kota Watansoppeng sebagian besar bangunan rumah dengan konstruksi permanen sebanyak 70,12 %, rumah panggung 28,25% dan selebihnya bangunan darurat ( konstruksi kayu/bambu ) 1.63%.
Sesuai dengan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) Kota Watansoppeng telah diatur bahwa kota Watansoppeng terbagi dalam 4 Detail Rencana Kota ( 4 DRK ). Dan fungsi masing-masing DRK adalah sebagai berikut :
1. Detail Rencana Kota A ( DRK A )
Dengan luas wilayah 189 Ha terdiri atas 2 kelurahan yaitu kelurahan Botto dan kelurahan Lemba yang berfungsi sebagai :
a. Kawasan Perkantoran ( Primer ) b. Kawasan Perdagangan ( Primer )
c. Kawasan Permukiman dan Kesehatan ( Sekunder ) 2. Detail Rencana Kota B ( DRK B )
Dengan luas wilayah 258,5 Ha yaitu kelurahan Bila yang berfungsi sebagai :
a. Kawasan Permukiman ( Primer )
d. Kawasan Rekreasi ( Sekunder ) 3. Detail Rencana Kota C ( DRK C )
Dengan luas wilayah 556 Ha terdiri dari kelurahan Lalabata Rilau yang berfungsi sebagai :
a. Kawasan Perkantoran ( Primer ) b. Kawasan Perdagangan ( Sekunder ) c. Kawasan Permukiman ( Sekunder )
d. Kawasan Pertanian dan Industri Kecil ( Sekunder ) 4. Detail Rencana Kota D ( DRK D )
Dengan luas wilayah 324 Ha terdiri dari kelurahan Lapajung dan kelurahan Ompo yang berfungsi sebagai: a. Kawasan Perdagangan ( Primer )
b. Kawasan Pariwisata dan Pertanian ( Primer ) c. Kawasan Olahraga ( Sekunder )
d. Kawasan Permukiman ( Sekunder )
Dan berdasarkan atas Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) Kota Watansoppeng Kabupaten Soppeng untuk wilayah permukimannya direncanakan sebagai berikut : 1. DRK A
Kelurahan Botto dan Kelurahan Lemba seluas 3,77 Ha 2. DRK B
Kelurahan Bila seluas 3,59 Ha 3. DRK C
Kelurahan Lalabata Rilau seluas 2,69 Ha 4. DRK D
Kelurahan Lapajung dan Kelurahan Ompo seluas 3,77Ha Dengan adanya gambaran permukiman kota Watansoppeng tersebut diatas maka hal tersebut harus imbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana dasar infrastruktur kota yang memadai.
4.1.2.1.2. Prasarana dan Sarana Dasar Permukiman
1. Jalan Lingkungan
2. Sarana dan Prasarana Air Limbah 3. Sarana dan Prasarana Persampahan 4. Sarana dan Prasarana Drainase 5. Sarana dan Prasarana Air Minum serta
6. Tersedianya sarana dan prasarana masyarakat lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Soppeng.
4.1.2.1.3. Parameter Teknis Wilayah
Parameter teknis wilayah merupakan dasar justifikasi system yang secara teknis berdasarkan karakteristik wilayah dan standar yang berlaku. Parameter teknis wilayah di kota Watansoppeng yaitu :
1.Detail Rencana Kota ( DRK ) A
Terdiri atas kelurahan Botto dan kelurahan Lemba Dalam DRK A luas wilayah permukiman seluas +3,77 Ha yang diusahakan oleh masyarakat. Kondisi prasarana dan sarana dasar hanya baru dilaksanakan secara parsial dan belum diusahakan secara konprehensif dan terpadu baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat
2.Detail Rencana Kota ( DRK ) B
Terdiri atas kelurahan Bila. Dalam DRK B luas wilayah permukiman seluas +3,59 Ha yang diusahakan oleh masyarakat. Kondisi prasarana dan sarana dasar hanya baru dilaksanakan secara parsial dan belum diusahakan secara konprehensif dan terpadu baik oleh pemerintah daerah dan masyaraka
3.Detail Rencana Kota ( DRK ) C
Ha .Kondisi prasarana dan sarana dasar hanya baru dilaksanakan secara parsial dan belum diusahakan secara konprehensif dan terpadu baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat
4.Detail Rencana Kota ( DRK ) D
Terdiri atas kelurahan Ompo dan kelurahan Lapajung. Dalam DRK D luas wilayah permukiman seluas +3,77 Ha yang diusahakan oleh masyarakat dan swasta. Untuk perumnas yaitu Perumahan BTN Malaka Raya seluas +2. Kondisi prasarana dan sarana dasar hanya baru dilaksanakan secara parsial dan belum diusahakan secara konprehensif dan terpadu baik oleh pemerintah daerah dan masyarakat
4.1.2.1.4. Aspek Pendanaan
Pembangunan permukiman di wilayah Kabupaten Soppeng khususnya di kota Watansoppeng, untuk Perumahan disediakan oleh Perumnas ( Pemerintah ), Developer ( Swasta ) dan masyarakat secara mandiri.
Penyediaan sarana dan prasarana dasar berupa jalan lingkungan, sarana air limbah, sarana persampahan, drainase dan sarana air minum untuk permukiman Perumnas ( Pemerintah ) disediakan oleh pihak Perumnas dan Pemerintah Kabupaten Soppeng. Demikian pula penyediaan sarana dan prasarana dasar untuk kawasan permukiman masyarakat juga disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng dan sebagian ada pula yang dibiayai oleh masyarakat secara mandiri. Namun untuk kawasan permukiman yang disediakan oleh developer ( swasta ) penyediaan sarana dan prasarana dasarnya disediakan oleh pihak developer itu sendiri dan masyarakat yang berada di kawasan tersebut. 4.1.2.1.5. Aspek Kelembagaan
(Pemerintah), Developer/Pengembang (Swasta) dan masyarakat secara mandiri. Sedangkan kelembagaan yang menangani penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa jalan lingkungan, sarana air limbah, sarana persampahan, drainase dan sarana air minum adalah pihak pemerintah untuk permukiman perumnas dan umum serta developer/pengembang swasta untuk permukiman kawasan yang dibangun oleh developer/pengembang swasta itu sendiri.
Dalam hal penyediaan sarana dan prasarana dasar oleh pemerintah ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Soppeng dan bersama dengan program-program pemerintah lainnya bersama dengan masyarakat.Pengelolaan dan perawatan sarana dan prasarana diserahkan kepada dinas-dinas terkait bersama dengan masyarakat sebagai pengguna sarana dan prasarana dasar tersebut.
4.1.2.2. Sasaran
1. Tersedianya Sarana dan Prasarana Dasar
Sasaran utama yang dituju dalam pengembangan permukiman ini adalah tersedianya sarana dan prasarana dasar yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh seluruh lapisan masyarakat. Sasaran yang hendak dituju tersebut dalam bidang PU / Cipta Karya ini adalah tersedianya :
Jalan Lingkungan
Sarana dan Prasarana Air Limbah Sarana dan Prasarana Persampahan Sarana dan Prasarana Drainase Sarana dan Prasarana Air Minum serta
2. Tersedianya sarana dan prasarana masyarakat lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kabupaten Soppeng. 3. Kesesuaian Penataan Bangunan dan Lingkungan terhadap Rencana
4. Program Penyediaan Rumah murah untuk Masyarakat penghasilan rendah,PNS/TNI/POLRI dengan Standar Penghasilan Pegawai Golongan I,II,dan III
4.1.3. Permasalahan Pengembangan Permukiman
4.1.3.1. Analisis Permasalahan, Alternatif Pemecahan dan Rekomendasi
Beberapa pokok permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah kabupaten Soppeng tersebut diatas :
1. Keterbatasan dana pemerintah daerah untuk membiayai penyediaan sarana dan prasarana dasar masyarakat
2. Kurangnya peran serta masyarakat untuk mengadakan secara mandiri kebutuhan sarana dan prasarana dasar tersebut
3. Kurangnya partisipasi aktif masyarakat dalam merawat dan menjaga sarana dan prasarana dasar yang telah disediakan oleh pemerintah 4. Tingginya harga standar perumahan yang ada di Kabupaten
Soppeng dibandingkan dengan kemampuan penghasilan Masyarakat khususnya Pegawai PNS/TNI/POLRI sehingga tidak mampu untuk memiliki Rumah.
Dari beberapa permasalahan tersebut diatas maka dapat dianalisa bahwa beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng antara lain :
1. Adanya evaluasi dan pembaruan terhadap Rencana Umum Ruang Tata Kota ( RURTK ) dan Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDTRK ) kota Watansoppeng.
2. Menyusun adanya Master Plan / Rencana Induk Kota tentang menyediaan dan pengelolaan sarana dan prasarana dasar permukiman berupa sarana jalan lingkungan, sarana air limbah, sarana persampahan, sarana drainase, sarana air minum dan sarana permukiman lainnya yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Kabupaten Soppeng.
4. Dalam hal pembiayaan pembangunan sarana dan prasarana permukiman tersebut Pemerintah Kabupaten Soppeng juga memohon adanya perhatian khusus dari perintah pusat dan pemerintah propinsi untuk memajukan dan pengembangkan permukiman demi kesejahteraan masyarakat.
4.1.4. Analisis Usulan Pembangunan Permukiman
4.1.4.1. Sistem Infrastruktur Permukiman Yang Disusulkan
Dalam penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng dibiayai oleh :
1. APBD Kabupaten Soppeng
2. APBD Provinsi Sulawesi Selatan dan 3. APBN
Pada hakekatnya pembangunan di kabupaten Soppeng didasarkan atas Rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Soppeng Tahun 2006 yaitu pada pusat pelayanan masyarakat kabupaten dalam hal ini adalah di kota Watansoppeng. Namun dalam pelaksanaannya prioritas pembangunan yang menyangkut sarana dan prasarana dasar permukiman didasarkan atas usulan masyarakat melalui Musyawarah Rencana Pembangunan ( Musrenbang ) mulai dari tingkat desa, tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten yang khususnya dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Soppeng sebagai pelaksana teknis penyediaan fisik sarana prasarana dasar permukiman yang kemudian disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) Kabupaten Soppeng.
4.1.4.2. Usulan dan Prioritas Program Prasarana dan Sarana Permukiman
Program pembangunan prasarana dan sarana air bersih kawasan kota dan pengembangan permukiman merupakan program yang merupakan proritas disamping program pembanguan lainnya pada prioritas program prasarana dan sarana permukiman.
dengan melihat kondisi permukiman yang masih kekurangan air bersih dan kondisi jalan yang tidak memadai.
4.1.4.3. Usulan dan Prioritas Proyek Pembangunan Infrastruktur
Permukiman.
Sistem infrasturktur permukiman disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai dengan prioritas program meliputi Kegiatan : 1. Pembangunan jalan lingkungan
2. Pembangunan saluran air hujan / drainase.
3. Pembangunan jaringan distribusi air bersih kawasan kota 4. Pembangunan sistem pengolahan air limbah.
4.1.4.4. Analisis Kerangka Dasar Pengembangan Permukiman
Dalam pembangunan dan pengembangan perkotaan dan permukiman diperlukannya suatu pedoman perencanaan yang akan dijadikan sebagai pegangan dalam menentukan arah pengembangan perkotaan dan permukiman.
Perencanaan dan pengembangan perkotaan dan permukiman yang akan digunakan dengan pendekatan perencanaan tata ruang yang menyeluruh dan terpadu dengan menitikberatkan pada rencana struktur tata ruang, rencana alokasi pemanfaatan ruang menurut satuan pengembangan kota. Secara umum pengembangan perkotaan dan permukiman adalah meningkatnya efisiensi / optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang ada dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat kota, pengembangan kota dilakukan secara berlanjut dan berkesinambungan sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
4.2. Rencana Investasi Penataan Bangunan Lingkungan
4.2.1. Petunjuk Umum
4.2.1.1.Penataan Bangunan
Kabupaten Soppeng yang berada di jantung Propinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 1.500 km2 ini mempunyai tingkat kepadatan penduduk rata-rata 153 jiwa/km2. Tingkat kepadatan penduduk terpadat di kecamatan Liliriaja 281 jiwa/km2 dan kepadatan penduduk terendah di kecamatan Marioriawa 89 jiwa/km2 sedangkan di kecamatan kota yaitu kecamatan Lalabata sekitar 153 jiwa/km2.
Kota Watansoppeng sebagai ibukota kabupaten dan sebagai pusat pelayanan masyarakat Kabupaten Soppeng memiliki sebuah kantor bupati sebagai pusat pemerintahan beberapa gedung kantor sebagai kantor-kantor dinas pelayanan masyarakat sebagai gedung milik negara yang terletak dalam DRK C Kota Watansoppeng kelurahan Lalabata Rilau.
Pemerintah Kabupaten Soppeng sebagai unsur eksekutif dalam pemerintahan juga sedang membangun gedung kantor pemerintah daerah Kabupaten Soppeng yang letaknya berdekatan dengan kantor bupati dan gedung DPRD kabupaten Soppeng.
4.2.1.1.1 Permasalahan Penataan Bangunan
1.Permasalahan Bidang Bangunan Gedung dan Rumah Negara
kerusuhan massal dengan aksi pembakaran gedung pemerintah oleh masyarakat pasca pemilukada di Kabupaten Soppeng yaitu Gedung Kantor KPUD Kabupaten Soppeng,dan Gedung Kantor Kecamatan Lalabata dan Kecamatan Liliriaja..
2.Permasalahan Bidang Permukiman dan Lingkungan
Kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat tentang Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) juga perlu ditingkatkan. Karena masih banyaknya bangunan yang berdiri tanpa adanya Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) atau belum sesuai dengan peraturan daerah yang mengaturnya. Demikian pula pemerintah daerah akan terus aktif untuk mensosialisasikan tentang Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) tersebut ke masyarakat,sampai pada tingkat Kelurahan dan Desa
3.Permasalahan Bidang Keuangan Daerah
Masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Soppeng. Mulai dari diperlukannya peraturan daerah yang baru untuk mengatur zonaninasi kawasan permukiman maupun perda lainnya, sosialisasi peraturan daerah, dan pembangunan gedung Pasca pembakaran serta rehabilitasi bangunan juga masih sangat perlu dilaksanakan. Demikian pula perlu diperbaruinya RUTR dan RRTR di masing-masing kecamatan sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan dan pengembangan wilayah terutama bidang sarana dan prasarana dasar bagi masyarakat. Namun sayangnya dengan terbatasnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) Kabupaten Soppeng tersebut maka pembangunan tersebut harus dilaksanakan sedikit demi sedikit, bertahap dan berkelanjutan. Demikian pula Kabupaten Soppeng masih banyak berharap bantuan dari Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Pusat untuk membangun bersama Kabupaten Soppeng.
4.2.1.1.2. Landasan Hukum
2. PP 36 /2005 tentang Bangunan Gedung
3. Kepmen Kimpraswil no. 534 KPTSM2001
4.2.1.2.Penataan Lingkungan
Berdasarkan atas data dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) sektor kesehatan di kecamatan kota yaitu Kecamatan Lalabata terdiri atas 1 Rumah Sakit Umum Ajappange, 3 buah puskesmas dan 7 puskesmas pembantu. Dan dalam sektor keagamaan terdiri dari 68 masjid, 5 mushola, 2 langgar, 1 gereja protestan dan 2 geraja katholik. Serta dalam sektor pendidikan di terdiri dari 1 TK negeri, 13 TK swasta, 39 SD negeri, 1 SD swasta, 5 SLTP negeri, 1 SLTP swasta, 3 SMU Negeri, 2 SMU swasta, 2 SMK negeri, dan 3 SMK swasta.
Dan berdasar atas data dari Badan Pusat Statistik ( BPS ) pula secara garis besar penggunaan lahan di Kabupaten Soppeng terdiri atas 25.275 Ha Sawah ( Rice Field ) dan 124.725 Ha Bukan Sawah ( Dryland ). Sedangkan di kecamatan Lalabata sendiri yang terdiri dari 3.256 Ha Sawah ( Rice Field ) dan 24.544 Ha Bukan Sawah ( Dryland ) maka lahan keringnya ( bukan sawah ) khusus di Kecamatan Lalabata dapat terbagi menjadi 234 Ha untuk permukiman, 1.263 Ha untuk perkebunan, 400 Ha untuk padang rumput, 17 Ha untuk kolam, 8.099 Ha untuk lahan yang belum diusahakan dan 13.463 Ha untuk hutan rakyat.
4.2.1.3.Pencapaian Penataan Bangunan dan Lingkungan
Demikian pula untuk masalah izin prinsip suatu kawasan permukiman yang dibangun oleh developer/pengembang swasta yang izin prinsipnya kepada Bupati Soppeng melalui Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum.
4.2.1.4. Kebijakan, Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Kabupaten/ Kota.
Kebijakan penataan bangunan Gedung dan lingkungan masih terbatas pada ijin retribusi IMB karena untuk sementara masih dalam proses penyusunan dan penyempurnaan RTRW Kabupaten serta dalam Proses penyusunan PERDA Bangunan Gedung
4.2.2. Profil Rinci Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
4.2.2.1. Gambaran Umum Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan.
Kelembagaan yang menangani tentang pembangunan penyediaan dan perawatan fisik gedung dan rumah negara di Kabupaten Soppeng diserahkan kepada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ). Namun dalam penyediaan sarana dan prasarana bidang cipta karya secara teknis ditangani oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum. Dan secara umum pengelolaan dan perawatan baik gedung negara maupun rumah negara diserahkan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.
4.2.2.2. Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Data tentang gedung negara di Kabupaten Soppeng dapat diuraikan sebagai berikut.
No Nama SKPD
Luas Status Kepemilikan Kondisi
Kantor Milik Kontrak/ Pinjam
Baik Rusak
( M2 ) Pemda Swasta Pakai
1 DPRD 2198 V V
Sekretariat DPRD
Sumber : Setda Kab.Soppeng
Berdasarkan atas data dari Sekretariat Daerah ( Setda ) Pemerintah Kabupaten Soppeng tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa beberapa gedung kantor di Kabupaten Soppeng masih ada yang status kepemilikannya pinjam pakai atau bukan sepenuhnya milik pemerintah daerah. Bahkan banyak pula gedung kantor yang kondisinya sudah rusak dan yang parah adalah Gedung DPRD rusak/terbakar karna adanya konflik berupa kerusuhan massal dengan Membakar Gedung DPRD,Kantor Kecamata Lalabata dan Kantor Kecamatan Liliriaja sehingga tidak lagi dapat digunakan sebagai standar pelayanan prima kepada masyarakat dengan melihat kondisi bangunan yang ada.
Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Soppeng telah merencanakan untuk membangun beberapa gedung kantor yang baru maupun mengadakan anggaran perawatan dan pengelolaan gedung secara berkala kepada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Soppeng sebagai upaya pelayanan kepada masyarakat.
Dalam hal pemberdayaan masyarakat pemerintah daerah kabupaten perdesaan memberdayakan sektor ekonomi kerakyatan dalam sektor perdagangan dengan pembangunan dan rehabilitasi pasar serta penyediaan sarana dan prasarana dasar yang diperlukan. Di Kota Watansoppeng sendiri Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Soppeng mengelola 2 ( dua ) pasar yaitu Pasar Sentral Soppeng dan Pasar LoloE yang pengembangannya masih harus diperhatikan. Sementara ini kedua pasar tersebut hanya digunakan 2 ( dua ) hari dalam 1 (satu) minggu.
4.2.3. Permasalahan yang Dihadapi
termasuk pada daerah –daerah rawan bencana belum ditegakkan, Prasarana dan sarana hidran kebakaran tidak berfungsi dan tidak mendapat perhatian,lemahnya pengaturan Penyelenggaraan Bangunan Gedung serta rendahnya kualitas pelayan publik.
Permasalahan lain yang juga ada pada penataan bangunan yaitu masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik serta kurang diperhatiknnya permukiman-permukiman tradisional dan bangunan gedung bersejarah, padahal punya potensi wisata serta sarana lingkungan hijau/open space atau public space, sarana olah raga kurang diperhatikan.
4.2.3.1. Sasaran Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan
Beberapa strategi dan sasaran dalam penataan bangunan dan lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung yang tertib, fungsional, andal dan efisien
2. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjatidiri
3. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi
4. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal
5. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang bangunan regional/internasional yang berkelanjutan
4.2.3.2.Rumusan Masalah
pusat pelayanan masyarakat kabupaten yaitu di Kota Watansoppeng sebagai ibukota kabupaten Soppeng.
Demikian pula pembangunan Kota Watansoppeng yang terdiri dari 4 Detail Rencana Kota ( DRK ) harus didasarkan kepada Rencana Tata Ruang & Wilayah ( RTRW ) dan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR ) Kota Watansoppeng agar pembagunan dan pengembangan wilayah yang dimaksud agar lebih terarah, terencana, berlanjut dan terpadu.
Dan pembanguan permukiman di Kota Watansoppeng lebih disasarkan kepada pembangunan perumahan masyarakat ekonomi lemah melalui perumnas maupun developer swasta yang dapat terjangkau oleh masyarakat. Demikian pula penyediaan sarana dan prasarana dasar permukiman yang ada di dalamnya berupa jalan lingkungan, sarana air limbah, sarana persampahan, sarana drainase dan sarana air bersih.
Untuk mengembangkan sektor ekonomi kerakyatan dalam sektor perdagangan maka Pemerintah Kabupaten Soppeng membangun dan merehabilitasi pasar-pasar yang ada di Kota Watansoppeng pembanguannya dilaksanakan secara bertahap dan terencana.
Sedang di bidang Pembangunan Gedung maka Pemerintah Daerah akan memprioritaskan pelaksanakan pembangunan Gedung-gedung Pemerintah yang Hangus Pasca kebakaran.
4.2.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.2.4.1. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dari pembahasan diatas secara garis besar pada penataan lingkungan dan permukiman ada beberapa kawasan kumuh yang memerlukan dukungan PSD.
4.2.4.2. Rekomendasi
Dari analisis Permasalahan maka direkomendasikan untuk menyusun ranperda Bangunan Gedung untuk menjadi dasar perda Bangunan Gedung.
Kawasan Watansoppeng sebagai kawasan proritas pada penataan dan revitalisasi Kawasan.
4.2.5.1. Usulan dan Prioritas Program
Usulan Program pada Penataan bangunan dan Lingkungan yang menjadi Prioritas Program yaitu pada Program Penataaan dan revitalisasi Kawasan ,Program Pengembangan Permukiman dan pembinaan teknis bangunan gedung.
4.2.5.2. Usulan dan Prioritas Proyek Penataan Bangunan Gedung dan
Lingkungan
Prioritas Proyek penataan bangunan gedung dan lingkungan yaitu penataan dan revitalisasi kawasan watansoppeng yang mana didalamnya terdapat kawasan kawasan seperti kawasan ompo dan villa Yuliana.
Penyusunan Ranperda Bangunan Gedung dan RTBL Kawasan juga merupakan prioritas disamping dukungan PSD kawasan Kumuh dan Kawasan Kumuh Nelayan.
4.2.5.3. Pembiayaan Proyek Penyediaan Pengelolaan
Pada Kawasan Watansoppeng di harapkan bantuan dari dana APBN dsamping ada share dari Daerah.
4.3. Analisis Investasi Sub- Bidang Air Limbah
4.3.1. Petunjuk Umum Pengelolaan Air Limbah
4.3.1.1. umum
4.3.1.2. Kebijakan, Program, dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Dalam Rencana Kabupaten Soppeng
Dalam hal ini menguraikan kebijakan, strategi dan program serta kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan di Kabupaten Soppeng berdasarkan rencana daerah sebagaimana yang tertuang dalam Matrik Program Rencana Program Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Soppeng adalah sebagai berikut :
a.Program :
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup b.Indikator Program :
Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan terciptanya kesadaran masyarakat dan pengusaha akan pentingnya memelihara sumber daya alam ( SDA ) dan lingkungan
c.Kerangka Pelaksanaan :
- Pemantauan / monitoring dampak lingkungan industri kecil dan menengah
- Pemantauan / monitoring dampak lingkungan Daerah Aliran Sungai ( DAS )
- Study kelayakan dampak lingkungan DAS Lapajung, DAS Sungai WalanaE
- Pemantauan / monitoring Tambang Galian C
- Penerapan analisa dampak lingkungan terhadap rencana pelaksanaan pembangunan yang berpotensi merusak alam
4.3.2. Profil Pengelolaan Air Limbah
4.3.2.1.Gambaran Umum Pengelolaan Air Limbah Saat Ini
Pengolaan air limbah dapat dilakukan dengan sistem on-site atau sistem off-site atau kombinasi dari kedua sistem ini :
a. Sistem pengelolaan air limbah setempat ( on-site system ) adalah penanganan air limbah domestik yang dilakukan secara individual dan/atau komunal dengan fasilitas dan pelayanan dari satu atau beberapa bangunan yang pengolahannya diselesaikan secara setempat atau di lokasi sumber.
b. Sistem pengelolaan air limbah terpusat ( off-site sytem ) adalah sistem penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yan diteruskan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
TINJA
Perpipaan Cemplung Plengsengan
- Sungai
- Kebun
Tangki septic
Pengangkutan IPLT
Perdesaan dan perkotaan
Perkotaan
Tabel 3.5
56
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Input User Interface Penampungan
Awal Pengaliran
Jamban/WC/toilet - Tangki Septik - Cemplung
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kab. Soppeng Tahun 2012
Kelompok Fungsi Teknologi yang digunakan Data Sekunder Jenis Perkiraan Sumber Data User Interface WC campuran Jumlah (unit) 53.463 Data Dinkes 2011
KK 53.463 Data Dinkes 2011
Penampungan Awal Tangki Septik/
Lobang WC Jumlah (unit) 19.725 Data Dinkes 2011
Pembuangan/Daur Ulang
-Sungai dan Saluran Drainase
Terdekat
Nama Sungai 5 sungai besar tersebar
di 8 kecamatan Dinas PU Cipta Karya
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kab. Soppeng Tahun 2012
4.3.2.1.1. Tingkat Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat bersumber dari dua hal utama yaitu tergantung pada penyediaan prasarana dan sarana dan kedua tergantung dari pola hidup masyarakat itu sendiri. Kesehatan masyarakat dan lingkungan akan mencapai dalam tahap yang sempurna apabila masyarakat menerapkan prinsip Pola Hidup Bersih & Sehat ( PHBS )
4.3.2.1.2. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah
Prasarana dan sarana yang ada yang menunjang dalam pengelolaan limbah di kota Watansoppeng yang difokuskan pada limbah cair ini terutama untuk limbah rumah tangga menggunakan sistem on-site ( setempat ).
Tabel 3.5
Diagram Sistem sanitasi pengelolaan air limbah domestik di Kab. Soppeng
Tabel 3.6
Sistem pengelolaan air limbah di kabupaten Soppeng Air Limbah Domestik
Diagram Sistem sanitasi pengelolaan air limbah Non Tinja (Grey Water)
Tabel 3.6
57
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Soppeng (Dinas Kesehatan 2011)
Sedangkan prasarana dan sarana masyarakat dalam hal limbah ini masyarakat banyak menggunakan septictank, cubluk maupun yang lainnnya, adalah :
KECAMATAN
Sumber: Buku Putih Sanitasi Kab. Soppeng (Dinas Kesehatan 2011)
Sedangkan prasarana dan sarana air limbah on site dan off site komunal dapat digambarkan melalui peta di bawah ini :
Tabel 3.6
58
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
4.3.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Sistem pengelolaan air limbah di Kota Watansoppeng menggunakan sistem on-site ( setempat ) baik secara individual maupun komunal (MCK), sedangkan pengolahan limbah secara offsite komunal baru terdapat 1 unit di Kel. Botto, Kec. Lalabata yang merupakan kawasan padat permukiman.
Untuk Layanan Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) dinilai belum optimal, dimana hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan perlunya penyedotan/pengurasan tinja limbah pada tangki septik. Padahal kebiasaan atau pemahaman ini dapat mengakibatkan resiko pencemaran terhadap lingkungan, apalagi pada daerah-daerah padat permukiman dimana terbatasnya lahan untuk peresapan tinja dan jarak tangki pembuangan dengan sumber air yang relatif dekat (<10 m).
BULAN Volume
Rumah Tangga Terlayani
M3 RT
JANUARI 21 3
FEBRUARI 36 9
MARET 21 4
Tabel 3.6
Peta Lokasi Infrastruktur Pengalohan Air Limbah Komunal s/d Tahun 2012
Tabel 3.6
59
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
APRIL 63 9
MEI 63 7
JUNI 27 3
JULI 135 15
AGUSTUS 18 3
SEPTEMBER 27 3
OKTOBER 0 0
NOVEMBER 12 2
DESEMBER 60 8
TOTAL 483 66
Layanan (m3/hari) 1,32
Sumber: Dinas Kebersihan Dan Pertamanan 2011
Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa kapasitas layanan jasa pengurasan/ penyedotan tinja perhari di Kab. Soppeng hanya sekitar 1,32 m3/ hari. Sedangkan estimasi timbunan tinja perharinya dengan asumsi tiap harinya tinja padat (black water) yang dihasilkan per orang adalah 13 Gram/orang/Hari, maka jumlah produksi black water dari jamban yang berseptik (13.792 Unit) adalah 29,72 m3/hari. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No. Uraian Jumlah/Volume Keterangan
1. Jumlah Timbunan Tinja/Black Water
Jumlah KK 61.713 Data
Dinkes
a. Jamban pribadi 53.166 86.15%
b. Pengguna Jamban ber septic tank 13.972 22.64%
b. Standar Timbunan Tinja/Gram/Org/hr 13 Dinas
Kebersihan c. Jumlah Timbunan Tinja pemilik jamban
(m3)/hari
25.60 Asumsi 3.66 jiwa/KK
d. Jumlah Timbunan Seluruhnya (m3)/hari 29.72 Asumsi
3.66 jiwa/KK
2. Jumlah Timbunan Grey Water 226.079 Total
Penduduk Tabel 3.6
60
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa selain tingkat kesadaran masyarakat akan perlunya penyedotan/pengurasan tinja yang kurang, IPLT sebagai pengolahan akhir limbah tidak beroperasi optimal.
4.3.3. Permasalahan Yang Dihadapi
Beberapa masalah dan tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng antara lain :
1. Faktor Perencanaan Teknis
Dalam hal perencanaan teknis yang dimaksud adalah belum adanya RTRW ataupun RDTR Kota Watansoppeng tentang air limbah yang menyebabkan kurang tertatanya dan terencannya sistem perlimbahan secara terpadu.
Masih tingginya angka BABS (Buang Air Besar Sembarangan di Kab. Soppeng, dan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memiliki tangki septik sebagai tempat penampungan limbah tinja masih kurang.
Masih minimnya penerapan teknolgi pengolahan air limbah secara komunal (IPAL) di permukiman-permukiman padat.
Belum adanya regulasi mengenai penyediaan sarana dan prasarana air limbah pada fasilitas-fasilitas umum dan perumahan
2. Faktor Kelembagaan
Dalam sektor kelembagaan yaitu belum adanya suatu dinas yang secara khusus ( intens ) yang menangani secara profesional dengan sumber daya manusia yang optimal sehingga masalah air limbah baik dari segi perencanaan, pengelolaan dan sumber daya manusia yang mendukung sehingga pengelolaan air limbah belum dapat dijalankan secara terpadu. Masih minimnya partispasi sektor swasta dalam pengolahan air limbah. 3. Faktor Pembiayaan
61
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Watansoppeng pada khususnya tak terlepas dari biaya anggaran untuk membiayainya demikian pula pembiayaan dalam hal penyediaan sarana prasarana air limbah di seluruh Kabupaten Soppeng khususnya di Kota Watansoppeng yang sementara ini yang hanya didanai oleh APBD Kabupaten dan parsipasi aktif dari masyarakat masih kurang dari apa yang diharapkan.
4. Faktor Legalitas
Dari sektor legalitas hukum adalah belum adanya hukum yang jelas yang mengatur secara tegas tentang masalah perlimbahan di Kabupaten Soppeng secara teknis namun hanya berupa peraturan daerah tentang retribusi kakus 5. Faktor Partisipasi Masyarakat
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana air limbah secara mandiri terutama di Kota Watansoppeng dan umumnya di Kabupaten Soppeng merupakan faktor kendala utama yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng. Demikian pula kurangnya akan kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan dan perawatan sarana dan prasarana air limbah terhadap lingkungan.
Masih sedikitnya program-program penanganan air limbah skala permukiman yang berbasis masyarakat, dimana selain pembangunan fisik ,masyarakat juga diberdayakan dalam pengolahan air limbah.
4.3.4.1. Sasaran Pengelolaan Prasarana dan Sarana Air Limbah
Beberapa sasaran pengelolaan Prasarana dan Sarana air Limbah adalah : 1. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Kawasan Ibukota Kabupaten 2. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Tempat Pembuangan Akhir 3. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Beberapa Kecamatan 4. Penyuluhan dan Sosialisasi tentang Air Limbah
4.3.4.1. Rumusan Masalah
Dari beberapa sasaran pengelolaan maka dapat di rumuskan sebagai berikiut :
1. Kurangnya Sarana dan Prasarana di skala Kabupaten
Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah Pengolahan akhir Limbah tinja (IPLT) yang terletak di Ibukota kabupaten , Watansoppeng.
1. Kurangnya armada pengangkutan lumpur tinja hasil penyedotan/ pengurasan limbah. Dari hasil analisa berdasarkan Pedoman Standar Pelayanan minimal yaitu :
62
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Jumlah Septik Pengolahan = 41104 maka kebutuhan mobil tinja = 41104 / 8000 Lt = 5 Mobil Tinja
Kurang optimalnya kinerja IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) Dimana sistem pengolahan tidak berfungsi dengan baik. Di samping kapasitas nya yang tidak lagi memadai, pemeliharaan dan pengoperasian instalasi yang tidak lagi berjalan optimal.
2. Masih tingginya angka BABs (Buang Air Besar Sembaranfgan , dan kepemilikan jamban berseptik khususnya didaerah padat perkotaan.
3. Rendahnya kepemilikan SPAL /Saluran Pembuangan Air Limbah (non Tinja) domestik (rumah tangga). Dimana 46,47 % RT belum memiliki SPAL (Data EHRA BPS 2012)
4. Limbah dari RS dan fasilitas umum masih diolah dengan teknologi sederhana. Belum ada instalasi Pengolahan Air Limbah di kawasan-kawasan permukiman dan fasilitas umum
5. Penyuluhan dan Sosialisasi tentang Air Limbah
Belum adanya instansi yang secara rutin mengontrol efluen dari air limbah domestik dan industri.
Belum optimalnya optimalnya penyeluhuna mengenani peningkatan derajat hidup masyarakat melalui penyehatan lingkungan permukiman. Belum terpadunya instansi terkait air limbah, sehingga masalah penanganan air limbah masih menjadi urusan masing-masing SKPD.
4.4.4. Analisa Permasalahan dan Rekomendasi
4.3.3.1. Analisa Permasalahan
Berdasar pada Rumusan Masalah tersebut maka dapat dibuat suatu analisa permasalahan Sbb :
1. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Kawasan Ibukota Kabupaten
Peningkatan sarana dan prasarana yang dimaksud adalah pengadaan truck lumpur dan pengadaan mobil tinja khususnya untuk cakupan masyarakat Kota Watansoppeng merupakan suatu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Tempat Pembuangan Akhir
yaitu dengan optimalisasi kinerja IPLT (Insatalasi Penmbuangan Limbah Tinja) Lempa yang terletak di Kubba, Kel. Lalabata Rilau, Kec. Lalabata (Detail Rencana Kota C) .
3. Peningkatan Sarana dan Prasarana di Beberapa Kecamatan
63
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Pengolahan air limbah Tinja dan Non Tinja skala komunal di permukiman padat di Kota Watansoppeng (Pusat Kegiatan Lokal), dan IKK (Ibu Kota Kecamatan) sebagai wujud nyata dari pembangunan infrastruktur yang berwawasan lingkungan
4. Penyuluhan dan Sosialisasi tentang Air Limbah
Penelitian terhadap kandungan air dan pencemarannya yang dilakukan secara berkala oleh kantor Lingkungan Hidup dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dari bahaya air limbah adalah program yang dilakukan secara kontinyu oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng terutama di Kota Watansoppeng.
Mengembangkan kerjasama lintas sektoral untuk mengadakan pemicuan dan penyuluhan mengenai PHBS untuk mengurangi tingkat BABS (Buang Air Besar Sembarangan).
4.3.3.2.Rekomendasi
Agar tercapainya suatu tujuan yaitu masyarakat yang sehat maka perlu agar secepatnya melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat suatu perencanaan pembangunan PSD yang matang dan terpadu 2. Melaksanakan pembangunan PSD yang komprehensif, efektif & efisien 3. Lebih mengutamakan pembangunan PSD dengan sistem community based
(Berbasis masyarakat), agar instalasi pengolahan limbah yang dibangun tetap menjadi milik masyarakat dan tetap difungsikan dalam jangka waktu panjang.
4.3.4. Sistem Prasarana Yang Diusulkan
4.3.4.1. Kebutuhan Pengembangan Pengelolaan
Kebutuhan utama dalam pembangunan, pengembangan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar bidang air limbah di kota Watansoppeng oleh Pemerintah Kabupaten Soppeng antara lain :
1. Legalitas ( Hukum )
Adanya payung hukum untuk mengatur dan mendasari dalam pelaksanaan pembangunan PSD adalah suatu hal mutlak yang diperlukan misalnya pengaturan melalui Perda tentang hal-hal teknis yang berkaitan tentang limbah
2. Perencanaan Teknis
Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan PSD yang baik tak lepas dari perencanaan teknis yang baik pula. Perencanaan teknis yang dimaksud antara lain : RTRW, RDTR, Outline Plan Air Limbah dsb.
64
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Dalam hal pengelolaan prasarana dan sarana dasar bidang air limbah ini maka diperlukan suatu lembaga yang menangani secara profesional yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dibidang lingkungan pada umumnya dan bidang air limbah pada khususnya.
4. Partisipasi Masyarakat
4.3.4.2. Usulan dan Prioritas Program
Prioritas utama dalam program ini antara lain ; penyediaan MCK dan IPAL Komunal di daerah-daerah padat permukiman, optimalisasi kinerja IPLT, penambahan armada pengangkut limbah tinja serta serta penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada masyarakat. Penyediaan MCK ini bekerja sama dengan dinas teknis lain yang terkait dalam pengelolaannya. MCK dengan sistem on-site beberapa tahun kedepan tidak lagi tepat untuk mengatasi malsahan air limbah bagi masyarakat, karena tingkat kepemilikan jamban keluarga yang semakin meningkat, sehingga yang dibutuhakan adalah sistem pembuangan dan pengolahan air limbah skala komunal yang dikelola oleh masyarakat itu sendiri dengan mengurangi resiko pencemaran terhadap lingkungan.
4.3.4.3. Pembiayaan Pengelolaan
Dalam hal pembiayaan pembangunan prasarana dan PSD ini selain bergantung pafda APBD Kabupaten, juga pada Dana DAK Sanitasi dan ABPN. APBD disiapkan sebagai dana pendamping dan biaya untuk kegiatan non fisik (penyuluhan, erencanaan dan pendampingan). Kemudian untuk optimalisasi kinerja IPLT dan sarana pengangkutan limbah tinja msih mengharapkan bantuan dari APBN dan APBD Provinsi.
4.4. Analisis Investasi Sub- Bidang Persampahan
4.4.1. Petujuk Umum Pengelolaan Persampahan
4.4.1.1. Umum
Persampahan merupakan permasalahan utama di daerah perkotaan. Demikian pula masalah persampahan yang ada di Kota Watansoppeng sebagai ibukota Kabupaten Soppeng. Sampah merupakan sisa kegiatan manusia atau dari proses alam yang berbentuk padat yang akhirnya sampai ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ). Berdasarkan atas kriteria teknis sarana dan prasarana pengelolaan persampahan oleh Departemen Pekerjaan Umum Tahun 2006 meliputi :
1. Skala Individu, yaitu pengelolaan sampah yang dihasilkan sendiri oleh sumbernya. 2. Skala Kawasan/Lingkungan, yaitu pengelolaan sampah yang melayani
sekurangnya 100 kepala keluarga tetapi tidak lebih dari 1 kecamatan.
65
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
4. Skala Regional, yaitu pengelolaan yang melayani sebagian atau seluruh masyarakat yang tinggal lebih dari satu kabupaten yang mengadakan kerjasama dalam pengelolaannya.
5. Pengelolaan sampah dapat dilaksanakan oleh salah satu atau beberapa bentuk pengelola yaitu pengelola kabupaten, badan usaha atau swasta.
4.4.1.2.Kebijakan, Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Dalam Rencana Kabupaten/ Kota
Dalam hal ini menguraikan kebijakan, strategi dan program serta kegiatan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan di Kabupaten Soppeng berdasarkan rencana daerah sebagaimana yang tertuang dalam Matrik Program Rencana Program Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) Kabupaten Soppeng
4.4.2. Profil Persampahan
4.4.2.1. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Persampahan
Gambaran umum pengelolaan persampahan menjelaskan tentang cakupan pengelolaan persampahan yang ditangani oleh kabupaten Soppeng :
a. Pengelolaan oleh masyarakat
Sistem pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri biasanya dilakukan oleh masyarakat di permukiman perdesaan yang mengumpulkan dan membakar sampah baik secara individual dan komunal b. Pengelolaan oleh pemerintah
Sedangkan pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan pengumpulan sampah dari rumah-rumah masyarakat dan diolah di Tempat Pengolahan Sampah (TPA) di kelurahan Lalabatarilau
c. Pengelolaan oleh swasta
Namun sistem pengolahan sampah di kabupaten Soppeng belum dilaksanakan oleh pihak swasta
No. Pelayanan Tingkat Pelayanan
2009 2010 2011
a). Luas daerah pelayanan 7.000(ha) 7.100(ha) 7.120(ha) b). Jumlah penduduk terlayani 20.786 jiwa 21.175 jiwa 24.367 jiwa c). Jumlah penduduk terlayani
terhadap jumlah penduduk kota watansoppeng
79.73 % 81 % 84.21 %
Sumber : Dinas Kebersihan dan pertamanan Kab. Soppeng 2012
4.4.2.2. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan
Tabel berikut adalah data peralatan persampahan yang ada di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Soppeng.
66
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
No
Jenis Alat Angkut Jumlah Kapasitas per Unit (m3) Ritasi Ket
1. Gerobak Sampah 36 1,50 2
2. Motor Sampah 4 2,00 2
3. Truck Sampah Besar 5 5,00 2 (3 unit kondisi
tua)
4. Truck Sampah Kecil 2 3,50 2
5. Truck Armroll 1 6,00 2
6. Trailer kontainer 3 6,00 2
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Soppeng, 2012
No Jenis Alat Angkut Jumlah Ket
67
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Soppeng, 2012
FUNGSI
Teknologi Yang Digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data
Daur Ulang Skala RumahTangga & Lingkungan Jumlah (Kuantitas) 5 Usaha Pengepul
Pengomposan Skala Lingkungan
terolah/ Bulan 2471 M3
- Sekolah Lokasi 22 Titik
Volume sampah
terolah/ Bulan 22 M3
Tabel 3.19
68
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
- Fasilitas Umum Lokasi 6 Titik
Volume sampah
terolah/ Bulan 8 M3 Pengumpulan Setempat - Gerobak Sampah Jumlah (Kuantitas) 36 Unit
Kapasitas 1,5 M3
- Kontainer (Pasar & Perkantoran) Jumlah (Kuantitas) 23 Buah
Pengangkutan Armada Pengangkut Sampah :
Pengolahan Akhir Terpusat - Teknologi Pembakaran (Incenarator) Jumlah (Kuantitas) 1 Unit
- Teknologi Komposting Jumlah (Kuantitas) 1 Unit
Daur Ulang/ Pembuangan Akhir Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
- Contro/Sanitary Landfill Luas 5 Ha
4.4.2.3. Aspek Pendanaan
Dalam hal pendanaan pengadaan sarana dan prasarana persampahan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja ( APBD ) kabupaten namun untuk pemenuhan dalam skala kecil atau rumah tangga pengadaannya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, serta kadang mendapat dukungan dari pihak swasta.
4.4.2.4. Aspek Kelembagaan Pelayanan Persampahan
Dalam sektor kelembagaan dinas yang menangani bidang pengadaan sub bidang persampahan adalah Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum sedangkan pengelolaan kebersihan Kota Watansoppeng ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman Kabupaten Soppeng
Gambar 3.12
69
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
4.4.2.5. Aspek Peraturan Perundangan
Dalam sektor legalitas hukum Kabupaten Soppeng sudah ada peraturan daerah yang mengaturnya tentang retribusi sampah dan peraturan lain tentang persampahan.
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kabupaten Soppeng, dimana dalam peraturan ini terdapat pembagian/klasifikasi jenis retribusi yang harus dibayar oleh masyarakat, berdasarkan jenis bangunan dan kegiatan usaha yang dilakukan. Kebijakan ini cukup efektif meskipun pelaksanaannya ditingkat masyarakat belum optimal. Berikut pembagian/klasifikasi jenis retribusi persampahan di Kota Soppeng.
No Jenis Kegiatan Besar Retribusi
(Rp/bulan) Keterangan
1. Rumah tinggal, asrama 2.000,- perbulan
2. Perkantoran swasta 10.000,- perbulan
3. Rumah sakit 10.000,- perbulan
4. Hotel/Penginapan 10.000,- perbulan
5. Toko 10.000,- perbulan
6. Rumah makan/warung kopi 10.000,- perbulan
7. Apotek, toko obat, wartel 10.000,- perbulan
8. Salon, tukang cukur 10.000,- perbulan
9. Gedung Bioskop 10.000,- perbulan
10. Gedung pertemuan 10.000,- perbulan
11. Billiar 10.000,- perbulan
Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor : 03 Tahun 2008
Tanggal : 9 Januari 2008
70
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kab. Soppeng, 2012
4.4.2.6. Aspek Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat diwujudkan dengan ikut menjaganya kebersihan lingkungan di rumah masing-masing (dapat dilihat pada tabel...). Namun dalam skala besar untuk pemenuhan kebersihan lingkungan masih harus dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertanaman kabupaten Soppeng
4.4.3. Permasalahan Yang Dihadapi
4.4.3.1. Sasaran Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Persampahan
Adapun sasaran yang hendak dituju dalam penyediaan sarana dan prasarana persampahan dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Pemenuhan kebutuhan dasar
Pengadaan tong sampah yang disalurkan kepada masyarakat merupakan sasaran utama dalam pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana bidang persampahan.
2. Pemenuhan pembangunan skala kabupaten
Pengadaan sarana dan prasarana bidang persampahan alat-alat berat dan peningkatan sarana dan prasarana di lokasi Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) merupakan sasaran prioritas yang berskala kabupaten.
4.4.4. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
4.4.4.1. Analisis Permasalahan
Permasalahan yang timbul dalam sub bidang persampahan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kelembagaan
12. Kios di pusat pertokoan 5.000,- perbulan
13. Lods di pusat pertokoan 5.000,- perbulan
14. Tidak ada kios dan lods di pusat pertokoan 2.000,- perbulan
15. Kios di pasar 3.000,- perbulan
16. Lods di pasar 2.000,- perbulan
17. Tidak ada kios dan lods di pasar 2.000,- perbulan
71
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Institusi kelembagaan yang menangani tentang pengelolaan persampahan ini adalah Dinas Kebersihan dan Pertanaman. Namun pembagian tugas yang jelas antar instansi baik itu berupa PERDA ataupun berupa Surat Keputusan Bupati tentang pengaturan tugas antar Dinas dalam hal penanganan Persampahan ini menyebabkan kurang tertanganinya permasalahan persampahan di Kabupaten Soppeng khususnya di Kota Watansoppeng termasuk dalam merencanakan master plan / rencana induk kota tentang persampahan, sistem penyediaan sarana dan prasarana persampahan di Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) maupun data base tentang persampahan.
2. Faktor Teknis Operasional
Secara Teknis masalah persampahan dapat di hitung Sbb :
Menghitung jumlah timbunan sampah di Kabupaten Soppeng 2010-2014, dapat dilakukan analisa dengan melihat Estimasi Timbunan Sampah pada RTRW 2010 yaitu :Jumlah Penduduk 2010-2019 = 250.849 jiwa sedang Estimasi timbunan Sampah = 461.682 Lt/Hr atau 461.682 M³/Hr jadi jumlah timbunan Sampah 2010-2014 = 831027.6 M³ hingga dapat di asumsikan kebutuhan lokasi TPA persampahan adalah ± 10 Ha
Untuk menghitung jumlah gerobak,dumtruck,dan transfer depo maka haruslah berpedoman pada Kepmen Praswil No.534/KPTS/M/2001 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal maka di dapat hasil Sbb :
Sesuai dengan hasil analisis diatas maka Jumlah Kebutuhan Gerobak di Kabupaten Soppeng = 16 dan dumptruck = 10 sedang Depo =2065 M²
Belum adanya master plan / rencana induk kota tentang persampahan yang dapat menggambarkan secara nyata dan jelas kondisi sampah di Kabupaten Soppeng dan Kota Watansoppeng pada khususnya merupakan faktor utama yang cukup mengurangi kinerja bidang persampahan. Demikian pula data base persampahan juga sangat diperlukan untuk mengetahui atau kontrol terhadap sampah di Kabupaten Soppeng khususnya Kota Watansoppeng
Belum adanya PSD persampahan di fasiltas-fasilitas pelayanan medis seprti Rumah Saki dan Puskesmas. Sanpah medis masih ditangani secara konvensional.
72
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Salah satu masalah utama yang menjadi penghambat dalam pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan adalah biaya pengelolaan yang tinggi, yang diperparah lagi oleh produktivitas yang rendah mengakibatkan beban keuangan yang berat pada pemerintah daerah. Situasi ini, akan semakin diperburuk lagi oleh kurang efektifnya kebijakan dan strategi secara nasional untuk jangka pendek dan panjang dalam pengelolaan persampahan.
Melihat anggaran yang bersumber dari APBD II terhadap kegiatan pengelolaan persampahan yang cukup minim, maka sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja pelayanan.
4. Faktor Legalitas
Legalitas hukum yang ada sementara ini hanya mengatur masalah persampahan pada umumnya dan retribusi bidang sampah. Namun belum adanya legalitas hukum yang mampu untuk memberikan punishment ataupun reward kepada masyarakat yang mampu memberikan arahan kepada masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan menyongsong piala adipura khususnya bagi masyarakat perkotaan Kota Watansoppeng. 5. Faktor Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat sangatlah diperlukan dalam menjaga kebersihan lingkungan. Demikian pula usaha pemerintah Kabupaten Soppeng yang merencanakan untuk meraih piala adipura. Namun kesadaran akan kebersihan tersebut masih terbatas kepada sebagian masyarakat tertentu saja yang telah sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan.
4.4.4.2. Alternatif Pemecahan Masalah
Ada beberapa hal untuk merencanakan bidang persampahan di Kabupaten Soppeng khususnya di Kota Watansoppeng antara lain
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan 4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan
4.4.5. Sistem Pengelolaan Persampahan Yang Diusulkan
4.4.5.1. Kebutuhan Pengembangan
Kebutuhan pengembangan dalam bidang penyediaan prasarana dan sarana persampahan antara lain :
73
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
Legalitas hukum yang dimaksud adalah adanya aturan ataupun peraturan yang mengatur tentang persampahan. Aturan Perda tentang Retribusi Sampah memang telah ada namun secara teknis tentang pengelolaan dan tata bangunan dan lingkungan tentang persampahan juga perlu diperhatikan mengingat Kabupaten Soppeng telah beberapakali mendapat Piala Adipura. 2. Perencanaan Teknis
Perencana teknis yang dimaksud adalah perencanaan teknis tentang timbulan sampah dimana sampah merupakan suatu unsur dari limbah padat. Adanya perencanaan yang matang yang dihitung dari sampah rumah tangga dan sampah produksi sampai tempat pembuangan akhir.
3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah faktor utama dalam pembangunan yang sementara ini pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana persampahan hanya bergantung kepada APBD Kabupaten.
4. Partisipasi Masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan serta kesadaran mengatur sistim pembuangan sampah dalam hal ini membagi antara sampah organik,anorganik dan sampah plastik.
5. Kampanye dari pemerintah tentang kesadaran tidak membuang sampah sembarang baik itu berupa iklan ataupun sosialisasi berupa pertemuan dengan masyarakat harus segera diwujudkan.
4.4.5.2. Usulan dan Prioritas Program Pengelolaan Persampahan
1. Pengurangan sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya Strategi :
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat akan upaya 3R (reduce-reuse-recycle) dan pengamanan sampah B3 (Bahan Buangan Berbahaya)
rumah tangga
b. Mengembangkan dan menerapkan sistem insentif dan disinsentif dalam pelaksanaan 3R
c. Mendorong koordinasi lintas sektor terutama perindustrian dan perdagangan
2. Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan
Strategi:
a. Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan sampah sejak dini melalui pendidikan bagi anak usia sekolah
74
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
c. Meningkatkan pembinaan masyarakat khususnya kaum perempuan dalam pengelolaan sampah
d. Mendorong pengelolaan sampah berbasis masyarakat
e. Mengembangkan sistem insentif dan iklim yang kondusif bagi dunia usaha/swasta
3. Peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pengelolaan Strategi :
a. Optimalisasi pemanfaatan prasarana dan sarana persampahan b. Meningkatkan cakupan pelayanan secara terencana dan berkeadilan c. Meningkatkan kapasitas sarana persampahan sesuai sasaran
pelayanan
d. Melaksanakan rehabilitasi TPA yang mencemari lingkungan e. Meningkatkan pengelolaan TPA Regional
f. Penelitian, pengembangan, dan aplikasi teknologi penanganan persampahan tepat guna dan berwawasan lingkungan
4. Pengembangan kelembagaan, peraturan dan perundangan Strategi:
a. Meningkatkan status dan kapasitas institusi pengelola b. Meningkatkan kinerja institusi pengelola persampahan
c. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemangku kepentingan lain
d. Meningkatkan kualitas SDM
e. Mendorong pengelolaan kolektif atas penyelenggaraan persampahan skala regional
f. Meningkatkan kelengkapan produk hukum/NPSM sebagai landasan dan acuan pelaksanaan pengelolaan persampahan
g. Mendorong penerapan sistem pengawasan dan penerapan sanksi hukum secara konsisten dalam rangka pembinaan aparat, masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
4.4.5.3. Pembiayaan Pengelolaan
Pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana bidang persampahan ini sampai saat ini masih bergantung pada APBD Kabupaten Soppeng yang dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam bidang pembangunannya dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan bidang pengelolaannya.
75
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
4.5. Analisis Investasi Sub- Bidang Drainase
4.5.1. Petunjuk Umum Sistim Drainase Perkotaan
4.5.1.1.Umum
Secara umum, sistem drainase lingkungan dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu lingkungan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, kolam tando, dan stasiun pompa. Fungsi saluran drainase lingkungan adalah diantaranya yaitu mengeringkan bagian wilayah kota/lingkungan dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif, mengalirkan air permukaan kebadan air penerima terdekat secepatnya, mengendalikan kelebihan air permukaan yang dapat dimanfaatkan untuk persediaan air dan meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
Berdasarkan fungsi pelayanan, sistem drainase lingkungan dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a .Sistem drainase lokal, yang termasuk dalam sitem drainase lokal adalah sistem saluran awal yang melayani suatu kawasan permukiman tertentu seperti kompleks permukiman, areal pasar, perkantoran, areal industry dan komersial. Sistim ini melayani area kurang dari 10 ha. Pengelolaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat, pengembang atau instansi lainya.
b .Sistem drainase utama, yang termasuk dalam sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, dan tersier beserta bangunan kelengkapannya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah.
c. Pengendalian banjir (Flood Control) adalah sungai yang melintasi wilayah kota yang berfungsi mengendalikan air sungai, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Pengelolaan pengendalian banjir merupakan tanggung jawab pemerintah. Berdasarkan fisiknya, sistim drainase terdiri atas saluran primer, sekunder, dan tersier.
76
RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KAB.SOPPENG 2012-2019
b. Sistem saluran sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran air dari saluran tersier dan limpasan air dari permukaan sekitarnya, dan meneruskan air ke saluran primer. Dimensi saluran tergantung pada debit yang dialirkan.
c. Sistem saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran drainase lokal.
4.5.1.2.Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Rencana Program Investasi jangka Menengah Drainase ini adalah :
a. Sebagai pedoman / panduan dalam penyusunan program penanganan drainase b. Penyiapan program penanganan drainase dengan sasaran
individu/kelompok/institusi dari berbagai stakeholder yang terlibat langsung maupun tak langsung dalam penyelenggaraan drainase
4.5.2. Arah Kebijakan Penanganan Drainase
Drainase merupakan kebutuhan masyarakat yang hidup disuatu lingkungan maka drainase ini adalah bagian dari masyarakat itu sendiri. Drainase adalah hidup dalam suatu lingkungan yang tak dapat berdiri sendiri artinya penyediaan prasarana dan sarana drainase ini harus direncanakan secara terpadu dan terarah dan tidak dapat direncanakan atau dilaksanakan secara parsial.
Namun atas karena kebutuhan masyarakat yang mendesak itulah maka pembangunan drainase sementara dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat melalui musrenbang.
4.5.3. Isu-Isu Strategis dan Permasalahan
Isu strategis utama yang ada di wilayah kota Watansoppeng adalah adanya genangan air ( reterded pond ) dibeberapa bagian wilayah kota. Sedangkan permasalahan utama yang dihadapi antara lain :
1. Legalitas ( hukum )
Legalitas hukum yang dimaksud adalah adanya suatu aturan atau peraturan yang mengatur secara teknis tentang rencana tata ruang dan rencana tata banguan & lingkungan di Kabupaten Soppeng
2. Perencanaan Teknis