INCREASING THE ABILITY TO WRITE AN AUTHORSHIP
NARRATIVE WITH WRITING PROCESS MODEL
Cecep Mardiansyah1, Didin Syahruddin2, Helmi Ismail3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan siswa dalam menulis karangan masih rendah, siswa kurang mampu menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut salah satunya guru kurang membimbing ketika proses pembelajaran menulis dan kurang tepatnya dalam menggunakan metode dan model pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model proses menulis di kelas IV SDN Ciporeat I. Dan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model proses menulis. Penelitian ini dilakukan di kelas IV yang berjumlah 36 siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desai Elliot yaitu terdiri dari 3 siklus, setiap siklus terdiri dari 3 tindakan. Dalam setiap siklus menggunakan model proses menulis. Tahapan dalam pembelajaran dengan menggunakan model proses menulis terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan pramenulis, menulis dan pasca menulis. Dalam pramenulis yaitu menentukan tema dan judul karangan dan membuat kerangka karangan, kemudian menulis yaitu mengembangkan kerangka karangan (draf), dan pascamenulis yaitu memperbaiki tulisan. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan menulis karangan narasi dengan menggunakan model proses menulis dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam membuat karangan narasi. Hal tersebut terlihat dari hasil rata-rata yang diperoleh siswa yang mengalami peningkatan dari setiap siklus yaitu siklus I yaitu 69,4, kemudian dilakukan siklus II dengan hasil rata-rata siswa yaitu 74,6 dan siklus III rata-rata yaitu 76,7. Simpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model proses menulis mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam membuat karangan narasi. Rekomendasi peneliti khususnya untuk guru bahwa dalam pembelajaran menulis, model proses menulis bisa menjadi alternatif untuk diterapkan di kelas.
Kata Kunci : Menulis, Model Proses Menulis
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101386 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
INCREASING THE ABILITY TO WRITE AN AUTHORSHIP
NARRATIVE WITH WRITING PROCESS MODEL
Cecep Mardiansyah1, Didin Syahruddin2, Helmi Ismail3 Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
This study background is the low ability of the student to write an authorship, student less able to express their ideas into writings. One of the cause is the teacher guide them less in the writing learning process and a mistake in using method and learning model. The goal of this study is to know about the process of writing an authorship narrative with writing process model in class IV SDN Ciporeat I. And to increase the ability to write an authorship narrative with writing process model. The study take place in class IV that contain 36 students. The method that used in this study is Class Action Study with Elliot design that contains 3 cycles, every cycle contains 3 actions. In every cycle used writing process method. In this model there are three steps which is pre-writing, writing and post-writing. Pre-writing is to determine the theme and tittle of the authorship and to make an outline, and then writing which is to expand the ouline (draft), and post-writing which is to perfecting the writing. The result of this study show the ability of writing an authorship narrative with the used of writing process model can increased student ability to write an authorship narrative. This can be seen from the student’s average result that increased from every cycle that is cycle I is 69,4, and in cycle II is 74,6 and in cycle III is 76,7. Conclusion of this study is learning to write an authorship narrative with the use of writing process model can repair and increased the student’s ability to write an authorship narrative. Researcher recommend that in writing learing teacher can use writing process model as an alternative to applied in class.
Keywords : Write, Writing Process Model
1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1101386 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena dengan pendidikan itu sendiri manusia dapat menyesuaikan diri dengan kehidupannya. Pada hakikatnya pendidikan merupakan sesuatu yang direncanakan setiap orang untuk mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki agar memiliki kepribadian yang baik, cerdas, berakhlak mulia serta mempunyai keterampilan yang akan berguna untuk orang lain. Sejalan dengan pengertian pendidikan dalam Undang-undang RI no 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan yaitu usaha secara sacara sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (dalam Sadulloh, 2011, hlm. 56). Dengan kata lain pendidikan
merupakan suatu usaha untuk
memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan itu sendiri bisa didapatkan melalui jenjang formal maupun non formal. Selain itu ada pula tujuan pendidikan itu sendiri yakni
untuk menjadikan manusia yang
berakhlak mulia yang berguna khususnya bagi diri sendiri, umumnya untuk orang lain bahkan negaranya itu sendiri.
Selain itu ada pula tujuan pendidikan itu sendiri yakni untuk menjadikan manusia yang berakhlak mulia yang berguna khususnya bagi diri sendiri, umumnya untuk orang lain bahkan negaranya itu sendiri.
Seiring dengan tujuan pendidikan di
atas, pendidikan harus mampu
merealisasikan tujuan pendidikan
tersebut, banyak hal yang dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan salah satu upayanya yaitu dengan adanya perubahan kurikulum, di Indonesia sudah sering kali terjadi perubahan kurikulum. Hal ini terjadi karena, tuntutan jaman yang semakin berkembang pesat. Saat ini Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang
digunakan pada saat ini. Dalam
penjabarannya khususnya untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia, Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlau, baik secra lisan maupun tulisan.
2. Menghargai dan bangga
menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.
3. Memahami bahasa Indonesia dan
menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahasa Indonesia
untuk meningkatkan kemampuan
intelektual serta kematangan
emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahasa.
6. Menghargai dan membanggakan
sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. (Depdiknas, 2006:1). Menilik dari tujuan-tujuan di atas di dalam KTSP sangat ditekankan kepada siswa agar mencintai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
Dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia terdapat empat keterampilan
yang harus dikuasai oleh siswa.
Keterampilan-keterampilan itu di
antaranya keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pada saat guru membelajarkan salah satu keterampilan berbahasa, pasti akan terkait
dengan keterampilan-keterampilan
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah untuk berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik melalui lisan maupun tulisan kemudian selain itu siswa diharapkan memiliki
kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, kematangan
emosional, dan kematangan sosial.
Pembelajaran bahasa Indonesia itu
sendiri memiliki empat komponen
keterampilan berbahasa, meliputi
keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan
keterampilan menulis. Keempat
keterampilan berbahasa itu saling berkait
satu sama lain, sehingga untuk
mempelajari salah satu keterampilan
berbahasa, beberapa keterampilan
berbahasa lainnya juga akan terlibat. Sebagai materi pembelajaran, kegiatan
berbahasa yang mencakup empat
keterampilan berbahasa tersebut perlu
mendapatkan perhatian dalam
pelaksanaannya, termasuk juga
pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis di SD. Jika dikaitkan dengan pembelajaran di SD, tujuan pembelajaran menulis yaitu untuk mengembangkan kemampuan menulis para siswa, dapat memperluas dan meningkatkan kosa kata
yang belum diketahui, memiliki
kemampuan untuk menuangkan ide atau gagasan dengan cara membuat tulisan yang menarik untuk dibaca, diantaranya mereka harus dapat menyusun dan menghubungkan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga menjadi karangan yang utuh dan banyak
hal lainnya. Tetapi kenyataannya
keterampilan menulis para siswa di Indonesia hingga kini masih terdapat
kesenjangan antara harapan dan
kenyataaan yang ada di lapangan.
Dalam kenyataanya sampai saat ini kemampuan menulis siswa yang ada di
Indonesia masih rendah. Hal ini bisa
dilihat dari kemampuan menulis
karangan banyak siswa yang hanya menulis sekali jadi, padahal dalam pembelajaran menulis merupakan proses yang tidak langsung jadi, melainkan bertahap seperti ada tahap pramenulis,
tahap menulis hingga tahap
pascamenulis.
Sebenarnya ada beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan menulis siswa itu rendah, salah satunya adalah faktor dari guru itu sendiri ketika dalam pembelajaran menulis sering kali guru membiarkan siswanya ketika menulis, tidak membimbing siswanya ketika menulis malahan gurunya meninggalkan siswa di kelas ketika proses menulis. Faktor selanjutnya yaitu kurang tepatnya guru dalam menggunakan metode yang dipakai dalam pembelajaran menulis
sehingga mempengaruhi pemahaman
siswa. Abidin (2012, hlm. 191)
menyebutkan bahwa
Sampai saat ini masih banyak para guru yang mengajarkan menulis dengan
menggunakan pendekatan gramatis
sebagai pendekatan utamanya.
Penggunaan pendekatan ini sebagai pendekatan utama menyebabkan siswa enggan menulis sebab ia harus terlebih dahulu banyak belajar tentang bahasa.
Dalam praktiknya, guru yang
menggunakan pendekatan ini secara dominan akan cenderung memberikan penguatan tata bahasa dalam menulis dibanding dengan bagaimana siswa mengemukakan gagasan dalam menulis agar lebih baik. Akhirnya, siswa mungkin pandai bahasa namun lemah dalam isi.
Selain dari faktor guru yang
mempengaruhi kemampuan menulis
siswa, ada juga faktor dari siswa juga seperti tidak konsentrasi ketika proses pembelajaran menulis, kemudian ada juga siswa yang memang sering sekali
mengalami kesulitan ketika akan
melanjutkan sebuah karangan karena terlalu banyak berpikir sehingga menyita
waktu yang lama yang menyebabkan tulisan tidak pernah selesai. Masalah seperti ini sebenarnya bisa disebabkan juga karena memang siswa jarang sekali membaca buku sehingga sulit menyusun kata-kata untuk dituangkan dalam sebuah karangan.
Melihat kondisi di atas memang seharusnya adanya suatu perubahan atau perbaikan didalam pembelajaran menulis, salah satunya memang dari guru sendiri misalnya guru harus merubah gaya
belajar dalam proses pembelajaran
menulis. Di sini guru harus cerdas dalam memilih model pembelajaran menulis karena jika guru tidak tepat dalam memilih model pembelajaran, proses pembelajaran menulispun tidak akan maksimal. Dengan memperhatikan model pembelajaran yang tepat diharapkan adanya suatu perubahan yang signifikan supaya kemampuan siswa dalam menulis menjadi lebih baik lagi, sehingga menjadikan para siswa yang kreatif dalam menulis dan mencintai menulis.
Berdasarkan kondisi di atas penulis ingin melakukan penelitian mengenai
pembelajaran menulis di SD,
penelitiannya berjudul “Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Model Proses Menulis di Kelas IV SD Semester 2”. Peneltian dengan menggunakan model proses menulis ini
diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis.
Dimana model proses menulis ini menekankan aktivitas siswa. Model ini juga memiliki beberapa tahapan yaitu tahap pramenulis, tahap menulis dan tahap pascamenulis. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan model proses
menulis dalam meningkatkan
kemampuan menulis karangan
narasi?
2. Bagaimana kemampuan siswa dalam
menulis karangan narasi setelah menggunakan model proses menulis?
Adapun tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penerapan model proses menulis dalam meningkatkan
kemampuan menulis karangan
narasi.
2. Meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis karangan narasi setelah menggunakan model proses menulis.
Menulis merupakan suatu aktivitas menuangkan pikiran, gagasan maupun ide dalam bentuk tulisan untuk dipahami oleh pembaca sebagai alat komunikasi
tidak langsung. Pendapat yang
dikemukakan oleh Akhdiah (dalam Abidin, 2012 hlm 181) memandang ‘menulis adalah sebuah proses, yaitu proses penuangan gagasan atau ide ke
dalam bahasa tulis yang dalam
praktiknya proses menulis diwujudkan dalam beberapa tahap yang merupakan suatu system yang utuh’.
Menurut Graves (dalam Yunus, dkk. 2009 hlm 1.4) bahwa menulis memiliki beberapa manfaat yaitu menulis dapat
mengembangkan kecerdasan,
mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan kepercayaan
diri dan keberanian, mendorong
kebiasaan serta menumpuk kemampuan dalam menemukan, mengumpulkan, dan mengorganisasikan informasi.
Ada beberapa jenis tulisan, salah satunya adalah karangan narasi. Narasi adalah karangan yang menyampaikan serangkaian peristiwa dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan ini harus memenuhi rasa ingin tahu pembaca. Dalam menulis karangan narasi perlu
dilakukan beberapa tahap, karena
menulis itu sendiri merupakan sebuah proses dimana memerlukan beberapa
tahap dalam menulis dan tidak langsung jadi. Model yang bisa digunakan dalam menulis narasi adalah model proses
menulis. Model proses menulis
merupakan model pembelajaran menulis yang menekankan aktivitas siswa dalam menulis sehingga siswa dapat menulis
dengan baik yang mampu
mengembangkan ide maupun
gagasannya kedalam bentuk tulisan yang melalui tahap pramenulis, tahap menulis dan tahap pascamenulis.
Model proses menulis merupakan pembelajaran menulis yang paling awal dikembangkan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa model-model yang lain dikembangkan atas dasar model ini. Model proses menulis pada dasarnya adalah model pembelajaran menulis
yang menekankan aktivitas siswa
menulis sesuai dengan tahapan menulis itu sendiri. Dengan demikian siswa
harus mampu secara mandiri
menemukan ide, mengorganisasi ide, dan reproduksi ide dalam sebuah tulisan. (dalam Abidin, 2012 hlm 198).
Adapun langkah-langkah menulis narasi dengan menggunakan model proses menulis.
1. Tahap Pramenulis
Pada tahap ini penulis harus menentukan tema dan amanat apa yang akan disampaikan, kemudian
penulis menuliskan rancangan
peristiwa yang akan ditulis atau membuat kerangka karangan dan menentukan mana bagian awal, isi, dan akhir.
2. Tahap Menulis
Pada tahap ini memasukan
tokoh-tokoh dalam peristiwa,
kemudian mengembangkan kerangka
karangan yang telah dibuat
sebelumnya
3. Tahap Pascamenulis
Pada tahap akhir ini penulis membaca ulang dan memeriksa ulang hasil karangan yang telah dibuat untuk
menemukan kesalahan dalam
penggunaan bahasa, kejelasan tulisan, maupun kesalahan lainnya. Kemudian
penulis memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam karangannya, dan membaca kembali untuk memastikan karangan telah diperbaiki dan tidak ada kesalahan lagi dalam tulisannya.
Setelah itu penulis dapat
mempublikasikan tulisannya.
METODE
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian
tidakan kelas (classroom-based action research). Penelitian tindakan kelas (PTK) pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan untuk memecahkan
masalah, mengkaji langkah
pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus (Abidin, 2011 hlm 217).
Dalam pelaksanaannya penelitian tidakan kelas ini peneliti akan memilih menggunakan model PTK Elliot. Model Elliot ini memiliki 3 siklus yang di dalamnya terdapat 3 tindakan.
1. Ide Awal
Pada tahap pertama dalam meneliti adalah menentukan ide awal dimana ide awal ini adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat dan menemukan masalah-masalah apa aja yang
terjadi disekolah. Lebih
khususnya lagi dalam proses pembelajaran di kelas. Dengan
demikian peneliti mencari
permalahan yang terjadi di
sekolah dengan melakukan
observasi lapangan kemudian
menemukan masalah yaitu
rendahnya kemampuan menulis siswa dalam mengarang narasi. 2. Temuan Analisis
Pada tahap kedua ini peneliti mengumpulkan informasi tentang
masalah yang ditemukan di
memfokuskan dan menganalisis masalah yang akan diteliti yaitu rendahnya kemampuan menulis siswa dalam menulis karangan narasi.
3. Rencana Umum
Rencana umum merupakan
rencana awal tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang peneliti untuk menjawab masalah penelitian
yang ditemukan dikelas atau
disekolah. Pada tahapan ini, seorang peneliti akan membuat RPP dan menyediakan bahan-bahan yang akan
diperlukan dalam melakukan
penelitian.
4. Implementasi Tindakan
Pada tahap ini melaksanakan perencanaan yang telah disusun peneliti dengan tujuan meningkatkan, merubah atau memperbaiki masalah-masalah penelitian yang ditemukan oleh peneliti dikelas. Tentunya dalam tahap ini, seorang peneliti akan melakukan perlakuannya didasarkan pada langkah-langkah tindakan yang direncanakan pada tahap rencana umum.
5. Pada tahap ini yaitu impelemtasi tindakan, dimana peneliti akan mulai
melakukan penelitian dengan
memberikan perlakuan terhadap
siswa guna meningkatkan, merubah
atau memperbaiki permasalahan
yang ditemukan oleh peneliti.
Perlakuan tersebut berupa
pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas. Pembelajaran ini akan dilaksanakan sebanyak 3 siklus dimana setiap siklus terdapat 3 tindakan. Memonitor Implementasi dan efeknya. Setelah melalukan
perlakua atau siklus 1, maka
selanjutnya memonitoring
Implementasi dan efeknya. Pada tahap ini yaitu peneliti harus mengamati dan mengawasi kegiatan
pembelajaran yang sedang
berlangsung. Peneliti akan mencatat
hasil implementasi yang telah
dilakukan pada tahap selanjutnya. Pada tahap ini pula peneliti harus menilai apakah implementasi yang telah dilakukan telah menunjukan peningkatan atau malah sebaliknya.
6. Penjelasan kegagalan dalam
implementasi
Pada tahapan ini, peneliti akan berusaha untuk mengungkap
dan menjelaskan tentang
kegagalan-kegagalan dalam
implementasi. Faktor-faktor apa aja yang bisa menyebabkan hal tersebut gagal yang memang harus diperbaiki dalam proses
pembelajaran. Sehingga pada
siklus selanjutnya pembelajaran
menunjukan peningkatan atau
keberhasialan atas perlakuan yang diberikan
7. Merevisi Ide Umum
Pada tahap ini, peneliti berbekal dari data-data yang sudah didapat pada tahap-tahap
sebelumnya akan kembali
membuat rencana penelitian.
Tentunya tahapan ini hanya akan dilakukan jika implementasi telah mengalami kegagalan dan tidak memenuhi harapan serta tujuan penelitian dari peneliti. Makanya dianggap perlu untuk melakukan perbaikan yang diawali dengan merevisi rencana awal sehingga pada siklus selanjutnya kegagalan pada siklus satu akan diperbaiki, dengan demikian pada siklus selanjutnya ada suatu perbaikan dan peningkatan kemapuan siswa
dalam proses pembelajaran
sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV di sekolah SDN Ciporeat I dengan jumlah 36 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 23 perempuan. Instrumen
penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan data pada saat proses
diantaranya lembar observasi guru dan
siswa, catatan lapangan, lembar
wawancara, lembar kerja proses dan kamera.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, kuantitatif dan triangulasi. Teknik analisis data kuantitatif yaitu teknik analisis data yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap data-data yang bersifat kuantitatif. Teknik tersebut dilakukan dengan menggunakan lembar kerja proses pada proses pembelajaran
dan evaluasi. Melalui soal yang
diberikan, dapat menunjukkan tingkat dan perkembangan kemampuan menulis siswa pada setiap siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
Dari perencanaan siklus yang telah
dibuat sebelumnya maka peneliti
melaksanakan penelitian dalam 3 siklus yaitu siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 kemudian setiap siklus terdapat 3 tindakan. Dalam 3 siklus tersebut peneliti memberikan tema yang berbeda-beda agar siswa tidak merasa bosan. Ketiga tindakan dalam setiap siklus tersebut saling berkaitan hal ini merupakan bagian dari model proses
menulis yang digunakan dalam
penelitian.
Tahapan model proses menulis tersebut dibagi ke dalam tiga tindakan, tindakan pertama yaitu menentukan tema, judul, dan pembuatan kerangka karangan menjadi sebuah draf karangan yang utuh. Tindakan kedua yaitu mengembangkan kerangka karangan sesuai dengan tema dan judul yang telah dibuat. Tindakan ketiga yaitu mengoreksi atau menemukan kesalahan dalam draf karangan dan memperbaiki draf karangan.
1. Siklus I
Pada siklus pertama ini terdiri dari 3 tindakan. Pada Pada tindakan pertama indikator yang digunkan dalam proses
pembelajaran adalah menentukan judul, tema cerita dan menulis kerangka karangan. Pada tindakan kedua indikator yang digunakan membuat draf karangan (Menulis Karangan). Sedangkan untuk tindakan ketiga indikator yang digunakan
merevisi karangan dan mengedit
karangan. Untuk tema yang digunakan dalam siklus pertama adalah cita-cita. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada siklus pertama, peneliti menemukan beberapa temuan-teman di lapangan yang berhasil dikumpulkan melalui lembar observasi, lembar wawancara, dan catatan lapangan. Temuan yang ditemukan yaitu pada pengondisian, siswa masih ribut di kelas pada siklus selanjutnya peneliti
berupaya untuk meningkatkan
pengkondisian kelas. Pada proses
pembelajaran siswa kesulitan dalam mengerjakan LKP (Lembar Kerja Proses) hal itu dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan model proses menulis. Selain itu peneliti memberikan LKP sebelum memberikan penjelasan, yang menyebabkan siswa menjadi ribut.
2. Siklus II
Pada siklus kedua ini, tidak jauh berbeda dengan siklus I. Tema yang digunakan adalah mengisi liburan. Pada siklus II ini peneliti mengkondisikan siswa pada awal pembelajaran agar siswa siap belajar. Selain itu peneliti
menjelaskan terlebih dahulu cara
pengerjaan LKP sebelum membagikan LKP tersebut.
Berdasarkan kegiatan yang
dilakukan pada siklus kedua, peneliti menemukan beberapa temuan-teman di lapangan yang berhasil dikumpulkan
melalui lembar observasi, lembar
wawancara, dan catatan lapangan.
Temuan yang ditemukan yaitu siswa masih ribut ketika proses pembelajaran,
seperti menggangu temannya yang
sedang menulis, jalan-jalan dan siswa berteriak-teriak di kelas. Peneliti
berupaya meningkatkan lagi pengkondisian siswa agar pembelajaran berlangsung dengan lancar. Selain itu temuan yang ditemukan selanjutnya adalah pada kegiatan penutup siswa terlihat kondusif, hal tersebut terlihat ketika siswa menyimpulkan pembelajaran
bersama-sama tidak ribut.
3. Siklus III
Pada siklus tiga ini, tidak jauh berbeda dengan siklus I. Tema yang digunakan adalah kegiatan sehari-hari. Namun pada kegiatan pembelajarannya peneliti menerapkan peraturan di kelas kepada siswa yaitu siswa tidak boleh ribut karena jika diantara mereka ada yang ribut maka harus mengerjakan tulisan di ruang guru. Hal ini dilakukan agar siswa tidak ribut sehingga proses pembelajaran berlangsung dengan baik.
Selain itu pada kegiatan
pembelajaran secara keseluruhan siswa mampu mengerjakan LKP, hal tersebut terlihat siswa tidak banyak bertanya mengenai pengerjaan LKP walaupun guru tidak menjelaskan mengenai cara pengisian LKP, hal tersebut menunjukan peningkatan kemampuan siswa bahwa
mereka sudah mengerti. Hal ini
dibuktikan oleh peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis karangan narasi.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian serta refleksi dari setiap siklus pada penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat beberapa temuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Temuan yang berupa kekurangan
diperbaiki, perbaikan pembelajaran
tersebut dilakukan pada setiap siklus. Jika dalam siklus 1 siswa belum dapat dikondisikan dengan baik, pada siklus 2,
dan siklus 3 peneliti melakukan
perbaikan untuk bertujuan menghasilkan pembelajaran yang lebih baik serta kondusif. Pembelajaran yang kondusif
dapat mempermudah siswa untuk
menerima dan memahami materi
pembelajaran. Model
pembelajaran yang menarik adalah salah satu faktor penting keberhasilan siswa. Baik itu keberhasilan dalam proses maupun hasil belajar siswa. Penggunaan model proses menulis di kelas 4 dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Selain dari
penggunaan model yang tepat,
pengondisian kelas baik juga dapat memudahkan siswa dalam menerima dan
memahami materi pembelajaran.
Keberhasilan model proses menulis
dalam meningkatkan kemampuan
menulis karangan narasi dapat dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Adapun peningkatan nilai hasil siswa dapat dipaparkan dalam gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Rerata Nilai Proses Siswa
Berdasarkan gambar 1 di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil
menulis karangan narasi dengan
menggunakan model proses menulis
dapat meningkatkan kemampuan
menulis siswa, hal tersebut terlihat dari hasil yang terus meningkat dari siklus 1 sampai siklus 3. Nilai rata-rata proses siswa pada siklus 1 sebesar 69,4 siklus 2 sebesar 74,3 dan siklus 3 sebesar 76,7.
KESIMPULAN
Pada bagian akhir dari penulisan
karya ilmiah ini, penelitian
mengemukakan kesimpulan
telah diuraikan sebelumnya. Kesimpulannya adalah sebagai berikut.
Proses pembelajaran karangan narasi dengan menggunakan model
proses menulis melalui beberapa
tahapan yaitu pada awal pembelajaran
guru melakukan apersepsi untuk
mengkondisikan siswa pada
pembelajaran yang kondusif. Kemudian pada kegiatan inti siswa menentukan
tema, judul, membuat kerangka
karangan, membuat draf karangan narasi sesuai dengan tema dan judul, merevisi karangan atau menemukan kesalahan dalam penggunaan ejaan, isi, maupun bahasa yang dipakai dalam karangan dan memperbaiki karangan. Pada kegiatan akhir guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan
pembelajaran. Berdasarkan hasil
penelitian proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model proses menulis membuat siswa terbiasa menulis dengan bertahap yaitu pramenulis, menulis dan pasca menulis, karena biasanya siswa menulis sekali jadi padahal dalam menulis memiliki beberapa tahapan.
Kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi dengan menggunakan
model proses menulis mengalami
perbaikan dan peningkatan pada setiap siklusnya, hal tersebut dilihat dari hasil nilai rata-rata yang didapat siswa setiap siklus mengalami peningkatan yaitu pada siklus I 69,4, kemudian dilakukan siklus II dengan hasil rata-rata siswa yaitu 74,6 dan siklus III kembali mengalami peningkatan dengan rata-rata yaitu 76,7. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan model proses
menulis dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan narasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran
Bahasa Berbasis Pendidikan
Karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Abidin, Yunus. (2011). Penelitian
Pendidikan dalam gamitan
Pendidikan Dasar dan PAUD.
Bandung: Rizqi Press
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Media Makmur Maju Mandiri
Sadulloh, Uyoh . (2011). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Yunus, dkk. (2009). Menulis 1. Jakarta : Universitas Terbuka