• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 1501484580BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "6.1 Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 1501484580BAB VI ASPEK TEKNIS PER SEKTOR"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

VI - 1 Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

6.1Pengembangan Permukiman

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh,sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

RPI2-JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2015

(2)

VI - 2

6.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1.Undang – Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2.Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3.Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4.Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.

SPM Bidang Pekerjaan Umum menurut pasal 6 ayat 1 “Pemerintah Kabupaten/Kota menyelenggarakan Pelayanan Dasar Bidang Pekerjaan

(3)

VI - 3

dan Penataan Ruang”

Pasal 7 mengenai Penyelenggaraab SPM bidang Pekerjaan umum dan Penataan ruang dalam bidang Cipta Karya

(1) Penyediaan air minum dengan indikator persentase pendudukyang mendapatkan akses air minum yang aman.

(2) Penyediaan sanitasi dengan indikator :

a.persentase penduduk yang terlayani sistem air limbah yang memadai;

b.persentase pengurangan sampah di perkotaan; c. persentase pengangkutan sampah;

d.persentase pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir(TPA);dan persentase penduduk yang telayani sistem jaringan drainaseskala kota

sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30cm, selama 6 jam) lebih dari

2 kali setahun.

6.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah:

 Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta

mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi

rumah tangga kumuh perkotaan.

 Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif

Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

 Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,

Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

 Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

 Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk

perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah

dibangun.

 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman.

 Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung

(4)

VI - 4 kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing- masing kabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan.

Tabel 6.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota/Kabupaten

No. Isu Strategis Keterangan

(1) (2) (3)

1 Permukiman Kumuh Perkotaan Permukiman kumuh perlu ditanggulangai dan dibenahi agar tidak mengacam keshatan penduduk yang tidak di wilayah sekitar permukiman kumuh.

2 Konversi Lahan Pertanian Berkurangnya lahan pertanian diakibatkan pertumbuhan penduduk yang memicu akan kebutuhan tempat tinggal dan sarana lainnya. Perkembangan ini akan menyebabkan hilangnya lahan kawasan hijau dan perkembangan yang semrawut akan pembangunan

3 Penggunaan lahan di sempadan sungai

Pembangunan di wilayah sempadan sungai yang ada di Kab Purworejo akan mengakibatkan perkembangan potensi permukiman kumuh yang dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan di kawasan sempadan sungai dan berpengaaruh kepada penduduk yang tinggal dan beraktivitas di sekitar sempadan sungai 4 Rawan Genangan dan

Banjir

Kebiasaan penduduk yang bermukim di sepanjang aliran sungai adalah membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai dan anak-anak sungai sehingga selain tercermar kondisi sungai juga dipenuhi oleh sampah. Kondisi ini sangat berpotensi meluapkan air sungai ketika musim penghujan tiba, sehingga menimbulkan genangan dan banjir.

b.Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

(5)
(6)

VI - 6

Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman Perkotaan

NO Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya Amanat Kebijakan Daerah

Jenis Produk Pengaturan

No./Tahun Perihal

(1) (2) (3) (4) (5)

1 RPJPD, Tahun 2005-2025

Nomor 3 Tahun 2010 tentang RPJP

Kabupaten Purworejo Tahun 2005-2025

Urusan Pekerjaan Umum, dengan kebijakan umum meliputi :

1) Peningkatan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan dengan fokus jalan kabupaten dan jalan desa strategis.

2) Peningkatan koordinasi dengan stakeholders terkait dan peningkatan pengembangan wilayah strategis dengan fokus peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan serta infrastruktur pendukung kawasan agropolitan, Jalan Lintas Selatan, aglomerasi Kota Purworejo dan Kutoarjo, Kawasan Bahari Terpadu, dan Kawasan Strategis lainnya.

3) Pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur pengairan. 4) Pengembangan dan konservasi sumberdaya air.

5) Peningkatan dan Pengendalian erosi melalui penanganan pra bencana, darurat dan pasca bencana serta perbaikan manajemen daerah aliran sungai (DAS).

Urusan Perumahan Rakyat, dengan kebijakan umum meliputi :

1)Peningkatan ketersediaan perumahan serta sarana dan prasarana dasar permukiman.

2)Peningkatan kinerja pengelolaan Kebersihan, Pertamanan, Penerangan Jalan, bangunan gedung/rumah negara dan Fasilitas Umum Lainnya.

2 RPJMD Kabupaten

Purworejo 2011-2015

Nomor 2 Tahun 2011 Tentang RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015

1. Peningkatan ketersediaan perumahan serta sarana dan prasarana dasar permukiman.

2. Peningkatan kinerja pengelolaan Kebersihan, Pertamanan, Penerangan Jalan, bangunan gedung/rumah negara dan Fasilitas Umum Lainnya.

3 RTRW Kabupaten

Purworejo 2011-2031

Nomor 27 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah

Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2031

(7)

13

VI - 5

Tabel 6.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Purworejo

No Nama Desa Wilayah Mikro Lokasi

Luas Kawasan Kumuh Kecamatan Purworejo 55.66 32.47.00

Kecamatan Kutoarjo

Luas Kawasan Kumuh Kecamatan Kutoarjo 52.69 56.59.00

Total Luas Kawasan Kumuh Perkotaan Purworejo 108, 35 89,06

No Lokasi Kawasan Kumuh Jumlah Penduduk Miskin RTLH

1 Kutoarjo 248 170

Tabel 6.4 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten Purworejo

(8)

13

VI - 6

Tabel 6.5 Data Program Perdesaan / PPIP Di Kabupaten Purworejo

TAHUN 2012

14 Kaligesing Kaliharjo APBN-P BAIK

(9)

13

VI - 7

32 Pituruh Kalijering APBN-P BAIK

33 Pituruh Somogede APBN-P BAIK

34 Pituruh Kaligondang APBN-P BAIK

35 Kemiri Karangduwur (Bedono) APBN-P BAIK

36 Kemiri Dilem APBN-P BAIK

1 Grabag Harjobinangun APBN REGULER 1 BAIK

2 Grabag Sumberagung APBN REGULER 1 BAIK

12 Kaligesing Tawangsari APBN REGULER 2 BAIK

13 Banyuurip Wangunrejo APBN REGULER 2 BAIK

14 Banyuurip Tegalrejo APBN REGULER 2 BAIK

15 Banyuurip Sokowaten APBN REGULER 2 BAIK

16 Bayan Bandung kidul APBN REGULER 2 BAIK

26 Kemiri Rejowinangun APBN REGULER 2 BAIK

27 Kemiri Samping APBN REGULER 2 BAIK

28 Kemiri Kedungpomahan Wetan APBN REGULER 2 BAIK

(10)

13

1 Grabag Harjobinangun BAIK

2 Grabag Sumberagung BAIK

12 Kaligesing Tawangsari BAIK

13 Banyuurip Wangunrejo BAIK

14 Banyuurip Tegalrejo BAIK

15 Banyuurip Sokowaten BAIK

16 Bayan Bandung kidul BAIK

26 Kemiri Rejowinangun BAIK

27 Kemiri Samping BAIK

28 Kemiri Kedungpomahan Wetan BAIK

29 Kemiri Wonosuko BAIK

Sumber Dinas PU Bid Cipta Karya

c.Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

(11)

13

VI - 9 serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah

Tabel 6.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten Purworejo

No Permasalahan Pengembangan Permukiman Tantangan Pengembangan

(1) (2) (3)

1 Pergeseran orientasi pembangunan dari sektor

pertanian ke sektor perkotaan di tandai dengan

peningkatan intensitas kegiatan baru perkotaan (jasa,

perdagangan dan industri;

Meningkatnya animo

masyarakat membangun rumah

di kawasan strategis perkotaan

3 Meningkatnya intensitas kawasan permukiman di

kawasan Pusat Kota, dan di beberapa lokasi sudah

terbentuk menjadi kawasan kumuh;

Tingginya minat pengembang

membangun perumahan di

kawasan perkotaan

4 Meningkatnya kawasan permukiman di sekitar saluran

irigasi dan memiliki potensi yang tinggi untuk

berkembang menjadi kawasan kumuh baru;

Meningkatnya alih fungsi lahan

di luar peruntukan untuk

perumahan dan permukiman

5 Pelayanan infrastruktur dasar

permukiman belum merata

Meningkatnya kebutuhan

infrastruktur dasar di bidang

perumahan dan permukiman

No Aspek

Fisik

1 Pemukiman yang berkembang secara sporadis

2 Masih banyak ditemukan permukiman yang tidak tertata 3 Banyak bangunan pada kawasan sempadan sungai 4 Terdapat kawasan kumuh

5 Sebagaian Besar merupakan lahan produktif Sosial

9 Kurangnya kepedulian Masyarakat dalam memeliharaan lingkungan

10 Kurangnya Partisipasi masyarakat dalam Pembangunan (Program Pemerintah) 11 tingginya angka kemiskinan

Infrastruktur

16 Kawasan Permukiman tidak memiliki SPAL dan IPAL 17 Jalan Lingkungan masih banyak yang rusak

Kelembagaan

25 Regulasi mengenai pengelolaan persampahan, airbersih, drainase dan sanitasi 26 Belum tersedianya regulasi pengendalian dan pemanfaatan ruang

27 Belum adanya kelompok masyarakat/ lembaga non formal dalam pengelolaan sampah

(12)

13

VI - 10

Pembiayaan

32 Sumber pembiayaan Pembangunan yang terbatas

33 Alokasi Pembiayaan untuk pemeliharaan infrastruktur perkotaan masih terbatas 34 Kurangnya keikutsertaan pihak swasta dalam penyediaan infrastruktur

35 Lemahnya kapasitas pemda dalam menggali potensi pembiayaan

6.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

(13)

13

VI - 18

Tabel 6.7 Perkiraan Kebutuhan Rumah 2016 - 2020

(14)

13

VI - 18

Tabel 6.8 Perkiraan Jumlah / Tipe Rumah yang disediakan 2016 - 2020

(15)

13

VI - 18

6.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

1) Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta

2) Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari:

1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil,

2) Pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE),

3) Desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM.

Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL KSK ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan  Infrastruktur kawasan permukiman kumuh

 Infrastruktur permukiman RSH

 Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

 Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

(Agropolitan/Minapolitan)

 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

 Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil

 Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)

 Infrastruktur perdesaan PPIP

 Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

(16)

13

VI - 19

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 6.1 Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria)

6.1.4 Usulan Program dan Kegiatan

a.Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

b.Usulan Pembiayaan Pengembangan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

Tabel 6.9 Usulan Prioritas Proyek Kumuh Perkotaan

No Nama Desa Lokasi Luas Sumber Dana Rp (*1000)

1 Pangenrejo Pusat Kota 9,17 APBD 1.000.000

2 Mranti Pinggir Kota 4,39 APBD 1.000.000

3 Baledono Pusat Kota 18,41 APBN 6.000.000

4 Purworejo Pusat Kota 14,06 APBD PROP 3.000.000

5 Keseneng Pinggir Kota 2,8 APBD 1.000.000

6 Pangenjurutengah Pinggir Kota 39,3 APBN 1.000.000

7 Kutoarjo Pusat Kota 56,59 APBN 6.000.000

8 Bandung Pinggir Kota 24,14 APBN 6.000.000

9 Semawung Daleman Pinggir Kota 11,92 APBD PROP 3.000.000

10 Bayem Pinggir Kota 9,23 APBD 1.000.000

11 Katerban Pinggir Kota 7,4 APBD 1.000.000

(17)

13

VI - 20

Tabel 6.10 Usulan Pembiayaan Proyek Pengembangan Permukiman Kabupaten Purworejo

No Program Volume Sumber Dana Biaya Rp

(*1000) 1 DED Penanganan Kawasan

Kumuh Kutoaro dan Purworejo

2 Dokumen APBD Kab 80.000

2 Community Action Plan (CAP) 1 Paket APBD Kab 100.000

3 Penyusunan data dan

informasi kawasan berpotensi menjadi kawasan kumuh

1 Dokumen APBD Kab 10.000

4 Penyusunan Identifikasi dan Profil Kawasan Kumuh Perdesaan

1 Dokumen APBD Kab 10.000

5 Rencana tindak penanganan kawasan kumuh perdesaan di kab/kota.

10 Paket APBD Prop 20.000

6 Pendampingan Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman (RPKP) Perkotaan Kab. Purworejo

1 Dokumen APBD Kab 200.000

7 Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman (RPKP) Kota Purworejo

1 Dokumen APBD Kab 500.000

8 Updating Database Perumahan dan Permukiman

1 Dokumen APBD Kab 100.000

9 Pendampingan BSPS (Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya)

APBD Kab 500.000

10 Bantuan Pembangunan Rumah Swadaya (BSPS) 2016

1371 Rumah APBN 13.710.000

11 Bantuan Pembangunan Rumah Swadaya (BSPS) 2017

5513 Rumah APBN 55.130.000

12 Pembangunan Prasarana Pelengkap Rusunawa Bayem

1 Paket APBN

13 Peningkatan jalan poros desa Kawasan Agropolitan Bagelen

12 Paket APBD Kab 14.110.405

14 Peningkatan jalan poros desa Kawasan Agropolitan

Kutobumipitu

APBD Kab

15 Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

5 Paket APBD Kab 5.000.000

16 Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan/Pulau Terluar/Terpencil

8 Paket APBD Kab 5.840.548

17 DED jalan poros desa APBD Kab 500.000

18 Program Infrastruktur Perdesaan

(18)

13

VI - 21

Tabel 6.11 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Purworejo

(19)

VI - 22

6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

6.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

6.2.2 Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

(20)

VI - 23 Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2.

Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

Gambar 6.2 Lingkup Tugas PB

6.2.3 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan A. Isu Strategis

(21)

VI - 24 internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu

"Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka

hijau (RTH) di perkotaan;

(22)

VI - 25 bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan

rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

(23)

VI - 26

Tabel 6.12 Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten/Kota

No Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL di Kab Purworejo

1 Penataan Lingkungan

dan Permukiman

1. Desain Kawasan Perkotaan

2. Kawasan Kota Pusaka

3. Penataan Rumah di kawasan Sempadan

4. Aksesibilitas kaum difabel di pedestrian

Perkotaan

2 Penyelenggaraan

Bangunan Gedung dan

Rumah Negara

1. Aksesibilitas pada bangunan gedung

2. Belum terdapat tim ahli bangunan gedung

3. Terdapat gedung lama yang tidak terpakai

3 Pemberdayaan

Komunitas dalam

Penanggulangan

Kemiskinan

1. Masih banyak warga miskin perkotaan /

permukiman kumuh (Perlu pendampingan)

B. Kondisi Eksisting

Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama.

(24)

VI - 27

Tabel 6.13 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya

Amanat peraturan ini meliputi 1. Ketentuan mengenai fungsi dan

Klasifikasi Bangunan Gedung 2. Persyaratan Bangunan 3. Gedung

4. Penyelenggaraan Bangunan GedunG

5. Tim Ahli Bangunan Gedung 6. Pelayanan Administra 7. Penyelenggaraan Bangunan

Gedung

8. Peran Serta Masyarakat 9. Pembinaan dalam

1. mengarahkan pemanfaatan dan intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang;

2. mewujudkan bangunan yang fungsional sesuai

peruntukannya;

3. mewujudkan bangunan yang sesuai dengan tata bangunan yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;

4. mewujudkan tertib

penyelenggaraan bangunan yang menjamin keandalan teknis bangunan dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

5. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pendirian bangunan yang digunakan serta perlindungan terhadap

kepentingan masyarakat di sekelilingnya;

6. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan dan kepemilikan bangunan; 7. melakukan penertiban dan

inventarisasi terhadap bangunan yang ada di Daerah.

3 Peraturan

1. Menjaga keserasian dab

keseimbangan ekosistem perkota 2. mewujudkan keseimbangan

antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaa 3. meningkatkan kualitas

(25)

VI - 28

Tabel 6.14 Penataan lingkungan Permukiman (Kawasan Tradisional Kab Purworejo)

No Kawasan Tradisional / Bersejarah Dukungan Infrastruktur CK

1 Kawasan Tradisional Somongari Belum ada RTBL dan Rencana Peningkatan Kualitas

2 Kawasan Kota Pusaka Belum adanya masterplan,

DED, Bussines Plan dan Rencana Tindak Penanganan

Tabel 6.15 Penataan lingkungan Permukiman (Luas RTH Perkotaan Kab Purworejo)

1 Alun-alun purworejo 6,1 0,08818852

2 Hutan Geger Menjangan 2,2 0,0318057

3 Lingkungan Terminal Bus Purworejo 2 0,02891427

4 Bumi Perkemahan Arga Putra 4,1 0,05927425

5 GOR WR Soepratman 2 0,02891427

6 Halaman SMUN 7 Purworejo 0,5 0,00722857

7 Halaman Belakang Stasiun KA Purworejo 0,9 0,01301142

8 Monumen Jendral A. Yani 0,5 0,00722857

9 Monumen Jendral urip Sumoharjo 0,5 0,00722857

10 Makam Kerkhof 1,6 0,02313142

11 Ngebong Keseneng 2 0,02891427

12 Halaman Komplek Kodim 0708 0,4 0,00578285

13 Lapangan Garnizun 1,6 0,02313142

14 Lingkungan Yonif 412 1 0,01445713

15 Alun-Alun Kecamatan purworejo 0,5 0,00722857

16 Alun-alun Kutoarjo 3 0,0433714

17 Lapangan Tembak Sekip 0,9 0,01301142

18 Halaman Kantor Kecamatan Kutoarjo 0,3 0,00433714

19 Kawasan Selis Bendung Bandung 0,4 0,00578285

20 Taman Kali Jali 0,3 0,00433714

21 Pasar Hewan Lama Kutoarjo 0,5 0,00722857

22 Lingkungan Stasiun Kutoarjo 0,3 0,00433714

23 Komplek gunung Tugel 2 0,02891427

24 Pasar hewan Baru 0,5 0,00722857

Tabel 6.16 Penataan lingkungan Permukiman (Penanganan Kebakaran Kab Purworejo)

No Instansi / Lokasi Prasaran Kebakaran

1 Alun- Alun Purworejo Tidak ada hidran air

2 Bappeda Tabung Pemadam, Tidak ada

hidran air

3 Dinas Pekerjaan Umum Tabung Pemadam, Tidak ada

hidran air

4 Kabupaten Purworejo Belum ada RISPK (Rencana

Induk Sistem Proteksi Kebakaran)

Tabel 6.17 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

No. Kecamatan Kegiatan PNPM

(26)

VI - 29

C.Permasalahan dan Tantangan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

Penataan Lingkungan Permukiman:

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

• Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL

untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

• Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan

ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage; • Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan

permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

• Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi

efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

• Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,

besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

• Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan

kurang mendapat perhatian;

• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

(27)

VI - 30

• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib

dan efisien;

• Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan

hijau/terbuka, sarana olah raga.

Kapasitas Kelembagaan Daerah:

• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam

pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan

peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

• Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

Tabel 6.18 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Aspek PBL Permasalahan yang dihadapi Tantangan

Pengembangan

Alternati f Solusi

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1. Aspek Teknis

1) Masih adanya permukiman kumuh seluas 197,41 Ha pada tahun 2015 yang tersebar di wilayah Perkotaan hijau/open space atau

(28)

VI - 31 pembangunan

diwilayahnya. 4. Aspek Lingkungan

Permukiman

II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

1. Aspek Teknis

1) Prasarana dan Sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian

2) Banyak Bangunan Gedung Negara yang belum 4) Masih banyaknya aset

negara yang tidak teradministrasi kan dengan baik

Amanat Undang- Undang No. 28 tahun 2002 tentang

6.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:

a.Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

- RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

(29)

VI - 32 rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:

 Program Bangunan dan Lingkungan;

 Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

 Rencana Investasi;

 Ketentuan Pengendalian Rencana;

 Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

(30)

VI - 33 memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

- Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

- Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.1 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sector Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 6.19 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No

Jenis

Pelayanan

Dasar

Sasaran indikator Satuan Target Tahun

2019

(31)

VI - 34

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:

1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat.

6.2.4.Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

(32)

VI - 35 penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung Kriteria Khusus:

 Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda

Bangunan Gedung

 Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda

BG

Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

Berbasis Komunitas

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas:

 Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan;

 Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada

PJM Pronangkis-nya;

 Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kriteria Lokasi :

 Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

 Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;

 Kawasan yang dilestarikan/heritage;

 Kawasan rawan bencana;

 Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha,

fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

 Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;

 Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi

(33)

VI - 36 rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;

 Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka

Hijau (RTH) dan Permukiman

Tradisional/Bersejarah Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

Kriteria Umum:

 Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi

perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau;

 Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan

wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha);

 Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi

Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:

 Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;

 Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

 Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:

 Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia

dengan taman (RTH Publik);

 Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya

bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);

(34)

VI - 37 20% dari luas wilayah kota;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta,

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:

 Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat

(kota/kabupaten);

 Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang

khas dan estetis;

 Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):

 Ada Perda Bangunan Gedung;

 Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;

 Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi

 Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008

ttg Tata Ruang;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:

 Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman

Tradisional-Bersejarah;

 Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;

 Ada DDUB;

 Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;

 Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman

(35)

VI - 38 publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi

 Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;

 Ada lahan yg disediakan Pemda;

 Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan

masyarakat;

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:

 Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;

 Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat

peribadatan, terminal, stasiun, bandara);

 Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial

masyarakat (taman, alun-alun);

 Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

8.2.5 Usulan Program dan Kegiatan PBL

Pada bagian ini usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kabupaten/Kota akan dirangkum dalam tabel 8.21.

Tabel 6.20 Usulan Program Pembiayaan PBL

NAMA PROGRAM VOLUME Sumber Dana

Biaya Rp (*1000)

1 Penyusunan RTBL Kawasan Tradisional Somongari, Kaligesing

1 Dokumen APBD Kab

500.000

2 Penyusunan RTBL Perkotaan Kemiri

(36)

VI - 39 3 Penyusunan RTBL

Perkotaan Purwodadi

1 Dokumen APBD Kab 500.000

4 Penetapan RTBL di Kawasan Pusaka

1 Dokumen APBD Kab 500.000

5 Penyediaan data spasial

perkotaan berbasis GIS 1 Paket

APBD Kab 100.000

6 Penyediaan Peta Dasar Perkotaan Kemiri

1 Paket APBD Kab 250.000

7 Penyediaan Peta Dasar Perkotaan Purwodadi

1 Paket APBD Kab 200.000

8 Pemetaan Kondisi Bangunan 1 Paket APBD Kab 200.000

9 Pembuatan Peta Pusaka 1 Paket APBD Kab 200.000

10 Desain Kawasan Perkotaan Kec.Purworejo

1 Paket APBD Kab 500.000

11 Desain Kawasan Perkotaan Kec.Kutoarjo

1 Paket APBD Kab 500.000

12 Penyusunan DED Kawasan Pusaka

1 Paket APBD Kab 250.000

13 Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan

1 Paket

APBD Kab 100.000

14 Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau (RTH)

1 Paket APBD Kab 100.000

15 Pembuatan Database Perumahan dan Permukiman

1 Paket APBD Kab 100.000

16 Penyusunan RISPK 1 Paket APBD Kab 100.000

17 Penyusunan Bussines Plan Kawasan Pusaka

1 Paket APBD Kab 100.000

18 Pembinaan peningkatan kualitas penyelenggaraan

20 Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung

1 Paket APBD Kab 500.000

21 Pendampingan Penataan lingkungan Berbasis

23 Peningkatan kualitas PS lingkungan permukiman Tradisional dan Bersejarah

1 Paket APBD Kab 2.000.000

24 - Pembangunan Kawasan Tradisional Somongari, Kaligesing

1 Paket APBD Kab 500.000

25 Pengembangan sarana dan prasarana kawasan rawan bencana (Longsor, Banjir, Kebakaran,Tsunami)

APBD Kab 6.000.000

26 Restorasi bangunan - bangunan pusaka

1 Paket APBD Kab 1.000.000

27 Penataan RTH dan RTNH pada kawasan pusaka

1 Paket APBD Kab 1.000.000

(37)

VI - 40 Penataan Kawasan Alun -

Alun Purworejo

1 Paket APBD Kab 1.200.000

30 Renovasi Pulau Taman lanjutan

1 Paket APBD Kab

31 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau pada

lingkungan permukiman

APBD Kab

32 Peningkatan kualitas ruang terbuka hijau Purworejo dan Kutoarjo

APBD Kab

33 Peningkatan kualitas RTH/Taman Pertigaan Bagelen (Kws Agropolitan)

APBD Kab

34 Peningkatan kualitas RTH Taman Pertigaan Pendowo (Kws Agropolitan)

APBD Kab

35 DED Makam Kutoarjo 1 Paket APBD Kab 75.000

36 Penataan Makam 3 lokasi APBD Kab 823.650

37 Pemeliharaan Trotoar 2 Kota APBD Kab 4.000.000

38 Perbaikan Trotoar 1 Paket APBD Kab 4.000.000

(38)

VI - 41

Tabel 6.21 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota

(39)

VI - 42

6.3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM. SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang- undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005. Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup:

 Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan system

penyediaan air minum;

(40)

VI - 43 sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

 Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

 Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum; 2. Pengembangan Pendanaan;

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan;

4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan; 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum;

6. Rencana Pengamanan Air Minum;

7. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat; dan 8. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah

Teknis dan Penerapan Inovasi Teknologi

Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam RPI2JM yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

B.Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum adalah:

i. Aspek Teknis

(41)

VI - 44 terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air, dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan perpipaan dan bukan perpipaan

ii.Aspek Pendanaan

Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening. Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur pelanggan.

iii. Kelembagaan

Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non perpipaan. Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah:

1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan maupun bukan perpipaan;

2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM; 3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan

4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.

iv. Peraturan Perundangan

Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur PDAM dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di kota/kabupaten serta permasalahan terkait dengan pelaksanaan / implementasi peraturan/perundangan tersebut.

v. Peran Serta Masyarakat

(42)

VI - 45

Tabel 6.22 Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten Purworejo 2015

NO URAIAN

Prosentase Pel.Pend. Wil Teknis

(%) 73,04 45,90

(43)

VI - 46

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

i. Permasalahan Pengembangan SPAM

Pada bagian ini, perlu dijabarkan permasalahan pengembangan SPAM sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun permasalahan pengembangan AM pada tingkat nasional antara lain:

1)Peningkatan Cakupan dan Kualitas

a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaan belum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk

b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.

c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah. d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan

harus membayar lebih mahal.

e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai.

f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.

g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air minum yang aman.

2)Pendanaan

a) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan.

b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari pinjaman luar negeri.

c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam pengembangan SPAM masih rendah.

3)Kelembagaan dan Perundang-Undangan

(44)

VI - 47 b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh

penyelenggara SPAM (PDAM).

c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran badan pengelola SPAM di daerah.

4)Air Baku

a) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.

b) Kualitas sumber air baku semakin menurun.

c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi. d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga

menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.

5)Peran Masyarakat

a) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah. b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum

sepenuhnya diberdayakan oleh Pemerintah.

c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yang mencukupi kebutuhannya sendiri.

(45)

VI - 48

Tabel 6.23 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM

No. TAHUN 2015 Kap.Terp. Rata² Idle Kap. KETERANGAN L/dt L/dt L/dt

1 2 3 4 5 6

I. PURWOREJO

- Mata Air Kalinongko 60,00 53,19 6,81 - Sumber Air Mengecil

- Sumur Dangkal Tuksongo I 10,00 9,48 0,52 - Sumber Air Mengecil

- Sumur Dangkal Tuksongo II 5,00 2,72 2,28 - Operasi sesuai kebutuhan

- Mata Air Simbarjoyo I 40,00 36,01 3,99 - Sumber Air Mengecil

- Mata Air Simbarjoyo II 2,00 2,23 -0,23 - Operasi sesuai kebutuhan

- Mata Air Kedungkebo 10,00 4,23 5,77 - Sumber Air Mengecil

- Sumur Dalam Pangenjurutengah 10,00 6,57 3,43 - Sumber Air Mengecil

- Sumur Dalam Sibak 10,00 3,11 6,89 - Operasi sesuai kebutuhan

- IPA Bendung Boro II 20,00 24,50 -4,50 - Melebihi kapasitas terp.

Jumlah 167,00 138,67 24,97

II. KUTOARJO

- IPA Kutoarjo I 20,00 16,24 3,76 - Operasi sesuai kebutuhan

- IPA Kuoarjo II 30,00 33,83 -3,83 - Melebihi kapasitas terp.

Jumlah 50,00 50,07 -0,07

III. B E N E R

- Mata Air Medono 10,00 9,18 0,82 - Sumber Air Mengecil

Jumlah 10,00 9,18 0,82

IV. L O A N O

- Mata Air Ngrau 5,00 2,38 2,62 - Sumber Air Mengecil

Jumlah 5,00 2,38 2,62

V. PURWODADI

- IPA Bendung Boro I 15,00 17,28 -2,28 - Melebihi kapasitas terp.

Jumlah 15,00 17,28 -2,28

VI. BANYUURIP

- Sumur Dalam Condongsari 5,00 0,76 4,24 - Sumber Air Mengecil

- Sumur Dalam Demangan 6,00 1,00 5,00 - Sumber Air Mengecil

- Sumur Dalam Pelahan 10,00 4,76 5,24 - Sumber Air Mengecil

Jumlah 21,00 6,52 14,48

Jumlah Total 268,00 224,10 40,54

(46)

VI - 49

Tabel 6.24 Analisis Permasalahan Pengembangan SPAM

No Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan

(1) (2) (3)

A. 1.

2.

Kelembagaan/Perundangan

Organisasi SPAM Tata Laksana (SOP, koordinasi, dll)

SDM

a) Belum optimalnya kapasitas PDAM untuk memperluas cakupan pelayanannya.

b) Terbatasnya jumlah sumber daya manusia / tenaga kesehatan untuk komunikasi

informasi dan edukasi (KIE) PHBS.

c) Belum terdapatnya perda yang mengatur tentang pembuangan air limbah ke badan

air.

d) Rendahnya kemampuan lobi dan advokasi serta rendahnya pemahaman sanitasi

secara legislatif.

e) Kurangnya koordinasi dan mitra kerja dengan pihak swasta dan lembaga bertaraf

nasional dalam penanganan kondisi sanitasi

B. 1. 2. 3. 4.

Teknis Operasional Sumber Air Baku

Bangunan Intake IPA

Reservoir dan Pompa Distribusi

Jaringan Transmisi Jaringan Distribusi Sambungan Rumah Meter Pelanggan

a) Cakupan pelayanan PDAM yang masih sangat rendah yaitu 27% dari total jumlah

penduduk pada tahun 2011. Hal ini terkait dengan masih tingginya kebocoran air

(26,33% pada Desember 2011) dan terbatasnya debit sumber air baku;

b) Sumber air baku yang saat ini sudah dimanfaatkan PDAM setiap tahunnya

mengalami penurunan kualitas dan kuantitas (debit) akibat pengelolaan daerah

tangkapan air yang kurang baik sementara tuntutan pemanfaat sangat besar

termasuk juga dipergunakan untuk kepentingan irigasi pertanian;

c) Untuk penyediaan sarana prasarana air minum non perpipaan, pada beberapa

daerah di Kabupaten Purworejo sama sekali tidak tersedia sumber air bersih yang

memenuhi standart kesehatan. Kualitas air baku yang digunakan penduduk

sebagian besar dari sumur dengan kondisi air kurang jernih dan mengandung kadar

zat besi ( Fe ) berwarna kekuning – kuningan, sedangkan untuk daerah yang

wilayahnya berdekatan dengan pantai air sumur kelihatan jernih tetapi sedikit

(47)

VI - 50

ii.Tantangan Pengembangan SPAM

Beberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan, agar dapat digambarkan, misalnya :

1) Tantangan Internal:

a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki akses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensi penyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan.

b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum dioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.

c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan tantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.

d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas air baku untuk memenuhi standar yang diperlukan.

e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang belum diberdayakan.

2) Tantangan Eksternal

a) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.

c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals

(MDGs) 2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana

(48)

VI - 51 pembangunan perdesaan.

d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal dan masyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta

e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung iklim investasi yang kompetitif.

6.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan arahan dibawah ini.

A.Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penyediaan air minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need)

maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Pada bagian ini sudah harus diuraikan penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen penyediaan air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta diperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.

(49)

VI - 52

Tabel 6.25 Analisis Kebutuhan SPAM

(50)

VI - 53

Kehilangan Air ( % ) 15,66 14,24 4,28 8,81 17,73 21,18 14,34 4,56 11,08 9,08 12,38

R E K A P I T U L A S I

Jml. Pelanggan ( SR ) 19.101 19.346 19.546 19.808 19.936 19.768 19.862 19.878 20.010 20.049 20.049 Produksi Air ( m³ ) 521.870 529.287 494.566 540.473 539.777 551.559 542.107 565.092 545.726 549.845 5.380.302 Air Terjual ( m³ ) 379.802 344.611 324.722 370.248 350.841 343.926 334.837 399.369 358.180 380.987 3.587.523 Kehilangan Air ( m³ ) 142.068 184.676 169.844 170.225 188.936 207.633 207.270 165.723 187.546 168.858 1.792.779

Kehilangan Air ( % ) 27,22 34,89 34,34 31,50 35,00 37,64 38,23 29,33 34,37 30,71 33,32

Tabel 6.26

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Perkotaan Kabupaten Purworejo Tahun 2012 – 2025

(51)

VI - 54

2012 2015 2020 2025 2012 2015 2020 2025 2012 2015 2020 2025

1 Grabag 52.931 54.242 55.926 57.662 89% 58% 24% 0% 47.035 31204 13557 0

2 Ngombol 37.548 37.796 38.107 38.421 86% 38% 1% 0% 32.373 14234 248 0

3 Purwodadi 41.358 41.332 41.321 41.310 23% 13% 8% 0% 9.573 5349 3332 0

4 Bagelen 36.598 37.242 38.062 38.900 76% 22% 5% 0% 27.916 8295 1826 0

5 Kaligesing 36.073 36.254 36.480 36.708 100% 82% 69% 0% 36.073 29895 25124 0

6 Purworejo 91.084 92.285 93.810 95.359 4% 3% 1% 0% 3.238 2439 1151 0

7 Banyuurip 41.883 42.345 42.929 43.522 19% 5% 2% 0% 8.069 2133 927 0

8 Bayan 48.035 48.320 48.678 49.039 25% 3% 2% 0% 12.168 1425 1122 0

9 Kutoarjo 64.350 64.501 64.690 64.880 24% 8% 2% 0% 15.586 5176 1432 0

10 Butuh 45.768 45.761 45.757 45.754 100% 86% 73% 0% 45.768 39507 33299 0

11 Pituruh 53.909 54.632 55.548 56.480 78% 10% 2% 0% 42.055 5654 850 0

12 Kemiri 55.843 55.921 56.019 56.116 89% 12% 1% 0% 49.700 6943 321 0

13 Bruno 44.503 44.879 45.352 45.831 100% 84% 76% 0% 44.503 37892 34407 0

14 Gebang 42.100 42.186 42.292 42.400 80% 6% 1% 0% 33.661 2321 626 0

15 Loano 36.976 37.521 38.212 38.916 47% 8% 2% 0% 17.398 2952 656 0

16 Bener 57.218 58.725 60.664 62.667 21% 5% 3% 0% 12.094 31 17 0

786.177

793.942 803.847 813.965 56% 25% 15% 0% 437.211 195.449 118.895

-No. Kecamatan Jumlah Penduduk Cakupan Air Bersih Penduduk Terlayani

Jumlah

Tabel 6.27

Proyeksi Kebutuhan Air Minum Perdesaan Kabupaten Purworejo Tahun 2012 – 2025

(52)

VI - 55

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah

Gambar

Tabel 6.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman Perkotaan
Tabel 6.6 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Tabel 6.7 Perkiraan Kebutuhan Rumah 2016 - 2020
Tabel 6.8 Perkiraan Jumlah / Tipe Rumah yang disediakan 2016 - 2020
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang dibuat penulis adalah Self Service peminjaman dan Pengembalian buku.Alat ini bekerja dengan membaca label barcode jenis 128 oleh barcode reader

perlakuan akuntansi keuangan atas aset tetap pada CV Mutiara Wijaya

Setiap disiplin ilmu mencoba masuk dalam dimensi tertentu dari hidup manusia, dari landasan pola berpikir tersebut, maka sikap merasa cukup dengan satu bidang ilmu saja

A simple RC filter with low corner frequency is needed during testing in order to filter the noise present on the voltage source driving the tuning line.

Diamati secara spasial, pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya menempatkan Kalimantan Barat dengan pertumbuhan tertinggi dibanding wilayah

Menurut PP No 28 Thn 2004, bupati/walikota, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cianjur, berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan dengan mengacu pada

Form Laporan Kartu Persediaan adalah form yang digunakan untuk menampilkan laporan kartu persediaan yang berasal dari tabel stock barang berupa kuantitas barang yang masuk

1 kg daging buah Phaleria macrocarpa yang telah dikeringkan ditumbuk halus, kemudian serbuk dimasukkan ke dalam alat soklet (kapasitas 50g) dan dilakukan ekstraksi dengan