• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Musrenbang Sebagai wadah Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Daerah (Study Kasus pada Proses Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbangkel di Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Musrenbang Sebagai wadah Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Daerah (Study Kasus pada Proses Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbangkel di Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta)."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1. Latar Belakang

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB I

PENDAHULUAN

Surakarta atau Solo merupakan kota yang secara wilayah dapat dikatakan

sebagai kota kecil1

di Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten

Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Boyolali.

Jumlah penduduk Kota Surakarta berjumlah 130.277 kepala Keluarga atau lebih dari

460.197 jiwa2

yang tersebar dalam 5 Kecamatan3

, 51 Kelurahan, 650 Rukun warga

dan, 2700 Rukun Tetangga.4

Kota Surakarta merupakan kota yang memiliki tingkat

kepadatan penduduk tertinggi di Jawa Tengah dengan tingkat kepadatan

13.636,16/km² (35.317,5/mil² ).5

Wilayah Kota Surakarta dilihat secara geografis,

maupun sosial budaya di kategorisasikan dalam 5 kelompok yaitu : 1) Wilayah

jantung kota; 2) Wilayah pemukiman lama; 3) Wilayah bantaran kali; 4) Wilayah

berkembang; dan 5) Wilayah campuran.6

Kategorisasi ini dan tingkat kepadatan

penduduknya, maka pengembangan dan pembangunan di Kota Surakarta hanya bisa

1 Menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta luas wilayah solo adalah 4.403 km², data Wikipedia sampai dengan tahun 2010, diakses pada tanggal 30 Juli 2011.

2 Lihat http://solokotakita.org data tahun 2010, diakses pada tanggal 2 Agustus 2011.

3 5 Kecamatan di Surakarta adalah Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Pasar Kliwon.

4 Op cit http://solokotakita.org Januari 2011 5 Lihat harian Jawa Pos tanggal 1 Juni 2010.

(2)

dilakukan pada wilayah tertentu saja, atau dalam kata lain tidak mungkin dilakukan di

wilayah pemukiman lama, jantung kota dan wilayah pinggir kali.

Berdasarkan Perda nomor 10 Tahun 2001, tanggal 13 Desember 20017 , Visi

Kota Surakarta adalah:

“Terwujudnya Kota Sala sebagai Kota Budaya yang bertumpu pada potensi

Perdagangan, Jasa , Pendidikan, Pariwisata dan Olah Raga”.

“Sedangkan misinya adalah:

- Revitalisasi kemitraan dan partisipasi seluruh komponen masyarakat dalam

semua bidang pembangunan , serta perekatan kehidupan bermasyarakat dengan

komitmen cinta kota yang berlandaskan pada nilai-nilai “Sala Kota Budaya”.

- Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam

pengusahaan dan pendaya gunaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, guna

mewujudkan inovasi dan integrasi masyarakat madani yang berlandaskan ke-

Tuhanan Yang Maha Esa.

- Mengembangkan seluruh kekuatan ekonomi Daerah, sebagai pemacu tumbuhan

dan berkembangnya ekonomi rakyat yang berdaya saing tinggi, serta mendaya

gunakan potensi pariwisata dan teknologi terapan yang akrap lingkungan.

- Membudayakan peran dan fungsi hukum, pelaksanaan Hak Asasi Manusia dan

demokratisasi bagi seluruh elemen masyarakat, utamanya para penyelenggara

pemerintahan”

Dilihat dari visi dan misi, dan dikaitkan dengan kondisi obyektif Surakarta,

maka dapat dilihat, fokus utama pembangunan Surakarta terletak pada pembangunan

7 Lihat http://www.surakarta.go.id/id/news/visi.misi.kota.surakarta.html . tanggal 2 Agustus 2011

(3)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ekonomi sosial dan budaya, sehingga dibutuhkan sebuah perencanaan pembangunan

dengan dasar pemberdayaan masyarakat yang menitik-beratkan pada proses-proses

partisipatif.

Surakarta sebagai wilayah yang memiliki otonomi sebagaimana diatur oleh

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, memiliki

kewenangan untuk membuat kebijakan yang akan dilaksanakan di daerahnya.

Berbeda dengan Undang-undang Otonomi Daerah pada masa sebelumnya, kekuasaan

Negara seperti misalnya dalam Undang-undang nomor 18 tahun 1965 tentang Pokok

– pokok Pemerintahan Daerah Pasal 5 ayat (2): “Kepala daerah melaksanakan politik

Pemerintah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri

menurut hierarchi yang ada”. Karena Kepala Daerah tingkat I dipilih oleh Presiden

dan Kepala Daerah tingkat II dipilih oleh Menteri Dalam Negeri sebagaimana

ketentuan Pasal (11) Undang-undang nomor 18 tahun 1965. Kewenangan daerah

dalam Undang-undang nomor 18 tahun 1965 hanya sebatas mengelola urusan-urusan

rumah tangga, itupun tidak semuanya, karena Pemerintah yang tingkatannya lebih

atas diperkenankan untuk melakukan intervensi.8

Ketentuan tersebut masih berlaku

pada Undang – undang penggantinya yaitu Undang – undang nomor 5 tahun 1974

tentang Pokok – pokok Pemerintahan Daerah, hanya saja sudah ada asas

Desentralisasi yang merupakan pelimpahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat ke

Pemerintah Daerah, dan Kepala Daerah bukan lagi diangkat oleh Presiden melainkan

(4)

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah juga bisa

membuat Peraturan Daerah, namun yang menjadikan Asas Desentralisasi ini dalam

Undang-undang ini masih terkesan sentralistik adalah adanya ketentuan Pengawasan

dari Menteri Dalam Negeri, dan bahkan Menteri Dalam Negeri dapat mengambil

tindakan yang dianggap perlu menurut pandangan Menteri Dalam Negeri.9

Lahirnya

Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah menjadi Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004, pola pemerintahan mulai bergeser dimana daerah

memiliki kewenangan mutlak atas wilayahnya. Pergeseran pola pemerintahan ini

membuat kesempatan terhadap akses pembangunan mulai terbuka, dimana Kepala

Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat dan secara otomatis Kepala Daerah harus

bertanggung jawab kepada rakyat.

Tujuan Otonomi Daerah adalah percepatan tercapainya masyarakat adil dan

makmur melalui proses pembangunan yang partisipatif. Surakarta sejak tahun 2001

telah melaksanakan proses partisipasi melalui Muyawarah Kelurahan, Kecamatan

dan Kota Membangun atau biasa disebut dengan Muskel,Cam & Kotbang, program

ini akhirnya diadopsi oleh Pusat dan dilaksanakan secara nasional pada tahun 2004

yang kemudian berubah nama menjadi Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) melalui Surat Edaran Bersama Menteri perencanaan Pembangunan –

Bappenas dan Menteri Dalam Negeri N0. 1354/M.PPN/03/2004 perihal Pedoman

Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Pembangunan Partisipatif Daerah.

9 Lihat Paragrap 3 Pengawasan Umum Pasal 71 Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok –

pokok Pemerintahan Daerah.

(5)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sebagaimana yang tersurat dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945

alenia ke-4 “…Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia …”

yang kemudian dipertegas dalam konsideran Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah

“pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Otonomi Daerah ini dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pemerintahan

menjadi lebih manusiawi dan partisipatif. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial

diharapkan bisa didapatkan dalam proses pembangunan yang terus bergulir.

Proses pembangunan yang mulai berubah pasca otonomi daerah dimana

proses pembangunan sedang diupayakan untuk dari bawah ke atas (Bottom-Up)

bukan dari atas ke bawah (Top-Down) sehingga musrenbang menjadi sebuah

(6)

Namun demikian, gairah untuk mengikuti proses musrenbang mengalami

pasang-surut, dimana terjadi penurunan secara kualitas maupun kuantitas

musrenbang. Demikian juga di Surakarta, yang dimana Surakarta sebagai pioneer

dalam pelaksanaan musrenbang juga mengalami penurunan. Sekarang memasuki

tahun ke 9, diperlukan sebuah perbaikan secara proses maupun partisipasi

masyarakatnya. Walikota Surakarta menerbitkan sebuah kebijakan yaitu Peraturan

Walikota (Perwali) No 27-A Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kecamatan, Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kota.

Mengingat pentingnya proses partisipasi dalam proses pembangunan, maka

musrenbang akan menjadi sebuah “ritual” yang harus selalu dilaksanakan, sehingga

peneliti ingin melihat seberapa jauh musrenbang bisa berpengaruh terhadap proses

pembangunan maka peneliti ingin mengajukan penelitian dengan judul “Musrenbang

Sebagai Wadah Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Daerah

(Study Kasus pada Proses Partisipasi Masyarakat dalam Musrenbangkel di Kelurahan

Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta)

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang musrenbang tersebut, perlu adanya upaya untuk melihat

apakah musrenbang bisa menjadi sarana percepatan tercapainya masyarakat yang adil

dan makmur?

(7)

3. Pembatasan Masalah

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Penelitian ini hanya akan membahas proses musrenbang yang petunjuk

teknisnya di atur dalam Peraturan Walikota Surakarta No 27-A Tahun 2010 Tentang

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan,

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan, Forum Satuan Kerja Perangkat

Daerah, dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kota dapat diimplementasikan

dalam sebuah proses penyusunan perencanaan pembangunan atau yang sering disebut

sebagai Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), sehingga kebijakan

tersebut dapat menjadi indikator penilaian bahwa proses pelaksanaan musrenbang

sesuai dengan aturan. Setelah dapat dinilai tingkat kesadaran hukum melalui

pelaksanaan aturan tersebut, sehingga bisa dibandingkan dengan kualitas musrenbang

yang dinilai dari proses dan dinamikannya, serta kuantitas musrenbang yang dinilai

dari angka kehadiran dan keterwakilan kepentingan dari setiap kelompok yang ada di

masyarakat Kelurahan Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Karena

hanya untuk melihat proses, maka penelitian ini tidak akan membahas pengaruh dari

proses tersebut dalam kebijakan yang dikeluarkan yang termanifestasi dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), artinya penelitian ini hanya

sampai pada terbentuknya draft usulan program perencanaan pembangunan yang

disusun dengan tahapan yang digambarkan dalam Peraturan Walikota Surakarta No

27-A Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan

(8)

Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Kota.

4. Tinjauan Pustaka

Partisipasi adalah salah satu elemen penting dalam sebuah tata kelola

pemerintahan yang baik, artinya untuk menilai sebuah pemerintahan itu dijalankan

dengan baik maka proses partisipasi itu harus dipenuhi ketika pemerintahan

merumuskan sebuah kebijakan.10

Satu-satunya forum partisipasi yang secara legal

dan memiliki dasar hukum yang spesifik (lex specialis) adalah Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).

Musrenbang atau musyawarah perencanaan pembangunan adalah forum antar

pelaku dalam rangka menyusun perencanaan pembangunan nasional dan perencanaan

pembangunan daerah.11

Undang-undang nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan yang mengatur tentang musrenbang ini masih bersifat

top-down dimana perencanaan Kelurahan (di istilahkan Renstrakel), harus didasarkan

pada RPJMD, dan RPJMD merupakan turunan dari RPJM Nasional, sehingga

ketentuan yang masih bersifat top-down ini bisa bertemu dengan sistem buttom up

10 Lihat Ni Made Ari Yuliartini dan Anak Agung Sri Utari, Partisipasi masyarakat dalam

Pembentukan Peraturan Daerah. Publikasi Jurnal Kertha Partika Vol. 33 no 1, Januari 2008. Hal 3. Dalam tulisannya tersebut Ni Made Ari Yuliartini dan Anak Agung Sri Utari menggunakan makna partisipasi dari UNDP yaitu proses keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. 11 Lihat dalam Ketentuan Umum Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan.

(9)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

yang terselenggara melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)

tersebut.

Musrenbang sebagai satu-satunya mekanisme partisipasi, merupakan sebuah

manifestasi dari upaya pemenuhan hak partisipasi warga negara oleh Negara dalam

perencanaan pembangunan, dimana “pembangunan nasional merupakan upaya yang

dilakukan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara”.12

Sedangkan tujuan Negara adalah sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4

Pembukaan Undang – undang Dasar 1945 yaitu menciptakan kesejahteraan umum.

Terciptanya kesejahteraan umum merupakan amanat konstitusi yang kemudian

menjadi dasar munculnya Hak Warga Negara yang harus dipenuhi oleh negara

sebagai hak dasar dalam prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) yang upaya

pemenuhannya bersifat mutlak (non-derogable right).

Prinsip-prisnsip dasar partisipasi seperti keterlibatan penuh (perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan), dengan kesadaran, untuk perubahan diri sendiri13

tidak bisa terpenuhi secara utuh dalam proses musrenbang yang dijalankan selama

ini. Sehingga terjadi pembiasan makna yang secara massif, sehingga dalam prosesnya

hingga tahun 2010, kondisi nyata yang muncul adalah partisipasi masyarakat sudah

terpenuhi ketika ada perwakilan masyarakat yang hadir dalam pembahasan kebijakan.

Sehingga diperlukan sebuah upaya untuk mengembalikan nilai partisipasi yang

12 Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan, Pasal 1 angka 2

13 LihatBritha Mikkelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan: sebuah

(10)

sesungguhnya dan menjadikan sebuah kebijakan yang bersifat Bottom-up melalui

Musrenbang.

Musrenbang merupakan proses bertahap yang dimulai dari RT (Rukun

Tetangga), kemudian RW (Rukun Warga)14

, diteruskan ke Kelurahan, dari kelurahan

di bahas di Kecamatan dan kemudian di Kota. Melihat tahapannya, maka peran

penting pelaksanaan musrenbang dalam menentukan skala prioritas pembangunan

berada di tingkat RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga). RT (Rukun

Tetangga) merupakan satuan terkecil struktur pemerintahan, dimana dalam setiap RT

(Rukun Tetangga) berisi kumpulan dari beberapa keluarga dengan satuan penyebutan

KK (Kepala Keluarga)15

dan dipimpin oleh Ketua RT (Rukun Tetangga). Dengan

wilayah administratif yang relatif kecil, maka dapat diasumsikan bahwa Ketua RT

(Rukun Tetangga) paham betul terhadap kondisi wilayahnya, sehingga dalam

perumusan masalah untuk menentukan daftar skala prioritas (DSP) pembangunan

sangat bertumpu pada pengamatan dan penguasaan Ketua RT (Rukun Tetangga).

Proses musrenbang ini idealnya adalah untuk mengintegrasikan serta

mensingkronkan daftar skala prioritas (DSP) pembangunan agar tidak terjadi sebuah

perencanaan pembangunan yang komprehensif dan tepat sasaran.

5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

14 Setiap Kota terdiri dari beberapa Kecamatan, Kecamatan terdiri dari beberapa Kelurahan, Kelurahan terdiri dari beberapa Rukun Warga (RW), dan Rukun Warga (RW) terdiri dari beberapa Rukun Tetangga (RT).

15 KK (Kepala Keluarga) adalah satuan kelompok yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak-anaknya.

(11)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk mempelajari sejauh mana

musrenbang mampu untuk pijakan sistem perencanaan pembangunan dengan sistem

dari bawah ke atas (Buttom-Up) yang dilalui melalui proses partisipasi masyarakat.

Selain itu juga untuk melihat peran dari kebijakan lokal Peraturan Walikota Surakarta

No 27-A Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kelurahan, Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Kecamatan, Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Kota mampu dipahami dan diterapkan dalam proses penyusunan

perencanaan pembangunan untuk mewujudkan tujuan masyarakat adil, makmur, dan

sejahtera.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah berkontribusi dari sisi ilmu

pengetahuan tentang sebuah proses partisipasi masyarakat dalam perencanaan

pembangunan.

6. Hipotesis

Pembangunan adalah sarana untuk memenuhi hak warga negara untuk

mencapai kesejahteraan, yang dimaksud dengan kesejahteraan dalam kerangka

pembangunan nasional adalah segenap kebijakan dan program yang dilakukan oleh

negara untuk mengatasi masalah sosial dan memenuhi kebutuhan manusia16 .

Kebutuhan manusia yang dimaksudkan adalah kebutuhan dasar masyarakat yang

(12)

meliputi Pendidikan, Kesehatan, tempat tinggal, dan pendapatan.17

Kebutuhan dasar

tersebut harus mampu dipenuhi melalui proses pembangunan yang perencanaannya

dilakukan melalui mekanisme musrenbang. Penelitian ini lebih menekankan kepada

kewajiban negara terhadap untuk memenuhi hak warga negara dalam proses

pembangunan. Dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan, ruang partisipasi telah disediakan oleh

hukum di Indonesia. Sehingga dalam perumusan masalah diatas mengungkapkan

tentang penilaian terhadap proses partisipasi, karena proses partisipasi ini sudah ada

dan sudah terselenggara beberapa kali.

Proses partisipasi masyarakat yang berjalan melalui musrenbang ini dapat

dikatakan sebagai ritual tahunan, sehingga perencanaan pembangunan yang

dihasilkan terkesan monoton atau hanya sekedar menjiplak (copy + paste) dari yang

dihasilkan sebelumnya. Sehingga perlu adanya sebuah evaluasi mendalam dan

menilai seberapa jauh ketaatan masyarakat terhadap ketentuan hukum yang ada

dalam kebijakan lokal berupa Peraturan Walikota tersebut dijalankan dengan benar

untuk menciptakan sebuah proses perencanaan dan hasil perencanaan yang mampu

memenuhi hak masyarakat.

7. Metodologi

17 Edi Suharto, Op cit

(13)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dasar pemikiran awal dalam menentukan metodologi ini adalah penempatan

masyarakat sebagai sumber pengetahuan yang siap pakai18

. Dengan demikian proses

penelitian ini akan bertumpu ilmu hukum yang dikonsepkan secara sosiologis untuk

mempelajari tentang masyarakat dengan metode penelitian non-doktrinal19

nomologis-induktif. Silogisme induktif digunakan untuk menarik kesimpulan dari

fakta-fakta yang kongkrit.

a. Metode Pendekatan

Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebuah proses

pencarian data untuk memahami persoalan sosial yang didasari pada

penelitian yang menyeluruh (holistic), di bentuk oleh kata-kata, dan diperoleh

dari suatu yang alamiah20

. Namun, dalam penelitian ini penulis ingin

mempertajam pendekatan kualitatif ini dengan menggunakan metode

verstehen yang diperkenalkan oleh max webber untuk mendalami atau

memahami sebuah permasalahan. Metode verstehen adalah sebuah metode

pendekatan yang menggunakan subyektifitas untuk memahami makna yang

18 Soetandyo Wignjosoebroto dalam tulisannya Mengkaji dan Meneliti Hukum dalam Konsepnya

Sebagai Realitas, yang dipublikasikan dalam blog http://soetandyo.wordpress.com/ tanggal 19 Agustus 2010. membedakan sumber pengetahuan menjadi dua macam yaitu yaitu sumber penyedia

pengetahuan yang siap pakai dan sumber yang cuma menyediakan materi-materi mentah (data), yang masih harus diolah terlebih dahulu melalui metode tertentu, sebelum bisa menghasilkan pengetahuan yang bisa dipakai untuk menjawab masalah yang diajukan.

19 Ibid. Hukum tidak lagi dikonsepkan secara filosofi-moral sebagai norma ius constituendum atau law

as what ought to be, dan tidak pula secara positivistis sebagai norma ius constitutum atau law as what it is the books, melainkan secara empiris yang teramati di alam pengalaman. Hukum terlihat sebagai suatu kekuatan sosial yang empiris wujudnya, namun yang terlihat secara sah, dan bekerja – dengan hasil yang mungkin saja efektif akan tetapi mungkin pula tidak – untuk memola perilaku-perilaku aktual warga masyarakat

20 Raymond Tambunan, P.Si. M.Sos. Kualitatif. Tulisan di Rumah Belajar Psikologi

(14)

mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan sejarah.21

Karena untuk

memahami sebuah proses kegiatan dan menilai kualitas dari sebuah kegiatan

tidak mungkin hanya bisa menggunakan pendekatan kualitatif murni yang

hanya mengandalkan pengamatan serta wawancara mendalam, melainkan

harus terlibat secara subyektif dan turut berinteraksi dalam proses tersebut.

Oleh karena itu peneliti akan menerapkan pendekatan verstehen dalam

melakukan penelitian ini.

b. Jenis Data

Data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan diatas

adalah:

1. Data Primer adalah data yang diambil dari sumber aslinya melalui

narasumber yang tepat.22

2. Data Sekunder adalah data yang sudah ada dan tinggal

mengumpulkannya, data ini berupa monografi kependudukan, profil

kelurahan, serta dokumen-dokumen lain yang terkait wilayah.

21 Esti Darwati, Pendekatan Verstehen (Max Webber). Di posting pada tanggal dalam

http://bintangjiwaku.blogspot.com/2010/11/pendekatanverstehen-max-webber.html 29 November

2010

22 Tulisan Rohana Yusof di http://www.scribd.com/doc/18003036/Data-Sekunder-Dan-Primer yang di publikasikan pada tahun 2004.

(15)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Data-data tersebut membutuhkan penguat, sehingga penelitian ini juga akan

menggunakan sumber hukum primer dalam hal ini adalah peraturan

perundang-undangan.

c. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian menggunakan fakta-fakta yang kongkrit maka untuk

menjawab rumusan permasalahan tidak bisa dilakukan hanya dengan

melakukan pengamatan semata dengan indikator-indikator permukaan, namun

perlu sebuah interaksi dalam proses sosial yang dimaksudkan untuk

mendapatkan pemahaman yang utuh (verstehen)23

. Metode verstehen ini bisa

terumus dalam cara pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuisioner adalah sebuah alat pengumpulan data yang berupa serangkaian

pertanyaan untuk mendapatkan jawaban24

. Kuisioner ini digunakan untuk

menyusun indikator partisipasi dalam proses pelaksanaan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang).

2. Observasi adalah teknik pengambilan data dengan menggunakan mata

tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.25

Pengamatan ini dilakukan dengan terlibat langsung dalam sebuah proses

musrenbang yang terjadi dari tingkat Rukun Warga (RW) hingga tingkat

23 Op cit, Soetandyo Wignjosoebroto.

24 Ignaditya, Pengertian Kuisioner.

http://adityaanggar.wordpress.com/2008/10/27/pengertian-kuesioner/ yang diposting pada tanggal 27 Oktober 2008.

25 Pengertian dari definisi online

(16)

Kota. Pentingnya melakukan observasi ini adalah untuk mengamati

perilaku atau reaksi individu dalam sebuah proses musyawarah.

3. Fasilitasi adalah proses dimana suatu kelompok dibawa kedalam

pembelajaran atau perubahan sedemikian rupa sehingga hal itu mendorong

semua orang yang ada untuk berpartisipasi.26

Dalam proses diskusi

dibutuhkan seorang yang mampu mempermudah dan mengefektifkan

jalannya diskusi, karena proses musrenbang merupakan sebuah proses

yang melibatkan antar pihak, maka dibutuhkan seorang fasilitator untuk

memperlancar proses tersebut. Karena setiap individu subyek dalam

proses tersebut memiliki ide dan juga kepentingan masing-masing dan

semuanya harus terakomodir kepentingannya sehingga terpenuhi prinsip

dasar partisipasi.

4. Wawancara terstruktur adalah sebuah wawancara yang pertanyaannya

lengkap, dirancang dengan baik dan komprehensif serta logis.27

Wawancara ini digunakan untuk melihat pendapat subyektif dari

responden terhadap musrenbang.

d. Metode Analisis Data

26 Shopie Clerke (Tearfund International Learning Zone) Kursus Online: Strategi dan Teknik

Pendampingan berbasis Sekolah. Mengembangkan Ketrampilan Fasilitasi. DBE 2 USAID 5 Desember 2005

27 Pengertian dari definisi online

http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-wawancara.html November 2009

(17)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dalam menganalisis data yang didapatkan melalui beberapa metode diatas

dilakukan dengan menggunakan prinsip Andragogis yang tahapannya adalah

sebagai berikut:28

1. Refleksi, tahapan ini hanya dapat dilakukan dengan proses keterlibatan

atau dalam bahasa lain (mengalami). Tahapan ini dimaksudkan untuk

merangkai hasil observasi yang berwujud catatan lapangan (field note)

untuk menjadikannya sebuah narasi deskriptif tentang fakta umum sebuah

peristiwa.

2. Rekonstruksi, dengan mengungkapkan apa yang dialami, tanggapan dan

kesan pengalaman tersebut. Proses ini dilakukan dengan menggunakan

metode perbandingan antara fakta yang ada (das sein) dengan nilai ideal

yang ada dalam peraturan hukum (das sollen) sehingga ditemukan

kesenjangan yang menjadi permasalahan.

3. Analisis dengan kaji-urai terhadap hubungan sebab-akibat dari realitas

terhadap aturan, tatanan, sistem yang jadi akar persoalan. Tahapan analisis

ini adalah untuk mengurai kenapa kesenjangan dari hasil rekonstruksi

tersebut terjadi, faktor-faktor yang mempengaruhi, dan upaya-upaya yang

sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

(18)

4. Kesimpulan, dengan merumuskan makna hakekat, memperjelas hal-hal

yang dialami sehingga ditemukan sebuah konklusi yang yang berbentuk

rekomendasi.

5. Tindakan; memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan yang relatif

baru dan menciptakan realitas yang lebih baru, merencanakan tindakan.

Ini adalah sebuah rencana tindak lanjut yang menjadi sebuah saran.

Karena penelitian ini menggunakan lebih dari satu metode pengumpulan data,

maka dalam sistem kaji-urai ini perlu dilengkapi dengan metode triangulasi

data. Triangulasi ini digunakan sebelum data ini akan di kaji-urai. Triangulasi

data ini digunakan untuk menilai tingkat validitas data, sehingga ketika dikaji-

urai sudah menjadi sebuah data yang bersifat profiling.29

8. Sistematika Penulisan

Sesuai dengan standar umum penulisan skripsi, maka laporan penelitian ini

akan disusun dengan dibagi dalam beberapa bab yang meliputi :

Bab I akan membahas latar belakang penelitian, Metodologi, serta tujuan penelitian.

Bab II akan membahas tentang landasan teori tentang bekerjanya hukum di

masyarakat serta prinsip-prinsip partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

29 Deni Andriana, Triangulasi dan Keabsahan Data dalam Penelitian. Di posting pada

http://goyangkarawang.com/2010/02/triangulasi-dan-keabsahan-data-dalam-penelitian/ tanggal 25

Februari 2010

(19)

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Bab III akan disajikan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Praktikum adalah subsistem dari pembelajaran yang merupakan kegiatan terstruktural dan terjadwal yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman

Pada pembelajaran Biologi masa depan, manusia pebelajar akan dihadapkan pada suatu kondisi yang tidak mengenal batas jarak dan waktu karena bahan ajar ataupun

Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non

Hal ini berarti perusahaan yang terkoneksi politik memiliki kinerja lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terkoneksi politik sehingga hipotesis

keuntungan lain yang bisa didapat ketika Silika ada bersama dengan PANi, Silika merupakan bahan dengan kapasitas panas yang tinggi sedangkan PANi merupakan polimer yang tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan Citra Merek, Kepercayaan Merek, dan Kepuasan Pelanggan terhadap Minat Beli Ulang pakaian wanita

Yang berikutnya tabel di atas menunjukkan bahwa untuk variabel interaksi antara srategi bersaing menggunakan indikator Asset Utilization Efficiency (AUE) dengan supply chain

Until present, several therapeutic modalities were available to treat Achalasia, among them was pharmacology therapy, botulinum toxin injection via endoscopy, pneumatic