• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Kajian Pustaka"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Kajian Pustaka

2.1Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah proses kegiatan dan bukan hasil suatu tujuan (Oemar Hamalik, 2008). Hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik, 2001).

Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru (Nasution, 2006).

Hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru (Dimyati dan Mudjiono, 2002).

Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil keterampilan (perubahan tingkah laku) yang ada karena adanya kebiasaan dan karena pengalaman yang telah dialaminya yang dapat diukur melalui tes yang diberikan oleh guru.

2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan dan juga oleh lingkungan dari peserta didik. Dalam

(2)

penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata nilai post tes pelajaran IPS pada kelas eksperimen meningkat 80% dari nilai pre test.

2.1.2 IPS

2.1.2.1Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial atau sering disebut dengan istilah IPS merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada di sekolah dasar. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama integrasi dari berbagai mata pelajaran yaitu sejarah, geografi, ekonomi serta mata pelajaran sosial lainnya. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu – ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan sajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan (Somantri, 2001:92).

2.1.2.2Pembelajaran IPS di SD

Pembelajaran IPS di SD sudah dimulai dari kelas 1, namun masih dalam cakupan yang sederhana. Pada kelas 5 SD semester 1, cakupannya adalah Standar Kompetensi (SK) 1 yaitu mengenai menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam SK 1 ini dibagi menjadi 5 Kompetensi Dasar (KD) yaitu KD 1.1 yang membahas mengenai mengenal makna peninggalan – peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu - Budha, dan Islam di Indonesia. Pada KD 1.2 KD mempelajari tentang menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia. Sedangkan pada KD 1.3 mempelajari mengenal keragaman kenampa-kan alam dan buatan serta pembagi-an wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya. Pada KD 1.4 menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia, dan KD terakhir 1.5 mempelajari tentang mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Pada kelas 5 semester 2, cakupan pembelajaran IPS terdiri dari 1 SK dan 4 KD. SK 2 mencakup mengenai menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

(3)

dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dalam SK ini diuraikan menjadi 4 KD yaitu KD 2.1 yang berisi tentang mendeskripsikan perjuangan para to-Koh pejuang pada pada penjajah Belanda dan Jepang. KD 2.2 berisi tentang menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mem-persiapkan kemerdekaan Indonesia. Pada KD 2.3 membahas mengenai menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mem-proklamasikan kemerdekaan Indonesia dan KD yang terakhir mempelajari mengenai menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

2.1.2.3Tujuan Pembelajaran IPS SD

Pembelajaran IPS di SD memiliki beberapa tujuan, seperti Hasan (2007) mengatakan bahwa tujuan dari IPS adalah untuk: mengembangkan kemampuan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sosial dan budaya.

Di Indonesia, tujuan IPS khususnya pada jenjang sekolah dasar sebagimana tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006).

Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS pada sekolah dasar ialah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai makhluk yang hidup dilingkungan sosialnya.

2.1.3 Model Pembelajaran Snowball Throwing 2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen yang ada dalam proses atau kegiatan belajar mengajar dan merupakan salah satu kunci untuk terciptanya situasi belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM). Model pembelajaran yang kita pakai sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam proses belajar untuk tujuan belajar tertentu (Aunurrahman, 2009).

(4)

Sedangkan Brady (dalam Aunurrahman, 2009) mengemukakan bahwa “model pembelajaran dapat diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran”.

Dari pengertian-pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa bahwa model pembelajaran merupakan suatu rancangan dalam pembelajaran yang tersusun dari bagian awal hingga penutup yang dilakukan oleh guru kelas guna tercapainya tujuan pembelajaran secara aktif, inovatif, kreatif, evisien, dan menyenangkan.

2.1.3.2 Model Pembelajaran Snowball Throwing

a. Pengertian Model Pembelajaran Snow ball Throwing

Model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran koperatif karena didalamnya melibatkan kerja kelompok. Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan keterampilan membuat ataupun menjawab pertanyaan yang di padukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari, 2010).

Dari pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran Snowball throwing merupakan model pembelajaran yang dibentuk dalam kelompok kecil guna mencapai tujuan belajar yang aktif dan menyenangkan karena didalamnya terdapat permainan bola salju yang berisi pertanyaan. Dengan demikian, model pembelajaran ini juga memotivasi dan meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat dan menjawab pertanyaan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Langkah Pembelajaran Snowball Throwing

Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing: 1. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari sesuai dengan KD.

2. Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan penjelasan tentang materi kepada wakil dari masing-masing kelompok.

3. Wakil kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menyampaikan materi yang dijelaskan oleh guru kepada temannya.

(5)

4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

6. Setelah semua siswa mendapat satu bola (berisi satu pertanyaan) diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Evaluasi 8. Penutup

c. Karakteristik Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model snowball throwing memiliki beberapa karakteristik, diantaranya :

1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.

2. Siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan untuk melatih pemahaman siswa seputar materi.

3. Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4. Siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri.

5. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok dari pada individu (Triyus, 2012).

d. Kelebihan dan Kelemahan Kelebihan:

1. Melatih kesiapan siswa.

2. Melatih siswa bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan. 3. Kerja sama antar siswa.

(6)

5. Saling memberikan pengetahuan. 6. Melatih konsentrasi belajar siswa.

7. Memotivasi siswa untuk menjawab pertanyaan dengan benar dan memperhatikan serta memahami materi.

Kekurangan:

1. Pengetahuan tidak luas, hanya berkisar pada pengetahuan sekitar siswa.

2. Tidak efektif bagi siswa yang lambat belajar (Hamdan, 2012). 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Di bawah ini adalah hasil penelitian yang relevan dengan penelitian “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 SD Kristen Satya Wacana Salatiga Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Model Pembelajaran Snowball Throwing” adalah:

- "Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V di SDI Al Hikmah Gadang Malang Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing". Penelitian ini dilakukan oleh Indra Wahyuny tahun 2011 Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing pada pembelajaran IPA kelas V SDI Al Hikmah Gadang Malang berlangsung efektif. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran IPA kelas V di SDI Al Hikmah Gadang dapat meningkatkan keaktifan siswa, selain itu penerapan model Pembelajaran Snowball Throwing juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. - “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran IPS Pada Materi Uang”. Hasil yang diperoleh adalah model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang dikemas dalam bentuk permainan namun tujuan pembelajaran tetap tercapai.

(7)

2.3Kerangka Pikir

Hasil belajar siswa kurang memuaskan dalam pembelajaran IPS

kelas V SD Kristen Satya Wacana

Kelompok Kontrol Hasil Belajar kurang

memuaskan

Kelompok Eksperimen Hasil Belajar kurang

memuaskan

Kelebihan Model Snowball Throwing:

(Menurut Kirana Wati, 2007) kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut:

1. Melatih kesiapan siswa.

2. Saling memberikan pengetahuan. 3. Melatih konsentrasi.

Kelompok Eksperimen Hasil belajar siswa sangat

meningkat Kelompok Kontrol

(8)

2.4 Hipotesis Tindakan

Model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Dalam mata pelajaran IPS. Dengan simpulan:

Ho: X1 (kelas eksperimen) = X2 (kelas kontrol) dan nilai sig > 0.05. Rumusan tersebut berarti tidak terdapat pengaruh terhadap penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing.

H1: X1 (kelas eksperimen) > X2 (kelas kontrol) dan nilai sig < 0.05. rumusan tersebut berarti terdapat pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing.

Referensi

Dokumen terkait

Iriawan mengajak PJU Polda Bali, Staf Asops dan seluruh anggota yang berada di Polres Karangasem untuk makan bersama menikmati apa yang beliau masak bersama Polwan dan Bhayangkari

dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian yang berjudul **SINTES1S KOMPOSIT FezOj-SERBUK BIJI KAPUK SEBAGAI ABSORBEN PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT&#34;

Sungguh semua siswa dan saya selaku wali kelas tak menyangka jika pemeranan karakter pahlawan nasional dan Majalah Dinding Inspirasi ditetapkan sebagai juara 1

Adakah perbedaan pola konsumsi rumah tangga kaya dan miskin di

7 Petugas memeriksa kembali jenis dan jumlah Resep 1 menit Kemasan Obat obat sesuai permintaan pada resep, Obat. lalu memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai agar

1) Metode AHP dapat digunakan untuk penyeleksian penerimaan asisten laboratorium pada AMIK-STIKOM Tunas Bangsa Pematangsiantar. Dengan perhitungan menggunakan metode

Hal ini dapat terjadi karena meskipun tingkat pengetahuan ibu baik ada faktor lain yang mempengaruhi ibu dalam memberikan MPASI pada bayinya, yaitu faktor budaya setempat,

Di Malaysia cerita kancil dipertahankan melalui film animasi berjudul “Pada Zaman Dahulu” yang dapat dinikmati oleh anak-anak Malaysia-Indonesia sebagai sebuah hiburan