• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATUS HUKUM PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KUTAI UNTUK PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATUS HUKUM PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KUTAI UNTUK PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAKSI

Asis Pitria Timor, STATUS HUKUM PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL KUTAI UNTUK PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM (Studi di Proyek Pelebaran Jalan Poros Sangatta-Bontang). Di bawah bimbingan Ibu Haris Retno Susmiyati, S.H.,M.H dan Ibu Poppilea Erwinta, S.H.,M.H.

Hutan di Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana satu bagian dari sumber daya alam yang tidak bisa dipisahkan dari tata kehidupan makhluk hidup.Hutan merupakan bagian luar permukaan lapisan bumi yang tidak terlepas dengan agraria, dimana mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan di segala bidang. Pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan fungsi dan peruntukkannya menyebabkan menyebabkan berbagai masalah yang terkait beberapa kepentingan.

Permasalahan yang diteliti yaitu tentang penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang dengan mengatasnamakan izin pinjam pakai kawasan hutan berdasarkan SK pembangunan jalan tahun 1990 Nomor 70 Menhut-VI/1990 tanggal 7 Februari 1990 dan kendala-kendala dalam penggunaan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk proyek pelebaran jalan tersebut.

Penelitian ini bertujuan mengetahui status hukum penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk proyek pelebaran jalan dengan menganalisis kasus berdasarkan data yang diperoleh secara empiris dan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya penggunaan kawasan Taman nasional hanya untuk sarana kepariwisataan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang penggunaan kawasan Hutan, penggunaan kawasan hutan dan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan hanya pada hutan lindung dan hutan produksi. Akan Tetapi secara faktualnya penggunaan kawasan dapat dilakukan pada kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai dengan mengatasnamakan izin pinjam pakai kawasan hutan berdasarkan SK pembangunan jalan tahun 1990 Nomor 70 Menhut-VI/1990 tanggal 7 Februari 1990.

Kendala dalam proyek pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang adalah lokasi pelebaran jalan yang berada pada kawasan hutan. Penggunaan kawasan hutan konservasi sangatlah tidak mungkin, pada prinsipnya penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Pemanfaatan kawasan hutan tidak dapat dilakukan di kawasan Taman Nasional dalam bentuk izin pinjam pakai kawasan hutan.selain itu lemahnya pengawasan terhadap Taman Nasional Kutai sehingga menyebabkan pelanggaran-pelanggaran penggunaan kawasan hutan.

Dengan demikian tidak diaturnya penggunaan kawasan hutan konservasi untuk pembangunan kepentingan umum, maka menyebabkan berkurangnya kawasan Taman Nasional Kutai oleh penggunaan kawasan yang mengatasnamakan kepentingan umum. secara faktual pemanfaatan kawasan hutan seperti pembangunan untuk kepentingan umum dapat dilakukan pada Taman Nasional Kutai dengan penetapan zona khusus. Pembentukkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut/-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990

(2)

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya berkenaan dengan fungsi pokok kawasan hutan konservasi.

Jadi perlu adanya Revisi terhadap Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dalam hal kepastian hukum penggunaan kawasan hutan Konservasi untuk pembangunan kepentingan umum secara yuridis yang seharusnya juga bisa menetapkan secara factual dan Menteri Kehutanan seharusnya tidak mengeluarkan izin pinjam pakai kawasan hutan dalam Kawasan Taman Nasional Kutai, sehingga kawasan Taman Nasional Kutai tidak terjadi lagi pengurangan kawasan hutan. Jika izin pinjam pakai kawasan hutan dicabut maka dikeluarkan produk hukum baru seseuai dengan hasil revisi pengaturan penggunaan kawasan hutan Taman Nasional Kutai untuk kepentingan umum.

Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Hutan Konservasi, Taman Nasional, Pelebaran jalan, Kepentingan Umum

Pendahuluan

Hutan di Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana satu bagian dari sumber daya alam yang tidak bisa dipisahkan dari tata kehidupan makhluk hidup. Hutan merupakan bagian luar permukaan lapisan bumi yang tidak terlepas dengan agraria, dimana mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan di segala bidang.

Dalam Undang – undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Kekayaan alam dapat berupa hutan, ketentuan tentang hutan terdapat pada Undang - undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167). Hutan memiliki berbagai macam fungsi yaitu sebagai hutan konservasi, hutan lindung dan dan hutan produksi. Pengaturan Taman Nasional Kutai sebagai kawasan hutan konservasi terdapat pada Undang – undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419). Sedangkan ketentuan penggunaan kawasan hutan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5112).

Taman Nasional Kutai merupakan kawasan hutan konservasi yang harus dijaga kelestarian ekosistem yang didalamnya terdapat satwa dan tumbuhan. Berdasarkan Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 pada Pasal 1 ayat (2) menyebutkan bahwa: “konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya”. Sedangkan pada Pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa: “sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur nonhayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem”.

(3)

Pengembangan potensi Taman Nasional Kutai sebagai objek dan daya tarik wisata di Kutai Timurpun merupakan salah satu dari sejumlah Taman Nasional lain di Indonesia yang tidak mendapat arah kebijakan yang jelas dalam pengelolaannya. Taman Nasional Kutai masih menghadapi berbagai masalah yang terkait dengan berbagai kepentingan.Pemanfaatan Taman Nasional Kutai untuk pariwisata seyogyanya dapat mengurangi konflik kepentingan yang ada, dengan tetap menjaga fungsi Taman Nasional Kutai dalam melestarikan lingkungan.

Balai Taman Nasional Kutai adalah institusi resmi yang bertugas mengawal dinamika ekosistem Taman Nasional Kutai, yang memiliki kebutuhan menyiapkan instrumen pengelolaan, yang diharapkan dapat menampung perubahan sehingga mencerminkan kondisi Taman Nasional Kutai secara aktual dan mengamodirnya dalam bentuk langkah – langkah konkret yang dapat menjadi jawaban atas kebutuhan pengelolaan. Akan tetapi menurut pengelola Balai Taman Nasional Kutai, meraka tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan pelebaran jalan poros Sangatta – Bontang.

Dari uraian latar belakang tersebut penulis tertarik ingin melakukan penelitian khususnya status hukum penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan poros Sangatta – Bontang serta kendala - kendala dalam penggunaan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan poros Sangatta – Bontang. Sehingga dari uraian diatas, penulis akan membahas dalam sebuah sekripsi dengan judul: ”STATUS HUKUM PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN HUTAN KONSERVASI TAMANNASIONAL KUTAI UNTUK PEMBANGUNAN BAGI KEPENTINGAN UMUM (Studi di Proyek Pelebaran Jalan Poros Sangatta – Bontang)”. Dengan rumusan masalah sebagai berikut, Bagaimana status hukum penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan Poros Sangatta – Bontang?, Bagaimana kendala – kendala dalam penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan poros Sangatta – Bontang?. Penelitian ini bertujuan Mengetahui status hukum penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan Poros Sangatta – Bontang dan Mengetahui kendala – kendala dalam penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan poros Sangatta – Bontang.

Pengertian Hutan dan Kawasan Hutan

Berdasarkan undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa: ” Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan”. Ada beberapa unsur yang terkandung dari definisi hutan di atas, yaitu: unsur hamparan lahan yang luas, unsur Pepohonan, flora dan fauna, unsur lingkungan, dan unsur ketetapan pemerintah.

(4)

Pengertian Hutan Konservasi dan Taman Nasional

Pada Pasal 1 ayat (9) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan menyatakan bahwa: “hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya”.

Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budi daya, pariwasata, dan rekreasi.1 Sedangkan berdasarkan Pasal 1 ayat (14) Undang-undang Nomor

5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa: “Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi”.

Pengertian Jalan dan Pelebaran Jalan

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.2

Sedangkan pelebaran jalan dapat diartikan proses, cara, perbuatan melebarkan jalan tersebut.3

Pengertian Penggunaan Kawasan Hutan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 1 ayat (5) menyatakan bahwa: Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan kawasan hutan tersebut.

1. Status hukum penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan Poros Sangatta – Bontang

1.1. Dasar Hukum dan Kewenangan Taman Nasional Kutai

Taman Nasional Kutai adalah hutan konservasi yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 325/Kpts-II/1995 pada tahun 1995. Penunjukan Taman Nasional Kutai pada tahun 1995 didasarkan semakin berkurangnya Kawasan Taman Nasional kutai akibat perluasan kota administrasi Bontang dan PT Pupuk Kaltim berdasarkan Surat keputusan Nomor 435/Kpts-II/1991.

1

Arifin Arief, M.P, 2001, Hutan dan Kehutanan, Kanisius,Yogyakarta, halaman, halaman 71.

2

Wikipedia, Pengertian Jalan, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan diakses 3 Oktober 2012.

3

Artikata, Pengertian Pelebaran, dari http://www.artikata.com/arti-370201-pelebaran.html diakses 3 Oktober 2012.

(5)

1.2. Status hukum pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang untuk kepentingan umum

Berdasarkan wawancara dengan Staf Kordinator Lapangan Bina Marga Wilayah 1 Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur proyek pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang menyatakan bahwa proyek pelebaran tersebut merupakan pemeliharan dan perawatan jalan nasional yang dilakukan secara rutin yang merupakan satu paket dengan pembangunan jalan yang dilakukan pada tahun 1990 dengan Surat Keputusan Nomor 70/Menhut-VI/1990 sehingga proyek tersebut tidak harus memiliki Surat Keputusan dari Menteri Kehutanan.

Secara faktual penggunaan kawasan Taman Nasional Kutai dalam penggunaannya berdasarkan zonasi Taman Nasional. Proyek pelebaran jalan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut/-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional berada pada zona khusus.

1.3. Dasar ketentuan penggunaan kawasan hutan Taman Nasional Kutai

Berdasarkan Undang – undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 38 ayat (1) menyatakan bahwa: “Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung”. Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa penggunaan kawasan hutan hanya dapat dilakukan pada hutan produksi dan hutan lindung. Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositemnya menjelaskan kegiatan yang dapat dilakukan dalam kawasan taman nasional adalah untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan wisata alam. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa mengurangi fungsi – fungsi pokok tersebut. ”. Dalam penggunaan kawasan taman nasional hanya dapat dibangun sarana kepariwisataan yang dikelola oleh pemerintah sesuai dengan Pasal 34 ayat (2) Undang – undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekositemnya yang menyatakan bahwa: “Di dalam zona pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam dapat dibangun sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan”.

1.4. Prosedur penggunaan kawasan hutan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Pengunanaan Kawasan Hutan Pasal 2 Menjelaskan bahwa: “Penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengatur penggunaan sebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan.” Sedangkan Pasal 3 ayat (1) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Pengunanaan Kawasan menyatakan bahwa: “Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat dilakukan di dalam kawasan hutan produksi; dan/atau kawasan hutan lindung.”

Keterangan yang dijelaskan oleh Staf Bagian Kordinasi Lapangan Bina Marga Wilayah 1 Provinsi Kalimantan Timur hanya berupa prosedur pelaksanaaan proyek pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang. Izin penggunaan proyek pelebaran jalan hanya berupa surat yang disetujui oleh Menteri Kehutanan. Surat persetujuan tersebut merupakan satu paket dengan izin pinjam pakai kawasan hutan pada pembangunan jalan di tahun 1990 dengan Surat Keputusan Nomor 70 Menhut-VI/1990. Prosedur yang dijelaskan oleh Staf Bagian Kordinasi Lapangan Bina Marga Wilayah 1 Provinsi Kalimantan Timur tidak sesuai dengan peraturan pedoman pinjam pakai kawasan hutan. Dalam

(6)

peraturan pedoman pinjam pakai kawasan hutan, adanya syarat teknis permohonan yang harus memperhatikan kondisi hutan. Kondisi hutan kawasan Taman Nasional Kutai yang semakin berkurang kawasannya dan juga status dari Taman Nasional Kutai sebagai kawasan hutan konservasi tidak memenuhi syarat untuk permohonan izin pinjam pakai kawasan hutan.

2. Kendala – kendala dalam penggunaan lahan kawasan hutan konservasi Taman Nasional Kutai untuk pembangunan bagi kepentingan umum di proyek pelebaran jalan poros Sangatta – Bontang

2.1. Kebutuhan pembangunan untuk kepentingan umum dikawasan Taman Nasional Kutai

Kendala proyek pelebaran jalan Poros Sangatta-Bontang adalah lokasi pelebaran jalan yang berada di kawasan Taman Nasional Kutai. Pada kawasan konservasi tidak diperbolehkan adanya penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan diluar dari kegiatan kehutanan. Jika ada pelepasan kawasan hutan, pelepasan kawasan hutan hanya dilaksanakan dalam bentuk pelepasan untuk pemukiman transmigrasi dan pelepasan kawasan untuk budidaya pertanian.

pada prinsipnya penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Dalam Undang-undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 19 ayat (1) menjelaskan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. Penelitian terpadu dilaksanakan untuk menjamin obyektivitas dan kualitas hasil penelitian, maka kegiatan penelitian diselenggarakan oleh lembaga pemerintah yang mempunyai kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah bersama-sama dengan pihak lain yang terkait. Berdasarkan Dalam Undang-undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 19 ayat (2) menjelaskan perubahan peruntukan kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Yang dimaksud dengan penting dan cakupan luas serta bernilai strategis adalah perubahan yang berpengaruh terhadap kondisi biofisik seperti perubahan iklim, ekosistem, dan gangguan tata air, serta sosial ekonomi masyarakat bagi kehidupan generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

2.2. Pengaturan pada tingkat Menteri yang berbeda dengan ketentuan Undang-undang

Pemanfaatan kawasan hutan tidak dapat dilakukan di kawasan Taman Nasional Kutai dalam bentuk izin pinjam pakai kawasan hutan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, pemanfaatan hanya dapat dilakukan untuk tujuan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekositemnya sebagaimana dijelaskan pada Pasal 26 yaitu melalui kegiatan:

a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam; b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa.

Akan tetapi proyek pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang dilakukan pada zona khusus yang telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dengan Peraturan Menteri Nomor: P.56/Menhut/-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional. Dasar pembentukan Peraturan Menteri Nomor: P.56/Menhut/-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta

(7)

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pembentukkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut/-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya berkenaan dengan fungsi pokok kawasan hutan konservasi.

. Berdasarkan tata urut produk hukum di Indonesia Undang-undang lebih tinggi kekuatan hukumnya dibandingkan dengan Peraturan Menteri. Dalam peraturan Menteri tidak ada sanksi hukum bagi yang tidak mematuhinya, berbeda dengan Undang-undang memiliki sanksi yang tegas bagi pihak yang melanggar. Undang-undang lebih diutamakan daripada Peraturan Menteri. Dalam berlakunya suatu peraturan perundang-undangan terdapat asas lex superior

derogate legi inferiori yang menjelaskan bahwa undang-undang yang

tingkatannya lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan undang-undang yang kedudukannya lebih tinggi dalam mengatur hal yang sama.4

2.3. Kelemahan dalam pengawasan Taman Nasional Kutai

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak Balai Taman nasional Kutai terkendala pada kurangnya tenaga pengawas. Hal ini mengakibatkan kurang maksimalnya pengawasan yang dilakukan Balai Taman Nasional Kutai. Secara keseluruhan pengawasan Taman Nasional Kutai terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi baik didalam zona inti maupun zona lainnya, Balai Taman Nasional Kutai dibantu oleh Kepolisian Kota Bontang.

Penutup

Taman Nasional Kutai adalah hutan konservasi yang ditunjuk oleh Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor 325/Kpts-II/1995 pada tahun 1995. Didalam Taman Nasional Kutai terdapat beberapa penggunaan kawasan hutan diluar kepentingan konservasi salah satunya penggunaan kawasan hutan untuk pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang. Proyek pelebaran jalan tersebut dilakukan berdasarkan pemeliharan dan perawatan jalan nasional yang dilakukan secara rutin yang merupakan satu paket dengan pembangunan jalan yang dilakukan pada tahun 1990 dengan Surat Keputusan Nomor 70/Menhut-VI/1990. Proyek pelebaran jalan tersebut menggunakan izin pinjam pakai kawasan hutan. Pelebaran jalan dilakukan pada kawasan zona khusus Taman Nasional Kutai yang telah ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya penggunaan hutan konservasi hanya untuk sarana kepariwisataan sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang penggunaan kawasan Hutan, penggunaan kawasan hutan dan pemberian izin pinjam pakai kawasan hutan hanya pada hutan lindung dan hutan produksi. Secara yuridis penggunaan kawasan Taman nasional untuk pembangunan kepentingan umum tidak dibenarkan. Penggunaan kawasan hutan konservasi harus dilakukan melalui alih fungsi atau perubahan peruntukan kawasan hutan sesuai dengan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 19 ayat (2) yang menjelaskan perubahan kawasan hutan yang berdampak penting dan cangkupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

4

Riduan Syarani, 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, halaman 105.

(8)

Pada prinsipnya penggunaan kawasan hutan harus sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Pemanfaatan kawasan hutan tidak dapat dilakukan di kawasan Taman Nasional dalam bentuk izin pinjam pakai kawasan hutan. Namun dalam kenyataannya pemanfaatan kawasan hutan seperti pembangunan untuk kepentingan umum dapat dilakukan pada Taman Nasional Kutai dengan penetapan zona khusus. Pembentukkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.56/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya berkenaan dengan fungsi pokok kawasan hutan konservasi. Kelemahan dari pengaturan penggunaan kawasan hutan adalah tidak diaturnya penggunaan kawasan hutan koservasi Taman Nasional untuk pembangunan kepentingan umum. Pembangunan jalan pada kawasan Taman Nasional Kutai secara faktual bahwa pentingnya jalan tersebut bagi akses tiga (3) kota yang berada di Provinsi Kalimantan Timur yang perlu ada pengaturan khusus untuk kepentingan umum.

Perubahan peruntukkan kawasan hutan Taman Nasional Kutai yang digunakan untuk pembangunan jalan dan proyek pelebaran jalan poros Sangatta-Bontang yang berdasarkan ketentuan Undang-undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 19 ayat (2) menjelaskan perubahan peruntukan kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Menteri Kehutanan seharusnya tidak mengeluarkan izin pinjam pakai kawasan hutan dalam Kawasan Taman Nasional Kutai, sehingga kawasan Taman Nasional Kutai tidak terjadi lagi pengurangan kawasan hutan. Jika izin pinjam pakai kawasan hutan dicabut maka dikeluarkan produk hukum baru sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah berlaku.

Menteri Kehutanan harus mengevaluasi izin-izin pinjam pakai kawasan hutan yang berada pada kawasan Taman Nasional Kutai dengan mengupayakan perubahan peruntukan atau alih fungsi kawasan hutan yang digunakan untuk keperluan pembangunan diluar dari fungsi kehutanan.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Grafindo Persada, Jakarta

Arief M.P., Arifin., 2001, Hutan dan Kehutanan, Kanisius,Yogyakarta.

H.S, Salim., 2006, Dasar – Dasar Hukum Kehutanan, Sinar Grafika, Jakarta. Hasanuddin, 2004, Pengantar Ilmu Hukum, PT. Pustaka Al Husna Baru,

Jakarta,

Muhammad, Abdulkadir., 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditiya Bakti, Bandung.

Sutedi, Adrian, 2008, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan, PT. Sinar Grafika, Jakarta.

Sunggono, Bambang., 2006, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soejono., 2002, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan

Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soejono., 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Soekanto, Soejono., 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo., 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Syarani, Riduan., 1999, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

B. Peraturan Perundang – Undangan

Republik Indonesia, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

Republik Indonersia, Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

(10)

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang

Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut/-II/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 38 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

C. Dokumen Skripsi dan Tesis

Zulaifah, Siti., 2006, Pemanfaatan Sumber Daya Hutan Bersama untuk Pengembangan Kawasan Hutan Regaloh di Kabupaten Pati Jawa Tengah, Tesis, Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.

G. E. B., Theodorus., 2009, Analisa Hukum Terhadap Pembuatan Jalan Pada Kawasan Hutan Lindung Pulau Nunukan Di Wilayah Kabupaten Nunukan, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda.

Mulyana, Opik Taufik., 2009, Pengalihan Status hutan Lindung Menjadi Hutan Industri Dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Liq, Michael., 2010, Penetapan Kawasan Taman Nasional Kutai Dalam Perspektif Agraria Ditinjau Dari Undang – undangNomor 41 Tahun 2009 tentang Kehutanan, Skripsi, Fakultas Hukum Unversitas Mulawarman, Samarinda.

Manurung, Yulius Alexander., 2011, Tinjauan Yuridis Proses Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan pembangunan Untuk Kepentingan Umum Studi Kasus Jalan Tol Cinere-Jagorawi, Depok, skripsi Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta.

D. Artikel dan Jurnal

Fadli. Moh. Noch,S.H., Kajian Status Hukum Taman Nasional Kutai, http://www.kajian-status-hukum-taman-nasional.html, diakses 29 April 2012.

(11)

Setyo Raharjo, Pembangunan Kehutanan di Kalimantan, dari http://www.Beritabumi.or.id/?g=liatinfo&infoID=ID0009&ikey=3 diakses 18 Mei 2012.

Tinjauan Yuridis Peraturan Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dari

http://mknunsri.blogspot.com/2010/07/tinjauan-yuridis-peraturan-pengadaan.html, diakses 20 Mei 2012.

Wikipedia, Pengertian Jalan, dari http://id.wikipedia.org/wiki/Jalan diakses 3 Oktober 2012.

Artikata, Pengertian Pelebaran, dari http://www.artikata.com/arti-370201-pelebaran.html diakses 3 Oktober 2012.

Samarinda Pos Online, Infrastruktur Bontang-Sangatta Rusak, dari http://www.sapos.co.id/index.php/berita/view/Rubrik/18 diakses 30 Oktober 2012.

Berita Kaltim, Pemeliharaan Rutin dan Berkala Serta Peningkatan Jalan, dari http://www.kaltimprov.go.id/index.php diakses 30 Oktober 2012. Brief, Kebijakan pengelolaan zona khusus dari http://www.cifor.cgiar.org

diakses tanggal 27 Januari 2013. E. Dokumen Hukum dan Hasil Penelitian

Menteri Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Statistik Balai Taman Nasional kutai Tahun 2010.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 435/Kpts-II/1991 tentang Pelepasan Sebagian Kawasan Taman Nasional Kutai CQ. Suaka Marga Satwa Kutai Di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kutai, Provinsi Daerah Tingkat 1 Kalimantan Timur Seluas 1.371 (Seribu Tiga Ratus Satu) Hektar Untuk Perluasan Kota Administratif Bontang Dan PT. Pupuk Kalimantan Timur.

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 325/Kpts-II/95 tentang Perubahan Fungsi Dan Penunjukan Daerah Tinggkat II Kutai Seluas 198.629 (Seratus Sembilan Puluh Delapan Ribu Enam Ratus Dua Puluh Sembilan) Hektar Menjadi Taman Nasional Dengan Nama Taman Nasional Kutai.

Surat-surat keputusan dan PHPA, 1991, Balai Taman Nasional Kutai.

Wawancara tanggal 2 Januari 2013 dengan Bapak Djumadi, Staf Bagian Informasi dan Data Balai Taman Nasional Kutai.

Wawancara tanggal 18 Desember 2012 dengan Bapak Ibnu Satria, Staf Kordinator Lapangan Bina Marga Wilayah 1 Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur.

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh guru terutama guru matematika di sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menyusun strategi dalam proses pembelajaran2.

Harsono (2002:28) Latihan adalah suatu proses yang sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani seseorang atlet dengan suatu aktifitas yang dipilih,

Keunggulan dari produk Jabatex tidak hanya dari kualitas dan designnya tetapi juga terletak pada tiap komponen produksi, dari benang sampai akhirnya menjadi kain yang di ekspor

Skala ini disusun sendiri oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui kontrol diri yang dimiliki remaja pada siswa kelas VIII SMP Yuppentek 2

Hal ini sangat relevan dengan pemikiran Iwan Triyuwono tentang teori Shariah Enterprise Theory (SET) teori ini dapat memurnikan kembali tujuan sebuah institusi

Etika bisnis adalah suatu ilmu berdasarkan pada moral yang benar dan salah. yang berkaitan pada tindakan moral yang dilaksanakan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku

Pelatihan Keterampilan Pembuatan Keranjang Buah dari Bambu untuk Merintis Kewirausahaan bagi Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Provinsi

Program peningkatan kapasitas penegak hukum dan pengarusutamaan Hak Asasi Manusia di Papua ini, telah dilakukan sejak tahun 2010, dengan berbagai aktivitas kegiatan turunan